Islam Vs Adat Kajian Nilai Mahar Perkawinan Bangsawan
Islam Vs Adat Kajian Nilai Mahar Perkawinan Bangsawan
Islam Vs Adat Kajian Nilai Mahar Perkawinan Bangsawan
SKRIPSI
Oleh:
HERLINA
90400114007
JURUSAN AKUNTANSI
X
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Herlina
NIM : 90400114007
Jur/Prodi/Konsentrasi : Akuntansi
Akuntansi Keperilakuan
benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa,
Penyusun,
Herlina
90400114007
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alam Semesta, dan dengan limpahan rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat
kepada baginda Rasulullah SAW yang telah menyelamatkan kita semua dari alam
Penulisan skripsi ini yang berjudul “Islam Vs Adat: Kajian Nilai Mahar
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, patut penulis
Ibunda Rilli serta kakak yang sampai saat ini telah mengerahkan segala usaha,
do’a, harapan dan pengorbanan, baik dari segi moril dan materi sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi. Dan ucapan terima kasih kepada sosok saudara laki-
laki saya yaitu Galang yang senantiasa memberikan hiburan, semangat, dan
iii
Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan
1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D, selaku Rektor beserta Wakil
2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M. Ag, selaku Dekan beserta Wakil
Dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin
Makassar.
3. Bapak Memen Suwandi, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN
Alauddin Makassar.
4. Ibunda Dr. Lince Bulutoding, SE., M.Si, Ak. selaku Sekretaris Jurusan
5. Bapak Dr. Saiful, SE,. M. SA.,Ak. selaku pembimbing I dan Bapak Dr.
skripsi ini.
6. Bapak Dr. Saiful, SE., M.SA.,Ak. selaku Penasihat Akademik yang selalu
memberikan nasihat.
9. Seluruh staf akademik, dan tata usaha, serta staf jurussan Akuntansi UIN
Alauddin Makassar
iv
10. Kepada tokoh masyarakat Di Kel. Sapaya Kab. Gowa yang telah
penulis.
terima kasih atas dukungannya dan semangat yang telah kalian berikan
selama ini.
Wahyuni Arifin, Nur , Muh. Ikbal, Reski Firgiawan. Farhan Dwinanda, dan
Fuad Aqli Anas terima kasih sudah setia menemani dan atas bantuannya
14. Dan kepada seluruh pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
tempat berkeluh kesah saat penulis mulai Lelah dan bingung, terima kasih
atas motivasi, saran, dukungan moril dan materi yang tiada hentinya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis,
Herlina
90400114007
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................... 9
C. Rumusan Masalah ................................................................... 9
D. Penelitian Terdahulu ................................................................. 10
E. Kabaharuan (Novelthy Hasil Penelitian)……………………… 14
F. Tujuan Penelitian ..................................................................... 14
G. Manfaat Penelitian .................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Struktural Fungsional ..................................................... 16
B. Islam ......................................................................................... 19
C. Adat Istiadat.............................................................................. 20
D. Mahar Perkawinan ................................................................... 23
E. Uang Panaik.............................................................................. 26
F. Mahar Perkawinan Bangsawan Makassar…………………….. 28
G. Akuntansi Keperilakuan………………………………………. 29
H. Mahar dan Uang Panaik Perkawinan Bangsawan Makassar
dalam Akuntansi Keperilakuan……………………………….. 32
I. Islam vs Adat dalam Kajian Mahar dan Uang Panaik
Perkawinan Bangsawan Makassar dalam Akuntansi
Keperilakuan …………………………………………………. 33
J. Rerangka Pikir………………………………………………… 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ...................................................... 37
B. Paradigma Kritis ....................................................................... 38
C. Jenis dan Sumber Data penelitian............................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 39
E. Deskripsi Informan Penelitian ……………………………….. 41
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 42
G. Islam dan Adat sebagai Alat Analisis ...................................... 43
vi
H. Pengelolaan dan Analisis Data ................................................. 43
I. Pengujian Keabsahan Data ...................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 47
B. Pandangan Hukum Islam tentang Kedudukan Nilai
Mahar dan Uang Panaik dalam Perkawinan ......................... 48
C. Dampak yang Ditimbulkan ketika Nilai Uang Panaik Lebih
Diutamakan Dibandingkan dengan Nilai Mahar perkawinan,
jika dilihat dalam Perspektif Akuntansi Keperilakuan............ 63
D. Mapping Penelitian ................................................................. 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 73
B. Saran ......................................................................................... 75
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rerangka Pikir ............................................................................. 36
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 11
Tabel 1.2 Informan Penelitian ………………………………………………… 42
Tabel 1.3 Mapping Penelitian ………………………………………………… 72
ix
ABSTRAK
NAMA : HERLINA
NIM : 90400114007
Kata Kunci: Islam, adat, mahar perkawinan, uang panaik dan akuntansi
keperilakuan.
X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perkawinan pada tiap-tiap daerah selalu menjadi hal yang sangat
menarik untuk dibahas, baik dari segi latar belakang budaya perkawinan maupun
perkawinan bukan hanya sekedar menyatukan dua insan yang saling mencintai
lebih dari itu, ada nilai-nilai dan beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dari
Wardatun (2018) mengatakan bahwa Islam adat dan negara adalah tiga aspek
yang sangat berkaitan di dalam diskusi hukum keluarga Islam, termasuk hukum
berlawanan dan saling menegasikan. Ada banyak aspek dalam hukum keluarga
dimana hukum Islam yang di representasekan oleh fiqh menjadi senjata untuk
dari berbagai pelosok daerah. Bukan hanya dari suku asli sulawesi-selatan saja
seperti Makassar, Bugis, mandar Dan Toraja, tetapi suku dari luar Sulawesi-
Selatanpun ada seperti Papua, Maluku, Jawa, Kalimantan bahkan Tionghoa juga
ada. Bisa dikatakan bahwa penduduk Makassar berasal dari suku Sabang sampai
1
2
etnis (Juliani, dkk 2015). Arus globalisasi dan kemajuan teknologi seperti
sekarang yang kita nikmati akan semakin memudahkan kita untuk berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang lain baik di daerah sendiri, maupun yang berasal
dari negara lain, kemudahan interaksi antar negara inilah yang membuat
yang cukup jauh bahkan hingga di luar negara sekalipun, bahkan lebih dari
kehidupan manusia dimana hal ini akan menjadi langkah awal bagi dua insan
untuk memulai bahtera rumah tangga. Dalam hukum Islam, kata perkawinan di
dalam bentuk perkataannya) mengatakan “barang siapa yang kawin berarti ia telah
satu unsur terpenting dalam sebuah perkawinan menurut hukum Islam adalah
terhadap kedudukan wanita. Dalam penelitian yang dilakukan Huda dan Nova
(2018) dalam perkawinan secara Islami tidak ada tuntutan yang mengharuskan
adanya uang panaik seperti halnya perkawinan adat bugis. Apalagi jumlah yang
dipatok sangat banyak jumlahnya. Ketika umat Islam telah memenuhi syarat dan
rukun dalam perkawinan, maka perkawinan tersebut sah menurut hukum agama
dan hukum positif di Indonesia. Karena yang sebenarnya tradisi uang panaik tidak
pernah ada pada zaman Rasulullah maupun sahabatnya yang hal ini telah menjadi
kontroversi apakah sesuai dengan ajaran Islam dan tidak menyimpang dari sunnah
atau tidak.
salah satu hal yang harus dipenuhi oleh pihak lelaki yang ingin menikah untuk
diberikan kepada pihak wanita sebagai suatu pemberian. Dewasa ini, di Kelurahan
menyamakan antara mahar dan uang panaik. Persepsi seperti ini bisa dibenarkan,
kecenderungan budaya untuk menetapkan jumlah uang panaik dalam kadar yang
cukup tinggi. Hal ini tentu dapat saja berimplikasi pada munculnya laki-laki dan
perempuan yang sudah cukup usia, namun belum juga menikah atau akan
hasrat seksualitas. Secara tekstual tidak ada peraturan yang mewajibkan tentang
pemberian uang panaik sebagai syarat sah perkawinan. Pemberian wajib ketika
4
akan melangsungkan sebuah perkawinan dalam hukum Islam hanyalah mahar dan
Aini (2013) mahar adalah syarat pernikahan. Dalam sejarah hukum Islam,
jenis dan jumlah mahar tidak pernah dilakukan akan tetapi jumlah Mahar terus
uang panaik berubah dan terpolakan secara sosial, kultural dan ekonomi seiring
perbedaan pendapat para ulama dalam menetapkan rukun dan syarat perkawinan.
Ada ulama yang menyebutkan bahwa rukun perkawinan adalah akad (ijab dan
qabul), kedua calon mempelai, saksi, dan dua orang yang melakukan akad (wali
dan calon suami). Adapula penjelasan dari ulama lain yang mengatakan bahwa
calon suami, dua orang saksi yang menyaksikan akad nikah, sertaa Ijab dan
Qabul. Mahar yang harus ada dalam setiap perkawinan tidak termasuk ke dalam
rukun, karena mahar tersebut tidak mesti disebut dalam akad perkawinan dan
tidak mesti diserahkan pada waktu akad itu berlangsung. Dengan demikian, mahar
termasuk kedalam syarat perkawinan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
pada saat akad nikah berlangsung dan diserahkan setelah selesainya akad nikah
perempuan pada saat akad nikah berlangsung dapat saja terjadi sampai sepasang
5
suami istri harus berpisah, baik pisah karena meninggal dunia maupun pisah hidup
karena bercerai.
mempelai pria untuk mengetahui latar belakang pihak calon mempelai wanita.
A’suro adalah acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria kepada
penentuan hari perkawinan, juga disepakati besarnya mas kawin dan uang belanja.
pengertian mahar dan uang panaik masih banyak yang keliru. Masih ada segelintir
orang yang menyamakan kedudukan mahar dan uang panaik, uang panaiknamun
diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita yang
strata sosial. Uang panaik ini belum terhitung sebagai mahar penikahan,
melainkan sebagai uang adat namun terbilang wajib dengan jumlah yang
disepakati oleh kedua belah pihak atau keluarga. Menurut Armansyah (2017)
6
untuk sahnya perkawinan, para ulama telah banyak merumuskan sekian banyak
rukun dan sarat, yang mereka pahami dari ayat-ayat Al-quran maupun hadis Nabi
wali, dua orang saksi, mahar serta terlaksananya ijab kabul merupakan rukun atau
syarat sah suatu pernikahan. Dalam adat perkawinan Makassar, terdapat dua
istilah yaitu mahar dan uang panaik. Mahar adalah pemberian berupa uang atau
harta dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebagai syarat sahnya
yang harus diserahkan oleh pihak keluarga calon mempelai laki-laki kepada pihak
Pengertian dari mahar dengan uang panaik memang hampir mirip, yaitu
Sunrang atau mahar merupakan kewajiban yang ada dalam Islam, sedangkan uang
tingginya jumlah uang panaik yang dipatok keluarga calon mempelai perempuan
karena tidak dapat menyanggupi jumlah uang panaik. Penyebab tingginya jumlah
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah status sosial calon isteri serta
mahar muncul dengan karakternya yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
memiliki ciri khas tersendiri. Seperti tradisi perkawinan adat suku makassar di
suku makasar dipengaruhi oleh faktor sosial. perkawinan adat dalam suku
sakral dimana ritual tersebut harus dijalani oleh semua orang. Seorang gadis yang
telah menginjak usia dewasa seharusnya sudah menikah. Jika tidak demikian
terkadang orang tua mendesak anak perempuannya untuk menikah dengan calon
Pengadilan Agama dan para hakim agama di seluruh Indonesia. Dalam Konflikasi
Hukum Islam (KHI) pasal 31 tentang mahar dijelaskan bahwa mahar ditentukan
Islam. Akan tetapi, hal tersebut perlu disegarkan kembali mengingat kehidupan
yang terjadi sekarang ini, akan sangat tidak relevan dengan kebutuhan perempuan
8
Pa‟buntingan merupakan ritual yang sangat sakral dimana ritual tersebut harus
dijalani oleh semua orang. Seorang gadis yang telah menginjak usia dewasa
seharusnya sudah menikah. Jika tidak demikian maka akan menjadi bahan
anak perempuannya untuk menikah dengan calon suami pilihan mereka. Adat
masyarakat di Gowa tidak sesuai dengan hukum Islam yang berlaku, dimana
fakta yang terjadi di masyarakat Gowa sekarang ini dalam proses perkawinan
lebih mengutamakan uang panaik dari pada mahar, padahal dalam hukum Islam
permasalahan nilai mahar dan uang panaik di Kabupaten Gowa, dimana jika kita
mengutamakan uang panaik dari pada mahar, padahal dalam Islam yang menjadi
syarat sah perkawinan adalah mahar, akan tetapi respon masyarakat lebih lebih
tidak ada uang panaik, maka pernikahan juga tidak ada. Menurut Halik (2018)
sosial dengan mempersoalkan ketimpangan relasi sosial yang ada. Penelitian kritis
B. Fokus Penelitian
dalam persfektif akuntansi keperilakuan jika dilihat dari sudut pandang Islam dan
sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada
manusia, hewan mahupun tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut adalah suatu cara yang
dipilih oleh Allah Subuhana Wata’ala sebagai jalan bagi mahkluk-Nya untuk
perkawinan dalam ajaran Islam mempelai laki-laki wajib memberikan mahar atau
mas kawin kepada mempelai perempuan baik berupa emas atau uang sebagai
C. Rumusan Masalah
yang berkaitan dengan kedua calon mempelai mulai dari acara/ritual lamaran
hingga resepsi pernikahan. Ditambah lagi dengan biaya mahar dan uang panaik
Menurut Ikbal (2016) Mahar merupakan pemberian wajib yang penuh kerelaan
dari suami sebagai simbol penghormatan kepada istri dikarenakan adanya ikatan
suami untuk membina rumah tangga bersama istrinya. Apalagi di jaman moderen
seperti sekarang ini yang semuanya serba mahal yang tentunya hal itu akan
mempersulit pihak dari mempelai laki-laki. Dalam perkawinan secara Islami tidak
ada tuntutan yang mengharuskan adanya uang panaik seperti halnya perkawinan
adat makassar yang terkadang mematok harga uang panai terlalu mahal sehingga
mempersulit pihak laki-laki, yang wajib dalam pernikahan menurut Islam yaitu
ketika sudah memenuhi syarat dan rukun dalam perkawinan, maka hal tersebut
Gowa?
D. Penelitian terdahulu
dalam perkawinan berdasarkan hukum Islam, akan tetapi masih sedikit peneliti
yang melakukan penelitan yang berfokus tentang nilai mahar dan uang panaik
menyamakan antara nilai mahar dan uang panaik yang terkadang menyulitkan
11
laki-laki. Dalam hukum Islam yang sebenarnya tidak ada istilah uang panaik
melainkan hanya ada mahar yang wajib diberikan laki-laki kepada wanita, akan
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
secara tekstual
berkesimpulan
bahwa batas minimal
kuantitas mahar
adalah cincin besi
atau yang senilai
dengannya, dengan
kualitas sesuatu yang
dapat diambil
manfaatnya.
5. Rahayu dan Uang Nai’: Jenis metode Budaya Panai’ bagi
Antara Cinta yang digunakan masyarakat Bugis
Yudi (2015) dan Gengsi adalah kualitatif perantauan memahaminya
deskriptif. sebagai bagian
dari prosesi lamaran untuk
membiayai pesta
perkawinan Penentuan uang
nai’ umumnya
ditentukan oleh status sosial
yang disandang
oleh keluarga mempelai
perempuan Status
sosial tersebut antara lain:
keturunan bangsawan, status
pendidikan, status pekerjaan,
dan status ekonomi Semakin
baik status
sosial yang dimiliki pihak
keluarga mempelai
perempuan, semakin tinggi
uang belanja
yang harus ditanggung oleh
pihak laki-laki
Pertimbangan besarnya uang
belanja sebagai syarat adat
menjadi dominasi bagi kaum
muda Sebagian kaum muda
menganggap
adanya proses transaksional
dalam prosesi lamaran
Kepentingan dua muda mudi
yang saling mencintapun
harus tunduk
pada keputusan-keputusan
yang muncul
dari adat istiadat warisan
leluhur
E. Kebaharuan (Novelthy) Hasil Penelitian
14
temuan yang baru dari hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian dikatakan baik
jika menemukan unsur temuan baru, sehingga akan memberikan kontribusi yang
peneliti dengan menggunakan dua alat analisis yakni Islam dan adat, dan yang
akan dianalisis adalah nilai mahar dan uang panaik perkawinan bangsawan di
keperilakuan. Peneliti akan menganalisis tentang nilai mahar dari sudut pandang
Islam dan uang panaik dari sudut pandang adat dengan menggunakan paradigma
mengetahui apakah kebiasaan yang berlaku pada bangsawan tentang nilai mahar
F. Tujuan Penelitian
Kabupaten Gowa.
G . Manfaat Penelitian
berlaku.
Gowa, agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan praktisi dan
dan uang panaik, dan untuk masyarakat luas diseluh dunia, terkhusus
KAJIAN PUSTAKA
sebuah sistem yang bekerja untuk menciptakan tatanan dan stabilitas sosial.
hidupnya, serta berfungsi dengan baik. Ciri kehidupan struktural sosial muncul
mengikuti era modern. Hal ini dilakukan untuk memenuhi dan merespon
Aini (2013) kompensasi harus diberikan karena sebagai aset dan sumber
daya bagi keluarga, pengantin perempuan setelah pernikahan akan keluar dari
keluarga asalnya dan kemudian menjadi anggota keluarga dari keluarga suaminya.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa teori struktural fungsional berkaitan
dengan obyek yang akan diteliti. Dimana ketika kita melihat realita yang terjadi di
masyarakat sekarang tentang penentuan harga nilai mahar yang terkadang pihak
keluarga dari perempuan biasanya mematok jumlah mahar yang harganya sangat
tinggi yang otomatis akan memberikan beban kepada pihak laki-laki yang
16
17
sebenarnya hal tersebut tidak sesuai dengan hukum Islam. Jika kita melihat dari
sisi ekonomi itu menjadi hal yang lumrah dan sah-sah saja melihat sekarang sudah
modern, harga barang-barang serba mahal serta biaya ekonomi masyarakat juga
ikut meningkat dan yang pastinya jika melakukan suatu acara apalagi itu acara
selama manusia masih bertahta di dunia ini. Ilmuwan, akademisi dan praktisi
lahir tidak lepas dari Institut penelitian sosial di Frankfurt (Institut für
Sozialforschung) didirikan pada tahun 1923 oleh seorang kapitalis yang bernama
Herman Weil.
Schule). Cara dan ciri pemikiran aliran Frankfurt disebut ciri teori kritik
dari manipulasi teknokrasi modern. Beberapa tokoh Teori Kritis angkatan pertama
Muslim (2015) ciri khas paradigma Kritis adalah bahwa paradigma ini
paradigma kritis tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Teori Kritis
realitas sosial tapi juga ingin membongkar ideologi-ideologi yang sudah ada.
sudah ada dalam pembebasan manusia dari segala belenggu penghisapan dan
penindasan.
yang ada. Penelitian kritis ditopang oleh perspektif teori kritis dengan asumsi-
tersebut akan berdampak pada tata kehidupan masyarakat itu sendiri., misalnya
dalam hal ini masalah perkwinan terhadap masyarakat di Kabupaten Gowa yang
tentunya akan ikut pula dipengaruhi oleh status sosial masing-masing dari mereka
19
yang akan melangsungkan perkawinan baik dari segi nilai mahar maupun uang
panaiknya.
B. Islam
Sementara dalam hukum Islam (fiqh) setiap perbuatan hukum adalah sah apabila
dilakukan dengan memenuhi rukun dan syarat (Wahyudi, 2014). Islam, adat, dan
saling menegasikan. Ada banyak aspek dalam hukum keluarga di mana hukum
Dialog antara Islam dan adat dalam praktek keagamaan muslim Indonesia
sendiri telah lama menarik perhatian para pakar hukum. Banyak teori yang
maka sandaran utama berada pada dua panduan yaitu adat dan
Islam.
20
Huda dan Nova (2018) Dalam perkawinan secara Islami tidak ada
tuntunan yang mengharuskan adanya uang panaik seperti halnya perkawinan adat
positif di Indonesia.
Hukum Islam tentang mahar tidak pernah memisahkan dimensi moral dari
dibiarkan dan membawa efek buruk terhadap perempuan (Aini, 2014). Lebih
lanjut dalam penelitian Ikbal (2016) Agama Islam sebagai agama rahmatan lil
tidak memberatkan bagi pihak yang mempunyai niat suci untuk menikah.
di dalamnya.
C. Adat Istiadat
perempuan yang sudah dewasa mencapai umur 17 tahun, sudah mampu mandiri
21
dalam hal mengurus badan sendiri dan pasangan hidupnya, mampu bertanggung
jawab membangun rumah tangga dengan dasar saling mencintai satu sama lain.
Maka harus menjalin hubungan yang sah dengan akad ijab kabul (Romli dan Eka
,2018)
bagi mereka yang hidup saja, akan tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa
yang sangat berarti serta sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh arwah-
arwah para leluhur kedua belah pihak. Dengan demikian, perkawinan menurut
adat merupakan suatu hubungan lebih luas, yaitu antara kelompok kerabat laki-
laki dan perempuan, bahkan antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain
(Huda dan Nova, 2018). Ditahun yang sama penelitian yang dilakukan oleh Ikbal
Pa‟buntingan merupakan ritual yang sangat sakral dimana ritual tersebut harus
dijalani oleh semua orang. Seorang gadis yang telah menginjak usia dewasa
seharusnya sudah menikah. Jika tidak demikian maka akan menjadi bahan
makassar telah mengalami banyak perubahan dimana terkadang biaya mahar dan
uang panaik yang begitu tinggi. Karena hal inilah mengapa perkawinan adat
Makassar merupakan salah satu jenis perkawinan yang sangat kompleks dan
terkadang melibatkan banyak emosi dan air mata didalamnya. Menurut Wekke
standar yang baru pula sesuai dengan hasil pertemuan dua budaya. Menurut
Syarifuddin dan Ratna (2015) dalam prosesi pernikahan adat Makassar ada
pandai bersiasat. Sambil berbicara kesana kemari sang wanita kepercayaan ini
kemenakankun itu? Bila pertanyaan ini dijawab dengan kata-kata “nia’mo anjo
appukattangi, mingka kontu baku teai tutu’na” yang berarti: telah ada yang
datang dan bertanya perihal itu, tapi bagi bakul yang belum ada tutupnya”,
orang yang di anggap disegani di masyarakat sebagai duta. Sebelum sang duta
secara rahasia karena acara ini memang masih bersifat pembuka jalan. Setelah
kedatangan mereka untuk melamar anak gadis sanh empunya rumah. Biasanya
akan menanyakan langsung kepada sang gadis bersedia atau tidak mengingat
4. Assuro, pada tahap ini pihak calon pria akan menanyakan kententuan waktu
waktu yang luang bagi keluarga, biasanya yang pangaling menentukan hari
mengikut.
6. Appanaik leko’ caddi (menaikkan/ membawa daun sirih kecil),tahap ini untuk
menentukan waktu pernikahan. Pihak calon mempelai pria akan datang dengan
membawa rombongan yang lebih besar dan pihak calon mempelai wanita akan
belah pihak, dalam acara ini hadir pulapenghulu adat yang kan menyaksikan
peresmian tersebut.
D. Mahar Perkawinan
uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika
akad nikah berlangsung, akan tetapi mahar juga bisa diberikan setelah akad
berlangsung. Mahar sebenarnya sudah dikenal sejak jaman nabi, jauh sebelum
24
datangnya Islam, tetapi mahar pada jaman dulu diperuntukkan untuk keluarga
atau kerabat perempuan karena bentuk perkawinan pada masa itu menyerupai
transaksi jual beli antara calon suami sebagai pembeli dan ayah atau kerabat dari
calon istri sebagai pemilik barang. Menurut Syuarifuddin dan Ratna (2015) mahar
merupakan pemberian berupa uang atau harta dari pihak laki-laki kepada pihak
akad nikah atau wat‟i atau karena merusakkan kehormatan wanita. Adapun ayat
(#θè?#uuρu!$|¡ÏiΨ9$#£ÍκÉJ≈s%߉|¹\'s#øtÏΥ4βÎ*sùt÷ÏÛöΝä3s9tã&óx«çµ÷ΖÏiΒ$T¡ø tΡçνθè=ä3sù$\↔ÿ‹ÏΖyδ$\↔ÿƒÍ÷£∆∩⊆∪
Terjemahnya:
dinikahi, karena mahar tersebut adalah hak mutlak bagi seorang perempuan.
Menurut Halomoan (2015) mahar dibagi menjadi dua yakni mahar musamma
yaitu mahar yang di sepakati oleh pengantin laki-laki dan pengantin perempuan
yang disebutkan dalam redaksi adat yang wajib dibayar apabila telah terjadi
hubungan suami istri dan apabila salah seorang dari mereka meninggal. Dan
mahar mitsil (sepadan) yaitu mahar yang disebutkan besar kadarnya pada saat
sebelum atau ketika terjadi pernikahan, atau mahar yang diukur yang telah
diterima oleh keluarga terdekat, dengan melihat status sosial, kecantikan, dan
sebagainya.
hukum Islam, hal ini tidak bertentangan dengan Syari’at Islam dan tidak merusak
akidah karena salah satu fungsi dari pemberian uang panai’ adalah sebagai hadiah
bahtera rumah tangga dan ini merupakan maslahat baik bagi pihak mempelai laki-
laki dan mempelai perempuan. Adat seperti ini sering disebut dengan ‘urf sahih
yaitu adat yang baik, sudah benar dan bias dijadikan sebagai pertimbangan
hukum.
26
Jaih Mubarok dalam halomoan (2015) syarat mahar dalam hukum Islam
1. Harta berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga walaupun tidak
ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar, mahar sedikit tapi bernilai tetap
2. Barangnya suci dan bisa diambil manfaatnya. Tidak sah mahar dengan
memberikan khamar, babi, atau darah, karena semua itu haram dan tidak
berharga/suci.
3. Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang orang lain
tidak sah.
4. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan barang
E. Uang Panaik
Uang panaik adalah biaya yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada
pihak perempuan yang akan dipakai untuk biaya pesta perkawinan. Pemberian
uamg panaik merupakan salah satu langkah awal yang harus dipenihi oleh laki-
panaik adalah sejumlah uang yang wajib serahkan laki-laki kepada pihak
perempuan yang akan digunakan sebagai biaya yang akan digunakan sebagai
biaya dalam resepsi perkawinan dan belum termasuk mahar. Uang panaik menjadi
pembahasan utama pada saat proses lamaran dilakukan. Uang panaik adalah
27
syarat yang menentukan untuk berlangsung atau tidaknya perkawinan. Hal ini,
menjadi menjadi kewajiban perempuan dan orang tuanya untuk membiayai segala
meminang keluarga dari keturunan raja atau bangsawan, maka mereka harus
kesejahteraan dan kenyamanan untuk istri dan anak-anaknya kelak. Uang panaik
menjadi syarat wajib dan mutlak untuk mereka penuhi. Uang panaik yang tinggi,
gadisnya.
diberikan oleh pihak laki-laki kepada perempuan sebagai sebuah penghargaan dan
realitas penghormatan terhadap norma dan strata sosial. Bagi laki-laki yang juga
berasal sari suku Makassar, memenuhi jumlah uang panaik merupakan siri’ jadi
panaik sebagai simbol akan ketulusan untuk meminang perempuan tersebut. Menurut
Nuruddaroini (2019) uang panaik merupakan salah satu tradisi yang dilakukan dalam
rangkaian acara perkawinan. Hal ini akan menjadi aneh, apabila tidak dilaksanakan dan
Perkawinan suku Makassar yang menjadi ciri khas dalam perkawinan adalah
uang panaik yang bervariasi jumlahnya, uang puluhan juta bahkan sampai ratusan juta
menjadi nominal yang lumrah, terlebih lagi jika calon mempelai perempuan adalah
28
keturunan bangsawan dan mempunyai gelar adat seperti, Karaeng, Andi’, Opu, Puang,
sudad berhaji serta memiliki tingkat pendidikan S1,S2, maka uang panaik yang tinggi
tidak akan menjadi masalah dan itulah fakta yang terjadi sekarang.
melamar seorang perempuan, ada beberapa aspek yang akan mereka perhatikan
seperti tingkat sosial,ekonomi dan derajat. Menurut Ikbal (2016) mahar dan uang
panaik dalam perkawinan adat suku Makassar adalah suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Karena dalam prakteknya kedua hal tersebut memiliki posisi
yang sama dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi. Walaupun dalam hal ini
uang panaik lebih mendapatkan perhatian dan dianggap sebagai suatu hal yang
nominal uang panaik lebih besar daripada jumlah nominal mahar. Sebagaimana
Át/∩⊄⊂∠∪
Terjemahnya :
seseorang dalam kehidupannya, status sosial, pihak-pihak yang menikah itu, dan
dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat lain dari satu masa ke masa yang
lain dan dari satu negeri ke negeri lain. Dengan demikian jelaslah bahwa mahar
merupakan suatu unsur penting dalam pernikahan yang Islami yang tanpanya
masyarakat dewasa ini adalah uang panaik mendapat perhatian lebih besar
dibandingkan dengan mahar dan dianggap sebagai sesuatu hal yang sanagat
panaik yang ditentukan oleh pihak wanita biasanya lebih banyak dari pada jumlah
mahar yang diminta. Uang panaik bisa mencapai ratusan juta rupiah karena
G. Akuntansi Keperilakuan
disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji antara hubungan perilaku manusia dan
sistem akuntansi, serta dimensi keperilakuan dari organisasi dimana manusia dan
itu, ditandai dengan lahirnya sejumlah jurnal dan artikel yang berkenaan dengan
30
kenal selama ini telah mengalami perjalanan yang panjang, dengan seperangkat
dan tahapan rekonstruksi sebagai sebuah ilmu pengetahuan sosial yang sah serta
angka-angka, akan tetapi akuntasi juga sudah berkembang kedalam rana sosial,
ekonomi, dan budaya. Akuntansi bukan sekedar debet kredit, catatan, hitungan,
masyarakat umum tentang akuntansi masih belum berubah dari hitungan dan uang
(Suryaningrum, 2011).
bukanlah fenomena alam (natural science) namun lebih pada fenomena sosial.
melalui budaya dan histori tersebut, membuat peranan akuntansi bukan lagi
sekedar peranan tradisional yang selama ini dipahami, akan tetapi berkembang ke
Meluasnya paradigma akuntansi tersebut tidak lain disebabkan oleh riset yang
piritual accounting.
Marina (2011) Secara lebih terinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan antara
lain:
sama.
pada sumber kebenaran dan nilai akuntansi yang bersumber dari Allah Subuhana
Wata’alah sesuai dengan faham tauhid yang dianut agama Islam. Alah Subuhana
Wata’alah menjadi sumber kebenaran, pedoman hidup dan sumber hidayah yang
Akuntansi Keperilakuan
logika jual beli. Dalam hal ini pihak perempuan sebagai pemilik barang atau
penjual dan pihak laki-laki sebagai pembeli dan perempuan sebagai barang yang
akan dinikahi, tetapi sebagai bukti rasa cinta dan ikatan kekerabatan serta kasih
sayang dan mengatur pemberian mahar kepada perempuan. Al-qur’an dalam hal
ini adalah untuk mengunah posisi perempuan sebaga objek penjualan menjadi
seorang pelaku kontrak yang sebagai ganti karena dia telah memberikan hak
(Wahyudi, 2014).
kental dengan adat dan berbagai ritual, sebagai salah satu sistem perkawinan yang
kompleks karena mempunyai rangkaian prosesi yang sangat panjang dan syarat-
syarat yang sangat ketat ini tidak lepas dari budaya malu yang
berlaku di suku Makassar yang disebut Budaya Siri’. Menurut Ikbal (2016)
33
mahar dan uang panaik dalam perkawinan adat suku Bugis Makassar adalah
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena dalam prakteknya kedua hal
tersebut memiliki posisi yang sama dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi.
Walaupun dalam hal ini uang panaik lebih mendapatkan perhatian dan dianggap
perkawinan. Sehingga jumlah nominal uang panaik lebih besar daripada jumlah
nominal mahar. Adanya uang panai yang terkadang lebih dominan dari nilai
yang tak jarang hal ini biasa terjadi terhadap anak muda yang saling mencintai
dikarenakan uang panai yang terlalu tinggi sehingga lebih memilih kawin lari
dengan pacarnya. Selain itu bahkan ada yang gagal menikah sampai nekat bunuh
sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada
dan Ratna (2015) dalam perkawinan Makassar untuk mengikat kedua belah pihak
di butuhkan mahar dan uang panaik, dimana kedua undur ini akan digunakan
Melihat pesta adat yang sering dulakukan oleh masyarakat makassar yang
dibiayai dengan uang panaik jika ditinjau dari sudut pandang Islam adalah suatu
jaman sekarang kita menyaksikan sendiri realita yang terjadi di masyarakat Kita
membebani diri dengan mengadakan resepsi perkawinan yang melebihi dari uang
panaiknya , sampai ada yang menggadaikan atau bahkan menjual benda berharga,
atau dengan mencari utang yang akan mencekik lehernya. Perbuatan demikian
sangat kompleks dan terkadang melibatkan banyak emosi dan air mata
Makassar, maka kita akan melihat didalamnya dipenuhi dengan ritual dan adat
yang tidak mungkin dapat disepelekan karena mulai dari tahap lamaran sampai
Syarifuddin dan Ratna (2015) pernikahan adalah sebuah upacara penting dalam
semua suku karena pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan, tetapi juga
dua keluarga besar. Pernikahan akan lebih rumit ketika menyangkut dua keluarga
bangsawan. Jaman dahulu orang suku makassar belum mengenal yang namanya
pihak keluarga.
35
Uang panaik adalah sejumlah uang yang wajib diserahkan oleh calon
mempelai laki-laki kepada pihak keluarga calon istri yang akan digunakan sebagai
masyarakat suku Makassar pemberian uang panaik dalam perkawinan adat mereka
adalah suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan, tidak ada uang panaikberrati
tidak ada perkawinan karena dari sudut pandang suku makassar uang panaik dan
mahar merupakan hal yang wajib di serahkan oleh pihak laki-laki. Masyarakat
bugis Makassar, lapisan sosial sering menjadi pertimbangan dalam mencari jodoh
pertimbangan dalam hal perjodohan, uang belanja dan mahar (Rahayu dan Yudi,
2015).
J. Rerangka Pikir
kehidupan manusia dimana hal ini akan menjadi langkah awal bagi dua insan
Syuarifuddin dan Ratna (2015) sompa atau mahar merupakan pemberian berupa
36
uang atau harta dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebagai syarat
sahnya pernikahan menurut ajaran Islam. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah
diuraikan sebelumnya, maka model rerangka pikir dalam penelitian ini dapat
Gambar 2.1
Rerangka Pikir
Akuntansi Keprilakuan
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan paradigm kritis, yaitu akan menganalisis mengenai mahar dan uang
secara kritis tentang uang panaik lebih diutamakan dari pada mahar, yang
sebenarnya hal yang demikian tidak sesuai dengan hukum islam, objek penelitian
37
38
B. Paradigma Kritis
Interpretif dan Kritis (Muslim, 2015). Berdasarkan tujuan penelitian yang telah
ketimpangan relasi sosial yang ada. Penelitian kritis ditopang oleh perspektif teori
bahwa obyek penelitian yakni Islam vs adat kajian nilai mahar perkawinan
Kabupaten Gowa, dimana adat kebiasaan pada masyarakat di Gowa tidak sesuai
dengan hukum Islam yang berlaku, dimana fakta yang terjadi di masyarakat
sekarang ini dalam proses perkawinan lebih mengutamakan uang panaik dari pada
mahar, padahal dalam hukum Islam mahar lebih diutamakan karena merupakan
berhubungan dengan obyek yang akan diteliti. Paradigma kritis, dimana hubungan
39
peneliti dengan hal yang diteliti dijembatani oleh nilai-nilai tertentu, realitas yang
diamati merupakan hal yang masih semu yang telah terbentuk oleh proses sosial
dan sejarah serta kekuatan sosial, dan ekonomo politik.Menutur Muslim (2015)
paradigm kritis memiliki ciri khasnya tersendiri, paradigm ini memiliki pemikiran
sendiri, yang berbeda denga filsafat dan sosiologi tradisional lainnya. Karena
daftar pertanyaan yang telah disediakan sendiri oleh peneliti yaitu Kepala
Lingkungan Tinggiballa dan tokoh masyarakat. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari berbagai literatur dan internet searching terkait tentang penetapan
nilai mahar yang berlaku di Makassar dan arsip-arsip yang berhubungan dengan
1. Observasi
meliputi pemuatan perhatian terhadap suatu objek yang diteliti dan lebih banyak
menggunakan salah satu dari panca indra penglihatan manusia. Observasi akan
lebih efektif jika informasi yang akan diambil berupa kondisi atau fakta yang
alami. Tingkah laku dan hasil kerja informan dalam situasi alami. Dalam hal ini
40
memperoleh bebagai informasi terkait mahar dan uang panaik yang berlaku di
2. Wawancara
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari respoden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-
3. Studi Pustaka
Salah satu teknik pengumpulan data terkait dengan objek penelitian untuk
mendapatkan konsep dan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji
4. Dokumentasi
berbagai sumber yang ada baik itu secara tertulis maupun dokumen yang ada pada
responden penelitian terkait mahar dan uang panaik pada Kelurahan Sapaya
Kabupaten Gowa.
41
5. Internet Searching
Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari
menemukan fakta atau teori yang ada yang berkaitan dengan mahar dan uang
E. Deskripsi Informan
atau informasi yang dibutuhkan peneliti terkait dengan obyek yang akan menjadi
fokus penelitian. Berikut beberapa informan atau tokoh masyarakat di Kel. Sapaya
Kabupaten Gowa yang telah di wawancarai oleh peneliti, akan disajikan pada
Tabel 1.2
Informan Penelitian
F. Instrumen Penelitian
menjadi instrument peenelitian yang paling penting adalah peneliti itu sendiri.
Instrument penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data
lapangan adalah :
Alat tulis
43
yang dibutuhkan.
penelitian ini, peneliti akan menggunakan Islam dan adat sebagai alat analisis
untuk menganalisis nilai mahar dan uang panaik perkawinan bangsawan Makassar
terkait masalah perbedaan nilai mahar dan uang panaik dari sudut pandang Islam
Gowa.
dengan topic maupun pertanyaan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih
dihilangkan.
lapangan
44
Membaca data secara keseluruhan dan seksama serta membuat catatan pinggir
tinjauan ulang dilpangan untuk menguji kebenaran dan validitas makna yang
Reduksi data (Data Reduction) data yang baru diperoleh dari penelitian yang
Penyajian data, yaitu menyusun dan merangkai data informasi dalam bentuk
(transferability) pada aspek nuralis. Melihat hal tersebut maka kepercayaan data
keberhasilan sebuah penelitian. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan dua
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck. Untuk
memperoleh data yang valid, dapat dilakukan dengan melakukan uji kredibilitas
(validytas internal) terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian yang sesuai
a) Untuk menghapus jarak antara peneliti dan narasumber, maka akan dilakukan
data di lapangan telah kredibel. Hal ini dilakukan untuk mengecek kesesuaian
c) Triangulasi data merupakan salh satu tehnik yang mencari pertemuan pada satu
titik tengah informasi dan data yang telah diperoleh guna pengcekan dan
pembanding terhadap data yang ada sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti
tersebut dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan dalam hal ini teori
untuk mendukung dan membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti
kredubilitas data.
e) Diskusi, hal ini dilakukan dengan orang yang sudah kompeten pada bidangnya,
yang diperoleh akan lebih sempurna. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat
kompeten.
untuk menemukan nilai pada penelitian kualitatif. Nilai tersebut tidak bersifat
universal, tetapi dapat diterapkan apabila memiliki konteks dan situasi yang mirip
dengan objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh uraian yang rinci,
jelas dan sistematis dan dapat dipercaya oleh pembaca mengenai hasil penelitian.
Pembaca akan bijak untuk menerapkan hasil penelitian tersebut sesuai dengan
konteks dan situasi yang identic dengan penelitian yang dimaksud. Dengan
1. Letak Geografis
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km2 atau sama dengan 3,01% dari
yakni sekitar 72,26% dan selebihnya 27,74% berupa dataran rendah. Kabupaten
yang berada pada bagian selatan. Provinsi Sulawesi-Selatan ini berbatasan dengan
Kabupaten Bone.
Jeneponto.
Kabupaten Gowa dengan letak geografis 5033’ – 5034’ Lintang Selatan dan
120038’ - 120033’ Bujur Timur. Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah dataran
47
48
rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 10-2800 meter diatas
2. Perekonomian Daerah
seperti pasir,batukali dan kerikil yang secara turun – temurun mampu memenuhi
potensi Kabupaten Gowa yang lain adalah sektor pertanian yang mampu
memberikan kontribusi sebesar 45% atau sekitar Rp 515,2 miliar dari total lahan
kabupaten, dengan hasil yang memadai dari berbagai jenis tanaman pertanian
Mahar atau mas kawin dalam Islam adalah wajib hukumnya. Mahar adalah
harta atau benda berharga yang diberikan kepada pihak perempuan karena adanya
akad nikah. Tujuan dari pemberian mahar tersebut adalah bukti kesungguhan
suami untuk menikah dan menempatkan perempuan tersebut pada derajat yang
mulia. Dengan adanya mahar maka sudah jelas bahwa perempuan adalah mahkluk
yang mulia dan harus dihargai. Menurut Islam mahar bisa disebutkan saat akad
berlangsung atau bisa juga tidak disebutkan yang jelas bentuk dan nilainya sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak maka itu sudah dianggap sah.
tidak ada. Rasulullah SAW pernah bersabda dalam haditsnya bahwa mahar
49
perkawinan dapat berupa cincin besi atau emas dan sebaik-sebaik perempuan
“Carilah walaupun hanya berupa cincin besi” (HR. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan tentang mahar perkawinan dari hadist diatas sudah jelas bahwa
syarat harta yang dijadikan sebagai mahar perkawinan yaitu harus berharga atau
Gowa biasanya berupa cincin emas atau sawah yang disebutkan pada saat acara
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat kita ketahui bahwa bentuk
mahar dapat berupa cincin emas atau sawah. Pada umumnya yang wajib
menentukan jenis dan nilai mahar adalah wali pihak perempuan. Sebenarnya
mahar tidak selamanya selalu identik dengan uang, emas, Al-Qur’an, rumah atau
berbagai barang mewah lainnya, akan tetapi mahar juga dapat berupa hafalan
surah dalam Al-Qur’an. Berikut ini beberapa syarat mahar dalam Islam adalah
sebagai berikut:
1. Harta yang dijadikan mahar adalah harta yang bermanfaat dan sesuai dengan
syariat Islam. Maka sebaiknya tidak memakai mahar yang haram seperti babi
dan darah.
50
2. Mahar harus berupa harta yang berharga dan memiliki nilai, karena pemberian
mahar dianggap tidak sah jika barang yang diberikan tidak ada harganya.
3. Mahar perkawinan harus diketahui bentuk dan zatnya (tidak boleh dari sesuatu
Mahar dan uang panaik dari sudut pandang Islam, merupakan dua hal yang
berbeda. Dimana mahar merupakan syarat sah perkawinan dalam islam yang
harus dipenuhi dan diberikan pihak laki-laki kepada perempuan yang hendak
uang panaik Islam itu tidak ada dan murni lahir dari adat istiadat kebiasaan
merupakan hadiah yang diberikan pihak laki-laki kepada perempuan yang akan
Kabupaten Gowa
terbebani dengan nilai mahar dan uang panaik dengan nominal yang tinggi. Kedua
hal ini sudah menjadi tradisi saat hendak melamar seorang gadis, dalam tradisi
adat Makassar nilai uang panai dapat mencapai puluhan hingga ratusan juta,
bangsawan, telah bekerja, lulusan sarjana, SMA, dokter, hingga perempuan yang
berikut:
Hasil wawancara yang diperoleh diatas jelas, mahar dan uang panaik
adalah dua hal yang berbeda. Banyak hal yang menyebabkan sehingga mahar dan
uang panaik bengsawan mahal, selain karena status sosialnya, faktor lain sebab
acara perkawinannya yang butuh biaya yang besar sehingga beda dari masyarakat
paketnya empat, beda dari kalangan perempuan biasa hanya dua. Di daerah-
daerah saat ini pengantin perempuan akan memajang seluruh barang antaran
didepan pelaminan dan mempelai laki-laki akan menyebutkan mahar dan uang
bahwa:
Biasanya ketika nilai mahar dan uang panaik yang dipatok terlalu mahal
oleh Pihak perempuan, maka pihak mempelai laki-laki akan menawar
dengan memperhatikan kondisi yang ada atau mengulur waktu pernikahan
sampai batas waktu kesanggupan serta mencari modal dengan cara
menjaminkan harta benda
maka sudah jelas nilai mahar dan uang panaik yang tinggi akan membebani pihak
52
laki-laki. Padahal dalam Islam tidak dianjurkan untuk memberatkan salah satu
Mahar yang terlalu mahal akan membebani pihak laki-laki. Terlebih lagi jika
sampai harus berhutang untuk memenuhi tingginya nilai mahar dan uang panaik
yang dipatok pihak perempuan, itu tidak dianjurkan dalam Islam. Beberapa kasus
yang pernah saya dengar tentang mahar dan uang panaik di Kelurahan Sapaya
Kabupaten Gowa, dimana mahar dan uang panaiknya mencapai ratusan juta
rupiah, menurut saya itu hal yang wow, mereka pihak laki-laki rela berutang
Islam melarang sesuatu yang memberatkan oramg lain, dalam hal ini
keduanya saling ridho, secara otomatis jika nilai mahar dan uang panaik tinggi,
maka itu akan menjadi beban tersendiri bagi pihak laki-laki, selain itu belum ada
hukum yang mengatur tentang uang panaik, hal ini murni lahir dari adat kebiasan
masyarakat yang gengsi ketika anak gadisnya hendak dilamar dan malu lantaran
Terkait masalah nilai mahar dan uang panaik, harusnya ada hukun atau
undang-undang yang mengatur tentang kedua hal ini, agar masyarakat tidak
53
seenaknya dalam mematok nominal mahar dan uang panaik yang akan dibawakan
oleh pihak laki-laki. Selain itu, masyarakat juga perlu memperhatikan etika dalam
persyaratan yang diminta atau tidak. Mereka tidak seharusnya egois, lantaran
malu dengan nilai mahar dan uang panaik yang rendah, lantas mereka tidak
melakukan suatu perkawinan, yaitu sesuai dengan tata cara dan aturan-aturan yang
telah ditetapkan oleh Allah Subuhana Wata’ala. Namun pada kenyataanya realita
ajaran Islam dan mereka lebih memilih melaksanakan tata cara pernikahan yang
turun-temurun dari nenek moyang yang sesuai dengan adat istiadat mereka.
Walaupun sederhana tetapi penuh berkah dan tetap terlihat mempesona. Islam
Adat dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam jika memenuhi syarat
sebagai berikut:
2. Apabila adat itu telah menjadi adat yang terus menerus berlaku dan
perubahan zaman dan keadaan. Realitas yang ada dalam masyarakat berjalan terus
macam hukum. Maka sudah menjadi kewajaran apabila terjadi perubahan hukum
karena disebabkan perubahan zaman dan keadaan serta pengaruh dari gejalah
perkawinan. Demikian pula uang panai’ dianjurkan agar tidak memberatkan bagi
pihak yang mempunyai niat suci untuk menikah. Perkawinan sebagai Sunnah
lebihan sehingga tidak ada unsur pemborosan di dalamnya karena Islam sangat
kemudahan dalam segala urusan. Terlebih lagi dalam urusan perkawinan prinsip
umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun
55
tumbuh-tumbuhan, dimana hal yang demikian adalah suatu cara yang dipilih oleh
satu kabupaten yang proses perkawinannya tidak dapat dipisahkan dengan adat
tersendiri mulai dari proses pemilihan calon pasangan sampai terwujudnya suatu
pesta perkawinan.
wajib dilakukan oleh masyarakat yang akan melaksanakan perkawinan. Selain itu
ada juga berbagai ritual yang harus dilaksanakan, jika hal tersebut tidak dilakukan
batalnya perkawinan. Hal ini dikarenakan makna yang terkandung dalam sebuah
perkawinan itu sangat sakral. Penelitian ini akan mengkaji tentang nilai mahar
dimaksudkan untuk melihat peluang apakah pihak pri bisa mengajukan lamaran
pandai bersiasat. Sambil berbicara kesana kemari sang wanita kepercayaan ini
kemenakankun itu? Bila pertanyaan ini dijawab dengan kata-kata “nia’mo anjo
appukattangi, mingka kontu baku teai tutu’na” yang berarti: telah ada yang
datang dan bertanya perihal itu, tapi bagi bakul yang belum ada tutupnya”,
orang yang di anggap disegani di masyarakat sebagai duta. Sebelum sang duta
secara rahasia karena acara ini memang masih bersifat pembuka jalan. Setelah
kedatangan mereka untuk melamar anak gadis sanh empunya rumah. Biasanya
akan menanyakan langsung kepada sang gadis bersedia atau tidak mengingat
4. Assuro, pada tahap ini pihak calon pria akan menanyakan kententuan waktu
waktu yang luang bagi keluarga, biasanya yang pangaling menentukan hari
mengikut.
6. Appanaik leko’ caddi (menaikkan/ membawa daun sirih kecil),tahap ini untuk
menentukan waktu pernikahan. Pihak calon mempelai pria akan datang dengan
membawa rombongan yang lebih besar dan pihak calon mempelai wanita akan
57
belah pihak, dalam acara ini hadir pulapenghulu adat yang kan menyaksikan
peresmian tersebut.
masyarakat Kabupaten Gowa itu terdiri atas beberapa tahapan dan berlangsung
sakral. Selain itu ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki untuk
melamar perempuan yang ingin dinikahinya, yakni mahar dan uang panaik yang
merupakan hal yang paling utama yang akan dibahas sebelum terjadinya proses
perkawinan.
bangsawan dahulu selalu dipilihkan oleh orang tua. Kedua mempelai laki-laki dan
bangsawan dahulu sangat kuat. Sistem kekerabatan menganut garis bilateral atau
parenta yang mengakui keluarga luas. Sehingga mereka akan memilih jodoh untuk
putra-putri mereka yang berasal dari keluarga yang sama atu sederajat.
58
disepakati terlebih dahulu oleh kedua belah pihak. Selain mahar hal yang lain
yang harus dpenuhi oleh pihak laki-laki adalah uang panaik, dimana uang panaik
ini adalah sejumlah dana atau anggaran dalam bentuk uang yang harus diserahkan
mempelai laki –laki kepada pihak perempuan yang nantinya akan digunakan
untuk membiayai segala keperluan yang akan digunakan selama acara perkawinan
berlangsung sampai selesai. Pendapat lain tentang mahar dan uang panaik
diperoleh dari Surahman Dg Sibali (Kepala Ling. Tinggi Balla) yang mengatakan
bahwa:
salah satu syarat sah dalam perkawinan. Bentuk mahar yang akan diberikan
kepada mempelai wanita dapat berupa emas atau sawah yang disebutkan pada saat
akad berlangsung, tergantung kesepakatan kedua belah pihak antara laki-laki dan
perempuan. Dimana yang nantinya mahar in akan disetor ke kantor KUA untuk
59
mendapatkan buku nikah. Uang panaik adalah hal yang juga harus dipenuhi selain
mahar karena uang panaik adalah biaya yang akan dipakai untuk melangsungkan
resepsi pernikahan. Dan pendapat yang lain dari Hj. Sutarmin Dg Ngalusu yang
mengatakan bahwa:
mahar, pihak laki-laki juga dituntut untuk memberikan uang panaik sesuai dengan
Informasi yang diperoleh dari beberapa hasil wawancara diatas maka dapat
disimpilkan bahwa mahar dan uang panaik adalah suatu syarat dan kewajiban
yang harus dipenuhi pihak laki-laki. Mahar dapat berupa harta benda yang
berharga seperti emas atau sawah sedangkan uang panaik berupa sejumlah uang
yang nantinya akan dipakai untuk membiayai keperluan resepsi perkawinan. Akan
tetapi kedua hal ini biasanya di musyawarakan dulu oleh kedua belah pihak
Musyawarah dalam menentukan jenis serta jumlah mahar dan uang panaik,
berpendapat bahwa:
60
perempuan untuk anaknya. Hal ini dikarenakan biasanya mereka akan kesulitan
memenuhi permintaan dari pihak perempuan yang terkadang mematok nilai mahar
dan uang panaik yang terlalu tinggi. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
sebagian besar masyarakat di Kabupaten Gowa akan memandang nilai mahar dan
uang panaik khususnya di Kelurahan Sapaya, mereka akan merasa malu jika akan
atau putri mereka dilamar lantaran jumlah mahar dan uang panaik yang
dibawakan oleh pihak laki-laki rendah nilainya. Padahal dalam islam tidak
demikian karena yang wajib adalah mahar dan seharusnya mereka tidak terlalu
oleh syariat, mahar boleh saja bernilai rendah dan boleh juga bernilai tinggi
asalkan saling ridha serta sesuai dengan kemampuan pihak laki-laki. Sebagai
“Hadits ini menunjukkan bahwa mahar itu boleh sedikit (bernilai rendah)
dan boleh juga bernilai tinggi apabila kedua pasangan saling ridha,
karena cicin dari besi menunjukkan nilai mahar yang murah. Inilah
pendapat dalam mazhab Syafi’I dan juga pendapat jumhur ulama dari
salaf dan khalaf.” (Syarh Shahih Muslim 9/190)
Islam itu pemberian nilai mahar terhadap pihak laki-laki boleh saja rendah atau
tinggi nilainya. Tergantung keridhaan mempelai laki-laki. Akan tetapi realita yang
pihak laki-laki juga dituntut untuk menberikan uang panaik yang terkadang
jumlahnya jauh berbeda dengan nilai mahar. Dimana jika mahar biasanya berupa
cincin emas berbeda dengan uang panaik yang kebanyakan bentuknya adalah
berupa sejumlah uang yang nantinya akan dipakai sebagai biaya dalam
!$yϑÎ/uρ <Ù÷èt/ 4’n?tã óΟßγŸÒ÷èt/ ª!$# Ÿ≅āÒsù $yϑÎ/ Ï!$|¡ÏiΨ9$# ’n?tã šχθãΒ≡§θs% ãΑ%y`Ìh9$#
.Terjemahnya:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita),dank arena mereka laki-laki telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka
keluarga besar mereka sebelum melamar wanita untuk anak atau putra mereka.
Hal ini mereka lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
kedepannya. Selain musyawarah ini juga dilakukan untuk menentukan nilai mahar
62
dan uang panaik serta wanita dari keluarga siapa yang akan mereka lamar untuk
putra mereka apakah sudah tepat atau tidak karena dalam proses pernikahan yang
paling pertama dibicarakan adalah uang panaik dan mahar persoalan kedua.
besar mereka sebelum melamar wanita untuk anak atau putra mereka. Hal ini
Selain musyawarah ini juga dilakukan untuk menentukan nilai mahar dan uang
panaik serta wanita dari keluarga siapa yang akan mereka lamar untuk putra
mereka apakah sudah tepat atau tidak karena dalam proses pernikahan yang paling
Orang tua akan bertanya langsung kepada anaknya sebelum melamar perempaun
untuknya “apakah dia sudah ada pacar atau calon sendiri”. Hal ini dikrenakan
akan timbul masalah yang tidak diinginkan untuk kedepannya jika anaknya tidak
63
Sapaya sudah banyak yang terjadi, jadi untuk mengantisipasi itu semua biasanya
keluarganya.
Sapaya Kabupaten Gowa menganggap bahwa pemberian mahar dan uang panaik
dalam perkawinan adat mereka adalah suatu kewajiban yang tidak bias diabaikan.
Jika kedua hal ini tidak dipenuhi berarti tidak ada perkawinan. Kebiasaan inilah
yang berlaku di masyarakat Kelurahan Sapaya Kabupaten Gowa sejak lama dan
turun temurun dari satu periode ke periode selanjutnya sampai saat ini. Berbeda
dengan adat kebiasan masyarakat suku Makassar tersebut, pada hakikatnya dalam
hukum perkawinan Islam tidak ada kewajiban untuk memberikan uang panaik.
perkawinan.
Moh. Ikbal (2016) Islam tidak meyukai penentuan mahar yang terlalu
berat atau diluar jangkaun kemampuan seorang laki-laki Karena dapat membawa
perempuan, terutama bagi mereka yang sudah merasa cocok dan telah
64
mengikat janji, akibatnya kadang mereka putus asa dan nekad mengakhiri
hidupnya.
2. Mendorong atau memaksa pihak laki-laki untuk berutang. Hal ini biasanya
berakibat kesedihan suami dan istri sehingga menjadi beban hidup mereka
terbebani dengan nilai mahar dan uang panaik yang terlalu tinggi. Apalagi jika
pihak laki-laki tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu pasti mereka
lain dari Surahman Dg Sibali (Kepala Ling. Tinggi Balla) mengatakan bahwa:
nilai mahar dan uang panaik yang tinggi karena perekonomian mereka di atas
rata-rata, tapi untuk kalangan menengah kebawah akan sangat terbebani dengan
berutang kesana kemari untuk memenuhi nilai mahar dan uang panaik yang terlalu
Penjelasan di atas bahwa, tingginya nilai mahar dan uang panaik bukan
faktor lain seperti takut menjadi buah bibir di lingkungan tempat tinggalnya oleh
masyarakat sekitar karena kedua hal tersebut, lebih tepatnya gengsi jika nilai
mahar dan uang panaik yang diberikan oleh pihak laki-laki sedikit.
panaik, maka kita kembali ke orang yang akan melakukan kegiatan perkawinan.
Dimana jika kita melihat sistim perkawinan jaman sekarang itu menyerupai akad
jual beli, pihak perempuan sebagai pemilik barang yang akan dijual dan pihak
laki-laki yang akan menjual barang tersebut. Padahal dalam Islam tidak
memperbaharui kata –kata yang begitu kasar bagi perempuan yang mengatakan
bahwa mahar adalah nilai perempuan, hal yang demikian itu tidak benar tetapi
dalam Islam mahar adalah bentuk penghargaan kaum laki-laki kepada perempuan
suaminya.
menjadi rahasia umum bahwa itu akan menjadi buah bibir bagi para tamu
1. Status ekonomi keluarga calon istri. Semakin kaya wanita yang akan dinikahi,
maka semakin tinggi pula nilai mahar dan uang panaik yang harus diberikan
oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Akan tetapi, jika calon istri
tersebut hanya dari keluarga petani yang pada umumnya kelas ekonomi
menengah kebawah maka jumlah mahar dan uang panaik yang dipatok relatif
kecil.
nominal mahar dan uang panaik sangat dipengaruhi oleh jenjang pendidkan
seorang perempuan, maka semakin banyak pula mahar dan uang panaik yang
harus diberikan dan jika tidak memberikan uang panaik dalam jumlah yang
banyak, maka akan menjadi buah bibir di masyarakat. Hal ini karena
mahar dan uang panaik dengan harga yang tinggi adalah suatu kehormatan
tersendiri. Selain itu tingginya uang panaik akan berdampak pada kemeriahan,
kemegahan dan banyaknya tamu undangan yang akan hadir dalam perkawinan
tersebut.
akan dilamar maka semakin tinggi pula jumlah Nilai mahar dan uang panaik
yang dipatok. Kondisi fisik yang dimaksud seperti paras yang cantik, tinggi
67
dan kulit putih. Jadi, walaupun perempuan tersebut tidak memiliki status sosial
yang bagus atau tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi maka kondisi
fisik yang sempurna atau bahkan memiliki fisik yang jelek, akan tetapi dia
pendidikan yang tinggi atau memiliki jabatan dalam suatu instansi, maka itu
akan menjadi tolak ukur tingginya jumlah mahar dan uang panaik yang akan
uang panaik antara perempuan yang masih perawan dan bukan. Kel. Sapaya
Kabupaten Gowa Biasanya perawan lebih banyak diberikan mahar dan uang
panaik dari pada janda, namun tidak menutup kemungkinan bisa juga janda
yang lebih banyak diberikan jika status sosialnya memang tergolong bagus.
Tujuan dari pemberian mahar dan uang panaik adalah untuk memberikan
prestise (kehormatan) bagi pihak keluarga perempuan, jika jumlah mahar dan
uang panaik yang dipatok mampu dipenuhi oleh pihak laki-laki. Kehormatan yang
dimaksudakan disini adalah rasa penghargaan yang diberikan oleh pihak laki-laki
kepada wanita yang ingin dinikahinya dengan memberikan pesta yang megah
Latar belakang dari perempuan tersebut menjadi perhatian yang utama sebelum
terjadi proses lamaran. Karena hal tersebut akan menjadi perhatian yang akan
menentukan besar kecilnya nilai mahar dan uang panaik yang akan diberikan.
“Menurut beliau ada tolak ukur yang diperhatikan ketika akan melamar
perempuan selain itu kita memperhatikan status sosial dan tingkat
pendidikannya.
perempuan yang akan dilamar menjadi perhatian utama. Karena itu yang akan
menjadi tolak ukur besarnya mahar dan uang panaik bagi perempuan tersebut.
Fenomena tingginya mahar dan uang panaik yang menjadi beban pihak
jalinan cinta antara keduanya, menjadi dilema tersendiri bagi kaum muda
Makassar, sehingga tidak setuju dengan budaya uang panaik. Berikut informasi
mereka mengabaikan agama demi mertahankan adat, seharusnya adat itu bias
dikompromikan, tapi untuk orang tua-tua mereka tetap kekeh dengan adat
perempuan meminta uang panaik dengan jumlah yang besar, karena hal ini dapat
dijadikan alas an untuk menolak lamaran pihak laki-laki secara halus. Tingginya
yang akan dilamar, agar tidak dianggap remeh. Sebagaimana dijelaskan Baso
sesuai dengan kriteria dan keinginan mereka. Penjelasan lain dari Hj. Sutarmin Dg
“Menurut beliau tidak ada tolak ukur sepanjang laki-laki dan perempuan
itu saling mencintai dan keluarga kedua belah pihak telah setuju maka
latar belakang dari perempuan itu persoalan kedua.
dimana sebelum melamar perempuan untuk anaknya biasanya orang tua akan
kedua laki-laki dan perempuan itu saling mencintai maka tidak ada tolak ukur dan
soal latarbelakang perempuan yang akan dilamar itu persoalan yang kedua karena
70
yang akan menjalani kehidupan rumah tangga itu adalah laki-laki itu sendiri
bukan orang tuanya. Penjelasan yang lain dari Pak Usman yang bekerja di kantor
kehidupan berumah tangga, kedua mempelai juga akan dites membaca Al-qur’an
masalah mahar dan uang panaik, tetapi lebih kepada penataran pra nikah untuk
Terkait nilai mahar dan uang panaik, saya pribadi menyarakan agar
panaik yang diberikan oleh pihak laki-laki, karena dalam Islam yang menjadi
syarat sah perkawinan adalah mahar. Selain itu belum ada undang-undang atau
hukum yang mengatur tentang uang panaik. Berbeda dengan nilai mahar yang
diatur dalam Islam dan undang-undang, uang panaik baik dalam Islam maupun
perundang-undangan belum ada yang mengaturnya. Uang panaik murni lahir dari
adat kebiasaan masyarakat yang turun-temurun sejak dulu, yang setiap tahunnya
D. Mapping Penelitian
Penelitian ini, peneliti akan menganalisis tentang nilai mahar dan uang
keperilakuan. Dimana alat yang digunakan untuk menganalisis nilai mahar dan
tentang nilai uang panaik yang lebih dominan dibandingkan nilai mahar, padahal
dalam syariat Islam mahar merupakan hal yang wajib diberikan karena merupakan
syarat sah dalam perkawinan. Sedangkan uang panaik hukumnya mubah dalam
islam, akan tetapi dalam adat istiadat masyarakat, hukumnya wajib karena jika
tidak ada uang panaik maka tidak ada pula perkawinan. Hal ini tidak masalah
selama tida ada pihak yang diberatkan, tetapi realita yang terjadi di mastyrakat
berbeda dengan syariat Islam, dimana mereka akan seenaknya mematok nilai uang
panaik tanpa memikirkan apakah ada pihak yang diberatkan atau tidak. Padahal,
belum ada hukum atau undang-undang yang mengatur tentang uang panaik, hal
ini murni lahir dari adat istiadat kebiasaan masyarakat sejak dulu.
72
Tabel 1.3
Mapping Penelitian
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian mahar dan uang panaik adalah suatu kewajiban yang harus
yang akan dilamamarnya sebab kerelaannya mengabdikan diri kepada suami dan
utama dalam acara lamaran adalah nilai mahar dan uang panaik. Bentuk dan nilai
mahar adalah sesuai kesepakatan kedua belah pihak yang dapat berupa emas,
sawah atau sejumlah uang sedangkan uang panaik berupa sejumlah uang yang
nantinya akan dipakai membianyai seluruh biaya pernikahan dari mulai lamaran,
resepsi sampai acara selesai. Dalam Islam tidak ada tuntutan untuk memberatkan
salah satu pihak karena hal yang demikian akan membuat pernikan kurang berkah.
Penentuan mahar dan uang panaik, pada umumnya ditentukan oleh status
pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi. Semakin baik status sosial yang
dimiliki perempuan yang akan dilamar, maka mahar dan uang panaiknya juga
akan semakin tinggi. Jika kita melihat dari sisi akuntansi keperilakuan maka kita
berbicara tentang perilaku etiknya. Perempuan itu ibarat aset istimewa yang dapat
diperoleh dengan harga yang tinggi. Selain itu belum ada hukum atau undang-
undang yang mengatur terkait mahar dan uang panaik. Dari sisi akuntansi,
73
74
mengetahui biaya dan beban apa saja yang dikeluarkan untuk melakukan
perkawinan.
1. Nilai mahar dan uang panaik adalah pembahasan yang paling utama
bentuk penghargaan. Besarnya nilai mahar dan uang panaik Kel. Sapaya Kab.
2. Permasalahan mahar dan uang panaik, itu mengarah pada etika dan perilku
orang atau manusia yang melakukan kedua hal tersebut. Tentang bagaimana
memberikan mahar dan uang panaik yang tinggi atau rendah. Dari sisi
apa saja yang dilakukan serta beban dan biaya yang dikeluarkan sampai acara
perkawinan selesai.
3. Tinjauan hukum Islam terhadap nilai mahar dan uang panaik, dimana dalam
Islam tidak ada ketentuan yang mengatur tentang jumlah uang panaik yang
73
75
B. Saran
yang ada untuk perbaikan penelitian di masa mendatang dan menyarakan antara
1. Dalam mematok nilai mahar dan uang panaik yang akan diminta hendaknya
sesuai dengan batas kesanggupan pihak laki-laki, agar kedepannya tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, pihak perempuan sebaiknya melihat
terlebih dulu latar belakang dan status sosial dari laki-laki yang akan melamar
putrinya, agar tidak ada yang diberatkan baik pihak laki-laki maupun pihak
perempuan.
3. Sebaiknya dilakukan pencatatan akuntansi terkait mahar dan uang panaik yang
73
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Noryamin. 2013. Tradisi Mahar di Ranah Lukolitas Umat Islam: Mahar dan
Struktur Sosial di Masyarakat Muslim Indonesia. Jurnal Ahkam, 14(1): 13-
30.
Armansyah. 2017. Perkawinan Sirri dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-
Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jurnal Pemikiran Syariah
dan Hukum, 1(2): 192-206.
Ba’asyien, Arsyad. 2007. Beberapa Permasalahan Hukum Perkawinan dalam
Komplikasi Hukum Islam. Jurnal Hunafah, 4(1): 63-72.
Ekawati. 2019. Tradisi Dui’ Menre pada suku Bugis di Kabupaten Wajo: Kajian
Hukum Islam. Jurnal Iqtisaduna, 5(2): 215-228.
Hadi, Nor dan Ernawati, budi, Astuti. 2006. Perkembangan Behavioral
Accounting Wujud Open Ended Ilmu Akuntansi sebagai Sosok Social
Science dan Perannya dalam Perkembangan Riset Akuntansi. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, 1(2): 147-158.
Damis, Harijah. 2016. Konsep Mahar dalam Perspektif Fikih dan Perundang-
Undangan. Jurnal Yudisial,9(1) : 19-35.
Djasuli, Mohamad. 2017. Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi (Sebuah
Opini: Peneliti Pemula tidak Terjebak dalam Penelitian Minimalis
Akuntansi. Jurnal Pamator, 10(2): 97-106.
Halik, Abdul. 2018. Paradigma Kritik Penelitian Komunikasi (Pendekatan Kritis-
Emansipatoris dan Metode Etnografi Kritis). Jurnal Tbligh, 19(2): 162-178.
Halomoan, Putra. 2015. Penetapan Mahar terhadap Kelangsungan Pernikahan
ditinjau menurut Hukum Islam. Jurnal Juri, 112.
Ikbal, M. 2016. “Uang Panaik” dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makassar.
Jurnal Al Hukama, 6(1): 191-215.
Juliani, Reni.dkk. 2015. Komunikasi AntarBudaya Etnis Aceh dan Bugis-
Makassar melalui Asimilasi Perkawinan di Kota Makassar. Jurnal
Komunikasi KAREBA, 4(1): 70-87.
Junaid, Hamzah. 2013. Kajian Kritis Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal.
Jurnal Diskursus Islam, 1(1): 56-73.
Kamayanti, Ari. 2018. Meredefenisi Akuntansi Keperilakuan melalui Perspektif
Multiparadigma. Jurna Akuntansi Politeknik Negeri Malang. 3: 29-40.
Manansel, Arnike, Amisye. 2013. Kecerdasan Emosi Mahasiswa Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pengaruhnya terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi. Jurnal EMBA, 1(3): 901-910.
76
77
Syarifuddin dan Ratna, A.D. 2015. Story Of Bride Price: Sebuah Kritik atas
Fenomena Uang Panaik Suku Makassar. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
6(1): 79-98.
Wahyudi, Muhamad Isna. 2014. Menuju Hukum Perkawinan Islam Progressive
Towards Progressive Islamic Miarriage Law. Jurnal Hukum dan Peradilan,
3(1): 59-68.
Wekke, Ismail Suardi. 2013. Islam dan Adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan
Agama dalam Masyarakat Bugis. Jurnal Analisis, 13(1): 27-56.
Wekke, Ismail Suardi. 2012. Islam dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat Bugis
di Papua Barat. Thaqafiyyat, 13(2): 308-335.
merupakan anak ke-2, buah hati dari Ayahanda Maning dan Ibunda
2002 hingga 2008. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bungaya
pada tahun 2008 – 2011. Kemudian pada tahun tersebut, penulis melanjutkan pendidikan di
SMA Negeri 1 Bungaya pada tahun 2011 – 2014 . Pendidikan tinggi dimulai ketika lulus
seleksi Ujian Masuk SBNPTN pada tahun 2014, saat itu diterima pada Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang penulis dapatkan selama menjalani
studi di UIN Alauddin Makassar. Di tahun terakhir, penulis fokus mengerjakan skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sebagai Sarjana Akuntansi. Demi perbaikan,
penulis terbuka terhadap koreksi dan evaluasi yang datang, baik itu tentang teknis penulisan
maupun isi (content). Menerima setiap respon atau masukan yang datang dari semua pihak
untuk kesempurnaan skripsi ini, untuk memberikan masukan dapat menghubungi penulis.
Contact Person:
Email : [email protected]
Wa : 082191599851