Bab Ii RPJMD

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 70

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. KONDISI UMUM DAERAH


2.1.1. Geografi dan Iklim

Secara Geografis Kabupaten Sumbawa Barat terletak di bagian barat pulau Sumbawa,
tepatnya antara 08o 29’ dan 09o 07’ Lintang Selatan dan antara 116o 42’ - 117o 05’ Bujur
Timur. Kabupaten Sumbawa Barat berbatasan langsung dengan Selat Alas di sebelah barat,
Samudra Indonesia di sebelah selatan dan Kabupaten Sumbawa di sebelah utara dan timur.
Luas Kabupaten Sumbawa Barat sekitar 1.849,02 Km2, dengan ketinggian antara 0-1.730
meter di atas permukaan laut. Kabupaten Sumbawa Barat memiliki16 pulau kecil,
seluruhnya sudah bernama. Sebagian besar wilayah Sumbawa Barat (93.102 ha atau 50,53
persen) merupakan daerah dengan topografi sangat curam atau memiliki kemiringan lahan
diatas 40%.

Grafik 2. 1. Persentase Luas Lahan Menurut Kemiringan


Di Kabupaten Sumbawa Barat (%)

11,8

8,85 datar
bergelombang
50,36 curam
sangat curam
28,99

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka 2021

Rata-rata hari hujan di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2020 berada pada rentang 1
sampai dengan 23 hari dengan curah hujan mencapai 0,30 mm sampai dengan 304,50 mm
setiap bulannya dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yang mencapai
304,50 mm. Lama penyinaran matahari pada tahun 2020 mencapai 60,04% hingga 100%
dengan kecepatan angin tertinggi 3,34 m/det.

13
Grafik 2. 2. Jumlah Curah Hujan Menurut Bulan
Di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020 (mm)
350
303,7 304,5
300 294,5

250

200

150
175,1
102,7 94,8
100
25,4 75,4
50
0,6 0,3 0,9 0
0

-50

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka 2021

2.1.2. Geologi dan Potensi Pengembangan Wilayah

Morfologi wilayah Sumbawa bagian barat (Kabupaten Sumbawa Barat) terdiri atas beberapa
satuan morfologi, yaitu pedataran yang meliputi 20%-30% kabupaten Sumbawa. Wilayah
yang termasuk pada satuan morfologi pedataran ini diantaranya beberapa wilayah di pesisir
pantai dan sekitar sungai besar dengan batuan-batuan penyusunnya adalah batuan kuarter
sebagai hasil sedimentasi dari sungai dan pantai (aluvium). Sedangkan satuan morofologi
perbukitan bergelombang-terjal mendominasi morfologi wilayah ini. Morfologi perbukitan
ini tersusun oleh batuan-batuan gunungapi/produk vulkanik seperti lava, breksi, tuff, dan
batuan lain adalah batu gamping terumbu hasil pengendapan laut.

Pembagian morfologi Kabupaten Sumbawa Barat didasarkan atas perbedaan morfografi,


morfogenesis dan morfokronologi, dipisahkan menjadi Morfologi Vulkanik Tua, terdapat
di sekitar Gunung Tambora dan Gunung Labumbum, dicirikan dengan tingkat erosi
sedang-kuat, batuan pembentuk berupa lava dan endapan aliran piroklastik yang sudah
mengalami pelapukan tingkat lanjut, Morfologi Perbukitan Sedimen, terdapat di sebelah
utara Gunung Tambora, dicirikan dengan pola aliran sungai relatif paralel dengan tingkat
erosi sedang-kuat, batuan penutup berupa batugamping, Morfologi Tambora, menempati
bagian tengah, memperlihatkan bentuk kerucut terpancung. Pada bagian puncaknya
terdapat kaldera berdiameter 6x7 Km dengan tinggi kaldera sekitar 900-960 m. Dasar
kaldera merupakan daerah datar yang terkadang digenangi air dan di bagian selatan
tenggaranya terdapat kerucut kecil Doro Api Toi. Di Morfologi Kerucut Luar (Kerucut
Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir di sekeliling tubuh Gunung Tambora, pada
umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian puncaknya dengan tingkat erosi
rendah-sedang, batuan pembentuk berupa lava, endapan jatuhan piroklastik (preatik dan

14
preatomagmatik). Batuan yang tersingkap yang tersebar di wilayah Kabupaten Sumbawa
Barat didominasi oleh batuan-batuan hasil dari proses vulkanisme Gunung Tambora yang
berumur Miosen. Batuan-batuan lainnya adalah hasil sedimentasi kuarter – miosen berupa
batupasir, batulempung tufan, batu gamping.

Setiap wilayah yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat memiliki potensi sumberdaya alam,
sumberdaya binaan dan kegiatan sosial ekonomi yang beragam. Dalam rangka mengurangi
kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya intervensi yang dapat
memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi,
hambatan dan tantangannya dalam bentuk suatu rencana struktur yang mempunyai
hirarki keruangan. Rencana struktur yang dikembangkan tersebut akan mengoptimalkan
masing – masing wilayah sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu
terhadap wilayah yang lainnya. Apabila sistem pemenuhan kebutuhan terjadi dalam jangka
panjang berarti sistem perekonomian wilayah dapat berjalan sesuai dengan harapan dan
perkembangan ekonomi dapat terwujud.

Berdasarkan Undang – undang 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, pengertian dari Struktur
Ruang adalah susunan unsur – unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial
dan lingkungan buatan yang digambarkan secara hirarkis dan berhubungan satu sama lain.
Rencana struktur ruang mewujudkan hirarki pusat pelayanan wilayah meliputi sistem pusat
– pusat perkotaan dan perdesaan, pusat – pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana,
serta sistem jaringan jalan.

Pengembangan wilayah bagian Utara yang meliputi kecamatan Seteluk dan kecamatan Poto
Tano adalah disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang dimiliki wilayah tersebut.
Kecamatan Poto Tano merupakan pintu gerbang menuju Kabupaten Sumbawa Barat.
Wilayah ini menunjukkan karakteristik yang sangat beragam. Mengingat lokasi pelabuhan
berada di daerah tersebut maka berpotensi membangkitkan berbagai kegiatan
perekonomian antara lain industri, pergudangan, jasa dan perdagangan. Wilayah Utara
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah industri, pergudangan, perdagangan
dan jasa.

Pengembangan wilayah bagian Tengah yang meliputi kecamatan Taliwang yang merupakan
ibukota kabupaten, kecamatan Brang Ene, dan kecamatan Brang Rea adalah mutlak
dilakukan, mengingat wilayah ini merupakan jantung Kabupaten Sumbawa Barat dengan
fungsi utamanya sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian (jasa dan
perdagangan). Wilayah ini diharapkan dapat menjadi pemicu terhadap perkembangan
bagian wilayah lainnya, karena memiliki dukungan infrastruktur yang memadai.

15
Sementara itu, pengembangan wilayah bagian Selatan yang meliputi kecamatan Maluk,
Kecamatan Jereweh dan kecamatan Sekongkang, disesuaikan dengan karakteristik wilayah
yang berorientasi pada kegiatan utamanya adalah pertambangan. Sebagian wilayah ini
berkembang karena adanya kegiatan pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara,
terutama di kawasan Maluk, dimana saat ini telah berkembang kegiatan perdagangan dan
jasa skala sub wilayah. Namun beberapa kawasan lain di bagian selatan kondisinya saat ini
boleh dikatakan masih terisolir karena belum didukung dengan prasarana jalan yang
memadai.

Selanjutnya, rencana pola ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten Sumbawa Barat 2012-
2031 terdiri dari rencana pola ruang kawasan lindung dan rencana pola ruang kawasan
budidaya.

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melidungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan
pertimbangan kondisi fisik wilayah meliputi kelerengan, ketinggian, curah hujan, jenis
tanah, erodibilitas serta ketebalan top soil, di Kabupaten Sumbawa Barat direncanakan :
a. Penambahan kawasan lindung baru yang berfungsi sebagai kawasan resapan air
(perlindungan bawahan). Kawasan dengan fungsi perlindungan bawahan ini dapat juga
berfungsi sebagai budidaya khusus tanaman keras/tahunan sehingga tetap produktif
tetapi tidak mengganggu tanaman dan fungsinya sebagai kawasan lindung khususnya
menjaga kestabilan tata air. Jenis tanaman disesuaikan dengan potensi wilayah terutama
yang membentuk ciri produk wilayah.
b. Untuk kawasan yang memiliki fungsi sebagai kawasan lindung terbatas atau kawasan
yang berada pada kelerengan 25 - 40 % juga merupakan kawasan penyangga yang dapat
dibudidayakan khusus untuk perkebunan tanaman tahunan yang berarti juga memiliki
fungsi sebagai kawasan lindung. Hal ini untuk melindungi fungsi perlindungan
bawahan sebagai kawasan resapan air, sehingga meskipun dibudidayakan tetapi tidak
mengurangi fungsinya sebagai kawasan lindung. Jenis tanaman yang diarahkan adalah
disesuaikan dengan karakter masing-masing wilayah.
c. Untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan mencegah berulangnya kerusakan
lingkungan khususnya tanah longsor dan banjir akibat berkurangnya tutupan tanah
yang memiliki kemampuan meresapkan air maka alih fungsi ini harus dilakukan secara
bertahap.

Berdasarkan kajian penetapan kawasan lindung yang dilakukan, maka penambahan


kawasan resapan air sekaligus dapat dibudidayakan perkebunan tanaman
tahunan/tanaman keras dapat dilakukan secara bertahap. Adapun wilayah yang

16
memerlukan pengembangan hutan atau perkebunan ini meliputi (1) Kecamatan Seteluk,
(2) Kecamatan Jereweh, (3) Kecamatan Brang Rea, (4) Kecamatan Sekongkang.

Pada kawasan ini dilarang melakukan perubahan fungsi lindung mengingat perubahan ini
rawan menimbulkan erosi, banjir dan bencana alam lainnya. Kawasan lindung ini vegetasi
yang terbaik adalah berupa hutan, akan tetapi pada beberapa kondisi karena sudah cukup
berkembang, maka dapat digunakan perkebunan tanaman tahunan yang memiliki
kemampuan sebagai kawasan lindung.

Arahan pengelolaan kawasan lindung meliputi semua upaya perlindungan, pengawetan,


konservasi serta pelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung
kehidupan secara serasi yang berkelanjutan. Maka tidak dapat dialihfungsikan menjadi
kawasan budidaya, dan kawasan lindung meliputi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian
alam, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Arahan pengelolaan dalam upaya melestarikan kawasan lindung secara umum adalah
sebagai berikut:
a. Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan hutan
lindung.
b. Penambahan luasan kawasan lindung, yang merupakan hasil alih fungsi hutan
produksi menjadi hutan lindung.
c. Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.
d. Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung.
e. Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk kriteria kawasan lindung
dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan sebagai
perlindungan kawasan bawahannya yang dapat diambil hasil hutan non-kayunya.
f. Membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki terhadap
alam.
g. Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan
pengembangan kecintaan terhadap alam.
h. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai
dengan fungsi lindung.

17
Gambar 2. 1. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa Barat
Sumber data : RTRW Kabupaten Sumbawa Barat

18
Gambar 2. 2. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Sumbawa Barat
Sumber data : RTRW Kabupaten Sumbawa Barat

19
2.1.3. Demografi

Kabupten Sumbawa Barat secara administratif terdiri dari 8 kecamatan, 58 desa dan 7
kelurahan dengan jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya,
dimana rata-rata mengalami pertumbuhan 2,69% per tahun dalam kurun waktu lima
tahun terakhir. Berdasarkan proyeksi, jumlah penduduk Sumbawa Barat tahun 2020
tercatat 148.606 jiwa yang terdiri atas 75.372 jiwa laki-laki dan 73.234 jiwa perempuan,
dimana jumlah penduduk laki-laki masih lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan
dengan sex ratio mencapai 1,03 atau dengan kata lain setiap 100 orang perempuan terdapat
103 orang laki-laki.

Jika dikelompokan menurut usia maka dapat dilihat bahwa penduduk Sumbawa Barat
didominasi oleh usia muda dimana penduduk usia produktif lebih banyak dibanding
penduduk usia lansia. Meskipun demikian, penduduk usia muda dengan umur 15 tahun
juga relatif besar. Oleh karena itu, angka ketergantungan penduduk di Kabupaten
Sumbawa Barat tahun 2020 sebesar 55, yang mana berarti dari 100 penduduk usia
produktif menanggung 55 penduduk usia tidak produktif. Tingginya persentase penduduk
usia produktif menandakan Kabupaten Sumbawa Barat mengalami bonus demography.

Penyebaran penduduk di Kabupaten Sumbawa Barat belum merata, lebih dari 38,39%
penduduk Kabupaten Sumbawa Barat bermukim di Kecamatan Taliwang, sedangkan
sisanya tersebar di kecamatan lainnya. Jumlah penduduk yang cukup besar di Kecamatan
Taliwang menyebabkan kepadatan penduduk di kecamatan ini mencapai 132 jiwa/Km2.
Sedangkan kecamatan lainnya memiliki kepadatan penduduk yang bervariasi, Kecamatan
Sekongkang memiliki kepadatan penduduk yang paling kecil hanya 26 jiwa/Km2,
kemudian Kecamatan Jereweh dengan kepadatan 36 jiwa/Km2, Kecamatan Brang Ene 41
jiwa/Km2, Kecamatan Poto Tano 66 jiwa/Km2, Kecamatan Brang Rea 67 jiwa/Km2,
Kecamatan Seteluk 74 jiwa/Km2, dan Kecamatan Maluk sebagai wilayah terpadat di
Kabupaten Sumbawa Barat dengan kepadatan mencapai 151 jiwa/Km2.

Berdasarkan data Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa Barat, jumlah


pemeluk agama Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2019 yang terdiri dari pemeluk Agama
Islam mencapai 135.056 jiwa (98,43%), kemudian pemeluk Agama Kristen/Katolik
sebanyak 892 jiwa (0,65%) dan Agama Hindu sebanyak 1.264 jiwa (0,92%).

20
Grafik 2. 3. Piramida Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0

laki-laki perempuan

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Tabel 2. 1. Jumlah Pemeluk Agama Berdasarkan Wilayah Tahun 2019


Kristen/
No. Wilayah Islam Hindu Budha Lainnya
Katolik
1. Sekongkang 10.010 148 175 - -
2. Jereweh 9.704 26 6 - -
3. Maluk 10.392 630 64 - -
4. Taliwang 54.172 50 76 - -
5. Brang Ene 6.546 16 - - -
6. Brang Rea 14.571 11 -
7. Seteluk 19.022 9 20
8. Poto Tano 10.639 2 923
Jumlah 135.056 892 1.264 - -
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2020

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


2.2.1. Fokus Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1. Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan oleh seluruh aktivitas
perekonomian di suatu daerah pada tahun tertentu. Dengan kata lain, PDRB
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya
guna menciptakan nilai tambah bagi masing–masing kategori perekonomian. Lebih jauh,
kinerja pembangunan ekonomi di suatu daerah dapat digambarkan dengan melihat
capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan baik atas dasar harga
(ADH) berlaku tahun berjalan, maupun atas dasar harga konstan.

21
Nilai PDRB Kabupaten Sumbawa Barat atas dasar harga berlaku pada tahun 2020
mencapai Rp.22,76 triliun. Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan sebesar
Rp.5,33 triliun dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai Rp.17,43 triliun.
Kenaikan nilai PDRB ini dipengaruhi oleh meningkatnya nilai produksi berbagai kategori
lapangan usaha dan inflasi.

Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB juga mengalami peningkatan dari Rp.12,79
triliun pada tahun 2019 menjadi Rp.16,46 triliun pada tahun 2020. Dengan demikian
Kabupaten Sumbawa Barat mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 28,78% pada tahun
2020.

Grafik 2. 4. Nilai PDRB ADHB Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2015-2020 (Rp. Jt)

30.000.000,00

25.000.000,00

20.000.000,00

15.000.000,00

10.000.000,00

5.000.000,00

0,00
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber data : PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

2.2.1.2. PDRB Per Kapita

Salah satu indiaktor kemakmuran penduduk di suatu daerah/wilayah dapat dilihat dari
nilai PDRB per kapita yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh kegiatan ekonomin dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya
jumlah penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita, sedangkan besar kecilnya
PDRB sangat tergantung pada sumberdaya alam dan factor-faktor produksi yang terdapat
di derah tersebut.

Nilai PDRB per kapita Kabupaten Sumbawa Barat atas dasar harga berlaku sejak tahun
2016 hingga 2020 mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pada tahun 2016 PDRB per
kapita mencapai Rp.187,722 juta per penduduk. Pada tahun 2017 hingga 2019 mengalami
penurunan PDRB per kapita dari Rp.169,908 juta menjadi Rp.117,277 juta. Penurunan

22
tertinggi terjadi pada tahun 2018 yang disebabkan oleh penurunan ekspor konsentrat
PT.AMNT. Sedangkan pada tahun 2020 PDRB per kapita terjadi kenaikan yang tinggi
mencapai Rp.149,313 juta.

Grafik 2. 5. PDRB Per Kapita Penduduk ADHB (Rp. Jt)


200
187,722

180 172,803 169,908

160 149,313

140
118,470 117,277
120

100

80

60

40

20

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber data : PDRB Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

2.2.1.3. Inflasi

Indikator kenaikan harga secara umum dapat dilihat dari angka inflasi. Inflasi adalah proses
perubahan harga, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh mempengaruhi.

Sejak Tahun 2012, penghitungan inflasi dilakukan pada 82 Kabupaten Kota di 33 Provinsi
yang ada di seluruh Indonesia. Kabupaten Sumbawa Barat tidak termasuk daerah sampel
penghitungan inflasi nasional. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat dua Kota yang
menjadi kota penghitungan inflasi, yakni Kota Mataram dan Kota Bima. Kota Bima mulai
bergabung menjadi salah satu kota perhitungan inflasi sejak tahun 2008. Keadaan inflasi
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2006-2007 diwakili oleh inflasi kota mataram, sedangkan
mulai tahun 2008 hingga sekarang diwakili oleh inflasi gabungan NTB (gabungan inflasi
Kota Mataram dan Kota Bima).

23
Tabel 2. 2. Inflasi Kota Bima, Kota Mataram dan Gabungan Tahun 2008-2018 (%)
Tahun Angka Inflasi
Kota Kota Bima Gabungan
Mataram
2008 13,01 14,36 13,29
2009 3,14 4,09 3,34
2010 11,07 6,35 10,08
2011 6,38 7,19 6,55
2012 4,10 3,61 4,00
2013 9,27 10,42 9,51
2014 7,18 7,37 7,32
2015 3,25 4,11 3,41
2016 2,47 3,11 2,61
2017 3,59 4,08 3,7
2018 3,15 3,22 3,16
Sumber data : Statistik Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2019

Inflasi Gabungan NTB berfluktuatif setiap tahunnya. Di tahun 2018 inflasi gabungan NTB
dapat ditekan hingga mencapai angka 3,16%. Angka ini lebih rendah dibanding tahun
2017, dimana inflasi gabungan berada pada kisaran 3,70%. Hal ini menandakan kenaikan
harga yang terjadi tahun lalu lebih tinggi disbanding kenaikan harga pada tahun 2018.
Inflasi tersebut disumbangkan oleh Kota Mataram sebesar 3,15%, dan Kota Bima sebesar
3,22%.

Jika dilihat dari inflasi per bulan Kota Mataram dan Kota Bima selama tahun 2018, laju
inflasi kedua kota tersebut secara umum memiliki tren inflasi yang sejalan. Selama tahun
2018, baik Kota Mataram maupun Kota Bima pernah mengalami deflasi. Inflasi tertinggi
di Kota Mataram maupun Kota Bima terjadi pada bulan Juni. Bulan Juni bertepatan
dengan bulan puasa sehingga kenaikan harga-harga barang memicu tingginya inflasi. Pada
bulan Mei dan September, yang terjadi adalah deflasi karena harga gabungan di kedua kota
turun disbanding bulan sebelumnya. Selain itu, tren inflasi yang cukup tinggi selalu terjadi
pada awal dan akhir tahun.

Laju inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran di tahun 2018 menunjukan peningkatan


pada beberapa kelompok pengeluaran. Di tahun 2018 terjadi inflasi yang cukup tinggi pada
kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi dan Kesehatan yaitu diatas 4%. Untuk
kelompok makanan jadi yang juga mencakup minuman, rokok dan tembakau, jika dilihat
dari tahun ke tahun tingkat inflasi biasanya cukup tinggi.

24
Grafik 2. 6. Inflasi Gabungan Nusa Tenggara Barat Tahun 2008-2018 (%)
14
13,29
12

10 10,08
9,51

8
7,32
6,55
6

3,7
4 4
3,34 3,41 3,16
2,61
2

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber data : Statistik Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2019

Tabel 2. 3. Laju Inflasi Gabungan Menurut Kelompok Pengeluaran


Tahun 2017-2018 (%)
Kelompok Pengeluaran 2017 2018

(1) (2) (3)


Bahan Makanan 1,30 4,62
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 4,38 4,28

Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 4,34 2,89


Sandang 5,89 3,23
Kesehatan 3,44 4,15
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,46 0,97

Transportasi dan Komunikasi 4,08 0,58

Umum 3,70 3,16


Sumber data : Statistik Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2019

2.2.1.4. Pengeluaran Per Kapita

Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2020
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan pengeluaran
terjadi pada dua kelompok komoditas yakni makanan dan bukan makanan. Pada
komoditas makanan, pemgeluaran terbesar ada pada pengeluaran makanan dan minuman
jadi, diikuti beras, ikan dan rokok. Pengeluaran konoditas bukan makanan, pengeluaran
terbesar digunakan untuk biaya perumahan dan fasilitas rumah tangga diikuti dengan biaya
aneka komoditas dan jasa.

25
Pada tahun 2020, rata-rata penduduk Kabupaten Sumbawa Barat mengeluarkan uang
sebesar Rp.1.484.748,- untuk memenuhi kebutuhan makanan dan bukan makanan. Angka
tersebut meningkat dibandingkan tahun 2019 dimana jumlah pengeluaran penduduk
dalam sebulan mencapai Rp.1.385.704,-. Rata-rata pengeluaran yang dikeluarkan setiap
penduduk selama satu bulan untuk makanan pada tahun 2020 sebesar Rp.797.269,-. Rata-
rata tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp.713.410,-.
Sedangkan rata-rata pengeluaran bukan makanan yang dikeluarkan setiap penduduk
selama satu bulan di tahun 2020 sebesar Rp.687.480,-, meningkat dari tahun sebelumnya
yang sebesar Rp.672.294,-.

Jika dilihat menurut kelompoknya, lebih dari 30% konsumsi makanan per kapita selama
sebulan di Kabupaten Sumbawa Barat merupakan Makanan dan minuman jadi. Hal ini
dipengaruhi oleh gaya hidup yang semakin modern serta semakin banyaknya pendatang
yang bekerja di wilayah ini, dimana sebagian besar dari mereka mengonsumsi makanan dan
minuman jadi. Disamping itu, rata-rata 13% pengeluaran masyarakat untuk makanan
digunakan untuk membeli beras dan komoditas padi-padian lainnya. Sedangkan konsumsi
masyarakat untuk jenis tembakau dan sirih seperti rokok, rata-rata pengeluarannya
mencapai 11% dari total pengeluaran untuk makanan.

Untuk pengeluaran bukan makanan, 49% pengeluaran per kapita per bulan dikeluarkan
untuk keperluan Perumahan, bahan bakar, penerangan, air. Selanjutnya kelompok
pengeluaran bukan makanan yang persentasenya cukup signifikan yaitu pengeluaran untuk
Aneka barang dan jasa, dengan persentase sebesar 20,18%.

Grafik 2. 7. Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Per Kapita Per Bulan
Tahun 2019-2020 (Rp.)

797269
800000
780000
760000
713410
740000
720000
700000 672294 687480
680000
660000
640000
620000
600000

2019

2020

makanan non makanan

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

26
2.2.1.5. Indeks Gini

Koefisien Gini (Gini Ratio) atau Indeks Gini adalah ukuran yang dikembangkan oleh
statistikus Italia, Corrado Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam
karyanya, Variabilità e mutabilità. Koefisien Gini merupakan salah satu ukuran yang paling
sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh.

Koefisien Gini atau Indeks Gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0 hingga
1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna,
atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama.

Rumus dari koefisien Gini adalah sebagai berikut :


𝑛

𝐺𝑅 = 1 − ∑ 𝑃𝑖 (𝐹𝑖 + 𝐹𝑖−1 )
𝑖=1
dimana,
 GR : Koefisien Gini (Gini Ratio)
 Pi : frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i
 Fi : frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke-i
 Fi-1 : frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke (i-1)

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa suatu distribusi pendapatan dikatakan makin
merata bila nilai Koefisien Gini mendekati nol (0), sedangkan makin tidak merata suatu
distribusi pendapatan maka nilai Koefisien Gini-nya makin mendekati satu dengan kriteria
ketimpangan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2. 4. Kriteria Ketimpangan Pendapatan Berdasarkan Koefisien Gini


Nilai Koefisien (x) Distribusi Pendapatan
X=0 Merata Sempurna
0<x<0,4 Tingkat Ketimpangan Rendah
0,4<x<0,5 Tingkat Ketimpangan Sedang
0,5<x<1 Tingkat Ketimpangan Tinggi
X=1 Tidak Merata Sempurna (dikuasai oleh
satu pihak)

Berdasarkan hasil survey social ekonomi nasional (susenas), BPS Kabupaten Sumbawa
Barat menghitung nilai Rasio Gini Kabupaten Sumbawa Barat ditampilkan dalam tabel
berikut ini.

27
Tabel 2. 5. Perbandingan Rasio Gini Kabupaten Sumbawa Barat Dengan Provinsi dan
Nasional Tahun 2013-2018
Rasio Gini
Wilayah
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kabupaten Sumbawa Barat 0,382 0,335 0,392 0,39 0,365 0,366

Provinsi 0,364 0,377 0,368 0,359 0,371 0,372

Nasional 0,413 0,406 0,408 0,397 0,393 0,389

Sumber data : BPS Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2019

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial


2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia

Penghitungan IPM Kabupaten Sumbawa Barat 2020 merujuk pada rekomendasi UNDP
tentang penghitungan IPM Metode Baru tahun 2010, yang direvisi tahun 2011, sehingga
akan memberikan gambaran yang lebih terarah pada keadaan pembangunan manusia
terkini di Kabupaten Sumbawa Barat. Penghitungan IPM Kabupaten Sumbawa Barat 2020
juga berguna untuk melihat capaian pembangunan manusia di Kabupaten Sumbawa Barat
pada tahun 2020 dan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dan
perumusan arah kebijakan oleh pemerintah, sehingga diharapkan kebijakan yang diambil
akan lebih terarah pada peningkatan kualitas hidup masyarakat untuk mewujudkan
pembangunan manusia.

Indikator angka harapan hidup (AHH) menunjukkan kondisi dan sistem pelayanan
kesehatan masyarakat, karena mampu mempresentasikan output dari upaya pelayanan
kesehatan secara komprehensif. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa jika
seseorang memiliki derajat kesehatan yang baik maka yang bersangkutan akan berpeluang
memiliki usia lebih panjang atau mempunyai angka harapan hidup (AHH) yang lebih
tinggi.

Besarnya nilai AHH berkaitan erat dengan angka kematian bayi, yaitu semakin tinggi angka
kematian bayi maka semakin menurun nilai AHH. Faktor yang mempengaruhi perubahan
AHH dapat ditinjau dari berbagai hal seperti kondisi lingkungan hidup, status sosial
ekonomi, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, status gizi dan lain–lain.

Angka harapan hidup Kabupaten Sumbawa Barat selalu di atas angka provinsi. Angka
Harapan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat mengalami kenaikan sebesar 0,32 tahun dari
sebesar 66,66 tahun pada tahun 2016 menjadi sebesar 66,98 tahun pada tahun 2017 dan
meningkat 0,36 tahun pada tahun 2018 menjadi 67,34 tahun serta meningkat 0,46 tahun
pada tahun 2019 menjadi 67,8 tahun kemudian meningkat lagi 1,73 tahun menjadi 68,07

28
tahun pada tahun 2020. Angka tersebut berada di atas AHH Provisi Nusa Tenggara Barat
yang sebesar 66,51 tahun pada tahun 2020. Pembangunan yang dilakukan Kabupaten
Sumbawa Barat dalam bidang kesehatan yang diwujudkan dengan memberikan fasilitas
pengobatan gratis ikut mendongkrak kenaikan nilai komponen angka harapan hidup.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa kualitas hidup penduduk Kabupaten
Sumbawa Barat relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik 2. 8. Perbandingan AHH Kabupaten Sumbawa Barat dan


Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011-2020

69
68
67,8 68,07
67 67,34
66,66 66,98
66,35
66 65,1 65,39 65,69 65,85
66,51
66,28
65,38 65,48 65,55 65,87
65 64,13 64,43
64,74 64,9

64
63
62
2011 2012
2013 2014
2015 2016
2017 2018 2019 2020

KSB NTB

Sumber data : IPM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

Upaya penurunan mortalitas perlu dilakukan seiring dengan usaha pengendalian fertilitas,
karena keberhasilan mengurangi laju pertumbuhan penduduk pada dasarnya akan
mempercepat terjadinya peningkatan kualitas hidup. Dengan demikian penanganan
masalah demografi sepatutnya ditempatkan sebagai isu sentral dalam perencanaan
pembangunan yang terintegrasi, baik untuk kesehatan, pendidikan, perumahan maupun
perluasan kesempatan kerja. Hal itu diupayakan sebagai dasar untuk memperkuat
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan
oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak
tersebut akan tetap bersekolah pada umur–umur berikutnya sama dengan peluang
penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Harapan
Lama Sekolah (HLS) dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistempendidikan di berbagai jenjang

29
yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan yang diharapkan dapat dicapai oleh
setiap anak.

Harapan lama sekolah Kabupaten Sumbawa Barat lima tahun terakhir terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2016 HLS mencapai 13,58 tahun dan meningkat
menjadi 13,59 tahun pada tahun 2017, demikian pula pada tahun 2018 HLS mencapai
13,60 tahun dan meningkat lagi menjadi 13,61 tahun pada tahun 2019 selanjutnya
meningkat menjadi 13,62 tahun pada tahun 2020. Ini artinya pada tahun 2020 bahwa anak
usia 7 tahun ke atas memiliki harapan bersekolah sampai tingkat satu perguruan tinggi.
Bila dibandingkan dengan Harapan lama sekolah Provinsi Nusa Tenggara Barat, selama
tahun 2011 hingga 2019 harapan lama sekolah penduduk Kabupaten Sumbawa Barat lebih
tinggi dibandingkan rata–rata penduduk se–Provinsi Nusa Tenggara Barat. Meskipun
sama–sama menunjukkan pola yang meningkat setiap tahunnya, harapan lama sekolah
Kabupaten Sumbawa Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat masih jauh bila
dibandingkan dengan batas maksimun HLS ketentuan UNDP sebesar 18 tahun.
Perbandingan HLS Sumbawa Barat dan Nusa Tenggara Barat diperlihatkan oleh grafik
berikut ini.

Grafik 2. 9. Perbandingan Harapan Lama Sekolah (HLS)


Kabupaten Sumbawa Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011-2020

14 13,57 13,58 13,59 13,6 13,61 13,62


13,46 13,47 13,48 13,51
13,5 13,12 13,18 13,2 13,21 13,04 13,16

13 12,46
12,21 12,37 KSB
12,5 11,97
NTB
12
11,5
11
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber data : IPM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

Di samping Harapan Lama Sekolah, diperlukan suatu indikator lain yang dapat mewakili
tingkat keterampilan bagi mereka yang telah memperoleh pendidikan. Makin lama
seseorang mengenyam bangku sekolah diharapkan makin baik keterampilan yang dimiliki.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan hal itu adalah rata–rata lama sekolah.
Ukuran tersebut memberikan sejauh mana tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh
penduduk.

30
Pada tahun 2020 rata–rata lama bersekolah Kabupaten Sumbawa Barat mencapai angka
8,66 tahun yang mengandung makna bahwa rata–rata penduduk Kabupaten Sumbawa
Barat bersekolah hingga kelas delapan atau kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMA).
Dengan kata lain penduduk Kabupaten Sumbawa Barat rata–rata mengenyam pendidikan
hingga jenjang SMP selama lebih dari 2 tahun. Perbandingan rata–rata lama sekolah
kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat disajikan oleh grafik di bawah ini.

Grafik 2. 10. Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Sumbawa Barat
dan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011-2020

7,31
2020 8,66
7,27
2019 8,53
7,03
2018 8,24
6,9
2017 8,18
6,79
2016 8,05 NTB
6,71
2015 7,68 KSB
6,67
2014 7,44
6,54
2013 7,28
6,33
2012 7,14
6,07
2011 6,94

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Sumber data : IPM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

Rata–rata lama sekolah Kabupaten Sumbawa Barat berada di atas rata–rata lama sekolah
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Rata–rata lama sekolah Kabupaten Sumbawa Barat dan
Provinsi Nusa Tenggara Barat sama–sama memiliki tren meningkat. Rata–rata lama
sekolah Kabupaten Sumbawa Barat dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada
rentang 6,94 hingga 8,66 tahun. Sedangkan rata–rata lama sekolah Provinsi Nusa Tenggara
Barat berada pada rentang 6,07 tahun hingga 7,31 tahun.

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan
paritas daya beli (Purchasing Power Parity– PPP). Rata–rata pengeluaran per kapita setahun
diperoleh dari data Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level Kabupaten/Kota.
Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam
bentuk barang maupun jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga riil
antarwilayah karena nilai tukar yang digunakan dapat men runkan atau menaikkan nilai

31
daya beli. Dengan demikian kemampuan daya beli masyarakat antar daerah/wilayah lain
bisa berbeda–beda. Perbedaan kemampuan daya beli tersebut itu belum bisa dibandingkan,
untuk itu perlu dibuat adanya standarisasi. Misalnya satu rupiah di suatu wilayah memiliki
daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. Dengan adanya standarisasi ini maka
perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antarwilayah bisa dibandingkan.

Besaran pengeluaran yang disesuaikan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2011
sebesar Rp.9,744 juta lebih per orang per tahun, nilai PPP meningkat pada tahun 2020
menjadi Rp.11,536 juta per orang per tahun. Namun dua tahun terkahir nilai PPP
Kabupaten Sumbawa Barat terjadi penurunan dimana pada tahun 2019 nilainya mencapai
Rp.11,766 juta menjadi Rp.11,536 juta pada tahun 2020, terjadi penurunan sebesar
Rp.0,230 juta. Bila dibandingkan dengan angka provinsi maka pengeluaran per kapita
Kabupaten Sumbawa Barat berada di di atas pengeluaran per kapita penduduk Provinsi
Nusa Tenggara Barat, seperti ditampilkan pada grafik berikut ini.

Grafik 2.12. Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan Kabupaten Sumbawa Barat dan
Provinsi Nusa Tenggara Tahun 2011-2020 (Ribu Rupiah)
11766 11536
12000 11496
11066
10528 10640
10234 10284 10351
9744 9815 9886 9922 9877
9575
10000 9241
8759 8853 8950 8987

8000

KSB
6000
NTB

4000

2000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber data : IPM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

Sejalan dengan perkembangan masing–masing komponen pembentuknya, nilai Indeks


Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sumbawa Barat selama sepuluh tahun terakhir
pun mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 tercatat IPM Kabupaten
Sumbawa Barat sebesar 65,94 kemudian naik menjadi 66,45 pada tahun 2012, dan terus
meningkat hingga 66,86 pada tahun 2013, 67,19 pada tahun 2014, 68,38 pada tahun 2015,
pada tahun 2016 meningkat menjadi 69,26 dan meningkat menjadi 70,08 pada tahun

32
2017 serta meningkat menjadi 70,71 pada tahun 2018 dan 71,52 pada tahun 2019 serta
meningkat menjadi 71,63 pada tahun 2020 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat
diartikan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Sumbawa Barat cukup berhasil.

Tabel 2. 6. Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Sumbawa Barat


Tahun 2011-2020
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Angka Harapan
65,10 65,39 65,69 65,86 66,35 66,66 66,98 67,34 67,8 68,07
Hidup (tahun)
Harapan Lama
13,12 13,18 13,20 13,21 13,57 13,58 13,59 13,60 13,61 13,62
Sekolah (tahun)
Rata-rata Lama
6,94 7,14 7,28 7,44 7,68 8,05 8,18 8,24 8,53 8,66
Sekolah (tahun)
Pengeluaran Per
Kapita yang
9.744 9.815 9.886 9.922 10.234 10.528 11.066 11.496 11.766 11.536
Disesuaikan (ribu
rupiah)
IPM 65,94 66,45 66,86 67,19 68,38 69,26 70,08 70,71 71,52 71,63
Sumber data : IPM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

Grafik 2. 11. Perkembangan IPM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011-2020


73

72
71,63
71 71,52
70,71
70 70,08

69,26
69
68,38
68

67 67,19
66,86
66 66,45
65,94
65

64

63
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber data : IPM Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

2.2.2.2. Kemiskinan

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi


kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan

33
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat
dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

Grafik 2. 12. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin


Tahun 2011-2020
23500 25
23000
22500 19,88 20
17,61 17,1 16,87
22000 16,97
16,5
15,96 14,17
21500 15
13,85
21000
13,34
20500 10
20000
19500 5
19000
18500 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin

Sumber data : BPS Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2020

Jumlah penduduk miskin di Sumbawa Barat dalam kurun waktu 2011–2016 terus
mengalami penurunan, kecuali pada kurun waktu 2014–2015. Pada tahun 2020, jumlah
penduduk miskin mencapai 20.200 jiwa atau 13,34% dari jumlah penduduk pada bulan
maret tahun 2020. Angka kemiskinan tersebut sedikit mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13,85%.

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar mengetahui berapa jumlah atau persentase
penduduk miskin. Dimensi lain yang sangat penting dan harus diperhatikan adalah tingkat
kedalaman dari kemiskinan (P1). Kebijakan kemiskinan tidak hanya memperkecil jumlah
penduduk miskin saja, tetapi juga harus bisa mengurangi tingkat kedalaman kemiskinan
(P1) atau meningkatkan pendapatan penduduk miskin. Tingkat kedalaman kemiskinan
yang digambarkan oleh angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan ukuran
rata–rata kesenjangan pengeluaran masing–masing penduduk miskin terhadap garis/batas
kemiskinan. Dimana semakin inggi nilai indeks kedalaman maka semakin lebar
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, atau dengan kata
lain semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan kehidupan ekonomi
penduduk miskin semakin terpuruk.

34
Dalam kurun waktu 2011–2016 terjadi fluktuasi Indeks Kedalaman Kemiskinan di
Kabupaten Sumbawa Barat. Terakhir, Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten
Sumbawa Barat mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan Indeks
Kedalaman Kemiskinan menunjukkan kesejahteraan penduduk miskin semakin
memburuk atau dengan kata lain pengeluaran penduduk miskin bergerak menjauhi garis
kemiskinan.

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran


pengeluaran diantara penduduk miskin itu sendiri, dan dapat digunakan untuk
mengetahui intensitas kemiskinan. Semakin tinggi angka indeks keparahan kemiskinan
maka sebaran pengeluaran diantara penduduk miskin itu semakin timpang dan sebaliknya.
Untuk itu, persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase
penduduk miskin saja. Dimensi penyebaran pengeluaran/pendapatan dari penduduk
miskin perlu dilihat. Gambaran Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di
Kabupaten Sumbawa Barat periode tahun 2011–2020 ditunjukkan seperti pada Grafik
2.14. Sama halnya dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan sebelumnya, fluktuasi juga
terjadi di deret Indeks Keparahan Kemiskinan. Pada kondisi terakhir, Indeks Keparahan
Kemiskinan Kabupaten Sumbawa Barat mengalami kenaikan dibanding tahun
sebelumnya. Dengan kenaikan angka Indeks Keparahan Kemiskinan ini maka sebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin semakin meluas atau diantara penduduk miskin
pengeluarannya bertambah ketimpangannya.

Grafik 2. 13. Perkembangan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan


Tahun 2011-2020
6
5,63
5
4,25
4 3,81
3,74 2,93
3 2,5 2,79 2,83 2,81
2,32
2 2,04
1,47 1,7
1,22
1 1,14 0,58 0,81 0,93 0,91
0,5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

P1 P2

Sumber data : BPS Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2020

2.2.3. Fokus Seni Budaya Dan Olahraga

Suatu wilayah pasti memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri. Perilaku dan kebiasaan
disertai dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya telah menjadi budaya yang

35
dihormati dan dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga tercipta
keseimbangan dalam setia lini kehidupan. Kabupaten Sumbawa Barat memiliki adat
istiadat yang tak kalah unik dengan daerah-daerah lain yang ada di indonesia. Suku samawa
mendiami pulau Sumbawa Bagian Barat yang terbagi menjadi dua kabupaten, yaitu
Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat. Berbagai adat istiadat dan budaya
yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat yang biasa dinikmati keunikannya antara lain.

2.2.3.1. Tarian

Tradisi tari sudah lama ada di Tana Samawa. Beberapa tarian yang umumnya ditampilkan
di setiap kegiatan-kegiatan masyarakat Sumbawa Barat yaitu tarian kreasi baru yang telah
dikenal lama yaitu Tari Nguri, Pego Bulaeng, Pasaji, Pamuji, Tari dadara bagandang, tari
barodak, ari rapancar, tari kemang komal, tari dadara melala, tari rabinter, tari dadara
nesek, tari barapan kebo, tari kosok kancing, tari lamung pene, tari tanjung menangis, tari
taruna ngayo, tari barempuk. Itu semua jenis tarian yang penampilannya dalam bentuk
sendra-tari.

Tarian Samawa memperlihatkan gerakan tanak sempa, redat, ngumang, pengantan,


nyemah, dan barbagai gerakan yang terdapat pada permainan rakyat, serta gerakan petani
tradisional di sawah. Disamping gerakan-gerakan pada berbagai upacara adat. Para pencipta
tari dan para penari mencoba mengungkapkan sebuah kekuatan dan keindahan yang
mendalam.

2.2.3.2. Musik

Sebagai sebuah musik ritmis, musik Daerah Sumbawa kaya dengan irama yang terwakilkan
dalam temung (jenis pukulan), baik temung yang terdapat pada genang, rebana,
palompong. Dalam Musik Tradisional Sumbawa, keberadaan serune yang merupakan satu-
satunya alat musik tiup yang memiliki notasi yang paling sering digunakan, hanya berfungsi
untuk memberi nuansa melodis, namun alunannya tetap mengikuti alur musik yang dibuat
oleh genang sebagai pemimpin irama.

Kehidupan seni tradisional mendapat tempat di hati masyarakat Tana Samawa, terutama
yang berdomisili di pesedasaan. Musik oekestra samawa yang disebut Gong Genang sangat
populer di masyarakat. Gong Genang terdiri dari sebuah gong, dua buah genang (gendang)
dan sebuah serune. Serune dalam orkestra Gong genang berfungsi sebagai pembawa
melodi. Sejumlah musik daerah yang dihayati masyarakat.

Dari liirik-lirik lawas telah diangkat kepermukaan sejumlah lagu yang berirama daerah
dengan iringan instrumen alat-alat musik modern. Lagu khas daerah Samawa sudah banyak

36
dilagukan dalam berbagai kesempatan upacara dan acara perhelatan perkawinan. Dalam
bentuk kaset ataupun kepingan CD dan VCD.

Beberapa peralatan musik tradisional Samawa adalah Serune, yaitu alat musik dengan cara
ditiup. Alat ini termasuk alat musik golongan serofon yang berlidah, serune dibuat dari
dua bahan pokok yaitu bulu (jenis bambu kecil) dan daun lontar. Serune tidak berfungsi
sebagai alat musik yang sakral, karena itu dapat dimainkan oleh siapa saja yang berminat.
Serune dapat memainkan lagu apa saja asal sesuai dengan nadanya.

Alat musik lainnya adalah Palompang. Di Sumbawa Barat disebut garompong. Alat musik
ini termasuk alat musik idiofon. Di jawa yang sejenis dengan alat musik ini adalah
gambang. Bahan untuk membuat palompang adalah jenis kayu ringan yang disebut kayu
kabong, kenangas dan berora. Palompang biasanya di pergunakan adalam permainan
orkestra Goa genang. Palompang dipukul dengan menggunakan pemukul yang banyaknya
dua buah. Selanjutnya adalah Rebana alat musik yang terbuat dari kayu, kulit, rotan, dan
kawat. Di Sumbawa kayu yang diakai adalah kayu jepun (kayu kamboja) dan kulit yang
dipakai adalah kulit kambing. Rebana dipergunakan untuk mengiringi lawas seperti sakeco
dan tari kreasi.

2.2.3.3. Permainan Rakyat

Sejumlah permainan rakyat tradisional masyarakat Samawa yang menjadi ciri dari
masyarakat adalah Barempuk dan Barapan Kebo. Barempuk adalah permainan lain di Tana
Samawa, yaitu tinju bebas yang tidak menggunakan sarung tinju. Biasanya dilaksanakan
dilapangan terbuka atau swah seusai panen padi. Barapan Kebo adalah permainan rakyat
yang berkaitan dengan peternakan. Barapan kebo merupakan salah satu permainan rakyat
yang sangat digemari oleh masyarakat setempat. Barapan kebo bukanlah adu cepat sampai
garis finis namun ajang pada sandro beradu mantra. Sandro adalah sebutan untuk
seseorang yang memiliki kemampuan supranatural yang nantinya akan menancapkan
sakak. Sakak adalah sebilah tongkat finish. Pada saat barapan kebo, sepasang kerbau yang
sudah dipersiapkan akan dikendalikan oleh seorang joki dan berlari kencang menuju
sakak. Selama acara sandro berusaha menanamkan mantra pengalih pada kerbau dan joki
agar tak mampu mencapai sakak. Sandro yang berhasil akan mengalunkan kemenangannya
dalam sebuah syair sesumbar khas Sumbawa.

2.2.3.4. Sistem Kekerabatan dan Perkawinan

Sisten kekerabatan dan keturunan orang samawa pada umumnya bilateral, yaitu sistem
penarikan gadis keturunan berdasarkan garis silsilah nenek moyang laki-laki dan
perempuan secara serentak. Dalam sistem kekerabatan ini, baik kerabat pihak ayah

37
maupun ibu diklasifikasikan menjadi satu dengan istilah yang sama, misalnya untuk
saudara tua ayah atau ibu, dan untuk saudara yang lebih mudah dari ayah atau ibu.
Kelomok keluarga yang lebih luas yaitu pata, yaitu kerabata dari laki-laki atau wanita yang
ditarik dari kakek atau nenek moyang sampai derajat keenam, sehingga dalam masyarakat
Sumbawa dikenal sepupu satu, sepupu dua sampai sepupu enam.

Pada kehidupan masyarakat Sumbawa tradisional, beberapa keluarga inti dapat tinggal
dalam satu rumah panggung, yaitu rumah yang didirikan diatas tiang kayu yang tingginya
berkisar antara 1,5 hingga 2 meter dengan tipologi persegi panjang, atapnya berbentuk
seperti perahu yang terbuat dari santek atau bambu yang dipotong-potong. Pada bagian
depan atau belakang dipasang anak tangga dalam hitungan ganjil antara 7,9,11 bergantung
keperluan.

Data menyebutkan bahwa jumlah kelompok seni dan budaya daerah telah mencapai 43
kelompok dan masih banyak kelompok lainnya yang belum terdata. Pembinaan kelompok
tersebut telah didukung oleh pemerintah daerah melalui bantuan peralatan yang
dianggarkan dalam APBD setiap tahunnya.

Dalam priode satu tahun terakhir ini, aktivitas kelompok seni dan budaya tersebut tidak
lagi hanya untuk kegiatan sosial kemasyarakatan saja, tetapi sudah diarahkan untuk
mendukung kegiatan wisata budaya yang tengah digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat yang dibuktikan dengan penetapan Desa Mantar dan Desa Sekongkang
Bawah sebagai “desa wisata budaya”.

2.2.3.5. Pembinaan Olah Raga

Pembinaan olah raga merupakan salah indikator aspek kesejahteraan masyarakat.


Pembinaan olah raga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah memperlihatkan
perkembangan yang sangat baik. Jumlah kelompok olah raga semakin meningkat, data
menyebutkan bahwa jumlah kelompok (club) olah raga lebih dari 100 club dari berbagi
cabang olah raga dengan jumlah fasilitas olah raga yang telah menyebar di seluruh
kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat.

Pada tahun 2012 yang lalu Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat bekerja sama dengan
PT. NNT telah membangun pusat gelanggang olah raga (GOR) Maga Parang yang sempat
menjadi home base PS. Sumbawa Barat yang berlaga pada Devisi I Liga Indonesia.

38
2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.2. Pendidikan

Pembangunan pendidikan memiliki fungsi strategis untuk meningkatkan kualitas manusia


Sumbawa Barat. Keberhasilan pembangunan pendidikan akan mampu memberikan
kontribusi bagi terciptanya masyarakat yang mandiri dan bermartabat. Pada tahun 2020,
banyaknya sekolah TK/RA mencapai 112 unit dengan 5.336 siswa dan jumlah guru
sebanyak 756 orang, sehingga rasio guru terhadap siswa pada jenjang TK/RA mencapai
1:7,06 yang berarti bahwa seorang guru menangani 7 – 8 siswa TK/RA.

Selanjutnya, pada jenjang pendidikan dasar jumlah SD/MI pada tahun 2020 terdapat 114
sekolah dengan jumlah siswa mencapai 18.361 anak dan jumlah guru sebanyak 1.392
orang, sehingga rasio guru terhadap jumlah siswa mencapai 1:13,19 yang berarti bahwa
seorang guru SD/MI menangani 13 – 14 siswa. Kemudian untuk jenjang SMP/MTs, di
Kabupaten Sumbawa Barat terdapat 45 sekolah dengan jumlah murid mencapai 6.885
anak dan jumlah guru sebanyak 889 orang, sehingga rasio guru terhadap murid mencapai
1:7,74 yang berarti bahwa seorang guru SMP/MTs menangani 7 – 8 murid.

Pada jenjang pendidikan menengah atas, jumlah sekolah jenjang SMA/MA/SMK pada
tahun 2020 di Kabupaten Sumbawa Barat terdapat 22 sekolah dengan jumlah siswa
mencapai 5.562 anak dan jumlah guru sebanyak 431 orang, sehingga rasio guru terhadap
murid mencapai 1:12,90 yang berarti bahwa seorang guru SMA/MA/SMK menangani 12
– 13 siswanya.

Tabel 2. 7. Rasio Guru Dan Murid Pada Semua Jenjang Pendidikan Tahun 2020
No. Jenjang Sekolah Murid Guru Rasio
Pendidikan Guru/Murid
1. TK/RA 112 5.336 756 1:7,06
2. SD/MI 114 18.361 1.392 1:13,19
3. SMP/MTs 45 6.885 889 1:7,74
4. SMA/SMK/MA 22 5.562 431 1:12,90
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Angka Partisipasi Sekolah (APS) memperlihatkan persentase anak yang bersekolah pada
usia tertentu. Semakin tinggi persentasenya, semakin tinggi tingkat partisipasi anak tersebut
bersekolah. Angka Partisipasi Sekolah pada anak usia 7-12 tahun sebesar 100%. Hal ini
berarti bahwa pada 100 anak usia 7 hingga 12 tahun seluruhnya bersekolah. Pada rentang
usia ini, angka partisipasi sekolah anak laki-laki sama dengan anak perempuan.

Sementara itu, pada angka partisipasi sekolah usia 13-15 tahun mencapai 95,15%.
Tingginya persentase anak yang bersekolah karena jenjang sekolah yang dijalani tidak
dibatasi, bisa saja terdapat anak usia 13 tahun namun masih berada pada jenjang SD atau

39
usia 15 tahun yang telah menempuh pendidikan SMA atau sederajat. Pada rentang usia
ini, partisipasi sekolah pada laki-laki lebih rendah dibanding perempuan. Di sisi lain, angka
partisipasi sekolah pada rentang usia 16-18 tahun sebesar 78,57%, artinya dalam 100 anak
usia 16 hingga 18 tahun terdapat 78 anak yang menempuh jenjang pendidikan. Pada
rentang usia ini partisipasi sekolah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.

Tabel 2. 8. Angka Partisipasi Murni (APM) Dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pada
Semua Jenjang Pendidikan Tahun 2019 Dan Tahun 2020
No. Jenjang Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Kasar
Pendidikan Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2019 Tahun 2020
1. SD/MI 98,81 99,49 103,91 103,16
2. SMP/MTs 85,19 85,18 88,04 89,5
3. SMA/SMK/MA 75,10 75,04 93,46 95,08
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar/minimal yang harus


dimiliki seseorang untuk dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Membaca informasi dari
berbagai sumber dapat membuka wawasan, dan menyampaikan informasi tersebut dalam
bentuk tulisan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembelajaran. Angka melek huruf merupakan indikator yang menggambarkan
kemampuan penduduk untuk membaca dan menulis. Ukuran yang digunakan adalah
kemampuan baca tulis penduduk umur 15 tahun ke atas.

Secara umum kemampuan membaca dan menulis penduduk berumur 15 tahun ke atas di
Kabupaten Sumbawa Barat sudah cukup bagus. Pada Tahun 2019 angka melek huruf
Sumbawa Barat mencapai 94,90%.

Grafik 2. 14. Persentase Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Tahun 2019
Buta Huruf,
5,01%

Melek Huruf,
94,9%

Sumber data : Statistik Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

40
2.3.2. Kesehatan

Kabupaten Sumbawa Barat memiliki beberapa fasilitas kesehatan, salah satu diantaranya
adalah rumah sakit. Sumbawa Barat hanya memiliki satu rumah sakit yaitu RSUD Asy-Syfa.
Walaupun hanya memiliki satu rumah sakit saja, akan tetapi Sumbawa Barat juga memiliki
fasilitas kesehatan penunjang lainnya seperti Puskesmas sebanyak 9 unit, dan Pukesmas
Pembantu sebanyak 32 unit yang tersebar di semua wilayah kecamatan dan desa. Untuk
dapat memberikan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan yang tersedia harus dilengkapi
dengan tenaga medis yang memadai. Fasilitas kesehatan di Sumbawa Barat sudah ditunjang
oleh 52 dokter, 409 perawat, 355 bidan, dan 40 farmasi. Selain itu, ditunjang pula oleh
tenaga non medis seperti ahli gizi (29 orang), teknisi medis (31 orang), sanitasi (22 orang),
dan kesehatan masyarkat (28 orang). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020 yang mencapai 148.606 jiwa, jumlah ini bisa
dikatakan tidak ideal. Namun demikian, walaupun fasilitas kesehatan di kabupaten ini
cukup terbatas, tetapi secara umum derajat kesehatan masyarakat cukup baik. Salah satu
yang dapat menggambarkan hal tersebut adalah angka kesakitan.

Tabel 2. 9. Perkembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2019 – 2020


No. Tenaga Kesehatan Tahun 2019 Tahun 2020
1. Dokter 39 52
2. Perawat 384 409
3. Bidan 343 355
4. Tenaga Farmasi 21 40
5. Ahli Gizi 26 29
6. Teknisi Medis 19 31
7. Tenaga Sanitasi 18 22
8. Tenaga Kesehatan Masyarakat 26 28
JUMLAH 876 966
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari angka morbiditas (angka kesakitan) yaitu
persentase penduduk yang mengalami gangguan/keluhan kesehatan yang menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari baik dalam melakukan pekerjaan, bersekolah, mengurus
rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya. Semakin banyak penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan penduduk.

Angka kesakitan adalah persentase penduduk yang mengeluhkan sakit dalam sebulan
terakhir. Angka kesakitan penduduk laki-laki pada tahun 2019 sebesar 24,04%. Hal ini
berarti dari 100 orang laki-laki terdapat 24 orang yang mengalami keluhan kesehatan.
Sementara itu, angka kesakitan penduduk perempuan pada tahun 2019 sebesar 23,54%,
yang berarti dari 100 penduduk perempuan terdapat 23 orang yang mengalami keluhan
kesehatan.

41
Grafik 2. 15. Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2019 (%)
24,2
24,04
24

23,8

23,6 23,54

23,4

23,2
Laki-Laki Perempuan

Sumber data : Statistik Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

2.3.3. Perumahan

Luas lantai per kapita merupakan salah satu indikasi dari tingkat sosial ekonomi suatu
rumah tangga . Namun belum tentu rumah dengan lantai yang luas adalah rumah yang
layak huni dan sehat. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan bahwa rumah dengan
luas lantai ≥ 10 m2 per kapita merupakan rumah yang layak huni. Di Kabupaten Sumbawa
Barat, 80,04 persen rumah tinggal dengan luas lantai lebih dari 10 m2. Persentase rumah
tangga backlog di Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 8%. Yang artinya masih terdapat 8%
rumah tangga yang tinggal di rumah bukan milik sendiri (sewa, bebas sewa, dinas, atau
lainnya) dan tidak memiliki rumah yang lain selain yang ditempati sekarang. Adapun
rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri di Kabupaten Sumbawa Barat
mencapai 85,44%, dan yang menempati rumah bebas sewa sebesar 4,54%.

Jika dilihat menurut jenis bukti kepemilikan bangunan tempat tinggal, 83,87% rumah
tangga memiliki bukti kepemilikan tanah bangunan tempat tinggal Sertifikat Hak Milik
(SHM). Sedangkan 12,22 persen lainnya memilki surat bukti lainnya. Hanya sebesar 3,13%
rumah tangga di Sumbawa Barat yang tidak memiliki bukti kepemilikan tanah bangunan
tempat tinggal.

Sebagian besar rumah tangga di Sumbawa Barat menggunakan beton/genteng sebagai atap
rumah terluas. Kemudian diikuti oleh penggunaan asbes/seng sebesar 46,42%. Sisanya
menggunakan atap selain beton, genteng, seng, dan asbes. Dilihat dari bahan utama
dinding terluas, sebesar 72,28% rumah yang ditempati oleh rumah tangga di Sumbawa
Barat menggunakan tembok/plesteran anyaman bambu/kawat sebagai dinding terluas.

Lantai kedap air adalah syarat bagi rumah sehat. Bahannya bisa beragam, seperti ubin,
semen,kayu, atau keramik. lantai yang berdebu atau becek selain tidak nyaman jugas bisa
menjadi sarang penyakit. pada tahun 2019, hampir setengah penduduk menghuni rumah
yang lantai terluasnya terbuat dari marmer/granit/keramik. Sementara itu, dari sisi akses

42
terhadap layanan sumber air minum layak, pada tahun 2019 masih ada 8% rumah tangga
di Sumbawa Barat yang belum memiliki akses terhadap sumber air minum layak. Lebih
dari setengah rumah tangga di Sumbawa Barat menggunakan air kemasan/isi ulang
(58,99%) sebagai sumber air minumnya sehari-hari.

Grafik 2. 16. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Hunian Tahun 2019 (%)

19,96%

80,04%

>=10 M2 <10 M2

Sumber data : Statistik Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

Grafik 2. 17. Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Air Minum Layak Tahun 2019 (%)

8%

92%

Layak Tidak Layak

Sumber data : Statistik Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

2.3.4. Ketenagakerjaan

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2020, penduduk usia kerja di
Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 145.800 orang. Dari jumlah tersebut 77,30%
termasuk angkatan kerja. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Besarnya persentase
penduduk usia produktif yang aktif secara ekonomi di suatu daerah tercermin dalam angka
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa

43
semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk memproduksi barang dan
jasa dalam suatu perekonomian. Pada tahun 2020, TPAK laki-laki lebih tinggi
dibandingkan TPAK perempuan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh budaya yang
menempatkan laki-laki harus bekerja sedangkan perempuan bertugas di rumah untuk
mengurus keluarga.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengindikasikan penduduk usia kerja yang


termasuk dalam kelompok pengangguran terbuka. TPT Sumbawa Barat tahun 2020
tercatat sebesar 5,5% yang artinya dari 100 orang angkatan kerja terdapat 5-6 orang yang
menganggur.

Jika dilihat menurut status pekerjaan utamanya, sebagian besar penduduk usia 15 tahun
ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu di Kabupaten Sumbawa Barat bekerja
dengan status buruh/karyawan/pegawai mencapai 40,59%. Sementara itu, sebesar 17,82%
penduduk usia 15 tahun ke atas bekerja dengan status berusaha. Penduduk 15 tahun ke
atas yang bekerja yang tidak mendapatkan penghasilan secara pasti atau disebut juga sebagai
pekerja bebas persentasenya masih cukup besar sekitar 10,67%.

Di Kabupaten Sumbawa Barat mampu menyerap maksimal penduduk yang berpendidikan


tinggi. Begitu pula dengan penduduk umur 15 tahun ke atas yang berpendidikan hingga
SMP, sebagian besar mampu memiliki pekerjaan. Terbatasnya tingkat pendidikan
membuat penduduk dengan pendidikan rendah lebih cenderung tidak pemilih dalam
menjalankan pekerjaan. Menariknya penduduk yang berpendidikan SMA/sederajat
menjadi penyokong pengangguran di Sumbawa Barat. Penduduk berpendidikan
SMA/sederajat lebih memilih pekerjaan namun kalah saing dengan penduduk yang
berpendidikan sarjana.

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2020, sekitar 27,13% penduduk
Kabupaten Sumbawa Barat bekerja pada Lapangan Pekerja Utama Jasa Kemasyarakatan,
Sosial, dan Perorangan. Lapangan pekerjaan yang selanjutnya memiliki persentase relatif
tinggi adalah Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan sebesar 21,23%, serta
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel dengan persentase yaitu 20,71%.
Meskipun kategori Pertambangan dan Penggalian memiliki andil besar dalam
perekonomian Kabupaten Sumbawa Barat, akan tetapi persentase penduduk yang bekerja
pada lapangan usaha ini hanya sebesar 9,95%.

Sebagian kecil penduduk memilih bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia
(TKI). Jumlah TKI di Sumbawa Barat pada tahun 2019 sebanyak 433 orang. Jika dilihat
dari tingkat pendidikan, penduduk dengan tingkat pendidikan SMA ke atas paling banyak
yang menjadi TKI. Tingginya persaingan dalam mencari pekerjaan di dalam negeri serta

44
upah yang terkadang terkesan lebih kecil dan tidak sebanding dengan tenaga yang
dikeluarkan merupakan salah satu pertimbangan yang membuat penduduk lebih memilih
bekerja di luar negeri.

Grafik 2. 18. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama
Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2020 (%)

9,98%
berusaha sendiri 17,82%

10,67%

berusaha dibantu buruh


tidak tetap/buruh tidak
dibayar
18,22%
berusaha dibantu buruh
tetap/buruh dibayar

buruh/ karyawan/ pegawai


2,72%
40,59%

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Grafik 2. 19. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama
Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2020 (%)

28,76%

53,81%
pertanian
industri pengolahan
jasa

17,43%

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

45
2.3.5. Pertanian

Pertanian merupakan salah sektor ekonomi strategis di Kabupaten Sumbawa Barat.


Walaupun nilai tambah yang dihasilkan tidak sebesar sektor pertambangan, namun
penyerapan tenaga kerja pada sektor ini tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Dengan
demikian kebijakan di sektor pertanian berhubungan erat dengan sebagian besar
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Padi dan jagung merupakan
produk andalan Kabupaten Sumbawa Barat. Tahun 2020, produksi padi sawah mengalami
penurunan sekitar 20,91% dibandingkan tahun sebelumnya. Jika terjadi penurunan
produksi, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap stabilitas pangan di Kabupaten
Sumbawa Barat. Di tahun 2020, Kecamatan Brang Rea memproduksi padi sawah dengan
jumlah tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya, yakni sebesar 26.983 ton.

Produksi jagung selama setahun terakhir juga menunjukkan produksi yang menurun
mencapai 29,90% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya yang mencapai
103.417,3 ton. Produksi jagung pada tahun 2020 khususnya Kecamatan Poto Tano
mencapai 34.972 ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 27.404,8 ton.

Tabel 2. 10. Produksi Padi dan Palawija Tahun 2019 – 2020 (ton)
Tahun
Jenis Tanaman
2019 2020

Padi 104.757,2 82.853


Jagung 103.417,3 72.500
Kedelai 27,2 67,7
Kacang Tanah 35,4 223,1
Kacang Hijau 219,6 1.437,1
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Meskipun hasil perkebunan tidak sebesar hasil produksi tanaman bahan makanan,
Kabupaten Sumbawa Barat juga mempunyai hasil pertanian di sektor perkebunan.
Komoditi kelapa merupakan komoditi perkebunan andalan Kabupaten Sumbawa Barat.
Tahun 2020 produksi Kelapa mencapai 1.348,84 ton. Selain kelapa, Kabupaten Sumbawa
Barat juga berpotensi di komoditi jambu mete, kopi, dan asam.

46
Tabel 2. 11. Jumlah Produksi Komoditi Perkebunan Tahun 2019 – 2020 (ton)
Jenis Tanaman Tahun 2019 Tahun 2020

Kelapa 1.350,66 1.348,84


Kopi 147,61 146,70
Kapuk 40,90 40,69
Asam 89,92 78,59
Lada 2,80 2,75
Aren 81,39 81,40
Jambu Mete 98,52 98,48
Pinang 9,47 9,49
Jarak Pagar 32,60 32,40
Kakao 3,88 14,38
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Selain tanaman bahan makanan, sub sektor pertanian yang memiliki potensi dan cocok
untuk dikembangkan di Sumbawa Barat adalah peternakan. Peternakan sapi menjadi
andalan peternakan besar di Kabupaten Sumbawa Barat. Pada tahun 2020, jumlah sapi di
wilayah kabupaten Sumbawa Barat mencapai 80.933 ekor, naik dibandingkan tahun
sebelumnya yang berjumlah 75.872 ekor sapi. Selain sapi, komoditi peternakan besar yang
lainnya mengalami kenaikan di tahun 2020 adalah kerbau, kambing, domba dan kuda.

Tabel 2. 12. Jumlah Ternak Besar Tahun 2018 – 2020 (ekor)


Tahun
Jenis Ternak 2018 2019 2020
Sapi 68.218 75.872 80.933
Kerbau 15.375 16.204 16.632
Kambing 17.207 16.635 17.858
Domba 430 428 484
Kuda 8.141 8.318 8.542
Jumlah 41.153 41.585 43.516
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Ayam merupakan komoditas andalan ternak unggas di Kabupaten Sumbawa Barat. Jumlah
ternak unggas di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar
44,89% dari tahun sebelumnya menjadi 198.038 ekor. Peningkatan terbesar adalah ternak
ayam buras dari tahun 2019 mencapai 93.820 ekor menjadi 198.038 ekor pada tahun
2020. Selain itu, Kabupaten Sumbawa Barat sampai saat ini mampu memproduksi 55.477
butir telur ayam buras dan 36.950 butir telur ayam ras. Selain ayam buras dan ayam ras,
penduduk Kabupaten Sumbawa Barat juga mengusahakan 6.475 butir telur itik dan 137
butir telur puyuh.

47
Tabel 2. 13. Jumlah Ternak Unggas Tahun 2019 – 2020 (ekor)
Tahun
Jenis Ternak
2019 2020
Ayam Buras 93.820 104.416
Ayam Ras 30.371 81.300
Itik 9.083 8.713
Entok 2.742 2.849
Merpati 663 760
Jumlah 136.679 198.038
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Grafik 2. 20. Jumlah Produksi Telur Tahun 2018 – 2020 (butir)


120000
99039
100000 79953 79034
80000

60000

40000

20000

0
2018 2019 2020

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

2.3.6. Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah pesisir mempunyai potensi perikanan laut yang
sangat besar. Pada tahun 2020 jumlah produksi hasil perikanan laut sebesar 3.184,11 ton.
Dari 8 wilayah kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat, 5 kecamatan diantaranya
berpotensi sebagai daerah penghasil perikanan. Hasil perikanan terbesar diperoleh dari
Kecamatan Taliwang (1.525,74 ton) dan Kecamatan Poto Tano (1.144,65 ton).

Grafik 2. 21. Produksi Ikan Laut Menurut Tempat Berlabuh Tahun 2020 (ton)
2000
1525,74
1500 1144,65

1000
457,54
304,93 381,25
500

Sekongkang Maluk Jereweh Taliwang Poto Tano

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

48
Rumput laut sudah menjadi salah satu komoditi andalan di Kabupaten Sumbawa Barat,
bahkan menjadi salah satu sentra produksi rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Namun tahun 2018 produksi rumput laut mencapai 82.856,75 ton mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 65.002,75 ton.

Grafik 2. 22. Produksi Rumput Laut Tahun 2014 – 2018 (ton)


100000
75310,75 82856,75
80000 65002,75
61432
60000
40960
40000

20000

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2020

2.3.7. Pariwisata

Obyek wisata di Kabupaten Sumbawa Barat hampir seluruhnya merupakan wisata alam
dan bahari. Daerah tujuan wisata tersebut belum sepenuhnya tersentuh, sehingga pesona
yang disajikan pun masih alami. Keadaan ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan untuk datang mengunjungi obyek-obyek wisata tersebut. Kabupaten Sumbawa
Barat memiliki 5 wisata alam, 5 wisata buatan, 8 wisata bahari, dan 2 wisata budaya. Setiap
kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat memiliki tempat wisata unggulan. Kecamatan
Poto Tano, Maluk, Jereweh, dan Sekongkang memiliki wisata laut yang memesona,
sehingga menjadi destinasi utama wisatawan domestik dan mancanegara. Di sisi lain,
Kecamatan Brang Rea mampu menyuguhkan keindahan daerah pegunungan khas
Sumbawa Barat. Untuk mendorong meningkatnya wisatawan, pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat tidak hanya mengelola obyek wisatanya saja, namun juga menambah sarana
dan prasarana pariwisata. Adanya sarana dan prasarana pariwisata memudahkan wisatawan
untuk menikmati obyek wisata yang ada dan memberikan pengetahuan dan informasi
mengenai budaya daerah Sumbawa Barat.

49
Tabel 2. 14. Jumlah Sarana dan Prasarana Pariwisata Menurut Kecamatan Tahun 2020
Kecamatan Alam Buatan Bahari Budaya

Sekongkang 1 0 4 1
Jereweh 1 0 3 0
Maluk 0 1 4 0
Taliwang 2 2 2 0
Brang Ene 0 1 0 0
Brang Rea 2 0 0 0
Seteluk 1
5 0 0 1
Poto Tano 1 0 3 0
Jumlah 8 4 16 2
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Untuk menunjang kegiatan wisata keberadaan sarana pendukung seperti akomodasi sangat
diperlukan. Jumlah hotel di Sumbawa Barat berjumlah 38 hotel. Keberadaan hotel masih
berpusat di Kecamatan Sekongkang, Maluk, Taliwang, dan Jereweh. Kecamatan Taliwang
yang merupakan ibu kota kabupaten memiliki fasilitas hotel terbanyak dibandingkan
kecamatan lainnya. Jumlah Kamar hotel di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 449 kamar
dengan tempat tidur sebanyak 686 buah.

Tabel 2. 15. Jumlah Hotel, Kamar dan Tempat Tidur Menurut Kecamatan Tahun 2020
No. Kecamatan Hotel Kamar Tempat Tidur
1 Sekongkang 15 137 198
2 Jereweh 3 17 28
3 Maluk 9 92 122
4 Taliwang 10 200 335
5 Poto Tano 1 3 3
Sumbawa Barat 38 449 686
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Untuk melihat seberapa besar daya tarik wisata Sumbawa Barat, dapat dilihat dari seberapa
banyak wisatawan yang berkunjung. Salah satu cara dengan melihat dari banyaknya tamu
hotel yang menginap di Sumbawa Barat.

Tabel 2. 16. Jumlah Tamu Hotel Menurut Kecamatan Tahun 2020


Kecamatan Domestik Asing Jumlah

Sekongkang 1.176 1.386 2.562


Jereweh 432 79 511
Maluk 864 396 1.260
Taliwang 2.376 99 2.475
Sumbawa Barat 4.848 1.960 6.808
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

50
Hotel di Kecamatan Sekongkang dan Maluk didominasi oleh tamu asing, keindahan
pantai yang disuguhkan oleh kedua kecamatan tersebutlah yang mampu menyihir
wisatawan asing untuk berkunjung. Sedangkan Tamu domestik mendominasi Kecamatan
Taliwang yang merupakan ibu kota kabupaten dan Kecamatan Maluk sebagai gerbang
masuk PT. AMNT.

Grafik 2. 23. Persentase Jumlah Kunjungan Wisatawan Menurut Kecamatan Tahun 2020

Sekongkang, 37,63%
Taliwang, 36,35%

Jereweh, 7,51%
Maluk, 18,51%

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH


2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap indikator
pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dan pengeluaran konsumsi non pangan
per kapita. Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat
pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif
bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per
kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi rumah tangga per kapita, yaitu
rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan
pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk.

Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau,
dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan
sebagainya. Rata rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk Sumbawa Barat menurut
golongan pengeluaran tahun 2020 adalah Rp.1.484.748,-, dengan rincian Rp.797.269,-
untuk pengeluaran makanan dan Rp.687.480,- untuk pengeluaran bukan makanan.

51
Berdasarkan Hukum Engel/Engel Law bahwa semakin tinggi pendapatan/kesejahteraan
seseorang, maka proporsi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan makanan akan
menurun, namun sebaliknya pengeluaran untuk non makanan proporsinya akan semakin
meningkat.

Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga unuk bahan
makanan sebesar 51,48%, angka tersebut lebih tinggi dari pengeluaran konsumsi rumah
tangga untuk bahan non makanan (48,52%).

Grafik 2. 24. Pengeluaran Sebulan Menurut Kelompok Makanan Tahun 2020 (Rp.)
300000 274637

250000

200000

150000
99149
88440 89298
100000
49197 49696 45945
50000 34830
11094 11521 15055 15137 9250
4019
0

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Dari grafik di atas dapat digambarkan bahwa pengeluaran tertinggi pada kelompok
makanan dan minuman jadi dikuti oleh kelompok padi-padian, kelompok ikan, kelompok
tembakau dan sirih, dan kelompok sayuran. Hal tersebut menggambarkan bahwa
masyarakat Sumbawa Barat pola konsumsinya menginginkan yang lebih praktis dan siap
saji dan didukung juga kemudahan akses berbagai jenis makanan dan minuman jadi.

Pengeluaran Konsumsi per kapita sebulan menurut kelompok bukan makanan di


Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 46,30%. Angka tersebut lebih rendah jika
dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi bahan makanan. Adapun komposisi tingkat
pengeluaran Per Kapita Sebulan menurut Kelompok Kelompok Bukan Makanan dapat
dilhat pada grafik di bawah ini.

52
Grafik 2. 25. Pengeluaran Rata-rata Sebulan Menurut Kelompok Bukan Makanan Tahun
2020 (Rp.)
400000 351025
350000
300000
250000
200000 151358
150000
100000 69701
51625
48515
50000 15256

0
Perumahan, Aneka Barang Pakaian, Alas Brang Yang Pajak Pemakaian Keperluan Pesta
Bahan Bakar, dan Jasa Kaki dan Tutup Tahan Lama dan Premi dan Upacara
Penerangan, Air Kepala Asuransi

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Berdasarkan grafik tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa pengeluaran tertinggi kelompok
bukan makanan adalah pengeluaran pada kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan,
air, kemudian diikuti oleh kelompok aneka barang dan jasa. Hal ini menjelaskan bahwa
masyarakat Sumbawa Barat masih sangat perhatian terkait dengan rumah dan fasilitasnya.

Grafik 2. 26. Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Tahun 2020 (%)
0,41 4,39

14,82

200000-299999
300000-499999
41,77 500000-749999

12,01 750000-999999
1000000-1499999
>1500000

26,6

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

2.4.2. Fokus Fasilitas Infrastruktur Daerah

Fasilitas wilayah dan infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam mendukung
aktivitasekonomi daerah di berbagai sektor di suatu daerah dan antar-wilayah. Semakin
lengkapketersediaan wilayah/infrastruktur, semakin kuat dalam menghadapi daya saing
daerah.

53
Jalan raya merupakan sarana transportasi yang paling vital. Panjang jalan di kabupaten
Sumbawa Barat tahun 2019 tercatat sepanjang 484,90 km. Panjang jalan terdiri dari 69,82
km jalan negara, 76,39 km jalan provinsi, dan 338,69 Km jalan kabupaten. Menurut jenis
permukaannya, sebagian besar jalan negara dan provinsi merupakan jalan aspal, namun
jalan kabupaten sebagian besar merupakan jalan dengan permukaan gravels atau kerikil.
Sedangkan menurut kondisinya, sebagian besar jalan di Kabupaten Sumbawa Barat dalam
kondisi baik.

Tabel 2. 17. Kondisi Jalan Menurut Status Jalan Tahun 2019


Kondisi
No. Status Jalan Baik Sedang Ringan/Berat Total
Km % Km % Km %
1. Jalan Negara 50 71,61 19,32 28,39 69,82
2. Jalan Provinsi 43,58 57,30 14.53 19,02 18,09 23,68 76,39
3. Jalan Kabupaten 224,127 66,17 11,227 3,31 103,336 30,51 338,69
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa panjang jalan mantap kewenangan
kabupaten mencapai 69,49% atau sepanjang 235,354 Km sedangkan sisanya 30,51% atau
sepanjang 103,336 Km berstatus jalan belum mantap (rusak ringan dan berat).

Grafik 2. 27. Persentase Kondisi Jalan Mantap Kewenangan Kabupaten Tahun 2018 –
2020 (%)
80
70
60 69,49% 72,96%
50
54,39%
40
30
20
10
0
2018 2019 2020

Sumber data : LKJIP Dinas PUPRPP Tahun 2021

Indikator sarana pendukung transportasi lainnya adalah jumlah kendaraan bermotor yang
dimiliki oleh masyarakat Sumbawa Barat. Data dari BPS Kabupaten Sumbawa Barat tahun
2020 mencatat bahwa jumlah kendaraan bermotor mencapai 51.659 unit yang terdiri dari
mobil penumpang sebanyak 1.521 unit, bus sebanyak 188 unit, truk/pickup sebanyak
1.848 unit dan sepeda motor sebanyak 48.102 unit. Sehingga dengan data tersebut dapat

54
diartikan bahwa setiap rumah tangga di Kabupaten Sumbawa Barat memiliki kendaraan
bermotor.

Tabel 2. 18. Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Kecamatan Tahun 2020 (unit)
Jenis Kendaraan
Kecamatan
Mobil Penumpang Bus Truk/Pickup Sepeda Motor
Sekongkang 218 127 737 2.822
Jereweh 134 0 110 3.815
Maluk 235 5 168 5.903
Taliwang 666 55 478 22.038
Brang Ene 28 0 38 1.785
Brang Rea 87 0 105 4.786
Seteluk 120 1 151 4.881
Poto Tano 33 0 61 2.072
Sumbawa Barat 1.521 188 1.848 48.102
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Selain itu, Kabupaten Sumbawa Barat yang berada di ujung barat pulau Sumbawa,
merupakan pintu gerbang antara Pulau Lombok Dan Pulau Sumbawa. Kehadiran
Pelabuhan Poto Tano berpengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Sumbawa Barat.

Tabel 2. 19. Jumlah Penumpang dan Kendaraan Menurut Golongan Yang Dimuat Di
Pelabuhan Poto Tano Tahun 2020
Kategori Jumlah

Penumpang Dewasa 17.147


Penumpang Anak-anak 843
Golongan I 44
Golongan II 100.423
Golongan III 1.504
Golongan IV Kendaraan Penumpang 45.581
Golongan IV Kendaraan Barang 22.571
Golongan V Kendaraan Penumpang 7.010
Golongan V Kendaraan Barang 48.541
Golongan VI Kendaraan Penumpang 3.463
Golongan VI Kendaraan Barang 17.150
Golongan VII Kendaraan Barang 3.929
Golongan VIII Kendaraan Barang 27
Golongan IX Kendaraan Barang 145
Jumlah Muatan 268.378
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Rata-rata jumlah muatan yang dibongkar di Pelabuhan Poto Tano lebih banyak
dibandingkan dengan muatan yang dimuat, meskipun selisih perbedaan tidaklah
signifikan. Pada tahun 2020 jumlah penumpang yang menyeberang dari Pelabuhan

55
Kayangan ke Pelabuhan Poto Tano sebanyak 17.147 penumpang. Sepeda motor (golongan
II) merupakan kendaraan yang paling kerap menyeberang, jumlah sepeda motor yang
dimuat di Pelabuhan Poto Tano mencapai 100.423 unit.

Selanjutnya, sarana telekomunikasi menjadi sarana penting yang harus tersedia yang daerah
dalam rangka meningkatkan daya saing daerah. Data BPS Kabupaten Sumbawa Barat
mencatat bahwa jumlah menara telekomunikasi pada tahun 2019 telah mencapai 86 buah.
Hal ini menandakan bahwa kebutuhan masyarakat Sumbawa Barat akan komunikasi yang
lancar dalam mendukung usaha dan aktivitasnya sehari-hari semakin meningkat.

Tabel 2. 20. Jumlah Menara Telekomunikasi Menurut Kecamatan Tahun 2019


Jumlah Menara
Kecamatan
Telekomunikasi
Taliwang 28
Seteluk 8
Brang Rea 5
Brang Ene 3
Poto Tano 10
Jereweh 4
Maluk 12
Sekongkang 16
Total 86
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Pertumbuhan penduduk yang makin cepat dan perkembangan sektor perdagangan dan jasa
yang makin pesat di Kabupaten Sumbawa Barat menyebabkan kebutuhan akan listrik dan
air bersih meningkat dari tahun ke tahun.

Produksi listrik pada tahun 2017 naik dari tahun sebelumnya dari 67.409.784 KWH
menjadi 67.901.487 KWH, kemudian produksi listrik menurun menjadi 65.126.826
KWH pada tahun 2018 dan menurun lagi pada tahun 2019 menjadi 61.171.102 KWH.
Jika dilihat dari jumlah pelanggannya, Taliwang memiliki pelanggan terbanyak yakni
sebesar 13.668 pelanggan. Sementara itu kecamatan Poto Tano mempunyai pelanggan yang
terkecil yakni hanya sebanyak 1.364 pelanggan.

56
Grafik 2. 28. Produksi Listrik PT. PLN Taliwang Tahun 2011-2019 (KWH)
80000000
67409784 67901487 65126826
70000000
61224151 61171102
56630100 57928078
60000000

50000000 42993786
40021934
40000000

30000000

20000000

10000000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Grafik 2. 29. Pelanggan Listrik Menurut Segmentasi Tahun 2019 (%)

Publik, 1,47% Sosial, 1,93% industri, 0,05%


Bisnis, 3,83%

Rumah Tangga,
92,72%
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Sejak tahun 2010 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Sumbawa Barat
mengalami peningkatan kapasitas produksi dengan dibangunnya jaringan baru di
Kecamatan Taliwang sehingga jangkauan pelayanan PDAM Sumbawa Barat meluas
menjadi lima kecamatan yaitu Jereweh, Brang Ene, Brang Rea, Poto Tano, dan Taliwang.

Data tahun 2015, jumlah pelanggan PDAM mencapai 8.684 pelanggan dan telah
meningkat menjadi 15.045 pelanggan pada tahun 2019. Kenaikan pelanggan tentu diiringi
dengan kenaikan pemakaian air. Dimana pemakaian air PDAM mencapai 1.935.531M3
dengan nilai air mencapai Rp.6.238.343.250,-.

57
Tabel 2. 21. Banyak Pelanggan, Pemakaian dan Nilai Air Tahun 2010-2019
Pemakaian Nilai Air
Tahun Pelanggan 3 (Rp.000)
Air (M )
2010 3.858 905.144 1.216.427
2011 4.774 1.213.103 1.614.207
2012 5.398 1.350.448 1.791.540
2013 5.746 1.364.102 2.388.341
2014 6.547 1.427.385 2.850.559
2015 8.684 1.578.352 3.098.088
2016 14.238 1.892.036 4.022.160
2017 14.249 2.046.357 6.155.198
2018 14.541 1.951.895 6.087.088
2019 15.045 1.935.531 6.238.343
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Grafik 2. 30. Pelanggan Air Menurut Jenis Pelanggaran Tahun 2019 (%)
Sosial, 1,52%
Instansi Pemerintah, Niaga,
Industri, Khusus, 1,91%

Rumah Tangga,
95,57%
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Pengembangan peluang investasi di Kabupaten Sumbawa Barat meliputi sektor pertanian


(tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, kehutanan dan perikanan dan kelautan),
pertambangan dan energi, dan infrastruktur.

Peluang investasi prospektif yang menguntungkan juga sangat potensial untuk sektor
pertambangan. Usaha-usaha eksplorasi untuk menentukan cadangan sesuai dengan
tingkatannya masih terus dilakukan. Mineral tambang yang sudah dieksploitasi meliputi
emas dan tembaga. Peluang dan potensi investasi di Sumbawa Barat juga terbuka untuk
sektor pariwisata yang meliputi wisata alam, budaya, dan lingkungan.

58
Peluang pengembangan investasi pada sektor-sektor ekonomi yang potensial saat ini
semakin terbuka dengan adanya forum tripartit yang dimotori oleh Bank Indonesia. untuk
mengembangkan komunikasi efektif dalam menghasilkan kesepahaman antara pemerintah
daerah, lembaga perbankan, dan pelaku usaha, khususnya dalam peningkatan dukungan
lembaga perbankan untuk pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah.

Berdasarkan data BPS tahun 2014 – 2018 memperlihatkan bahwa nilai investasi terus
mengalami peningkatan, dimana data invenstasi tahun 2014 mencapai Rp.2,2 triliun
mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi Rp.7,98 triliun pada tahun 2018. Hal
ini tentu memberikan dampak yang cukup siginifan bagi perekonomian di Kabupaten
Sumbawa Barat.

Tabel 2. 22. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2014-2018


Tahun PMDN (Rp. Ribu) PMA (Rp. Ribu) Total (Rp. Ribu)
2014 2.211.571.930,00 2.211.571.930,00
2015 1.498.421,40 4.939.815.404,40 4.941.313.825,80
2016 66.592.906,80 6.626.090.746,40 6.692.683.653,20
2017 6.688.619.558,80 24.003.990,00 6.712.623.548,80
2018 7.972.692.137,20 16.491.790,50 7.989.183.917,70
Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Grafik 2. 31. Pertumbuhan Realisasi Investasi 2014 – 2018 (%)

7,99

6,69 6,71

4,94

2,21

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

Sebagai pintu gerbang dalam berinvestasi, Dinas PMPTSP memiliki peranan penting dalam
mengeluarkan layanan perizinan. Selanjutnya, dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui peningkatan investasi dan perbaikan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menetapkan Peraturan Bupati
Sumbawa Barat No. 46 Tahun 2015 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Perizinan
Dan Non Perizinan Dari Bupati Kepada Kepala Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Sumbawa Barat. Yang dimaksud dengan pelimpahan

59
wewenang tersebut adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban serta pertanggungjawaban
perizinan dan non perizinan, termasuk penandatanganannya atas nama penerima
wewenang oleh Bupati Sumbawa Barat kepada Kepala BPMPPT Kabupaten Sumbawa
Barat. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan efisiensi, efektifitas dan transparansi
pelayanan perizinan di Kabupaten Sumbawa Barat.

Berdasarkan peraturan Bupati ini, terdapat 79 (tujuh puluh sembilan) jenis perizinan dan
non perizinan yang telah dilimpahkan kewenangan penerbitannya kepada Kepala
DPMPTSP yang walaupun selain dari jenis perizinan tersebut terdapat jenis perizinan yang
tidak di limpahkan, proses pengurusannya tetap melalui Kepala DPMPTSP.

Salah satu faktor pendorong peningkatan investasi di daerah adalah kondusivitas wilayah
yang terjaga dengan baik yang diindikasikan dengan penurunan tindak kriminal dan
gangguan ketertiban masyarakat serta konflik horizontal yang terjadi di Kabupaten
Sumbawa Barat.

Data BPS menyebutkan bahwa gangguan ketertiban masyarakat lima tahun terakhir
fluktuatif, dimana pada tahun 2015 terjadi 207 kasus kemudian turun menjadi 129 kasus
pada tahun 2016 dan meningkat 207 kasus pada tahun 2017, dan terjadi kenaikan kasus
lagi pada tahun 2018 menjadi 285 kasus, namun terjadi penurunan gangguan pada tahun
2019 sebanyak 275 kasus.

Grafik 2. 32. Jumlah Gangguan Ketertiban Masyarakat Tahun 2015-2019 (kasus)


300 285
270 275

250
207
200

150 129

100

50

0
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

60
Grafik 2.33. Perkembangan Angka Kriminalitas (Crime Rate) Tahun 2015-219

25
23,67

20
17,65
15,39
15
12,54

10
11,22

0
2015 2016 2017 2018 2019

Sumber data : Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka Tahun 2021

2.4.4. Fokus Pengembangan Sumberdaya Manusia

Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2020 sebanyak 78.582,
meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2019 sebanyak 71.815. Komponen
pembentuk Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk
yang bekerja pada tahun 2020 mencapai 74.262 orang meningkat dibandingkan dengan
penduduk yang bekerja pada tahun 2019 yang berada pada angka 67.848 orang. Sementara
jumlah pengangguran mencapai 4.320 orang meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

Sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partsipasi Angkatan Kerja
(TPAK) juga mengalami peningkatan. TPAK pada tahun 2020 tercatat sebesar 69,73%
meningkat dibandingkan dengan TPAK tahun 2019.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan.
Pada tahun 2020, TPAK laki-laki sebesar 85,41% sedangkan pada tahun 2019 tercatat
sebesar 84,88% atau meningkat sebesar 0,53%. Begitu juga TPAK untuk penduduk
perempuan, mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2019, yakni meningkat
sebesar 0,85%. TPAK perempuan pada tahun 2020 tercatat sebesar 53,13% sedangkan
pada tahun 2019 sebesar 52,28%.

61
Tabel 2. 23. Indikator Tenaga Kerja Tahun 2019-2020
2019 2020
Status Keadaaan Ketenagakerjaan
Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

Penduduk Usia Kerja 52,777 51,681 104,458 57.930 54.771 112.701


Angkatan Kerja 44,797 27,018 71,815 49.480 29.102 78.582
Bekerja 42,402 25,446 67,848 46.075 28.187 74.262
Pengangguran 2,395 1,572 3,967 3.405 915 4.320

Bukan Angkatan Kerja 7,980 24,663 32,643 8.450 25.669 34.119


Sekolah 3,519 3,212 6,731 3.462 4.500 7.962
Mengurus Rumah Tangga 1,906 19,625 21,531 1.054 19,365 20.419
Lainnya 2,555 1,826 4,381 3.934 1,804 5.738
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 84,88 52,28 68,75 85,41 53,13 69,73
Tingkat Pengangguran Terbuka 5,35 5,82 5,52 6,88 3,14 5.50
Sumber data : BPS Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2021

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh
pasar kerja. Dilihat dari tingkat pengangguran menurut pendidikan tertinggi yang
ditamatkan pada tahun 2019, TPT untuk pendidikan SD ke bawah paling tinggi diantara
tingkat pendidikan lainnya yaitu sebesar 34,35%. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada
tingkat pendidikan SMA Umum yakni sebesar 25,83%. Sedangkan TPT terendah adalah
tingkat pendidikan SMP, yakni sebesar 9,88%. Untuk tingkat pendidikan Diploma I/II/II
dan Universitas, TPTnya sebesar 4,18%.

Grafik 2. 33. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan Yang
Ditamatkan Tahun 2020
Universitas
6% =< SD
20%

SMP
8%

SMA Sederajat
66%

Sumber data : BPS Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2021

62
Grafik 2. 34. Tingkat Pengangguran Tahun 2015-2020 (%)
9
7,98
8

7
5,71 5,52
6 5,15 5,5

5 3,73

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Sumber data : BPS Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2021

Rasio Ketergantungan atau Dependency Ratio merupakan gambaran mengenai beban


ekonomi yang harus ditanggung oleh kelompok usia produktif (15-64 tahun) terhadap usia
tidak produktif, baik itu usia muda (0-14 tahun) maupun usia tua (65 tahun ke atas). Secara
kasar, rasio ketergantungan dapat menjadi indikator yang menggambarkan kondisi
ekonomi suatu wilayah. Pada umumnya wilayah yang telah maju secara ekonomi memiliki
rasio ketergantungan yang rendah, sebab penduduk produktif akan semakin sedikit
menanggung beban penduduk tidak produktif sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
Bonus Demografi juga dapat ditentukan kapan akan diraih dengan melihat rasio
ketergantungan. Bonus Demografi adalah suatu fenomena dimana struktur penduduk
sangat menguntungkan bagi pembangunan sebab jumlah penduduk usia produktif sangat
besar sedangkan proporsi usia muda dan usia lanjut semakin kecil.

Berdasarkan piramida penduduk, pada tahun 2018 komposisi penduduk Kabupaten


Sumbawa Barat masih didominasi oleh kelompok penduduk usia produktif. Hal ini
tentunya merupakan suatu hal yang menggembirakan dan menunjukkan potensi besar
untuk memasuki Bonus Demografi. Untuk menjadikan penduduk usia produktif ini
sebagai sebuah potensi, harus dapat dijamin kualitas penduduk tersebut. Dengan
penduduk yang berkualitas, daya saing penduduk tersebut akan tinggi sehingga secara
langsung akan berdampak pada kualitas kesejahteraan penduduk. Selain itu, banyaknya
penduduk usia produktif ini harus diimbangi dengan meningkatnya lapangan pekerjaan.
Ketersediaan lapangan kerja harus dijaga oleh pemerintah untuk dapat menampung
penduduk usia produktif tersebut agar tidak meningkatkan jumlah pengangguran.

63
Komposisi penduduk usia produktif di Kabupaten Sumbawa Barat cenderung dominan
dan dalam kurun waktu lima tahun terakhir persentasenya terus meningkat. Tak hanya
penduduk usia produktif, kelompok usia tua juga mengalami peningkatan persentase
dibandingkan pada saat tahun 2014. Bertambahnya komposisi penduduk usia tua juga
memberikan signal bahwa derajat kesehatan masyarakat Sumbawa Barat semakin baik.

Meskipun penduduk usia produktif terlihat dominan, penduduk usia muda juga tergolong
cukup besar yaitu sekitar 30% dari total penduduk Sumbawa Barat. Jumlah yang cukup
besar ini juga perlu mendapat perhatian pemerintah. Karena penduduk usia muda tersebut
suatu saat akan menggantikan generasi yang diatasnya. Untuk itu pemerintah perlu
menjaga kualias anak di usia muda, bahkan sejak anak-anak lahir, dengan cara
meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikannya.

Angka beban ketergantungan di Kabupaten Sumbawa Barat cenderung mengalami


penurunan selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2018, penduduk usia produktif mencapai
93,9 ribu jiwa atau 64% dari total penduduk. Angka beban ketergantungan tercatat sebesar
54,09% yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung beban 54
atau 55 orang penduduk usia non produktif.

Penurunan rasio ketergantungan memberikan peluang yang disebut bonus demografi, di


mana bonus demografi tersebut terjadi jika nilai rasio ketergantungan dibawah 50%. Tanpa
disadari, tampaknya Kabupaten Sumbawa Barat sudah mulai menuju bonus demografi.
Pemerintah Sumbawa Barat perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi bonus
demografi agar dapat memetik hasil yang optimal dari fenomena ini.

Grafik 2. 35. Rasio Ketergantungan Kabupaten Sumbawa Barat 2014-2018


56

55,46
55,5
55,12

55 54,76

54,4
54,5 54,09

54

53,5

53
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber data : BPS Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2020

64
2.5. TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
2.5.1. Gambaran Umum

Implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di Indonesia untuk pencapaian


17 goals ditempuh dengan mengembangkan 169 target dan 319 indikator yang
dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai
dengan kewenangannya yang diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah. Dari 319 Indikator TPB, indikator TPB dibagi dalam 4 (empat)
kewenangan, yakni (1) kewenangan pusat dengan 308 indikator, (2) kewenangan provinsi
dengan 235 indikator, (3) kewenangan kabupaten dengan 220 indikator, dan (4) kewenangan
kota dengan 222 indikator.

Dengan demikian, indikator TPB yang kewenangan Kabupaten Sumbawa Barat adalah 220
indikator. Selain mempertimbangkan faktor kewenangan, beberapa pertimbangan lain
menentukan jumlah indikator TPB di Kabupaten Sumbawa Barat adalah: 1) kekhususan
indikator; 2) kondisi geografis; dan 3) ketentuan indikator RPJMD yang beririsan dengan
indikator TPB.

Berdasarkan hasil kajian dan pengolahan data terkait indikator TPB yang diperoleh dari
OPD pengampu dan/atau penyedia data, dapat disebutkan bahwa indikator TPB di
Kabupaten Sumbawa Barat ada yang dilaksanakan dan ada yang tidak dilaksanakan. TPB
yang dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat teridentifikasi telah mencapai target
nasional, belum mencapai target nasional, dan ada indikator yang tidak terisi karena data
tidak tersedia. Secara rinci, pelaksanaan 220 indikator TPB di Kabupaten Sumbawa Barat
dapat dilihat pada Tabel 3.14 dengan tipologi sebagai berikut:
1. Indikator TPB sudah tercapai sebanyak 142 indikator (65%);
2. Indikator TPB belum tercapai sebanyak 10 indikator (4%);
3. Indikator TPB tidak ada data sebanyak 51 indikator (23%); dan
4. Indikator TPB tidak ada di wilayah kajian sebanyak 17 indikator (8%).

Sebanyak 152 indikator telah diisi oleh OPD pengampu data, baik indikator sudah
mencapai target TPB maupun indikator belum mencapai target TPB. Sementara 51
indikator belum dapat diisi karena tidak tersedianya data.

65
Grafik 2. 36. Capaian TPB di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2019

Sumber data: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

Rincian Capaian indikator TPB Kabupaten Sumbawa Barat terhadap target nasional
diperoleh masing-masing capaian dapat dilihat pada tabel 2.15 yang akan diuraikan pada
sub-sub bab berikutnya.

Tabel 2. 24. Kondisi Capaian TPB di Kabupaten Sumbawa Barat Terhadap Target
Nasional Tahun 2019
Tipologi Capaian Indikator TPB
Jumlah Tidak
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Pilar Sudah Belum Tidak
Indikator Ada
Tercapai Tercapai Dilaksanakan
Data
TPB 1 - Mengakhiri Kemiskinan dalam Segala
Sosial 24 23 1 - -
Bentuk Dimanapun
TPB 2 - Menghilangkan Kelaparan, Mencapai
Ketahanan Pangan dan Gizi yang Baik, serta Sosial 11 8 - 3 -
Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan
TPB 3 - Menjamin Kehidupan yang Sehat dan
Meningkatkan Kesejahteraan Seluruh Sosial 34 30 - 3 1
Penduduk Semua Usia
TPB 4 - Menjamin Kualitas Pendidikan yang
Inklusif dan Merata serta Meningkatkan
Sosial 13 6 3 4 -
Kesempatan Belajar Sepanjang Hayat untuk
Semua
TPB 5 - Mencapai Kesetaraan Gender dan
Sosial 14 8 1 5 -
Memberdayakan Kaum Perempuan
TPB 6 - Menjamin Ketersediaan serta
Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Lingkungan 18 11 2 2 3
Berkelanjutan
TPB 7 - Menjamin Akses Energi yang
Terjangkau, Andal, Berkelanjutan dan Ekonomi 2 - - - 2
Modern untuk Semua
TPB 8 - Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan,
Kesempatan Kerja yang Produktif dan Ekonomi 19 10 1 8 -
Menyeluruh, serta Pekerjaan yang Layak
untuk Semua

66
Tipologi Capaian Indikator TPB
Jumlah Tidak
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Pilar Sudah Belum Tidak
Indikator Ada
Tercapai Tercapai Dilaksanakan
Data

TPB 9 - Membangun Infrastruktur yang


Tangguh, Meningkatkan Industri Inklusif dan Ekonomi 13 7 1 3 2
Berkelanjutan, serta Mendorong Inovasi

TPB 10 - Mengurangi Kesenjangan Intra- dan


Ekonomi 11 6 - 3 2
Antarnegara
TPB 11 - Menjadikan Kota dan Permukiman
Lingkungan 13 4 1 3 5
Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan

TPB 12 - Menjamin Pola Produksi dan


Lingkungan 5 1 - 4 -
Konsumsi yang Berkelanjutan

TPB 13 - Mengambil Tindakan Cepat untuk


Lingkungan 2 2 - - -
Mengatasi Perubahan Iklim dan Dampaknya
TPB 14 - Melestarikan dan Memanfaatkan
secara Berkelanjutan Sumber Daya Kelautan
Lingkungan Tidak masuk dalam kewenangan Kabupaten
dan Samudera untuk Pembangunan
Berkelanjutan
TPB 15 - Melindungi, Merestorasi dan
Meningkatkan Pemanfaatan Berkelanjutan
Ekosistem Daratan, Mengelola Hutan secara
Lestari, Menghentikan Penggurunan, Lingkungan 4 3 - 1 -
Memulihkan Degradasi Lahan, serta
Menghentikan Kehilangan Keanekaragaman
Hayati
TPB 16 - Menguatkan Masyarakat yang
Inklusif dan Damai untuk Pembangunan
Berkelanjutan, Menyediaan Akses Keadilan Hukum dan
21 15 - 5 1
untuk Semua, dan Membangun Kelembagaan Tata Kelola
yang Efektif, Akuntabel, dan Inklusif di
Semua Tingkatan
TPB 17 - Menguatkan Sarana Pelaksanaan
dan Merevitalisasi Kemitraan Global untuk Ekonomi 16 8 - 7 1
Pembangunan Berkelanjutan
Jumlah Indikator dalam TPB Kabupaten 220 142 10 50 18
Sumber data: Hasil Identifikasi Capaian TPB oleh Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

2.5.2. Ketercapaian Indikator

Berdasarkan gambaran umum TPB yang tertuang di dalam Bab 3, indikator TPB di
Kabupaten Sumbawa Barat dibagi menjadi 4 (empat) tipologi, yaitu (1) Indikator TPB
sudah mencapai target (SS) sebanyak 142 indikator, (2) Indikator TPB belum mencapai
target (SB) sebanyak 10 indikator, (3) Indikator TPB tidak memiliki data (NA) sebanyak 51
indikator, dan (4) Indikator TPB tidak dilaksanakan (ND) sebanyak 17 indikator.

Penjabaran ketercapaian masing-masing tipologi indikator TPB di Kabupaten Sumbawa


Barat dilakukan berdasarkan pengelompokkan 4 (empat) pilar pembangunan, yaitu pilar
sosial, pilar ekonomi, pilar lingkungan, serta pilar hukum dan tata kelola sebagaimana yang
tercantum pada tabel 2.25 berikut ini.

67
Tabel 2. 25. Pengelompokkan Indikator TPB Berdasarkan Pilar Pembangunan
Pilar Pembangunan
Sosial Ekonomi Lingkungan Hukum & Tata Kelola
TPB 1 TPB 7 TPB 6 TPB 16
TPB 2 TPB 8 TPB 11
TPB 3 TPB 9 TPB 12
TPB 4 TPB 10 TPB 13
TPB 5 TPB 17 TPB 14 *)
TPB 15
Keterangan: *) TPB bukan merupakan kewenangan kabupaten
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan

Indikator TPB yang sudah mencapai target di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 142
indikator dengan perincian sebagaimana yang tergambar pada grafik 2.37 berikut ini.

Grafik 2. 37. Distribusi Indikator TPB Sudah Mencapai Target di Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2019

Sumber data: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator TPB yang paling banyak
mencapai target nasional dalam Perpres 59/2017 berada pada pilar sosial, yaitu 75 indikator
yang diikuti dengan pilar ekonomi sebanyak 31 indikator dan pilar lingkungan sebanyak 21
indikator. Indikator yang tercapai paling banyak berada pada TPB 3 (30 indikator) dan TPB
1 (23 indikator) yang sebagian besar terkait dengan bidang pendidikan, kesehatan, dan
kebencanaan. Rincian indikator TPB sudah mencapai target di Kabupaten Sumbawa Barat
dapat dilihat pada tabel 2.26.

Indikator TPB yang belum mencapai target di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 10
indikator dengan perincian sebagaimana yang tergambar pada grafik 2.38 berikut ini.

68
Grafik 2. 38. Distribusi Indikator TPB Belum Mencapai Target di Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2019

Sumber data: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

Pada indikator TPB belum tercapai, masih didiomoninasi oleh pilar sosial, yaitu 5 indikator
yang diikuti dengan indikator TPB pada pilar lingkungan sebanyak 3 indikator dan pilar
ekonomi sebanyak 2 indikator. Rincian indikator TPB belum mencapai target di Kabupaten
Sumbawa Barat dapat dilihat pada tabel 2.27.

Indikator TPB yang tidak memiliki data terkait target dan capaiannya di Kabupaten
Sumbawa Barat sebanyak 51 indikator dengan perincian sebagaimana yang tergambar pada
grafik 2.39 berikut ini.

Grafik 2. 39. Distribusi Indikator TPB Tidak Memiliki Data di Kabupaten Sumbawa
Barat Tahun 2019

Sumber data: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa diindikator yang tidak memiliki data masih
cukup banyak dan didomininasi oleh indikator pilar ekonomi, yaitu 21 indikator yang diikuti
dengan indikator pilar sosial sebanyak 15 indikator, pilar lingkungan 10 indikator, serta pilar
hukum dan tata kelola sebanyak 5 (lima) indikator. Rincian indikator TPB tidak ada data di
Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilihat pada tabel 2.28.

69
Indikator TPB tidak dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 17 indikator yang
mengindikasikan bahwa indikator tersebut tidak sesuai dengan karakteristik wilayah
kabupaten. Indikator TPB yang tidak sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten
Sumbawa paling banyak berada pada pilar lingkungan, sebanyak 8 (delapan) indikator.
Rincian indikator TPB yang tidak dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat dapat dilihat
pada grafik 2.40 dan tabel 2.29.

Grafik 2. 40. Distribusi Indikator TPB Tidak Dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat
Tahun 2019

Sumber data: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

70
Tabel 2. 26. Indikator TPB di Kabupaten Sumbawa Barat yang Sudah Mencapai Target (SS) Tahun 2019

Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
Pilar Sosial
TPB 1 1 1.2.1* Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, menurut jenis kelamin dan Semua OPD (ke-39 OPD)
kelompok umur.
2 1.3.1.(b) Proporsi peserta Program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3 1.3.1.(c) Persentase penyandang disabilitas yang miskin dan rentan yang terpenuhi hak dasarnya dan inklusivitas. Dinas Sosial
4 1.3.1.(d) Jumlah rumah tangga yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat/Program Keluarga Harapan.
5 1.5.1.(b) Pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana sosial.
6 1.5.1.(c) Pendampingan psikososial korban bencana sosial.
7 1.3.1.(a) Proporsi peserta jaminan kesehatan melalui SJSN Bidang Kesehatan. Dinas Kesehatan
8 1.4.1.(a) Persentase perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya di fasilitas
kesehatan.
9 1.4.1.(c) Prevalensi penggunaan metode kontrasepsi (CPR) semua cara pada Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-
49 tahun yang berstatus kawin.
10 1.4.1.(d) Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak dan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
berkelanjutan. Ruang, Perumahan dan Permukiman
11 1.4.1.(e) Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak dan berkelanjutan.
12 1.4.1.(g) Angka Partisipasi Murni (APM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
13 1.4.1.(h) Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/sederajat.
14 1.4.1.(j) Persentase penduduk umur 0-17 tahun dengan kepemilikan akta kelahiran. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
15 1.4.1.(k) Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang sumber penerangan utamanya listrik baik dari PLN dan PLN
bukan PLN.
16 1.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang, dan terkena dampak bencana per 100.000 orang. Badan Penanggulangan Bencana
17 1.5.1.(a) Jumlah lokasi penguatan pengurangan risiko bencana daerah. Daerah (BPBD)
18 1.5.1.(d) Jumlah daerah bencana alam/bencana sosial yang mendapat pendidikan layanan khusus.
(SMAB=Sekolah/ Madrasah Aman Bencana)
19 1.5.1.(e) Indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi.
20 1.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi langsung akibat bencana
21 1.5.3* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat nasional dan daerah.

71
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
22 1.a.1* Proporsi sumber daya yang dialokasikan oleh pemerintah secara langsung untuk program pemberantasan Badan Perencanaan Pembangunan
kemiskinan. Daerah dan Penelitian Pengembangan
23 1.a.2* Pengeluaran untuk layanan pokok (pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial) sebagai persentase (BAPPEDA-Litbang)
dari total belanja pemerintah.
TPB 2 1 2.1.1.(a) Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita. Dinas Kesehatan
2 2.2.1* Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima tahun/balita.
3 2.2.1.(a) Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah dua tahun/baduta.
4 2.2.2* Prevalensi malnutrisi (berat badan/tinggi badan) anak pada usia kurang dari 5 tahun, berdasarkan tipe.
5 2.2.2.(a) Prevalensi anemia pada ibu hamil.
6 2.2.2.(b) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.
7 2.2.2.(c) Kualitas konsumsi pangan yang diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) mencapai; dan Dinas Ketahanan Pangan
tingkat konsumsi ikan. Dinas Perikanan
8 2.3.1* Nilai Tambah Pertanian dibagi jumlah tenaga kerja di sektor pertanian (rupiah per tenaga kerja). Dinas Pertanian
TPB 3 1 3.1.1* Angka Kematian Ibu (AKI). Dinas Kesehatan
2 3.1.2* Proporsi perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih.
3 3.1.2.(a) Persentase perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya di fasilitas
kesehatan.
4 3.2.1* Angka Kematian Balita (AKBa) per 1000 kelahiran hidup.
5 3.2.2* Angka Kematian Neonatal (AKN) per 1000 kelahiran hidup
6 3.2.2.(a) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup
7 3.2.2.(b) Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap pada bayi.
8 3.3.1.(a) Prevalensi HIV pada populasi dewasa
9 3.3.2.(a) Insiden Tuberkulosis (ITB) per 100.000 penduduk
10 3.3.3* Kejadian Malaria per 1000 orang.
11 3.3.3.(a) Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria
12 3.3.4.(a) Persentase kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini untuk infeksi Hepatitis B.
13 3.3.5* Jumlah orang yang memerlukan intervensi terhadap penyakit tropis yang terabaikan (Filariasis dan Kusta)
14 3.3.5.(b) Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis (berhasil lolos dalam survei penilaian transmisi tahap I)
15 3.4.1.(b) Prevalensi tekanan darah tinggi.
16 3.4.1.(c) Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥18 tahun.
17 3.4.2.(a) Jumlah kabupaten/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa.

72
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
18 3.4.2* Angka kematian (insidens rate) akibat bunuh diri. Kepolisian
19 3.5.1.(e) Prevalensi penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional
20 3.7.1* Proporsi perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) atau pasangannya yang memiliki kebutuhan keluarga Dinas Pengendalian Pendudukan KB
berencana dan menggunakan alat kontrasepsi metode modern. Pemberdayaan Perempuan dan
21 3.7.1.(a) Angka prevalensi penggunaan metode kontrasepsi (CPR) semua cara pada Pasangan Usia Subur (PUS) Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
usia 15-49 tahun yang berstatus kawin.
22 3.7.1.(b) Angka penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) cara modern.
23 3.7.2* Angka kelahiran pada perempuan umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR). Dinas Kesehatan
24 3.7.2.(a) Total Fertility Rate (TFR).
25 3.8.1.(a) Unmet need pelayanan kesehatan
26 3.8.2* Jumlah penduduk yang dicakup asuransi kesehatan atau sistem kesehatan masyarakat per 1000
penduduk
27 3.8.2.(a) Cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
28 3.9.3.(a) Proporsi kematian akibat keracunan
29 3.b.1.(a) Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.
30 3.c.1* Kepadatan dan distribusi tenaga kesehatan.
TPB 4 1 4.1.1.(a) Persentase SD/MI berakreditasi minimal B. Dinas Pendidikan
2 4.1.1.(b) Persentase SMP/MTs berakreditasi minimal B.
3 4.1.1.(d) Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat.
4 4.1.1.(g) Rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥15 tahun.
5 4.6.1.(a) Persentase angka melek aksara penduduk umur ≥15 tahun.
6 4.a.1* Proporsi sekolah dengan akses ke: (a) listrik (b) internet untuk tujuan pengajaran, (c) komputer untuk
tujuan pengajaran, (d) infrastruktur dan materi memadai bagi siswa disabilitas, (e) air minum layak, (f)
fasilitas sanitasi dasar per jenis kelamin, (g) fasilitas cuci tangan (terdiri air, sanitasi, dan higienis bagi
semua (WASH).
TPB 5 1 5.1.1* Jumlah kebijakan yang responsif gender mendukung pemberdayaan perempuan. Dinas Pengendalian Pendudukan KB
2 5.2.1* Proporsi perempuan dewasa dan anak perempuan (umur 15-64 tahun) mengalami kekerasan (fisik, Pemberdayaan Perempuan dan
seksual, atau emosional) oleh pasangan atau mantan pasangan dalam 12 bulan terakhir. Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
3 5.2.1.(a) Prevalensi kekerasan terhadap anak perempuan. Dinas Sosial
4 5.3.1.(b) Angka kelahiran pada perempuan umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR). Dinas Kesehatan
5 5.2.2.(a) Persentase korban kekerasan terhadap perempuan yang mendapat layanan komprehensif.

73
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
6 5.5.1* Proporsi kursi yang diduduki perempuan di parlemen tingkat pusat, parlemen daerah dan pemerintah Dinas Pengendalian Pendudukan KB
daerah. Pemberdayaan Perempuan dan
7 5.6.1.(b) Pengetahuan dan pemahaman Pasangan Usia Subur (PUS) tentang metode kontrasepsi modern. Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
8 5.5.2* Proporsi perempuan yang berada di posisi managerial. BKPSDM
Pilar Ekonomi
TPB 8 1 8.1.1* Laju pertumbuhan PDB per kapita. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
2 8.1.1.(a) PDB per kapita (BPKD)
3 8.3.1.(a) Persentase tenaga kerja formal. DInas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4 8.3.1.(b) Persentase tenaga kerja informal sektor pertanian.
5 8.3.1.(c) Persentase akses UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) ke layanan keuangan. Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan
6 8.5.1* Upah rata-rata per jam pekerja. DInas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7 8.6.1* Persentase usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, bekerja atau mengikuti pelatihan (NEET).
8 8.9.1.(a) Jumlah wisatawan mancanegara. Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
9 8.9.1.(b) Jumlah kunjungan wisatawan nusantara.
10 8.9.2* Jumlah pekerja pada industri pariwisata dalam proporsi terhadap total pekerja.
TPB 9 1 9.1.2.(b) Jumlah dermaga penyeberangan. Dinas Perhubungan
2 9.1.2.(c) Jumlah pelabuhan strategis.
3 9.2.1* Proporsi nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap PDB dan per kapita. Dinas Koperasi, Perindustrian dan
4 9.2.1.(a) Laju pertumbuhan PDB industri manufaktur. Perdagangan
5 9.5.1* Proporsi anggaran riset pemerintah terhadap PDB. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Penelitian Pengembangan
(BAPPEDA-Litbang)
6 9.c.1* Proporsi penduduk yang terlayani mobile broadband. Dinas Komunikasi dan Informatika
7 9.c.1.(b) Proporsi individu yang menggunakan internet
TPB 10 1 10.1.1* Koefisien Gini pada tahun 2019 menjadi 0,36 (2014: 0,41). Semua OPD
2 10.1.1.(a) Tingkat kemiskinan pada tahun 2019 menjadi 7-8% dari jumlah penduduk (2015:11,13%).
3 10.1.1.(b) Jumlah daerah tertinggal yang terentaskan. Dinas Pembedayaan Masyarakat dan
4 10.1.1.(c) Jumlah desa tertinggal. Desa
5 10.1.1.(d) Jumlah Desa Mandiri.
6 10.4.1.(b) Proporsi peserta Program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

74
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
TPB 17 1 17.1.1* Total pendapatan pemerintah sebagai proporsi terhadap PDB menurut sumbernya. Badan Pendapatan dan Aset Daerah
2 17.1.1.(a) Rasio penerimaan pajak terhadap PDB (BPAD)
3 17.6.2.(b) Tingkat penetrasi akses tetap pitalebar (fixed broadband) di Perkotaan dan di Perdesaan. Dinas Komunikasi dan Informatika
4 17.6.2.(c) Proporsi penduduk terlayani mobile broadband
5 17.8.1* Proporsi individu yang menggunakan internet.
6 17.17.1.(a) Jumlah proyek yang ditawarkan untuk dilaksanakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
Usaha (KPBU). Ruang, Perumahan dan Permukiman
7 17.18.1.(d) Persentase indikator SDGs terpilah yang relevan dengan target. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Penelitian Pengembangan
(BAPPEDA-Litbang)
8 17.19.2.(b) Tersedianya data registrasi terkait kelahiran dan kematian (Vital Statistics Register) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Pilar Lingkungan
TPB 6 1 6.1.1.(b) Kapasitas prasarana air baku untuk melayani rumah tangga, perkotaan dan industri, serta penyediaan air Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
baku untuk pulau-pulau. Ruang, Perumahan dan Permukiman
2 6.1.1.(c) Proporsi populasi yang memiliki akses layanan sumber air minum aman dan berkelanjutan.
3 6.2.1.(b) Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak.
4 6.2.1.(c) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Dinas Kesehatan
5 6.2.1.(d) Jumlah desa/kelurahan yang Open Defecation Free (ODF)/ Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).
6 6.2.1.(e) Jumlah kabupaten/kota yang terbangun infrastruktur air limbah dengan sistem terpusat skala kota, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
kawasan dan komunal. Ruang, Perumahan dan Permukiman
7 6.3.1.(a) Jumlah kabupaten/kota yang ditingkatkan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan dilakukan
pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
8 6.3.1.(b) Proporsi rumah tangga yang terlayani sistem pengelolaan lumpur tinja.
9 6.3.2.(a) Kualitas air danau. Dinas Lingkungan Hidup
10 6.3.2.(b) Kualitas air sungai sebagai sumber air baku.
11 6.5.1.(g) Kegiatan penataan kelembagaan sumber daya air. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
Ruang, Perumahan dan Permukiman
TPB 11 1 11.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang dan terkena dampak bencana per 100.000 orang. Badan Penanggulangan Bencana
2 11.5.1.(c) Jumlah sistem peringatan dini cuaca dan iklim serta kebencanaan. Daerah (BPBD)
3 11.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi langsung akibat bencana.
4 11.b.2* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat daerah.
TPB 12 1 12.6.1.(a) Jumlah perusahaan yang menerapkan sertifikasi SNI ISO 14001. Dinas Lingkungan Hidup

75
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
TPB 13 1 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat nasional dan daerah. Badan Penanggulangan Bencana
2 13.1.2* Jumlah korban meninggal, hilang dan terkena dampak bencana per 100.000 orang. Daerah (BPBD)
TPB 15 1 15.1.1.(a) Proporsi tutupan hutan terhadap luas lahan keseluruhan. Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan
(BKPH)
2 15.6.1* Tersedianya kerangka legislasi, administrasi dan kebijakan untuk memastikan pembagian keuntungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
yang adil dan merata. Perijinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
3 15.9.1.(a) Dokumen rencana pemanfaatan keanekaragaman hayati. Dinas Lingkungan Hidup
Pilar Hukum dan Tata Kelola
TPB 16 1 16.1.1.(a) Jumlah kasus kejahatan pembunuhan pada satu tahun terakhir. Kepolisian
2 16.1.2.(a) Kematian disebabkan konflik per 100.000 penduduk.
3 16.1.3.(a) Proporsi penduduk yang menjadi korban kejahatan kekerasan dalam 12 bulan terakhir.
4 16.1.4* Proporsi penduduk yang merasa aman berjalan sendirian di area tempat tinggalnya.
5 16.2.3.(a) Proporsi perempuan dan laki-laki muda umur 18-24 tahun yang mengalami kekerasan seksual sebelum
umur 18 tahun.
6 16.2.1.(b) Prevalensi kekerasan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Dinas Pengendalian Pendudukan KB
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
7 16.6.1.(a) Persentase peningkatan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian/ Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
Lembaga dan Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). (BPKD)
8 16.6.1.(b) Persentase peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP) Kementerian/Lembaga dan BKPSDM
Pemerintah Daerah (Provinsi/ Kabupaten/Kota).
9 16.6.1.(c) Persentase penggunaan E-procurement terhadap belanja pengadaan. Sekretariat Daerah (ULP)
10 16.6.2.(a) Persentase Kepatuhan pelaksanaan UU Pelayanan Publik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Sekretariat Daerah (Bagian Organisasi)
(Provinsi/ Kabupaten/Kota).
11 16.7.1.(a) Persentase keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Dinas Pengendalian Pendudukan KB
Daerah (DPRD). Pemberdayaan Perempuan dan
12 16.7.1.(b) Persentase keterwakilan perempuan sebagai pengambilan keputusan di lembaga eksekutif (Eselon I dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
II).
13 16.9.1* Proporsi anak umur di bawah 5 tahun yang kelahirannya dicatat oleh lembaga pencatatan sipil, menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
umur.

76
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
14 16.10.2.(c) Jumlah kepemilikan sertifikat Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) untuk mengukur Sekretariat Daerah (Bagian Humas dan
kualitas PPID dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- Protokol)
undangan.
15 16.b.1.(a) Jumlah kebijakan yang diskriminatif dalam 12 bulan lalu berdasarkan pelarangan diskriminasi menurut Sekretariat Daerah (Bagian Hukum)
hukum HAM Internasional.
Sumber: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

Tabel 2. 27. Indikator TPB di Kabupaten Sumbawa Barat yang Belum Mencapai Target (SB) Tahun 2019

Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
Pilar Sosial
TPB 1 1. 1.4.1.(b) Persentase anak umur 12-23 bulan yang menerima imunisasi dasar lengkap.
TPB 4 2. 4.1.1.(e) Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/sederajat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
3. 4.2.2.(a) Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
4. 4.c.1* Persentase guru TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan PLB yang bersertifikat pendidik.
TPB 5 5. 5.6.1.(a) Unmet need KB (Kebutuhan Keluarga Berencana/KB yang tidak terpenuhi). Dinas Kesehatan
Pilar Ekonomi
TPB 8 1. 8.5.2* Tingkat pengangguran terbuka berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur.
TPB 9 2. 9.2.2* Proporsi tenaga kerja pada sektor industri manufaktur. DInas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pilar Lingkungan
TPB 6 1. 6.1.1.(a) Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan
2. 6.2.1.(f) Proporsi rumah tangga yang terlayani sistem pengelolaan air limbah terpusat. Ruang, Perumahan dan Permukiman
TPB 11 3. 11.6.1.(a) Persentase sampah perkotaan yang tertangani. Dinas Lingkungan Hidup
Sumber: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

77
Tabel 2. 28. Indikator TPB di Kabupaten Sumbawa Barat yang Tidak Memiliki Data Tahun 2019

Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana

Pilar Sosial
TPB 2 1 2.1.1* Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan (Prevalence of Undernourishment). Dinas Ketahanan Pangan
2 2.1.2* Prevalensi penduduk dengan kerawanan pangan sedang atau berat, berdasarkan pada Skala
Pengalaman Kerawanan Pangan.
3 2.1.2.(a) Proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari. Dinas Kesehatan
4 3.4.1.(a) Persentase merokok pada penduduk umur ≤18 tahun. Dinas Kesehatan
5 3.5.2* Konsumsi alkohol (liter per kapita) oleh penduduk umur ≥ 15 tahun dalam satu tahun terakhir. Badan Narkotika Nasional (BNN)
6 3.a.1* Persentase merokok pada penduduk umur ≥15 tahun. Dinas Kesehatan
TPB 4 1 4.1.1* Proporsi anak-anak dan remaja: (a) pada kelas 4, (b) tingkat akhir SD/kelas 6, (c) tingkat akhir Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
SMP/kelas 9 yang mencapai standar kemampuan minimum dalam: (i) membaca, (ii) matematika.
2 4.5.1* Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan/laki-laki di (1) SD/MI/sederajat; (2)
SMP/MTs/sederajat; (3) SMA/SMK/MA/sederajat; dan Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK)
perempuan/laki-laki di (4) Perguruan Tinggi.
3 4.6.1.(b) Persentase angka melek aksara penduduk umur 15-24 tahun dan umur 15-59 tahun.
4 4.4.1* Proporsi remaja dan dewasa dengan keterampilan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
TPB 5 1 5.2.2* Proporsi perempuan dewasa dan anak perempuan (umur 15-64 tahun) mengalami kekerasan seksual Dinas Pengendalian Pendudukan KB
oleh orang lain selain pasangan dalam 12 bulan terakhir. Pemberdayaan Perempuan dan
2 5.3.1* Proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin atau berstatus hidup bersama sebelum Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
umur 15 tahun dan sebelum umur 18 tahun.
3 5.3.1.(a) Median usia kawin pertama perempuan pernah kawin umur 25-49 tahun.
4 5.6.1* Proporsi perempuan umur 15-49 tahun yang membuat keputusan sendiri terkait hubungan seksual,
penggunaan kontrasepsi, dan layanan kesehatan reproduksi.
5 5.b.1* Proporsi individu yang menguasai/memiliki telepon genggam. Dinas Komunikasi dan Informatika
Pilar Ekonomi
TPB 8 1 8.2.1* Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja/Tingkat pertumbuhan PDB riil per orang bekerja per tahun. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
(BPKD)
2 8.3.1* Proporsi lapangan kerja informal sektor non-pertanian berdasarkan jenis kelamin. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3 8.5.2.(a) Tingkat setengah pengangguran.

78
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
4 8.9.1* Proporsi kontribusi pariwisata terhadap PDB. Dinas Pariwisata
5 8.9.1.(c) Jumlah devisa sektor pariwisata.
6 8.10.1* Jumlah kantor bank dan ATM per 100.000 penduduk dewasa Bank
7 8.10.1.(a) Rata-rata jarak lembaga keuangan (Bank Umum).
8 8.10.1.(b) Proporsi kredit UMKM terhadap total kredit. Dinas Koperasi, Perindustrian dan
Perdagangan
TPB 9 1 9.3.1* Proporsi nilai tambah industri kecil terhadap total nilai tambah industri. Dinas Koperasi, Perindustrian dan
2 9.3.2* Proporsi industri kecil dengan pinjaman atau kredit. Perdagangan
3 9.c.1.(a) Proporsi individu yang menguasai/memiliki telepon genggam Dinas Komunikasi dan Informasi
TPB 10 1 10.2.1* Proporsi penduduk yang hidup di bawah 50 persen dari median pendapatan, menurut jenis kelamin Dinas Sosial
dan penyandang difabilitas.
2 10.3.1.(a) Indeks Kebebasan Sipil. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri
3 10.3.1.(d) Jumlah kebijakan yang diskriminatif dalam 12 bulan lalu berdasarkan pelarangan diskriminasi Sekretariat Daerah (Bagian Hukum)
menurut hukum HAM Internasional.
TPB 17 1 17.1.2* Proporsi anggaran domestik yang didanai oleh pajak domestik Badan Pendapatan dan Aset Daerah
(BPAD)
2 17.17.1.(b) Jumlah alokasi pemerintah untuk penyiapan proyek, transaksi proyek, dan dukungan pemerintah Badan Perencanaan Pembangunan
dalam Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Daerah dan Penelitian Pengembangan
(BAPPEDA-Litbang)
3 17.18.1.(a) Persentase konsumen Badan Pusat Statistik (BPS) yang merasa puas dengan kualitas data statistik. Badan Pusat Statistik (BPS)
4 17.18.1.(b) Persentase konsumen yang menjadikan data dan informasi statistik BPS sebagai rujukan utama.
5 17.18.1.(c) Jumlah metadata kegiatan statistik dasar, sektoral, dan khusus yang terdapat dalam Sistem Informasi
Rujukan Statistik (SIRuSa).
6 17.19.2.(c) Jumlah pengunjung eksternal yang mengakses data dan informasi statistik melalui website. Badan Pusat Statistik (BPS)
7 17.19.2.(d) Persentase konsumen yang puas terhadap akses data Badan Pusat Statistik (BPS). Badan Pusat Statistik (BPS)
Pilar Lingkungan
TPB 6 1 6.2.1.(a) Proporsi populasi yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air. Dinas Kesehatan
2 6.4.1.(b) Insentif penghematan air pertanian/perkebunan dan industri. Dinas PUPRPR
TPB 11 1 11.1.1.(a) Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
2 11.3.2.(b) Jumlah lembaga pembiayaan infrastruktur. Perumahan dan Permukiman

79
Indikator OPD
TPB No.
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator) Pelaksana
3 11.5.1.(a) Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)
TPB 12 1 12.4.2.(a) Jumlah limbah B3 yang terkelola dan proporsi limbah B3 yang diolah sesuai peraturan perundangan Dinas Lingkungan Hidup
(sektor industri).
2 12.5.1.(a) Jumlah timbulan sampah yang didaur ulang.
3 12.7.1.(a) Jumlah produk ramah lingkungan yang teregister.
4 12.8.1.(a) Jumlah fasilitas publik yang menerapkan Standar Pelayanan Masyarakat (SPM) dan teregister.
TPB 15 1 15.3.1.(a) Proporsi luas lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas lahan keseluruhan. Dinas Lingkungan Hidup
Pilar Hukum dan Tata Kelola
TPB 16 1 16.2.1.(a) Proporsi rumah tangga yang memiliki anak umur 1-17 tahun yang mengalami hukuman fisik Dinas Pengendalian Pendudukan KB
dan/atau agresi psikologis dari pengasuh dalam setahun terakhir. Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
2 16.6.1* Tersedianya kerangka legislasi, administrasi dan kebijakan untuk memastikan pembagian keuntungan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
yang adil dan merata (BPKD)
3 16.6.1.(d) Persentase instansi pemerintah yang memiliki nilai Indeks Reformasi Birokrasi Baik Badan Kepegawaian Pengembangan
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah (Provinsi/ Kabupaten/Kota). Sumber Daya Manusia (BKPSDM)
4 16.9.1.(a) Persentase kepemilikan akta lahir untuk penduduk 40% berpendapatan bawah. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
5 16.9.1.(b) Persentase anak yang memiliki akta kelahiran
Sumber: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

80
Tabel 2. 29. Indikator TPB Tidak Sesuai Karakteristik Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2019

Indikator
TPB No. Keterangan Tidak Dilaksanakan
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator)

Pilar Sosial
TPB 3 1 3.3.5.(a) Jumlah provinsi dengan eliminasi Kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi
Kusta.
Pilar Ekonomi
TPB 7 1 7.2.1* Bauran energi terbarukan. Kewenangan BUMN dan pemerintah provinsi
2 7.3.1* Intensitas energi primer. Kewenangan BUMN dan pemerintah provinsi
TPB 9 1 9.1.1.(b) Panjang pembangunan jalan tol. Tidak sesuai dengan karakter wilayah
2 9.1.1.(c) Panjang jalur kereta api. Tidak sesuai dengan karakter wilayah
TPB 10 1 10.1.1.(e) Rata-rata pertumbuhan ekonomi Tidak sesuai dengan karakter wilayah
di daerah tertinggal.
2 10.1.1.(f) Persentase penduduk miskin di Tidak sesuai dengan karakter wilayah
daerah tertinggal.
TPB 11 1 17.8.1.(a) Persentase kabupaten 3T yang Tidak sesuai dengan karakter wilayah
terjangkau layanan akses
telekomunikasi universal dan
internet.
Pilar Lingkungan
TPB 6 1 6.5.1.(a) Jumlah Rencana Pengelolaan Kewenangan Pemerintah Provinsi (Dinas BPDASHL)
Daerah Aliran Sungai Terpadu
(RPDAST) yang diinternalisasi ke
dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
2 6.5.1.(c) Jumlah jaringan informasi sumber Kewenangan Pemerintah Provinsi (Dinas PUPR)
daya air yang dibentuk.
3 6.5.1.(f) Jumlah wilayah sungai yang Kewenangan BWS Nusa Tenggara I
memiliki partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan daerah
tangkapan sungai dan danau.

81
Indikator
TPB No. Keterangan Tidak Dilaksanakan
(Berdasarkan Urutan Nomor Indikator)
TPB 11 1 11.1.1.(b)
Jumlah kawasan perkotaan Tidak sesuai dengan karakter wilayah (tidak ada kawasan perkotaan metropolitan di Kabupaten
metropolitan yang terpenuhi Sumbawa Barat)
standar pelayanan perkotaan
(SPP).
2 11.3.1.(b) Jumlah Metropolitan baru di luar Tidak sesuai dengan karakter wilayah dan bukan kewenangan pemerintah kabupaten
Jawa sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN).
3 11.4.1.(a) Jumlah kota pusaka di kawasan Tidak sesuai dengan karakteristik wilayah (tidak ada kota pusaka di Kabupaten sumbawa Barat)
perkotaan metropolitan, kota
besar, kota sedang dan kota kecil.
4 11.6.1.(b) Jumlah kota hijau yang Tidak sesuai dengan karakter wilayah (tidak ada kawasan perkotaan metropolitan di Kabupaten
mengembangkan dan Sumbawa Barat)
menerapkan green waste di
kawasan perkotaan metropolitan.
5 11.7.1.(a) Jumlah kota hijau yang Tidak sesuai dengan karakter wilayah (tidak ada kawasan perkotaan metropolitan di Kabupaten
menyediakan ruang terbuka hijau Sumbawa Barat, dan Taliwang termasuk kota kecil.
di kawasan perkotaan
metropolitan dan kota sedang.
PILAR HUKUM DAN TATA KELOLA
TPB 16 1 16.5.1.(a) Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK).
Sumber: Hasil Kajian Tim Pokja KLHS RPJMD Kabupaten Sumbawa Barat, 2020

82

Anda mungkin juga menyukai