Mei Murni Telaumbanua

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) merupakan tanaman jenis

sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tanaman pakcoy berasal

dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Tanaman pakcoy telah dibudidayakan

setelah abad ke-5 secara luas di Cina Selatan dan Cina Pusat serta Taiwan.

Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan

Chinesse vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina,

Malaysia, Indonesia dan Thailand. Tanaman pakcoy masuk ke Indonesia

diperkirakan pada abad ke XIV. Pusat penyebaran pakcoy antara lain di Cipanas,

Lembang, Pengalengan, Malang, dan Tosari, terutama daerah yang memiliki

ketinggian diatas 1000 meter di atas permukaan laut (Abidin, 2015).

Sayuran bagi masyarakat Indonesia tidak bisa ditinggalkan dalam

kehidupan sehari-hari karena manfaatnya yang begitu banyak. Tanaman pakcoy

dikonsumsi karena memiliki kandungan gizi sebagai sumber vitamin A, B1, B2,

B3, C, kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor dan besi.

Tanaman pakcoy bermanfaat untuk kesehatan karena dapat mencegah kanker,

hipertensi, penyakit jantung, sistem pencernaan dan mencegah anemia bagi ibu

hamil (Suhardianto dan Purnama, 2011). Permintaan pakcoy semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Permintaan yang

tinggi harus diimbangi oleh produksi dalam negeri. Namun kebutuhan pakcoy

berbanding terbalik dengan hasil produksinya di lapangan (Sutarya, 2015).

1
Dilihat dari rata-rata produksi di Indonesia sayuran ini masih cukup rendah

yaitu 20 ton/ha, dibandingkan negara-negara di Cina 40 ton/ha, Filipina 25 ton/ha,

Taiwan 30 ton/ha. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Sumatera Utara pada tahun 2017 produksi sayuran pakcoy menurun dari 76.367

ton pada tahun 2015 menjadi 64.820 ton pada tahun 2016. Penurunan produksi

tersebut diikuti dengan penurunan luas lahan panen dari 6.415 ha pada tahun 2015

menjadi 5.383 ha pada tahun 2016. Pada akhirnya berdampak pada penurunan

produktivitas tanaman pakcoy akibat lahan pertanian yang menyempit, sehingga

kebutuhan masyarakat akan bahan pangan semakin berkurang.

Pada saat ini, luas lahan pertanian di Indonesia terus semakin menurun

karena adanya alih fungsi penggunaan lahan. Semakin menyempitnya luas lahan

ini, maka telah dikembangkan teknologi sistem budidaya tanaman menggunakan

lahan sempit dan tetap menghasilkan produksi sesuai kebutuhan masyarakat.

Salah satu metode yang digunakan sekarang ini adalah budidaya tanaman dengan

menggunakan media non tanah yang disebut hidroponik (Junia dan Sarido, 2017).

Hidroponik merupakan salah satu sistem budidaya tanaman tanpa

menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan media air sebagai

pengganti tanah. Sistem hidroponik memiliki berbagai macam tipe, salah satunya

sistem wick atau sistem sumbu. Sistem hidroponik tidak memiliki interaksi antara

media dan jenis tanaman sayur, namun ukuran media secara signifikan

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman yang ditanam secara hidroponik

dengan sistem sumbu (Marlina, 2015). Menurut Fajriani, dkk (2017), hidroponik

sistem sumbu merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah,

dimana nutrisi akan sampai ke akar tanaman tanpa menggunakan pompa, sehingga

2
hidroponik sistem sumbu dikenal sebagai sistem hidroponik yang ekonomis.

Tanaman pakcoy sama seperti tanaman sayuran lainnya tidak akan berproduksi

secara maksimal jika unsur hara yang dibutuhkan tidak cukup tersedia selama

pertumbuhannya (Irwan, dkk., 2014).

Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk organik yang tersedia dalam

bentuk cair, di dalamnya terkandung unsur hara berbentuk larutan, sehingga

sangat mudah diserap tanaman. Pengggunaan pupuk organik cair (POC) sebagai

sumber nutrisi pada budidaya sayuran secara hidroponik perlu menjadi perhatian

besar untuk menekan penggunaaan pupuk anorganik. Sumber bahan baku pupuk

organik cair tersedia dalam bentuk limbah, baik limbah rumah tangga, pasar

pertanian, maupun limbah organik jenis lain (I Nyoman, dkk., 2011). Salah satu

bahan baku pupuk organik cair yang bisa digunakan sebagai nutrisi untuk tanaman

hidroponik adalah buah pepaya. Buah pepaya mengandung unsur hara C-organik

1,27 %, Nitrogen N total 0,14 %, Posfor 0,02 %, Kalium 0,023 % dan Magnesium

0,319 %. Kandungan tersebut sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme dan tanaman (Susanto, dkk., 2012).

Pupuk organik cair memiliki unsur hara yang lengkap jika dibandingkan

pupuk anorganik, tetapi tersedia dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu,

penggunaan pupuk anorganik perlu juga digunakan sebagai nutrisi hidroponik

untuk melengkapi kebutuhan unsur hara tanaman. Pupuk AB mix merupakan

salah satu pupuk anorganik yang mengandung nutrisi atau unsur hara essensial

yang diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 di antaranya diperlukan dalam

jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam

jumlah sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co (Agustina,

3
2004). Pemakaian pupuk anorganik selain memiliki dampak positif juga memiliki

dampak negatif. Dampak negatif yang sering dijumpai adalah keracunan dan

rusaknya ekologi setempat, selain itu harga beli pupuk anorganik dari tahun ke

tahun semakin mahal, selain itu dosis yang digunakan juga harus ditingkatkan

(Handayani, dkk., 2015). Oleh karena itu, untuk menekan jumlah penggunaan

pupuk anorganik yang berlebihan maka dilakukan kombinasi antara pupuk

organik dengan pupuk anorganik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk organik cair buah pepaya dan

pupuk AB mix terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy (Brassica

rapa chinensis L.) pada hidroponik sistem sumbu.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk

organik cair buah pepaya dan pupuk AB mix serta interaksinya terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) pada

hidroponik sistem sumbu.

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Diduga pemberian pupuk organik cair buah pepaya berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)

pada hidroponik sistem sumbu.

2. Diduga pemberian pupuk AB mix berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) pada hidroponik

sistem sumbu.

4
3. Diduga ada pengaruh interaksi antara pupuk organik cair buah pepaya dan

pupuk AB mix terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy

(Brassica rapa chinensis L.) pada hidroponik sistem sumbu.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Untuk memperoleh dosis optimum pupuk organik cair buah pepaya dan

pupuk AB mix sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

pakcoy (Brassica rapa chinensis L.) pada hidroponik sistem sumbu.

2. Sebagai bahan informasi bagi petani hidroponik dan pihak-pihak yang

berhubungan dengan usaha budidaya tanaman pakcoy (Brassica rapa

chinensis L.) secara hidroponik sistem sumbu.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)

2.1.1 Sistematika Tanaman Pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)

Menurut Haryanto, dkk (2006), klasifikasi dalam tata nama (sistematika)

tumbuhan, tanaman pakcoy termasuk kedalam :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Dicotyledonae

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica rapa chinensis L.

2.1.2 Morfologi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa chinensis L.)

Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar

berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-

50 cm (Setyaningrum dan Saparinto, 2011). Tanaman ini memiliki batang yang

sangat pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan.Batang ini

berfungsi sebagai pembentuk dan penopang daun. Daun pakcoy bertangkai,

berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala,

tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat

pada batang yang tertekan. Tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang daun dan

daunnya mirip dengan sawi hijau, namun daunnya lebih tebal dibandingkan

6
dengan sawi hijau. Tanaman pakcoy memiliki buah dengan bentuk bulat,

memiliki warna keputihan hingga kehijauan dan dalam satu buah memiliki 2-8

biji. Biji tanaman pakcoy berbentuk bulat dan kecil berwarna coklat hingga

kehitaman, memiliki permukaan licin, mengkilap, keras dan juga sedikit berlendir.

Bunga tanaman pakcoy memiliki bentuk memanjang dan memiliki banyak

cabang. Tanaman pakcoy memiliki bunga dari empat kelopak daun, empat

mahkota bunga yang memiliki warna kuning pucat, empat helai benang sari dan

satu buah putik yang berongga dua. Sedangkan dalam proses penyerbukan

tanaman ini dilakukan secara alami dengan bantuan angin dan binatang kecil

sekitar (Haryanto dkk., 2006).

2.1.3 Syarat Tumbuh

Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat dengan udara panas

maupun udara dingin sehingga dapat dibudidayakan di daerah dataran rendah

maupun dataran tinggi. Daerah dengan ketinggian antara 5–1200 meter di atas

permukaan laut dapat ditanami pakcoy, walaupun demikian budidaya pakcoy

lebih banyak dilakukan di dataran menengah dengan ketinggian antara 100-500

meter di atas permukaan laut. Tanaman pakcoy menghendaki tanah yang remah,

banyak mengandung humus, serta memiliki drainase baik karena tidak

menghendaki adanya genangan air (Haryanto, dkk., 2006). Pertumbuhan pakcoy

yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19ºC-21ºC.

Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman pakcoy berkisar

antara 80%-90%. Apabila lebih dari 90% berpengaruh buruk terhadap

pertumbuhan tanaman. Kelembaban yang tidak sesuai dengan dikehendaki

tanaman, menyebabkan stomata tertutup sehingga penyerapan CO2 terganggu.

7
Tanaman pakcoy dapat ditanam sepanjang musim, curah hujan yang sesuai untuk

budidaya tanaman pakcoy adalah 200 mm/bulan (Cahyono, 2003).

2.1.4 Manfaat Tanaman Pakcoy

Tanaman pakcoy termasuk tanaman sayuran yang banyak disukai orang

karena mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin

A, Vitamin B, dan Vitamin C. Kandungan atau komposisi mineral tanaman

pakcoy dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi per 100 gram Pakcoy

No. Komposisi Jumlah


1. Kalori 22 k
2. Protein 2,30 g
3. Lemak 0,30 g
4. Karbohidrat 4,00 g
5. Serat 1,20g
6. Kalsium 220,50 mg
7. Fosfor 38,40 mg
8. Besi 2,90 mg
9. Vitamin A 969,00 SI
10. Vitamin B1 0,09 mg
11. Vitamin B2 0,10 mg
12. Vitamin B3 0,70 mg
13. Vitamin C 102,00 mg
Sumber :Food and Nutrition Research Center cit. Suhardianto dan Purnama (2011)

Manfaat pakcoy pada kesehatan manusia adalah pakcoy dapat

menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh

penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta

memperbaiki dan memperlancar pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai

minyak serta pelezat makanan (Fahrudin, 2009).

8
2.2 Hidroponik Sistem Sumbu

Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Oleh karena itu, harga jual panennnya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan

tanaman hidroponik lebih mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media

tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan hama dan

penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan produktivitasnya lebih tinggi

(Hartus, 2008).

Salah satu sistem hidroponik yang banyak dilakukan adalah hidroponik

sistem wick atau sistem sumbu yang merupakan kultur larutan statik. Hidroponik

sumbu adalah salah satu metode hidroponik yang sederhana dengan menggunakan

sumbu sebagai penghubung antara nutrisi dan bagian perakaran pada media

tanam. Sistem sumbu ini merupakan metode hidroponik yang paling sederhana.

Sistem ini bisa menggunakan bahan-bahan daur ulang seperti botol atau gelas

bekas minuman kemasan sebagai wadah untuk nutrisi. Tanaman mendapatkan

nutrisi yang diserap melalui sumbu atau kain flanel seperti kompor miyak tanah

(Dewanti, dkk., 2017).

Sumbu pada sistem hidroponik ini merupakan bagian yang penting dari

sistem ini, karena tanpa penyerap cairan yang baik, tanaman tidak akan

mendapatkan kelembaban dan nutrisi yang dibutuhkan. Sumbu yang baik, selain

sebagai penyerap cairan yang baik, juga tidak mudah rusak akibat pembusukan.

Sumbu sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air agar dapat meningkatkan

kemampuannya untuk menyerap nutrisi. Jumlah sumbu disesuaikan dengan

ukuran tanaman ketika bertumbuh untuk memastikan nutrisi yang diserap cukup

memenuhi kebutuhan tanaman. Pada sistem hidroponik sumbu, penggunaan

9
pompa udara untuk aerasi sistem ini tidak dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena

akar akan mampu mendapatkan oksigen dalam ruang di dalam sistem, dan juga

menyerap oksigen langsung dari cairan nutrisi (Adam, dkk., 2017).

Pada sistem hidroponik hara disediakan dalam bentuk larutan hara yang

mudah tersedia bagi tanaman. Faktor keberhasilan budidaya sayuran secara

hidroponik adalah nutrisi yang digunakan. Nutrisi sangat penting untuk

keberhasilan dalam menanam secara hidroponik, karena tanpa nutrisi

pertumbuhan tanaman akan terhambat serta dapat memberikan hasil dan produksi

sayuran yang tidak maksimal. Nutrisi merupakan hara makro dan mikro yang

harus ada untuk pertumbuhan tanaman. Setiap jenis nutrisi memiliki komposisi

yang berbeda-beda (Perwitasari, dkk., 2012).

2.3 Pupuk Organik Cair Buah Pepaya

Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk organik yang tersedia dalam

bentuk cair, di dalamnya terkandung unsur hara berbentuk larutan, sehingga

sangat mudah diserap tanaman. Pupuk organik cair dapat digunakan dengan cara

disiramkan ke tanaman ataupun disemprotkan pada daun atau batang tanaman.

Sumber bahan baku organik cair tersedia dalam bentuk limbah , baik limbah

rumah tangga, rumah makan, pasar pertanian, peternakan, maupun limbah organik

jenis lain (I Nyoman, dkk., 2011). Sementara itu, Parnata (2004) menambahkan

bahwa, pupuk organik cair memiliki kandungan bahan kimia maksimal 5% dan

mengandung bahan tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat dalam

pupuk organik padat. Di samping itu, biasanya pupuk organik cair juga

mengandung asam amino dan hormon yaitu giberelin, sitokinin dan IAA.

10
10
Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik cair adalah

sampah sayur baru,sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah

buah seperti kulit jeruk, apel dan lain lain (Hadisuwito, 2012). Bahan baku pupuk

cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu, bahan organik basah seperti

sisa buah dan sayuran. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan

usur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Semakin tinggi kandungan selulosa dari

bahan organik yang dibuat, maka proses penguraian yang dilakukan oleh

mikroorganisme akan semakin lama terjadi (Purwendro dan Nurdihayat, 2006).

Buah pepaya merupakan salah satu buah yang kaya akan vitamin dan

mineral yang sangat baik untuk tubuh. Kematangan buah yang tidak diatasi

tentunya akan memacu mikroorganisme dalam perkembangbiakannya. Hal ini

dapat dibuktikan dengan adanya perubahan fisik dari buah tersebut, terutama

dalam baunya menjadi tidak sedap. Melihat jumlah buah pepaya yang mengalami

pembusukan cukup banyak tentunya, dapat menimbulkan masalah dalam

lingkungan. Meskipun demikian, beberapa masyarakat tentunya memanfaatkan

buah papaya busuk yang telah menjadi limbah untuk dikelola menjadi bahan

pembuatan pupuk organik cair (Hadisuwito, 2012).

Buah pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, psudo

karpaina, glikosid, karposid, saponin, beta karotene, pectin, d-galaktosa, I-

arabinosa, papayotimin papain, vitokinose, glucoside cacirin, kemokapain,

lisosim, glutamin, siklotransferase. Buah pepaya mengandung unsur hara C-

organik 1,27 %, Nitrogen N total 0,14 %, Posfor 0,02 %, Kalium 0,023 % dan

Magnesium 0,319 %. Kandungan tersebut sangat baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan mikroorganisme dan tanaman (Susanto, dkk., 2012).

11
11
2.4 Pupuk AB Mix

Pupuk AB mix merupakan campuran antara pupuk A dan pupuk B.Pupuk

A mengandung unsur kalium sedangkan pupuk B mengandung sulfat dan fosfat.

Ketiga unsur ini tidak boleh dicampur dalam keadaan pekat agar tidak

menimbulkan endapan. Perlu diketahui bahwa akar tanaman hanya dapat

menyerap nutrisi yang benar-benar telah terlarut dalam air. Apabila nutrisi atau

pupuk yang digunakan belum terlarut sempurna, maka akan menyebabkan

terlambatnya penyerapan unsur hara (Nugraha, 2014).

Nutrisi hidroponik AB mix merupakan nutrisi hidroponik yang populer

digunakan untuk budidaya hidroponik. Perlakuan dengan menggunakan pupuk

AB mix memberikan hasil produksi dan kualitas tanaman lebih tinggi. Ditinjau

dari segi biaya, pupuk AB mix memiliki harga yang relatif lebih mahal karena

pemakaian dan pembelian pupuk AB mix harus satu paket (Nugraha, 2014).

Menurut Nugraha (2014) perlakuan dengan menggunakan AB mix

memiliki pertumbuhan vegetatif dan hasil panen terbaik pada tanaman bayam,

pakcoy, dan selada. Kandungan pupuk AB mix diduga memiliki komposisi

seimbang yang dibutuhkan oleh tanaman. Komposisi hara seimbang yang

dimaksud adalah kandungan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan

tanaman telah terkandung di dalam larutan hara AB mix dan nutrisi yang di

peroleh tanaman dari larutan hara AB mix telah memenuhi kebutuhan tanaman

(Lampiran 3).

12
12
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas

Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan di Desa Simalingkar B,

Kecamatan Medan Tuntungan. Tempat penelitian berada pada ketinggian sekitar

33 meter di atas permukaan laut (dpl), keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 dan

jenis tanah ultisol, tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja dan Harahap,

2015). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2020.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak instalasi/bak plastik

ukuran 40 cm x 30 cm x 12 cm, stryfoam, net pot, kain flanel, bak

perkecambahan, kawat, gelas ukur, sprayer, ember, paranet, pH meter digital,

TDS meter, gergaji besi, gunting, selang, tusuk gigi, meteran, bambu, pinset, alat

suntik dan pengaduk. Sedangkan, bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah benih pakcoy varietas nauli F1, gula merah, rockwoll, air, EM4, AB mix

dan buah pepaya.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu :

1. Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair buah pepaya (P) yang terdiri dari

tiga taraf yaitu :

13
13
P1 : 30ml/liter

P2 : 60ml/liter

P3 : 90ml/liter

Dosis anjuran pupuk organik cair (POC) buah pepaya pada tanaman

pakcoy sebanyak 60 ml/liter (Herniwati dan Nappu, 2012).

2. Perlakuan konsentrasi pupuk AB mix (M) yang terdiri dari empat taraf

yaitu:

M1 : 5ml/liter

M2 : 10 ml/liter

M3 : 15ml/liter

M4 : 20 ml/liter

Untuk larutan AB mix dosis anjurannya yaitu 10 ml/liter, dimana larutan

stok A diambil 5 ml dan larutan stok B diambil 5 ml yang dilarutkan dalam air

hingga volume 1 liter (Balai Pengkajian Teknologi Hidroponik Pertanian, 2016).

Dengan demikian, diperoleh perlakuan sebanyak 3x4 = 12 kombinasi

perlakuan yaitu :

P1M1 P2M1 P3M1

P1M2 P2M2 P3M2

P1M3 P2M3 P3M3

P1M4 P2M4 P3M4

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot seluruhnya : 36 plot

Jumlah tanaman dalam 1 plot : 6 tanaman

Jumlah sampel : 6 tanaman

14
14
Jarak antar plot : 30 cm Jarak

antar ulangan : 100 cm Jumlah

seluruh tanaman : 216 tanaman

3.4 Metode Analisis

Metode linier analisis yang digunakan pada Rancangan Acak Kelompok

(RAK) Faktorial adalah model linier aditif sebagai berikut :

Yijk=µ + αi + βj + (αβ)ij + Kk +Ɛij

dimana :

Yijk : Hasil pengamatan dari perlakuan konsentrasi pupuk organik cair

buah pepaya taraf ke-i dan perlakuan konsentrasi pupuk AB Mix taraf

ke-j pada ulangan ke-k

µ : Nilai tengah

αi : Pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk organik cair buah pepaya taraf

ke-i

βj : Pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk AB Mix taraf ke-j

(αβ)ij : Pengaruh interaksi pupuk organik cair buah pepaya taraf ke-i dan

pupuk AB mix taraf ke-j

Kk : Pengaruh kelompok ke-k

Ɛij : Pengaruh galat pada perlakuan pupuk organik cair buah pepaya taraf

ke-i dan pupuk AB Mix taraf ke-j pada ulangan ke-k

Untuk mengetahui pengaruh dari faktor perlakuan yang dicoba serta

interaksinya maka data percobaan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam.

Hasil analisis ragam yang nyata atau sangat nyata pengaruhnya dilanjutkan

15
15
dengan uji jarak Duncan pada taraf uji α = 0,05 dan α = 0,01 untuk

membandingkan perlakuan dan kombinasi perlakuan (Malau, 2005).

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Persemaian

Persemaian benih pakcoy dilakukan pada media rockwoll. Media rockwoll

dipotong berukuran 3 cm x 3 cm dengan menggunakan gergaji besi. Rockwoll

yang telah dipotong kemudian diletakkan pada bak perkecambahan. Setelah itu,

disiram menggunakan air tanpa membuat adanya genangan air. Dibuat lobang

pada media rockwoll dengan menggunakan tusuk gigi, diusahakan rockwoll

jangan dilobangi terlalu dalam. Benih pakcoy kemudian diambil menggunakan

pinset dan ditanam di dalam media rockwoll yang telah dilobangi tadi. Bak

perkecambahan ditata dan disimpan lalu ditempatkan pada tempat yang tidak

terkena hujan namun terkena sinar matahari. Setelah 9 hari setelah semai (HSS)

bibit dapat dipindah tanamkan ke instalasi hidroponik. Ciri-cirinya adalah bibit

tanaman pakcoy sudah memiliki 4-5 helai daun.

3.5.2 Pembuatan Nutrisi Tanaman

a. Pembuatan Pupuk Organik Cair Buah Pepaya

Proses pembuatan pupuk organik cair buah pepaya adalah sebagai berikut :

yang pertama sekali dilakukan yaitu pengumpulan bahan-bahan yang akan

digunakan yaitu gula merah sebanyak 125 gram, EM4 sebanyak 50 ml dan

pepaya sebanyak 5 kg serta air sebanyak 5 liter. Kemudian, disiapkan

ember berukuran 15 liter lengkap dengan penutup. Untuk proses

pembuatannya limbah buah pepaya terlebih dahulu dihaluskan dengan cara

ditumbuk halus, kemudian EM4 dicampurkan dengan gula merah yang

16
16
sebelumnya telah diiris-iris, kemudian semua bahan dicampurkan yaitu

buah pepaya yang telah dihaluskan dicampurkan dengan air dan larutan

EM4 yang telah dicampurkan dengan gula merah dimasukkan ke dalam

ember yang sudah tersedia. Pada tutup ember diberi lubang 1,5 cm dan

melalui lubang dimasukkan selang plastik, sehingga salah satu selang

plastik berada dalam ember. Setelah semua bahan tercampur kemudian

campuran pupuk organik cair limbah buah pepaya ini diaduk hingga

semua bahan tercampur dan kemudian ditutup. Pupuk organik cair buah

pepaya siap untuk difermentasikan selama 14 hari dimana setiap 4 hari

dilakukan pengadukan (Syahputriani, 2017). Setelah selesai fermentasi,

pupuk organik cair buah pepaya yang sudah jadi disaring terlebih dahulu

dari ekstrak buah pepaya. Kemudian, pupuk organik cair ini dilakukan

analisis di laboratorium untuk mengetahui berapa persen kandungan unsur

hara C-Organik, nitrogen, phosphor, kalium, magnesium dan calcium.

b. Pembuatan AB Mix

Disiapkan kemasan AB mix yang hendak dilarutkan. Kemudian disiapkan

2 buah ember atau wadah yang dapat menampung air dan tempat

penyimpanan hasil larutan lengkap dengan penutup. Kedua emberdiisi

dengan air masing-masing 5 liter. Ember atau wadah diberi label, dimana

ember yang pertama diberi label A sedangkan ember yang kedua diberi

label B. Kemudian dimasukkan nutrisi A sebanyak 1.250 gram ke dalam

ember A dan nutrisi B sebanyak 1.250 gram ke dalam ember B yang

masing-masing berisi air 5 liter. Diaduk larutan hingga menjadi homogen.

Penggunaan AB mix dilakukan dengan cara mengambil masing-masing

17
17
larutan A dan larutan B sesuai dengan perlakuan konsentrasi AB mix,

yang kemudian ditambahkan dengan air hingga volumenya 1 liter.

3.5.3 Pembuatan Instalasi Hidroponik

Instalasi untuk hidroponik sistem sumbu menggunakan bak plastik.

Bagian atas atau penutup menggunakan stryfoam dengan ukuran panjang 40 cm,

lebar 30 cm dengan ketebalan 2 cm. Stryfoam dilubangi dengan ukuran diameter

5 cm menggunakan kawat panas yang disesuaikan dengan ukuran net pot. Untuk

jarak net pot berukuran 10 cm x 10 cm. Untuk net pot yang digunakan diberikan

sumbu berupa kain flanel ukuran 25 cm x 2 cm. Flanel kemudian dimasukkan

melalui lubang bagian bawah net pot sehingga flanel menjadi dua bagian. Flanel

sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air agar dapat meningkatkan

kemampuannya untuk menyerap nutrisi.

3.5.4 Pembuatan Rak Instalasi

Pembuatan rak instalasi bertujuan sebagai tempat instalasi hidroponik.

Rak instalasi dibuat dari bambu dengan ketinggian 1 meter.

3.5.5 Pembuatan Naungan

Pembuatan naungan dilakukan dengan cara membuat naungan dari paranet

yang diikat pada tiang/bambu. Naungan bertujuan untuk menjaga keadaan nutrisi

agar tetap terjaga apabila terjadi hujan, mengurangi kecepatan angin dan

mengurangi cahaya matahari yang berlebihan.

3.5.6 Pemberian Nutrisi

Nutrisi tanaman pada tahap awal diberikan pada saat dilakukan pindah

tanam pada instalasi. Untuk pemberian selanjutnya, diberikan pada saat umur ke

18
18
7, 14, 21 dan 28 hari setelah pindah tanam (HSPT). Pemberian perlakuan

konsentrasi pupuk organik cair buah pepaya dilakukan terlebih dahulu dengan

mengambil nutrisi yang sudah ada menggunakan gelas ukur sesuai konsentrasi.

Setelah itu, pemberian perlakuan konsentrasi pupuk AB Mix dilakukan setelah

pupuk organik cair buah pepaya dimasukkan ke dalam gelas ukur. Pupuk AB Mix

diambil dengan menggunakan alat suntik, kemudian dimasukkan ke dalam gelas

ukur yang sudah berisi pupuk organik cair buah pepaya. Langkah selanjutnya,

dituangkan air ke dalam gelas ukur yang sudah berisi kedua nutrisi hingga

volumenya 1 liter, kemudian diaduk supaya nutrisinya dapat terlarut dalam air,

sehingga nutrisi lebih mudah diserap oleh tanaman. Setiap pengaplikasian nutrisi

tersebut, dilakukan pengukuran pH larutan nutrisi dengan menggunakan pH meter

untuk menentukan larut tidaknya unsur mineral dan pengukuran konsentrasi

larutan (ppm) dengan menggunakan TDS meter sehingga dapat membantu untuk

mendapatkan kadar nutrisi yang akurat untuk tanaman. pH larutan nutrisi untuk

tanaman pakcoy yaitu 7,0 dan konsentrasi larutan (ppm) yaitu 1050 – 1400 ppm.

3.6 Pemeliharaan

3.6.1 Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mendapatkan populasi yang optimal.

Penyulaman atau penyisipan dilakukan 4-7 hari setelah pindah tanam yang

bertujuan untuk menggantikan tanaman pakcoy yang tidak tumbuh dengan

sempurna.

3.6.2 Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk mencegah dan menjaga tanaman pakcoy dari serangan hama dan

penyakit, maka perlu dilakukan kontrol setiap minggu. Pengendalian dilakukan

19
19
dengan cara membuang hama yang menyerang tanaman pakcoy dan membuang

bagian tanaman yang terkena penyakit.

3.6.3 Pengadukan Larutan

Pengadukan larutan bertujuan untuk menghasilkan oksigen pada nutrisi

untuk kebutuhan tanaman dan menghindari pengendapan nutrisi tanaman.

Pengadukan dilakukan dengan cara mengaduk larutan nutrisi dengan

menggunakan pengaduk secara perlahan.

3.7 Panen

Panen dilakukan sesuai dengan kriteria panen pakcoy yaitu setelah

tanaman berumur 30-35 hari setelah pindah tanam (HSPT). Ciri-cirinya adalah

daun pakcoy dewasa berbentuk oval melebar, tangkai daun berwarna hijau cerah,

bentuknya relatif pendek, jauh berbeda dengan sawi yang berukuran panjang.

Panen dilakukan pada kondisi cuaca cerah. Panen dilakukan dengan cara

mencabut tanaman pakcoy dari net pot beserta akarnya. Rockwoll yang melekat

pada akar dilepaskan dari perakaran tanaman pakcoy.

3.8 Parameter Penelitian

Pengamatan dilakukan pada enam tanaman sampel setiap instalasi

percobaan. Tanaman yang dijadikan sampel diberikan label sebagai tanda.

Kegiatan ini meliputi pengukuran tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai),

panjang akar (cm), bobot basah panen total (gr) dan bobot jual (gr).

20
20
3.8.1 Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari

setelah pindah tanam (HSPT). Tinggi tanaman pakcoy diukur mulai dari dasar

pangkal batang sampai pada daun terpanjang.

3.8.2 Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah pindah

tanam (HSPT). Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka dengan

sempurna.

3.8.3 Panjang Akar

Pengukuran panjang akar dilakukan pada saat panen. Diukur mulai dari

pangkal akar sampai ke ujung akar yang terpanjang.

3.8.4 Bobot Basah Panen Total

Bobot basah panen total adalah bobot dari batang, akar dan daun termasuk

daun segar, daun layu, dan daun rusak. Alat yang digunakan untuk menimbang

bobot basah panen total adalah timbangan.

3.8.5 Bobot Jual

Bobot jual adalah bobot dari batang dan daun yang sudah dibersihkan dari

akar dan daun yang sudah menguning atau layu dan rusak. Alat yang digunakan

untuk menimbang bobot jual adalah timbangan, yang dilakukan setelah

menimbang bobot panen basah total.

21
21

Anda mungkin juga menyukai