PM 12 Tahun 2021.ok
PM 12 Tahun 2021.ok
PM 12 Tahun 2021.ok
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM 12 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR KEGIATAN USAHA DAN
PRODUK PADA PENYELENGGARAAN
PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS
RISIKO SEKTOR TRANSPORTASI
STANDAR USAHA
A. Transportasi Darat
STANDAR USAHA
ANGKUTAN BARANG KHUSUS
NO KBLI 49432 ANGKUTAN BERMOTOR UNTUK BARANG KHUSUS
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
aktivitas operasional angkutan barang dengan
kendaraan bermotor untuk barang yang secara
khusus mengangkut satu jenis barang, seperti
angkutan bahan bakar minyak, minyak bumi, hasil
olahan, LPG, LNG dan CNG, angkutan barang
berbahaya, limbah bahan berbahaya dan beracun,
angkutan barang alat-alat berat, angkutan peti
kemas, angkutan tumbuhan hidup, angkutan hewan
hidup dan pengangkutan kendaraan bermotor.
2 Istilah dan 1. Angkutan Barang adalah perpindahan barang dari
Definisi satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
2. Mobil Barang adalah kendaraan bermotor yang
dirancang sebagian atau seluruhnya untuk
mengangkut barang.
-6-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM
DALAM TRAYEK
49211 ANGKUTAN BUS ANTARKOTA ANTARPROVINSI (AKAP)
49212 ANGKUTAN BUS PERBATASAN
49213 ANGKUTAN BUS ANTARKOTA DALAM PROVINSI (AKDP)
49214 ANGKUTAN BUS KOTA
49215 ANGKUTAN BUS LINTAS BATAS NEGARA
49216 ANGKUTAN BUS KHUSUS
49219 ANGKUTAN BUS DALAM TRAYEK LAINNYA
NO
49411 ANGKUTAN PERBATASAN BUKAN BUS DALAM TRAYEK
49412 ANGKUTAN ANTARKOTA DALAM PROVINSI (AKDP) BUKAN
BUS, DALAM TRAYEK
49413 ANGKUTAN PERKOTAAN BUKAN BUS, DALAM TRAYEK
49414 ANGKUTAN PERDESAAN BUKAN BUS, DALAM TRAYEK
49415 ANGKUTAN DARAT KHUSUS BUKAN BUS
49429 ANGKUTAN DARAT LAINNYA UNTUK PENUMPANG
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan:
a. 49211 Angkutan Bus Antarkota Antarprovinsi
(AKAP).
Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan
dengan menggunakan kendaraan bermotor bus
umum tingkat, maxi, besar, sedang, dan/atau
kecil berdasarkan jadwal tertentu dan dalam
trayek AKAP yang ditetapkan.
b. 49211 Angkutan Bus Antarkota Antarprovinsi
(AKAP).
Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan
dengan menggunakan kendaraan bermotor bus
umum tingkat, maxi, besar, sedang, dan/atau
kecil berdasarkan jadwal tertentu dan dalam
trayek AKAP yang ditetapkan.
c. 49212 Angkutan Bus Perbatasan
Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan
pada kabupaten/kota yang berbatasan langsung
menggunakan kendaraan bermotor bus umum
-13-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN ORANGDENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM
TIDAK DALAM TRAYEK
49221 ANGKUTAN BUS PARIWISATA
49216 ANGKUTAN BUS KHUSUS
49229 ANGKUTAN BUS TIDAK DALAM TRAYEK LAINNYA
NO
49421 ANGKUTAN TAKSI
49422 ANGKUTAN SEWA
49429 ANGKUTAN DARAT LAINNYA UNTUK PENUMPANG
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan:
a. 49221 Angkutan Bus Pariwisata
Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan
penumpang dengan menggunakan kendaraan bus
umum untuk keperluan pariwisata atau keperluan
lain di luar pelayanan angkutan dalam trayek,
seperti untuk keperluan perjalanan wisata
perorangan atau kelompok menggunakan mobil
bus umum kecil, sedang, besar, maxi, tempel, dan
tingkat.
b. 49216 Angkutan Bus Khusus
Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan
penumpang yang mempunyai asal dan/atau
tujuan tetap, meliputi angkutan antar jemput,
angkutan karyawan, angkutan permukiman dan
angkutan pemadu moda menggunakan mobil bus
umum (besar/sedang), termasuk pengoperasian
shuttle bus.
c. 49229 Angkutan Bus Tidak Dalam Trayek Lainnya
Kelompok ini mencakup angkutan darat bus tidak
dalam trayek, selain angkutan bus pariwisata,
seperti angkutan bus carter, ekskursi, dan
angkutan bus berkala lainnya.
d. 49421 Angkutan Taksi
Kelompok ini mencakup usaha pengangkutan
penumpang dengan menggunakan mobil
penumpang yang diberi tanda khusus dan
-22-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN SEWA KHUSUS
NO KBLI 49426 ANGKUTAN SEWA KHUSUS
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
usaha pelayanan angkutan dari pintu ke pintu
dengan pengemudi, menggunakan kendaraan
bermotor umum (sedan/bukan sedan), memiliki
wilayah operasi dalam wilayah perkotaan, dari dan ke
bandar udara, pelabuhan, atau simpul transportasi
lainnya serta pemesanan menggunakan aplikasi
berbasis teknologi informasi, dengan besaran tarif
tercantum dalam aplikasi. Kelompok ini tidak
mencakup angkutan taksi (49421) dan angkutan ojek
motor (49424).
2 Istilah dan 1. Angkutan Sewa Khusus adalah pelayanan
Definisi angkutan dari pintu ke pintu dengan pengemudi,
memiliki wilayah operasi dalam wilayah
perkotaan, dari dan ke bandar udara, pelabuhan,
atau simpul transportasi lainnya serta pemesanan
menggunakan aplikasi berbasis teknologi
informasi dengan besaran tarif tercantum dalam
aplikasi.
2. Perusahaan Angkutan Sewa Khusus adalah badan
hukum atau pelaku usaha mikro atau pelaku
usaha kecil yang menyelenggarakan jasa
Angkutan Sewa Khusus.
3. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam
Trayek adalah persyaratan penyelenggaraan
angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum tidak dalam trayek mengenai jenis dan
mutu pelayanan yang berhak diperoleh setiap
pengguna jasa angkutan secara minimal.
4. Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan
Angkutan Umum yang selanjutnya disebut Sistem
Manajemen Keselamatan adalah bagian dari
-29-
6 Sarana -
9 Persyaratan
Produk/Proses/ -
Jasa
10 Sistem Sistem Manajemen Keselamatanuntuk badan hukum
Manajemen meliputi:
Usaha a. komitmen dan kebijakan;
b. pengorganisasian;
c. manajemen bahaya dan risiko;
d. fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kendaraan
bermotor;
e. dokumentasi dan data;
f. peningkatan kompetensi dan pelatihan;
g. tanggap darurat;
h. pelaporan kecelakaan internal;
i. monitoring dan evaluasi; dan
j. pengukuran kinerja.
BerdasarkanPeraturan Menteri Perhubungan
mengenaiSistem Manajemen KeselamatanPerusahaan
Angkutan Umum.
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan Menengah Tinggi, untuk pemenuhan terhadap
pengawasan standar dilakukan verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Darat, Kepala Badan
Pengelola Transportasi Jabodetabek,dan Gubernur
sebagai tugas dekonsentrasimelalui:
1. Pemeriksaan dokumen;
2. Pemeriksaan fisik;
-31-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN MULTIMODA
NO KBLI 52295 ANGKUTAN MULTIMODA
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit
2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar1
(satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda
dari satu tempat diterimanya barang oleh badan
usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang
ditentukan untuk penyerahan barang kepada
penerima barang angkutan multimoda. Badan usaha
angkutan multimoda tidak semata-mata memberikan
layanan angkutan barang dari tempat asal sampai ke
tujuan, tetapi juga memberikan jasa tambahan
berupa jasa pengurusan transportasi (freight
forwarding), jasa pergudangan, jasa konsolidasi
muatan, penyediaan ruang muatan, serta pengurusan
kepabeanan untuk angkutan multimoda ke luar
negeri dan ke dalam negeri.
2 Istilah dan Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan
Definisi menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan
yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai
dokumen angkutan multimoda dari satu tempat
diterimanya barang oleh badan usaha angkutan
multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk
penyerahan barang kepada penerima barang
angkutan multimoda.
3 Penggolongan a. Kegiatan Angkutan Multimoda yang
Usaha diselenggarakan oleh badan usaha Angkutan
Multimoda nasional; dan
b. Kegiatan Angkutan Multimoda yang
diselenggarakan oleh badan usaha Angkutan
Multimoda asing.
4 Persyaratan Durasi sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
Umum Usaha
-33-
9 PersyaratanProd
-
uk/Proses/ Jasa
10 Sistem
Manajemen -
Usaha
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan Menengah Tinggi, untuk pemenuhan terhadap
pengawasan standar dilakukan melalui:
1. Pemeriksaan dokumen;
2. Pemeriksaan fisik;
3. Kunjungan lapangan; dan/atau
4. Otentifikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh pejabat/personil
yang tugas dan fungsinya dibidang pembinaan
Angkutan Multimoda; dan
2. Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Laporanpengaduan masyarakat dapat melalui
contact center Kemenhub 151, (021) 151, e-mail:
[email protected].
-35-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN BARANG UMUM
NO KBLI 49431 ANGKUTAN BERMOTOR UNTUK BARANG UMUM
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
operasional angkutan barang dengan kendaraan
bermotor dan dapat mengangkut lebih dari satu jenis
barang, seperti angkutan dengan truk, pick up, bak
terbuka dan bak tertutup (box).
2 Istilah dan 1. Angkutan Barang adalah perpindahan barang dari
Definisi satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
2. Angkutan Barang Umum adalah Angkutan Barang
pada umumnya yang tidak berbahaya dan tidak
memerlukan sarana khusus.
3. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan
hukum yang menyediakan jasa angkutan orang
dan/atau barang dengan kendaraan bermotor
umum.
4. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Barang
adalah persyaratan penyelenggaraan Angkutan
Barang dengan kendaraan bermotor di jalan
mengenai jenis dan mutu pelayanan yang berhak
diperoleh.
5. Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan
Angkutan Umum yang selanjutnya disebut Sistem
Manajemen Keselamatan adalah bagian dari
manajemen perusahaan yang berupa suatu tata
kelola keselamatan yang dilakukan oleh
Perusahaan Angkutan Umum secara
komprehensif dan terkoordinasi dalam rangka
mewujudkan keselamatan dan mengelola risiko
kecelakaan.
3 Penggolongan Barang umum terdiri atas:
Usaha a. Muatan umum;
b. Muatan logam;
c. Muatan barang pokok;
-36-
STANDAR USAHA
PERPARKIRAN DI LUAR BADAN JALAN (OFF STREET PARKING)
KBLI 52215 AKTIVITAS PERPARKIRAN DI LUAR BADAN JALAN
NO
(OFF STREET PARKING)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait
dengankegiatan usaha penyelenggaraan parkir diluar
badan jalan, seperti gedung parkir, lapangan parkir
yang terdapat di gedung perkantoran, pusat
perbelanjaan, rumah sakit, dan jasa perpakiran di
luar badan jalan lainnya.
2 Istilah dan Aktivitas Perparkiran di Luar Badan Jalan (Off Street
Definisi Parking) adalah fasilitas parkir kendaraan yang dibuat
khusus dapat berupa taman parkir dan/atau gedung
parkir.
3 Penggolongan Aktivitas Perparkiran di Luar Badan Jalan berupa
Usaha taman parkir dan/atau gedung parkir.
10 Sistem
Manajemen -
Usaha
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan Menengah Tinggi, untuk pemenuhan terhadap
pengawasan standar dilakukan verifikasi melalui:
1. Pemeriksaan dokumen;
2. Pemeriksaan fisik;
3. Kunjungan lapangan; dan/atau
4. Otentifikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Dilakukan pemantuan, penilaian dan evaluasi
atas penyelenggaraan fasilitas parkir oleh:
a) Gubernur DKI Jakarta, untuk fasilitas
parkir yang berada di wilayah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b) Bupati, untuk fasilitas parkir yang berada
di wilayah administrasi kabupaten; dan
c) Wali kota, untuk fasilitas parkir yang
berada di wilayah administrasi kota.
2. Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pengawasan dilakukan oleh pejabat/personil
yang tugas dan fungsinya dibidang perpakiran
di luar badan jalan (off street parking).
-43-
STANDAR USAHA
PENYELENGGARAAN PELABUHAN SUNGAI DAN DANAU
NO KBLI 52222 AKTIVITAS KEPELABUHANAN SUNGAI DAN DANAU
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait
dengankegiatan usaha penyelenggaraan pelabuhan
sungai dan danau. Termasuk kegiatan yang
berhubungan dengan angkutan perairan untuk
penumpang, hewan atau barang, seperti
pengoperasian fasilitas terminal misalnya pelabuhan
dan dermaga, navigasi, pelayaran dan kegiatan
berlabuh, serta jasa penambatan.
Standar ini mengatur pengaturan terkait dengan:
a. Pembangunan pelabuhan sungai dan danau
hanya dapat dilakukan berdasarkan Rencana
Induk Pelabuhan Nasional (RIPN); dan
b. Pengoperasian pelabuhan sungai dan danau.
2 Istilah dan 1. Pelabuhan Sungai danDanau adalah pelabuhan
Definisi umum untuk kegiatan angkutan sungai, danau,
waduk, terusan.
2. Penyelenggara Pelabuhan Sungai dan Danau
adalah Balai Pengelola Transportasi Darat atau
unit pelaksana teknis daerah Pelabuhan Sungai
dan Danau.
3. Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah,atau
badan hukum Indonesia yang khusus didirikan
untuk pengusahaan di pelabuhan.
3 Penggolongan Kegiatan pengusahaan di Pelabuhan Sungai dan
Usaha Danauterdiri atas:
a. Pelayanan jasa kapal;
b. Pelayanan jasa penumpang;
c. Pelayanan jasa kendaraan; dan
d. Pelayanan kegiataan jasa terkait dengan
kepelabuhanan.
4 Persyaratan a. Bukti penguasaan hak atas tanah berupa
Umum Usaha sertifikat dan surat pernyataan bahwa tanah tidak
-44-
dalam sengketa;
b. Dokumen rencana tata ruang wilayah yang
ditetapkan untuk daerah tempat Pelabuhan
Sungai dan Danau berada;
c. Surat keputusan penetapan trayek yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Darat;
d. Dokumen rencana umum jaringan transportasi
jalan;
e. Surat permohonan bermaterai yang didalamnya
terdapat pernyataan kebenaran dan keabsahan
dokumen dan data; dan
f. Durasi sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
5 Persyaratan a. Studi kelayakan yang memuat pertimbangan:
Khusus Usaha 1. aspek teknis mempertimbangkan kondisi
geografi, perairan, topografi, bathimetri, dan
geoteknik;
2. aspek ekonomis dan finansial.
b. Peta lokasi dan titik koordinat geografi dari areal
yang akan ditetapkan sebagai Pelabuhan Sungai
dan Danau yang dilengkapi dengan nama lokasi
pelabuhan dan letak wilayah administrasi
pelabuhan;
c. Masterplan/rencana induk pelabuhan;
d. Kajian teknis prakiraan permintaan jasa angkutan
sungai dan danau serta prakiraan kebutuhan
fasilitas pelabuhan;
e. Penahapan waktu pelaksanaan pembangunan dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB);
f. Gambar teknis beserta dokumen spesifikasi
teknis;
g. Hasil kajian terhadap batas-batas Daerah
Lingkungan Kerja(DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp)Pelabuhan Sungai dan Danau;
h. Peta yang dilengkapi dengan batas-batas Daerah
Lingkungan Kerja(DLKr) dan Daerah Lingkungan
-45-
STANDAR USAHA
PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN
NO KBLI 52223 AKTIVITAS KEPELABUHANAN PENYEBERANGAN
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
kegiatan penyelenggaraan pelabuhan penyeberangan.
Termasuk kegiatan yang berhubungan dengan
angkutan perairan untuk penumpang, hewan atau
barang, seperti pengoperasian fasilitas terminal
misalnya pelabuhan dan dermaga, navigasi, pelayaran
dan kegiatan berlabuh, serta jasa penambatan.
Standar ini mengatur pengaturan terkait dengan:
a. Pembangunan pelabuhan penyeberangan hanya
dapat dilakukan berdasarkan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional (RIPN); dan
b. Pengoperasian pelabuhan penyeberangan.
2 Istilah dan 1. Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan yang
Definisi berfungsi sebagai simpul untuk menghubungkan
jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan, untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
2. Penyelenggara Pelabuhan Penyeberangan adalah
Balai Pengelola Transportasi Darat atau unit
pelaksana teknis daerah pelabuhan
penyeberangan.
3. Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah atau
badan hukum Indonesia yang khusus didirikan
untuk pengusahaan di pelabuhan.
3 Penggolongan Kegiatan pengusahaan di Pelabuhan Penyeberangan
Usaha terdiri atas:
a. Pelayanan jasa kapal;
b. Pelayanan jasa penumpang;
c. Pelayanan jasa kendaraan; dan
d. Pelayanan kegiataan jasa terkait dengan
kepelabuhanan.
-49-
2. Pemeriksaan fisik;
3. Kunjungan lapangan; dan/atau
4. Otentifikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Monitoring standar pelayanan minimal
Pelabuhan Penyeberanganpaling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan
3. Pengawasan dilakukan oleh pejabat/personil
yang tugas dan fungsinya dibidang pembinaan
Pelabuhan Penyeberangan.
c. Laporan pengaduan masyarakat dapat melalui
contact center 151, e-mail: [email protected].
-53-
STANDAR USAHA
PENGOPERASIAN ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU
50211 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU LINER (TRAYEK TETAP DAN
TERATUR) UNTUK PENUMPANG
50212 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU TRAMPER (TRAYEK TIDAK
TETAP DAN TERATUR) UNTUK PENUMPANG
NO 50213 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU UNTUK WISATA DAN YDBI
50221 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU UNTUK BARANG UMUM DAN
ATAU HEWAN
50222 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU UNTUK BARANG KHUSUS
50223 ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU UNTUK BARANG BERBAHAYA
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
kegiatan:
a. 50211 Angkutan Sungai Dan Danau Liner (Trayek
Tetap Dan Teratur) Untuk Penumpang
Kelompok ini mencakup usaha angkutan
penumpang pada sungai dan danau yang
dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan
teratur, dengan jadwal tetap dan berjadwal.
Menurut jenisnya terdiri dari pelayanan angkutan
dalam kabupaten/kota, pelayanan angkutan
antarkabupaten/kota dalam provinsi dan
pelayanan lintas batas antarnegara dan
antarprovinsi.
b. 50212 Angkutan Sungai Dan Danau Tramper
(Trayek Tidak Tetap Dan Teratur) Untuk
Penumpang
Kelompok ini mencakup usaha angkutan
penumpang pada sungai dan danau dengan trayek
yang tidak tetap dan tidak berjadwal serta tidak
untuk keperluan pariwisata.
c. 50213 Angkutan Sungai Dan Danau Untuk Wisata
Dan YDBI
Kelompok ini mencakup usaha angkutan
penumpang wisata di sungai dan danau, termasuk
angkutan trayek untuk keperluan perorangan
-54-
antarnegara;
b. Gubernur, untuk trayek antarkabupaten/kota
dalam provinsi; dan
c. Bupati/ Wali kota, untuk trayek dalam
kabupaten/kota.
4 Persyaratan Durasi sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
Umum Usaha
5 Persyaratan a. Kesanggupan memiliki paling sedikit 1 (satu) unit
Khusus Usaha kapal yang memenuhi persyaratan
teknis/kelaiklautan sesuai peruntukan dan
rencana trayek yang dilayani;
b. Sertifikasi pengawakan;
c. Pemenuhan Standar Pelayanan MinimalKapal
Sungai dan Danau; dan
d. Memiliki personil dengan keahlian di bidang
Angkutan Sungai dan Danau(awak kapal).
6 Sarana Kapal Sungai dan Danau dengan ukuran tonase kotor
sama dengan atau lebih dari Gross Tonnage (GT) 7
yang memenuhi persyaratan teknis/kelaiklautan
dengan spesifikasi teknis kapal sesuai fasilitas
pelabuhan pada trayek yang akan dilayani, dengan
fasilitas minimal sesuai Standar Pelayanan
MinimalAngkutan Sungai dan Danau.
7 Struktur Setiap kapal yang melayani Angkutan Sungai dan
organisasi SDM Danauwajib memiliki awak kapal yang memiliki
dan SDM kompetensi di bidang Angkutan Sungai dan
Danauyang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
8 Pelayanan Angkutan Sungai dan Danau sesuai Standar
Pelayanan MinimalAngkutan Sungai dan
Danausebagai berikut:
a. Keselamatan;
b. Keamanan;
c. Kenyamanan;
d. Kemudahan keterjangkauan;
e. Kehandalan keteraturan; dan/atau
-57-
f. Kesetaraan.
9 Persyaratan
Produk/Proses/ -
Jasa
10 Sistem
Manajemen -
Usaha
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan Menengah Tinggi, untuk pemenuhan terhadap
pengawasan standar dilakukan verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Darat, Gubernur,
Bupati/Wali kota sesuai kewenangannya melalui:
1. Pemeriksaan dokumen;
2. Pemeriksaan fisik;
3. Kunjungan lapangan; dan/atau
STANDAR USAHA
PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN
50214 ANGKUTAN PENYEBERANGAN ANTARPROVINSI UNTUK
PENUMPANG
50215 ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS ANTARPROVINSI
UNTUK PENUMPANG
50216 ANGKUTAN PENYEBERANGAN ANTARKABUPATEN/KOTA
UNTUK PENUMPANG
50217 ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS
ANTARKABUPATEN/KOTA UNTUK PENUMPANG
50218 ANGKUTAN PENYEBERANGAN DALAM KABUPATEN/KOTA
UNTUK PENUMPANG
50219 ANGKUTAN PENYEBERANGAN LAINYA UNTUK PENUMPANG
TERMASUK PENYEBERANGAN ANTARNEGARA
NO
50224 ANGKUTAN PENYEBERANGAN UMUM ANTARPROVINSI UNTUK
BARANG
50225 ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS ANTARPROVINSI
UNTUK BARANG
50226 ANGKUTAN PENYEBERANGAN UMUM
ANTARKABUPATEN/KOTA UNTUK BARANG
50227 ANGKUTAN PENYEBERANGAN PERINTIS
ANTARKABUPATEN/KOTA UNTUK BARANG
50228 ANGKUTAN PENYEBERANGAN UMUM DALAM
KABUPATEN/KOTA UNTUK BARANG
50229 ANGKUTAN PENYEBERANGAN LAINNYA UNTUK BARANG
TERMASUK PENYEBERANGAN ANTARNEGARA
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
kegiatan:
a. 50214 Angkutan Penyeberangan Antarprovinsi
Untuk Penumpang
Kelompok ini mencakup usaha angkutan
penumpang dari 1 (satu) provinsi ke provinsi lain
dengan menggunakan kapal penyeberangan yang
terikat dalam trayek.
-59-
10 Sistem
Manajemen -
Usaha
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan Menengah Tinggi, untuk pemenuhan terhadap
pengawasan standar dilakukan verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Darat, Gubernur,
Bupati/Wali kota sesuai kewenangannya melalui:
1. Pemeriksaan dokumen;
2. Pemeriksaan fisik;
3. Kunjungan lapangan; dan/atau
-65-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN TIDAK BERMOTOR UNTUK PENUMPANG
NO KBLI 49423 ANGKUTAN TIDAK BERMOTOR UNTUK PENUMPANG
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan
usaha pengangkutan penumpang dengan kendaraan
tidak bermotor, seperti angkutan
delman/bendi/andong/dokar, becak, dan sepeda.
Kelompok ini tidak mencakup angkutan tidak
bermotor untuk penumpang di kawasan wisata
(49425).
2 Istilah dan Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan
Definisi yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau
hewan.
3 Penggolongan Standar ini memuat pengaturan yang terkait dengan:
Usaha a. Sepeda;
b. Becak;
c. Kereta Dorong;
d. Kendaraan Tidak Bermotor yang ditarik oleh
tenaga hewanuntuk mengangkut orang.
4 Persyaratan
-
Umum Usaha
5 Persyaratan
-
Khusus Usaha
6 Sarana a. Sepeda
1. Sepedamemiliki ukuran:
a) lebar maksimum 550 (lima ratus lima
puluh) milimeter; dan
b) panjang maksimum 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter.
2. Sepeda harus dilengkapi dengan:
a) Spakborharus memenuhi persyaratan:
1) mampu mengurangi percikan air ke
arah belakang; dan
2) memiliki lebar paling sedikit sama
dengan telapak ban.
-67-
b) Rem harus:
1) harus berfungsi dengan baik untuk
memperlambat dan menghentikan
sepeda; dan
2) Rem paling sedikit dipasang pada roda
penggerak sepeda sesuai dengan
besarnya beban.
b. Becak
1. Becak memiliki ukuran:
a) lebar maksimum 1.500 (seribu lima ratus)
milimeter;
b) tinggi maksimum 1.800 (seribu delapan
ratus) milimeter; dan
c) panjang maksimum 2.800 (dua ribu
delapan ratus) milimeter.
2. Becakharus dilengkapi dengan:
a) sistem suspensi berupa penyangga yang
mampu menahan beban, getaran, dan
kejutan untuk menjamin keselamatan;
b) spakbor harus memenuhi persyaratan:
1) mampu mengurangi percikan air ke
arah belakang; dan
2) memiliki lebar paling sedikit sama
dengan telapak ban.
c) Remharus:
1) berfungsi dengan baik untuk
memperlambat dan menghentikan
becak; dan
2) paling sedikit dipasang pada roda
penggerak becak sesuai dengan
besarnya beban.
c. Kereta dorong
1. Kereta dorong harus memiliki ukuran:
a) lebar maksimum 1.500 (seribu lima ratus)
milimeter;
-68-
9 Persyaratan
Produk/Proses/ -
Jasa
10 Sistem
-
Manajemen
-69-
Usaha
B. Transportasi Laut
STANDAR USAHA
ANGKUTAN LAUT
KBLI 50111 ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI LINER DAN TRAMPER
UNTUK PENUMPANG
KBLI 50121 ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI LINER DAN TRAMPER
UNTUK PENUMPANG
KBLI 50131 ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI UNTUK BARANG UMUM
KBLI 50141 ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI UNTUK BARANG UMUM
KBLI 50114 ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI PERINTIS UNTUK
NO PENUMPANG
KBLI 50134 ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI PERINTIS UNTUK
BARANG
KBLI 50133 ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI UNTUK BARANG KHUSUS
KBLI 50142 ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI UNTUK BARANG KHUSUS
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
membentuk dan/atau menunjuk tim
pengawas untuk melakukan pemeriksaan
-80-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur Sipil
Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis palinglambat 3 (tiga) hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala dengan
kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan
dan menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
pelaku usaha.
4. Pelaksana pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
-81-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
-82-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN LAUT PELAYARAN RAKYAT
c. Pengawasan
1. Pemerintah Daerah melaksanakan
Pengawasan perizinan berusaha.
2. Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pengawasan sebagaimana dimaksud
pada angka 1, membentuk dan/atau
menunjuk tim pengawas untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan
standar usaha melalui mekanisme
Pengawasan.
-87-
d. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur
Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada angka 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai
tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis palinglambat 3 (tiga) hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang
diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala dengan
kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan
dan menyampaikan kesimpulan;
dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
4. Pelaksana Pengawasan dalam
melakukan Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
-88-
e. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan
yang disediakan oleh pemerintah daerah.
-89-
STANDAR USAHA
TALLY MANDIRI
NO KBLI 52298 AKTIVITAS TALLY MANDIRI
1. Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait
dengan aktivitas: menghitung, mengukur,
menimbang dan membuat catatan mengenai
muatan, untuk kepentingan pemilik muatan dan
atau pengangkut. Termasuk kegiatan tally
mandiri di pelabuhan.
2. Definisi 1. Kegiatan Tally adalah kegiatan usaha
menghitung, mengukur, menimbang dan
membuat catatan mengenai muatan, untuk
kepentingan pemilik muatan dan/atau
pengangkut.
2. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi
lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan di bawah permukaan air, serta
alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah
3. Barang adalah semua jenis komoditi
termasuk hewan yang dibongkar/dimuat dari
dan ke kapal.
4. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan/ atau perairan dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/
atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra- dan
-90-
antarmoda transportasi.
5. Terminal adalah fasilitas Pelabuhan yang
terdiri atas kolam sandar dan tempat Kapal
bersandar atau tambat, tempat
penumpukan, tempat menunggu dan naik
turun penumpang, dan/atau tempat bongkar
muat barang.
6. Peti Kemas (Cargo Container) adalah peti
kemas kotak yang memenuhi persyaratan
teknis sesuai dengan standar internasional
(international standard organization), sebagai
alat atau perangkat pengangkut barang.
7. Penyedia jasa tally adalah perusahaan tally
Berbadan Hukum Indonesia yang didirikan
khusus untuk menyelenggarakan dan
mengusahakan kegiatan tally pada kegiatan
bongkar muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan yang bersifat independen.
8. Pengguna jasa tally adalah pemilik muatan
dan/atau pengangkut serta pihak lain yang
memerlukan jasa pelayanan menghitung,
mengukur, menimbang dan membuat
catatan terhadap barangnya dan/atau
barang yang diangkutnya.
9. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan,
serta pelindungan lingkungan maritim.
10. Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah
perusahaan angkutan laut berbadan hukum
Indonesia yang melakukan kegiatan
angkutan laut di dalam wilayah perairan
Indonesia dan/atau dari dan ke pelabuhan
di luar negeri.
11. Dokumen tally adalah dokumen yang berisi
tentang jenis muatan, jenis kemasan, kondisi
-91-
B. Kualifikasi SDM
1. Kualifikasi SDM untuk penanaman
modal dalam negeri yaitu Memiliki
tenaga ahli berkewarganegaraan
Indonesia, dengan syarat minimal,
Paling sedikit 1 (satu) orang dengan
kualifikasi Ahli Nautika Tk III, atau D III
ahli kepelabuhanan dan Pelayaran atau
transportasi laut atau sederajat, untuk
perusahaan yang melakukan kegiatan
Tally Mandiri di pelabuhan utama dan
pelabuhan pengumpul;
2. Kualifikasi SDM untuk penanaman
modal asing, yaitu :
a. Paling sedikit 1 (satu) orang dengan
kualifikasi Ahli Nautika Tk III, atau
D III ahli kepelabuhanan dan
Pelayaran atau transportasi laut
yang diseterakan atau sederajat,
untuk perusahaan yang melakukan
kegiatan Tally Mandiri di pelabuhan
utama dan pelabuhan pengumpul;
b. Fasih berbahasa Indonesia baik
lisan dan tulisan dan bisa
berkomunikasi dengan Bahasa
daerah setempat.
8. Pelayanan Pelayanan Tally Mandiri:
a. menghitung;
b. mengukur;
c. menimbang; dan
d. membuat catatan mengenai muatan untuk
kepentingan pemilik muatan dan/atau
pengangkut.
9. Persyaratan a. Melaksanakan kegiatan usaha Tally Mandiri
Produk/Proses/Jasa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh
-97-
Pemerintah;
b. Menerapkan prinsip-prinsip keadilan,
kesetaraan dan hidup berdampingan
(coexistence), serta prinsip efektifitas
pelayanan dengan prinsip saling
menguntungkan antar para pelaku usaha di
pelabuhan;
c. Memenuhi standar kinerja pelayanan kapal
dan barang yang telah ditetapkan oleh
penyelenggara pelabuhan;
d. Menggunakan peralatan Tally Mandiri yang
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
e. Memiliki surat penunjukan dari pemberi
kerja kepada pelaksana tally mandiri.
10. Sistem Manajemen a. Perusahaan tally mandiriyang melaksanakan
Usaha kegiatan usaha tally mandiri wajib memiliki
sistem manajemen usaha yang terstandar
dan menerapkan dalam organisasi
perusahaan;
b. Sistem manajemen usaha sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu), minimal
mencakup:
1. perizinan;
2. organisasi;
3. persyaratan tenaga ahli;
4. tanggung jawab manajemen usaha tally
mandiri;
5. program pembekalan dan
pengembangan pengetahuan sumber
daya manusia yang akan ditempatkan;
6. verifikasi, internal audit, dan tinjauan
manajemen;
7. kesiapan menangani keadaan darurat;
8. pelaporan dan analisa ketidaksesuaian
dan perselisihan yang timbul;
-98-
b. Pengawasan
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur
Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a. Inspektur;
b. Auditor;
c. Surveyor; atau
d. Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai
tugas:
a. menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) Hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b. menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c. menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang
diperiksa;
d. melakukan pemeriksaan atas
-100-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan
yang disediakan oleh pemerintah daerah.
-101-
STANDAR USAHA
PERAWATAN DAN PERBAIKAN KAPAL
NO KBLI 33151 REPARASI KAPAL, PERAHU DAN BANGUNAN TERAPUNG
1. Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait
dengan aktivitas: jasa reparasi dan perawatan alat
angkutan dalam golongan 301, seperti jasa reparasi
dan perawatan kapal, perahu, kapal pesiar, kapal
atau perahu untuk keperluan rekreasi dan
olahraga dan sejenisnya. Termasuk usaha jasa
reparasi dan perawatan dan modifikasi bangunan
lepas pantai.
2. Definisi 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya,
ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan
yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di
bawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah.
2. Perawatan kapal adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis
terhadap peralatan permesinan, peralatan
bantu, pekerjaan bangunan, ruang-ruangan,
dek dan lambung kapal diatas garis air
sehingga mencapai hasil/ kondisi yang dapat
diterima dan diinginkan.
3. Perbaikan kapal adalah perubahan yang
mengakibatkan penggunaan alat dapat lebih
lama yang dilakukan karena telah terjadi
kerusakan atau penurunan kualitas peralatan
permesinan, peralatan bantu, pekerjaan
bangunan, ruang-ruangan, dek dan lambung
kapal diatas garis air.
4. Floating repair pemeliharaan dilakukan dalam
keadaan kapal terapung diatas air, yang
diutamakan pekerjaan permesinan, peralatan
-102-
B. Kualifikasi SDM
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur
Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) hari
-112-
d. SaluranPengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
-113-
STANDAR USAHA
ANGKUTAN PERAIRAN PELABUHAN
KBLI 50112ANGKUTAN LAUT PERAIRAN PELABUHAN DALAM
NEGERI UNTUKPENUMPANG
NO KBLI 50132 ANGKUTAN LAUT PERAIRAN PELABUHAN DALAM
NEGERI UNTUKBARANG
1. Ruang lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan
terkait dengan aktivitas:
a. pengangkutan penumpang melalui laut
pada pelabuhan-pelabuhan yang belum
memiliki fasilitas lengkap, dengan
menggunakan angkutan perairan
pelabuhan (rede transport) sebagai
penghubung dari dermaga (pelabuhan)
ke kapal atau sebaliknya, dari kapal
utama ke kapal lainnya di perairan
pelabuhan atau sebaliknya, dan/atau
dari dermaga dan/atau kapal ke
bangunan/instalasi di perairan laut
atau sebaliknya;
b. pengangkutan barang melalui laut pada
pelabuhan-pelabuhan yang belum
memiliki fasilitas lengkap, dengan
menggunakan angkutan perairan
pelabuhan (rede transport) sebagai
penghubung dari dermaga (pelabuhan)
ke kapal atau sebaliknya, dari kapal
utama ke kapal lainnya di perairan
pelabuhan atau sebaliknya, dan/atau
dari dermaga dan/atau kapal ke
bangunan/instalasi di perairan laut
atau sebaliknya.
-114-
perusahaan;
3. Tenaga ahli, tugas dan tanggung
jawabnya adalah sebagai penyelia
terselenggaranya kegiatan
Angkutan Perairan Pelabuhan
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang
Angkutan Perairan Pelabuhan;
4. Tenaga kerja, tugas dan tanggung
jawabnya adalah melaksanakan
kegiatan sesuai dengan
keterampilan / kompetensi yang
sesuai dengan pekerjaannya.
B. Kualifikasi SDM
1. Kualifikasi SDM untuk penanaman
modal dalam negeri yaitu memiliki
tenaga ahli berkewarganegaraan
Indonesia, minimal Ahli Nautika
Tingkat III (ANT-III) atau Ahli
Tehnika Tingkat III (ATT-III) atau
Diploma III Ketatalaksanaan
Angkutan Laut dan
Kepelabuhanan (KALK) atau
Transportasi Laut/Teknik
Perkapalanyang disetarakan sesuai
dengan ketentuan di bidang
pendidikan dan kebudayaan
dengan memiliki pengalaman
minimal 5 (lima) tahun di bidang
pelayaran yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Kerja dari
perusahaan yang bergerak di
bidang pelayaran;
2. Kualifikasi SDM untuk penanaman
modal asing, yaitu :
a. Memiliki tenaga ahli
-121-
berkewarganegaraan
Indonesia, minimal tenaga ahli
paling sedikit 1 (satu) orang
dengan kualifikasi Ahli
Nautika Tk III; atau2 (dua)
orang ahli ketatalaksanaan;
atau Diploma III
Ketatalaksanaan Angkutan
Laut dan Kepelabuhanan
(KALK) atau Transportasi
Laut/Teknik Perkapalan yang
disetarakan sesuai dengan
ketentuan pendidikan dan
kebudayaan, dengan
pengalaman minimal 5 (lima)
tahun di bidangpelayaran
yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan Kerja dari
perusahaan yang bergerak di
bidang pelayaran;
b. Fasih berbahasa Indonesia
baik lisan dan tulisan dan
bisa berkomunikasi dengan
Bahasa daerah setempat.
8. Pelayanan a. Pelayanan Angkutan Perairan
Pelabuhan:
1. dari dermaga ke kapal berlabuh;
2. dari kapal berlabuh ke dermaga;
3. dari kapal berlabuh ke kapal
lainnya.
b. usaha Angkutan Perairan Pelabuhan
meliputi jenis kegiatan angkutan
perairan pelabuhan berupa:
1. Kapal mengangkut barang;
2. Kapal mengangkut penumpang;
3. Kapal mengangkut hewan..
-122-
12. pendokumentasian.
c. Sistem manajemen usaha Angkutan
Perairan Pelabuhan yang dilakukan
perusahaan angkutan perairan
pelabuhan, wajib dilaporkan kepada
Gubernur dan penyelenggara pelabuhan
setempat untuk mendapat persetujuan
sebagai pedoman perusahaan dalam
menjalankan usaha Angkutan Perairan
Pelabuhan;
d. Perusahaan angkutan perairan
pelabuhan wajib menyampaikan
laporan rencana Angkutan Perairan
Pelabuhan dan syahbandar setempat;
e. Perusahaan Angkutan Perairan
Pelabuhan wajib menyampaikan
laporan internal audit dan
pemutakhiran dokumen persyaratan
kepada Gubernur dan penyelenggara
pelabuhan setempat setiap 2 (dua)
tahunan;
f. Perusahaan Angkutan Perairan
Pelabuhan wajib menyampaikan
laporan kegiatannya setiap 6 bulan
kepada Gubernur dan Penyelenggara
Pelabuhan setempat;
g. Laporan kegiatan Angkutan Perairan
Pelabuhan dapat disampaikan melalui
aplikasi dalam jaringan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
h. Perusahaan Angkutan Perairan
Pelabuhan wajib membantu dan
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan
untuk pemeriksaan dan verifikasi.
11. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
-125-
pemenuhan kewajiban;
d. menyusun salinan dari
dokumen dan/ atau
mendokumentasikan secara
elektronik;
e. melakukan pengambilan
sampel dan/atau melakukan
pengujian SOP pelayanan
Angkutan Perairan Pelabuhan;
dan/atau
f. memeriksa lokasi kegiatan
usaha dan prasarana
dan/atau sarana.
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan,
Contact centre 151 atau unit layanan
pengaduan yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
-129-
STANDAR USAHA
AKTIVITAS PENUNJANG ANGKUTAN PERAIRAN LAINNYA
3. Penggolongan Usaha -
-132-
perhubungan laut;
6. Penanaman modal asing untuk usaha
Bongkar Muat Barang dilakukan
sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
usaha penanaman modal.
6. Sarana Usaha Perantara Jual Beli Dan/atau Sewa
Kapal
1. Sarana minimum usaha Perantara Jual
Beli Dan/atau Sewa Kapal yang harus
dimiliki meliputi antara lain:
a. Ruang kantor yang dilengkapi
peralatan dan perlengkapan dengan
sistem pencahayaan dan sirkulasi
udara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. Papan nama terbuat dari bahan aman
dan kuat dengan tulisan yang terbaca
dan terlihat jelas, dan dipasang
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. Ruang penerimaan tamu yang bersih
dan terawat;
d. Instalasi listrik sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-
undangan;
e. Instalasi air bersih sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. Toilet umum pria dan wanita yang
terpisah dengan sirkulasi dan
pencahayaan udara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. Tempat penampungan sampah;
h. Gudang atau tempat penyimpanan
-135-
barang.
2. Fasilitas minimum, adalah peralatan dan
perlengkapan antara lain :
a. Alat keselamatan dan keamanan;
b. Peralatan komunikasi yang terdiri
dari telepon, email, dan fasilitas
internet;
c. Peralatan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) dan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Kondisi Lingkungan usaha adalah kondisi
minimum yang terdapat dalam usaha
Perantara Jual Beli Dan/atau Sewa Kapal
antara lain:
a. Informasi Petunjuk Keselamatan
pekerja;
b. Pencegahan dan penanggulangan
kebakaran atau keadaan darurat
lainnya;
c. Kondisi lingkungan yang aman.
B. Kualifikasi SDM
1. Kualifikasi SDM untuk penanaman
modal dalam negeri yaitu memiliki
tenaga ahli berkewarganegaraan
Indonesia, dengan syarat:
a. Tenaga ahli Warga Negara
Indonesia yaitu tenaga ahli
kenotariatan, keuangan,
hukum arbitrase, hukum
kemaritiman internasional dan
bersertifikat kompetensi profesi
di bidang Ship Brokerdengan
pengalaman 5 (lima) tahun
dibidang perantara jual beli
dan/atau sewa kapal yang
dibuktikan dengan Surat
-137-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada
angka 1, membentuk dan/atau
menunjuk tim pengawas untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan
standar usaha melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada angka 2, dilaksanakan sesuai
-140-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur
Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai
tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga)
Hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas
kepada Pelaku Usaha yang akan
diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang
diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala
dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara
pemeriksaan dan menyampaikan
kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
4. Pelaksana Pengawasan dalam
melakukan Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau
membuat catatan yang
-141-
diperlukan;
b) memperoleh keterangan
dan/atau membuat catatan yang
diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan
pemenuhan kewajiban;
d) menyusun salinan dari dokumen
dan/atau mendokumentasikan
secara elektronik;
e) melakukan pengambilan sampel
dan/atau pengujian SOP
Pelayanan Perantara Jual Beli
dan/atau Sewa Kapal; dan/atau
f) memeriksa lokasi kegiatan usaha
dan prasarana dan/atau sarana.
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan
yang disediakan oleh pemerintah daerah.
-142-
pemilik;
3. kegiatan pekerjaan bawah air yang
diberikan kepada pelaksana kerja
berupa survey bawah air, perawatan,
pemeriksaan dan perbaikan
bangunan dan/atau instalasi di
perairan.
8. Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
9. Sistem Manajemen -
Usaha
10. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT)
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan
Pengawasan melalui Verifikasi oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan
secara elektronik.
Mekanisme verifikasi pemenuhan standar
dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Sertifikat Standar (Self
Declaration dari Pelaku Usaha) yang
yang belum terverifikasi diterbitkan
oleh OSS, Pemohon segera
menyampaikan surat permohonan
verifikasi pemenuhan standar kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
dan mengunggah berkas persyaratan
administrasi dan teknis secara
lengkap dan benar;
2. Berkas persyaratan yang telah
diunggah Pemohon akan diverifikasi
-146-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada
angka 1, membentuk dan/atau
menunjuk tim pengawas untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan
standar usaha melalui mekanisme
-147-
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada angka 2, dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur
Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai
tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga)
hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas
kepada Pelaku Usaha yang akan
diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang
diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala
dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara
pemeriksaan dan menyampaikan
kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
-148-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, atau
melalui email:
[email protected],
Contact Centre 151 atau unit layanan
pengaduan yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
-149-
perundang-undangan;
g. Tempat penampungan sampah;
h. Gudang atau tempat penyimpanan
barang.
2. Fasilitas minimum, adalah peralatan dan
perlengkapan antara lain :
a. Alat keselamatan dan keamanan;
b. Peralatan komunikasi yang terdiri
dari telepon, email, dan fasilitas
internet;
c. Peralatan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) dan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. Peralatan Angkutan Laut yang laik;
e. Peralatan bongkar muat yang laik;
f. Peralatan jasa pengurusan
transportasi yang laik;
g. Peralatan tally mandiri yang laik;
h. Peralatan depo peti kemas yang laik;
i. Peralatan perbaikan dan
pemeliharaan kapal yang laik.
3. Kondisi Lingkungan usaha adalah kondisi
minimum yang terdapat dalam usaha
Penyewaan Peralatan Angkutan Laut atau
Peralatan Jasa Terkait Dengan Angkutan
Laut antara lain:
a. Informasi Petunjuk Keselamatan
pekerja;
b. Pencegahan dan penanggulangan
kebakaran atau keadaan darurat
lainnya;
c. Kondisi lingkungan yang aman.
-157-
C. Kualifikasi SDM
yang timbul;
9. SOP pelayanan penyewaan peralatan
angkutan laut atau peralatan jasa
terkait dengan angkutan laut;
10. prosedur penyampaian keluhan
(complaint) pengguna jasa dan
penanganannya;
11. penetapan suatu sistem perlindungan
terhadap kesehatan, pengobatan,
kesejahteraan dan jaminan sosial;
dan
12. pendokumentasian.
c. Sistem manajemen usahaPenyewaan
Peralatan Angkutan Laut atau Peralatan
Jasa Terkait Dengan Angkutan Laut yang
dilakukan oleh perusahaan Penyewaan
Peralatan Angkutan Laut atau Peralatan
Jasa Terkait Dengan Angkutan Laut, wajib
dilaporkan kepada Gubernur untuk
mendapat persetujuan sebagai pedoman
perusahaan dalam menjalankan
perusahaan penyewaan peralatan
angkutan laut atau peralatan jasa
terkaitdengan angkutan laut dengan
memperhatikan hasil pertimbangan
evaluasi dari penyelenggara pelabuhan
setempat;
d. Perusahaan penyewaan peralatan
angkutan laut atau peralatan jasa terkait
dengan angkutan laut wajib
menyampaikan laporan internal audit dan
pemutakhiran dokumen persyaratan
kepada Gubernur dan penyelenggara
pelabuhan setempat setiap 2 (dua)
tahunan;
-162-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan,
Contact centre 151 atau unit layanan
pengaduan yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
-165-
STANDAR USAHA
BONGKAR MUAT BARANG
NO KBLI 52240 PENANGANAN KARGO (BONGKAR MUAT BARANG)
1. Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait
dengan aktivitas: penanganan bongkar muat barang
kargo dari angkutan darat, angkutan jalan,
angkutan air dan angkutan atas dasar balas jasa
(fee) atau kontrak. Kegiatannya mencakup kegiatan
memuat dan membongkar barang kargo terlepas
dari jenis angkutan yang digunakan, Kegiatan
terminal kargo berikut fasilitas pendukungnya,
kegiatan bongkar muat kapal dan kegiatan bongkar
muat kendaraan dengan kereta gerbong barang.
2. Definisi 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi
lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan di bawah permukaan air, serta
alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
2. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri
atas daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik
turun penumpang, dan/atau bongkar
muat barang, berupa terminal dan
tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra-dan antarmoda
transportasi.
3. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan
-166-
B. Kualifikasi SDM
1. Kualifikasi SDM untuk penanaman modal
dalam negeri yaitu Memiliki tenaga ahli
berkewarganegaraan Indonesia, dengan
syarat minimal:
a. Pelabuhan Utama: ANT II dan/atau
D.III Pelayaran/Transportasi Laut
b. Pelabuhan Pengumpul: ANT III
dan/atau D.III
Pelayaran/Transportasi Laut;
c. Pelabuhan Pengumpan: ANT IV
dan/atau SMA/SMK atau Sederajat
yang memiliki sertifikat ketrampilan;
dengan pengalaman 5 (lima) tahun
dibidang Bongkar Muat Barangyang
dibuktikan dengan Surat Keterangan
Kerja dari perusahaan yang bergerak
di bidang pelayaran atau Bongkar
Muat Barang.
2. Kualifikasi SDM untuk penanaman modal
asing, yaitu memiliki tenaga ahli
berkewarganegaraan Indonesia, dengan
syarat minimal:
a. Pelabuhan Utama: ANT II dan/atau
D.III Pelayaran/Transportasi Laut
yang disetarakan;
b. Pelabuhan Pengumpul:
-174-
atau sebaliknya.
c. Receiving/ Delivery adalah pekerjaan
memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan di
gudang/lapangan penumpukan dan
menyerahkan sampai tersusun di
atas kendaraan di pintu
gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.
2. Menerapkan prinsip-prinsip keadilan,
kesetaraan dan hidup berdampingan
(coexistence), serta prinsip efektifitas pelayanan
dengan prinsip saling menguntungkan antar
para pelaku usaha di pelabuhan;
3. Memenuhi standar kinerja pelayanan kapal dan
barang yang telah ditetapkan oleh
penyelenggara pelabuhan;
4. Menggunakan peralatan Bongkar Muat Barang
yang memenuhi standar sesuai ketentuan yang
berlaku;
5. Memiliki surat penunjukan dari pemberi kerja
kepada pelaksana Bongkar Muat Barang.
10. Sistem Manajemen a. Perusahaan Bongkar Muat Barangyang
Usaha melaksanakan kegiatan usaha Bongkar Muat
Barangwajib memiliki sistem manajemen usaha
yang terstandar dan menerapkan dalam
organisasi perusahaan.
b. Sistem manajemen usaha sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu), minimal
mencakup:
1. perizinan;
2. organisasi;
3. persyaratan tenaga ahli;
4. tanggung jawab manajemen usaha
bongkar muat barang;
5. program pembekalan dan pengembangan
-176-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
-180-
STANDAR USAHA
JASA PENGURUSAN TRANSPORTASI
NO KBLI 52291 JASA PENGURUSAN TRANSPORTASI (JPT)
1. Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait
dengan aktivitas: pengiriman dan atau pengepakan
barang dalam volume besar, melalui angkutan
kereta api, angkutan darat, angkutan laut maupun
angkutan udara.
2. Definisi 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya,
ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan
yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di
bawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah.
2. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat
yang dapat terbang di atmosfer karena gaya
angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena
reaksi udara terhadap permukaan bumi yang
digunakan untuk penerbangan.
3. Kereta Api adalah sarana perkeretaapian
dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana
perkeretaapian lainnya yang akan ataupun
sedang bergerak di jalan rel yang terkait
dengan perjalanan kereta api.
4. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan
yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain kendaraan yang berjalan
di atas rel.
5. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan/ atau perairan dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal
-181-
B. Kualifikasi SDM
1. Kualifikasi SDM untuk penanaman modal
dalam negeri yaitu Memiliki tenaga ahli
berkewarganegaraan Indonesia, dengan
syarat minimal, Memiliki tenaga kerja ahli
WNI berijazah minimum D-III Pelayaran/
Maritim / Penerbangan/ Transportasi/
IATA Diploma/ FIATA Diploma, S-l
Logistik atau sertifikat kompetensi profesi
di bidang forwarder atau manajemen
supply chain atau sertifikat ahli
kepabeanan atau kepelabuhanan
(alternatif atau kumulatif) dengan
pengalaman 5 (lima) tahun dibidang Jasa
Pengurusan Transportasi;
2. Kualifikasi SDM untuk penanaman modal
asing, yaitu :
a. memiliki tenaga ahli
berkewarganegaraan indonesia,
dengan syarat minimal, Memiliki
tenaga kerja ahli WNI berijazah
minimum D-III Pelayaran/ Maritim /
Penerbangan/ Transportasi/ IATA
-189-
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala dengan
kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan
dan menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
4. Pelaksana Pengawasan dalam melakukan
Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
b) memperoleh keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) menyusun salinan dari dokumen
dan/ atau mendokumentasikan
secara elektronik;
e) melakukan pengambilan sampel
dan/atau melakukan pengujian SOP
pelayanan usaha Jasa Pengurusan
Transportasi; dan/atau
f) memeriksa lokasi kegiatan usaha
dan prasarana dan/atau sarana.
-195-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
-196-
STANDAR USAHA
DEPO PETI KEMAS
NO KBLI 52109 PERGUDANGAN DAN PENYIMPANAN LAINNYA
1 Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait
dengan aktivitas pergudangan dan penyimpanan
lainnya yang belum tercakup dalam kelompok
52101 s.d. 52108. Termasuk kegiatan depo peti
kemas yang melakukan penyimpanan dan/atau
penumpukan peti kemas, dan dapat dilengkapi
dengan fasilitas lain.
2 Definisi 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya,
ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan
yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di
bawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-
pindah
2. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan/ atau perairan dengan batas-
batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/ atau
bongkar muat barang, berupa terminal dan
tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra- dan
antarmoda transportasi
3. Terminal adalah fasilitas Pelabuhan yang
terdiri atas kolam sandar dan tempat Kapal
bersandar atau tambat, tempat penumpukan,
tempat menunggu dan naik turun
penumpang, dan/atau tempat bongkar muat
barang.
-197-
3. Penggolongan Usaha -
4. Persyaratan Umum a. Persyaratan yang disesuaikan dengan
Usaha ketentuan Lembaga OSS;
b. Memiliki bukti kepemilikan tempat
usaha/sewa minimal selama 2 (dua) tahun,
peralatan kantor, sarana dan prasarana
internet, serta peralatan keselamatan;
c. Durasi waktu pemenuhan perizinan berusaha
-199-
a. Paving;
b. Aspal; atau
c. Beton/concrete.
4) Memiliki peralatan antara lain:
a. 1 (satu) unit reach stacker;
b. 1 (satu) unit top loader;
c. 1 (satu) unit side loader;
d. 1 (satu) unit forklift; dan/atau
e. Fasilitas perbaikan dan
perawatan peti kemas yang
memenuhi persyaratan.
jenis, jumlah dan kapasitas
peralatan disesuaikan dengan
kegiatan usaha Depo Peti Kemas.
5) Penanaman modal asing untuk
usaha Depo Peti Kemas dilakukan
sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
usaha penanaman modal.
6. Sarana Usaha Depo Peti Kemas, harus memiliki
1. Sarana minimum usaha Depo Peti Kemas
yang harus dimiliki meliputi antara lain:
a. Ruang kantor yang dilengkapi peralatan
dan perlengkapan dengan sistem
pencahayaan dan sirkulasi udara sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Papan nama terbuat dari bahan aman
dan kuat dengan tulisan yang terbaca
dan terlihat jelas, dan dipasang sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. Ruang penerimaan tamu yang bersih
dan terawat;
d. Instalasi listrik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
-203-
B. Kualifikasi SDM
1. Kualifikasi SDM untuk penanaman
modal dalam negeri yaitu tenaga ahli
paling sedikit 1 (satu) orang dengan
kualifikasi Ahli Nautika Tk III, atau 2
(dua) orang ahli ketatalaksanaan atau
transportasi laut berijazah Diploma III
atau 2 (dua) orang ahli yang sederajat
dengan pengalaman kerja paling sedikit 5
(lima) tahun dalam pengelolaan Depo Peti
Kemas;
2. Kualifikasi SDM untuk penanaman
modal asing, memiliki :
a. Tenaga ahli paling sedikit 1 (satu)
orang dengan kualifikasi Ahli
Nautika Tk III; atau2 (dua) orang ahli
ketatalaksanaan; atau Diploma III
Transportasi laut yang disetarakan
sesuai dengan ketentuan; atau
b. 2 (dua) orang ahli yang sederajat
yang disetarakan sesuai dengan
ketentuan dengan pendidikan
tinggi;dengan pengalaman kerja
paling sedikit 5 (lima) tahun dalam
pengelolaan Depo Peti Kemas;
c. Fasih berbahasa Indonesia baik
lisan dan tulisan dan dapat
berkomunikasi dengan Bahasa
daerah setempat.
8. Pelayanan Pelayanan Depo Peti Kemas:
a. penyimpanan dan/atau penumpukan peti
kemas;
b. pembersihan atau pencucian, perawatan, dan
perbaikan peti kemas;
c. kegiatan konsolidasi bongkar (stripping) atau
muat (stuffing) barang dari dan ke dalam peti
-206-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur
Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai
tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang
diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala dengan
kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan
dan menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
4. Pelaksana Pengawasan dalam melakukan
Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
b) memperoleh keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) menyusun salinan dari dokumen
-211-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
-212-
STANDAR USAHA
KEAGENAN KAPAL
NO KBLI 52297 JASA KEAGENAN KAPAL/AGEN PERKAPALAN PERUSAHAAN
PELAYARAN
1 Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait
dengan aktivitas mengurus kepentingan kapal
perusahan angkutan laut asing dan/atau kapal
perusahaan angkutan laut nasional selama berada
di Indonesia, mencakup pelaporan rencana dan
realisasi kedatangan dan keberangkatan kapal,
pengurusan jasa kepelabuhan, penunjukan
perusahaan bongkar muat, penyelesaian dokumen
kapal, pembukuan dan pencairan muatan,
penerbitan konosemen untuk dan atas nama pemilik
kapal, penyelesaian pengisian bunker bahan bakar
minyak dan air tawar, serta pemenuhan kebutuhan
perlengkapan dan perbekalan, dan pelaksanaan
kegiatan lainnya yang disepakati pemiliki kapal atau
operator kapal dengan pelaksana kegiatan keagenan
kapal.
2 Definisi 1. Perusahaan Angkutan Laut Nasional adalah
perusahaan angkutan laut berbadan hukum
Indonesia yang melakukan kegiatan angkutan
laut di dalam wilayah perairan Indonesia
dan/atau dari dan ke pelabuhan di luar
negeri.
2. Perusahaan Angkutan Laut Asing adalah
perusahaan angkutan laut berbadan hukum
asing yang kapalnya melakukan kegiatan
angkutan laut ke dan dari pelabuhan atau
terminal khusus Indonesia yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri dari dan ke pelabuhan
luar negeri.
3. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
-213-
mencakup:
a. perizinan;
b. organisasi;
c. persyaratan tenaga ahli;
d. tanggung jawab manajemen usaha
Keagenan Kapal;
e. program pembekalan dan pengembangan
pengetahuan sumber daya manusia yang
akan ditempatkan;
f. verifikasi, internal audit, dan tinjauan
manajemen;
g. kesiapan menangani keadaan darurat
kapal yang diageninya;
h. pelaporan dan analisa ketidaksesuaian
dan perselisihan yang timbul;
i. SOP pelayanan Keagenan Kapal;
j. prosedur penyampaian keluhan
(complaint) pemilik/operator
kapal/perusahaan angkutan laut asing
dan perusahaan angkutan laut
nasional/agen umum dan penanganannya;
k. penetapan suatu sistem perlindungan
terhadap kesehatan, pengobatan,
kesejahteraan dan jaminan sosial; dan
l. pendokumentasian.
3. Sistem manajemen usaha Keagenan Kapal yang
dilakukan perusahaan Keagenan Kapal, wajib
dilaporkan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal Perhubungan Laut untuk mendapat
persetujuan sebagai pedoman perusahaan
dalam menjalankan usahaKeagenan Kapal.
4. Perusahaan Keagenan Kapal wajib
menyampaikan laporan internal audit dan
pemutakhiran dokumen persyaratan kepada
Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut setiap 2 (dua) tahunan.
-220-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur Sipil
-222-
Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) Hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala dengan
kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan
dan menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
4. Pelaksana Pengawasan dalam melakukan
Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
b) memperoleh keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) menyusun salinan dari dokumen
dan/atau mendokumentasikan secara
elektronik;
e) melakukan pengambilan sampel
dan/atau melakukan pengujian SOP
-223-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, Contact
centre 151 atau unit layanan pengaduan yang
disediakan oleh pemerintah daerah.
-224-
STANDAR USAHA
PENGELOLAAN KAPAL (SHIP MANAGEMENT)
NO KBLI 52225 AKTIVITAS PENGELOLAAN KAPAL
1 Ruang Lingkup Standar usaha ini memuat pengaturan terkait
dengan aktivitas kegiatan jasa pengelolaan
kapal di bidang teknis kapal meliputi
perawatan, persiapan docking, penyediaan suku
cadang, perbekalan, pengawakan, pengurusan
asuransi dan pengurusan sertifikasi kelautan
kapal.
2 Definisi 1. Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan
yang menurut kegiatannya melayani
kegiatan angkutan laut.
2. Angkutan Laut Dalam Negeri adalah
kegiatan angkutan laut yang dilakukan di
wilayah perairan Indonesia yang
diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan laut nasional.
3. Angkutan Laut Luar Negeri adalah
kegiatan angkutan laut dari pelabuhan
atau terminal khusus yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri ke pelabuhan luar
negeri atau dari pelabuhan luar negeri ke
pelabuhan atau terminal khusus Indonesia
yang terbuka bagi perdagangan luar negeri
yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan laut.
4. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
dan jenis tertentu yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi
lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk
kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan di bawah permukaan air, serta
alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
-225-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur
Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai
tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) Hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan
diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang
diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala
dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara
pemeriksaan dan menyampaikan
kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
4. Pelaksana Pengawasan dalam
melakukan Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau
membuat catatan yang
diperlukan;
b) memperoleh keterangan
dan/atau membuat catatan yang
-238-
diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan
pemenuhan kewajiban;
d) menyusun salinan dari dokumen
dan/ atau mendokumentasikan
secara elektronik;
e) melakukan pengambilan sampel
dan/atau melakukan pengujian
SOP pelayanan Pengelolaan
Kapal; dan/atau
f) memeriksa lokasi kegiatan usaha
dan prasarana dan/atau sarana.
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan,
Contact centre 151 atau unit layanan
pengaduan yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
-239-
STANDAR USAHA
PELAYANAN KEPELABUHANAN LAUT (BADAN USAHA PELABUHAN)
10. Sistem -
Manajemen
Usaha
11. Penilaian a. Menengah Rendah (MR)
Kesesuaian dan Verifikasi dilakukan pada saat Pengawasan,
Pengawasan setelah terbitnya Sertifikat Standar terhadap
Standar Usaha Kepelabuhanan Laut (Badan
Usaha Pelabuhan) dari OSS.
b. Pengawasan
1. Otoritas Pelabuhan, Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara
Pelabuhan Pemerintah, atau Unit
Penyelenggara Pelabuhan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan Pengawasan terhadap kegiatan
pengoperasian Pelabuhan dan/atau
Terminal dan dilaporkan setiap bulan
kepada Direktur Jenderal, gubernur, atau
bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur Sipil
Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
-247-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, Contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-248-
STANDAR USAHA
PENGERUKAN DAN REKLAMASI
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, Contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-256-
STANDAR USAHA
PEREKRUTAN DAN PENEMPATAN AWAK KAPAL DALAM NEGERI
STANDAR USAHA
PEREKRUTAN DAN PENEMPATAN AWAK KAPAL LUAR NEGERI
(leave pay);
11. pemulangan (repatriation);
12. jumlah jam kerja dan jam istirahat;
13. asuransi, jaminan kesehatan, dan fasilitas
keselamatan kerja yang wajib ditanggung
oleh pemilik/operator kapal;
14. pemutusan Perjanjian Kerja Laut;
15. referensi nomor Kesepakatan Kerja
Bersama (KKB),jika ada; dan
16. ketentuan lain yang diatur dalam
peraturan nasional dan/atau
internasional, jika ada.
d. Selain berpedoman pada ketentuan
sebagaimana dimaksud pada butir 3, isi PKL
wajib menjamin:
1. hak-hak pelaut sesuai isi perjanjian kerja
laut yang telah ditandatangani oleh para
pihak; dan
2. semua proses perawatan medis dan
pengobatan terhadap pelaut yang cedera
atau sakit selama dalam masa kontrak
kerja sesuai batasan dalam PKL.
e. Perjanjian Kerja Laut untuk penempatan pelaut
pada kapal berbendera asing wajib dibuat
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
f. Pelaut yang berangkat mandiri untuk
melakukan tugas kerja di atas kapal, tanpa
melalui perusahaan keagenan awak kapal wajib
mempunyai kesepakatan kerja.
g. Salinan Perjanjian Kerja Laut/kesepakatan
kerja wajib dimiliki oleh para pihak.
h. menjamin hak-hak pelaut sesuai isi perjanjian
kerja laut yang telah ditandatangani oleh para
pihak;
i. menjamin semua proses perawatan medis dan
pengobatan terhadap pelaut yang cedera atau
-274-
manajemen;
9. kesiapan menangani keadaan darurat;
10. pelaporan dan analisa ketidaksesuaian dan
perselisihan yang timbul;
11. prosedur penyampaian keluhan
(complaint) pelaut dan penanganannya;
12. penetapan suatu sistem perlindungan
terhadap kesehatan, pengobatan,
kesejahteraan dan jaminan sosial; dan
13. pendokumentasian.
c. Sistem manajemen mutu keagenan awak kapal
yang dimiliki oleh perusahaan angkutan laut
atau perusahaan keagenan awak kapal, wajib
dilaporkan kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut untuk mendapat
persetujuan sebagai pedoman perusahaan
dalam menjalankan perusahaan keagenan
awak kapal.
d. Perusahaan keagenan awak kapal wajib
menyampaikan laporan internal audit kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut sebelum
dilaksanakan verifikasi tahunan.
e. Pemilik kapal dan/atau perusahaan keagenan
awak kapal wajib membantu dan menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
dan verifikasi.
11. Penilaian a. Menengah Tinggi(MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan
Pengawasan melalui Verifikasi oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan
secara elektronik.
-276-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
membentuk dan/atau menunjuk tim
pengawas untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pengawasan
dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) Hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala dengan
kondisi lapangan;
-278-
kewajiban-kewajiban dan/atau
tanggung jawab nya setelah diberikan
sanksi pembekuan sementara izin
usaha perusahaan keagenan awak
kapal.
e. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, melalui email:
[email protected], Contact Centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-281-
STANDAR USAHA
JASA KLASIFIKASI KAPAL
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Aparatur Sipil
Negara.
2. Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf a
terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Profesi Bersertifikat sebagaimana
dimaksud pada butir 1 (satu) huruf b,
ditunjuk oleh pemerintah terhadap
pelaksanaan pemenuhan standar yang
bersifat teknis dan memerlukan
kompetensi khusus tertentu, melalui
perjanjian kerjasama, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan
tertulis paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada
Pelaku Usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan
kepada Pelaku Usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas
kesesuaian laporan berkala dengan
kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan
dan menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi
Pelaku Usaha.
5. Pelaksana Pengawasan dalam melakukan
Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau
-289-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, Contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-290-
STANDAR USAHA
JASA KONSULTANSI TRANSPORTASI (MANAJEMEN KEAMANAN PELABUHAN)
manajemen;
9. pelaporan dan analisa ketidaksesuaian
manajemen Recognized Security
Organization.
c. Sistem manajemen mutu Recognized Security
Organization, wajib dilaporkan kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Laut.
d. Recognized Security Organization
menyampaikan laporan internal audit kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
e. Recognized Security Organization wajib
membantu dan menyediakan fasilitas yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan dan verifikasi.
11. Penilaian a. Menengah Tinggi(MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan Verifikasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan
secara elektronik.
Mekanisme verifikasi pemenuhan standar
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Berdasarkan Sertifikat Standar (Self
Declaration dari Pelaku Usaha) yang belum
terverifikasiyang diterbitkan oleh OSS,
Pemohon segera menyampaikan surat
permohonan verifikasi pemenuhan standar
kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut cq Direktorat Kesatuan Penjagaan
Laut dan Pantai, dan mengunggah berkas
persyaratan administrasi dan teknis secara
lengkap dan benar ke Aplikasi SEHATI;
2. Berkas persyaratan yang telah
-295-
d. SALURAN PENGADUAN
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, melalui email:
[email protected], Contact Centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-298-
C. Transportasi Udara
KBLI 30300
NO
Industri Pesawat Terbang Sipil dan Perlengkapannya
1 Ruang lingkup Standar ini mencakup usaha pembuatan atau perakitan
dan modifikasi pesawat terbang untuk penumpang atau
barang, seperti pesawat terbang bermesin jet, pesawat
terbang propeller, helikopter, balon udara, dan pesawat
layang yang digunakan untuk kepentingan penerbangan
sipil.
2 Definisi: 1. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang
dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari
reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara
terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk
penerbangan.
2. Pesawat Terbang adalah Pesawat Udara yang lebih
berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat terbang
dengan tenaga sendiri.
3. Helikopter adalah Pesawat Udara yang lebih berat
dari udara, bersayap putar yang rotornya
digerakkan oleh mesin.
4. Kelaikudaraan adalah terpenuhinya persyaratan
desain tipe pesawat udara dan dalam kondisi aman
untuk beroperasi.
5. Organisasi yang Melakukan Kegiatan Rancang
Bangun Pesawat Udara, Mesin Pesawat Udara, dan
Baling-Baling Pesawat Udara adalah organisasi yang
bertanggung jawab atas rancang bangun Pesawat
Udara, mesin Pesawat Udara, baling-baling Pesawat
Udara termasuk komponennya, serta kegiatan
(alteration) perubahan atau perbaikan (repair).
-299-
masih berlaku;
2) surat dukungan dari perusahaan Indonesia
(Letter of Intern/Memorandum of Understanding);
3) mengisi formulir permohonan organisasi rancang
bangun, formulir persiapan aplikasi (pre-
application statement of intent), formulir rancang
bangun – kualifikasi dan pengalaman dari
manajemen personel (design organization
approval - qualifications and experience of
management personnel), Formulir Sertifikasi
Design Organization Approval checklist/daftar
capaian (Design Organization Approvalcertification
checklistschedule of events);
4) Design Organization Manual (DOM), prosedur tier-
2, form, dan flowchartterkait rancang bangun;
5) hasil internal audit pada fase sertifikasi DOA;
6) hasil internal training pada fase sertifikasi;
7) dokumen rancang bangun produk sertifikasi
Pesawat Udara;
8) formulir permohonan untuk sertifikasi tipe,
sertifikat produksi, atau modifikasi sertifikat tipe
(application for type certificate, production
certificate, or supplement type certificate)
dan/atau formulir permohonan untuk
persetujuan modifikasi dan perbaikan besar
(application for approval of modification and major
repair) sesuai dengan kelas Design Organization
Approval/DOA yang diaplikasi; dan
9) Safety Management Manual yang telah disetujui.
c. untuk mendapatkan Sertifikat Organisasi Yang
Melakukan Kegiatan Rancang Bangun Pesawat
Udara, Mesin Pesawat Udara, dan Baling-Baling
Pesawat Udara (Design Organization Approval),
pemohon wajib:
1) mendemonstrasikan kemampuannya sesuai
dengan jenis kelas sertifikat yang diajukan;
-303-
lingkungan.
8 Pelayanan Pelayanan yang dilakukan oleh Organisasi yang
Melakukan Kegiatan Rancang Bangun Pesawat Udara,
Mesin Pesawat Udara berdasarkan dengan kelas
sertifikat yang dimiliki (sesuai dengan penggolongan
usaha).
9 Persyaratan Jasa Organisasi yang Melakukan Kegiatan Rancang Bangun
Pesawat Udara, Mesin Pesawat Udara harus dapat
menunjukan kemampuan untuk dapat memperoleh
sertifikat tipe (type certificate), sertifikat tipe tambahan
(supplemental type certificate), alteration and/or design
approval, TSO Authorisation untuk auxiliary power unit,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai kelaikudaraan pesawat udara.
10 Sistem -
Manajemen
Usaha
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian dan Menengah Tinggi (MT) - Pemenuhan terhadap
Pengawasan standar dilakukan melalui verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Udara.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1) pemeriksaan dokumen;
2) pemeriksaan fisik;
3) kunjungan lapangan; dan/atau
4) autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1) Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan pendelegasian
kewenangannya.
2) Direktur Jenderal Perhubungan Udara
menunjuk Inspektur Penerbangan untuk
melakukan pengawasan sesuai dengan
kewenangannya.
-305-
pesawat udara.
3. Penggolongan Penggolongan perizinan berusaha Angkutan Udara niaga
Usaha berjadwal didasarkan atas sifat kegiatannya.
a. Angkutan Udara niaga berjadwal dalam/luar negeri
untuk penumpang, penumpang dan Kargo; dan
b. Angkutan udara niaga berjadwal dalam/luar negeri
khusus Kargo.
4. Persyaratan a. Persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan
Umum Usaha yang diatur dalam OSS.
b. Berbentuk Badan Hukum Indonesia yang seluruh
atau sebagian besar modalnya, harus dimiliki oleh
badan hukum Indonesia atau warga negara
Indonesia. Dalam hal modal badan usaha angkutan
udara niaga nasional yang dimiliki oleh badan
hukum Indonesia atau warga negara Indonesia
terbagi atas beberapa pemilik modal, salah satu
pemilik modal nasional harus tetap lebih besar dari
keseluruhan pemilik modal asing (single majority).
c. Durasi pemenuhan sesuai ketentuan Lembaga OSS.
5 Persyaratan a. Setiap pemohon perizinan berusaha harus memiliki
Khusus Usaha rencana usaha (business plan) untuk kurun waktu
minimal 5 (lima) tahun yang telah terverifikasi paling
sedikit memuat:
1) jenis dan jumlah pesawat udara yang akan
dioperasikan (karakteristik dan spesifikasi
pesawat, cara perolehan, jumlah kebutuhan
pesawat, utilisasi pesawat udara);
2) rencana pusat kegiatan operasi penerbangan
(operation base) dan rencana rute penerbangan;
3) rencana kebutuhan SDM yang terdiri dari
manajemen, teknisi dan personel pesawat udara;
dan
4) aspek ekonomi dan keuangan.
b. Apabila Badan Usaha Angkutan Udara melakukan
perubahan rute lebih dari 10% (sepuluh perseratus)
dalam perizinan berusaha bagi badan usaha
-309-
b) rute penerbangan;
c) rencana kebutuhan SDM yang terdiri dari
manajemen, teknisi dan personel pesawat
udara; dan
d) aspek ekonomi dan keuangan.
g. Untuk mengajukan perubahan data administrasi
Angkutan Udara Niaga Berjadwal, Badan Usaha
Angkutan Udara wajib memenuhi persyaratan
berupa:
1) perubahan data administrasi; dan
2) tanda bukti modal yang disetor (jika ada
perubahan modal dasar dan modal disetor).
h. Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal
memiliki sertifikat operator pesawat udara (air
operator certificate) sesuai ketentuan peraturan
keselamatan penerbangan sipil sebelum melakukan
pengoperasian.
i. Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal
wajib memenuhi ketentuan keselamatan, keamanan
dan pelayanan penerbangan
j. Dalam hal melakukan pengangkutan barang
berbahaya, wajib memenuhi standar keselamatan
pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat
udara
k. Pelaksanaan kegiatan angkutan udara dilaksanakan
berdasarkan persetujuan rute penerbangan dari
Menteri Perhubungan.
l. Dalam hal pelaksanaan penerbangan dilakukan
diluar ketentuan persetujuan rute penerbangan,
maka pelaksanakan penerbangan dilaksanakan
berdasarkan persetujuan terbang (flight approval)
sesuai dengan ketentuan.
m. Menerapkan tarif untuk pelayanan kelas ekonomi
angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6 Sarana a. Angkutan udara niaga berjadwal untuk mengangkut
-312-
keamanan penerbangan.
5) Dalam hal melakukan pengangkutan barang
berbahaya, wajib memenuhi standar keselamatan
pengangkutan barang berbahaya dengan pesawat
udara.
6) Pelaksanaan kegiatan angkutan udara dilaksanakan
berdasarkan persetujuan terbang (flight approval)
sesuai dengan ketentuan.
6 Sarana a. Angkutan udara niaga tidak berjadwal memiliki
paling sedikit 1 (satu) unit Pesawat Udara dan
Pesawat Udara yang lainnya dalam bentuk
menguasai dengan jenis yang mendukung
kelangsungan operasional Penerbangan sesuai
dengan daerah operasi yang dilayani.
b. Gedung sebagai kantor pusat, kantor cabang, kantor
perwakilan serta fasilitas pendukung operasional
lainnya (kendaraan operasional, jaringan internet
dan telekomunikasi, dan lain-lain).
7 Struktur a. Struktur organisasi SDM minimal terdiri dari SDM
Organisasi SDM langsung dan tidak langsung, dengan susunan
dan SDM Direksi dalam akta Badan Usaha Angkutan Udara
memiliki komposisi minimal dua pertiga adalah
Warga Negara Indonesia.
b. Direksi dan personel manajemen yang telah
memenuhi persyaratan:
1) memiliki kemampuan operasi dan manajerial
pengelolaan usaha angkutan udara niaga;
2) direksi dan personel manajemen yang
bertanggung jawab di bidang keselamatan,
operasi dan perawatan pesawat udara telah
dinyatakan lulus uji kepatutan dan uji
kelayakan (fit and proper test) oleh Menteri
Perhubungan;
3) tidak pernah terlibat tindak pidana berdasarkan
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap yang terkait dengan
-322-
b. Pengorganisasian
1) menetapkan tugas dan tanggungjawab setiap
unit organisasi; dan
2) menetapkan koordinasi antara manajamen dan
karyawan.
c. Personel
Menyiapkan dan menetapkan SDM langsung dan
tidak langsung yang akan ditugaskan.
d. Pelayanan
1) pelayanan angkutan udara niaga tidak berjadwal
berdasarkan kesepakatan dalam kontrak dengan
pengguna jasa angkutan udara; dan
2) menerima dan merespon keluhan pengguna jasa
angkutan udara.
e. Dokumentasi dan Pelaporan
Melaporkan data produksi angkutan udara niaga,
laporan keuangan yang telah di audit, dan asuransi
tanggung jawab pengangkut kepada Menteri
Perhubungan.
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian dan Menengah Tinggi (MT) - Pemenuhan terhadap
Pengawasan standar dilakukan melalui verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Udara.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1) pemeriksaan dokumen;
2) kunjungan lapangan; dan/atau
3) autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1) Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan pendelegasian
kewenangannya.
2) Direktur Jenderal Perhubungan Udara
menunjuk Inspektur Penerbangan untuk
melakukan pengawasan sesuai dengan
-324-
kewenangannya.
3) Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Penerbangan.
d. Saluran Pengaduan
Dapat disampaikan melalui contact centre
Kementerian Perhubungan 151.
-325-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Penerbangan.
d. Saluran Pengaduan
Dapat disampaikan melalui contact centre
Kementerian Perhubungan 151.
-331-
negara;
b. kemampuan finansial perusahaan untuk
membangun, mengembangkan, dan
mengoperasikan bandar udara yang dibuktikan
dengan laporan keuangan perusahaan yang telah di
audit dari Badan Hukum Indonesia dan/atau
masing-masing perusahaan pemegang saham;
c. besaran modal dasar perusahaan paling sedikit 30%
(tiga puluh perseratus) dari belanja modal selama
masa konsesi, ditambah besaran biaya operasional
untuk 12 (dua belas) bulan sebagaimana tercantum
dalam rencana bisnis;
d. organisasi dan personel pengoperasian bandar udara
sesuai dengan standar keselamatan dan keamanan
penerbangan sipil, serta standar pelayanan jasa
kebandarudaraan; dan
e. rencanausaha.
Dalam menjalankan kegiatannya, pelaku usaha wajib
untuk:
a. memiliki sertifikat bandar udara atau register
bandar udara;
b. menyediakan fasilitas bandar udara yang laik
operasi, serta memelihara kelaikan fasilitas bandar
udara;
c. menyediakan personel yang mempunyai kompetensi
untuk perawatan dan pengoperasian fasilitas bandar
udara;
d. mempertahankan dan meningkatkan kompetensi
personel yang merawat dan mengoperasikan fasilitas
bandar udara;
e. menyediakan dan memperbarui setiap prosedur
pengoperasian dan perawatan fasilitas bandar udara;
f. memberikan pelayanan kepada pengguna jasa
bandar udara sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan oleh Menteri;
g. menyediakan fasilitas kelancaran lalu lintas personel
-334-
udara asing;
b) jasa Agen Pengurus Persetujuan Terbang
(Flight Approval) kegiatan angkutan udara
niaga tidak berjadwal luar negeri dan
angkutan udara bukan niaga luar negeri
dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari
dan/atau melalui wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia
Rendah (R) – Dapat melakukan kegiatan setelah
perizinan berusaha terbit.
2) Untuk perizinan berusaha:
a) jasa pelayanan di darat untuk penumpang
dan kargo (ground handling);
b) jasa penyewaan pesawat udara (aircraft
leasing)
Menengah Rendah (MR) – Pemenuhan terhadap
standar jasa penunjang angkutan udara
dilakukan melalui pernyataan kesesuaian diri
(self declaration).
3) Untuk perizinan berusaha:
a) Jasa Organisasi Perawatan Pesawat Udara
(Approved Maintenance Organization);
b) jasa Regulated Agent
c) jasa Pengirim Pabrikan (Known Consignor)
Menengah Tinggi (MT) - Pemenuhan terhadap
standar dilakukan melalui verifikasi oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
4) Verifikasi dapat dilakukan melalui:
a) pemeriksaan dokumen;
b) pemeriksaan fisik;
c) kunjungan lapangan; dan/atau
d) autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1) Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melaksanakan pengawasan perizinan
-365-
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Udara melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan pendelegasian
kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Udara menunjuk
Inspektur Penerbangan untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan kewenangannya.
3. Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Penerbangan.
d. Saluran Pengaduan
Dapat disampaikan melalui contact centre
Kementerian Perhubungan 151.
-371-
Detection System/EDS);
6. peralatan mesin x-ray;
7. peralatan gawang detektor logam (Walk Through
Metal Detector/WTMD);
8. peralatan mesin pemindai tubuh (body inspection
machine);
9. peralatan pemantau lalu lintas orang, kargo, pos,
kendaraan, dan pesawat udara di darat (Close
Circuit Television/CCTV); dan
10. peralatan penunda upaya kejahatan pada
pembatas daerah keamanan terbatas (Perimeter
Intruder Detection System/PIDS).
c. Lembaga pendidikan yang melakukan pelatihan
personel pesawat udara selain pilot yang meliputi:
1. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
untuk menjadi personel penerbangan selain Pilot,
antara lain Petugas Penunjang Operasi
Penerbangan, Awak Kabin; dan
2. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Ahli
Perawatan Pesawat Udara (Aircraft Maintenance
Engineer)sesuai Peraturan Menteri Perhubungan
mengenai Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 147 tentang Organisasi Pusat
Pelatihan Perawatan Pesawat Udara.
d. Lembaga pendidikan yang melakukan pelatihan
Personel Navigasi Penerbangan yang meliputi
kegiatan;
1. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Bidang
Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan (ATS Training
Provider);
2. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Bidang
Teknik Telekomunikasi Penerbangan
(Aeronautical Telecommunication Training
Provider);
3. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Bidang
Informasi Aeronautika (Aeronautical Information
-379-
1. Struktur Organisasi
Organisasi Lembaga Pendidikan dan/atau
Pelatihan Penerbangan paling sedikit memuat:
a) Kepala;
b) Satuan Pemeriksaan Intern;
c) Subbagian Keuangan dan Umum;
d) Seksi Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan;
e) Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan dan
Pelatihan;
f) Course Development Unit/CDU; dan
g) Tenaga Pengajar atau Instruktur.
2. SDM:
a) Setiap tenaga pengajar (instruktur) pada
lembaga pendidikan dan/atau pelatihan
personel bandar udara wajib mempunyai
Sertifikat Instruktur sesuai bidang ajarnya
dari instansi yang bertanggung jawab di
bidang pendidikan dan/atau pelatihan
Sumber Daya Manusia (SDM) penerbangan;
b) Setiap usulan tenaga pengajar yang
diusulkan atau akan dipekerjakan harus
dilengkapi dengan daftar riwayat hidup serta
dokumen pendukungnya;
c) Apabila tenaga pengajar yang diajukan belum
memiliki Sertifikat Instruktur sebagaimana
dimaksud pada angka 2 (dua) huruf b, maka
tenaga pengajar harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) paling rendah berusia 26 (dua puluh
enam) tahun;
2) pendidikan formal paling rendah:
(a) SMA dengan pengalaman kerja 10
(sepuluh) tahun dibidangnya;
(b) Diploma I dengan pengalaman kerja 8
(delapan) tahun dibidangnya;
-400-
bekerja.
3. Dalam kondisi tenaga pengajar tetap dan tidak
tetap berhalangan hadir, maka lembaga
pendidikan dan/atau pelatihan dapat
menggunakan tenaga pengajar yang berlisensi
dari lembaga pendidikan dan/atau pelatihan
atau institusi yang terkait, dan menyampaikan
laporan kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Penerbangan.
d. Saluran Pengaduan
Dapat disampaikan melalui contact centre
Kementerian Perhubungan 151.
-406-
D. Transportasi Perkeretaapian
STANDAR USAHA
PENYELENGGARAAN SARANA PERKERETAAPIAN UMUM
2 Istilah dan Definisi 1. Pelaku Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan Hukum
Indonesia yang khusus didirikan untuk
perkeretaapian.
2. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas prasarana, sarana dan sumber daya
manusia serta norma, kriteria, persyaratan dan
prosedur untuk penyelenggaraan transportasi
kereta api.
3. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan
tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di
jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api.
4. Prasarana Perkeretaapian adalah, Jalur kereta
api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi
kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
5. Sarana Perkeretaapian adalah kendaraan yang
dapat bergerak di jalan rel.
6. Angkutan Kereta Api adalah kegiatan pemindahan
orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kereta api.
7. Spesifikasi teknis adalah persyaratan umum,
ukuran, kinerja, dan gambar teknis prasarana
atau sarana perkeretaapian.
8. Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah
pihak yang menyelenggarakan prasarana
perkeretaapian.
9. Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah
pihak yang menyelenggarakan sarana
perkeretaapian.
10. Sertifikat kecakapan adalah tanda bukti telah
memenuhi persyaratan kompetensi sebagai awak
sarana perkeretaapian atau tenaga operasi
prasarana perkeretaapian.
11. Sertifikat keahlian adalah tanda bukti telah
-408-
STANDAR USAHA
PENYELENGGARAAN PRASARANA PERKERETAPIAN UMUM
c. Pimpinan Perusahaan;
d. Jumlah Anggota Direksi;
e. Jumlah dan Nama Jabatan yang ada dalam
perusahaan;
f. Jumlah, Nama, dan kualifikasi sumber daya
manusia perusahaan yang mempunyai kecakapan
dalam pengoperasian dan perawatan prasarana
perkeretaapian.
8 Pelayanan Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan
mengenai Standar Pelayanan Minimum Angkutan
Orang dengan Kereta Api
9 Persyaratan -
Produk/Proses/Jasa
10 Sistem Manajemen -
Usaha
11 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian dan Resiko Tinggi - Tim Teknis yang membidangi
Pengawasan investasi di bidang perkeretaapian melakukan
verifikasi sejak Pelaku Usaha menyampaikan
pemenuhan persyaratan secara lengkap dan
benar. Verifikasi dilakukan dengan :
1) Pemeriksaan dokumen;
2) Klarifikasi dokumen.
b. Pengawasan
1) Direktorat Jenderal Perkeretaapian
melakukan pembinaan dan pengawasan atas
Perizinan Berusaha penyelenggaraan
prasarana perkeretaapian umum.
2) Direktorat Jenderal Perkeretaapian,
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah
Kabupaten/Kota melakukan pengawasan
atas:
a) pemenuhan Persyaratan Perizinan
Berusaha;
b) pemenuhan kewajiban Pelaku Usaha;
dan/atau
c) usaha dan/atau kegiatan operasionalyang
-416-
STANDAR USAHA
PENYELENGGARAAN PERKERETAPIAN KHUSUS
1) Pemeriksaan dokumen;
2) Klarifikasi dokumen.
b. Pengawasan
1) Direktorat Jenderal Perkeretaapian
melakukan pembinaan dan pengawasan atas
Perizinan Berusaha (persetujuan prinsip
pembangunan) penyelenggaraan
perkeretaapian khusus.
2) Direktorat Jenderal Perkeretaapian,
Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah
Kabupaten/Kota melakukan pengawasan
atas:
a) pemenuhan Persyaratan Perizinan
Berusaha;
b) pemenuhan kewajiban Pelaku Usaha;
dan/atau
c) usaha dan/atau kegiatan operasional yang
telah mendapatkan perizinan berusaha,
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Dalam hal hasil pengawasan terdapat
ketidaksesuaian atau penyimpangan,
Kementerian/Lembaga terkait mengambil
tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4) Pelaksanaan Pengawasan mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko.
c. Pelaku Pengawasan
Pejabat/personil yang mempunyai tugas di bidang
perizinan perkeretaapian.
d. Pengaduan masyarakat
Saluran Pengaduan Masyarakat dapat melalui
Contact Center 151.
-424-
STANDAR PRODUK
A. Transportasi Darat
(KBLI 84127)
NO
PERSETUJUAN HASIL ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS (ANDALALIN)
1 Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
penanganan dampak lalu lintas pada setiap rencana
pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan
infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
lalu lintas dan angkutan jalan.
2 Istilah dan 1. Analisis Dampak Lalu Lintas adalah serangkaian
Definisi kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas dari
pembangunan pusat kegiatan, pemukiman dan
infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam
bentuk kajian hasil analisis dampak lalu lintas.
2. Pengembang atau Pembangun adalah orang,
badan hukum, kelompok orang, atau
perkumpulan yang menurut hukum sah sebagai
pemilik yang akan membangun atau
mengembangkan pusat kegiatan, permukiman
dan infrastruktur.
3. Bangkitan Lalu Lintas adalah jumlah kendaraan
masuk atau keluar rata-rata per hari atau selama
jam puncak, yang dibangkitkan dan/atau ditarik
oleh adanya rencana pembangunan pusat
kegiatan, permukiman dan infrastruktur
3 Persyaratan Durasi sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
Umum
4 Persyaratan a. Pernyataan kesanggupan dari Pengembang atau
khusus atau Pembangun untuk melaksanakan penanganan
Persyaratan dampak lalu lintas selama masa konstruksi dan
Teknis Produk, masa operasional pusat kegiatan tersebut.
Proses, dan/atau b. Bukti sertifikat kepemilikan atau penguasaan
Jasa lahan/tanah;
c. Bukti ketetapan kesesuaian rencana tata ruang
-425-
(KBLI 71203)
NO
UJI BERKALA SWASTA DAN AGEN PEMEGANG MERK (APM)
1 Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait
denganpenyelenggaraan uji berkala yang
dilaksanakanoleh swasta atau Agen Pemegang Merek
(APM).
2 Istilah dan 1. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah
Definisi serangkaian kegiatan menguji dan/atau
memeriksa bagian atau komponen kendaraan
bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan
dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan
teknis dan laik jalan.
2. Uji Berkala adalah Pengujian Kendaraan Bermotor
yang dilakukan secara berkala terhadap setiap
kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan
kereta tempelan yang dioperasikan di jalan.
3. Unit Pelaksana Agen Pemegang Merek (APM)
adalah agen pemegang merek yang melaksanakan
kegiatan Uji Berkala kendaraan bermotor.
4. Unit Pelaksana Pengujian Swasta adalah badan
usaha swasta yang melaksanakan kegiatan Uji
Berkala kendaraan bermotor.
3 Persyaratan Durasi sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
Umum
4 Persyaratan a. Lokasi unit pengujian berkala kendaraan
khusus atau bermotor;
Persyaratan b. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
Teknis Produk, tenaga penguji berkala kendaraan bermotor;
Proses, dan/atau c. Standar fasilitas prasarana pengujian berkala
Jasa kendaraan bermotor dan rencana pemenuhan
standar fasilitas prasarana pengujian berkala
kendaraan bermotor;
d. Standar peralatan Pengujian Kendaraan Bermotor
dan rencana pemenuhan standar peralatan
pengujian berkala kendaraan bermotor;
e. Keakurasian peralatan Pengujian Kendaraan
-430-
NO (KBLI 52211)
PERSETUJUAN PENYELENGGARAAN TERMINAL BARANG
UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
1 Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait:
a. penyelenggaraan terminal barang untuk
kepentingan sendiri; dan
b. menjalankan fungsi pengawasan dan
pengendalian terhadap penyelenggaraan terminal
barang untuk kepentingan sendiri.
2 Istilah dan Terminal Barang untuk Kepentingan Sendiri adalah
Definisi Terminal yang digunakan untuk kegiatan angkutan
barang sendiri dalam menunjang kegiatan pokoknya.
3 Persyaratan Durasi sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
Umum
4 Persyaratan a. bukti penguasaan tanah untuk terminal barang
khusus atau yang melayani kegiatan ekspor impor;
Persyaratan b. evaluasi dari instansi yang bertanggungjawab di
Teknis Produk, bidang bea cukai dan perdagangan;
Proses, dan/atau c. gambar tata letak/layout Terminal Baranguntuk
Jasa Kepentingan Sendiri dengan skala yang memadai;
d. proposal Terminal Barang untuk Kepentingan
Sendiri (Feasibility Study (FS) dan rencana tata
ruang wilayah);
e. berita acara hasil peninjauan lokasi oleh tim
teknis terpadu;
f. analisis dampak lalu lintas;
g. perizinan berusaha lingkungan yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; dan
h. dalam susunan organisasi pengelola terminal
barang dimana minimal terdapat tenaga ahli
bidang logistik dan transportasi, sipil,
perencanaan, dan Health, Safety, Environment
(HSE).
-432-
5 Sarana _
6 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
kesesuaian dan Menengah Tinggi, untuk pemenuhan terhadap
pengawasan standar dilakukan verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Darat melalui:
1) Pemeriksaan dokumen;
2) Pemeriksaan fisik;
3) Kunjungan lapangan; dan/atau
4) Otentifikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Laporan pengaduan masyarakat dapat melalui
contact center Kemenhub 151, (021) 151, e-mail:
[email protected].
-433-
Perlengkapan Jalan.
3 Persyaratan a. TD-BUPBPJ
Umum 1) Surat penunjukan sebagai agen atau
distributor untuk perusahaan importir bahan
perlengkapan jalan;
2) Daftar dan foto peralatan atau perlengkapan
sesuai subbidang usaha perlengkapan jalan
yang diajukan;
3) Daftar serta fotokopi ijazah dan sertifikat
keahlian sumber daya manusia sesuai
subbidang usaha perlengkapan jalan yang
diajukan; dan
4) Fotoworkshop dan/atau gudang.
b. TD-BUPPJ
1) Daftar serta foto peralatan atau perlengkapan
sesuai subbidang usaha perlengkapan jalan
yang diajukan;
2) Daftar serta fotokopi ijazah dan sertifikat
keahlian sumber daya manusia sesuai
subbidang usaha perlengkapan jalan yang
diajukan; dan
3) Foto workshop dan/atau gudang.
Durasi sesuai dengan ketentuan Lembaga OSS.
4 Persyaratan a. TD-BUPBPJ
khusus atau 1) peralatan produksi dan/atau uji bahan;
Persyaratan 2) peralatan dan perlengkapan keselamatan
Teknis Produk, kerja;
Proses, dan/atau 3) hasilpengujian bahan/material dari badan
Jasa atau laboratorium pengujian yang
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN) atau terakreditasi oleh oleh lembaga
akreditasi internasional sesuai subbidang
yang diajukan, sebagai berikut:
a) rambu lalu lintas konvensional paling
sedikit memiliki hasil uji lembaran
retroreflektif, daun rambu, dan tiang
-435-
rambu;
b) rambu lalu linatas elektronik paling
sedikit memiliki hasil uji layar monitor,
modul kontrol, catu daya, dan tiang
rambu;
c) marka jalan berupa tanda jenis
thermoplastic paling sedikit memiliki
hasil uji bahan binder, manik-manik
kaca, titanium dioxide, calcium
carbonate, inert filter, dan pigmen warna
untuk marka warna;
d) marka jalan berupa tanda jenis cold
plastic paling sedikit memiliki hasil uji
bahan campuran cat
methacrylate(MMA);
e) marka jalan berupa tanda jenis pre-
fabricated paling sedikit memiliki hasil
uji bahan pre-fabricated;
f) marka jalan berupa tanda jenis cat
paling sedikit memiliki hasil uji bahan
cat;
g) marka jalan berupa peralatan jenis paku
jalan paling sedikit memiliki hasil uji
bahan plastik, kaca, baja tahan karat,
atau alumunium campur yang
dilengkapi dengan pemantul cahaya;
h) marka jalan berupa peralatan jenis alat
pengarah lalu lintas berupa kerucut lalu
lintas paling sedikit memiliki hasil uji
bahan plastik atau karet yang dilengkapi
dengan pemantul cahaya;
i) marka jalan berupa peralatan jenis alat
pengarah lalu lintas berupa pembagi
lajur atau jalur paling sedikit memiliki
hasil uji bahan bahan plastik untuk
water barrier atau bahan beton untuk
-436-
concrete barrier;
j) alat pemberi isyarat lalu lintas otonom
dan terkoordinasi paling sedikit memiliki
hasil uji perangkat kendali (traffic
controller), perangkat lampu aspek
beserta lampu, tiang penyangga, dan
sumber energi tenaga surya;
k) alat penerangan jalan paling sedikit
memiliki hasil uji lampu, tiang, dan
sumber energi tenaga surya;
l) alat pengendali dan pengaman pengguna
jalan berupa alat pembatas kecepatan
paling sedikit memiliki hasil uji marka
atau bahan lainnya;
m) alat pengendali dan pengaman pengguna
jalan berupa alat pembatas tinggi paling
sedikit memiliki hasil uji bahan untuk
bahan besi, kayu, atau bahan lainnya;
n) alat pengendali dan pengaman pengguna
jalan berupa pagar pengaman (guardrail)
paling sedikit memiliki hasil uji bahan
lempengan besi beam, lengan lempengan
besi, tiang penyangga, besi pengikat
(blocking), baut, besi pengikat (bracket);
o) alat pengendali dan pengaman pengguna
jalan berupa patok lalu lintas
(delineator) paling sedikit memiliki hasil
uji bahan pipa besi atau pipa plastik
yang dilengkapi dengan retroreflektif;
p) alat pengawasan dan pengaman jalan
berupa alat penimbangan kendaraan
bermotor paling sedikit harus memiliki
hasil uji load cell dan bahan platform.
-437-
B. Transportasi Laut
STANDAR KEGIATAN
OPERASI ANGKUTAN LAUT KHUSUS
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasanperizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
-447-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-448-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,Direktur
Jenderal Perhubungan Laut membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-452-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
-453-
STANDAR KEGIATAN
PEMBUKAAN KANTOR CABANG PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,Direktur
Jenderal Perhubungan Laut membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
-458-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-459-
STANDAR KEGIATAN
PERUBAHAN DATA SIUPAL DAN SIOPSUS
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-462-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
-463-
NO PEMUTAKHIRAN DATA
USAHA ANGKUTAN LAUT/ OPERASI ANGKUTAN LAUT KHUSUS
(KBLI 50111, 50114, 50121, 50131, 50134, 50141, 50133, 50142)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan pemutakhiran data
Usaha Angkutan Laut untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan usaha:
a. Angkutan Laut Dalam Negeri Liner dan Tramper
Untuk Penumpang (50111);
b. Angkutan Laut Dalam Negeri Perintis Untuk
Penumpang (50114);
c. Angkutan Laut Luar Negeri Liner dan Tramper
Untuk Penumpang (50121);
d. Angkutan Laut Dalam Negeri Liner dan Tramper
Untuk Barang (50131);
e. Angkutan Laut Dalam Negeri Perintis Untuk
Barang (50134);
f. Angkutan Laut Luar Negeri Liner dan Tramper
Untuk Barang (50141);
g. Angkutan Laut Dalam Negeri Untuk Barang
Khusus (50133);
h. Angkutan Laut Luar Negeri Untuk Barang Khusus
(50142);
serta pemutakhiran data pengoperasian angkutan
laut khusus.
2. Istilah dan Definisi 1. Angkutan Laut Dalam Negeri adalah kegiatan
angkutan laut yang dilakukan di wilayah perairan
Indonesia yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan laut nasional.
2. Angkutan Laut Luar Negeri adalah kegiatan
angkutan laut dari pelabuhan atau terminal
khusus yang terbuka bagi perdagangan luar
negeri ke pelabuhan luar negeri atau dari
pelabuhan luar negeri ke pelabuhan atau terminal
-465-
4. Persyaratan memiliki:
khusus atau a. Tenaga ahli WNI dengan syarat paling rendah
Persyaratan Teknis Diploma III di bidang ketatalaksanaan, nautis,
atau teknis pelayaran niaga, yang dibuktikan
dengan ijazah;
b. Gross akta sebagai bukti kepemilikan kapal;
c. Spesifikasi kapal;
d. Laporan tahunan; dan
e. Rekening koran 3 (tiga) bulan terakhir.
5. Sarana a. Menempati tempat usaha, baik berupa milik
sendiri maupun sewa, sesuai dengan domisili
yang terdaftar dalam NIB; dan
b. Memiliki kapal yang diajukan dalam pelayaran
angkutan laut dalam negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Penilaian a. Menengah Rendah (MR)
Kesesuaian dan Verifikasi dilakukan pada saat pengawasan,
Pengawasan setelah terbitnya Sertifikat Standar terhadap
Standar Perubahan Data Usaha Angkutan
Laut/Angkutan Laut Khusus dari OSS.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-467-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
-468-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-469-
STANDAR KEGIATAN
PEMBUKAAN KANTOR CABANG PERUSAHAAN BONGKAR MUAT
b. Pengawasan
1. Menteri atau Gubernur melalui instansi terkait
dan penyelenggara Pelabuhan melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai dengan
kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, Menteri atau
Gubernur melalui instansi terkait dan
penyelenggara Pelabuhan membentuk dan/atau
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
-473-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui email/contact
centre/ whatsapp/media elektronik lainnya pada
pelayanan perizinan pemerintah daerah.
-474-
b. Pengawasan
1. Menteri atau Gubernur melalui instansi
terkait dan penyelenggara Pelabuhan
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Menteri atau Gubernur melalui instansi
terkait dan penyelenggara Pelabuhan
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-480-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
-481-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui (email/ contact
centre/whatsapp/media elektronik pelayanan
perizinan pemerintah daerah).
-482-
b. Pengawasan
1. Gubernur melalui instansi terkait dan
penyelenggara Pelabuhan melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai
dengan kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Gubernur melalui instansi terkait dan
penyelenggara Pelabuhan membentuk
dan/ataumenunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
-488-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui email/contact
centre/whatsapp/media elektronik lainnya pada
pelayanan perizinan pemerintah daerah.
-489-
berikut:
1. Paling sedikit 1 (satu) orang dengan
kualifikasi Ahli Nautika Tk III, atau D III ahli
kepelabuhanan dan Pelayaran atau
transportasi laut atau sederajat, untuk
perusahaan yang melakukan kegiatan tally di
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul;
atau
2. Tenaga ahli disesuaikan dengan kondisi
pelabuhan setempat, untuk perusahaan yang
melakukan kegiatan tally di pelabuhan
pengumpan;
dengan pengalaman 5 (lima) tahun dibidang
bongkar muat yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan Kerja dari perusahaan yang bergerak
di bidang tally;
b. Surat pengangkatan kepala cabang;
c. Memiliki sistem manajemen mutu;
d. Memiliki peralatan, termasuk peralatan teknologi
informasi yang digunakan;
e. Memiliki Surat rekomendasi dari penyelenggara
pelabuhan setempat terhadap keseimbangan
penyediaan dan permintaan usaha tally mandiri
berdasarkan jumlah perusahaan tally mandiri dan
jumlah kunjungan kapal yang berkegiatan di
pelabuhan setempat; dan
f. Memiliki Sertifikat Standar Pembukaan Kantor
Cabang Perusahaan Tally Mandiri hanya berlaku
pada pelabuhan dalam 1 (satu) provinsi domisili
Kantor Pusatnya.
5. Sarana a. Menempati tempat usaha, baik berupa milik
sendiri maupun sewa sesuai dengan NIB; dan
b. Memiliki/menguasai sarana, fasilitas yang
dibutuhkan untuk kegiatan tally mandiri.
6. Penilaian a. Menengah Rendah (MR):
Kesesuaian dan Verifikasi dilakukan pada saat pengawasan,
-493-
b. Pengawasan
1. Gubernur melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha sesuai dengan
kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Gubernur membentuk dan/ataumenunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
-494-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui email/contact
centre/whatsapp/media elektronik lainnya pada
pelayanan perizinan pemerintah daerah.
-495-
b. Pengawasan
1. Menteri atau Gubernur melalui instansi
terkait dan penyelenggara Pelabuhan
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1, Menteri
atau Gubernur melalui instansi terkait dan
penyelenggara Pelabuhan membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
-499-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui (email/contact
centre/whatsapp/media elektronik lainnya pada
pelayanan perizinan pemerintah daerah).
-501-
pelabuhan.
5. Usaha Penyewaan Peralatan Angkutan Laut atau
Peralatan Jasa Terkait dengan Angkutan Laut
adalah kegiatan usaha untuk menyediakan dan
menyewakan peralatan angkutan laut atau
peralatan jasa terkait dengan angkutan laut
dan/atau alat apung untuk pelayanan kapal.
6. Usaha Tally Mandiri adalah kegiatan usaha jasa
menghitung, mengukur, menimbang, dan
membuat catatan mengenai muatan untuk
kepentingan pemilik muatan dan/atau
pengangkut.
7. Usaha Depo Peti Kemas adalah kegiatan usaha
yang meliputi penyimpanan, penumpukan,
pembersihan, dan perbaikan peti kemas.
8. Usaha Pengelolaan Kapal (ship management)
adalah kegiatan jasa pengelolaan kapal di bidang
teknis kapal meliputi perawatan, persiapan
docking, penyediaan suku cadang, perbekalan,
pengawakan, asuransi, dan sertifikasi kelaiklautan
kapal.
9. Usaha Perantara Jual Beli dan/atau Sewa Kapal
(ship broker) adalah kegiatan usaha perantara jual
beli kapal (sale and purchase) dan/atau sewa
menyewa kapal (chartering).
10. Usaha Keagenan Awak Kapal (ship manning
agency) adalah usaha jasa keagenan awak kapal
yang meliputi rekruitmen dan penempatan di
kapal sesuai kualifikasi.
11. Usaha Keagenan Kapal adalah kegiatan usaha jasa
untuk mengurus kepentingan kapal perusahaan
angkutan laut asing dan/atau kapal perusahaan
angkutan laut nasional selama berada di
Indonesia.
12. Usaha Perawatan dan Perbaikan Kapal (ship
repairing and maintenance) adalah usaha jasa
-503-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan olehmAparatur Sipil
Negara.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
-507-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui email/ contact
centre/ whatsapp/ media elektronik lainnya pada
pelayanan perizinan pemerintah daerah.
4. Mesin Bor;
5. Gerinda Tangan;
6. Mesin Las;
7. Peralatan Pengecatan;
8. Peralatan pengecekan alat komunikasi; dan
9. Peralatan pengecekan alat navigasi;
f. Memiliki surat hasil evaluasi dari penyelenggara
pelabuhan setempat yang ada pada satu domisili
kabupaten/kota kantor pusatnya terhadap jumlah
perusahaan perawatan dan perbaikan kapal dan
jumlah kapal yang berkegiatan di pelabuhan
setempat.
5. Sarana a. Menempati tempat usaha, baik berupa milik
sendiri maupun sewa sesuai dengan NIB; dan
b. Memiliki/menguasai sarana, fasilitas, dan
peralatan dan/atau perlengkapan yang
dibutuhkan untuk kegiatan perawatan dan
perbaikan kapal.
6. Penilaian a. Menengah Rendah (MR):
Kesesuaian dan Verifikasi dilakukan pada saat pengawasan,
Pengawasan setelah terbitnya Sertifikat Standar terhadap
Standar Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan
Perawatan dan Perbaikan Kapal dari OSS .
b. Pengawasan
1. Bupati/Walikota melalui instansi terkait dan
penyelenggara pelabuhan melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai dengan
kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Bupati/Walikota melalui instansi terkait dan
penyelenggarapelabuhan menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui mekanisme
pengawasan.
-513-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
6. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
-514-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui email/contact
centre/whatsapp/media elektronik lainnya pada
pelayanan perizinan pemerintah daerah.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Direktur Jenderal membentuk dan/atau
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
-519-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
-520-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
OSS.
4. Persyaratan khusus Standar khusus/teknis, yaitu:
a. Memiliki sistem manajemen mutu;
b. Memiliki tenaga ahli WNI paling rendah Ahli
Nautika Tingkat III (ANT-III) atau Ahli Tehnika
Tingkat III (ATT-III) atau Diploma III
Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan
Kepelabuhanan (KALK) atau Transportasi Laut
dengan memiliki pengalaman paling singkat2
(dua) tahun di perusahaan pelayaran/keagenan
kapal;
c. Memiliki kendaraan bermotor yang laik sebagai
transportasi penunjang usahanya;
d. Surat pengangkatan kepala cabang; dan
e. Memiliki hasil evaluasi dari penyelenggara
pelabuhan setempat terhadap jumlah
perusahaan keagenan kapal dan jumlah kapal
yang berkegiatan di pelabuhan setempat.
5. Sarana Menempati tempat usaha, berupa milik sendiri
maupun sewa sesuai dengan NIB.
6. Penilaian Kesesuaian a. Menengah Rendah (MR):
dan Pengawasan Verifikasi dilakukan pada saat pengawasan,
setelah terbitnya Sertifikat Standar terhadap
Standar Pembukaan Kantor Cabang Perusahaan
Keagenan Kapal dari OSS .
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Direktur Jenderal membentuk dan/atau
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar usaha
melalui mekanisme pengawasan.
-524-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
-525-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui mekanisme
-530-
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
singgah.
10. Sub Agen adalah perusahaan angkutan laut
nasional atau perusahaan nasional yang khusus
didirikan untuk melakukan usaha keagenan kapal
di pelabuhan atau terminal khusus tertentu yang
ditunjuk oleh agen umum.
11. Perwakilan Perusahaan Angkutan Laut Asing
(owner’s representative) adalah badan usaha atau
perorangan warga negara Indonesia atau
perorangan warga negara asing yang ditunjuk oleh
perusahaan angkutan laut asing di luar negeri
untuk mewakili kepentingan administrasinya di
Indonesia.
12. Usaha Bongkar Muat Barang adalah kegiatan
usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat
barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang
meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery.
13. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang
dari kapal ke dermaga/tongkang/truk atau
memuat barang dari dermaga/tongkang/truk ke
dalam kapal sampai dengan Terminal Khususun
dalam palka kapal dengan menggunakan derek
kapal atau derek darat.
14. Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang
dari tali/jala-jala (ex tackle) di dermaga dan
mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan
penumpukan barang atau sebaliknya.
15. Receiving/delivery adalah pekerjaan
memindahkan barang dari timbunan/tempat
penumpukan di gudang/lapangan penumpukan
dan menyerahkan sampai Terminal Khususun di
atas kendaraan di pintu gudang/lapangan
penumpukan atau sebaliknya.
16. Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (freight
forwarding) adalah kegiatan usaha yang ditujukan
-535-
b. Pengawasan
1. Menteri atau Gubernur, Bupati, atau Walikota
melalui instansi terkait dan penyelenggara
Pelabuhan melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha sesuai dengan
kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1, atau
Gubernur, Bupati, atau Walikota melalui
instansi terkait dan penyelenggara Pelabuhan
membentuk dan/atau menunjuk tim verifikator
untuk melakukan pemeriksaan pemenuhan
standar usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 2
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
-539-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui email/contact
centre/whatsapp/media elektronik lainnya pada
pelayanan perizinan Kementerian Perhubungan
atau pemerintah daerah.
-540-
STANDAR KEGIATAN
PEMBERITAHUAN KEAGENAN KAPAL ASING (PKKA)
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
-544-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-546-
STANDAR KEGIATAN
CERTIFICATE OF OWNER’S REPRESENTATIVE (COR)
b. Pengawasan.
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
-550-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f. menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
-551-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-552-
STANDAR KEGIATAN
PERSETUJUAN PENGGUNAAN KAPAL ASING (PPKA)
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud angka 2
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
-556-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan olehtim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Kepala Biro Hukum Sekretariat Jenderal;
b) Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut;
c) Direktur Kepelabuhanan;
d) Direktur Kenavigasian;
e) Direktur Perkapalan dan Kepelautan;
f) Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan
Pantai;
g) Kepala Bagian Hukum dan KSLN
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;
h) Penyelenggara Pelabuhan setempat;
dan/atau
i) Pejabat Struktural/Pejabat fungsional
lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
-557-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-558-
STANDAR KEGIATAN
PERSETUJUAN PENGOPERASIAN KAPAL NASIONAL (PPKN)
administrasinya di Indonesia.
14. Perusahaan Angkutan Laut Asing adalah
perusahaan angkutan laut berbadan hukum
asing yang kapalnya melakukan kegiatan
angkutan laut ke dan dari pelabuhan atau
terminal khusus Indonesia yang terbuka bagi
perdagangan luar negeri dari dan ke pelabuhan
luar negeri.
15. Terminal Khusus adalah terminal yang terletak
di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang
merupakan bagian dari pelabuhan terdekat
untuk melayani kepentingan sendiri sesuai
dengan usaha pokoknya.
16. Usaha Keagenan Kapal adalah kegiatan usaha
untuk mengurus kepentingan kapal perusahaan
angkutan laut asing dan/atau kapal perusahaan
angkutan laut nasional selama berada di
Indonesia.
17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pelayaran.
18. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
19. Sertifikat Standar Persetujuan Pengoperasian
Kapal Nasional adalah dokumen perizinan
berusaha berbasis risiko yang harus dipenuhi
dan dipatuhi oleh Perusahaan Angkutan Laut
Nasional selama menjalankan kegiatan usaha.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Sertifikat Standar perusahaan angkutan
laut/Sertifikat Standar operasi angkutan laut
khusus; dan
c. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan a. Sertifikat klas;
-561-
STANDAR KEGIATAN
PERSETUJUAN DEVIASI RPK KAPAL NASIONAL KE LUAR NEGERI
OSS.
4. Persyaratan a. Rencana Pengoperasian Kapal (RPK) Angkutan
khusus Laut Dalam Negeri;
b. Sertifikat pendaftaran kapal;
c. Sertifikat keselamatan kapal;
d. Sertifikat keamanan kapal;
e. Crew List;
f. Rencana jadwal pelayaran kapal (sailing
schedule); dan
g. Surat keterangan dari instansi terkait apabila
dibutuhkan.
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Direktur Jendral melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha sesuai dengan
kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksdu pada angka
1,Direktur Jenderal menunjuk tim verifikator
untuk melakukan pemeriksaan pemenuhan
standar usaha melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-567-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
-568-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-569-
STANDAR KEGIATAN
PERSETUJUAN PENGOPERASIAN KAPAL NASIONAL DI LUAR NEGERI (CROSS
TRADING)
b. Pengawasan
1. Direktur Jendral melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai
dengan kewenangannya.
2. Dalam melaksanakan
-573-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-575-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal, Otoritas Pelabuhan/Kantor
Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan/Kantor
Unit Penyelenggara Pelabuhan melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai dengan
kewenangannya.
2. Direktur Jenderal menunjuk tim verifikator
untuk melakukan pemeriksaan pemenuhan
standar usaha melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
1) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
-581-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-582-
STANDAR KEGIATAN
PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN PELABUHAN UMUM
elektronik.
Penilaian kesesuaian persyaratan izin
pembangunan/pengembangan pelabuhan umum
dilakukan oleh tim verifikator Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan/Gubernur/Bupati atau Walikota
sesuai dengan kewenangannya,untuk pemenuhan
terhadap persyaratan melalui dokumen:
1. Persyaratan administratif yang disesuaikan
dengan ketentuan Lembaga OSS;
2. Pernyataan mandiri pelaku usaha (self
declaration);
3. Pemenuhan persyaratan.
Penilaian kesesuaian dilakukan oleh tim
verifikator. Skema penilaian kesesuaian sebagai
berikut :
1. Tim verifikator Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut cq. Direktur
Kepelabuhanan/Gubernur/Bupati atau
Walikota sesuai dengan kewenangannya,
melakukan penilaian kesesuaian persyaratan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah
dokumen pemenuhan persyaratan diterima oleh
tim verifikator secara lengkap, benar dan sesuai.
2. Atas hasil penilaian kesesuaian sebagaimana
dimaksud pada angka 1, Direktur
Kepelabuhanan/Gubernur/Bupati atau
Walikota sesuai dengan kewenangannya
meneruskan proses penilaian ke Unit Kerja
Hukum di lingkungan masing-masing untuk
dilakukan verifikasi terhadap aspek legal paling
lama 3 (tiga) hari kerja.
3. Selanjutnya sebagaimana hasil penilaian pada
angka 2, Direktur Jenderal Perhubungan
Laut/Gubernur/Bupati atau Walikota sesuai
dengan kewenangannya, memberikan
-588-
b. Pengawasan
1. Norma Pengawasan
a) Penyelenggara Pelabuhan sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan
terhadap pembangunan/pengembangan
pelabuhan umum/terminal umum;
b) Penyelenggara Pelabuhan sesuai
dengan kewenangannya melakukan
pemeriksaan pemenuhan kewajiban melalui
mekanisme pengawasan.Pengawasan
pemenuhan kewajiban meliputi:
-589-
1) Pelaksanaan pekerjaan
pembangunan/pengembangan
pelabuhan umum/terminal umum;
2) Pelaporan pelaksanaan kegiatan
pembangunan pelabuhan secara berkala
paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya;
3) Ketaatan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
kepelabuhanan, angkutan di perairan,
keselamatan dan keamanan pelayaran,
dan perlindungan lingkungan maritim;
4) Ketaatan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dari instansi
Pemerintah lainnya yang terkait;
5) Pelaksanaan pekerjaan
pembangunan/pengembangan
pelabuhan umum/terminal umum
sesuai dengan rancangan desain teknis
dan jadwal yang ditetapkan;
6) Pelaporan kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut/Gubernur/Bupati
atau Walikota sesuai dengan
kewenangannya apabila terjadi
perubahan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan;
7) Tanggung jawab terhadap dampak yang
timbul selama pelaksanaan
pembangunan/pengembanganpelabuhan
umum/terminal umum yang
bersangkutan;
8) Tanggung jawab sepenuhnya atas
pembangunan/pengembangan
pelabuhan umum/terminal umum yang
-590-
bersangkutan;
9) Penyediaan dan pemeliharaan sarana
dan fasilitas yang diperlukan untuk
kelancaran arus lalu lintas kapal, barang
dan penumpang serta kelancaran
pelaksanaan tugas pemerintahan di
pelabuhan umum/terminal umum; dan
10) Kelengkapan fasilitas penampungan
dan/atau pengolahan limbah dan/atau
sampah dalam masa konstruksi
pembangunan/pengembangan pada
pelabuhan umum/terminal umum,
mengacu pada dokumen lingkungan.
c) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
huruf b) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-592-
b. Pengawasan
1. Norma Pengawasan
a) Penyelenggara Pelabuhansesuai dengan
kewenangannyamelakukan pengawasan
terhadap pengoperasian pelabuhan umum
b) Penyelenggara Pelabuhan sesuai dengan
kewenangannyamelakukan pemeriksaan
-599-
3. Pelaksana Pengawasan
a) Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
b) Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud pada huruf a) terdiri atas:
1) Inspektur;
2) Auditor;
3) Surveyor; atau
4) Pejabat fungsional lainnya.
c) Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
d) Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
1) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
2) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
3) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
4) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
5) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
6) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Saluran Pengaduan
Pengaduan melalui portal SIMADU Kementerian
Perhubungan, contact centre 151 atau unit
layanan pengaduan yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
-602-
b. Pengawasan
1. Kepala Penyelenggara Pelabuhan setempat
melaksanakan pengawasan perizinan berusaha
sesuai dengan kewenangannya.
2. Kepala Penyelenggara Pelabuhan setempat
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar usaha
melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasansebagaimana dimaksud pada angka
2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
-607-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
-608-
d. Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan atau contact centre
151.
-609-
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana, dan/atau sarana.
d. Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan atau contact centre
151.
-615-
STANDAR KEGIATAN
PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN TERMINAL KHUSUS/TERMINAL UNTUK
KEPENTINGAN SENDIRI
b. Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
-623-
c. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan atau contact centre
151.
-624-
maritim;
3) Ketaatan peraturan perundang-
undangan dari instansi Pemerintah
lainnya yang berkaitan dengan usaha
pokoknya;
4) Pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran, alur pelayaran, kolam
pelabuhan dan fasilitas yang
diperlukan untuk menjamin
keselamatan pelayaran serta
kelancaran arus lalu lintas kapal dan
barang sesuai dengan sertifikat
standar yang diberikan;
e. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
-633-
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
b. Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-634-
STANDAR KEGIATAN
PERPANJANGAN PENGOPERASIAN TERMINAL KHUSUS/ TERMINAL UNTUK
KEPENTINGAN SENDIRI
b. Pengawasan
1. Norma pengawasan
a) Penyelenggara Pelabuhan terdekatsesuai
-640-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
-643-
d. Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-644-
STANDAR KEGIATAN
PERPANJANGAN PEMBANGUNAN/ PENGEMBANGAN
TERMINAL KHUSUS/ TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
secara komersial.
16. Pelaku usaha adalah perseorangan atau non
perseorangan yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan pada bidang tertentu.
17. Kegiatan usaha pokok adalah kegiatan pada
bidang pertambangan, energi, kehutanan,
pertanian, perikanan, industri, pariwisata, dok
dan galangan kapal dan kegiatan lainya yang
dalam pelaksanaan kegiatan pokoknya
memerlukan fasilitas dermaga.
18. Sertifikat Standar Perpanjangan
Pembangunan/Pengembangan Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan Sendiri
adalah persetujuan perpanjangan waktu untuk
membangun/ mengembangkan Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan Sendiri
apabila masa berlaku pembangunan/
pengembangan Terminal Khusus/Terminal
untuk Kepentingan Sendiri berakhir.
19. Pernyataan mandiri pelaku usaha (self
declaration) adalah pernyataan dari pengelola
Terminal Khusus/Terminal untuk Kepentingan
Sendiri mengenai kebenaran dan keabsahan
dokumen serta kesanggupan untuk memenuhi
standar perpanjangan pembangunan/
pengembangan dan menjalankan kewajiban
serta bertangung jawab terhadap segala resiko
yang timbul dari pembangunan/pengembangan
Terminal Khusus/Terminal untuk Kepentingan
Sendiri.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS; dan
b. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan a. Sertifikat standar pembangunan/pengembangan
Khusus atau Terminal Khusus/Terminal untuk Kepentingan
-649-
Persyaratan Sendiri;
Teknis b. Tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah
atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah;
c. Izin usaha pokok yang masih berlaku;
d. Berita Acara peninjauan dan evaluasi rencana
perpanjangan masa berlaku pembangunan/
pengembangan Terminal Khusus/Terminal
untuk Kepentingan Sendiri oleh Syahbandar
bersama penyelenggara pelabuhan terdekat
beserta Distrik Navigasi setempat yang paling
sedikit memuat:
1. Kemajuan fisik
pembangunan/pengembangan Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan
Sendiri;
2. Justifikasi/kendala keterlambatan
penyelesaian pelaksanaan
pembangunan/pengembangan Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan
Sendiri dari pelaku usaha;
3. Dokumentasi peninjauan lapangan.
e. Surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan
pembangunan/ pengembangan Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan Sendiri
paling lama 2 (dua) tahun disertai timeline kurva
“S” rencana penyelesaian.
5. Sarana a. Menyediakan dan memelihara Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran, alur-pelayaran, kolam
pelabuhan, dan fasilitas yang diperlukan untuk
kelancaran arus lalu lintas kapal dan barang
serta kelancaran pelaksanaan tugas
pemerintahan di Terminal Khusus/Terminal
untuk Kepentingan Sendiri;
b. Melengkapi Terminal Khusus/Terminal untuk
Kepentingan Sendiri dengan fasilitas
penampungan dan/atau pengolahan limbah
-650-
b. Pengawasan
1. Norma Pengawasan
a) Penyelenggara Pelabuhan sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan
terhadap pembangunan/pengembangan
Terminal Khusus/Terminal untuk
Kepentingan Sendiri;
b) Penyelenggara Pelabuhan sesuai dengan
kewenangannya melakukan pemeriksaan
pemenuhan kewajiban melalui
mekanisme pengawasan. Adapun
pengawasan pemenuhan kewajiban
meliputi:
1) Pelaksanaan pekerjaan
pembangunan/pengembangan
Terminal Khusus/Terminal untuk
Kepentingan Sendiri;
2) Pelaporan pelaksanaan kegiatan
pembangunan Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan
Sendiri secara berkala paling sedikit
3 (tiga) bulan sekali kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Laut,
Gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya;
3) Pembongkaran/pengembalian seperti
keadaan semula apabila tidak
terselesaikannya
pembangunan/pengembangan
terminal khusus/Terminal untuk
Kepentingan Sendiri;
-653-
c. Pelaksana Pengawasan
Petugas Penyelenggara Pelabuhan sesuai
dengan kewenangannya, yang melaksanakan
pengawasan yang memiliki kualifikasi di bidang
konstruksi, kepelabuhanan, dan hukum.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-656-
b. Pengawasan
1. Norma Pengawasan
a) Penyelenggara Pelabuhan terdekatsesuai
dengan kewenangannya melakukan
pengawasan terhadap pengoperasian
Terminal Khusus/Terminal untuk
Kepentingan Sendiri;
b) Penyelenggara Pelabuhan terdekatsesuai
dengan kewenangannya melakukan
pemeriksaan pemenuhan kewajiban
melalui mekanisme pengawasan. Adapun
pengawasan pemenuhan kewajiban
meliputi:
c) Pelaporan kegiatan operasional setiap
bulan kepada Direktur Kepelabuhanan dan
Penyelenggara Pelabuhan dengan
tembusan Gubernur dan Bupati/Walikota
setempat;
d) Ketaatan peraturan perundang-undangan
dan ketentuan di bidang kepelabuhanan,
lalu lintas angkutan di perairan,
keselamatan pelayaran dan perlindungan
lingkungan maritim;
e) Pembongkaran/pengembalian seperti
keadaan semula apabila sudah tidak
mengoperasikan Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan
Sendiri;
f) Ketaatan peraturan perundang-undangan
dari instansi Pemerintah lainnya yang
berkaitan dengan usaha pokoknya;
g) Pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran, alur pelayaran, kolam
pelabuhan dan fasilitas yang diperlukan
untuk menjamin keselamatan pelayaran
serta kelancaran arus lalu lintas kapal dan
-665-
c. Pelaksana Pengawasan
Petugas Penyelenggara Pelabuhan sesuai dengan
kewenangannya, yang melaksanakan pengawasan
yang memiliki kualifikasi di bidang konstruksi,
kepelabuhanan, dan hukum.
d. Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
atau unit layanan pengaduan yang disediakan
oleh pemerintah daerah.
-667-
b. Pengawasan
1. Norma Pengawasan
a. Penyelenggara Pelabuhan terdekat
melakukan pengawasan terhadap
pengoperasian Terminal Khusus/Terminal
untuk Kepentingan Sendiri sesuai dengan
kewenangannya;
b. Penyelenggara Pelabuhan terdekat
melakukan pemeriksaan pemenuhan
kewajiban melalui mekanisme pengawasan.
Adapun pengawasan pemenuhan kewajiban
meliputi:
1) Pelaporan kegiatan operasional setiap
bulan kepada Penyelenggara Pelabuhan
dengan tembusan kepada Gubernur dan
Bupati/Walikota setempat;
2) Ketaatan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan di bidang
kepelabuhanan, lalu lintas angkutan di
perairan, keselamatan pelayaran dan
perlindungan lingkungan maritim;
3) Ketaatan peraturan perundang-
undangan dari instansi Pemerintah
lainnya yang berkaitan dengan usaha
pokoknya;
4) Pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran, alur pelayaran, kolam
pelabuhan dan fasilitas yang diperlukan
untuk menjamin keselamatan pelayaran
serta kelancaran arus lalu lintas kapal
dan barang sesuai dengan sertifikat
-673-
ketidaksesuaian pelaksanaan
pengoperasian Terminal
Khusus/Terminal untuk Kepentingan
Sendiri dengan izin yang telah
diterbitkan serta memberikan perintah
untuk penghentian sementara terhadap
pelaksanaan kegiatan apabila
diperlukan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
e) Inspektur;
f) Auditor;
g) Surveyor; atau
h) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
-675-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151 atau
unit layanan pengaduan yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
-676-
elektronik
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasanperizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanismepengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Kepala Biro Hukum Sekretariat Jenderal;
b) Direktur Kepelabuhanan;
c) Kepala Bagian Hukum dan KSLN
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
d) Pejabat Struktural/Pejabat fungsional
lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara yang menjalankan
pengawasan dapat dilakukan dengan
membentuk Tim pengawas Terpadu,
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
5. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
-682-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-683-
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan berusaha
sesuai dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut menunjuk
tim verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasansebagaimana dimaksud pada angka
2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara yang menjalankan
pengawasan dapat dilakukan dengan
membentuk Tim pengawas Terpadu,
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
-690-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-691-
peraturan perundang-undangan).
6. Sarana a. Menyediakan dan memelihara Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran, alur-pelayaran, kolam
pelabuhan, dan fasilitas yang diperlukan untuk
kelancaran arus lalu lintas kapal dan barang
serta kelancaran pelaksanaan tugas
pemerintahan di Terminal Khusus;
b. Melengkapi Terminal Khusus dengan fasilitas
penampungan dan/atau pengolahan limbah
dan/atau sampah dalam masa pengoperasian,
mengacu pada dokumen lingkungan;
c. Menyediakan dan memelihara fasilitas kantor
guna kelancaran pelaksanaan tugas bagi instansi
bea cukai, imigrasi, dan karantina di terminal
khusus;
d. Menyediakan fasiltas penunjang bongkar muat
dan/atau kegiatan naik turun penumpang.
6. Penilaian a. Tinggi (T):
Kesesuaian dan Izin Terminal Khusus Yang Terbuka Bagi
Pengawasan Perdagangan Luar Negeriditerbitkan setelah
persyaratan dinyatakan terpenuhi berdasarkan
hasil verifikasiyang dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Laut, melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
Prosedur penilaian kesesuaian Standar Terminal
Khusus Yang Terbuka Bagi Perdagangan Luar
Negeri
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar usaha
melalui mekanisme pengawasan.
-697-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara yang menjalankan
pengawasan dapat dilakukan dengan
membentuk Tim pengawas Terpadu,
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
5. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
6. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
-698-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-699-
b. Pengawasan
1. Pemasangan marka garis muat kapal harus
mendapat pengawasan dari Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal di pelabuhan tempat kapal
berada.
2. Dalam hal pemeriksaan dan sertifikat yang
diterbitkan oleh organisasi yang diakui
(Recognized Organization), pengawasan
pemasangan marka diawasi oleh Surveyor.
3. Pemeriksaan persyaratan garis muat kapal
untuk penerbitan sertifikat garis muat
sementara harus dilaksanakan pada
pemeriksaan pertama yang dilaksanakan
sebelum kapal dioperasikan, meliputi
pemeriksaan lengkap terhadap bagian-bagian
konstruksi, bangunan, tata susunan, dan
bahan-bahan sesuai dengan persyaratan garis
muat.
4. Pemeriksaan pertama dilaksanakan oleh
Pejabat pemeriksa keselamatan kapal atau
surveyor Organisasi yang diakui (Recognized
Organization) yang telah diberikan kewenangan
-704-
kapal.
12. Pemadatan adalah kegiatan menyusun muatan
didalam ruangan muatan di kapal.
13. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal adalah
Pejabat Pemerintah yang mempunyai kualifikasi
dan keahlian di bidang keselamatan kapal.
14. Surveyor adalah personil dari badan klasifikasi
atau organisasi yang diakui yang memiliki
kualifikasi dan persyaratan untuk melakukan
survei di atas kapal.
15. Kapal bangunan baru adalah kapal yang
peletakkan lunasnya atau pada tahap
pembangunan yang serupa dilakukan pada atau
setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri ini.
16. Kapal Bangunan Lama adalah kapal selain
kapal bangunan baru.
17. Pelayaran internasional adalah pelayaran dari
pelabuhan di dalam pelayaran kawasan
Indonesia ke pelabuhan di suatu negara yang
menerapkan peraturan garis muat internasional
atau sebaliknya.
18. Perairan Indonesia adalah laut teritorial
Indonesia beserta perairan kepulauan dan
perairan pedalamannya.
19. Organisasi yang diakui (Recognized
Organization) adalah suatu Organisasi atau
badan klasifikasi yang telah diberikan
kewenangan atau pendelegasian oleh Menteri
melalui suatu perjanjian tertulis dan resmi
diantara kedua pihak untuk melakukan survei
dan sertifikasi kapal atas nama pemerintah
Republik Indonesia sebagaimana
persyaratannya diatur dalam IMO Res. 739 (18),
789 (19) dan RO Code.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS; dan
-708-
otorisasi; dan
5. Setelah mendapatkan pendelegasian baik
melalui perjanjian kerjasama atau pemberian
otorisasi, Organisasi yang diakui (Recognized
Organization) yang telah ditunjuk dapat
melakukan pemeriksaan dan pengukuhan
sertifikat garis muat kapal.
b. Pengawasan
1. Pemuatan di kapal tidak boleh melebihi
batas garis muat yang sesuai marka garis
muat yang ditetapkan di sertifikat garis muat
Pemasangan marka garis muat;
2. Pemeriksaan tahunan yang dilaksanakan 3
(tiga) bulan sebelum atau sesudah tanggal
berlakunya sertifikat;
3. Pemeriksaan tahunan dilaksanakan oleh
Pejabat pemeriksa keselamatan kapal atau
surveyor Organisasi yang diakui (Recognized
Organization) yang telah diberikan
kewenangan pada pelabuhan di tempat
kapal berada.
4. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan
pengenaan sanksi administratif dalam hal
ditemukannya pelanggaran dari Pemilik
Kapal.
c. PelaksanaPengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal pada
Syahbandar di pelabuhan tempat kapal
berada.
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang.
-710-
d. SaluranPengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-711-
b. Pengawasan
1. Pemasangan marka garis muat kapal harus
mendapat pengawasan dari Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal di pelabuhan tempat kapal
berada;
2. Pemasangan marka garis muat di kapal harus
sesuai dengan nilai yang dicantumkan pada
sertifikat garis muat dan instruksi
pemasangan garis muat kapal yang telah
diterbitkan;
3. Setelah pemasangan marka garis muat kapal
selesai dilakukan, harus dibuat berita acara
yang ditanda tangani oleh pemilik kapal;
pejabat pemeriksa keselamatan kapal; dan
surveyor organisasi yang diakui (Recognized
Organization) apabila sertifikat yang
diterbitkan oleh organisasi yang diakui
(Recognized Organization);
4. Dalam hal pemeriksaan dan sertifikat yang
-716-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal pada Syahbandar di
pelabuhan tempat kapal berada;
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang;
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
dan/atau Pejabat Pemeriksa memiliki
kewajiban:
-717-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-718-
b. Pengawasan
1. Sebelum pembangunan kapal, pemilik atau
galangan kapal harus melaporkan rencana
pembangunan/perombakan kapal tersebut
kepada Syahbandar setempat untuk
mendapatkan surat pengantar dan
pengawasan pembangunan kapal;
2. Surat permohonan untuk mendapatkan surat
pengantar diajukan oleh pemilik atau
galangan kapal secara tertulis atau elektronik
kepada Syahbandar setempat dengan
melampirkan:
a) Kontrak atau perjanjian pembangunan/
perombakan kapal; dan
b) Gambar rencana umum.
3. Untuk kapal yang dibangun di luar negeri,
pengawasan dilaksanakan oleh Pejabat
-724-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal pada Syahbandar ditempat
kapal dibangun;
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang;
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
dan/atau Pejabat Pemeriksa memiliki
kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Mempunyai surat tugas resmi dari
Pemerintah untuk melakukan inspeksi;
c) Menyusun berita acara pemeriksaan atas
pelaksanaan inspeksi lapangan yang
disetujui oleh pemilik kapal; dan
d) Memberikan rekomendasi kepada
Galangan/Pemilik Kapal untuk
-726-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-727-
b. Pengawasan
1. Sebelum pembangunan kapal, pemilik atau
galangan kapal harus melaporkan rencana
pembangunan/perombakan kapal tersebut
kepada Syahbandar setempat untuk
mendapatkan surat pengantar dan
pengawasan pembangunan kapal;
2. Setelah mendapatkan pengesahan gambar,
pemilik atau galangan kapal menyampaikan
dokumen pengesahan gambar kepada
Syahbandar setempat;
3. Selama kapal dibangun harus mendapatkan
pengawasan dari Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal yang ditunjuk dari
Syahbandar setempat; dan
4. Dalam hal ditemukan ketidaksesuaian antara
kondisi kapal dan gambar rancang bangun
yang telah disahkan, Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal harus memberikan
instruksi kepada pemilik atau galangan kapal
untuk mengajukan kembali penyesuaian
pengesahan gambar kepada Direktur
Jenderal.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal pada Syahbandar
ditempat kapal dibangun;
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang;
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
-732-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-733-
b. Pengawasan
1. Kapal Bangunan Lama yang telah
mendapatkan pengesahan gambar, tidak
diperkenankan dilakukan perubahan di kapal
yang mengakibatkan ketidaksesuaian kondisi
fisik kapal dengan gambar kapal tanpa
pengesahan oleh Direktur Jenderal.
2. Dalam hal terdapat perubahan di kapal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemilik
atau operator kapal wajib menyampaikan
kembali permohonan pengesahan gambar
kapal terhadap perubahan rancangan gambar
dengan kelengkapan persyaratan disertai
dengan rancangan gambar kapal terbaru.
3. Setelah mendapatkan pengesahan gambar,
pemilik atau galangan kapal menyampaikan
dokumen pengesahan gambar kepada
Syahbandar setempat.
4. Dalam hal ditemukan ketidaksesuaian antara
kondisi kapal dan gambar rancang bangun
yang telah disahkan, Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal harus memberikan
instruksi kepada pemilik atau galangan kapal
untuk mengajukan kembali penyesuaian
pengesahan gambar kepada Direktur Jenderal.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal pada Syahbandar
setempat;
-739-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-740-
b. Pengawasan:
1. Sebelum perombakan kapal, pemilik atau
galangan kapal harus melaporkan rencana
perombakan kapal tersebut kepada
Syahbandar setempat untuk mendapatkan
surat pengantar dan pengawasan
perombakan kapal.
2. Setelah mendapatkan pengesahan gambar,
pemilik atau galangan kapal menyampaikan
dokumen pengesahan gambar kepada
Syahbandar setempat.
3. Selama kapal dirombak harus mendapatkan
pengawasan dari Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal yang ditunjuk dari
Syahbandar setempat selain pengawasan
dari Surveyor Badan Klasifikasi (bagi kapal
masuk klas).
4. Dalam hal ditemukan ketidaksesuaian
antara kondisi kapal dan gambar rancang
bangun yang telah disahkan, Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal harus
memberikan instruksi kepada pemilik atau
galangan kapal untuk mengajukan kembali
penyesuaian pengesahan gambar kepada
Direktur Jenderal
5. Dalam hal ditemukan proses perombakan
kapal yang dapat menimbulkan kecelakaan
atau bahaya keselamatan jiwa, Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal dapat
menghentikan proses pembangunan.
c. Pelaksana Pengawasan:
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal pada
Syahbandar ditempat kapal dirombak.
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
-746-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-747-
b. Pengawasan
1. Kapal saat peluncuran atau pemuatan harus
dalam kondisi tegak dan memiliki stabilitas
yang baik sesuai ketentuan.
2. Pengawasan melalui :
a) selesai kapal dibangun, kapal barang
lebih dari 24 meter dan kapal
penumpang semua ukuran harus
dilakukan uji stabilitas atau uji
kemiringan (inclining test) yang diawasi
oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan
Kapal di pelabuhan setempat;
b) uji kemiringan (inclining test) kapal
perubahan berat kapal lebih dari 2% (dua
persen) dari berat kapal kosong dan/atau
adanya pergeseran titik berat memanjang
kapal lebih dari 1% (satu persen) ( untuk
kapal yang mengalami perombakan)
c) verifikasi kesesuaian buku stabilitas
yang ada diatas kapal.
d) pengawasan terhadap sea trial.
3. Hasil dari pengawasan yang dilaksanakan
oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal di
tuangkan dalam berita acara dan laporan
pelaksanaan yang ditandatangani antara lain
oleh pemilik atau galangan kapal, Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal dan surveyor
klas apabila kapal masuk klas.
4. Buku perhitungan stabilitas kapal yang telah
disahkan harus di simpan atas kapal untuk
dapat digunakan oleh awak pada berbagai
kondisi pemuatan atau operasi kapal.
-752-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal pada
Syahbandar ditempat kapal dirombak.
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang.
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
dan/atau Pejabat Pemeriksa memiliki
kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Mempunyai surat tugas resmi dari
Pemerintah untuk melakukan inspeksi;
c) Menyusun berita acara pemeriksaan atas
pelaksanaan inspeksi lapangan yang
disetujui oleh pemilik kapal; dan
d) Memberikan rekomendasi kepada
Galangan/Pemilik Kapal untuk
melaksanakan perbaikan atau tindakan
yang di anggap perlu terhadap Kapalnya.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-753-
b. Pengawasan
1. Pengawasan kelengkapan dan fungsi
peralatan keselamatan jiwa dan/atau
pencegahan/pemadam kebakaran dilakukan
saat pemeriksaan saat sertifikasi maupun
saat kapal akan bertolak dari pelabuhan.
2. Gambar rencana perlengkapan keselamatan
jiwa dan/atau pencegahan kebakaran Kapal
atau sistem evakuasi atau instalasi
pemadam/pencegahan kebakaran tetap yang
telah disahkan harus dipasang di ruangan
atau lokasi di kapal yang dapat di lihat jelas
oleh awak kapal dan/atau penumpang.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal pada
Syahbandar ditempat kapal dirombak.
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang.
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
dan/atau Pejabat Pemeriksa memiliki
kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Mempunyai surat tugas resmi dari
-757-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-758-
perairan pedalamannya.
14. Organisasi yang diakui (Recognized Organization)
adalah suatu Organisasi atau badan klasifikasi
yang telah diberikan kewenangan atau
pendelegasian oleh Menteri melalui suatu
perjanjian tertulis dan resmi diantara kedua
pihak untuk melakukan survei dan sertifikasi
kapal atas nama pemerintah Republik Indonesia
sebagaimana persyaratannya diatur dalam IMO
Res. 739 (18), 789 (19) dan RO Code.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS; dan
b. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan a. Surat ukur;
khusus b. Surat tanda kebangsaan kapal;
c. Surat pengesahan gambar dan gambar rencana
umum; dan
d. Buku pedoman pengamanan muatan.
5. Sarana Aplikasi komputerisasi penelitian dan pemeriksaan
gambar
6. Penilaian a. Menengah Tinggi:
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar menengah tinggi
Pengawasan dilakukan melalui verifikasi yang dilakukan oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
Kepelautan;
2. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan
melakukan penelitian atas persyaratan
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari
kerja sejak permohonan diterima dan
melakukan peninjauan lapangan;
3. Berdasarkan penelitian persyaratan telah
terpenuhi, Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan menerbitkan surat pengesahan
cargo securing manual.
b. Pengawasan
1. Pemuatan, pemadatan dan pengamanan
muatan dilakukan oleh crew kapal dan
diawasi oleh Pejabat pemeriksa keselamatan
Kapal di pelabuhan setempat.
2. Proses Pemuatan dikapal harus dapat
melindungi kapal, muatan, dan awak kapal
serta memperhatikan syarat kecakapan
pelaut yang baik (good seamanship).
3. Pedoman Pengamanan Muatan (Cargo/
Container Securing Manual) yang telah
disahkan harus di simpan atas kapal untuk
dapat digunakan oleh awak kapal saat
pemuatan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat
Pemeriksa Keselamatan Kapal pada
Syahbandar ditempat kapal dirombak.
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang.
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
dan/atau Pejabat Pemeriksa memiliki
-762-
kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Mempunyai surat tugas resmi dari
Pemerintah untuk melakukan inspeksi;
c) Menyusun berita acara pemeriksaan atas
pelaksanaan inspeksi lapangan yang
disetujui oleh pemilik kapal; dan
d) Memberikan rekomendasi kepada
Galangan/Pemilik Kapal untuk
melaksanakan perbaikan atau tindakan
yang di anggap perlu terhadap Kapalnya.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-763-
peninjauan lapangan;
3. Berdasarkan penelitian persyaratan telah
terpenuhi, Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan menerbitkan sertifikat garis
muat kapal.
c. Pengawasan
1. Pemeriksaan persyaratan garis muat harus
sesuai konvensi ILLC ’66.
2. Pemeriksaan pertama, tahunan dan
pembaharuan dan penerbitan sertifikat garis
muat dilaksanakan oleh Surveyor Organisasi
yang diakui (Recognized Organization)setelah
diterbitkan surat otorisasi garis muat.
3. Jenis pemeriksaan/sertifikasi garis muat
harus sesuai dengan surat otorisasi garis
muat.
4. Pemasangan marka garis muat di kapal
harus sesuai dengan nilai yang dicantumkan
pada sertifikat garis muat.
5. Untuk keperluan monitoring, penerbitan
surat otorisasi didalamnya berisi juga nomor
pengesahan otorisasi.
6. Organisasi yang diakui (Recognized
Organization) yang telah melakukan
pemeriksaan dan penerbitan sertifikat atas
nama Pemerintah Republik Indonesia harus
memenuhi kewajibannya sebagaimana dalam
surat otorisasi ataupun perjanjian.
d. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh:
a) Direktorat Perkapalan dan Kepelautan;
b) Syahbandar;
2. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan
memberikan rekomendasi kepada Pemilik
-770-
e. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-771-
Kepelautan;
2. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan
melakukan penelitian atas persyaratan
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
permohonan diterima dan dilakukan
peninjauan lapangan;
3. Berdasarkan penelitian persyaratan telah
terpenuhi, Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan paling lama 4 (empat) hari kerja
menerbitkan Penunjukan Pelaksanaan
Pemeriksaan, Pengujian Dan Sertifikasi Peti
Kemas.
b. Pengawasan
1. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan
bersama Tim teknis kantor pusat
melaksanakan pengawasan yaitu:
a) evaluasi secara berkala setiap tahun
untuk memastikan masih terpenuhinya
persyaratan Pemeriksaan, Pengujian Dan
Sertifikasi Peti Kemas;
b) hasil Evaluasi Penunjukkan Badan
Klasifikasi Yang Ditunjuk atau Badan
Usaha Yang Ditunjuk dituangkan dalam
berita acara evaluasi.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 1, bertujuan untuk memastikan
kepatuhan Badan Klasifiaksi atau Badan
Usaha yang ditunjuk terhadap ketentuan
pelaksanaaan Pemeriksaan, Pengujian dan
Persetujuan Peti Kemas;
3. Pengawasan dilakukan secara berkala;
4. Pengawasan pada angka 3 meliputi:
a) Review laporan kegiatan Badan
Klasifikasi atau Badan Usaha yang
ditunjuk yang disampaikan setiap 6
-778-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan olehTim Teknis
terpadu Kantor Pusat Direktorat Jenderal
dengan melibatkan Sekretariat Jenderal;
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
dan/atau Petugas Pengawas dapat
melakukan pengawasan dengan memeriksa
kondisi dari sarana dan prasarana Badan
Klasifikasi atau Badan Usaha yang ditunjuk;
3. Tim Teknis terpadu Kantor Pusat memiliki
kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Mempunyai surat tugas untuk
melakukan inspeksi lapangan;
c) Menyusun berita acara pemeriksaan atas
pelaksanaan inspeksi lapangan;
d) Memberikan rekomendasi kepada Badan
Klasifikasi atau Badan Usaha yang
Ditunjuk yang di anggap perlu terhadap
pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan
sertifikasi kelaikan peti kemas; dan
-779-
d. Saluran pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-780-
pengujian.
5. Muatan adalah berbagai barang, perangkat,
barang dagangan, dan bagian dari setiap jenis
apapun itu yang diangkut dalam peti kemas.
6. Peti Kemas Baru adalah peti kemas yang awal
produksinya dilakukan pada atau setelah
Peraturan Menteri ini diundangkan.
7. Peti Kemas Lama adalah peti kemas yang bukan
peti kemas baru.
8. Pemilik Peti Kemas adalah orang perorangan
atau badan usaha termasuk perwakilan pemilik
atau pihak penyewa atau pihak pemberi
jaminan atau pihak yang memiliki perjanjian
dengan pemilik terhadap tanggung jawab
sertifikasi dan persetujuan selama penanganan
pergerakan peti kemas.
9. Pabrik Pembuat Peti Kemas adalah badan usaha
yang bergerak di bidang pembuatan peti kemas
yang telah memperoleh izin usaha industri dari
instansi yang berwenang.
10. Tipe Peti Kemas adalah jenis desain yang
disahkan oleh Pemerintah.
11. Type Design adalah peti kemas yang dibuat
berdasarkan dengan persetujuan jenis desain.
12. Pelat Persetujuan Kelaikan (Safety Approval
Plate) adalah pelat persetujuan kelaikan peti
kemas.
13. Tanda Tanggal Pemeriksaan Berikutnya (Next
Examination Date/NED) adalah tanda pada atau
dekat pelat persetujuan kelaikan peti kemas
yang menunjukkan tanggal maksimum
pemeriksaan berikutnya.
14. Berat Kotor Maksimum Operasi atau Rating (R)
adalah berat maksimum kombinasi yang
diizinkan dari peti kemas dan muatannya.
15. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal adalah
-782-
b. Pengawasan
1. Pengawasan Peti Kemas dilakukan
memeriksa sebagai berikut :
a. melakukan penelitian dan verifikasi
terhadap pemenuhan persyaratan
terhadap standar yang berkaitan dengan
peti kemas;
b. melakukan pengawasan selama proses
pembuatan Peti Kemas sampai Peti
Kemas siap untuk dilakukan
pemeriksaan dan pengujian;
c. memeriksa atau menguji unit Peti Kemas
yang diproduksi yang berkaitan dengan
Peti Kemas;
d. menyampaikan laporan hasil
pengawasan, pemeriksaan, dan
pengujian Peti Kemas; dan
e. Pengujian Peti Kemas harus disertai
laporan hasil pemeriksaan dan pengujian
sertaberlaku selama peti kemas tidak
dilakukan modifikasi yang
mengakibatkan perubahan strukturdan
hasil pengujian sebelumnya; dan
f. mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
-787-
c. PelaksanaPengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Surveyor; atau
c) Petugas pengawas.
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal,
surveyor atau petugas pengawas
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang.
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal,
surveyor atau petugas pengawas dalam
melakukan pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan/kondisi Peralatan
yang digunakan pabrik pembuat peti
kemas;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
d) Menghentikan pelanggaran tertentu;
e) Menerapkan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku; dan
f) Melakukan pembinaan terhadap Shipper
dan/atau Pihak Ketiga.
4. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal,
-788-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-789-
pengujian.
5. Muatan adalah berbagai barang, perangkat,
barang dagangan, dan bagian dari setiap jenis
apapun itu yang diangkut dalam peti kemas.
6. Peti Kemas Baru adalah peti kemas yang awal
produksinya dilakukan pada atau setelah
Peraturan Menteri ini diundangkan.
7. Peti Kemas Lama adalah peti kemas yang bukan
peti kemas baru.
8. Pemilik Peti Kemas adalah orang perorangan
atau badan usaha termasuk perwakilan pemilik
atau pihak penyewa atau pihak pemberi
jaminan atau pihak yang memiliki perjanjian
dengan pemilik terhadap tanggung jawab
sertifikasi dan persetujuan selama penanganan
pergerakan peti kemas.
9. Pabrik Pembuat Peti Kemas adalah badan
usaha yang bergerak di bidang pembuatan peti
kemas yang telah memperoleh izin usaha
industri dari instansi yang berwenang.
10. Tipe Peti Kemas adalah jenis desain yang
disahkan oleh Pemerintah.
11. Type Design adalah peti kemas yang dibuat
berdasarkan dengan persetujuan jenis desain.
12. Pelat Persetujuan Kelaikan (Safety Approval
Plate) adalah pelat persetujuan kelaikan peti
kemas.
13. Tanda Tanggal Pemeriksaan Berikutnya (Next
Examination Date/NED) adalah tanda pada
atau dekat pelat persetujuan kelaikan peti
kemas yang menunjukkan tanggal maksimum
pemeriksaan berikutnya.
14. Berat Kotor Maksimum Operasi atau Rating (R)
adalah berat maksimum kombinasi yang
diizinkan dari peti kemas dan muatannya.
15. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal adalah
-791-
b. Pengawasan
1. Pengawasan Peti Kemas dilakukan
memeriksa sebagai berikut:
a) melakukan penelitian dan verifikasi
terhadap pemenuhan persyaratan
terhadap standar yang berkaitan dengan
peti kemas;
b) melakukan pengawasan selama proses
pembuatan Peti Kemas sampai Peti
Kemas siap untuk dilakukan
pemeriksaan dan pengujian;
c) memeriksa atau menguji unit Peti Kemas
yang diproduksi yang berkaitan dengan
Peti Kemas;
d) menyampaikan laporan hasil
pengawasan, pemeriksaan, dan
pengujian Peti Kemas; dan
e) Pengujian Peti Kemas harus disertai
laporan hasil pemeriksaan dan pengujian
sertaberlaku selama peti kemas tidak
dilakukan modifikasi yang
mengakibatkan perubahan strukturdan
hasil pengujian sebelumnya; dan
f) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari tidak tercapainya
standar pemeriksaan berkelanjutan yang
-796-
disetujui.
2. Pemeriksaan pelat persetujuan kelaikan
(CSC Safety Approval Plate); dan
3. Pemeriksaan validasi program ACEP atau
program NED.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Surveyor; atau
c) Petugas pengawas.
2. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal,
surveyor atau petugas pengawas
menjalankan tugas Pengawasan berdasarkan
Surat Perintah Penugasan dari Pejabat yang
berwenang.
3. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal,
surveyor atau petugas pengawas dalam
melakukan pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan/kondisi Peralatan
yang digunakan pabrik pembuat peti
kemas;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
d) Menghentikan pelanggaran tertentu;
e) Menerapkan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku; dan
f) Melakukan pembinaan terhadap Shipper
dan/atau Pihak Ketiga.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-798-
pengujian.
5. Muatan adalah berbagai barang, perangkat,
barang dagangan, dan bagian dari setiap jenis
apapun itu yang diangkut dalam peti kemas.
6. Peti Kemas Baru adalah peti kemas yang awal
produksinya dilakukan pada atau setelah
Peraturan Menteri ini diundangkan.
7. Peti Kemas Lama adalah peti kemas yang bukan
peti kemas baru.
8. Pemilik Peti Kemas adalah orang perorangan
atau badan usaha termasuk perwakilan pemilik
atau pihak penyewa atau pihak pemberi
jaminan atau pihak yang memiliki perjanjian
dengan pemilik terhadap tanggung jawab
sertifikasi dan persetujuan selama penanganan
pergerakan peti kemas.
9. Pabrik Pembuat Peti Kemas adalah badan usaha
yang bergerak di bidang pembuatan peti kemas
yang telah memperoleh izin usaha industri dari
instansi yang berwenang.
10. Tipe Peti Kemas adalah jenis desain yang
disahkan oleh Pemerintah.
11. Type Design adalah peti kemas yang dibuat
berdasarkan dengan persetujuan jenis desain.
12. Pelat Persetujuan Kelaikan (Safety Approval
Plate) adalah pelat persetujuan kelaikan peti
kemas.
13. Tanda Tanggal Pemeriksaan Berikutnya (Next
Examination Date/NED) adalah tanda pada atau
dekat pelat persetujuan kelaikan peti kemas
yang menunjukkan tanggal maksimum
pemeriksaan berikutnya.
14. Berat Kotor Maksimum Operasi atau Rating (R)
adalah berat maksimum kombinasi yang
diizinkan dari peti kemas dan muatannya.
-800-
(dua) tahun;
b) Peti Kemas dibuat berdasarkan Type
Design yang telah dilakukan pengujian
dan telah memenuhi kondisi teknis
sesuai persyaratan konvensi dengan
pengecualian terhadap kondisi teknis
yang berhubungan dengan uji kekuatan
pada dinding belakang dan dinding
samping; atau
b. Pengawasan
1. Pengawasan Peti Kemas dilakukan
memeriksa sebagai berikut:
1. melakukan penelitian dan verifikasi
-804-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Surveyor; atau
c) Petugas pengawas.
-805-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-807-
NO PERSETUJUAN PERALATAN
PENENTUAN BERAT KOTOR PETI KEMAS TERVERIFIKASI
(VERIFIED GROSS MASS/VGM) DENGAN METODE KE-1
(KBLI 71207)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
persetujuan peralatan penentuan berat kotor peti
kemas terverifikasi (verified gross mass/VGM)
dengan metode ke-1 untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan usaha Jasa Klasifikasi Kapal (71207).
2. Istilah dan 1. Peti Kemas adalah bagian dari alat angkut yang
Definisi berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang
memenuhi syarat, bersifat permanen dan dapat
dipakai berulang-ulang, yang memiliki pasangan
sudut serta dirancang secara khusus untuk
memudahkan angkutan barang dengan satu
atau lebih modatransportasi, tanpa harus
dilakukan pemuatan kembali.
2. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah.
3. Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang
memenuhi persyaratan material, konstruksi,
bangunan, permesinan dan perlistrikan,
stabilitas, tata susunan serta perlengkapan
termasuk perlengkapan alat penolong dan radio,
elektronika kapal yang dibuktikan dengan
sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan
pengujian.
-808-
b. Pengawasan
1. Pelaksanaan pemenuhan berat kotor peti
kemas terverifikasi (Verified Gross Mass/VGM)
dilaksanakan di lokasi pelabuhan oleh
Penyelenggara Pelabuhan.
2. Peti Kemas beserta kemasan dan muatannya
dilarang diangkut ke kapal apabila tidak
dilengkapi dengan informasi/dokumen Berat
-813-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Penyelenggara
Pelabuhan.
2. Penyelenggara Pelabuhan menunjuk Pejabat
atau petugas untuk melakukan pengawasan.
3. Penyelenggara Pelabuhan dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan/kondisi Peralatan
yang digunakan sebagai menentukan
Berat Kotor Peti Kemas Terverifikasi
(Verified Gross Mass/VGM) dengan metode
ke-1;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
d) Menghentikan pelanggaran tertentu;
e) Menerapkan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku; dan
f) Melakukan pembinaan terhadap Shipper
dan/atau Pihak Ketiga.
4. Pejabat atau petugas pada Penyelenggara
Pelabuhan memiliki kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Memberikan rekomendasi kepada Shipper
dan/atau Pihak Ketiga untuk
melaksanakan perbaikan atau tindakan
yang di anggap perlu; dan
c) Menjaga kerahasiaan informasi Shipper
dan/atau Pihak Ketiga
5. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan
-815-
d. Saluran pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui :
1. Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, contact
centre 151; atau
2. Penyelenggara Pelabuhan setempat.
-816-
b. Pengawasan
1. Pelaksanaan pemenuhan berat kotor peti
kemas terverifikasi (verified gross
mass/VGM) dilaksanakan di lokasi
pelabuhan oleh Penyelenggara Pelabuhan.
2. Peti Kemas beserta kemasan dan muatannya
dilarang diangkut ke kapal apabila tidak
dilengkapi dengan informasi/dokumen Berat
Kotor Peti Kemas Terverifikasi (Verified Gross
Mass/VGM).
3. Penyelenggara Pelabuhan melaksanakan
pengawasan terhadap kewajiban Shipper
atau Pihak Ketiga yang telah menerima
Persetujuan Penentuan Berat Kotor Peti
Kemas Terverifikasi (Verified Gross
Mass/VGM) Metode Ke-2), yaitu:
a) melakukan pendaftaran kepada
Penyelenggara Pelabuhan di lokasi
pemuatan Peti Kemas apabila
persetujuan diterbitkan oleh
Penyelenggara Pelabuhan di pelabuhan
lain;
b) menyampaikan hasil penentuan Berat
-823-
c. Pelaksana pengawasan
2. Pengawasan dilakukan oleh Penyelenggara
Pelabuhan.
3. Penyelenggara Pelabuhan menunjuk Pejabat
atau petugas untuk melakukan pengawasan.
4. Penyelenggara Pelabuhan dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan/kondisi Peralatan
yang digunakan sebagai menentukan
Berat Kotor Peti Kemas Terverifikasi
(Verified Gross Mass/VGM) dengan
-824-
metode ke-2;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
d) Menghentikan pelanggaran tertentu;
e) Menerapkan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku; dan
f) Melakukan pembinaan terhadap Shipper
dan/atau Pihak Ketiga.
5. Pejabat atau petugas di Penyelebggara
Pelabuhan memiliki kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Memberikan rekomendasi kepada Shipper
dan/atau Pihak Ketiga untuk
melaksanakan perbaikan atau tindakan
yang di anggap perlu terhadap
peralatannya; dan
c) Menjaga kerahasiaan informasi Shipper
dan/atau Pihak Ketiga
6. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan
pengenaan sanksi administratif dalam hal
ditemukannya pelanggaran dari Shipper
dan/atau Pihak Ketiga.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui :
1. Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, contact
centre 151; atau
2. Penyelenggara Pelabuhan setempat.
-825-
b. Pengawasan
1. Pelaksanaan pemenuhan berat kotor peti
kemas terverifikasi (Verified Gross
Mass/VGM) dilaksanakan di lokasi
pelabuhan oleh Penyelenggara Pelabuhan.
2. Peti Kemas beserta kemasan dan muatannya
dilarang diangkut ke kapal apabila tidak
dilengkapi dengan informasi/dokumen Berat
Kotor Peti Kemas Terverifikasi (Verified Gross
Mass/VGM).
-831-
disetujui.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh Penyelenggara
Pelabuhan.
2. Penyelenggara Pelabuhan menunjuk Pejabat
atau petugas untuk melakukan pengawasan.
3. Penyelenggara Pelabuhan dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan/kondisi Peralatan
yang digunakan sebagai menentukan
Berat Kotor Peti Kemas Terverifikasi
(VerifiedGross Mass/VGM) dengan
metode ke-2;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
d) Menghentikan pelanggaran tertentu;
e) Menerapkan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku; dan
f) Melakukan pembinaan terhadap Shipper
dan/atau Pihak Ketiga.
4. Pejabat atau petugas di Penyelenggara
Pelabuhan memiliki kewajiban:
a) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
b) Memberikan rekomendasi kepada Shipper
dan/atau Pihak Ketiga untuk
melaksanakan perbaikan atau tindakan
yang di anggap perlu terhadap
peralatannya; dan
c) Menjaga kerahasiaan informasi Shipper
dan/atau Pihak Ketiga.
-833-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan dapat disampaikan melalui :
1. Pengaduan disampaikan melalui portal
SIMADU Kementerian Perhubungan, contact
centre 151; atau
2. Penyelenggara Pelabuhan setempat.
-834-
pengujian.
5. Muatan adalah berbagai barang, perangkat,
barang dagangan, dan bagian dari setiap jenis
apapun itu yang diangkut dalam peti kemas.
6. Peti Kemas Baru adalah peti kemas yang awal
produksinya dilakukan pada atau setelah
Peraturan Menteri ini diundangkan.
7. Peti Kemas Lama adalah peti kemas yang bukan
peti kemas baru.
8. Pemilik Peti Kemas adalah orang perorangan
atau badan usaha termasuk perwakilan pemilik
atau pihak penyewa atau pihak pemberi
jaminan atau pihak yang memiliki perjanjian
dengan pemilik terhadap tanggung jawab
sertifikasi dan persetujuan selama penanganan
pergerakan peti kemas.
9. Pabrik Pembuat Peti Kemas adalah badan usaha
yang bergerak di bidang pembuatan peti kemas
yang telah memperoleh izin usaha industri dari
instansi yang berwenang.
10. Tipe Peti Kemas adalah jenis desain yang
disahkan oleh Pemerintah.
11. Type Design adalah peti kemas yang dibuat
berdasarkan dengan persetujuan jenis desain.
12. Pelat Persetujuan Kelaikan (Safety Approval
Plate) adalah pelat persetujuan kelaikan peti
kemas.
13. Tanda Tanggal Pemeriksaan Berikutnya (Next
Examination Date/NED) adalah tanda pada atau
dekat pelat persetujuan kelaikan peti kemas
yang menunjukkan tanggal maksimum
pemeriksaan berikutnya.
14. Berat Kotor Maksimum Operasi atau Rating (R)
adalah berat maksimum kombinasi yang
diizinkan dari peti kemas dan muatannya.
15. Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal adalah
-836-
b. Pengawasan
1. Menteri melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha sesuai dengan
kewenangannyadengan menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka1, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan pemilik peti
kemas terhadap standar yang berkaitan
dengan peti kemas; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari tidak tercapainya
standar pemeriksaan berkelanjutan yang
disetujui.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
-840-
administrasi; dan
e) Menjaga kerahasiaan informasi pemilik
Peti Kemas.
5. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan
pengenaan sanksi administratif dalam hal
ditemukannya pelanggaran dari Pemilik Peti
Kemas.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
-842-
e. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
Direktur Jenderal membentuk dan/atau
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar usaha
melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan pemilik Bengkel
Usaha Perbaikan Peti Kemas terhadap
standar yang berkaitan dengan
usahanya; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari tidak tercapainya
-848-
c. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-850-
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-854-
b. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-859-
2. Istilah dan Definisi 1. Surat Ukur Kapal adalah surat kapal yang
memuat ukuran dan tonase kapal berdasarkan
hasil pengukuran;
2. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah
3. Tonase Kapal adalah volume kapal yang
dinyatakan dalam tonase kotor/gross tonnage (GT)
dan tonase bersih/net tonnage (NT);
4. Kode Pengukuran adalah rangkaian huruf yang
disusun dan ditetapkan bagi masing-masing
pelabuhan yang diberi wewenang untuk
menerbitkan Surat Ukur;
5. Tanda Selar adalah rangkaian huruf dan angka
yang terdiri dari GT. angka tonase kotor, No. yang
diikuti angka nomor surat ukur, dan kode
pengukuran dari pelabuhan yang menerbitkan
Surat Ukur ditetapkan;
6. Syahbandar adalah Pejabat Pemerintah di
Pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk
-860-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas Penerbitan
Surat Ukur Dalam negeri Sementara.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
-862-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-864-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha Penerbitan Surat Ukur
Internasional Sementara.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Direktur
Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan
dan Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
-867-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-869-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusahamelaksanakan pengawasan
perizinan berusaha Penerbitan Surat Ukur
Dalam Negeri.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Surat Ukur dalam
Negeri; dan
-872-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-874-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan atas Penerbitan
Surat Ukur Internasional.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Surat Ukur
Internasional; dan
-877-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-879-
b. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-882-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan atas Pengesahan
Berita Acara Pemasangan Tanda Selar.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
-885-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan
dan Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi
yang dilakukan secara periodik setiap 1 (satu)
tahun dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-887-
b. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-890-
STANDAR KEGIATAN
PENERBITAN GROSS AKTA PENDAFTARAN KAPAL
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Gross
Akta Pendaftaran Kapal Sementara sesuai
dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Gross Akta
Pendaftaran Kapal; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
-897-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-899-
2. Istilah dan Definisi 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
2. Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama Kapal
adalah Pejabat Pemerintah yang berwenang
menyelenggarakan pendaftaran kapal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Pegawai Pembantu Pendaftaran dan Baliknama
Kapal adalah pegawai yang ditunjuk untuk
membantu Pejabat Pendaftar dan Pencatat
Baliknama Kapal dalam menyelenggarakan
pendaftaran kapal.
4. Minut Akta adalah Akta asli.
5. Gross Akta adalah salinan resmi dari Minut Akta.
6. Sistem Pendaftaran Kapal Elektronik yang
selanjutnya disingkat SPKE adalah sistem
pelayanan jasa teknologi informasi pendaftaran
kapal secara elektronik yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal.
7. Pemilik Kapal adalah perseorangan, instansi
-900-
5. Sarana -
d. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Gross
Akta Pendaftaran Kapal Sementara sesuai
dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Gross Akta
Pendaftaran Kapa Sementaral; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan tentang jumlah, jenis, dan kriteria
Gross Akta yang diterbitkan, serta
kendala/permasalahan yang terjadi di
lapangan.
4. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara:
-903-
a) rutin; dan/atau
b) insidentil.
5. Monitoring dan Evaluasi rutin sebagaimana
dimaksud pada angka 4 huruf a) dilakukan
berdasarkan:
a) Laporan Syahbandar/Unit Pelaksana
Teknis; dan/atau
b) Inspeksi lapangan.
6. Monitoring dan Evaluasi insidentil
sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf b)
dilakukan berdasarkan:
a) Laporan dan/atau pengaduan dari
masyarakat;
b) Kebutuhan pemerintah lainnya yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Laporan Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis
sebagaimana dimaksud angka 5 huruf a)
merupakan informasi yang disampaikan
Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis kepada
Pemerintah Pusat mengenai perkembangan
kegiatan Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis
dan/atau kepatuhan Syahbandar/Unit
Pelaksana Teknis terhadap standar serta
informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan
Penerbitan Gross Akta Pendaftaran Kapal
Sementara.
8. Informasi sebagaimana dimaksud pada angka
7, dilakukan secara manual dengan
mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing.
9. Inspeksi Lapangan sebagaimana dimaksud
pada angka 5 huruf b, dalam bentuk
kunjungan fisik untuk melakukan:
a) pemeriksaan administratif dan fisik atas
pemenuhan standar;
-904-
b) pengujian; dan/atau
c) pembinaan dalam bentuk pendampingan
dan penyuluhan.
e. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
f. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-905-
STANDAR KEGIATAN
PENERBITAN GROSS AKTA PENGGANTI
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Gross
Akta Pengganti sesuai dengan
kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Gross Akta Pengganti;
dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan tentang jumlah, jenis, dan kriteria
Gross Akta yang diterbitkan, serta
kendala/permasalahan yang terjadi di
lapangan.
4. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara:
a) rutin; dan/atau
b) insidentil.
5. Monitoring dan Evaluasi rutin sebagaimana
dimaksud pada angka 4 huruf a) dilakukan
berdasarkan:
a) Laporan Syahbandar/Unit Pelaksana
Teknis; dan/atau
b) Inspeksi lapangan.
6. Monitoring dan Evaluasi insidentil
sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf b)
dilakukan berdasarkan:
-909-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
-910-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-911-
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan atas Pengesahan
Berita Acara Pemasangan Tanda Pendaftaran.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Pengesahan Berita Acara
Pemasangan Tanda Pendaftaran; dan
-915-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-917-
b. PENGAWASAN
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan/atau
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Gross
Akta Baliknama Kapal sesuai dengan
kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq. Direktur
Perkapalan dan Kepelautan menunjuk Pejabat
dan/atau pegawai di lingkungan Direktorat
Perkapalan dan Kepelautan yang berkompeten
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
melalui mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
-921-
Baliknama Kapal.
8. Informasi sebagaimana dimaksud pada angka 7,
dilakukan secara manual dengan
mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing.
9. Inspeksi Lapangan sebagaimana dimaksud pada
angka 5 huruf b, dalam bentuk kunjungan fisik
untuk melakukan:
1. pemeriksaan administratif dan fisik atas
pemenuhan standar;
2. pengujian; dan/atau
3. pembinaan dalam bentuk pendampingan dan
penyuluhan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-923-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Gross
Akta Hipotek Kapal sesuai dengan
kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Gross Akta Hipotek
Kapal; dan
-927-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-929-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Roya
Hipotek Kapal sesuai dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
-933-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-935-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Gross
Akta Hipotek Kapal sesuai dengan
kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Gross Akta Pengalihan
Hipotek Kapal; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan tentang jumlah, jenis, dan kriteria
Gross Akta yang diterbitkan, serta
kendala/permasalahan yang terjadi di
lapangan.
-939-
pemenuhan standar;
b) pengujian; dan/atau
c) pembinaan dalam bentuk pendampingan
dan penyuluhan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-941-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Surat
Keterangan Penghapusan Pendaftaran Kapal
dari Daftar Kapal Indonesia sesuai dengan
kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
-946-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-948-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Surat
Keterangan Status Hukum Kapal sesuai
dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Surat Keterangan
Status Hukum Kapal; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan tentang Penerbitan Surat
-952-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-954-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan
Halaman Tambahan sesuai dengan
kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
-958-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-960-
b. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
.
-965-
STANDAR KEGIATAN
PENERBITAN SALINAN DOKUMEN RIWAYAT KAPAL
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-969-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan/atau
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Surat
Laut Sementara sesuai dengan
kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
-973-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-975-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan/atau
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Surat
-979-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-981-
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan
Kepelautan melaksanakan pengawasan
Penerbitan Pas Besar Sementara sesuai
dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
-985-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-987-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Pas
Besar sesuai dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
-991-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-993-
b. Pengawasan
a. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan Pas
Kecil sesuai dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
-997-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-999-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan/atau
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
-1003-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun dan
melaporkan hasilnya kepada Direktur Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1005-
hukum kapal.
16. Daftar Harian adalah berkah yang terdiri dari
minut akta dan semua dokumen yang
disyaratkan untuk pembuatan akta.
17. Daftar Pusat adalah Daftar yang memuat data
dan status hukum kapal yang terdaftar di
Indonesia yang dibuat berdasarkan daftar induk
dari seluruh tempat pendaftaran kapal.
18. Surat Tanda Kebangsaan Kapal adalah bukti
kebangsaan yang diberikan kepada kapal-kapal
yang didaftar di Indonesia dan berlayar di laut.
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan
secara elektronik.
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan
Kepelautan melaksanakan pengawasan
Penerbitan Surat Keterangan Penggunaan
-1009-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan
dan Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi
yang dilakukan secara periodik setiap 1 (satu)
tahun dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
-1011-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1012-
b. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1016-
b. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1020-
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
SALURAN PENGADUAN
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1024-
NO PENGUKUHAN/ ENDORSEMENT
SURAT TANDA KEBANGSAAN KAPAL
(KBLI 50111, 50114, 50121, 50131, 50134, 50141, 50133, 50142)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
pengukuhan/endorsement surat tanda kebangsaan
kapalhanya untuk surat laut dan pas besar, dalam
menunjang pelaksanaan kegiatanusaha Angkutan
Laut (50111, 50114, 50121, 50131, 50134, 50141,
50133, 50142)
2. Istilah dan 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
Definisi jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
2. Pejabat Pendaftar dan Pencatat Baliknama Kapal
adalah Pejabat Pemerintah yang berwenang
menyelenggarakan pendaftaran kapal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Pegawai Pembantu Pendaftaran dan Baliknama
Kapal adalah pegawai yang ditunjuk untuk
membantu Pejabat Pendaftar dan Pencatat
Baliknama Kapal dalam menyelenggarakan
pendaftaran kapal.
4. Minut Akta adalah Akta asli.
5. Gross Akta adalah salinan resmi dari Minut Akta.
6. Sistem Pendaftaran Kapal Elektronik yang
selanjutnya disingkat SPKE adalah sistem
pelayanan jasa teknologi informasi pendaftaran
kapal secara elektronik yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal.
-1025-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan
dan Kepelautan melaksanakan pengawasan
Pengukuhan/ Endorsement surat tanda
kebangsaan kapal (pas besar/surat laut)sesuai
dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
-1028-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan dan/atau Syahbandar berupa
monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara
periodik setiap 1 (satu) tahun dan melaporkan
hasilnya kepada Direktur Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1030-
STANDAR KEGIATAN
PENERBITAN SALINAN SURAT TANDA KEBANGSAAN KAPAL
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan Penerbitan
Salinan Surat Tanda Kebangsaan Kapal sesuai
dengan kewenangannya;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan yang berkompeten melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar melalui
mekanisme Monitoring dan Evaluasi.
3. Monitoring dan Evaluasi sebagaimana
dimaksud pada angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Syahbandar
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan Penerbitan Salinan Surat Tanda
Kebangsaan Kapal; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan tentang jumlah, jenis, dan kriteria
Salinan Surat Tanda Kebangsaan Kapal
yang diterbitkan, serta
kendala/permasalahan yang terjadi di
lapangan.
4. Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara:
a) rutin; dan/atau
b) insidentil.
5. Monitoring dan Evaluasi rutin sebagaimana
dimaksud pada angka 4 huruf a) dilakukan
berdasarkan:
a) Laporan Syahbandar/Unit Pelaksana
Teknis; dan/atau
b) Inspeksi lapangan.
6. Monitoring dan Evaluasi insidentil
sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf
-1034-
b)dilakukan berdasarkan:
a) Laporan dan/atau pengaduan dari
masyarakat;
b) Kebutuhan pemerintah lainnya yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Laporan Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis
sebagaimana dimaksud angka 5 huruf a)
merupakan informasi yang disampaikan
Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis kepada
Pemerintah Pusat mengenai perkembangan
kegiatan Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis
dan/atau kepatuhan Syahbandar/Unit
Pelaksana Teknis terhadap standar serta
informasi lain yang berkaitan dengan kegiatan
Penerbitan Salinan Surat Tanda Kebangsaan
Kapal.
8. Informasi sebagaimana dimaksud pada angka
7, dilakukan secara manual dengan
mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing.
9. Inspeksi Lapangan sebagaimana dimaksud
pada angka 5 huruf b) dalam bentuk
kunjungan fisik untuk melakukan:
a) pemeriksaan administratif dan fisik atas
pemenuhan standar;
b) pengujian; dan/atau
c) pembinaan dalam bentuk pendampingan
dan penyuluhan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan dan
Kepelautan berupa monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun
dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
-1035-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1036-
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan/atau Direktur Perkapalan dan
Kepelautan melaksanakan pengawasan
-1040-
masyarakat;
b) Kebutuhan pemerintah lainnya yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Laporan Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis
sebagaimana dimaksud angka 5 huruf a)
merupakan informasi yang disampaikan
Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis kepada
Pemerintah Pusat mengenai perkembangan
kegiatan Syahbandar/Unit Pelaksana Teknis
dan/atau kepatuhan Syahbandar/Unit
Pelaksana Teknis dan/atau Pelaku usaha
terhadap standar serta informasi lain yang
berkaitan dengan kegiatan Penerbitan Surat
Ijin Khusus 1 (satu) kali Pelayaran
8. Informasi sebagaimana dimaksud pada
angka 7 dilakukan secara manual dengan
mengedepankan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan data sharing.
9. Inspeksi Lapangan sebagaimana dimaksud
pada angka 5 huruf b) dalam bentuk
kunjungan fisik untuk melakukan:
a) pemeriksaan administratif dan fisik atas
pemenuhan standar;
b) pengujian; dan/atau
c) pembinaan dalam bentuk pendampingan
dan penyuluhan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan Direktorat Perkapalan
dan Kepelautan dan/atau Syahbandar berupa
monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara
periodik setiap 1 (satu) tahun dan melaporkan
hasilnya kepada Direktur Jenderal.
-1042-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1043-
dan Kepelautan;
b. Surat Ukur Kapal;
c. Surat Laut/Pas Besar/Pas Kecil;
d. Sertifikat Keselamatan Konstruksi;
e. Sertifikat PMK (khusus kapal tongkang minyak);
f. Dockspace; dan
g. Memenuhi rekomendasi hasil pemeriksaan (jika
ada).
5 Sarana Kantor dan sarana transportasi ke kapal untuk
pemeriksaan
6. Penilaian Tingkat Risiko: Menengah Tinggi (MT)
Kesesuaian dan a. Verifikasi dan evaluasi keabsahan dokumen yang
Pengawasan dilampirkan dalam permohonan.
b. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal ditempat kapal berada.
-1045-
NO SERTIFIKAT PEMBEBASAN
(KBLI 50111, 50114, 50121, 50131, 50134, 50141, 50133, 50142)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
standar sertifikat pembebasan, untuk menunjang
pelaksanaan kegiatanusaha Angkutan Laut (50111,
50114, 50121, 50131, 50134, 50141, 50133, 50142)
NO DOKUMEN OTORISASI
UNTUK PENGANGKUTAN BIJI-BIJIAN
(KBLI 50111, 50114, 50121, 50131, 50134, 50141, 50133, 50142)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
dokumen otorisasi untuk pengangkutan biji-bijian,
untuk menunjang pelaksanaan kegiatanusaha
Angkutan Laut (50111, 50114, 50121, 50131,
50134, 50141, 50133, 50142).
2. Istilah dan Dokumen Otorisasi untuk Pengangkutan Biji-bijian
Definisi adalah dokumen yang diberikan pada kapal curah
(bulk carrier) setelah melalui pengujian dan
pemeriksaan serta memenuhi persyaratan
keselamatan sesuai dengan ketentuan Grain Code.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Berita acara verifikasi pemenuhan sertifikat; dan
c. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan a. Surat laut sementara/Permanen;
khusus atau b. Gross akta (khusus untuk sertifikat pertama)
Persyaratan c. Surat ukur sementara/permanen;
Teknis d. Sertifikat pembangunan kapal/builder certificate;
e. Rekomendasi pengesahan gambar;
f. Sertifikat garis muat;
g. Sertifikat klasifikasi/surat pernyataan;
h. Berita acara pemeriksaan.
5. Sarana Kantor dan sarana transportasi ke kapal untuk
pemeriksaan.
6. Penilaian Risiko Menengah Tinggi
Kesesuaian dan a. Verifikasi dan evaluasi keabsahan dokumen yang
Pengawasan dilampirkan dalam permohonan; dan
b. Pengawasan dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal ditempat kapal berada.
-1063-
5. Sarana Kantor
NO PENIMBALAN PEDOMAN
(KBLI 50111, 50114, 50121, 50131, 50134, 50141, 50133, 50142)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
penimbalan pedoman, untuk menunjang
pelaksanaan kegiatanusaha Angkutan Laut (50111,
50114, 50121, 50131, 50134, 50141, 50133, 50142)
2. Istilah dan Penimbalan Pedoman adalah suatu kegiatan dalam
Definisi rangka penerbitan deviation card yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
compass adjuster.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Berita acara verifikasi pemenuhan sertifikat; dan
c. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan a. Memenuhi rekomendasi hasil pemeriksaan (jika
Khusus atau ada); dan
Persyaratan b. Surat laut sementara/Permanen;
Teknis c. Gross akta (khusus untuk sertifikat pertama)
d. Surat ukur sementara/permanen;
e. Sertifikat pembangunan kapal/builder certificate;
f. Rekomendasi pengesahan gambar;
g. Sertifikat garis muat;
h. Sertifikat klasifikasi/surat pernyataan;
i. Berita acara pemeriksaan; dan
j. Sertifikat ILR dan PMK.
5. Sarana Kantor
(Aplikasi/software);
b. Manual Book Buku Catatan Eletronik
Pencegahan Pencemaran (Aplikasi/software).
7. Sarana -
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas pemenuhan
persyaratan/ standar dengan menunjuk
Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal (Auditor
Sistem Manajemen Keselamatan Kapal atau
Penilik Peralatan Pencegahan Pencemaran)
untuk melakukan pemeriksaan pemenuhan
persyaratan atau standar terhadap
perusahaan atau kapal niaga melalui
-1099-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal
(Auditor Sistem Manajemen Keselamatan
Kapal atau Penilik Peralatan Pencegahan
Pencemaran);
b) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
-1100-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1101-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan beserta
Syahbandar setempat melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Pelaku usaha
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan usaha; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan usaha.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2dilaksanakansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1104-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
b) memperoleh keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumendan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
e) melakukan pengambilan sampel;
-1105-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
-1106-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan beserta
Syahbandar setempat melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
-1109-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut;
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 adalah Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal;
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
-1110-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151
-1111-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan beserta
Syahbandar setempat melaksanakan
-1114-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 adalah Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal;
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
-1115-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1116-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan beserta
Syahbandar setempat melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Pelaku usaha
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan usaha; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
-1119-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 adalah Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal;
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
b) memperoleh keterangan dan/atau
-1120-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1121-
g. Draft PKL;
h. Ship Registry; dan
i. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan Perusahaan wajib melaksanakan ketentuan dalam
Khusus atau CBA dan melaporkan perubahannya kepada
Persyaratan Syahbandar atau pejabat berwenang yang ditunjuk.
Teknis
5. Sarana Kantor
hari kerja;
4. Berdasarkan laporan hasil verifikasi yang
menyatakan telah adanya pemenuhan
standar usaha, Pemohon melakukan
pembayaran penerimaan negara bukan pajak
melalui SIMPONI berdasarkan kode billing
palinglama 1 (satu) hari kerja;
5. Laporan hasil verifikasi menjadi dasar bagi
Pengesahan Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB)/ Collective Bargaining Agreement (CBA)
oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut
paling lama 1 (satu) hari kerja.
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Pelaku usaha
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan usaha; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan usaha.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
-1124-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1126-
lembaga OSS.
4. Persyaratan Melaporkan setiap pelaksaaan kegiatan dan SKK
Khusus atau yang diterbitkan.
Persyaratan Teknis
5 Sarana Ruangan kelas untuk proses pembelajaran
6. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan
Pengawasan melalui verifikasi oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik; dan/atau
3. autentikasi melalui layanan perizinan
secara elektronik.
Mekanisme verifikasi pemenuhan standar
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Unit Pelaksana teknis mengajukan surat
permohonan verifikasi pemenuhan standar
atas Sertifikat Standar yang belum
terverifikasi kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut, disertai dengan berkas
persyaratan administrasi dan teknis secara
lengkap dan benar ke layanan aplikasi
dalam jaringan yang tersedia;
2. Berkas persyaratan yang telah disampaikan
sebagaimana dimaksud pada angka 1
diverifikasi oleh tim verifikator paling
lamapaling lama 1 (satu) hari kerja;
3. Pelaksanaan verifikasi dan laporan hasil
verifikasi diselesaikan paling lama 1 (satu)
hari kerja;
4. Laporan hasil verifikasi menjadi dasar bagi
Surat Rekomendasi Pelaksanaan SKK
(Surat Keterangan Kecakapan Pelaut) oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Laut paling
lama 1 (satu) hari kerja.
-1128-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan sesuai dengan
kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar kegiatan melalui
mekanisme pengawasan dan laporan
kegiatan sebelumnya dari Unit Pelaksana
Teknis.
3. Pengawasansebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator
di bawah Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen
dan/atau mendokumentasikan secara
elektronik.
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
-1129-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
b. Pengawasan
a. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
b. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
c. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
-1133-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
1958.
6. Perjanjian Kerja laut atau Seafarers Employment
Agreement adalah perjanjian kerja perseorangan
yang ditandatangani oleh awak kapal dengan
pengusaha angkutan di perairan.
7. Sijil adalah pencatatan daftar awak kapal dan
penumpang (supernumery) diatas kapal.
8. Sijil awak kapal adalah pencatatan daftar awak
kapal pada Buku Sijil diatas kapal dan/atau
Buku Pelaut bagi awak kapal yang memiliki
Perjanjian Kerja Laut yang masih berlaku.
9. Sijil penumpang (supernumery) adalah
pencatatan daftar penumpang (supernumery)
diatas kapal.
10. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di
pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk
menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap terpenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Surat pernyataan belum pernah memiliki Buku
Pelaut;
c. Fotokopi sertifikat keahlian pelaut dan/atau
sertifikat keterampilan pelaut yang telah
dilegalisir atau asli Surat Keterangan Praktik
Laut untuk taruna/i yang melaksanakan praktik
laut;
d. Fotokopi surat keterangan kesehatan dari
dokter;
e. Surat Keterangan Catatan Kepolisian;
f. Fotokopi akta kelahiran/KTP;
g. Pas foto berwarna terbaru ukuran 5x5 dan 3x4
sebanyak 3 (tiga) lembar dengan baju kemeja
-1136-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
-1138-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
1958.
6. Perjanjian Kerja laut atau Seafarers Employment
Agreement adalah perjanjian kerja perseorangan
yang ditandatangani oleh awak kapal dengan
pengusaha angkutan di perairan.
7. Sijil adalah pencatatan daftar awak kapal dan
penumpang (supernumery) diatas kapal.
8. Sijil awak kapal adalah pencatatan daftar awak
kapal pada Buku Sijil diatas kapal dan/atau
Buku Pelaut bagi awak kapal yang memiliki
Perjanjian Kerja Laut yang masih berlaku.
9. Sijil penumpang (supernumery) adalah
pencatatan daftar penumpang (supernumery)
diatas kapal.
10. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di
pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk
menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap terpenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Fotokopi Buku Pelaut yang lama;
c. Surat Keterangan Kesehatan dari dokter;
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 5x5 dan 3x4
sebanyak 3 (tiga) lembar dengan baju putih
berdasi hitam (berlatar belakang warna biru
untuk bagian dek, warna merah untuk bagian
mesin); dan
e. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan Melakukan penyijilan saat naik dan turun kapal
Khusus atau (sign on dan sign off).
Persyaratan
Teknis
-1141-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;.
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
c) Memberikan rekomendasi untuk
penerbitan sesuai standar.
d. Saluran Pengaduan
-1143-
1958.
6. Perjanjian Kerja laut atau Seafarers Employment
Agreement adalah perjanjian kerja perseorangan
yang ditandatangani oleh awak kapal dengan
pengusaha angkutan di perairan.
7. Sijil adalah pencatatan daftar awak kapal dan
penumpang (supernumery) diatas kapal.
8. Sijil awak kapal adalah pencatatan daftar awak
kapal pada Buku Sijil diatas kapal dan/atau
Buku Pelaut bagi awak kapal yang memiliki
Perjanjian Kerja Laut yang masih berlaku.
9. Sijil penumpang (supernumery) adalah
pencatatan daftar penumpang (supernumery)
diatas kapal.
10. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di
pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk
menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap terpenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Fotokopi Buku Pelaut yang hilang/rusak (jika
ada);
c. Surat Keterangan kehilangan dari Kepolisian
untuk Buku Pelaut yang hilang;
d. Surat Kesehatan dari dokter;
e. Pas foto berwarna terbaru ukuran 5x5 dan 3x4
sebanyak 3 (tiga) lembar dengan baju putih
berdasi hitam (berlatar belakang warna biru
untuk bagian dek, warna merah untuk bagian
mesin); dan
f. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
-1146-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. PELAKSANA PENGAWASAN
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
-1148-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1149-
Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;dan/atau
2. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
-1152-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik.
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
c) Memberikan rekomendasi untuk
perpanjangan sesuai standar.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1153-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
-1156-
c. pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik.
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
c) Memberikan rekomendasi untuk
penerbitan sesuai standar.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1157-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
-1160-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut;
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik.
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
c) Memberikan rekomendasi untuk
penerbitan sesuai standar.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1161-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
-1164-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1165-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
-1168-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1169-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim verifikator
untuk melakukan pemeriksaan pemenuhan
standar melalui mekanisme verifikasi dokumen
persyaratan.
3. Pengawasansebagaimana dimaksud pada angka
2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
-1172-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1173-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik.
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
c) Memberikan rekomendasi untuk
penerbitan sesuai standar.
-1176-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1177-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal bersama Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Kepala Badan
melaksanakan pengawasan sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
-1180-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1181-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
bersama Kepala Badan melaksanakan
pengawasan sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik.
-1184-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut bersama
Kepala Badan melaksanakan pengawasan
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
-1188-
prosedur;
c) Memberikan rekomendasi untuk
penerbitan sesuai standar.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1189-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
-1191-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Aparatur Sipil Negara dalam melakukan
pengawasan berhak:
a) Memeriksa laporan;
b) Meminta keterangan dan/atau membuat
catatan yang diperlukan;
c) Meminta salinan dari dokumen dan/atau
mendokumentasikan secara elektronik;
4. Aparatur Sipil Negara memiliki kewajiban:
a) Menyusun tinjauan atas laporan;
b) Melakukan pengawasan sesuai dengan
prosedur;
c) Memberikan rekomendasi untuk Penyijilan
pada Buku Sijil sesuai standar.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1192-
4. Persyaratan -
khusus atau
Persyaratan
Teknis
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal cq Direktur Perkapalan dan
Kepelautan beserta Syahbandar setempat
melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan kewenangannya.
3. Direktur Jenderal cq Direktur Perkapalan dan
Kepelautan membentuk dan/atau menunjuk
tim verifikator untukmelakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
5. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
6. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
-1196-
NO PENGESAHAN (APPROVAL)
PROGRAM STUDI LEMBAGA DIKLAT KEPELAUTAN
(*KBLI acuan sesuai dengan bidang usaha pokok yang memerlukan
pengesahan (approval)
program studi lembaga diklat kepelautan)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
pengesahan (approval)program studi lembaga diklat
kepelautan.
2. Istilah dan Pengesahan (approval) adalah pengakuan program
Definisi diklat, simulator, laboratorium, bengkel kerja,
pengalaman di kapal latih, masa layar, buku catatan
pelatihan (training record book), dan rumah sakit
serta bentuk pengakuan lainnya terkait peraturan
ini yang diterbitkan oleh Direktur
JenderalPerhubungan Laut.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Berita Acara Verifikasi Pemenuhan Sertifikat; dan
c. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan a. Memiliki sistem manajemen mutu yang
Khusus tersertifikasi oleh lembaga mutu yang diakui
Internasional maupun nasional;
b. Memiliki tenaga pendidik yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi sesuai program diklat
yang diselenggarakan; dan
c. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
5. Sarana Alat peraga simulasi yang terawat dan berfungsi
serta mengikuti persyaratan untuk pembelajaran
sesuai standar international.
6. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
-1198-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinandan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubungan melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Pelaku usaha
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan usaha; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan usaha.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 adalah Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal dan/atau Auditor
Kepelautan.
-1200-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1201-
NO PENGESAHAN (APPROVAL)
PROGRAM STUDI LEMBAGA DIKLAT KEPELAUTAN
(*KBLI acuan sesuai dengan bidang usaha pokok yang memerlukan
pengesahan (approval)
program studi lembaga diklat kepelautan)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
pengesahan (approval)program studi lembaga diklat
kepelautan.
2. Istilah dan Pengesahan (approval) adalah pengakuan program
Definisi diklat, simulator, laboratorium, bengkel kerja,
pengalaman di kapal latih, masa layar, buku catatan
pelatihan (training record book), dan rumah sakit
serta bentuk pengakuan lainnya terkait peraturan
ini yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS;
b. Berita Acara Verifikasi Pemenuhan Sertifikat; dan
c. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan a. Memiliki sistem manajemen mutu yang
Khusus tersertifikasi oleh lembaga mutu yang diakui
Internasional maupun nasional
b. Memiliki tenaga pendidik yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi sesuai program diklat
yang diselenggarakan.
5. Sarana Alat peraga simulasi yang terawat dan berfungsi
serta mengikuti persyaratan untuk pembelajaran
sesuai standar International.
6. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar menengah tinggi
Pengawasan dilakukan melalui verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Laut, melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
-1202-
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasanbeserta Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk tim verifikator yang berkompeten
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Pelaku usaha
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan usaha; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan usaha.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 adalah Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal dan/atau Auditor
-1204-
Kepelautan.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
6. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan
pengenaan sanksi administratif dalam hal
ditemukannya pelanggaran dari Pelaku usaha.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1205-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
-1207-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
-1208-
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1209-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
melalui mekanisme verifikasi dokumen
persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik;
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
-1212-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1213-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
-1215-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
-1216-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1217-
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
-1219-
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik;
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
-1220-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1221-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
-1223-
c. Pelaksana pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
-1224-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1225-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
-1227-
c. Pelaksana Pengawasan
4. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
5. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik;
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
6. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
7. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan
-1228-
OSS.
4. Persyaratan a. Memiliki sistem manajemen mutu yang
Khusus tersertifikasi oleh lembaga mutu yang diakui
Internasional maupun nasional; dan
b. Memiliki tenaga pendidik yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi sesuai program diklat
yang diselenggarakan.
5. Sarana Alat peraga simulasi yang terawat dan berfungsi
serta mengikuti persyaratan untuk pembelajaran
sesuai standar International.
6. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar menengah tinggi
Pengawasan dilakukan melalui verifikasi oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Laut, melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
-1232-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1233-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
-1235-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
-1236-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1237-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1239-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1241-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1243-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Instruktur dan Pendidik
b) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
c) Auditor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
-1244-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1245-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perhubunganmelaksanakan pengawasan
sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
dan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
-1247-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1248-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada angka 1,
-1250-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
-1251-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1252-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
-1254-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1256-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
-1258-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
-1259-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1260-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Dalam melaksanakan pengawasan
-1262-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
d) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
e) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
f) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
g) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
h) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
i) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
-1263-
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1264-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
-1266-
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1267-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
-1269-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1270-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
-1272-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1273-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
-1275-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1276-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan perizinan sesuai
dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
membentuk dan/atau menunjuk tim
verifikator untuk melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
verifikasi dokumen persyaratan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1278-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
b) Auditor; atau
c) Pejabat fungsional lainnya.
3. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
4. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
-1279-
5. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1280-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan beserta
BKKP melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha sesuai dengan kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq
Direktur Perkapalan dan Kepelautan
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar usaha melalui
mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2, bertujuan untuk:
a) memastikan kepatuhan Pelaku usaha
terhadap standar yang berkaitan dengan
kegiatan usaha; dan
b) mengumpulkan data, bukti, dan/atau
laporan terjadinya bahaya terhadap
keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang
dapat ditimbulkan dari pelaksanaan
kegiatan usaha.
4. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dilaksanakansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator di
bawah Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 adalah Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal, Auditor Kepelautan dan
-1283-
Tenaga Medis.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
6. Pengawasan dapat ditindaklanjuti dengan
pengenaan sanksi administratif dalam hal
ditemukannya pelanggaran dari Pelaku
usaha.
-1284-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1285-
Instalasi
(1) (2) (3) (4) (5)
a. Laborato Fasili Ruang Uji Ruangan untuk
rium tas pengujian alat-
alat
keselamatan
pelayaran.
Peral Pengujian GMDSS Ship
atan Peralatan Station
Navigasi Console
dan Marine Radio
Komunikas Test Set
i GMDSS Tester
Radio MF/
HF/VHF Test
Console
GPS Receiver
Beacon Tester
GMDSS Tester
Jotron Tron Stat
Unidec
Vessel Traffic
Service
AIS Base
Station
Global Position
System (GPS)
Simulator
Simulator
Kapal
Electronic Chart
Display System
AIS Kelas A
AIS Kelas B
Luminance
Colorymeter
-1290-
Humidity and
Temperature
Test
Tensile Strength
Ozone Aging
Chamber
Charpy Impact
Test
Under Water
Thickness
Gauge
Agilent Network
Analyzer
Portable Radio
Test Set
b. Instalasi Peral Mesin
Bengkel atan Bubut
Mesin Las
Mesin
Frais
Vertikal
Mesin
Pelubang
Plat
Genset
Denyo
Genset
Hartech
Genset
Fuji
Mesin
Pemotong
Kayu
Mesin
Gerinda
Mesin Bor
-1291-
Duduk
Mesin
Penekuk
Pipa
Shaping
Machine
(Skraf)
Table Spot
Welding
Machine
Alat
Pemotong
Plat
Hydraulic
Press
Roll Plat
Perle Forklift
ngka Heli
pan Forklift
Yale
Kompresor
Hard Jack
Lifter
HighPressu
re Water
Jet
Tangga
Besi
Dongkrak
Buaya
Gerobak
Drum
Pemotong
Rumput
c. Instalasi Peral GMDSS
Worksho atan Tester
-1292-
p Hydrotest
HRU Unit
Breathing
Air
Compressio
n Machine
Hydrotest
Hand
Pump
Level
Liquid
Indicator
Manometer
Peralatan
pemeriksa
an
Immersion
Suit
Adjustable
Wrench
Perle ILR
ngka kapasitas
pan 20 orang
EEBD
kapasitas
15 menit
Ratchet
Belt
Pillow Bag
Webbing
Sling
Stripping
Timbangan
gantung
Digital
Foam
-1293-
Applicator
Tank
Fire
Extinguish
er
Mini CO2
System
Safety
Cage
Cylinder
d. Kapal Peral Radar
Negara atan Echo
Sounder
GPS
AIS
ECDIS
RADIO
EPIRB
SART
Gyro Track
Remote
Kemudi
Switch
Handle
Perle Lifejacket
ngka Liferaft
pan APAR
Lifebouy
Sekoci
6 Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan verifikasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
-1294-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan pengawasan
perizinanberusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
-1295-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
-1296-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1297-
STANDAR KEGIATAN
PEMBERIAN PERSETUJUAN KEWENANGAN PERBAIKAN DAN
PERAWATAN ALAT-ALAT KESELAMATAN PELAYARAN
AIS Base
Station
Global Position
System (GPS)
Simulator
Simulator
Kapal
Electronic
Chart Display
System
AIS Kelas A
AIS Kelas B
Luminance
Colorymeter
Humidity and
Temperature
Test
Tensile
Strength
Ozone Aging
Chamber
Charpy Impact
Test
Under Water
Thickness
Gauge
Agilent
Network
Analyzer
Portable Radio
Test Set
Vertikal
Mesin
Pelubang
Plat
Genset
Denyo
Genset
Hartech
Genset Fuji
Mesin
Pemotong
Kayu
Mesin
Gerinda
Mesin Bor
Duduk
Mesin
Penekuk
Pipa
Shaping
Machine
(Skraf)
Table Spot
Welding
Machine
Alat
Pemotong
Plat
Hydraulic
Press
Roll Plat
High
Pressure
Water Jet
Tangga Besi
Dongkrak
Buaya
Gerobak
Drum
Pemotong
Rumput
c. Instal Peral GMDSS
asi atan Tester
Works Hydrotest
hop HRU Unit
Breathing
Air
Compressio
n Machine
Hydrotest
Hand Pump
Level Liquid
Indicator
Manometer
Peralatan
pemeriksaa
n Immersion
Suit
Adjustable
Wrench
Perle ILR
ngka kapasitas
pan 20 orang
EEBD
kapasitas
15 menit
Ratchet Belt
-1303-
Pillow Bag
Webbing
Sling
Stripping
Timbangan
gantung
Digital
Foam
Applicator
Tank
Fire
Extinguisher
Mini CO2
System
Safety Cage
Cylinder
6 Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan verifikasi oleh Pemerintah.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanismepengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
-1305-
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana dan/atau sarana.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1306-
STANDAR KEGIATAN
PENGUJIAN MUATAN IMSBC DAN KEMASAN IMDG
Service
AIS Base
Station
Global Position
System (GPS)
Simulator
Simulator
Kapal
Electronic Chart
Display System
AIS Kelas A
AIS Kelas B
Luminance
Colorymeter
Humidity and
Temperature
Test
Tensile Strength
Ozone Aging
Chamber
Charpy Impact
Test
Under Water
Thickness
Gauge
Agilent Network
Analyzer
Portable Radio
Test Set
b. Instalasi Peral Mesin
Bengkel atan Bubut
Mesin Las
Mesin
Frais
Vertikal
Mesin
-1311-
Pelubang
Plat
Genset
Denyo
Genset
Hartech
Genset
Fuji
Mesin
Pemotong
Kayu
Mesin
Gerinda
Mesin Bor
Duduk
Mesin
Penekuk
Pipa
Shaping
Machine
(Skraf)
Table
Spot
Welding
Machine
Alat
Pemotong
Plat
Hydraulic
Press
Roll Plat
Perle Forklift
nkap Heli
an Forklift
Yale
-1312-
Kompreso
r
Hard
Jack
Lifter
High
Pressure
Water Jet
Tangga
Besi
Dongkrak
Buaya
Gerobak
Drum
Pemotong
Rumput
c. Instalasi Peral GMDSS
Worksho atan Tester
p Hydrotest
HRU Unit
Breathing
Air
Compress
ion
Machine
Hydrotest
Hand
Pump
Level
Liquid
Indicator
Manomet
er
Peralatan
pemeriks
-1313-
aan
Immersion
Suit
Adjustabl
e Wrench
Perle ILR
ngka kapasitas
pan 20 orang
EEBD
kapasitas
15 menit
Ratchet
Belt
Pillow
Bag
Webbing
Sling
Stripping
Timbanga
n
gantung
Digital
Foam
Applicator
Tank
Fire
Extinguis
her
Mini CO2
System
Safety
Cage
Cylinder
d. Kapal Peral Radar
Negara atan Echo
Sounder
-1314-
GPS
AIS
ECDIS
RADIO
EPIRB
SART
Gyro
Track
Remote
Kemudi
Switch
Handle
Perle Lifejacket
ngka Liferaft
pan APAR
Lifebouy
Sekoci
6 Penilaian a. Menengah Tinggi (mt):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan verifikasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanismepengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
-1316-
PEMBERIAN LABEL
NO (*KBLI acuan sesuai dengan bidang usaha pokok yang memerlukan
pemberian label)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
pemberian label alat keselamatan pelayaran.
2. Istilah dan 1. Alat Keselamatan Pelayaran adalah setiap alat
Definisi perlengkapan yang digunakan dalam peningkatan
keselamatan dan keamanan pelayaran, yang
dipersyaratkan mendapat pengujian yang
dibuktikan dengan sertifikat sesuai dengan
ketentuan nasional atau internasional yang terkait
beserta perubahannya;
2. Muatan kapal adalah semua muatan dan/atau
kemasan muatan yang berdampak pada
keselamatan dan keamanan pelayaran, yang
dipersyaratkan mendapat pengujian yang
dibuktikan dengan sertifikat sesuai dengan
ketentuan nasional atau internasional yang terkait
beserta perubahannya;
3. Sertifikasi Alat Keselamatan Pelayaran adalah
pelaksanaan kegiatan pengujian, pemeriksaan dan
penilaian terhadap alat-alat keselamatan pelayaran
menurut ketentuan dan prosedur tertentu sesuai
dengan ketentuan nasional atau internasional yang
terkait beserta perubahannya;
4. Sertifikasi Muatan Kapal adalah pelaksanaan
kegiatan pengujian, pemeriksaan, dan penilaian
terhadap muatan dan/atau kemasan menurut
ketentuan dan prosedur tertentu yang sesuai
dengan ketentuan nasional atau internasional yang
terkait beserta perubahannya;
OSS.
Tester
GMDSS
Tester
Jotron
Tron Stat
Unidec
Vessel
Traffic
Service
AIS Base
Station
Global
Position
System
(GPS)
Simulator
Simulator
Kapal
Electronic
Chart
Display
System
AIS Kelas
A
AIS Kelas
B
Luminanc
e
Colorymet
er
Humidity
and
Temperat
ure Test
Tensile
Strength
-1321-
Ozone
Aging
Chamber
Charpy
Impact
Test
Under
Water
Thickness
Gauge
Agilent
Network
Analyzer
Portable
Radio
Test Set
b. Instalasi Peralatan Mesin Bubut
Bengkel Mesin Las
Mesin Frais
Vertikal
Mesin
Pelubang
Plat
Genset
Denyo
Genset
Hartech
Genset Fuji
Mesin
Pemotong
Kayu
Mesin
Gerinda
Mesin Bor
Duduk
Mesin
-1322-
Penekuk
Pipa
Shaping
Machine
(Skraf)
Table Spot
Welding
Machine
Alat
Pemotong
Plat
Hydraulic
Press
Roll Plat
Perlengk Forklift Heli
apan Forklift Yale
Kompresor
Hard Jack
Lifter
High
Pressure
Water Jet
Tangga Besi
Dongkrak
Buaya
Gerobak
Drum
Pemotong
Rumput
c. Instalasi Peralatan GMDSS
Workshop Tester
Hydrotest
HRU Unit
Breathing Air
Compression
Machine
-1323-
Hydrotest
Hand Pump
Level Liquid
Indicator
Manometer
Peralatan
pemeriksaan
Immersion
Suit
Adjustable
Wrench
Perlengk ILR
apan kapasitas 20
orang
EEBD
kapasitas 15
menit
Ratchet Belt
Pillow Bag
Webbing
Sling
Stripping
Timbangan
gantung
Digital
Foam
Applicator
Tank
Fire
Extinguisher
Mini CO2
System
Safety Cage
Cylinder
d. Kapal Peralatan Radar
Negara Echo
-1324-
Sounder
GPS
AIS
ECDIS
RADIO
EPIRB
SART
Gyro Track
Remote
Kemudi
Switch
Handle
Perlengk Lifejacket
apan Liferaft
APAR
Lifebouy
Sekoci
6 Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan verifikasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
Prosedur verifikasi pemenuhan terhadap standar
sebagai berikut:
1. Pemohon mengajukan surat permohonan
verifikasi pemenuhan standar atas Sertifikat
Standar yang belum terverifikasi kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, disertai
dengan berkas persyaratan administrasi dan
teknis secara lengkap dan benar ke layanan
aplikasi dalam jaringan yang tersedia;
2. Berkas persyaratan yang telah disampaikan
-1325-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Laut melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk dan/atau
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar usaha melalui
mekanismepengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka
2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
-1326-
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha, prasarana
dan/atau sarana.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1327-
STANDAR KEGIATAN
PENGGUNAAN ASET BTKP
OSS.
Simulator
Kapal
Electronic Chart
Display System
AIS Kelas A
AIS Kelas B
Luminance
Colorymeter
Humidity and
Temperature
Test
Tensile Strength
Ozone Aging
Chamber
Charpy Impact
Test
Under Water
Thickness
Gauge
Agilent Network
Analyzer
Portable Radio
Test Set
b. Instalasi Peral Mesin
Bengkel atan Bubut
Mesin Las
Mesin
Frais
Vertikal
Mesin
Pelubang
Plat
Genset
Denyo
Genset
Hartech
-1331-
Genset Fuji
Mesin
Pemotong
Kayu
Mesin
Gerinda
Mesin Bor
Duduk
Mesin
Penekuk
Pipa
Shaping
Machine
(Skraf)
Table Spot
Welding
Machine
Alat
Pemotong
Plat
Hydraulic
Press
Roll Plat
Perle Forklift
ngka Heli
pan Forklift
Yale
Kompresor
Hard Jack
Lifter
High
Pressure
Water Jet
Tangga
Besi
Dongkrak
-1332-
Buaya
Gerobak
Drum
Pemotong
Rumput
c. Instalasi Peral GMDSS
Workshop atan Tester
Hydrotest
HRU Unit
Breathing
Air
Compressi
on
Machine
Hydrotest
Hand
Pump
Level
Liquid
Indicator
Manometer
Peralatan
pemeriksaa
n
Immersion
Suit
Adjustable
Wrench
Perle ILR
ngka kapasitas
pan 20 orang
EEBD
kapasitas
15 menit
Ratchet
Belt
-1333-
Pillow Bag
Webbing
Sling
Stripping
Timbangan
gantung
Digital
Foam
Applicator
Tank
Fire
Extinguish
er
Mini CO2
System
Safety
Cage
Cylinder
d. Kapal Peral Radar
Negara atan Echo
Sounder
GPS
AIS
ECDIS
RADIO
EPIRB
SART
Gyro Track
Remote
Kemudi
Switch
Handle
Perle Lifejacket
ngka Liferaft
pan APAR
Lifebouy
-1334-
Sekoci
6 Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan verifikasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Laut melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk dan/atau
menunjuk tim verifikator untuk melakukan
pemeriksaan pemenuhan standar usaha melalui
mekanismepengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
-1336-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1337-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
standar Pemasangan/Pembangunan Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran yang Dilaksanakan
oleh Pihak ke-3 untuk Keperluan
salvage/pengerukan/reklamasi, instalasi
-1342-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran pada Distrik Navigasi
setempat berupa monitoring yang dilakukan
secara periodik setiap 3 (tiga) bulan dan
melaporkan hasilnya kepada Direktur Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1343-
kesalahan manusia;
11. Pemilik Kapal adalah orang atau badan usaha
yang memiliki kapal;
12. Operator Kapal adalah orang atau badan usaha
yang mengoperasikan kapal;
13. Jarak Aman adalah jarak tertentu kapal yang
sedang berlayar, berolah gerak atau berlabuh
jangkar terhadap Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran sehingga tidak menabrak dan/atau
merusak Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran
dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun
dengan melaksanakan kecakapan pelaut yang
baik;
14. Zona Keamanan dan Keselamatan adalah
ruang disekitar Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran, sarana TelekomunikasiPelayaran,
dan bangunan atau instalasi yang dibatasi oleh
radius, tinggi, dan / atau kedalaman tertentu;
15. International Association of Lighthouse
Authorities (IALA) adalah suatu badan dunia
non pemerintah yang bersama para wakil dari
negara-negara penyelenggara Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran (SBNP) untuk saling tukar
informasi dan merekomendasikan improvisasi-
improvisasi untuk Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran berdasarkan teknologi terkini;
16. Badan Usaha adalah badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah atau badan
hukum Indonesiayang khusus didirikan
untuk pelayaran;
17. Bangunan atau instalasi adalah setiap
konstruksi baik berada di atas dan/atau di
bawah permukaan perairan
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan
Umum dengan ketentuan Lembaga OSS; dan
b. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
-1346-
OSS.
4. Persyaratan Pelaku usaha melakukan pemenuhan persyaratan
khusus teknis, yaitu:
a. Sertifikat Standar Pemasangan/ Pembangunan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Yang
Dilaksanakan Oleh Pihak Ke-3;
b. Berita Acara Verifikasi Sertifikat Standar
Pemasangan/Pembangunan Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran Yang Dilaksanakan Oleh
Pihak Ke-3;
c. Dokumentasi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran.
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Penomoran Daftar Suar
Indonesia (DSI).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran berupa monitoring
-1348-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1349-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Penomoran Daftar Suar
Indonesia (DSI).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1354-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran berupa monitoring
yang dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1355-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Penomoran Daftar Suar
Indonesia (DSI).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
-1360-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran berupa monitoring
yang dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1361-
OSS.
4. Persyaratan Pelaku usaha melakukan pemenuhan persyaratan
khusus teknis, yaitu:
a. Kegiatan yang akan dilaksanakan;
b. Jadwal rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan;
c. Area titik koordinat didalam wilayah pekerjaan
yang akan diumukan;
d. Nama kapal, call sign, dan IMO number yang
akan melakukan kegiatan tersebut;
e. Nama kontraktor/penyedia jasa pelaksana
kegiatan;
f. Berita Acara hasil verifikasi lapangan, atas lokasi
yang akan diberikan Maklumat Pelayaran (jika
diperlukan).
5. Sarana -
6. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT):
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan verifikasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
benar keSBNPONLINE.
2. Berkas persyaratan yang telah disampaikan
sebagaimana dimaksud pada angka 1
diverifikasi oleh tim verifikator paling lama 1
(satu) hari kerja;
3. Pelaksanaan verifikasi dan laporan hasil
verifikasi diselesaikan paling lama 1 (satu)
hari kerja.
4. Verifikasi selain dilakukan dengan
pemeriksaan dokumen juga didukung
dengan verifikasi lapangan oleh
pejabat/pegawai pada Distrik Navigasi
setempat.
5. Pelaksanaan verifikasi dan laporan hasil
verifikasi diselesaikan paling lama 1 (satu)
hari kerja.
6. Laporan hasil verifikasi atas pemenuhan
syarat umum dan khusus, diunggah ke
dalam aplikasi untuk diproses lanjut oleh
Direktur Kenavigasian paling lama 1 (satu)
hari kerja.
7. Sertifikat Standar Maklumat Pelayaran
(MAPEL) secara otomatis akan terkirim online
ke sistem OSS.
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Maklumat Pelayaran
(MAPEL).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
-1366-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran berupa monitoring
yang dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1367-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Daerah Terbatas Terlarang
(DTT).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran berupa monitoring
yang dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1372-
5. Sarana -
Kenavigasian;
4. Pelaksanaan verifikasi dan laporan hasil
verifikasi diselesaikan paling lama 3 (tiga)
hari kerja;
5. Laporan hasil verifikasi atas pemenuhan
syarat umum dan khusus, diunggah ke
dalam aplikasi untuk diproses lanjut oleh
Direktur Kenavigasian paling lama 1 (satu)
hari kerja;
6. Sertifikat Standar Daerah Ship to Ship (STS)
secara otomatis akan terkirim online ke
sistem.
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Daerah Ship to Ship (STS).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasansebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran berupa monitoring
yang dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
-1377-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1378-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Pertimbangan Teknis
-1383-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh dilakukan oleh
petugas Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran
berupa monitoring yang dilakukan secara
periodik setiap bulan dan melaporkan hasilnya
kepada Direktur Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1384-
pelayaran.
10. Vessel Traffic Services (VTS) adalah pelayanan
lalu lintas kapal di wilayah yang ditetapkan
yang saling terintegrasi dan dilaksanakan oleh
Kementerian Perhubungan serta dirancang
untuk meningkatkan keselamatan kapal,
efisiensi bernavigasi dan menjaga lingkungan,
yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi
dan menanggapi situasi perkembangan lalu
lintas kapal di wilayah VTS dengan
menggunakan sarana perangkat radio dan
elektronika pelayaran.
11. Local Port Services (LPS) adalah pelayanan lalu
lintas kapal yang terbatas hanya pada
pemberian informasi mengenai data yang
berkaitan dengan keperluan dan operasional
kepelabuhanan maupun terminal yang tidak
bersifat responsif terhadap lalu lintas pelayaran
dalam wilayah cakupan stasiun terkait.
12. Long Range Identification and Tracking of Ship
(LRIT) adalah sistem identifikasi dan penjejakan
kapal jarak jauh yang melibatkan kapal-kapal
yang masuk dan keluar wilayah perairan
Indonesia untuk menyediakan informasi data
kapal, posisi dan penjejakan kepada
Kementerian Perhubungan melalui peralatan
LRIT.
13. Distrik Navigasi adalah Unit Pelaksana Teknis di
bidang Kenavigasian di lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan yang berada di bawah dan
tanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
14. Global Maritime Distress and Safety System
(GMDSS) adalah sistem telekomunikasi
marabahaya dan keselamatan secara
-1387-
5. Sarana -
b. Pengawasan
a. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Penyelenggaraan Vessel
Traffic Service (VTS) Untuk Badan Usaha.
b. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
c. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
-1391-
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Penetapan Frekuensi
Marine Untuk Komunikasi Stasiun Radio
Pantai.
-1399-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
-1400-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1401-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Registrasi Izin Komunikasi
Data LRIT.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan.
3. Pengawasansebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Petugas Pemeriksa
Telekomunikasi Pelayaran.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
-1408-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1409-
NO REGISTRASI NOMOR
MARITIME MOBILE SERVICE IDENTITIES (MMSI)
(KBLI 52229)
1. Ruang Lingkup Standar ini memuat pengaturan terkait dengan
registrasi nomor MMSI untuk mengaktifkan
perangkat telekomunikasi radio yang ada diatas
kapal, termasuk di dalamnya untuk Automatic
Identification System (AIS) dan Emergency Position
Indicating Radio Beacon (EPIRB), untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan usaha Aktivitas Penunjang
Angkutan Perairan Lainnya(52229).
2. Istilah dan 1. Telekomunikasi-Pelayaran adalah
Definisi telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas
pelayaran yang merupakan setiap pemancaran,
pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda,
gambar, suara dan informasi dalam bentuk
apapun melalui sistem kawat, optik, radio atau
sistem elektromagnetik lainnya dalam dinas
bergerak pelayaran yang merupakan bagian dari
keselamatan pelayaran.
2. Jaringan Telekomunikasi-Pelayaran adalah
sistem telekomunikasi yang terdiri dari
komunikasi antar dinas tetap dan dinas
bergerak pelayaran atau gabungan dari dinas
tetap dan dinas bergerak pelayaran yang
menggunakan rangkaian peralatan elektronika,
telekomunikasi, dan informatika beserta
kelengkapannya yang digunakan dalam
bertelekomunikasi dan bernavigasi pelayaran.
3. Stasiun Bumi Pantai adalah stasiun bumi dalam
dinas tetap satelit atau dalam beberapa hal,
dalam dinas bergerak satelit pelayaran yang
ditempatkan di suatu tempat tertentu di darat
-1410-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Nomor Maritime Mobile
Service Identities (MMSI).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
-1416-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Petugas Pemeriksa
Telekomunikasi Pelayaran.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
-1417-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1418-
LRIT.
13. Distrik Navigasi adalah Unit Pelaksana Teknis di
bidang Kenavigasian di lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan yang berada di bawah dan
tanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
14. Global Maritime Distress and Safety System
(GMDSS) adalah sistem telekomunikasi
marabahaya dan keselamatan secara
menyeluruh dalam dunia pelayaran yang
berlaku di dunia dengan menggunakan jaringan
radio terestrial maupun satelit.
15. Maritime Mobile Servicess Identity (MMSI)
adalah identifikasi dinas bergerak pelayaran.
16. Tanda Panggil (Callsign) adalah Identifikasi
transmisi atau pancaran radio untuk
menunjukan identitas nama stasiun radio dan
kepemilikan kebangsaan.
17. Automatic Identification System (AIS) sistem
pemancaran radio Very High Frequency (VHF)
yang menyampaikan data-data melalui VHF
Data Link (VDL) untuk mengirim dan menerima
informasi secara otomatis ke kapal lain, stasiun
Vessel Traffic Services (VTS), satelit AIS
dan/atau stasiun radio pantai (SROP).
18. Navigasi Elektronik (E-Navigation) adalah
pengumpulan, integrasi, pertukaran, penyajian,
dan analisis informasi pelayaran di atas kapal
dan di darat yang diselaraskan dengan sarana
elektronik untuk meningkatkan navigasi dari
satu tempat ke tempat lainnya dan layanan
terkait untuk peningkatan keselamatan dan
keamanan di laut serta perlindungan
lingkungan maritim.
-1422-
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas penerapan
Sertifikat Standar Pemberian Kuasa
Perhitungan Jasa Telekomunikasi Dalam
Dinas Bergerak Pelayaran Accounting
Authority Identification Code(AAIC).
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kenavigasian yang
berkompeten melakukan pemeriksaan
pemenuhan standar melalui mekanisme
pengawasan;
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1425-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Petugas Pemeriksa
Telekomunikasi Pelayaran.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi
lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keterangan yang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
c) memeriksa kepatuhan pemenuhan
kewajiban;
d) meminta salinan dari dokumen;
e) mendokumentasikan secara elektronik;
f) melakukan pengambilan sampel;
g) melakukan pengujian; dan/atau
h) memeriksa lokasi kegiatan usaha,
prasarana, dan/atau sarana.
-1426-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1427-
pelayaran.
10. Vessel Traffic Services (VTS) adalah pelayanan
lalu lintas kapal di wilayah yang ditetapkan yang
saling terintegrasi dan dilaksanakan oleh
Kementerian Perhubungan serta dirancang
untuk meningkatkan keselamatan kapal,
efisiensi bernavigasi dan menjaga lingkungan,
yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi
dan menanggapi situasi perkembangan lalu
lintas kapal di wilayah VTS dengan
menggunakan sarana perangkat radio dan
elektronika pelayaran.
11. Local Port Services (LPS) adalah pelayanan lalu
lintas kapal yang terbatas hanya pada
pemberian informasi mengenai data yang
berkaitan dengan keperluan dan operasional
kepelabuhanan maupun terminal yang tidak
bersifat responsif terhadap lalu lintas pelayaran
dalam wilayah cakupan stasiun terkait.
12. Long Range Identification and Tracking of Ship
(LRIT) adalah sistem identifikasi dan penjejakan
kapal jarak jauh yang melibatkan kapal-kapal
yang masuk dan keluar wilayah perairan
Indonesia untuk menyediakan informasi data
kapal, posisi dan penjejakan kepada
Kementerian Perhubungan melalui peralatan
LRIT.
13. Distrik Navigasi adalah Unit Pelaksana Teknis di
bidang Kenavigasian di lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan yang berada di bawah dan
tanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
14. Global Maritime Distress and Safety System
(GMDSS) adalah sistem telekomunikasi
marabahaya dan keselamatan secara
-1430-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Petugas Pemeriksa
Telekomunikasi Pelayaran.
3. Tim verifikator menjalankan tugas
Pengawasan berdasarkan Surat Perintah
Penugasan dari Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum
tanggal pemeriksaan;
-1434-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1435-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas
Pengamatan Laut berupa monitoring yang
dilakukan secara periodik setiap 6 (enam) bulan
sekali dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1442-
pesawat udara;
2. dimensi kapal;
3. kondisi alur;
4. air pasang tertinggi;
5. tinggi tiang utama kapal;
6. gelombang;
7. kedalaman perairan; dan
8. pilar konstruksi kabel saluran udara atau
jembatan; dan
c. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan RUANG BEBAS TINGGI KABEL SALURAN UDARA
Khusus DAN/ATAU JEMBATAN
TM = SM + TK + M
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
-1448-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas pada
Distrik Navigasi setempat berupa monitoring
yang dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan dan melaporkan hasilnya kepada Direktur
Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1449-
1. daftar peralatan;
2. kualifikasi tenaga kerja; dan
3. jadwal dan metode kerja
4. tenaga penyelam
b. Pengawasan
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan atas
Pelaksanaan Kegiatan Salvage dan/atau
Pekerjaan Bawah Air.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menunjuk Pejabat dan/atau pegawai di
lingkungan Direktorat Kesatuan Penjagaan
Laut dan Pantai yang berkompeten
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1452-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh dilakukan oleh
Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai
berupa monitoring yang dilakukan secara
periodik setiap 6 (enam) bulan dan melaporkan
hasilnya kepada Direktur Jenderal.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1453-
25 m3;
d. 1 (satu) Pack Bahan Penyerap (Sorbent);
e. Bahan Pengurai (Dispersant) minimum 100
(seratus) Liter.
hari kerja;
5. Laporan hasil verifikasi atas pemenuhan
syarat umum dan khusus, diunggah ke
dalam aplikasi untuk diproses lanjut oleh
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan
Pantai paling lama 1 (satu) hari kerja;
6. Surat Persetujuan Usaha Penanggulangan
Pencemaran secara otomatis akan terkirim
online ke sistem OSS.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan Pencemaran.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanismepengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh dilakukan oleh
Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai
berupa monitoring yang dilakukan secara
periodik setiap 6 (enam) bulan dan melaporkan
hasilnya kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1458-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh dilakukan oleh
Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai
berupa monitoring yang dilakukan secara
periodik setiap 6 (enam) bulan dan melaporkan
hasilnya kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1463-
penanggulangan pencemaran.
11. Peralatan dan Bahan Penanggulangan Pencemaran
yang selanjutnya disebut Peralatan dan Bahan
adalah peralatan dan bahan yang digunakan
sebagai sarana penanggulangan pencemaran.
12. Pemilik kapal adalah orang atau badan usaha yang
memiliki kapal.
13. Operator kapal adalah orang atau badan usaha
yang mengoperasikan kapal.
3. Persyaratan a. Persyaratan administratif yang disesuaikan dengan
Umum ketentuan Lembaga OSS; dan
b. Durasi waktu sesuai dengan ketentuan lembaga
OSS.
4. Persyaratan Pelaku usaha melakukan pemenuhan persyaratan
khusus teknis, yaitu:
a. Tenaga Ahli:
1. Tenaga Ahli di Bidang Kartografi;
2. Tenaga Ahli di Bidang
Lingkungan/Amdal/Pengendali dampak
lingkungan;
3. Tenaga Ahli di Bidang Pencemaran Minimum
Tingkat 2;
4. Tenaga Ahli di Bidang Perkapalan dan/atau
Kepelabuhanan;
b. Sertifikat Tenaga Ahli.
5. Sarana -
6. Penilaian a. Menengah Tinggi (MT)
Kesesuaian dan Pemenuhan terhadap standar dilakukan melalui
Pengawasan verifikasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/ atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
-1466-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal Perhubungan
Laut melaksanakan pengawasan perizinan
berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
-1467-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 terdiri atas:
a) Inspektur;
b) Auditor;
c) Surveyor; atau
d) Pejabat fungsional lainnya.
3. Tim verifikator menjalankan tugas Pengawasan
berdasarkan Surat Perintah Penugasan dari
Pejabat yang berwenang.
4. Pelaksana Pengawasan mempunyai tugas:
a) menyampaikan pemberitahuan tertulis
palinglambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pemeriksaan;
b) menyerahkan surat tugas kepada Pelaku
usaha yang akan diperiksa;
c) menjelaskan maksud dan tujuan kepada
Pelaku usaha yang diperiksa;
d) melakukan pemeriksaan atas kesesuaian
laporan berkala dengan kondisi lapangan;
e) membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikan kesimpulan; dan
f) menjaga kerahasiaan informasi pelaku
usaha.
5. Pelaksana Pengawasan berhak:
a) meminta keteranganyang diperlukan;
b) membuat catatan yang diperlukan;
-1468-
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1469-
5. Sarana -
Laut.
Verifikasi dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/ atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Auditor ISPS Code.
d. saluran pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1474-
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Auditor ISPS Code
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1479-
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut dalam
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Auditor ISPS Code.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan disampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1485-
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Menteri melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Laut melaksanakan
pengawasan perizinan berusaha.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut
melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, membentuk
dan/atau menunjuk tim verifikator untuk
melakukan pemeriksaan pemenuhan standar
usaha melalui mekanisme pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
-1490-
c. Pelaksana Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan oleh tim verifikator.
2. Tim verifikator sebagaimana dimaksud pada
angka 1 merupakan Auditor ISPS Code.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduandisampaikan melalui portal SIMADU
Kementerian Perhubungan, contact centre 151.
-1491-
kepada Syahbandar.
7. Syahbandar memeriksa kelengkapan surat-
surat dan dokumen kapal serta
menyerahkan memorandum kedatangan
kapal dan menyimpan semua dokumen
kapal.
d. Persyaratan khusus melarang atau mengizinkan
orang naik ke atas kapal:
1. Nakhoda/operator mengajukan permohonan
ke Syahbandar dengan melampirkan:
a. Identitas orang naik/turun ke/dari
kapal
b. Tanggal dan waktu
2. Syahbandar memferifikasi dan mengevaluasi
permohonan dengan:
a. Cek posisi kapal.
b. Bendera dan tanda-tanda labuh.
c. Daftar Crew kapal dan naik dan/atau
turun orang (Surat Persetujuan)
d. Untuk kapal asing, bagi ABK
diberlakukan shore pass.
3. Diatas kapal Diawasi petugas keamanan
kapal
4. Di area pelabuhan diawasi petugas
syahbandar dan polri
5. Sarana -
b. Pengawasan
1. Syahbandar melaksanakan pengawasan
atas Sertifikat Standar Persetujuan
Kegiatan Kapal di Pelabuhan.
2. Syahbandar menunjuk Pejabat dan/atau
pegawai di lingkungan kantor
Kesyahbandaran Utama/KSOP/KSOP
Khusus Batam/UPP untuk melakukan
pengawasan.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh dilakukan oleh
Petugas Keselamatan Berlayar, Penjagaan
dan Patroli.
d. Saluran Pengaduan
Pengaduan dapat disampaikan melalui kotak
pengaduan pada masing-masing kantor
Syahbandar.
-1497-
C. Transportasi Udara
4 Persyaratan -
khusus atau
Persyaratan
Teknis Produk,
Proses,
dan/atau Jasa
5 Sarana Peralatan inspeksi keselamatan yang wajib dimiliki
paling sedikit terdiri dari:
a. kompas;
b. slopemeter;
c. globalpositioning system;
d. alat ukur jarak elektronik atau manual;
e. alat ukur ketinggian (altimetersetting);
f. peralatan perlindungan diri;
g. laptop;
h. peralatan dokumentasi; dan
i. peralatan komunikasi (handy talky).
6 Penilaian a. Penilaian Kesesuaian
Kesesuaian dan Verifikasi dilakukan oleh Direktur Jenderal
Pengawasan Perhubungan Udara, dan dapat dilakukan melalui:
1. pemeriksaan dokumen;
2. pemeriksaan fisik;
3. kunjungan lapangan; dan/atau
4. autentikasi melalui layanan perizinan secara
elektronik.
b. Pengawasan
1. Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal
Perhubungan Udara melaksanakan pengawasan
perizinan berusaha sesuai dengan pendelegasian
kewenangannya.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Udara
menunjuk Inspektur Penerbangan untuk
melakukan pengawasan sesuai dengan
kewenangannya.
3. Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-1507-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Penerbangan.
d. Saluran Pengaduan
Dapat disampaikan melalui contact centre
Kementerian Perhubungan 151.
-1508-
navigasi penerbangan.
f. Personel kalibrasi yang selanjutnya disebut
personel adalah petugas kalibrasi penerbangan
yang memiliki kompetensi dan kewenangan dalam
penyelenggaraan kalibrasi fasilitas navigasi
penerbangan.
3 Persyaratan Persyaratan umum berupa surat permohonan yang
Umum dilengkapi dengan formulir permohonan yang paling
sedikit memuat informasi:
a. nama dan alamat pejabat yang diberi tugas dan
tanggung jawab atas unit kerja tersebut; dan
b. jenis fasilitas navigasi penerbangan yang dapat
dikalibrasi dan sistem kalibrasi yang dimiliki.
4 Persyaratan a. memenuhi ketentuan pedoman penyelenggaraan
khusus atau kalibrasi fasilitas navigasi penerbangan dalam
Persyaratan bentuk manual operasi;
Teknis Produk, b. memenuhi ketentuan organisasi;
Proses, c. memenuhi ketentuan personel atau sumber daya
dan/atau Jasa manusia
d. memenuhi ketentuan fasilitas penyelenggaraan;
e. memenuhi ketentuansistem manajemen
keselamatan;
f. memenuhi ketentuan personel;
g. memenuhi ketentuan prosedur koordinasi; dan
h. memenuhi ketentuan sistem penyimpanan
dokumen dan rekaman.
5 Sarana Penyelenggara kalibrasi fasilitas Navigasi Penerbangan
harus memiliki sistem kalibrasi penerbangan (flight
inspection system) yang mencakup:
a. pesawat udara yang memuat karakteristik secara
umum paling sedikit sebagai berikut:
1. memiliki sertifikat kelaikan udara yang
dikeluarkan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Udara;
2. memiliki kemampuan untuk melakukan
penerbangan kalibrasi dengan aman;
-1510-
c. Pelaksana Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur
Penerbangan.
d. Saluran Pengaduan
Dapat disampaikan melalui contact centre
Kementerian Perhubungan 151.
-1527-
Approval Holder);
2. melaksakaan kegiatan produksi sesuai
batasan kemampuan yang disahkan;
3. melaksanakan kegiatan operasional sesuai
dengan prosedur manual operasional yang
telah disahkan (Quality Manual, dan Safety
Management Manual).
4. Persyaratan Pelaku usaha harus memenuhi persyaratan
khusus atau teknis/khusus sebagai berikut:
Persyaratan a. mendemonstrasikan kemampuannya sesuai dengan
Teknis Produk, jenis sertifikat yang diajukan;
Proses, b. mendemonstrasikan Buku pedoman Organisasi
dan/atau Jasa Pemegang Sertifikat Produksi (Production Approval
Holder manual); dan
c. mendemonstrasikan sistem jaminan kualitas (quality
system).
6 Sarana Sarana dan prasarana Organisasi Pemegang Sertifikat
Produksi berupa:
a. gedung atau bangunan kantor;
b. fasilitas kegiatan penerimaan barang (receiving);
c. fasilitas kegiatan proses produksi;
d. fasilitas kegiatan proses perakitan (assembly); dan
e. fasilitas kegiatan produk akhir.