dwn140957S ns586 1568103080

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) IBU HAMIL

DENGAN KEJADIAN STUNTING BAYI BARU LAHIR


DI PUSKESMAS KABUPATEN PEKALONGAN

Bestari Welas Asih Waskita1, Ratnawati2


1
Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan, email: [email protected]
2
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

ABSTRAK

Kekurangan Energi Kronik merupakan kondisi yang disebabkan karena adanya


ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein, sehingga zatgizi yang dibutuhkan tubuh
tidak tercukupi sehingga ingin mengetahui kejadian pada ibu dengan stunting. Penelitian ini
mendeskripsikan hubungan antara kurang energi kronik pada ibu hamil dengan stunting bayi baru
lahir di Puskesmas Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif
korelasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 84 responden. Alat pengumpulan data menggunakan dengan melihat dokumentasi
catatan ibu bersalin di Puskesmas terkait. Analisa data menggunakan uji Chi Square. Analisa
univariat gambaran kekurangan energi kronik ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Pekalongan
sebanyak 65 responden (77,4%) mengalami kekurangan energi kronik dan gambaran stunting
bayi baru lahir 60 responden (71,4%) mengalami stunting bayi baru lahir.Analisa bivariat hasil
penelitian menunjukan bahwa p value sebesar 0,003< 0,05 sehingga H0 ditolak yang berarti Ada
hubungan yang signifikan antara kekurangan energik kronik ibu hamil dengan kejadian stunting
bayi baru lahir di Puskesmas Kabupaten Pekalongan. Bagi profesi keperawatan untuk
menerapkan atau mengimplementasikan sehingga dapat memberikan program pendamping nutrisi
pada pasien kekurangan energi kronik yang nantinya bertujuan untuk meningkatkan gizi ibu
hamil.

Kata kunci : Bayi Baru Lahir, Ibu Hamil, Kekurangan Energi Kronik, Stunting
THE RELATIONSHIP BETWEEN CHRONIC ENERGY DEFICIENCY OF PREGNANT
WOMEN AND STUNTING OF NEWBORNS AT PUBLIC HEALTH CARE,
PEKALONGAN REGENCY

ABSTRACT

Chronic Energy Deficiency is a condition caused by an imbalance in nutrient intake between


energy and protein, so that the nutrients needed by the body are not fulfilled so they want to know
the incidence of SEZ in mothers with stunting. This study describes the relationship between
chronic energy deficiencyof pregnant women and stunting of newborns at Public Health Care,
Pekalongan Regency. The design of this study uses descriptive correlation. The sampling
technique uses total sampling with a total sample of 84 respondents. Data collection tool uses by
looking at the documentation of the records maternity at Public Health Care. Data analysis using
Chi Square test. Univariate analysis of the picture of chronic energy deficiency of hami patients
in Pekalongan District Health Care as many as 65 respondents (77.4%) experienced chronic
energy deficiency and newborn stunting description 60 respondents (71.4%) had newborn
stunting. Bivariate analysis of the results of the study shows that p value is 0.003 <0.05, so H0 is
rejected which means there is a significant the relationship between chronic energy deficiencyof
pregnant women and stunting of newborns at public health care, Pekalongan Regency for the
nursing profession to implement or implement so that it can provide a nutrition companion
program for patients with chronic energy deficiencywhose aim aims to improve the nutrition of
pregnant women.
Keywords : Chronic Energy Deficiency, Newborn, Pregnant Women, Stunting
PENDAHULUAN sedangkan Indonesia menjadi urutan ke
empat terbesar setelah India dengan
Pelayanan gizi merupakan prevalensi 35,5% dan yang paling
salah satu program untuk mewujudkan rendah adalah Thailand dengan
perbaikan gizi pada seluruh siklus prevalensi 15-25% (Sigit, 2016).
kehidupan sejak dalam kandungan Berdasarkan hasil survey
sampai dengan lanjut usia dengan Pemantauan Status Gizi (PSG) di
prioritas kepada kelompok rawan gizi. Indonesia angka KEK 2016 sebesar
Kelompok rawan gizi tersebut antara 16,2% lebih tinggi dari tahun 2015
lain meliputi:bayi dan balita, anak usia sebesar 13,3% (Laporan Kinerja
sekolah, remaja perempuan, ibu hamil, DIRJEN Kesmas, 2016). Berdasarkan
ibu nifas, ibu menyusui; pekerja wanita Data dan Informasi Profil Kesehatan
Kemenkes RI Provinsi Jawa Tengah
dan usia lanjut. Keadaan gizi yang baik
tahun 2016 angka prevalensi KEK
merupakan prasyarat utama dalam
tertinggi ke 4 di Indonesia sebesar 84,7%
mewujudkan sumber daya manusia dari yang tertinggi di Provinsi Sulawesi
yang sehat dan berkualitas. Utara sebanyak 91,7%, Provinsi NTB
Masalah gizi kurang pada ibu sebanyak 88,7% dan Jawa Timur
hamil pada saat ini merupakan fokus sebanyak 85,6%.
perhatian, karena masalah tersebut Berdasarkan data yang didapat
sangat membahayakan khusus nya pada dari Dinas Kesehatan Kabupaten
ibu hamil yang anemia dan ibu hamil pekalongan tahun 2017, selama 1 tahun
Kurang Energi Kronik (KEK) (Marsedi. terakhir yaitu data dari bulan Januari-
S,dkk, 2016). Desember 2017 didapatkan bahwa di
Di Indonesia banyak terjadi Kabupaten Pekalongan mempunyai
kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) 17.233 sasaran ibu hamil dan diantara
terutama yang kemungkinan disebabkan ibu hamil tersebut 11,41% (1.967 orang)
karena adanya ketidak seimbangan hamil dengan KEK. Sedangkan angka
asupan gizi, sehingga zat gizi yang tertinggi didapatkan data di Puskesmas
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal Karanganyar Kabupaten Pekalongan,
tersebut mengakibatkan perumbuhan selama 1 tahun terakhir yaitu data dari
tubuh baik fisik ataupun mental tidak bulan Januari-Desember 2017
sempurna seperti yang seharusnya didapatkan bahwa di Puskesmas
(Chinue. C, 2009). Kekurangan Energi Karanganyar mempunyai 778 sasaran
Kronik (KEK) merupakan salah satu ibu hamil dan diantara ibu hamil tersebut
keadaan malnutrisi. Ibu menderita 32,26% (251 orang) hamil dengan KEK.
kekurangan makanan yang berlangsung Ibu hamil KEK sangat
menahun (kronik) yang mengakibatkan mempengaruhi status gizi bayi dalam
timbul nya gangguan kesehatan pada ibu kandungan yang selanjutnya akan
secara relative atau absolut satu atau menentukan perkembangan bayi
lebih zat gizi (Helena, 2013). tersebut, khususnya pada masa
Organisasi Kesehatan Dunia pertumbuhan. Beberapa penelitian yang
(WHO) melaporkan bahwa prevalensi ditujukan oleh Ernawati, dkk (2013)
KEK pada kehamilan di dunia secara menunjukan bahwa bayi yang lahir dari
global 35-75% lebih tinggi pada ibu dengan kurang energi atau gizi pada
trimester ketiga dibandingkan dengan trimester ke-dua mempunyai risiko 1,6
trimester pertama dan kedua kehamilan kali mengalami Stunting. Penelitian lain
(Rukiah, 2016). Prevalensi KEK di Asia ditujukan oleh Ruchayati (2012)
Tenggara seperti Bangladesh, India, menunjukan bahwa panjang bayi lahir
Indonesia, Myanmar, Nepal dan dipengaruhi oleh kadar hemoglobin,
Thailand, prevalensi KEK adalah 15- LiLA pada trimester ke –tiga dan
47%. Negara yang mengalamai pertambahan berat badan selama hamil.
prevalensi tertinggi di Bangladesh 47%,
Ibu hamil kurang nutrisi menyebabkan Kehidupan (Gerakan 1000 Hari
bayi berisiko kurang nutrisi juga, Pertama Kehidupan) (Kemenkes,
sehingga bayi yang dilahirkan dari ibu 2017).
KEK kemungkinan mengalami dampak Periode seribu hari ini, yaitu
tumbuh kembang, salah satunya adalah 270 hari selama kehamilan dan 730
bayi pendek/Stunting. hari pada kehidupan pertama bayi,
Postur tubuh pendek (Stunting) merupakan periode sensitif karena
adalah peningkatan tinggi badan yang dampak yang ditimbulkan terhadap
tidak sesuai dengan umurnya (Kemenkes bayi pada masa ini akan bersifat
Bina Gizi, 2011). Stunting merupakan permanen dan tidak dapat dikoreksi.
gangguan pertumbuhan linier yang
Jika terjadi kegagalan pertumbuhan
disebabkan adanya malnutrisi asupan zat
(growth faltering) pada periode emas
gizi kronis dan atau penyaki infeksi
ini, tidak saja berdampak terhadap
kronis maupun berulang (WHO, 2010).
Bayi dengan panjang badan lahir pertumbuhan fisik, melainkan juga
pendek (Stunting) bisa disebabkan oleh perkembangan kognitif dan kecerdasan
beberapa faktor salah satunya faktor lainnya (Fitrah Ernawati, dkk, 2013).
genetik yaitu tinggi badan orang tua
Faktor sanitasi dan kebersihan
yang pendek. Penelitian ini ditujukan
lingkungan berpengaruh pula untuk
oleh LK Zottarelli, dkk (2007) di Mesir kesehatan ibu hamil dan tumbuh
menunjukkan bahwa anak yang lahir kembang bayi yang akan dilahrikan,
dari Ibu dengan tinggi badan kurang karena anak usia di bawah dua tahun
dari 150cm lebih berisiko untuk rentan terhadap berbagai infeksi dan
tumbuh Stunting. Selain itu juga penyakit. Paparan terus menerus
dikemukakan oleh Tim Nasional terhadap kotoran manusia dan binatang
Percepatan Penanggulangan dapat menyebabkan infeksi bakteri
Kemiskinan (2017) menunjukan bahwa kronis. Infeksi tersebut, disebabkan oleh
praktek pengasuhan yang kurang baik, praktik sanitasi dan kebersihan yang
termasuk kurangnya pengetahuan ibu kurang baik, membuat gizi sulit diserap
mengenai kesehatan dan gizi sebelum oleh tubuh. Rendahnya sanitasi dan
dan pada masa kehamilan, serta setelah kebersihan lingkungan pun memicu
ibu melahirkan. Beberapa fakta dan gangguan saluran pencernaan, yang
informasi yang ada menunjukkan membuat energi untuk pertumbuhan
bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan teralihkan kepada perlawanan tubuh
tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) menghadapi infeksi. Maka, pertumbuhan
secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia sel otak yang seharusnya sangat pesat
0-24 bulan tidak menerima Makanan dalam dua tahun pertama seorang anak
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). menjadi terhambat. Dampaknya,
Begitu pentingnya masa kehamilan terancam menderita stunting , yang
dalam menentukan kualitas manusia, mengakibatkan pertumbuhan mental dan
fisiknya terganggu, sehingga potensinya
terutama saat usia dini, yakni dua
tak dapat berkembang dengan maksimal
tahun pertama, maka pemerintah
(Millenium Challenge Account
memberikan perhatian pada anak usia Indonesia, 2013).
dibawah 2 tahun. Bahkan, telah Angka prevalensi stunting di
menjadi gerakan gizi nasional dan Indonesia masih tinggi sebanyak 37,2%
internasional luas,yang dikenal sebagai yang meningkat dari tahun 2010 (35,6%)
gerakan Scaling Up Nutrition (SUN). dan 2007 (36,8%). Artinya, pertumbuhan
Gerakan ini di Indonesia disebut tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9
sebagai Gerakan Nasional Sadar Gizi juta anak Indonesia, atau satu dari tiga
dalam rangka Percepatan Perbaikan anak Indonesia. Prevalensi stunting di
Gizi pada 1000 Hari Pertama Indonesia lebih tinggi daripada negara-
negara lain di Asia Tenggara, seperti RUMUSAN MASALAH
Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan
Thailand (16%) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan latar belakang
Target penurunan prevalensi stunting di atas, rumusan masalah pada
pada anak baduta (dibawah 2 tahun) penelitian ini “Apakah ada hubungan
adalah menjadi 28% (Rencana antara kekurangan energi kronik
Pembangunan Jangka Menengah (KEK) pada ibu hamil dengan
Nasional, 2015-2019). Dan di Indonesia kejadian stunting bayi baru lahir di
panjang badan bayi lahir dengan panjang Puskesmas Kabupaten
badan >48 cm sebesar 20,2%, sementara Pekalongan?”.
tingkat provinsi tertinggi di NTT sebesar
28,7% dan terendah di Bali sebesar 9,6% TUJUAN PENELITIAN
(Riskesdas, 2013).
1. Tujuan Umum
Bayi panjang badan lahir Penelitian ini bertujuan untuk
pendek atau stunting sangat berdampak mengetahui Hubungan Antara
pada perkembangannya. Dari hasil Kekurangan Energi Kronik (KEK)
penelitian Ernawati, dkk (2014) Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
menunjukan bahwa panjang badan Stunting Bayi Baru Lahir.
kurang atau stunting akan berdampak 2. Tujuan Khusus
pada keterlambatan dalam Penelitian yang telah dilakukan ini
perkembangan motorik, sosial emosi, mempunyai tujuan khusus sebagai
dan bahasa dibanding dengan yang berikut:
normal dampak stunting dapat a. Mengetahui gambaran mengenai
Kurang Energi Kronik (KEK)
mengakibatkan penurunan intelegensia
pada ibu hamil.
(IQ), karena itu anak yang menderita
b. Mengetahui gambaran mengenai
stunting berdampak tidak hanya pada Stunting bayi baru lahir.
fisik yang lebih pendek saja, tetapi c. Mengetahui hubungan antara
juga pada kecerdasan. Gagal tumbuh Kurang Energi Kronik (KEK)
yang terjadi akibat kurang gizi pada pada ibu hamil dengan kejadian
masa-masa emas ini akan berakibat Stunting bayi baru lahir.
buruk pada kehidupan berikutnya dan
sulit diperbaiki. Balita/Baduta (Bayi
dibawah usia Dua Tahun) yang DESAIN PENELITIAN
mengalami stunting akan memiliki
tingkat kecerdasan tidak maksimal, Penelitian ini merupakan
menjadikan anak menjadi lebih rentan penelitian deskriptif korelasi.
terhadap penyakit dan di masa depan
POPULASI
dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas (Menkes, 2010).
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu melahirkan
Berdasarkan permasalahan
dengan kondisi KEK. Total populasi
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
Ibu KEK di 5 Puskesmas terbesar
penelitian dengan judul “Hubungan
yaitu Puskesmas Karanganyar,
Antara Kurang Energi Kronik (KEK)
Puskesmas Doro II, Puskesmas
Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
Bojong I, Puskesmas Wonokerto II,
Stunting Bayi Baru Lahir”.
Puskesmas Wiradesa dengan total
sebanyak 84 data Ibu bersalin pada
bulan Maret-April 2019.
SAMPLE (Notoatmodjo, 2012, h. 183). Pada
penelitian ini analisi bivariat
Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menganalisis
menggunakan total sampling yaitu hubungan antara dua variabel, yaitu
pengambilan sampel dimana seluruh hubungan antara Kekurangan Energi
catatan ibu yang melahirkan KEK Kronik (KEK) ibu hamil dengan
dibulan Maret-April 2019 di 5 kejadian stunting bayi baru lahir. Uji
puskesmas Kabupaten Pekalongan statistik yang digunakan adalah uji
sebanyak 84 data ibu bersalin antara kai kuadrat (chi square) dimana
lain: 16 data di Puskesmas hanya bisa digunakkan jika data non
Karanganyar, 5 data di Puskesmas parametrik dengan skala
Doro II, 12 data di Puskesmas nominal/ordinal dengan nilai alpha
Bojong I, 4 data di Puskesmas 5% (α=0.05).
Wonokerto, 47 data di Puskesmas
Wiradesa HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Gambaran Karakteristik Responden
Instrument dalam penelitian
ini antara lain : Hasil dari penelitian
1. Dokumentasi catatan ibu karakteristik didapatkan
melahirkan di puskesmas terkait. karakteristik responden
2. Lembar observasi yaitu berdasarkan umur paling tinggi ibu
lembar yang berisi identitas ibu yang dengan usia 17-34 tahun sebanyak
melahirkan, yang meliputi no. 74 orang (88,1 %). Pada umur ≥ 35
Responden, umur, pencatat hasil tahun ada 10 orang yang berada
pengukuran hasil LiLa pada ibu diusia resiko.
hamil, dan panjang badan bayi, Karakteristik pendidikan
lembar persetujuan izin dari didapatkan hasil 45 responden
pusekesmas terkait. (53,6%) berpendidikan SMP, 38
responden (45,2%) berpendidikan
Sekolah dasar, dan 1 responden
TEKNIK ANALISIS DATA (1,2%) berpendidan SMA.
Karakteristik pekerjaan 50
1. Analisa Univariat
responden (59,5%) mempunyai
Analisa Univariat digunakan untuk
pekerjaan dan 34 responden
menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel (40,5%) tidak mempunyai
penelitian (Notoatmodjo, 2012, h. pekerjaan. Pada pendidikan dan
182). Pada analisis univariat lebih pekerjaan sangat beperan penting
cocok dalam menjelaskan data pendidikan yang rendah akan
berjenis kategorik. Penelitian ini cenderung kurang pemahaman ibu
telah dilakukan analisa univariat tentang gizi yang baik untuk bayi
yang menghasilkan distribusi namun dari segi ekonomi juga
frekuensi dan prosentase LLA ibu sangat berpengaruh karena dari
hamil. Distribusi frekuensi dan ekonomi yang rendah maka akan
prosentase panjang badan bayi. cenderung pemenuhan gizi
minimal.
2. Analisa Bivariat Hasil dari penelitian ini
Analisa Bivariat digunakan terhadap sesuai dengan penelitian Nisa tahun
dua variabel yang diduga (2016) yang berjudul “Penyebab
berhubungan berkorelasi Kejadian Kekurangan Energi
Kronis Pada Ibu Hamil Risiko (KEK) sebagian besar pendidikan
Tinggi Dan Pemanfaatan Antenatal terakhir terbanyak SMP dengan
Care Di Wilayah Kerja Puskesmas jumlah 40 responden (22,73%)
Jelbuk Jember“ didapatkan hasil dan rentang usia kurang dari 20
Sebagian besar responden dalam tahun sebanyak 53 responden
penelitian ini berasal dari ibu hamil (60,23%) dengan jumlah parietas
risiko tinggi yang mengalami KEK lebih dari 2 sebanyak 44
dengan umur antara 20-35 tahun responden (50%).
sebanyak 29 orang responden Karakteristik pendidikan
(69%). Sebagian besar responden dipenelitian ini didapatkan hasil
memiliki tingkat pendidikan 45 responden (53,6%)
terakhir tamat SD/Sederajat berpendidikan SMP, dan
sebanyak 13 orang responden karakteristik pekerjaan 50
(31%). Sebagian besar responden responden (59,5%) mempunyai
memiliki pengetahuan tinggi pekerjaan dan 34 responden
sebanyak 25 orang. (40,5%) tidak mempunyai
pekerjaan. Penelitian ini, bahwa
2. Gambaran Kekurangan Energi Latar belakang pendidikan
Kronik (KEK) Ibu Hamil Di seseorang merupakan salah satu
Puskesmas Kabupaten Pekalongan unsur penting yang dapat
Dari analisis univariat mempengaruhi status kesehatan
diketahui diperoleh data responden dan gizi, karena seringkali
sebanyak 65 responden (77,4%) masalah kesehatan dan gizi timbul
mengalami Kekurangan energy karena ketidaktahuan atau kurang
kronik (KEK). Sedangkan 19 informasi tentang kesehatan atau
responden (22,6%) tidak gizi yang memadai.
kekurangan energy kronik (KEK) Hasil penelitian ini juga
ibu hamil. sesuai dengan penelitian Anni
Kurang Energi Kronis (2012) “Gambaran Pola Makan
merupakan keadaan dimana ibu Dan Status KEK Ibu Hamil Di
menderita kekurangan makanan Pesisir Tallo Kota Makassar” Hasil
yang berlangsung menahun penelitian yang diperoleh
(kronis) yang mengakibatkan menunjukkan bahwa prevalensi
timbulnya gangguan kesehatan KEK ibu hamil ditemukan sebesar
pada ibu. KEK dapat terjadi pada 30,0% dari delapan puluh ibu hamil
wanita usia subur (WUS) dan pada yang diperiksa. Angka yang
ibu hamil (bumil). Seseorang didapat cukup mencengangkan dan
dikatakan menderita risiko KEK sudah termasuk dalam golongan
jika LILA < 23,5 cm (Depkes masalah kesehatan masyarakat
RI,2012). yang moderat. KEK padaibu hamil
Berdasarkan hasil disebabkan oleh beberapa faktor,
penelitian dari Syukur baik faktor sosial maupun faktor
(2016)“Faktor-Faktor Yang biologi yang mempengaruhi status
Menyebabkan Kurang Energi kehamilan ibu (KEK) antara lain:
Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Di pola makan yang bermanifestasi
Puskesmas Sidomulyo Kota langsung pada status KEK dan
Samarinda” diatas dapat beberapa faktor tidak langsung
disimpulkan bahwa dari 88 seperti pendidikan, pekerjaan,
responden (100%). Ibu yang budaya, jumlah keluarga, dan akses
menderita kurang energi kronis pelayanan kesehatan, kemudian
unsur gizi makro karbohidrat, berkurang, saat tua berisiko terkena
protein dan lemak merupakan zat penyakit berhubungan dengan pola
gizi penyuplai energi bagi tubuh makan, fungsi-fungsi tubuh tidak
dengan prioritas pada karbohidrat, seimbang, mengakibatkan kerugian
lemak dan terakhir pada protein. ekonomi dan postur tubuh tak
maksimal (Kemenkes, 2017).
3. Gambaran Stunting bayi baru lahir Berdasarkan hasil penelitian
Di Puskesmas Kabupaten Aridiyah (2015) yang berjudul
Pekalongan “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Dari analisis univariat Kejadian Stunting pada Anak
diperoleh data responden 60 Balita di Wilayah Pedesaan dan
responden (71,4%) mengalami Perkotaan” Jumlah ibu yang
stunting bayi baru lahir. Sedangkan melahirkan stunitng berpendidikan
24 responden (28,6%) tidak rendah masing-masing adalah
mengalami stunting bayi baru lahir sebesar 96,7%. Pada status
Stunting (panjang pendek) pekerjaan ibu yang melahirkan
adalah panjang atau tinggi badan stunting yang berada di wilayah
yang kurang menurut umur (<- desa terbanyak adalah tidak bekerja
2SD), ditandai dengan yaitu sebesar 71%, sedangkan
terlambatnya pertumbuhan anak untuk bekerja dengan persentase
yang mengakibatkan kegagalan sebesar 53,3%.
dalam mencapai tinggi badan yang Pada penelitian ini
normal dan sehat sesuai usia anak karakteristik berdasarkan tingkat
(Kemenkes, 2011). pendidikan paling tinggi
Stunting bayi baru lahir SMP/Sederajat sebanyak (53,6%),
seseorang dapat dapat disebabkan karakteristik pekerjaan paling
karena Faktor gizi buruk dialami banyak ibu pekerja sebanyak
oleh ibu hamil maupun anak balita, (59.5%). Kejadian stunting pada
kurangnya pengetahuan ibu ibu yang melahirkan bayi dengan
mengenai kesehatan dan gizi hasil sangat pendek didapatkan
sebelum dan pada masa kehamilan, sebesar 71,4% hal ini disebabkan
serta setelah ibu melahirkan, masih fakor yang mempengaruhi
terbatasnya layanan kesehatan perkembangan bayi itu sendiri ada
termasuk layanan anc-ante natal beberapa factor yang dapat
care (pelayanan kesehatan untuk berpengaruh seperti factor ibu dan
ibu selama masa kehamilan) post pola kesehatan yang diterapkan ibu
natal care dan pembelajaran dini saat proses kehamilan. Stunting
yang berkualitas, masih kurangnya bayi baru lahir akan terbentuk
akses kepada makanan bergizi, hal setelah ibu hamil mengetahui dan
ini dikarenakan harga makanan menilai terhadap perkembangan
bergizi di indonesia masih dan asupan yang ada saat proses
tergolong mahal dan kurangnya persalinan. Faktor keluarga juga
akses ke air bersih dan sanitasi merupakan hal yang sangat
(Kemenkes, 2017). berpengaruh dalam membangun
Berdasarkan hasil penelitian stunting bayi baru lahirdalam
ini dapat diketahui bahwa masih mencegah terjadinya kejadian –
ada responden mempunyai bayi kejadian yang tidak diinginkan
baru lahir sangat pendek, hal ini yang diakibatkan dari pasien yang
dapat berdampak pada anak seperti mengalami stunting bayi baru lahir
mudah sakit, kemampuan kognitif yang tidak terkontrol yang dapat
menggangu perkembangan janin yang tidak mengalami kekurangan
(Rivanica, 2016). energy kronik.
Menurut Notoadmojho (2010)
4. Hubungan Kekurangan Energi dalam proses stunting bayi baru lahir
Kronik (KEK) Ibu Hamil Dengan responden dapat dikatakan normal
Kejadian Stunting Bayi Baru Lahir jika dapat memiliki aspek – aspek
di Puskesmas Kabupaten Pekalongan dalam stunting bayi baru lahir
Berdasarkan hasil penelitian dengan hasil Status Gizi Anak,
menunjukkan bahwa ada H0 pengertian pendek dan sangat
hubungan kekurangan energi kronik pendek adalah status gizi yang
(KEK) ibu hamil dengan kejadian didasarkan pada indeks Panjang
stunting bayi baru lahir di Badan menurut Umur (PB/U) atau
Puskesmas Kabupaten Pekalongan. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Hasil ini didasarkan pada hasil p istilah stunted (pendek) dan
value = 0, 003 (0,003< 0,05 ) severelydengannilai-2 SD sampai
sehingga ho ditolak, artinya ada dengan 2 SD, jika:Bayi laki-laki
hubungan kekurangan energi kronik dengan panjang badan 46,1-53,7 cm.
(KEK) ibu hamil dengan kejadian Bayi perempuan dengan panjang
stunting bayi baru lahir di badan 45,4-52,9 cm (Kemenkes,
Puskesmas Kabupaten Pekalongan. 2010).
Nilai yang didapatkan dengan Begitu pula dalam
menggunakan Uji Chi Square ini mempengaruhi Kekurangan energi
diketahui bahwa nilai yang diperoleh kronik (KEK) responden dalam
sebesar 0,003 hal tersebut stunting bayi baru lahir pasien
menunjukkan bahwa hubungan hamil memerlukan gizi yang cukup
kekurangan energi kronik (KEK) ibu kebutuhan gizi bayi lebih sedikit
hamil dengan kejadian stunting bayi dari kebutuhan orang dewasa,
baru lahir di Puskesmas Kabupaten namun jika dibandingkan per unit
Pekalongan. Berdasarkan hasil berat badan maka kebutuhan gizi
penelitian diketahui bahwa dari 65 bayi jauh lebih besar dari
responden (77,4%) yang kekurangan perkembangan lain. Makanan
energy kronik terdapat 52 responden bergizi menjadi kebutuhan utama
(61,9%) mengalami stunting bayi bayi pada proses tumbuh
baru lahir dan 13 responden (15,5%) kembangnya. Energi protein sangat
tidak stunting. Sedangkan 19 penting pada tumbuh kembang
responden (22,6%) yang tidak bayi sejak di dalam kandungan ibu
kekurangan energi kronik (KEK) sampai dilahirkan.
terdapat 8 responden (9,5%) Sehingga protein harus
mengalami stunting dan 11 selalu ada dalam makanan yang
responden (13,1%) tidak stunting. dikonsumsi. Asupan protein yang
Berdasarkan hasil penelitian kurang akan menyebabkan
dari Supadmi (2018) “Faktor-Faktor terhambatnya pertumbuhan
Yang Berkaitan Dengan Stunting jaringan dan organ sera
Balita dan Cakupan Gizi Spesifik, terhambatnya pertumbuhan yang
Gizi Sensitif“ dalam penelitian ini berpengaruh terhadap
didapatkan hasil pemberian Gizi baik panjang/tinggi badan, berat badan
Sebesar 37,36%. Hal ini sesuai dan lingkar kepala
dengan hasil penelitian yang peneliti (Sulistyoningsih, 2011). Hal ini
lakukan bahwahanya 22,6% ibu sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Fajrina (2016)
“Hubungan Faktor Ibu Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita Di
Puskesmas Piyungan Kabupaten SIMPULAN
Bantul” menunjukan bahwa
sebagian besar ibu yang 1. Gambaran kekurangan energi
berpendidikan rendah berada pada kronik (KEK) pasien hamil
ibu dalam kelompok kasus di Puskesmas Kabupaten
(stunting) yaitu sebanyak 25 ibu Pekalongan disimpulkan
(67,6%). sebanyak 65 responden
Ibu yang berpendidikan (77,4%) mengalami
kekurangan energi kronik
lebih memungkinkan untuk
(KEK).
membuat keputusan yang akan
2. Gambaran stunting bayi baru
meningkatkan kesehatan gizi dan
lahir 60 responden (71,4%)
anak-anaknya. Usia ibu saat hamil mengalami stunting bayi baru
juga sangat menentukan kesehatan lahir.
ibu dan berkaitan erat dengan 3. Ada hubungan yang
kondisi kehamilan dan persalinan. signifikan antara kekurangan
Ibu hamil juga merupakan salah Energi Kronik (KEK) ibu
satu kelompok rawan gizi sehingga hamil dengan kejadian
dapat mempengaruhi pertmbuhan stunting bayi baru lahir di
dan perkembangan janin. Selain itu Puskesmas Kabupaten
faktor genetik seperti tinggi Pekalongan dengan
merupakan modal dasar mencapai didapatkan nilai p value
hasil proses pertumbuhan. sebesar 0,003< 0,05.
Kekurangan energi kronik 4. Nilai OR 5.500 menunjukkan
mengakibatkan stunting bayi baru bahwa pasieni ibu hamil
lahir disebabkan adanya kurangnya yang memiliki kekurangan
pemberian informasi dan energy kronik berpeluang 5
pemahaman responden yang kali daripada ibu hamil yang
kurang ingin mengerti tentang tidak kekurangan energi
informasi sehingga perlu adanya kronik artinya pasien yang
pehamanan dan kesadaran bagi mengalami kekurangan gizi
masyarakat itu sendiri yang akan akan lebih beresiko dari pada
ibu yang tidak kekurangan
menimbulkan pemikiran, apa
gizi.
penyebabnya dan apa yang dapat
mereka lakukan dengan kondisi
SARAN
seperti itu (Niven, 2013). Ibu hamil
dengan berat badan kurang harus 1. Bagi Pelayanan Kesehatan
mengatur asupan gizinya sehingga Hasil penelitian ini dapat
bisa mencapai berat badan normal, menjadi acuan dalam
sedangkan ibu dengan berat badan pemberian asuhan
berlebih tetap dianjurkan makanan keperawatan dalam
yang seimbang denga bahan memberikan asuhan
makanan bervariasi, dengan keperawatan yang mengacu
mengurangi bahan makanan pada asupan gizi pasien
berkalori tinggi serta lemak.Selain khususnya dalam
melihat pertambahan berat badan Kekurangan Energi Kronik
selama hamil, status gizi ibu hamil (KEK)nya sehingga dapat
(Ruchayati, 2012). memberikan program
pendamping nutrisi pada
pasien Kekurangan Energi
Kronik (KEK) yang nantinya Chinue, C. (2009). Kekurangan energi
bertujuan untuk kronik (KEK). Jakarta
meningkatkan gizi ibu hamil.
2. Bagi Pendidikan Dharma Kelana Kusuma. (2011).
Penelitian ini diharapkan Metodologi Penelitian
dapat menjadi tambahan Keperawatan. Trans Info Media:
literatur bagi institusi Jakarta
Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan Mulati Erna, dkk. (2016). Buku Ajar
mengenai gizi ibu hamil Kesehatan Ibu Dan Anak.
guna menciptakann Bambang Trim Deden Sopandy:
karakteristik perawat dengan Jakarta
pengetahuan yang baik serta
meningkatan gizi pasien Ernawati Fitrah, dkk. (2013). Pengaruh
dengan ibu hamil. Asupan Protein Ibu Hamil Dan
3. BagiProfesi Panjang Badan Bayi Lahir
Penelitian dapat dijadikan Terhadap Kejadian Stunting Pada
pedoman dalam menjalankan Anak Usia 12 Bulan Kabupaten
tugas dan kewajibannya Bogor
sebagai tenaga kesehatan
sehingga dapat Marsedi Gotri S, dk, (2016). Jurnal
meningkatkan asuhan Hubungan Sosial Ekonomi Dan
keperawatan secara Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian
komprehensif khususnya Kurang Energi Kronik (Kek) Pada
perawat maternitas. Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas
Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjung Pinang. Tanjung
REFERENSI Pinang
Aminin Fidyah, dkk, (2014). Pengaruh Handayani Sri Dan Budianingrum Suci.
Kekurangan Energi Kronik (KEK) (2011). Journal Kebidanan
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Analisis Faktor Yang
Hamil:Tanjungpinang Mempengaruhi Kekurangan Energi
Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di
Anni. (2013). Gambaran Pola Makan Dan Wilayah Puskesmas Wedi Klaten.
Status Kek Ibu Hamil Di Pesisir Klaten
Tallo Kota Makassar
Kemenkes RI. (2011). Keputusan Menteri
Arikunto, Suharsimi. (2016). Prosedur
Kesehatan Ri Tentang Standart
Penelitian Suatu Pendekatan
Antropometri Penilaian Status
Praktik, Rineka Cipta: Jakarta
Gizi Anak, Direktorat Jendral Bina
Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak:
Arsy Prawita, dkk, (2015) Jurnal Survei
Jakarta
Intervensi Ibu Hamil Kurang
Energi Kronik (KEK) di
Kemenkes RI. (2016). Hasil Pemantauan
Kecamatan Jatinangor, Jatinangor
Status Gizi (PSG) Dan
Jawa Barat
Penjelasannya, Jakarta
Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kemenkes RI Pusat Data Dan Informasi.
Kesehatan Kemenkes RI. (2013).
(2016). Situasi Balita Pendek,
Penyajian Hasil Pokok Riset
Jakarta
Kesehatan Dasar. Jakarta
Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010). Asuhan
Lubis Lili Anggraini, dkk. (2015). Faktor Neonatus, Bayi Dan Anak Balita.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Trans Info Media: Jakarta
Kejadian Kekurangan Energi
Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil, Sandjojo Putro Eko. (2017). Buku Saku Desa
Kota Langsa Dalam Penanganan Stunting.
Kementrian Desa, pembangunan
LK. Zottarelli, Sunil TS, Rajaram S. (2007). daerah tertinggal dan transmigrasi
Influence of Parental and 2017: Jakarta
Socioeconomics Factors on
Stunting in Children Under 5 Years Saragih. (2007). Pengaruh Pemberian
in Egypt. Eastern Mediterranean Pangan Fortifikasi Zat Multi Gizi
Health Journal [internet] Mikro Pada Ibu Hamil Terhadap
Pertumbuhan Linier, Tinggi Lutut
Millenium Challenge Corporation (MCA). Dan Status Anemia Bayi. Gizi
(2013). Stunting dan Masa Depan Indonesia: Bogor
Indonesia. Jakarta
Saraswati Edwi dan lman Sumarno. (2000).
Notoadmojo Soekidjo (2012). Metodologi Risiko Ibu Hamil KEK dun Anemia
Penelitian Kesehatan. Rineka melahirkan Bayi BBLR Sukabumi
Cipta: Jakarta Jawa Barat

Imtihanatun Najahah. (2014). Faktor Risiko Stephanie, dkk. (2016). Gambaran Kejadian
Panjang Lahir Bayi Pendek Di Kek Dan Pola Makan Wanita
Ruang Bersalin Rsud Patut Patuh Usiasubur Di Desa Pesinggahan
Patju Kabupaten Lombok Barat. Kecamtan Dawah Klungkung Bali.
Media Bina Ilmiah. Politeknik E Jurnal Media. VOL 5 NO. 6 Juni
Kemenkes: Mataram 2014: Bali

Pusat Data Dan Informasi Kementrian Sulistyoningsih Hariyani. (2011). Gizi Untuk
Kesehatan RI. (2016). Situasi Kesehatan Ibu Dan Anak. Graha
Balita Pendek. Jakarta Ilmu: Yogyakarta

Reeder Sharon J. (2011). Keperawatan Syukur Nursani Abdul. (2016). Faktor-


Maternitas Kesehatan Wanita, Faktor Yang Menyebabkan
Bayi, & Keluarga Edisi 18 Volume Kekurangan Energi Kronik (KEK)
2. EGC: Jakarta Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Sidomulyo Kota Samarinda.
Rivanica Rhipiduri, Oxyandi Miming. 2016.
Buku Ajar Deeksi Dini Tumbuh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kembang Dan Pemeriksaan Bayi Kemiskinan. (2017). 100
Baru Lahir. Salemba Medika. Kabupaten/Kota Prioriatas Untuk
Jakarta Intervensi Stunting. Jakarta

Ruchayati Fitri (2014). Hubungan Kadar UNICEF Indonesia. (2012). Ringkasan


Hemoglobin Dan Lingkar Lengan Kajian Kesehatan Ibu Dan Anak.
Atas Ibu Hamil Trimester Iii Jakarta
Dengan Panjang Bayi Lahir Di
Puskesmas Halmahera Kota Vaktskjold A, Van Tri D, Trong Phi D and
Semarang. Jurnal Kesehatan Sandanger T. (2010). Stunted
Masyarakat: Semarang Growth In A Cohort Of Two-Year
Old In The Khanh Hoa Province In
Vietnam: A Follow Up Study. J Yustiana Kurnia. (2013). Artikel Penelitian
Rural Trop Public Health: Vietnam Perbedaan Panjang Badan Bayi
Baru Lahir Antara Ibu Hamil KEK
WHO. (2010), Nutrition Landscape Dan Tidak KEK. Universitas
Information System (NLES) Diponegoro Semarang
Country Profile Indicators.
Interpretation Guide: Swetrzland

Anda mungkin juga menyukai