Kti Arfah
Kti Arfah
Kti Arfah
Identifikasi Larva Nyamuk Aedes Sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah
Warga Di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar
Diajukan sebagai syarat dalam meraih Ahli Madya Kesehatan (A. Md. Kes)
Pada program studi Diploma Tiga (DIII) Teknologi Laboratorium Medis,
Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky Makassar
MUHAMMAD ARFAH
17 3145 453 048
1
KARYA TULIS ILMIAH
Identifikasi Larva Nyamuk Aedes Sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah
Warga Di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar
M. Arfah
17 3145453048
Dibimbing Oleh
Penguji
Handayani, S.Si., M.Kes
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pada hari Sabtu tanggal 12 bulan September tahun 2020 secara Virtual. Fakultas
Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky, telah dilaksanakan Ujian seminar
Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Diploma Teknologi Laboratorium Medis terhadap mahasiswa atas nama:
Nama : M. Arfah
NIM : 17 3145 453 048
Program Studi : Teknologi Laboratorium Medis
Jenjang : Diploma 3 (DIII)
Judul KTI : Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp. Di Tempat
Penampungan Air Rumah Warga di Kelurahan Paropo
Kecamatan Panakukkang Kota Makassar.
Yang telah disetujui oleh Tim Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah, sebagai berikut:
Tim Penguji Tanda Tangan
Mengetahui,
Prof. Dr. Asnah Marzuki, M.Si., Apt Resi Agestia Waji, S.Si., M.Si
NIP. 195612311987031022 NIDN. 09 020883 03
ii
PLAGIARISM SCAN REPORT
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur atas rahmat Allah SWT atas berkat rahmat, kemudahan, dan
kesabaran yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
MOTTO
iv
Sesungguhnya Kematian Menghampirimu
Dibalik keberhasilan seorang anak terdapat doa orang tua yang selalu mendoakannya
v
CURRICULUM VITAE
M. Arfah
173145453048
Orang tua
Riwayat Pendidikan
SD : SD Inpres Batua I
Kesan saat kuliah : Saya merasa sangat senang ketika jadi Ketua Lab
karena banyak mendapat pengalaman.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal penelitian dengan judul Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp.
gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis Fakultas
berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan
kakak yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan. Dan tentu saja penulis
2. Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD. Sp.JP(K)., selaku Rektor Universitas
Megarezky Makassar.
vii
3. Ibu Prof. Dr. Dra. Hj. Asnah Marzuki., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas
Teknologi Kesehatan.
4. Ibu Resi Agestia Waji, S.Si., M.Si., sebagai Ketua Program Studi DIII Teknologi
Laboratorium Medis.
5. Bapak Awaluddin S.Si., M.kes selaku pembimbing I dan ibu Sulfiani S.Si., M.Pd
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah berperan dalam
9. Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan
masih jauh dari kesempurnaan, baik itu dari segi penyusunan maupun segi
ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. iv
MOTTO................................................................................................................... v
CURRICULUM VITAE.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................ ix
ABSTRAK............................................................................................................... xii
ABSTRACT............................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
1. Manfaat Praktisi..................................................................................... 3
2. Manfaat Teoritis..................................................................................... 3
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 4
1. Aedes aegypti......................................................................................... 5
2. Aedes albopictus.................................................................................... 10
3. Culex sp.................................................................................................. 16
4. Anopheles............................................................................................... 19
5. Mansonia............................................................................................... 21
F. Alur Penelitian............................................................................................. 26
A. Jenis penelitian............................................................................................. 27
C. Fokus Penelitian........................................................................................... 27
1. Populasi.................................................................................................. 27
2. Sampel................................................................................................... 28
a. Kriteria Inklusi................................................................................. 28
b. Kriteria Ekslusi................................................................................ 28
x
1. Instrument.............................................................................................. 28
F. Analisis Data................................................................................................ 29
B. Hasil Penelitian............................................................................................ 31
C. Pembahasan................................................................................................. 33
A. Kesimpulan.................................................................................................. 37
B. Saran............................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 38
LAMPIRAN LAMPIRAN....................................................................................... 40
xi
ABSTRAK
Nama : M. ARFAH
NIM : 173145453048
Judul : Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp. Di tempat penampungan Air
Rumah Warga di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota
Makassar
Pembimbing : 1. Awaluddin
2. Sulfiani
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue dengan vektor
utama nyamuk Aedes aegypti dan vektor potensialnya adalah Aedes albopictus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi larva Aedes Sp pada tempat
penampungan air masyarakat baik didalam rumah maupun diluar rumah di RW 4
Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar.
Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif observasional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua rumah warga di RW4 Kelurahan Paropo. Sampel dalam
penelitian ini adalah larva yang diperoleh dari penampungan air warga di RW4 yang
terdapat didalam dan diluar rumah yang diperoleh dari 117 TPA dari 46 rumah.
Dari hasil penelitian ditemukan larva Aedes aeygpti didalam rumah 6 larva, dan
di luar rumah sebanyak 8 larva. Serta Angka Bebas Jentik (ABJ) 91,30%, House
Indeks (HI) 8,69%, dan Countener Indeks (CI) 3,41%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa larva Aedes aeygpti dapat ditemukan didalam dan diluar rumah. Oleh karena
itu disarankan kepada masyarakat untuk mencegah dan memberantas nyamuk Aedes
Sp.
xii
ABSTRACT
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Nyamuk merupakan salah satu serangga berukuran kecil yang memiliki peran
sebagai vektor dari agen penyakit. Nyamuk biasanya mengganggu manusia dan
binatang melalui gigitannya. Nyamuk berperan sebagai vector penyakit seperti DBD
Muhajir, Arisandi, & D. Owa Lobo, 2017).Nyamuk tergolong kedalam Ordo diptera,
family Culicidae dan terdiri dari beberapa genus, salah satu diantanya adalah genus
al., 2010)
Beberapa jenis nyamuk Aedes antara lain A.aegypti, dan A.albopictus, Kedua
(Islamiyah, Leksono, & Gama, 2013). Larva nyamuk Aedes sp. memiliki habitat di
dua lokasi yaitu dalam rumah dan luar rumah. Larva nyamuk ditemukan di beberapa
tempat perindukan yaitu kolam bekas kurungan ikan, lagoon, rawa-rawa, kubangan
kerbau, tambak sawah dan sungai dan di bak mandi (Gesriantuti, Badrun, & Fadillah,
2017)
Aedes, oleh karena itu sangat mudah berkembang biak, terutama di sekitar
lingkungan tempat manusia beraktivitas. Pada Umumnya Habitat dari Aedes ini lebih
1
2
menyukai berbagai macam tempat penampungan air jernih yang banyak terdapat di
sekitar pemukiman penduduk, seperti tempayan, bak mandi dan barang-barang bekas
(P2PL), jumlah kasus DBD yang terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
2013 dengan jumlah kasus yang sebanyak 5.030 kasus (Kementerian Kesehatan RI,
2017).
Menurut Dinkes Kota Makassar selama 3 tahun terakhir yakni pada tahun 2016 -
2018 menunjukkan jumlah kasus DBD per kecamatan di Kota Maksassar secara
Sementara di tahun 2019 sebanyak 268 kasus dan Berdasarakan data Dinas
Kesehatan Kota Makassar (2020) kasus DBD di Kota Makassar sebanyak 65 kasus
per Februari.Kota Makassar sebagai salah satu Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
yang endemis DBD yang mengalami fluktuasi mengenai jumlah penderita DBD.
Kasus DBD sampai saat ini belum ditemukan pengobatannya, sehingga salah
terhadapat vector nyamuk Aedes sp. tempat perindukan nyamuk Aedes yang menjadi
penular penyakit DBD yang dekat di tempat tinggal dapat meningkatkan resiko
Larva Nyamuk Aedes sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah Warga Di RW 4
B. Rumusan Masalah
ini yaitu Apakah terdapat Larva Nyamuk Aedes sp. Pada Tempat Penampungan Air
Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktisi
tentang Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah
2. Manfaat Teoritis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Nyamuk merupakan salah satu serangga berukuran kecil yang memiliki peran
sebagai vektor dari agen penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk masih
menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat, baik di kota maupun di desa. Kepadatan
mempercepat transmisi virus dengue dari vector. Berbagai jenis penyakit yang
Encephalitis dan demam berdarah dengue (DBD). Beberapa tahun terakhir ini
Kejadian Luar Biasa (KLB), cenderung mengalami peningkatan dan jumlah kasus
Siklus hidup nyamuk secara umum termasuk siklus hidup yang sempurna
(holometabola). Dimana siklus hidup terdiri dari empat stadium, yaitu telur- larva-
Nyamuk Aedes Sp berperan sebagai agen vektor dari virus dengue, ada dua
spesies yaitu nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus yang tersebar di
seluruh dunia. Melalui gigitannya nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan terhadap
manusia dan binatang, baik di daerah tropik dan daerah beriklim lebih dingin.
Di daerah tropis dan subtropis ditemukan genus nyamuk Aedes Sp. vektor
utama yang menjadi perhatian di seluruh dunia yaitu Spesies Aedes aegypti dan
4
6
Aedes albopictus, karena sifat infeksius dari Aedes aegypti dan Aedes albopictus
yang dapat membawa berbagai patogen yang dapat ditularkan ke manusia (Sumarni,
2016).
oleh jenis nyamuk Aedes aegypti . Tidak hanya virus dengue, nyamuk jenis
Aedes aegypti juga dapat membawa virus demam kuning (yellow fever) dan
tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, jenis nyamuk Aedes
2016)
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes Aegypti
warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya
7
terutama pada kakinya dan morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang
memiliki gambaran lira yang putih pada punggungnya, yaitu ada dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan. Nyamuk betina lebih besar dari
nyamuk jantan dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.
(Hidayati, 2013).
0,6mm dan beratnya 0,0113 mg. Pada saat diletakkan, telurnya berwarna putih,
lalu setelah 15 menit akan berubah menjadi abu-abu dan menjadi hitam setelah 40
menit. Telur-telur tersebut diletakkan 1-2 cm di atas batas permukaan air satu per
Larva Aedes spp. terdiri atas kepala, torak, abdomen, yang berjumlah 8
segmen. Pada abdomen terakhir terdapat segmen anal dan sifon. Semua Larva
nyamuk hidup di air yang terdiri atas beberapa satdium yaitu empat instar. larva
tersebut memerlukan waktu 4 hari hingga 2 minggu Keempat instar tersebut dapat
makanan. Pada air yang memiliki suhu dingin perkembangan larva akan lebih
perkembangan larva. Setelah melewati semua stadium instar maka larva akan
merupakan fase inaktif yang tidak memerlukan makan dalam prosenya, namun
dekat permukaan air. pupa dapat berkembang biak dengan baik akan bergantung
pada suhu air dan lamanya dapat berkisar 1 hari sampai beberapa minggu. Setelah
membutuhkan waktu dalam proses itu maka pupa membuka dan melepaskan
kulitnya kemudian imago keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat siap
Nyamuk dewasa akan beristirahat di atas permukaan air agar badan dan
dan betina jantan muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1. Nyamuk betina 1
hari lebih lambat muncul jika dibandingkan nyamuk jantan, menetap dekat tempat
perkembang biakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk
betina yang muncul kemudian. Nyamuk betina memerlukan makanan dari sari
buah tumbuhan untuk mengisi tenaga setelah baru muncul, lalu kawin menghisap
darah manusia. Umur nyamuk betinanya dapat mencapai 2-3 bulan (Desniawati F,
Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri yang khas, yaitu dengan adanya garis-
garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam dan dikenal
dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito. Sedangkan ciri khas
10
utamanya yaitu ada dua buah garis lengkung sejajar di garis median dari
punggungnya yang berwarna dasar hitam dan dua garis lengkung yang berwarna
Nyamuk betina biasanya menghisap darah manusia 2-3 hari sekali. Nyamuk
betina akan menggigit beberapa orang. Jarak terbang dari nyamuk ini berkisar
100 meter dan umur dari nyamuk betina dapat mencapai usia satu bulan
(Kumayah, 2011).
Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tinggal di dalam rumah dari pada
di luar rumah. Nyamuk ini sangat menyuaki Tempat beristirahat yang lembab
dan kurang terang seperti dapur, kamar mandi, dan WC. Jika di dalam rumah
nyamuk ini biasanya akan beristirahat di baju-baju yang digantung, tirai, dan
penampungan air bersih seperti menara air, bak mandi, tempayan, sumur gali,
11
dan drum air atau wadah yang berisi air bersih atau air hujan, seperti
potongan bambu, wadah minuman burung, genangan air, vas bunga, ban
Nyamuk yang umurnya 10 hari akan bisa menularkan virus, karena masa
inkubasi ekstrinsik virus di dalam tubuh nyamuk adalah 8-10 hari. Nyamuk
memerlukan tempat istirahat yang cocok dan berkelembapan tinggi agar bisa
oleh karena itu bila di suatu daerah terdapat pasien DBD, maka masyarakat
yang berada pada radius 100-200 meter dari lokasi pasien harus lebih berhati-
hati terhadap nyamuk tersebut, karena nyamuk dapat menyebarkan virus DBD
Aedes albopictus merupakan nyamuk yang dalam beberapa hal secara garis
besar sangat mirip dengan Aedes aegypti. Aedes albopictus adalah nyamuk asli
yang berasal dari daerah timur (Asia dan sekitarnya) yang menyebar hingga ke
daerah barat seperti Madagaskar dan pulau-pulau di Afrika Timur kecuali daratan
apabila berada di luar Asia Tenggara meliputi daerah oriental seperti (India),
Jepang, Korea, Madagaskar, Pulau Mariana, Mauritus, Nepal, New Guinea dan
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Familly : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes albopictus (Zulkoni A, 2011:257).
Morfologi dari nyamuk Aedes albopictus secara umum baik dari ukuran
ataupun bentuknya mirip dengan Aedes aegypti, akan tetapi dengan sedikit
albopictus memiliki tubuh yang berwarna hitam serta garis-garis putih pada
notum dan abdomen, antena berbulu, pada betina palpus hanya 1/4 panjang
proboscis sedangkan jantan palpus sama panjang, femur kaki depan sama panjang
dengan proboscis, femur kaki belakang putih memanjang dibagian posterior, tibia
gelap dan sisik putih pada pleura tidak teratur serta mesonotum dengan garis putih
yaitu stadium telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (Aliardani, N, A,.
2015:35)
Telur nyamuk Aedes Albopictus berwarna hitam, yang akan menjadi lebih
ujungnya lebih tumpul dan ukurannya lebih kurang 0,5 mm (Aliardani, N,A,.
2015:35).
Larva dari nyamuk Aedes albopictus memiliki bentuk kepala yang bulat
silindris, pada ruas abdomen VIII terdapat gigi sisir yang hanya lurus saja
yang tebal, yang warnanya mulai berbentuk agak pucat dan akan berubah
untuk menjadi dewasa membutuhkan waktu antara 1 - 2 hari atau pada suhu
tertentu seperti pada suhu kamar berkisar antara 1 sampai 3 hari. Pupa betina
dan jantan sangat berbebeda, perbedaan tersebut dapat dilihat dari ukurannya
yaitu pupa betina lebih besar dari yang jantan (Kuraga, R, D., 2011:12-13).
15
berwarna hitam dengan garis-garis putih pada notum dan abdomen, antena
berbulu, pada yang jantan palpus sama panjang dengan proboscisnya sehingga
sangat berbeda dengan yang betina yang mana betina hanya 1/4 panjang
proboscis, femur kaki depan sama panjang dengan proboscis, femur kaki
dengan garis putih horizontal, dan sisik putih pada pleura tidak teratur (Irianto
K, 2013:154).
lebih lama apabila dibandingkan dengan yang jantan, pada betina mempunyai
umur antara 12-40 hari dan yang jantan antara 10-22 hari. Pada suhu 20ºC
nyamuk betina Aedes albopictus dapat bertahan hidup lebih lama apabila
dibandingkan dengan yang jantan, pada nyamuk betina dapat hidup selama
101 hari dan yang jantan selama 35 hari. Nyamuk Aedes Albopictus sangat
16
menyukai darah manusia apabila diwaktu pagi dan senja. Sifat mengigit dari
nyamuk Aedes albopictus yaitu secara multiple atau mengigit hingga beberapa
kali pada beberapa manusia. Nyamuk betina sesudah kenyang tidak akan
R, D., 2011:13).
menggigit pada waktu pagi hari , sore hari dan malam hari dan puncaknya
pada sore hari. Nyamuk Aedes albopictus biasanya memilih makanan pada
manusia atau binatang peliharaan seperti burung bila inang utama tdk ada
ban bekas, semak-semak, kotak baterai atau aki, kontainer limbah, dan
17
berkembang biaknya, dan sedikit di atas permukaan air. setelah telur terendam
di air biasanya akan menetas menjadi larva dalam waktu ± 2 hari (Achmadi,
C. Jenis-jenis Nyamuk
1. Culex
Nyamuk Culex sp. merupakan vektor utama filariasis dan memiliki peranbesar
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Protostomia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Infraclass : Neoptera
Superorder : Holometabola
Order : Diptera
Suborder : Nematocera
Infraorder : Culicomorpha
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Tribe : Culicini
Genus : Culex
Spesies : Culex sp.(Ekananta, 2018)
(Manimegalai dan Sukanya, 2014). Tubuh dari nyamuk culex dewasa terdiri dari
tiga bagian, yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Antena yang berada di kepala
berguna sebagai sensor informasi bagi seekor nyamuk. Bagian kepala juga
terdapat mulut yang berkembang sempurna pada nyamuk dewasa betina (WHO,
2013). Mulut atau yang dinamakan probosis berfungsi untuk menghisap darah.
Probosis dan antena pada nyamuk Culex sp. memiliki panjang yang tidak sama
atau panjang antena lebih pendek daripada probosis. Pada bagian abdomen
c. Telur
Telur Culex sp. saat pertama kali diletakkan warnanya putih, dan akanberubah
coklat atau hitam kurang lebih 12-14 jam setelah telur diletakkan (WHO, 2013).
Panjang telur sekitar 1/4 inch dan lebar 1/8 inch (Manimegalai dan Sukanya,
2014). Ciri khas dari nyamuk Culex sp. adalah peletakan telur yang bergerombol
19
membentuk menyerupai rakit. Satu gerombolon terdapat 100 telur atau lebih
danmenetas 24-30 jam setelah diletakkan di dalam air (New Zaeland Biosecure
d. Larva
danabdomen. Pada bagian abdomen terdapat delapan segmen. Selain itu terdapat
ciri khas siphon yang panjangnya 4 kali lebih panjang daripada larva nyamuk jenis
lain. Tubuh dari larva ditutupi oleh buluh halus (Stephani et al., 2013). Sesuai
dengan perkembangannya, larva nyamuk dibagi menjadi 4 tahap yaitu instar I, II,
nutrisi dan temperatur tempat larva akan hidup. Larva instar I yaitu pada hari ke 1-
2 setelah telur menetas dengan ukuran 1-2 mm. Lrva instar II yaitu pada hari ke 2-
3 setelah telur menetas dengan ukuran 2,5 – 3,5 mm. Larva instar III yaitu pada
hari ke 3-4 setelah telur menetas dengan ukuran 4-5 mm. Larva instar IV yaitu
pada hari ke 4-6 setelah telur menetas dengan ukuran 5-6 mm(Ekananta, 2018).
Pupa nyamuk Culex sp. Memiliki bentuk seperti koma dan bergerak
secaraaktif. Anotomi, pupa memiliki dua segmen yaitu peleburan antara kepala
mempunyai warna yang bervariasi tergantung pada variasi habitatnya dan akan
sebuah trumpet yaitu bagian berbentuk seperti pipa yang membesar dan warnanya
semakin memudar saat bagian trumpet menjauhi tubuh. Trumpet berfungsi sebagai
alat pernafasan pada pupa. Pada bagain abdomen terdiri dari 8 segmen dimana 4
segmen anterior lebih gelap dibandingkan dengan 4 segmen posterior. pada bagian
apeks abdomen terdapat paddle yang berwarna translusen dan kuat dengan 2 setae
2. Anopheles
Kingdom : Animal
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diphtera
Family : Culicidae
Sub Family : Anophelini
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp.(LASE, 2016)
memiliki probosis / alat penghisap yang berada di posisi tengah atau seluruh
palpus maksilaris, pada ujung probosis terdapat labella, bentuknya seperti ujung
tombak. Bentuk khas nyamuk Anopheles sp. jantan, yaitu antena berbulu lebat
disebut plumose, pada ujung palpus maksilaris terjadi perlebaran (Sugiarti, 2018)
Nyamuk dewasa Anopheles sp. betina, yaitu terdapat probosis / alat penghisap
yang berada di posisi tengah kepala, di ujung probosis terdapat labella, bentuknya
seperti ujung tombak. Bentuk khas nyamuk Anopheles betina, yaitu antena
berbulu jarang disebut pilose, pada ujung palpus, maksilaris tidak terjadi
c. Telur
Dalam air telur akan disimpan satu persatu diatas permukaan air waktu
telur dapat menetas dalam waktu 1-3 hari. Telur Anopheles sp.mempunyai
bentuk yang oval ,salah satu atau kedua ujung meruncing,pada disisi kanan
(Sugiarti, 2018).
22
d. Larva
Larva Anopheles sp. memiliki bagian ekor yang tidak mempunyai cabang.
Pada bagian abdomen setiap segmen terdapat rambur palma disisi kanan dan
2018).
e. Pupa
Bentuk dari pupa Anopheles yaitu koma apabila dilihat dari samping.
dan pupa akan menuju kepermukaan untuk bernapas, yang mereka lakukan
Waktu yang diperlukan dari telur hingga dewasa sangat bervariasi antar
spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu.Nyamuk dapat berkembang dari terlur
hingga dewasa hanya dalam 5 hari tetapi biasanya 10-14 hari dalam kondisi
3. Mansonia
hutan dan rawa – rawa. sifon dari pupa dan larva biasanya melekat pada akar –akar
a. Klasifikasi
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Mansonia
Spesies : Mansonia spp.
b. Morfologi
dan besar, bentuk sayapnya asimetris dan mempunyai warna tubuh kecoklatan
(Pasiga, 2013). Nyamuk dewasa mansonia jantan palpi lebih panjang dari
promboscsi. Sisik dayap lebar asimetris, berselang – selang terang dan gelap
c. Telur
dari- 6 butir. Telurnya mempunyai bentuk yang lonjong dengan salah satu
ujungnya meruncing.
d. Larva
e. Pupa
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan vektor utama nyamuk
Aedes aegypti dan vektor potensialnya adalah Aedes albopictus yang banyak
ditemukan di dalam maupun diluar rumah pada berbagai tempat penampungan air.
25
penyebab yang jelas, gejalanya seperti lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai
dengan tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, kesadaran menurun atau
Virus Dengue dapat menyebabkan penyakit DBD, dimana virus Dengu yang
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106 dan merupakan virus dengan
diameter 30 nm. Penyebab DBD ada 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3
artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes
Penyakit DBD terjadi karena nyamuk Aedes sp, setiap kali nyamuk menghisap
darah, sebelumnya akan mengeluarkan air liur melalui saluran probosisnya, agar
darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan
dari nyamuk ke orang lain aktivitas menghisap darah nyamuk ini dapat berubah oleh
dapat menyebabkan aktivitas menghisap darah dari nyamuk Ae. aegypti dan Ae.
Untuk saat ini pengendalian vektor penyebab DBD masih diandalkan karena
sampai hari ini belum ditemukan obatnya. Habitat nyamuk Aedes spp. Yang dekat
pada awal tahun 2019 hingga 29 Januari 2019, jumlah penderita DBD yang
mencatat, jumlah kasus penderita DBD dari tahun lalu hingga tahun ini meningkat
signifikan. Di awal januari tahun 2018, hanya menerima laporan kasus 6.800 kasus
Indonesia, 2019).
yaitu:
1. Tempat Penampungan Air (TPA) yang sering digunakan manusia untuk keperluan
sehari-hari : bak mandi, bak WC, gentong, ember, drum, dan lain-lain.
2. Non-TPA (bukan untuk keperluan sehari-hari) : botol bekas, ban bekas, kaleng
bekas, tempat minum burung, vas bunga, tempat sampah, dan lain- lain.
3. Tempat Penampungan Air (TPA) alamiahyaitu lubang pohon, daun pisang, pelepah
Nyamuk vektor demam berdarah dengue menyukai tempat yang mengandung air
jernih, tidak terkena sinar matahari langsung, dan tidak dapat hidup di air yang
berhubungan langsung dengan tanah. Dari berbagai macam TPA, bak mandi
meurpakan tempat yang paling digemari oleh nyamuk Aedes aegypti. Pada bak mandi
biasanya dijumpai jenis nyamuk ini karena volumenya yang relatif lebih besar dan
paling banyak berada di dalam rumah. Larva Ae.aegypti yang ditemukan di bak
F. Alur Penelitian
Rumah Warga
Penampungan
Air
Dalam Luar
Larva
Identifikasi
Analisis Data
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dengan metode kuantitatif. Penelitian ini meliputi pengumpulan larva Aedes, dan
Penelitian ini akan di rencanakan pada bulan Agusutus 2020 dan pengambilan
Makassar.
C. Fokus Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penilitian ini adalah semua jenis larya nyamuk di RW 4 Keluarahan
Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini yakni
lebih dari 100 Rumah sehingga sampel bisa diambil 15% atau 30% dari populasi
(sugiyono, 2011:90).
27
30
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah larya nyamuk Aedes sp. di RW 4 Keluarahan
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
1) Larva nyamuk yang berada pada air yang mengalir disekitar rumahwarga.
1. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan pada penilitan ini adalah Mikroskop stereo, pipet tetes,
opti lab, dan cidukan.Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah botol
Dalam hal ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari populasi Teknik
30
a) RT1 x 40 = 12 = 12 Rumah
100
30
b) RT2 x 30 = 9 = 9 = Rumah
100
30
c) RT3 x 46 = 13,8 = 14 = Rumah
100
30
d) RT4 x 35 = 10,5 = 11 = Rumah
100
Diambil larva nyamuk yang ditemukan dalam dan luar perindukan rumah,
kemudian larva yang diambil dimasukan kedalam gelas plastik, lalu diberi
mengunakan pipet tetes lalu larva dimasukkan kedalam wadah berisi alkohol
70%, setelah itu diletakkan larva di objek glass dan diamati menggunakan
F. Analisis data
32
Data yang telah terkumpul diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
Semakin tinggi angka bebas jentik (ABJ) maka semakin tinggi pula resiko
BAB IV
sebelah utara, Kelurahan Tallo Baru di sebelah timur, Kelurahan Karampuang dan
Kelurahan Tamamaung berada di sebelah barat laur, serta Kelurahan Pandang dan
bukan pantai dan topografi ketinggian antara permukaan laut. Letak masing-masing
yaitu 1,94 km2. Adapun Jumlah KK dikelurahan Paropo sebanuyak 3.080 rumah
1. RT 1 = 40 rumah
2. RT 2 = 30 rumah
3. RT 3 = 46 rumah
4. RT 4 = 35 rumah
B. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini ditemukan spesies larva nyamuk yaitu : Aedes aegypti.
31
34
baik yang ada didalam rumah maupun yang ada diluar rumah dan didapatkan 6
Tabel 4.2 Jumlah Rumah, Tempat Penampungan Air (TPA) dan Indeks ABJ, HI,
CI di Kelurahan Paropo RW 4
Jumlah Indeks Larva (%)
Positif Negatif
Objek
Diperiksa larva larva ABJ HI CI
Aedes Aedes
Rumah 46 4 42 91,30 8,69 3,41
Tempat
117 4 113 - - -
Penampungan Air
Sumber : data primer Agustus 2020
Tabel 4.2 menunjukan jumlah Larva Aedes aeygpti berdasarkan Rumah warga
dan Tempat Penampungan Air (TPA) baik yang ada didalam rumah maupun yang
ada diluar rumah dan didapatkan 4 countainer yang positif larva Aedes aeygpti
dan jumlah ABJ yaitu 91,30%, HI yaitu 8,69%, dan CI yaitu 3,41%.
35
Penampungan Air (TPA) baik yang ada didalam rumah maupun yang ada diluar
rumah dan didapatkan 2 countainer (dispenser) yang positif larva Aedes aeygpti
C. Pembahasan
mengidentifikasi larva nyamuk Aedes sp. pada tempat penampungan air rumah warga
Hal yang pertama dilakukan oleh peneliti yaitu survey lokasi, setelah survey
Diambil larva nyamuk yang ditemukan dalam dan luar perindukan rumah,
kemudian larva yang diambil dimasukan kedalam gelas plastik, lalu diberi keterangan
36
untuk di identifikasi.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian dikeluarkan larva dari gelas pelastik dengan mengunakan pipet
tetes lalu larva dimasukkan kedalam wadah berisi alkohol 70%, setelah itu diletakkan
larva di objek glass dan diamati menggunakan mikroskop stereo perbesaran 100x.
mikroskop stereo dengan menggunakan buku kunci identifikasi Aedes (o’connor and
supanto, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian dari 117 Tempat Penampungan Air (TPA) yang
diperiksa, 81 TPA terdapat didalam rumah dan 36 TPA terdapat diluar rumah.
larva, jenis counteiner, dan perhitungan Angka Bebas Jentik (ABJ), House Indeks
(HI), Counteiner Indeks (CI) untuk mengetahui tingkat penularan Demam Berdarah
Dangue (DBD).
terdiri atas dispenser dan bak mandi dan 36 TPA diluar rumah terdiri atas ember
bekas. Dari 81 TPA yang terdapat didalam rumah teridentifikasi 2 TPA yang terdapat
larva Aedes aeygpti dan dari 36 TPA yang terdapat diluar rumah teridentifikasi 2 TPA
Hal ini terjadi karena beberapa warga kurang menyadari kebersihan dan menutup
TPA yang ada didalam rumah seperti dispenser yang tidak rutin dibersihkan menjadi
Larva A. aegypti yang ditemukan berhubungan erat dengan makanan larva yang
air (TPA) yang ada didalam rumah. Faktor lain mempengaruhi distribusi larva A.
dispenser, di RT 02 tidak ditemukan larva Aedes aeygpt Hal ini dipengaruhi oleh
menggunakan anti nyamuk sehingga nyamuk menghindar dari tempat tersebut. Pada
RT 03 terdapat 5 larva Aedes aeygpti yang ditemukan di dispenser, hal ini dapat
terjadi karena pengetahuan warga tentang kebersihan dispenser masih kurang. dan di
apabila dibandingkan dengan RT yang lain yaitu sebanyak 8 larva Aedes aeygpti, hali
ini dikarenakan beberapa tempat penampungan air (TPA) yang berpotensi sebagai
Berdasakan Indeks Angka Bebas Jentik (ABJ), House Indeks (HI), dan
Counteiner Indeks (CI) di Kelurahan Paropo RW 4, dapat dilihat bahwa Angka Bebas
Jentik (ABJ) di Kelurahan Paropo RW 4 adalah sebesar 91,30%, yang mana Angka
Bebas Jentik (ABJ) tersebut berada dibawah nilai yang ditetapkan program yaitu
dibawah 95%, sehingga tidak memenuhi kriteria program (Widiarti dan Lasmiati,
2015).
38
bahwa populasi rumah yang terdapat larva nyamuk penularan penyakit demam
berdarah dangue tidak sesuai dengan program pemerintah yaitu kurang dari 5%.
Semakin tinggi angka HI, berarti semakin tinggi kepadatan jentik dan nyamuk,
semakin tinggi pula risiko masyarakat di daerah tersebut untuk kontak dengan
tersebut tergolong rendah, hal tersebut dikarenakan kondisi pemukiman warga yang
lumayan bersih dan hanya beberapa tempat perindukan nyamuk yang berpotensial
seperti dispenser dan wadah bekas cat serta ember bekas. Berdasarkan data Depkes
pada tahun 2005, suatu daerah dikatakan memiliki resiko tinggi penularan DBD jika
Dengue adalah :
dengue cukup besar. Tempat umum itu seperti rumah sakit, puskesmas
3. Daerah baru yang berada di pinggiran kota, karena lokasi penduduknya berasal
BAB V
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ditemukan larva Aedes aeygpti didalam rumah 6 larva, dan di
luar rumah sebanyak 8 larva. Serta Angka Bebas Jentik (ABJ) 91,30%, House Indeks
B. SARAN
37
41
DAFTAR PUSTAKA
Biologi, J., Matematika, F., Ilmu, d. a. n., Alam, P., & Semarang, U. N. (2014).
Distribusi dan Kelimpahan Populasi Aedes spp. di Kelurahan Sukorejo Gunung
Pati Semarang Berdasarkan Peletakan Ovitrap. Life Science, 3(2).
Boesri, H. (2011). Biologi dan peranan Aedes albopictus (Skuse) 1894 sebagai
Penular Penyakit. 3(2).
Gesriantuti, N., Badrun, Y., & Fadillah, N. (2017). Komposisi dan Distribusi Larva
Nyamuk Aedes Pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue di Kota
Pekanbaru. Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 8(01), 105–114.
https://doi.org/10.37859/jp.v8i01.541
Islamiyah, M., Leksono, A. S., & Gama, Z. P. (2013). Distribusi dan Komposisi
Nyamuk di Wilayah Mojokerto Microsoft Excel 2007 . INP ( Indeks Nilai Jurnal
Biotropika | Edisi 1 No . 2 | 2013. (2), 80–85.
Kholifah, N., & Yudhastuti, R. (2016). Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue
42
Larva, I., Di, N., Kuri, D., Dan, L., Kuri, D., Desa, C., … Megarezky, U. (2019).
Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya DIII Teknologi Laboratorium Medis.
Majidah, A., Dini, V., Fitriany, R. N., Wulandari, R. A., Lingkungan, D. K.,
Masyarakat, F. K., & Indonesia, U. (2010). Di Kabupaten Serang Pendahuluan.
Makara, Kesehatan, 14(1), 31–38.
Nadifah, F., Farida Muhajir, N., Arisandi, D., & D. Owa Lobo, M. (2017).
Identifikasi Larva Nyamuk Pada Tempat Penampungan Air Di Padukuhan Dero
Condong Catur Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,
10(2), 172. https://doi.org/10.24893/jkma.v10i2.203
Syahribulan, & Al, E. (2012). Waktu Aktivitas Menghisap Darah Nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus di Desa Pa’Lanassang Kelurahan Barombong
Makassar Sulawesi Selatan Period of Sucking Activity of Aedes Aegypti and
Aedes Albopictus Mosquito at Pa ’ lanassang Village Barombong Di. Jurnal
Ekologi Kesehatan, 11(4), 306–314.
WATI, F. A. (2010). Pengaruh Air Perasan Kulit Jeruk Manis ( Citrus aurantium
sub spesies sinensis ) Terhadap Tingkat Kematian Larva Aedes aegypti Instar
III In Vitro. Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
43
LAMPIRAN