Tugas KMTS - Made Agus Dwi Adnyana (F1A020120)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PENANAMAN TANAMAN HIDROPONIK DENGAN METODE WICK SYSTEM

DAN VERTICAL GARDEN DENGAN MEMANFAATKAN BARANG BEKAS


UNTUK MASYARAKAT DI KELURAHAN GOMONG

Oleh

Muhafid*,Suriasih,Manuel Wandikbo,Dedy Solly Y.,Fajariati,Merlin Ferlina,Nurul


Aidah,Nurkhalifah,Fitya Khaero Azkia,Atriningsih
KKN Rumah Pangan LestariUniversitas Mataram

Abstrak

Saat ini kebutuhan pangan di masyarakat semakin besar, sehingga banyak bidang
pertanian yang memutuskan untuk menggunakan bahan kimia untuk mempercepat
penghasilan pangan, karena besarnya kebutuhan pangan pada masyarakat.Begitupun di
Kelurahan Gomong dimana kondisi masyarakat yang padat penduduk dan pekarangan yang
terbatas.Hidroponik merupakan sistem bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah,
melainkan dengan menggunakan air sebagai media pengganti tanah.Salah satu metodenya
adalah wick system atau sistem sumbu. Wick system atau sistem sumbu ini merupakan tipe
dari sistem hidroponik yang sederhana yang memanfaatkan prinsip kapilaritas menggunakan
sumbu berupa kain flanel sebagai penghubung antara nutrisi yang ada di air dengan
tanaman.Selain dari metode hidroponik mengembangkan budidaya tanaman secara
vertikultur juga dapat memanfaatkan lahan pekarangan.Vertikultur menjadi inovasi teknologi
budidaya yang cukup baik untuk dikembangkan di pekarangan masyarakat.Barang bekas
merupakan salah satu jenis sampah yang keberadaannya mendominasi lingkungan hidup
manusia,kerusakan lingkungan, pencemaran air dan tanah menyebabkan banyaknya
ekosistem yang mati. Salah satu teknik pemanfaatan ulang sampah sampah anorganik
tersebut dapat dilakukan dengan menjadikan barang bekas tersebut sebagai wadah untuk
bercocok tanam. Melalui perbaikan teknik budidaya konvensional dengan pengenalan
teknologi hidroponik wick system dan vertikal garden yang sederhana dan dapat
menerapkannya di tempat yang terbatas sekalipun.

Kata Kunci : Hidroponik,barang bekas,anorganik


PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk.Ketergantungan manusia terhadap pangan yang tinggi
mengharuskan manusia mampu memproduksi pangan sehingga tidak terjadinya kerawanan
sosial seperti kelaparan. Saat ini kebutuhan pangan di masyarakat semakin besar, sehingga
banyak bidang pertanian yang memutuskan untuk menggunakan bahan kimia untuk
mempercepat pengahsilan pangan, karena besarnya kebutuhan pangan pada masyarakat.

prospek pemanfaatan lahan sempit, seperti di pekarangan rumah, cocok digunakan di


Kelurahan Gomong untuk menanam berbagai komoditas hortikultura seperti sayuran dan
tanaman obat. Guna memenuhi kebutuhan informasi teknologi tersebut Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian melalui BPTP Nusa Tenggara Barat melakukan kegiatan visitor
plot menggelar diseminasi inovasi teknologi pertanian hidroponik mendukung pertanian
perkotaan.

Tanaman yang dibudidayakan adalah jenis sayur selada,pakchoy dan kangkung. Sistem
teknologi hidroponik adalah budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media
tumbuhnya dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi
nutrisi menggunakan ukuran satuan parts per million (ppm) yang diberikan kepada tanaman
mulai dari pindah tanam dari semaian sampai dengan minggu akhir menjelang panen.

Menurut Sandis W.Prasetya, SP, kelebihan sistem hidroponik adalah penggunaan lahan
lebih efisien, lingkungan maupun pemberian nutrisi pupuk dapat diatur, tanpa media tanah,
tidak ada gulma, tidak ada resiko penanaman terus-menerus sepanjang tahun, kuantitas dan
kualitas produksi lebih tinggi, lebih bersih, bebas dari racun pestisida, penggunaan pupuk dan
air lebih efisien, periode tanam lebih pendek. Sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan
modal yang relatif besar pada saat awal pelaksanaan.

Dengan sistem hidroponik, maka tanaman relatif lebih cepat tumbuh kembang karena
unsur hara dalam larutan dapat secara optimal dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman,
sehingga daun lebih lebar, daging buah lebih besar dan kokoh.
MATERI DAN METODE

A. MATERI

Hidroponik adalah salah satu metode yang digunakan untuk menanam berbagai bentuk
tanaman dengan tanpa menggunakan tanah dan hanya mengandalkan media air yang telah
dicampur dengan larutan mineral dan nutrisi lainnya. Beberapa jenis nutrisi yang dipakai
untuk tanaman yang ditanam secara hidroponik adalah seperti menggunakan pupuk yang
berasal dari hewani atau menggunakan pupuk kimia seperti urea yang telah dilarutkan.

Beberapa jenis tanaman yang cukup sering ditanam dengan menggunakan metode
hidroponik adalah tomat, timun, selada air hingga cabai. Tanaman yang ditanam dengan
menggunakan media hidroponik terbukti lebih sedikit menggunakan air jika dibandingkan
dengan metode penanaman dengan media tanah pada umumnya.

Teknik penanaman hidroponik menjadi sangat populer karena kemudahan dan


efisiensinya dalam menggunakan lahan yang Ada. Anda tidak membutuhkan ruangan yang
luas bahkan Anda bisa membuatnya sendiri dalam sebuah ruangan kecil yang ada pada rumah
Anda.

Sistem hidroponik memiliki berbagai macam tipe, seperti berikut :

1. Sistem Wick
Sistem hidroponik wick adalah salah satu metode hidroponik yang paling mudah dan
sederhana untuk dilakukan. Dalam sistem wick, tanaman akan ditempatkan pada sebuah
wadah yang diletakkan tepat pada sebuah tempat penyimpanan air. Wadah penyimpanan
air tersebut sebelumnya sudah diberikan larutan nutrisi seperti pupuk dan penyubur
tanaman. Sistem ini bisa dibuat dengan mudah hanya dengan menggunakan tali atau kain
wol dan wadah yang terbuat dari plastik.
Sistem wick ini menggunakan metode yang bernama kapiler yang di mana tali atau kain
akan menyerap air secara perlahan layaknya sebuah spons dan akan langsung
mentransfer air dan nutrisi tersebut pada tanaman yang Anda tanam. Menanam tanaman
hidroponik dengan menggunakan sistem wick memang membutuhkan waktu yang
sedikit lebih lama dan membatasi jenis-jenis tanaman yang bisa Anda tanam. Metode ini
juga cocok digabungkan dengan sistem aerasi agar tanaman bisa mendapatkan oksigen
lebih banyak.
2. Sistem Deep Water Culture
Sistem hidroponik yang selanjutnya adalah sistem deep water culture. Metode ini cukup
sederhana karena tanaman yang akan Anda tanam cukup dimasukkan ke dalam air aerasi.
Metode ini merupakan salah satu metode hidroponik yang paling sederhana dan paling
populer digunakan oleh banyak orang. Banyak yang beranggapan bahwa metode ini
merupakan sistem hidroponik yang paling tidak repot untuk dilakukan.
Akar dari tanaman yang akan Anda tanam akan selalu berada di bawah permukaan air
sehingga Anda akan membutuhkan sistem aerasi yang benar agar tanaman Anda bisa
tumbuh secara normal dan cepat. Pasanglah sistem aerasi pada dasar wadah dan
mengalirkan udara dari mesin oksigen dengan menggunakan selang karet yang sudah
dilubangi agar oksigen bisa terbagi secara merata pada seluruh tanaman.
3. Sistem Aeroponik
Sistem hidroponik yang selanjutnya adalah sistem aeroponik. Metode aeroponik ini
menggunakan air yang sudah dikabutkan dan dialirkan pada akar-akar dari tanaman yang
sudah disusun dengan cara sedemikian rupa. Metode penanaman ini termasuk salah satu
cara yang paling sulit untuk dilakukan dan mahal tetapi tidak memerlukan tempat yang
banyak di rumah Anda.
4. Sistem Drip
Metode hidroponik yang selanjutnya adalah sistem drip. Metode ini menggunakan sistem
aerasi untuk mengalirkan air yang sebelumnya sudah diberikan nutrisi seperti pupuk dan
penyubur tanaman dan akan diteteskan pada akar dan batang tanaman secara berkala.
Metode ini memang cukup kompleks karena Anda harus memastikan agar air hasil aerasi
yang berlebihan terbuang dan tidak membuat tanaman Anda menjadi busuk karena
kelebihan nutrisi. Metode ini juga memungkinkan Anda untuk menanam tanaman yang
berukuran besar karena tidak memerlukan banyak tempat untuk mengaliri air pada
bagian bawah dari wadahnya.
5. Metode EBB dan Flow
Metode penanaman hidroponik berikutnya adalah EBB dan Flow. Pada metode ini
terdapat sebuah timer yang akan mengatur waktu untuk mengaliri air yang sudah
diberikan pupuk pada tanaman Anda dalam waktu yang sudah ditentukan. Metode ini
juga menggunakan tabung untuk mengaliri air yang berlebih agar tidak merusak tanaman
dan buah yang sudah Anda tanam.
6. Metode Nutrient Film
Pada metode nurtrient film, tanaman hidroponik Anda akan secara berkala dialirkan air
yang mengandung pupuk dan nutrisi lainnya dengan menggunakan pipa di bawah
tanaman yang Anda tanam. Metode ini cukup berbeda dengan cara lainnya karena akar
dari tanaman Anda tidak akan terendam di dalam air dan hanya akan dialiri oleh air saja.
Metode ini mengharuskan Anda agar akar dari tanaman tidak menutupi aliran air dan
menjadikan tanaman lain menjadi kekurangan nutrisi.
7. Metode Bubbleponic
Sesuai dengan namanya, metode ini mengandalkan gelembung udara yang dihasilkan
oleh sistem aerasi agar tanaman Anda bisa terus tumbuh dan mendapatkan oksigen
dengan cukup. Metode ini juga mengharuskan agar akar dari tanaman Anda tetap berada
di dalam air dan sudah dialiri oleh nutrisi agar tanaman bisa tumbuh dengan subur
8. Sistem Fertigasi
Metode yang terakhir bisa Anda gunakan adalah sistem fertigasi. Teknik ini
mengharuskan Anda untuk mengalirkan air yang mengandung nutrisi dan unsur hara
dengan menggunakan cara irigasi. Dalam sistem ini biaya untuk melakukan pemupukan
akan berkurang karena pupuk akan langsung diberikan secara bersamaan dengan
penyiraman tanaman Anda. Metode ini juga membuat Anda menjadi lebih berhemat
karena pemakaian pupuk akan menjadi berkurang karena akan diberikan pada tanaman
Anda dalam jumlah yang sedikit namun secara terus menerus.

Selain dari metode hidroponik mengembangkan budidaya tanaman secara vertikultur


juga dapat memanfaatkan lahan pekarangan.Vertikultur menjadi inovasi teknologi
budidaya yang cukup baik untuk dikembangkan di pekarangan masyarakat
desa.Kelebihan sistem pertanian vertikultur diantaranya yaitu efisiensi penggunaan lahan
karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional,
penghematan pemakaian pupuk dan pestisida karena pengendalian gulma relatif kecil,
mudah dipindahkan, dan juga monitoring/pemeliharaan tanaman relatif mudah.

Barang bekas merupakan salah satu jenis sampah yang keberadaannya mendominasi
lingkungan hidup manusia.Kerusakan lingkungan, pencemaran air dan tanah
menyebabkan banyaknya ekosistem yang mati.

Melalui perbaikan teknik budidaya konvensional dengan pengenalan teknologi


hidroponik wick system dan vertikal garden yang sederhana dan mudah diterapkan
baik oleh anak-anak hingga orang dewasa, sehingga siapa pun dapat menerapkannya di
tempat yang terbatas sekalipun.
B. METODE

Pelaksanaan program kerja KKN Tematik di Lingkungan Kelurahan Gomong terletak di


wilayah Mataram,Kecamatan Selaparang akan dilaksanakan secara Teoritik dan Praktikal.
Proses pelaksanaan program kerja yang akan disampaikan secara teori seperti pemberian
materi secara tekhnis, kiat-kiat dan solusi disertai dengan praktek langsung dalam proses
penanaman tanaman sayuran dengan metode hidroponik wick system dan vertical garden,
rumah bibit, sosialisasi pembuatan pupuk cair bertempat di Kelurahan Gomong.Masyarakat
di Gomong dapat terlibat langsung dengan program kerja yang kami usulkan sehingga
pengembangaan potensi-potensi kelurahan Gomong disini lebih produktif. Adapun metode
yang digunakan ada 2 yaitu metode wick system dan vertikal garden.

• Metode Wick System


Adapun tahapan penanaman hidroponik dengan metode wick adalah sebagai
berikut :
1. Pembuatan rumah bibit
2. Penyemaian
3. Pindah Tanam
4. Pemeliharaan
5. Pemanenan

Pembuatan Rumah Bibit :

a. Menyiapkan alat untuk membersihkan lahan


b. Membersihkan lahan dengan peralatan yang tersedia.
c. Mengukur lahan seluas 8x7 m2
d. Menyiapkan alat dan bahan untuk membangun rumah bibit seperti bambu, paku,
palu, gergaji, kawat tali, tali raffia, plastik uv dan parenet.
e. Membuat kerangka dengan menancapkan bambu dengan ketinggian ±3 meter.
f. Memasang paranet dan plastik uv dibagian atas dan dinding.
g. Menyiapkan botol bekas untuk digunakan untuk mengalirkan nutrisi tanaman.
h. Membuat lubang pada lubang pada botol bekas dengan paku dengan jarak 5 cm.
Penyemaian :

a.Menyiapkan alat dan bahan untuk penyemaian benih tanaman seperti tray semai dan
menaruh benih selada, bayam, kangkung, pachoy,dan tanaman lainnya kedalam media
tanam dengan rockwol.

b.Memotong rockwol sekitar 2-3 cm dan melubangi rockwol untuk meletakkan benih,
satu potongan rockwol satu benih dan penyemaian dengan media tanah.

c.Membasahi rockwol dan tanah yang sudah ada benih.

d.Menunggu benih tumbuh selama 10 hari atau sampai daun tumbuh 3-4 helai, setelah
melakukan pemindahan tanaman ke botol bekas, sterofoam dan polybag.

Pindah tanam :

a. Menyiapkan media dalam botol yang telah dilubangi dibagian bawahnya sekaligus
memasang kain flannel sebagai pengantar nutrisi AB Mix.
b. Memilih calon bibit dan meletakkan kedalam gelas plastik.

Pemeliharaan :

a. Mengamati tanaman setiap pagi dan sore.


b. Penyiangan.
c. Penambahan nutrisi AB MIX pada media setiap minggu.

Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan jika tanaman sudah berumur ±40 hari, pemanenan
dilakukan secara hati-hati dengan mencabut secara langsung.
HASIL DAN DISKUSI

Survey lapangan dilakukan pada hari Kamis, 7 dan 11 Januari 2021. Kegiatan ini
dimulai dengan melakukan wawancara langsung dengan Pak Lurah di kantor Lurah Gomong
guna mengumpulkan informasi kelurahan, data-data kelurahan serta lokasi yang tepat untuk
melakukan kegiatan KKN.Setelah mengetahui keadaan kelurahan dan potensi-potensi yang
ada di kelurahan Gomong, kemudian ditemukan lokasi KKN yang sesuai berada di
lingkungan Gomong Sakura dan dirumuskan program kerja yang akan dijalankan oleh
mahasiswa KKN sehingga mendapatkan saran dan izin untuk peminjaman lahan sebagai
lokasi kegiatan KKN RPL.

Gambar 2. Survey lokasi rumah bibit

Pelaksanaan program kerja KKN Tematik di Lingkungan Kelurahan Gomong terletak


di wilayah Mataram,Kecamatan Selaparang akan dilaksanakan secara Teoritik dan Praktikal.
Proses pelaksanaan program kerja yang akan disampaikan secara teori seperti pemberian
materi secara tekhnis, kiat-kiat dan solusi disertai dengan praktek langsung dalam proses
penanaman tanaman sayuran dengan metode hidroponik wick system dan vertical garden,
rumah bibit, sosialisasi pembuatan pupuk cair bertempat di Kelurahan Gomong. Masyarakat
di Gomong

Kegiatan yang pertama dilakukan adalah budidaya tanaman.yang dimulai dari


persiapan benih,persemaian,memelihara benih,pindah tanam,pemeliharaan kemudian pada
akhirnya pemanenan.Dari kegiatan budidaya sayuran dari 6 jenis tanaman yaitu; kangkung,
selada,dan pachoy. Dari berbagai jenis sayuran tersebut yang ditanaman dengan
menggunakan wick system dengan vertical garden, ada 3 jenis sayuran yang berhasil yaitu:
➢ Kangkung
Jenis kangkung yang digunakan dalam wick system adalah kangkung darat, masa
tanam kangkung sekitar 30-40 hari, dari tanam hingga panen. Ciri siap pindah
tanam 10-14 hari setelsh tanam dengan tinggi sekitar 10 cm dan memiliki 2-4 helai
daun dan ciri siap panen tanaman kangkung yaitu daun berwarna hijau tua, terbuka
melebar, dan berbentuk segitiga.
➢ Pachoy
Pada tanaman pachoy masa tanamnya sekitar 30-35 hari dari tanam hingga panen,
ciri siap pindah tanam pachoy berumur sekitar 10-14 hari atau sudah memeliki 3-4
helaian daun dan ciri siap panennya daun oval melebar dan membentuk sendok
yang mengarah ke bawah.
➢ Selada keriting
Seladang keriting memiliki masa tanam sekitar 30-35 hari dari tanam hingga panen,
Ciri siap pindah tanam selada keriting berumur 2 minggu dan memiliki daun 3-4
helain dan cirri siap panen daun berwarna hijau cerah, lebar, dan berombak terutama
dibagian tepi.

Gambar 1. Penyemaian benih sayuran


Sedangkan Tanaman yang gagal/tidak berhasil yaitu tanaman sayuran saledri
dan daun bawang. Faktor yang mempengaruhi kedua tanaman tersebut diakibatkan
lama proses perkecambahan sehingga memakan waktu pada saat persemaian yaitu
kurang lebih 2 bulan.
Kemudian kegiatan kedua yaitu Sosialisasi.Kegiatan Sosialisai rumah pangan
lestari bertujuan untuk mengedukasi kepada masyarakat dalam pemanfaatan barang
bekas dan lahan terbatas untuk tanaman hidroponik sebagai media tanam serta
pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai bahan pembuatan pupuk cair. Sasaran
kegiatan yaitu kepada masyarakat kelurahan gomong baik dari gomong barat,
gomong lama maupun gomong sakura. Dapat kita lihat dikelurahan gomong
mempunyai lahan yang terbatas sehingga dengan adanya kegiatan sosialisasi ini
masyarakat dapat memanfaatkan barang bekas pada lahan atau pekarangan rumah
yang terbatas dengan menggunakan metode hidroponik wick system dan vertical
garden.

Gambar 3. Sosialisasi Hidroponik dan Pupuk Cair

Pembuatan pupuk Organik Cair (POC) itu sendiri sangat mudah untuk
masyarakat dapatkan dengan memanfaatkan limbah-limbah dapur sebagai bahan
pembuatan pupuk organik cair tersebut.Dalam pembuatan pupuk organikyaitu
pupuk organik cair, dalam membuat pupuk cair tersebut menggunakan larutan EM4
dan Molase.
Langkah-langkah Pembuatan Pupuk Organik Cair :
1) siapkan ember besar lalu tuangkan air cucian beras
2) siapkan larutan EM4 dan Molase masing-masing sebanyak 1 liter sebagai
larutan stater, tuang ke ember dan aduk hingga tercampur rata
3) cacah bahan-bahan organik menjadi potongan-potongan kecil
4) kemudian masukan cacahan bahan-bahan organik kedalam ember dan aduk
hingga seluruh bahan tercampur
5) terakhir tutup rapat ember, tunggu selama kurang lebih 1 minggu hingga
pupuk terfermentasi
6) untuk penggunaan pupuk organik cair dapat dicampurkan air dengan pupuk
organik cair sebanyak 5-10 ml , kemudian dapat diberikan ke tanaman.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan


teknik budidaya tanaman dengan metode hidrponik wick dan vertikultur garden
serta pembuatan pupuk organik dalam bentuk cair. Selain untuk menghijaukan
pekarangan rumah, teknik menanam hidroponik wick dan vertical garden ini juga
dapat dijadikan sumber pangan yang menyehatkan dengan menanam berbagai
jenis sayuran.

Kegiatan ketiga yaitu Rumah bibit, Suatu lahan yang digunakan untuk usaha
tani terpadu dengan tujuan utama memproduksi benih, yang akan disalurkan atau
dipaparkan kepada anggota kelompok dan masyarakat kelurahan gomong. Bahan
yang digunakan untuk membuat rumah bibit yaitu paranet, bambu, kayu, plastik
UV. Fungsi dari paranet adalah sebagai bahan pembuat naungan, bambu dan kayu
digunakan sebagai tiang, serta plastic UV dipergunakan untuk atap atau dinding
greenhouse (rumah tanaman) untuk melindungi tanaman dari paparan sinar
matahari dan curah hujan secara berlebihan dengan luas lahan rumah bibit yaitu
seluas 8×7 m2. Pada rumah bibit ini terdapat rak hidroponik yang terbuat dari
kayu dan bambu dengan panjang 2,75 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 2 meter.
Tujuan pembuatan rak hidroponik sebagai tempat penyimpanan wadah larutan
nutrisi dan tanaman, wadah yang digunakan berupa botol bekas sebagai wadah
nutrisi dan gelas aqua sebagai netpot, roockwool digunakan sebagai media tanam
hidroponik.

Gambar 4.Rumah Bibit

5.1.3 Perbandingan Metode Hidroponik Wick System Dan Vertical Garden


Tabel 1.Perbandingan tinggi dan jumlah daun tanaman yang ditanam dengan metode
hidroponik wick system yang tidak dan ternaungi paranet.
Parameter pengukuran Jumlah Rata-
No Jenis tanaman rata
TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD
1. Kangkung hidro 25, 7 32, 8 40, 10 48 11 59 15 20 51 41, 10
dgn paranet 2 5 5 5,2 04
2. Kangkung hidro 20, 7 25 8 28 9 31, 11 38 12 14 47 28, 9
tanpa paranet 5 8 3,3 66
3. Selada 5,4 4 7 4 7,9 5 11, 6 12 6 44, 25 8,8 5
hidroponik dgn 8 1 2
paranet
4. Selada 5 6 6 6 6,8 5 9 6 10, 5 37, 28 7,4 6
hidroponik 4 2 4
tanpa paranet
5. Pachoy 8 7 8,7 6 10 6 10, 6 11, 6 48, 31 9,6 6
hidroponik 5 2 4 8
tanpa paranet
6. Pachoy 9 7 9,5 5 11, 6 12, 9 13, 10 56, 37 11, 7
hidroponik 8 5 7 5 3
dengan paranet
TT = Tinggi Tanaman, JD = Jumlah Daun

Tabel 2. Perbandingan tinggi dan jumlah daun tanaman yang dibudidaya dengan
menggunakan metode hidroponik wick system dan vertical garden
Parameter pengukuran Jumlah Rata-
No Jenis tanaman rata
TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD
1. Kangkung hidro 25, 7 32, 8 40, 10 48 11 59 15 20 51 41, 10
wick system 2 5 5 5,2 04
2. Kangkung 22 8 30, 11 37 14 41, 16 45 16 17 65 35, 13
vertikal 6 8 6,4 28
3. Selada 5,4 4 7 4 7,9 5 11, 6 12 6 44, 25 8,8 5
hidroponik wick 8 1 2
system
4. Selada vertical 9 6 11, 7 14 7 16, 8 17 8 68, 36 13, 7
9 9 8 76
5. Pachoy 9 7 9,5 5 11, 6 12, 9 13, 10 48, 31 9,6 6
hidroponik wick 8 5 7 4 8
system
6. Pachoy vertical 7,2 8 8,3 7
11, 6 13 7 15, 7 55, 35 11, 7
9 5 9 18
Ket : TT = Tinggi Tanaman, JD = Jumlah Daun, pengukuran dilakukan pada saat tanaman
berumur 20, 23, 26, 29 dan 33 hari.
70
60
50
kangkung tanpa
40 paranet
30
20 kangkung dengan
paranet
10
0
20 hari 23 hari 26 hari 29 hari 33 hari

Grafik 1.perbandingan tinggi tanaman kangkung metode hidroponik dengan yang


ternaungi dan tidak ternaungi paranet

16
14 selada dengan
12 paranet
10 selada tanpa
8 paranet
6 pachoy tanpa
4 paranet
2 pachoy dengan
0 paranet
20 hari 23 hari 26 hari 29 hari 33 hari

Grafik 2.perbandingan tinggi tanaman pachoy dan selada metode hidroponik dengan
yang ternaungi dan tidak ternaungi paranet

Berdasarkan uraian diatas serta data pada table tentang pengukuran tinggi tanaman
dan perhitungan jumlah daun tanaman kangkung, selada dan pachoy pada table 1, dapat
diketahui bahwa pada keadaan yang ternaungi oleh paranet tanaman akan cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak ternaungi paranet. Hal ini dikarenakan
kurangnya intensitas cahaya yang didapatkan oleh tanaman. Sedangkan pada table 2
perbandingan penggunaan metode hidroponik wick system dan vertical garden dimana data
tinggi tanaman kangkung lebih besar pada metode hidroponik wick system dan data tanaman
selada dan pachoy lebih tinggi pada metode vertical garden. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tanaman kangkung lebih cocok dibudidayakan menggunakan metode
wick system sedangkan tanaman selada dan pachoy cenderung lebih baik dibudidayakan
menggunakan metode vertical garden.Penyebab utamanya karena pada saat proses
penyemaian kurang mendapatkan sinar matahari sehingga akar tanaman menjuntai dan
batang tanaman menjadi panjang, dengan ukuran yang kecil serta berwarna kuning sehingga
pertumbuhan dan hasil tanaman kurang optimal. Kedua pH larutan nutrisi karena tingkat
keasaman larutan yang berubah-ubah (pH meter) berfungsi untuk memeriksa kadar pH air
akan mempengaruhi daya serap akar tanaman dan ketersediaan nutrisi. Ketiga volume larutan
nutrisi seperti cairan pada umumnya, larutan nutrisi juga dapat habis dan berkurang, Karena
itu, volume larutan nutrisi harus selalu dijaga agar jangan sampai berkurang.

KESIMPULAN

Berdasarkanpembahasan di atasdapatdisimpulkanbahwa :
1. Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L)ini bertujuan untuk memanfaatkan
lahan kosong yang ada di Gomong Sakura, dengan memanfaat
barangbekasuntukdijadikan media tanammenggunakanmetodehidroponikdan
vertical garden.
2. Pemanfaatan pekarangan, lahantidur, dan lahan kosong yang tidak produktif,
sebagai penghasil pangan dalam memenuhi pangan dan gizi rumah tangga, serta
berorientasi pasar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.
3. Pertumbuhan tanaman kangkung lebih efisien dengan menggunakan metode
hidroponik wick system, sedangkan hidroponik vertical garden sangat cocok
diterapkan pada tanaman selada dan pachoy.
4. Kegiatan ini kami lakukan dari pembangunan Rumah Bibit, kemudian
penyemaian benih, pembuatan pupuk cair hingga panen.
5. Hasil panen tersebut dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat guna memenuhi
pangan, gizi dan meningkatkan pendapatan dan penyerahan Rumah bibit yang
akan dikelola dan dirawat oleh masyawarat sekitar.
Referensi

Hadiwiyono, S, 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu.


Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Hendra, Heru Agus ( Paktani Hydrofarm) & Agus Andoko, Bertanam Sayuran Hidroponik
ala Paktani Hydrofarm, Jakarta: PT Agromedia Pustaka,2014

Mas’ud, H. 2009. SistemHidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda.

Nanang.H. 2018. Pemanfaatan Lahan Sempit Untuk Budidaya Sayuran Dengan Sistem
Vertikultur. Jurnal Umpalangkaraya. 3(1):40-46.

St. Fatmah Hiola. 2020. Pemanfaatan Barang Bekas Dalam Bercocok Tanam Secara
Hidroponik Bagi Masyarakat Pesisir. Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Makassar. Jurnal Dedikasi, Vol. 22, No. 1, April 2020.
Sukron Romadhona. 2019. Pemanfaatan Limbah Gelas dan Botol Plastik Sebagai Media
Tanam Penunjang Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Pembentukan
Kampung Hidroponik di Lahan Rawa.
Setyoadji, Damar, Asyiknya Bercocok Tanam Hidroponik, Yogyakarta: Araska, 2015
Potential Businness, My Trubus, Hidroponik Praktis, Jakarta: Trubus Swadaya, 2014

Anda mungkin juga menyukai