Makalah Fisiologi - Panca Indra
Makalah Fisiologi - Panca Indra
Makalah Fisiologi - Panca Indra
SISTEM INDRA
OLEH:\
OLEH:
NIM : C1914201058
TINGKAT 1B
Puji dan syukur saja panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Makalah
Fisiologi Sistem Indra” untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan dosen.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu saya berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3
1.1 Latar Belakang ..............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................3
1.4 Metode Pengumpulan Data ...........................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
2.1 Indra Penglihatan...........................................................................4
2.2 Indra Pendengaran..........................................................................9
2.3 Indra Pembau...............................................................................13
2.4 Indra Pengecap.............................................................................14
2.5 Indra Peraba.................................................................................15
BAB III Penutup.........................................................................................17
3.1 Kesimpulan.................................................................................17
3.2 Saran ..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sel-sel epitel dari prosesus siliaris befungsi untuk menyekresi humor
akueus. Muskulus siliaris merupakan otot polos berbentuk pita yang
fungsinya untuk mengubah bentuk lensa.
Iris merupakan bagian yang berwarna pada bola mata. Iris terdiri dari serat
otot polos sirkular dan radial. Di tengah iris terdapat lubang yang disebut
pupil. Iris berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bagian
posterior bola mata melalui pupil. Pada saat cahaya terang serat saraf
parasimpatis merangsang otot polos sirkular (muskulus sfingter/konstriktor
pupilae) untuk berkontraksi dan menyempitkan ukuran pupil (konstriksi).
Sedangkan ketika cahaya redup, serat saraf simpatis merangsang otot
polos radial (muskulus dilatator pupilae) untuk berkontraksi dan
memperbesar ukuran pupil (dilatasi). Respon-respon ini bersifat reflex
viseral.
3. Tunika nervosa (retina)
Retina terdiri dari epitel pigmen (bagian non-visual) dan bagian neural
(bagian visual). Epitel pigmen merupakan sel epitel yang hanya selapis
dan mengandung pigmen melanin. Melanin berfungsi untuk mencegah
terjadinya penyebaran cahaya di dalam bola mata, sehingga bayangan
dapat terlihat jelas. Kekurangan melanin dapat terjadi seperti pada individu
albino. Retina terdiri dari 10 lapisan, dari luar ke dalam: epitel pigmen,
lapisan batang dan kerucut, membran limitans eksterna, lapisan inti luar,
lapisan pleksiform dalam, lapisan sel ganglion, lapisan serat saraf dan
membran limitans interna. Bagian neural retina merupakan hasil
penonjolan otak. Bagian ini memroses data sebelum dihantarkan oleh
impuls saraf ke hipotalamus, kemudian ke korteks visual primer. Neural
retina memiliki 3 lapisan utama yang dipisahkan oleh dua zona dimana
terjadi sinaps, yaitu lapisan sinaps luar dan dalam. Ketiga lapisan ini
(searah dengan input visualnya) yaitu lapisan-lapisan sel fotoreseptor, sel
bipolar, dan sel ganglion. Juga terdapat sel horizontal dan sel amakrin
yang membentuk jalur lateral untuk mengatur sinyal yang dihantarkan
sepanjang jalur sel fotoreseptor ke sel bipolar dan ke sel ganglion.
5
Ada 2 jenis fotoreseptor yakni:
1. Sel batang: berfungsi untuk penglihatan hitam putih pada cahaya
remang-remang; juga untuk membedakan bayangan gelap atau terang
dan melihat bentuk dan pergerakan. Sel batang tidak ditemukan pada
fovea dan makula. Jumlah sel batang meningkat ke arah tepi retina.
Sehingga kita dapat melihat cukup baik pada malam hari.
2. Sel kerucut: berfungsi untuk penglihatan warna dan ketepatan
penglihatan pada cahaya terang. Sel kerucut umumnya terpusat pada
fovea sentralis. Pada fovea sentralis, sel kerucut begitu padat sehingga
fovea sentralis merupakan daerah dengan ketajaman penglihatan
tertinggi.
Pemberian nama kedua fotoreseptor berdasarkan bentuk segmen luar
sel fotoresptor yang terletak di antara tonjolan-tonjolan sel epitel
pigmen yang berbentuk jari.
Informasi dari sel-sel fotoreseptor diteruskan ke sel bipolar melalui
lapsisan sinapsis luar (lapisan pleksiform luar) dan kemudian ke sel
ganglion melalui lapisan sinapsis dalam (lapisan pleksiform dalam).
Akson sel ganglion meluas ke posterior, ke diskus optikus, dan keluar
dari bola mata sebagai nervus optikus.
6
dengan jelas. Secara klinis kelainan refraksi adalah kerusakan pada
akomodasi visual dan ini adalah sebagai akibat perubahan biji mata,
maupun kelainan pada lensa.
Kelainan refraksi terbagi atas :
a. Miopia (Rabun Jauh)
Berkas sinar sejajar yang masuk ke dalam mata dibiaskan pada
suatu titik focus di depan retina pada keadaan tanpa akomodasi.
Menurut derajatnya, miopi terbagi atas miopia ringan (S-0,25
sampai S-3,00 dioptri), miopia sedang (S-3,25 sampai S-6,00
dioptri), miopia tinggi (S-6,25 dioptri atau lebih)
7
c. Astigmatisma
Sinar sejajar yang masuk ke dalam mata, pada keadaan tanpa
akomodasi, dibiaskan pada lebih dari satu titik fokus.
d. Presbiopia
Kondisi refraksi berhubungann dengan usia tua. Lensa dan
muskulus siliaris kehilangan fleksibilitanya untuk mempertahankan
akomodasi sehingga tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk
melihat jarak dekat ( Budiono,2013)
8
2.1.3 Mekanisme Penglihatan
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil yang
lebarnya diatur oleh iris. Setelah melalui pupil, maka cahaya dibiaskan
melalui lensa. Selanjutnya lensa berakomodasi untuk memfokuskan
cahaya ke retina melalui badan vitreus. Bayangan atau cahaya yang
tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, diperkecil, kemudian oleh
sel-sel batang dan sel-sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui
saraf optik. Saraf optik atau dikenal juga dengan nervus optikus
kemudian meneruskan sinyal yang diperoleh menuju ke hipofisa
posterior melalui serangkaian proses yang panjang. Setelah sampai di
hipofisa tersebut, akhirnya sinyal yang berupa bayangan seperti yang
terlihat di retina dibalikkan sehingga objek yang terlihat sesuai dengan
aslinya (Pearce, 1999;Roger,2002)
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam.
a. Telinga luar
Terdiri dari pinna, meatus akustikus eksterna dan membran timpani
(eardrum).
9
- Pinna berfungsi untuk mengkumpulkan dan menghubungkan suara
menuju meatus akustikus eksterna.
- Meatus akustikus eksterna merupakan tempat penyimpanan serumen
dan juga berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas telinga dalam 3000
Hz – 4000 Hz.
- Membran timpani berfungsi untuk menyalurkan getaran udara ke
tulang-tulang kecil telinga tengah.
b. Telinga tengah
Terdiri dari malleus, incus dan stapes (ossicle). Saat membran timpani
bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan frekuensi yang sama,
mentransmisikan frekuensi tersebut ke oval window. Sistem ossicle
mengamplifikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara dengan dua
mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea yaitu (1)
karena permukaan area dari membran timpani lebih besar dari oval
window, tekanan ditingkatkan ketika gaya yang mempengaruhi membran
timpani disampaikan oleh ossicle ke oval window. (2) Kerja dari ossicle
memberikan keuntungan mekanis lainnya.
c. Telinga dalam
- Kanal semisirkular
- Vestibula
- Koklea
10
Beberapa organ yang penting dalam proses pendengaran adalah
tektoria, sterosilia, dan membran basiliaris.
Proses mendengar diawali dengan masuknya bunyi yang ditangkap
oleh telinga luar, Kemudian bunyi tersebut menggetarkan membran
timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui tulang-tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut. Energi
getaran yang telah diampilifikasikan akan diteruskan ke bagian telinga
dalam dan diproyeksikan pada membran basiliaris, seihingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basiliaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke
nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran.
2.2.2 Keseimbangan
11
deselarasi, dan perputaran kepala akan dideteksi oleh duktus
semisirkularis. Terdapat 3 duktus semisirkularis pada masing-masing
telinga. Reseptor gerakan terdapat pada sel rambut yang terbenam pada
kupula. Kupula bergoyang sesuai dengan gerakan cairan endolimfe
disekitarnya. Ketika terjadi gerakan tubuh dinamis apparatus vestibular
akan bergerak pada salah satu duktus semisirkularis, Cairan endolimfe
tidak melekat pada lapisan otak manapun di kepala sehingga cairan
endolimfe tertinggal di belakang. Sedangkan sel rambut dalam kupula
bergerak sesuai dengan arah kepala. Sehingga saat kepala bergerak,
cairan endolimfe membuat kupula menjadi miring berlawanan dengan
arah kepala sehingga menekuk sel-sel rambut dalam kupula. Sel
rambut yang tertekuk akan membuka saluran ion pada sel rambut
sehingga terjadi depolarisasi atau hiperpolarisasi. Hal tersebut
menimbulkan sinaps dengan neuron aferen yang dilanjutkan kepada
nervus vestibulocochlearis. Pada saat kepala tidak mengalami
pergerakan, sel rambut kembali lurus dan tidak berespon kembali.
Organ otolit, atau kantung sakulus dan utrikulus mendeteksi posisi
kepala terhadap gravitasi dan perubahan kecepatan terhadap gerakan
lurus. Sama seperti kupula pada duktus semisirkularis, sel rambut
terbenam pada lapisan gelatinosa namun terdapat lapisan otolit pada
makula utrikulus dan sakulus. Pergerakan yang dapat menggeser
lapisan otolit menyebabkan sel-sel rambut bergeser dan terjadi
perubahan potensial pada sel rambut. Sel rambut pada utrikulus
berorientasi arah vertikal dan sakulus kepada horizontal. Gerakan
memiringkan kepala kearah selain vertikal akan menekuk sel rambut
utrikulus sesuai arah kemiringan karena gravitasi lapisan gelatinosa.
Prinsip yang sama juga terjadi seperti pada duktus semisirkularis
ketika bergerak pada bidang horizontal seperti maju dan mundur.
Gerakan kepala yang berorientasi horizontal seperti membangunkan
kepala dan akselerasi vertikal akan menyebabkan sel rambut pada
kantung utrikulus juga mengalami depolarisasi, Sinaps yang terjadi
12
kemudian diteruskan ke saraf aferen menuju ganglion vestibularis dan
dibawa kepada cerebellum lewat nervus vestibulocochlearis
13
2.4 INDRA PENGECAP
14
buds atau kurang menjelang maturitas, dan kurang lebih 100 taste buds
menjelang usia 75 tahun.
15
dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan
dan panas, ujung reseptornya terlekat di dekat epidermis.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setiap alat indra memiliki reseptor mereka masing-masing
dalam menjalankan fungsinya. Tentunya untuk menjalankan
fungsinya masing-masing pasti ada suatu mekanisme yang terjadi.
Mekanisme yang terjadi pada setiap alat indera memiliki
keistimewaan tersendiri.
3.2 SARAN
Dengan belajar fisiologi diharapkan semua mahasiswa
dapat lebih bersyukur kepada Sang Pencipta karena Dia telah
menciptakan kita dengan sangat teliti, tiada yang berkekurangan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bab 2 Tinjauan Pustaka. (n.d.). Retrieved Mei 03, 2020, from repository umy:
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123
456789/5876/6.%2520BAB%2520II.pdf%3Fsequence%3D6%26isAllowed
%3Dy&ved=2ahUKEwjXoK-bt6DpAhU-
73MBHeKQAecQFjABegQIAhAB&usg=AOvVaw2vV0wI69BizgSi_snLurAg
Saptari, A., P, D. P., Novalianty, D., Salwati, H., & Anggraeni, S. (n.d.). Panca Indera :
Perasa (Lidah) Manusia. Retrieved Mei 3, 2020, from academia:
https://www.academia.edu/8357130/PANCA_INDERA_PERASA_LIDAH_MANUSI
A_Program_Studi_Strata_1_Keperawatan_B_Kelas_E
Sunariani, J., Yuliati, & Bestari Aflah. (2007). PERBEDAAN PERSEPSI PENGECAP
TERHADAP RASA ASIN ANTARA USIA SUBUR DAN USIA LANJUT. Majalah Ilmu
Faal Indonesia, 182-190.
18