Makalah DHF Dengue Hemoragic Fever
Makalah DHF Dengue Hemoragic Fever
Makalah DHF Dengue Hemoragic Fever
Disusun oleh:
Ahmad riyadi
Intania ayuningtyas
Redi oktavianur
A. Latar Belakang
1. Tujuan Umum
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun
para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman
mendalam mengenai penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF).
BAB II
TINJAUAN PUASTAKA
A. Pengertian
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari
pertama (Soeparman, 1987;16).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda
misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk
betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
1. Demam
D. Klasifikasi DHF
1. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi
telinga dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah
menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
E. Gejala
1. Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
A. Diagnosis Penunjang
1. Rumple Leed
2. Pemeriksaan Darah
3. Hitung Trombosit
4. Hitung Leukosit
5. Hitung Hematokrit
B. Cara Pemeriksaan
1. Rumple Leed
a. Pasang manset pada lengan atas
b. Tentukan sistol dan diastol
c. Tahan tekanan antara sistol dan diastol selama 5 menit
d. Hasil dinyatakan (+) bila terdapat 10 atau lebih petachie di bagian volar lengan
dengan luas 2,5 cm x 2,5cm.
2. Hitung Trombosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Rees Ecker :
a. Hisap darah EDTA dengan pipet eritrosit → sampai tanda 0,5
b. Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue
c. Hisap larutan Rees Echer sampai tanda 101
d. Kocok darah dan larutan 3 menit
e. Buang larutan 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
f. Hitung trombosit dalam seluruh bidang besar ditengah – tengah dengan
mikroskop, kalikan 2000.
3. Hitung Leukosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Turk :
a. Hisap darah EDTA dng pipet Leukosit → sampai tanda 0,5.
b. Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue.
c. Hisap larutan Turk sampai tanda 11.
d. Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit.
e. Buang larutan 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung.
f. Hitung leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar di sudut dengan
mikroskop, kalikan 50.
4. Hitung Hematokrit
Cara Hitung Hematokrit dengan Mikrometode:
a. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung.
b. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay)
c. Sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm.
d. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit.
e. Nilainya dinyatakan dalam %.
1. Hitung Trombosit
Pada DBD umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8 ( < 100.000 / µL).
Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / µL.
2. Hitung Leukosit
Pada DBD kadar leukosit bisa normal dan bisa juga menurun. Nilai normalnya
ialah ( 5000-10000 / µL).
3. Hitung Hematokrit
Pada DBD terjadi peningkatan Hematokrit ≥ 20 % nilai awal, yang umumnya
dimulai pada hari ke – 3 Demam. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran Plasma.
Normalnya :
Pria 40 – 48%
Wanita 37 - 43 %
Anak anak 33 - 38 %
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Dogi Girsang. 2014. https://www.academia.edu/4201416/Pemeriksaan_Penunjang_ Demam
_Berdarah. Duindul tanggal 25 Oktober 2014
I. MATERI PENYULUHAN
Dalam penyuluhan materi yang disampaikan adalah :
A. Pengertian penyakit demam berdarah.
B. Penyebab demam berdarah.
C. Ciri Nyamuk Aedes Aegypty.
D. Cara penularan demam berdarah.
E. Siklus penyakit demam berdarah.
F. Tanda dan gejala penyakit demam berdarah.
G. Cara Pencegahan penularan penyakit demam berdarah.
H. Pertolongan pertama gejala demam berdarah.
II. KEGIATAN
Evaluasi :
1. Apa pengertian Demam Berdarah ?
2. Sebutkan tanda dan gejala Demam Berdarah ?
3. Bagaimana cara pencegahan Demam Berdarah ?
III. METODA
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
IV. MEDIA
1. Leaflet
2. Lembar balik
V. SASARAN
masyarakat
VI. WAKTU
Hari : Kamis
Tanggal : 25 Juni 2015
Jam : 10.00 WITA
VII. TEMPAT :
Setting Tempat :
1 2
6 6 6 6 6 6
3 5 4
Keterangan Gambar:
1. Penyaji
2. Moderator
3. Fasilitator
4. Observer/ Notulen
5. Dokumentasi
6. Peserta
C. Hasil penyuluhan :
1. Sasaran paham seluruh materi yang diberikan.
2. Sasaran paham dan bisa mempraktekkannya di rumah cara pencegahan
penularan penyakit demam berdarah.
Lampiran I
Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
IV tekanan darah tidak terukur.
B. Penyebab Demam Berdarah
Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah karena adanya virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. DBD ini banyak di temukan di
daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi. Sebab nyamuk akan mudah berkembang
biak di daerah yang tergenang air. Umumnya sering terjadi di daerah Asia Tenggara,
khususnya Indonesia yang saat ini menjadi masalah utama di negeri kita ini. (Brunner &
Suddarth 2002)