Ebook - Sunnah Yang Ditinggalkan
Ebook - Sunnah Yang Ditinggalkan
Ebook - Sunnah Yang Ditinggalkan
Penulis
Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman
Ukuran Buku
10.5 cm x 14.5 cm (49 halaman)
Penerbit
Pustaka
ii
Daftar Isi
Definisi as-Sunnah...................................................................3
Keutamaan Berpegang Dengan Sunnah.......................5
Tegar Diatas Sunnah............................................................. 9
Sunnah-Sunnah Yang Telah Ditinggalkan.................14
1. Bab Thaharah.................................................................16
2. Bab Adzan........................................................................ 20
3. Bab Shalat........................................................................23
4. Bab Zakat......................................................................... 26
5. Bab Puasa........................................................................ 28
6. Bab Haji............................................................................ 29
7. Bab Janaiz......................................................................... 31
iii
8. Bab Pernikahan.............................................................32
9. Bab Salam.........................................................................35
10. Bab Makan Dan Minum........................................... 38
11. Bab Persalinan.............................................................. 43
iv
الر ِحيْ ِم
َّ حنَ َّْ م
ِ هلل الرِ ِمْسِب ا
ْ ُ َ ََّ َ ُ َّ َ ُ لَى َ َْ ِّ ْ َ َ ن ُ ْ ْح
ِ َوالصالة َوالسالم ع رسو ِل ا.هلل رب العال ِمي
هلل ِ الَمد
ْ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ ََ
ِّ ِح َسان إ ىَل يَ ْوم َلَى
.ادلي ْ ِن ِ ٍ ِآل وأصحابِ ِه ومن ت ِبعهم بِإ ِ َِوع ه
ْ َ
: أ َّما َبع ُد
O
rang yang berpegang teguh dengan
Sunnah Nabi di zaman Now akan ter-
asing di tengah masyarakatnya, ter-
asing diantara teman-temannya bahkan dalam
keluarganya sendiri. Berat memang, namun hal
itu harus tetap dijalani, bagaikan menggenggam
bara api yang panas, berat, perih tapi harus tetap
dipegang, karena itulah perintah dari Nabi kita
yang mulia. Berikut ini adalah sebagian contoh
kecil sunnah-sunnah Nabi yang telah d itinggalkan
1
oleh kebanyakan manusia. Semoga kita termasuk
orang-orang yang dapat menjaga sunnah dan
menghidupkannya. Allahul Muwaffiq.
2
Definisi as-Sunnah
1 Lihat Lisaanul ‘Arab, karya Ibnu Manzhur, bab an-Nuun, pasal as-
Siin 13/225.
3
pengikut jalan yang benar, lurus dan terpuji.2
Al-Hafizh Ibnu Rajab v pernah mengatakan,
“Sunnah adalah cara yang ditempuh Rasulullah
n. Termasuk berpegang teguh kepada apa yang
menjadi landasan beliau n dan para Khulafa-ur Ra
syidin, baik dalam keyakinan, perbuatan, maupun
perkataan. Inilah Sunnah yang sempurna.”3
2 Lihat Mabaahits fii ‘Aqiidati Ahlis Sunnah, karya DR. Nashir al-‘Aql
hlm. 13.
3 Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam I/120.
4
Keutamaan Berpegang
Dengan Sunnah
ﮋﮒﮓﮔﮕﮖﮗﮘﮙ
5
ﮚﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮊ
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu
dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah
nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha lem-
but lagi Maha mengetahui. (QS. al-Ahzab: 34)
ﮋﭩﭪﭫﮊ
Mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sun-
nah). (QS. al-Jumu’ah: 2)
Imam as-Syafi’i, Yahya bin Katsir, Qatadah dan
lainnya menyebutkan bahwa yang dimaksud al-
Hikmah dalam ayat diatas adalah as-Sunnah.5
Rasulullah n bersabda:
ُ َُْ
َو ِمثله َم َعه،اب ُ أَ اَل إ يِّن أُوت
َ َيت الْكت
ِ ِ ِ
Ketahuilah bahwa aku diberikan al-Qur’an dan
6
yang semisalnya (as-Sunnah) secara bersamaan.6
Imam Ibnul Qoyyim v mengatakan: “Hubu
ngan as-Sunnah dengan al-Qur’an dalam tiga ba-
gian:
Pertama: as-Sunnah bertepatan dengan al-
Qur’an dalam segala hal.
Kedua: as-Sunnah menjadi penjelas dan tafsir
bagi al-Qur’an.
Ketiga: as-Sunnah menetapkan hukum yang ti-
dak ditetapkan oleh al-Qur’an atau yang tidak
diharamkan olehnya.7
Oleh karena itu wahai hamba Allah, amalkan-
lah sunnah Nabi n, apa yang datang dari beliau
maka terima dan ambillah, tidak boleh bagi kita
untuk memisah-misahkannya dengan al-Qur’an.
Allah w berfirman:
ﮋ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧﮨ
6 HR. Abu Dawud: 4604, Tirmidzi: 2800, Ibnu Majah: 12, ad-Dari-
mi: 1/144. Dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Misykah no.163.
7 I’lam al-Muwaqqi’in 2/307-308
7
ﮩ ﮪﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮊ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka teri-
malah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya
(QS. al-Hasyr: 7)
8
Tegar Diatas Sunnah
9
اج ِذ َ َّ ََْ َ ُّ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َّ
ِ اش ِدين تمسكوا بِها وعضوا عليها بِانلو ِ الر
َّ ُُ ُ َ َّ لُ َّ حُ ْ َ ْ ٌ ل َ َ ْ َُ َّ ُ ْ َ ح
ور فإِن ك م َدث ٍة بِد َعة َوك ِ ات األم
ِ وإِياكم ومدث
ٌََ ْ
.» بِد َع ٍة َضاللة
Dari Abu Najih al-‘Irbadh bin Sariyah a, ia me
ngatakan, “Rasulullah n mengimami kami shalat,
kemudian beliau menghadap kami dan memberi
nasihat kepada kami dengan satu nasihat yang
menggetarkan hati dan membuat mata mena
ngis karenanya. Maka kami mengatakan, ‘Wahai
Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat orang
yang akan berpisah, maka berwasiatlah kepada
kami.’ Beliau ber-sabda, ‘Aku berwasiat kepada
kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar
dan taat, meskipun yang me-merintah kalian
adalah seorang hamba sahaya. Sesungguhnya
barangsiapa yang masih hidup di antara kalian
sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan
yang banyak. Oleh kerenanya, wajib atas kalian
berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah
Khulafa-ur Rasyidin al-Mahdiyyin (para Khali-
fah yang lurus lagi mendapat petunjuk). Berpegang
10
teguhlah dan gigitlah ia dengan gigi-gigi gera-
ham. Dan hati-hatilah terhadap perkara-perkara
yang diada-ada-kan (dalam agama), karena se-
tiap perkara yang diada-adakan dalam agama
adalah bid’ah dan setiap kebid’ahan adalah
kesesatan.’”8
Imam Malik v berkata, “Sunnnah itu bagai-
kan kapal Nabi Nuh, siapa saja yang mengendarai
akan selamat, dan siapa saja yang meninggalkan-
nya akan celaka”.9
Rasulullah n bersabda:
“Bahkan kalian harus memerintahkan kepada ke-
baikan dan mencegah dari kemungkaran. Hingga
jika kalian telah mendapatkan kebakhilan yang
ditaati10, hawa nafsu yang diikuti dan kehidupan
8 HR Abu Dawud no. 4607; at-Tirmidzi no. 2677; Ibnu Majah no.
43, 44; Ahmad IV/126; Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah no. 27,
32, 54, 57; al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah no. 46, 47; ad-Darimi
I/44; al-Hakim I/95; dan al-Baihaqi VI/541.
9 Tarikh Baghdad no.3850
10 Maksud dari kebakhilan yang ditaati adalah engkau setuju de
ngan sikap bakhil tersebut dan orang lain pun menyetujuinya.
Inilah kebakhilan yang paling parah serta paling berbahaya.
11
dunia yang diutamakan11, serta semua orang
bangga dengan pendapatnya masing-masing,
maka perhatikan dirimu sendiri dan tinggalkanlah
kebanyakan orang. Karena setelah itu akan ada
hari-hari kesabaran12, dimana kesabaran pada
saat itu ibarat menggenggam bara api. Orang
yang sanggup menunaikan kesabaran saat itu
akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang
beramal semisalnya.’”
Selain ‘Utbah13 ada yang menambahkan riwayat
kepadaku14, seseorang berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah pahala lima puluh orang dari kalangan
mereka?” Maka beliau n menjawab: “Tidak,
tetapi pahala lima puluh orang dari kalian (para
Shahabat f).”
12
(no. 4341), at-Tirmidzi (no. 3058) dan beliau meng-
hasankannya, Ibnu Majah (no. 4014), an-Nasa-i
dalam al-Kubra (IX/137, dalam Tuhfatul Asyraaf),
Ibnu Hibban dalam Mawaariduzh Zham-an (no.
1850), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa’ (II/30), al-
Hakim (IV/322) dan beliau menshahihkanya serta
disepakati oleh Imam adz-Dzahabi, ath-Thahawi
dalam Musykilul Aatsaar (II/64-65), al-Baghawi dalam
Syarhus Sunnah (XIV/347-348) dan Ma’aalimut Tan-
ziil (II/72-73), Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Jaami’ul
Bayaan (VII/63), dan Ibnu Wadhdhah al-Qurthubi
dalam al-Bida’ wan Nahyu ‘anha (hal. 71, 76, 77), serta
Ibnu ‘Abid Dunya dalam ash-Shabr (I/42).
13
Sunnah-Sunnah Yang
Telah Ditinggalkan
14
Berikut ini beberapa contoh sunnah-sunnah
yang telah ditinggalkan oleh kebanyakan manu-
sia;
15
)(1
Bab Thaharah
16
tiga kali, kemudian mencuci wajahnya tiga kali,
kemudian mencuci tangannya sampai siku tiga
kali, kemudian kumur-kumur dan istinsyaq tiga
kali, kemudian mengusap kepala dan telinganya
baik bagian dalam dan luarnya kemudian men-
cuci kaki tiga kali.17
Syaikh al-Albani v berkata: “Ini menunjuk-
kan bahwa Nabi tidak berpatokan dengan urutan
anggota wudhu pada sebagian waktu, maka hal
ini menunjukkan bahwa tertib dalam wudhu ti-
dak wajib. Dan beliau menjaga hal itu pada seba-
gian keadaannya menunjukkan atas sunnahnya
perkara tersebut, wallahu A’lam”.18
17 HR. Ahmad 4/132, Abu Dawud: 121 dengan sanad yang shahih.
Syaukani berkata(1/125): Sanadnya Shalih, dan telah dikeluar-
kan oleh Imam ad-Dhiyaa’ dalam kitab al-Mukhtaroh. Lihat as-
Shahihah 1/525, Tamamul Minnah hlm.88
18 As-Shahihah: 1/525, al-Albani
17
ْ ُ َِّ ْ َ ْ ُ ْ ُ حَ ْ ىَ َ ْ َ َ َ اَ َ َ ي
ث ِم ْن ُ ِك ر عن عمرو بن يي عن أ ِبي ِه قال كن عم ي
َ
َ ْ بن َكيْ َف َرأي ْ خ ْ َ َْ ْ ْال ْ ُو ُضوء قَ َال ل َعب
ب َّ انلَّ ت أ دٍ ي ز ن ب هلل
ِ ا د ِ ِ ِ
ِر
َ َ َِ لىَّ ُ َ َ ْ َ َّ َ َِ َ َ َّ ُ َ َ اَ يِ َ ْ ْ َ َ َ ي
ص اهلل علي ِه َوسلم يتوضأ فدع بِتو ٍر ِمن ما ٍء فكفأ
اتل ْو ِر َّ ث ِم َرار ُث َّم أَ ْد َخ َل يَ َد ُه ف َ َلَىَ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َلا
ع يدي ِه فغسلهما ث
ِي ٍ
َُّ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َلاَ َ ََ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ر
احد ٍة ثم ِ ات ِمن غرف ٍة و ٍ فمضمض واستنث ث ث مر
ُ
ات ث َّم َّ َ َ ََ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ رَ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َلا
ٍ أدخل يده فاغتف بِها فغسل وجهه ث ث مر
َ َ َ َ ُ َْغ َس َل يَ َديْه إ ىَل الْم ْر َف َق نْي َم َّر َت نْي َم َّر َت ن
ِي ث َّم أخذ ِبي ِده ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ً َ
ماء فمسح رأسه فأدبر بِ ِه وأقبل ثم غسل ِرجلي ِه فقال
ُ َّ َ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ُ ََّ لى ُ ْ ك َذا َرأَي
َ َ
ب ص اهلل علي ِه َوسلم يتوضأ َّ انل
ِي
َّ ت ه
Dari Amr bin Yahya dari bapaknya dia berkata:
Pamanku banyak melakukan wudhu, suatu
hari dia berkata kepada sahabat Abdullah bin
Zaid; beritahukan aku bagaimana engkau meli-
hat Nabi n berwudhu. Maka Abdullah bin Zaid
minta diambilkan ember kecil; kemudian beliau
memulai dengan mencuci telapak tangan tiga
kali, kemudian beliau memasukkan tangannya
ke ember kecil tersebut untuk mengambil air lalu
18
berkumur-kumur dan istinsyaq tiga kali dengan
menggunakan satu kali cidukan. Kemudian beliau
mencuci wajahnya tiga kali, lalu mencuci tangan-
nya sampai siku dua kali, kemudian mengusap
kepalanya lalu mencuci kakinya. Abdullah bin
Zaid akhirnya berkata: Demikianlah aku melihat
Nabi n berwudhu.19
Imam an-Nawawi v berkata: “Para ulama
kaum muslimin telah sepakat bahwasanya yang
wajib dalam mencuci anggota wudhu adalah satu
kali, adapun tiga kali itu adalah sunnah. Sungguh
telah datang hadits-hadits yang shahih tentang
mencuci anggota wudhu satu kali, tiga kali, bah-
kan riwayat lain menerangkan sebagian anggota
wudhu dicuci tiga kali dan sebagiannya dua kali
dan sebagian yang lain satu kali. Para ulama me
ngatakan; perbedaan riwayat ini menunjukkan
bolehnya perkara tersebut. Tiga kali adalah yang
sempurna, satu kali sudah mencukupi, demikian-
lah perbedaan hadits-hadits tersebut dikompro-
mikan.20
19
)(2
Bab Adzan
20
Dari Abu Mahdzurah bahwasanya Nabi n telah
mengajarkan adzan seperti ini; Allahu Akbar-
Allahu Akbar. Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah 2x,
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah 2x. Ke-
mudian Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah 2x, Asyha-
du Anna Muhammadar Rasulullah 2x. Hayya Alas
Shalaah 2x, Hayya Alal Falaah 2x, Allahu Akbar 2x,
Laa Ilaaha Illallah.
Imam an-Nawawi v mengatakan: “Di dalam
hadits ini terdapat hujjah yang sangat jelas terha-
dap madzhab Malik, Syafi’i, Ahmad dan mayoritas
ulama bahwa Tarji’ di dalam adzan perkara yang
telah tetap, disyariatkan, yaitu kembali mengu-
capkan dua kalimat syahadat dua kali dengan su-
ara yang keras, setelah mengucapkan dua kalimat
syahadat sebelumnya dengan suara yang lirih”.21
21
َ ُ َ َّ َ َ َّ ُ ِّ ال َصلُّوا ف
َ الر َ َ َ َ
هلل َصل
ِ ِإن رسول ا: ثم قال،ال ِ ح ِي أ:قال
ُ َ ٌ َ َي ْ َالم َؤ ِّذ َن إ َذا اَكن ْ َّ َ
ُ اهلل َعليْه َو َسل َم اَك َن يَأ ُم ُر
ت لْلة ذات ُ
ِ ِ
ِّ ال َصلُّوا ف
َ الر َ َ ُ َُ َ ََ َْ
ال
ِ ح ِي «أ: يقول،بر ٍد ومط ٍر
Dari Ibnu Umar d bahwasanya beliau adzan un-
tuk shalat di suatu malam yang dingin dan ber-
tiup angin kencang, beliau mengucapkan; Alaa
Sholluu Fir Rihaal (Hendaklah kalian shalat di
rumah-rumah kalian). Kemudian beliau berkata:
Rasulullah dahulu memerintahkan para muadzin
jika terjadi malam yang dingin dan hujan maka
hendaklah menambahkan lafadz adzan; Alaa
Sholluu Fir Rihaal (Hendaklah kalian shalat di
rumah-rumah kalian).22
Syaikh al-Albani v mengatakan: “Di dalam
hadits ini terdapat sunnah yang telah ditinggal-
kan oleh kebanyakan para muadzin”.23
22
(3)
Bab Shalat
23
memakai kedua sandalnya? Anas menjawab: Ya!.25
Imam Nawawi v berkata: “Hadits ini menun-
jukkan bolehnya Shalat memakai sandal selama
tidak terkena najis”.26
24
jika sedang berkumpul bersama para penguasa
dan kondisinya sedang turun hujan beliau men-
jama shalat maghrib dan Isya bersama mereka”.28
25
(4)
Bab Zakat
26
َ َّ َى ُ َ ْ َ ْ ْ ََ َّ َّ َّ َ َ ا
الصال ِة اس ِإل
ِ انل ِ ب أم َر بِ َزك ِة ال ِفط ِر قبل خ ُر
َّ وج
ِأن انل ى
Adalah Nabi n memerintahkan agar menu
naikan zakat fithri sebelum keluarnya manusia
menuju shalat.30
Imam Ibnu Tiin berkata: “Yaitu sebelum ke-
luarnya manusia menuju shalat ied dan setelah
shalat shubuh”.31
27
(5)
Bab Puasa
1. Mengakhirkan sahur
Termasuk sunnah ketika sahur adalah untuk
mengakhirkannya. Zaid bin Tsabit berkata: “Kami
sahur bersama nabi, kemudian beliau berdiri
untuk shalat shubuh. Anas bertanya: “Berapa
lama jarak antara sahurnya dengan adzan? Zaid
menjawab: “Lamanya sekitar bacaan lima puluh
ayat”.33
28
(6)
Bab Haji
1. Idhthiba
Idhthiba adalah menjadikan bagian tengah
kain ihram di bawah ketiak tangan kanan dan
dua ujungnya diatas bahu kiri pada saat thawaf
Qudum atau thawaf umrah.
29
mengeraskan suara ketika bertalbiyah.34
Perintah mengeraskan suara saat talbiyah
dalam hadits ini khusus untuk laki-laki karena
kalimatnya adalah Ashaby. Maksudnya adalah
para sahabat laki-laki. Imam Syaukani berkata:
“Wanita tidak mengeraskan suara ketika bertalbi-
yah, tetapi cukup bertalbiyah dengan suara yang
di dengar dirinya sendiri”.35
Imam Ibnu Abdil Barr v berkata: “Ulama
telah sepakat bahwasanya yang sunnah bagi
wanita adalah tidak mengeraskan suara ketika
bertalbiyah, tetapi cukup baginya bertalbiyah
dengan suara yang di dengar dirinya sendiri”.36
30
(7)
Bab Janaiz
31
(8)
Bab Pernikahan
32
Dan beliau sangat mengingkari orang-orang yang
menolak dan tidak mau menikah karena alasan
ingin lebih fokus dalam ibadah dan ketaatan.
Dari Anas bin Malik a bahwasanya sekelom-
pok sahabat Nabi bertanya kepada istri-istri Nabi
tentang amalan keseharian beliau. Setelah di
kabari tentang amalan beliau seolah-olah mereka
merasa kurang. Seorang dari mereka berkata:
Aku tidak akan menikahi wanita, sebagian lain
berkata; aku tidak akan makan daging, sebagian
lain berkata; aku tidak akan tidur di atas kasur.
Kemudian Nabi keluar dan berkata; “Bagaimana
bisa orang-orang ini berkata begini dan begitu,
ketahuilah aku sendiri shalat dan tidur, aku ber-
puasa dan berbuka dan akupun menikahi wanita,
barangsiapa yang benci terhadap sunnahku maka
dia bukan termasuk golonganku”.39
Abdullah bin Mas’ud d berkata: “Andaikan
aku tidak hidup di dunia ini kecuali sepuluh
tahun saja, sungguh aku ingin semasa hidupku
33
ditemani seorang istri”.40
34
(9)
Bab Salam
35
dari yang terakhir.42
Syaikh Al-Albani v berkata: “Mengucapkan
salam ketika meninggalkan majlis termasuk adab
yang telah banyak ditinggalkan pada sebagian
negri, hendaklah para ahli ‘ilmu dan penuntut
‘ilmu untuk menghidupkan sunnah ini, ketika
masuk untuk mengajar maka hendaklah me
ngucapkan salam demikian juga ketika meni
nggalkannya, karena hal itu termasuk menebar-
kan salam yang diperintahkan”.43
36
ﮋﯯﯰﯱﯲﯳﯴﯵﯶ
ﯷ ﯸ ﯹ ﯺ ﯻﯼ ﯽ ﯾ ﯿ
ﰀﰁﰂﮊ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada peng
huninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu,
agar kamu (selalu) ingat. (QS. An-Nuur: 27)
Dalam sebuah hadits dikisahkan ada seorang
yang meminta izin kepada Nabi dan berkata,
“Apakah saya boleh masuk? Nabi n berkata ke-
pada pelayannya: “Keluarlah dan temui orang
ini, ajarkanlah dia adab meminta izin, katakan
padanya apabila meminta izin agar memulai de
ngan ucapan Assalamu A’laikum, apakah saya bo-
leh masuk?”. Orang tadi akhirnya mendengar uca-
pan Nabi dan iapun berkata; “Assalamu A’laikum
apakah saya boleh masuk?” Nabi akhirnya me
ngizinkan dan mempersilakan masuk”.44
37
( 10 )
Bab Makan Dan Minum
38
Janganlah salah seorang diantara kalian minum
sambil berdiri. Barangsiapa yang lupa, maka
muntahkanlah.46
Kita tetapkan dalil yang melarang minum
berdiri pada keadaanya larangan, dan kita bawa
dalil yang membolehkan minum berdiri pada
keadaan terpaksa atau saat udzur, semisal tem-
pat yang sempit, saat berdesak-desakan dan lain
sebagainya, berdasarkan tekstual hadits yang
menunjukkan demikian. Inilah pendapat yang di-
pilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah47, Ibnul
Qoyyim48, Imam al-Ghozali49 dan disetujui oleh
Syaikh al-Albani50. Allahu A’lam.
46 HR.Muslim: 2026
47 Majmu’ Fatawa 32/209.
48 Zaadul Ma’ad 1/144
49 Ihya Ulumuddin 2/822
50 as-Shohihah 1/340
39
telunjuk dan tengah. Ini apabila memungkinkan,
apabila tidak mungkin, maka tidak mengapa
makan dengan seluruh jari jemari, semisal apa-
bila makan makanan yang berkuah, makan nasi,
atau makanan lainnya yang tidak mungkin de
ngan tiga jari.51
40
membersihkan jari jemari dengan menjilatinya
sebelum dicuci dengan air atau dibersihkan de
ngan tisu. Demikian pula membersihkan tempat
makan dengan tangannya. Karena Rasulullah n
mengatakan:
ُ َ َ ََّ ُ ْ َ َ ْ ُ َ َ ِّ ْ ر
بكة إِنكم ال تدرون يِف أي ِه ال
Sesungguhnya kalian tidak mengetahui dimana
keberkahan itu turun.54
Rasulullah n bersabda:
َ ْ َ َ َ ً َ َ ْ ُ ُ َ َ ََ َ َ
فال ي ْم َس ْح يَ َد ُه َح ىَّت يَل َعق َها,اما ِإذا أكل أحدكم طع
َ ْ َ
أ ْو يُل ِعق َها
Apabila salah seorang diantara kalian telah se-
lesai makan, maka janganlah membersihkan ta
ngannya hingga ia menjilatinya atau dijilatkan.55
Syaikh al-Albani v berkata: “Dalam haditsini
terdapat adab yang indah, adab makan yang wajib,
41
yaitu menjilati tangan setelah selesai makan56.
Sungguh perkara ini telah banyak ditinggalkan
oleh manusia dewasa ini!!, mereka terpengaruh
oleh adat-adat barat-kafir!. Maka selayaknya bagi
seorang muslim untuk hati-hati dalam mengi-
kuti mereka, karena barangsiapa yang mengikuti
suatu kaum, maka dia termasuk golongannya”.57
42
( 11 )
Bab Persalinan
1. Tahnik
Berdasarkan Hadits;
َ ُ ُ : قَ َال،اهلل َعنْ ُه ََ ْ َ ُ ى
،«ولدِ َ يِل غال ٌم ُ ض َ ِوس َر ي عن أ يِب م
،يم
َّ
َ اهلل َعليْ ِه َو َسل َم فَ َس َّم ُاه إب ْ َرا ِهَ ُ َّلى
ب َص َّ انل َّ ت ب ِه ُ ْفَأَ َتي
ِ ِي ِ
َ َو اَك َن أَ ْك رَب، »ل َّ َ َو َد َف َع ُه إ ي،ب َك ِة
َ َ َو َد اَع هَ ُل بال ْ ر،ك ُه بتَ ْم َرة َ َّ َ َ
ِ ِ ٍ ِ فحن
َ َلد
َو ِ أ يِب ُموس
Dari Abu Musa al-As’ari a dia berkata: “Telah
lahir seorang anak bayiku kemudian aku mem-
bawanya kepada Rasulullah n, maka beliau
memberinya nama Ibrahim lalu mentahniknya
dengan kurma serta mendoakan keberkahan
43
kepadanya kemudian memberikannnya kepada-
ku. Dan dia adalah anak sulung Abu Musa.58
44
Inilah sebagian contoh sunnah-sunnah yang
telah ditinggalkan oleh kebanyakan mansuia.
Semoga kita termasuk orang-orang yang teguh
berpegang dengan sunnah Nabi n hingga akhir
hayat. Aamiin. Allahu A’lam.61
45