Proposal Magang Gula Trangkil
Proposal Magang Gula Trangkil
Proposal Magang Gula Trangkil
Disusun Oleh :
NIM : D.131.18.0009
2.1 Tebu
Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan semusin yang mempunyai
sifat tersendiri sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu berkembang biak
di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Berbagai varietas tebu telah
diluncurkan oleh Kementrian Pertanian untuk meningkatkan produksi petani.
Kualitas bibit tebu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan pengusahaan tanaman tebu. Bibit tebu yang baik adalah bibit yang
cukup 5 – 6 bulan, murni (tidak tercampur varietas lain), bebas dari penyakit dan
tidak mengalami kerusakan fisik. Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi
dan kurus, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tebu yang tumbuh baik tinggi
batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Batang tebu beruas-ruas dengan
panjang ruas 10– 30 cm. Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan
yang berseling.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sistem
Tanpa Olah Tanah (TOT) dan pengaplikasian BBA (bagas, blotong, abu) tebu yang
dihasilkan dari sisa produksi PT. GMP itu sendiri (Batubara, 2013). Pembanguan
pertanian tidak hanya ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan saja, tetapi
juga mencakup usaha-usaha peningkatan produksi pangan mencakup kebutuhan
pokok lain diantaranya kebutuhan akan gula. Dari beberapa media masa diberitakan
bahawa kebutuhan gula masih dipasok dari gula impor, karena produksi tebu sebagai
bahan baku gula belum mencukupi. Evaluasi diperlukan untuk mencapai sasaran yang
dimaksud. Dalam evaluasi lahan dikenal adanya suatu sistem klasifikasi yaitu
klasifikasi kemampuan lahan yang dilakukan untuk menilai faktor-faktor yang
menentukan daya guna lahan kemudian mengelompokkan penggunaan lahan sesuai
dengan sifat yang dimilikinya. Dalam klasifikasi kemampuan lahan yang dinilai
hanyalah faktor-faktor pembatas lahan (Widianto dalam Arifin, 2003).
Industri gula kita sedang mengalami masalah besar, bahkan berada di ambang
kematian. Produksinya berkurang karena rendahnya pasokan tebu dari petani.
Kondisinya semakin memprihatinkan karena diberondong oleh gula selundupan dan
gula impor. Turunnya produktivitas tebu dari petani diyakini disebabkan oleh
peralihan penanaman tebu dari lahan basah ke lahan kering. Jika tahun 1930an,
produksi rata- rata petani tebu Indonesia 13 ton hablur per hektar. Sekarang produksi
di lahan kering rata- rata hanya 3 hingga 4 ton hablur per hektar. Penyebab utama
turunnya produksi tebu petani adalah mutu bibit yang buruk. Oleh karena
pengetahuan dan kemampuan yang terbatas, petani tidak mengganti bibit yang
ditanam dengan varietas yang lebih baik. Cara ini beresiko besar terhadap penyakit
yang dapat menurunkan produksi hingga 30% (Abdurrahman, 2008). Sebelum
penyakit sereh timbul dan menyerang tanaman tebu, varietas tebu yang banyak
ditanam adalah tebu cirebon hitam dan tebu jepara putih. Tetapi setelah penyakit
sereh menyerang hebat, Balai Penelitian Tebu pada waktu itu berusaha mencari
varietas tahan dengan membuat persilangan antara varietas liar Saccharum
spontaneum dan varietas yang sudah dibudidayakan yaitu Saccharum officinarum.
2.2 Gula
Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi
masyarakat dunia. Kebutuhan akan gula dari setiap negara tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga karena gula merupakan bahan pemanis
utama yang digunakan sebagai bahan baku pada industri makanan dan minuman.
Kondisi geografis Indonesia yang cukup berpotensi untuk menghasilkan tanaman
tebu menjadikan Indonesia sebagai negara yang berpotensi sebagai produsen gula
terbesar di dunia.
Gula adalah bentuk dari karbohidrat, dan yang paling sering digunakan adalah
kristal sukrosa padat. Menurut Moerdokusumo (1993), beberapa macam gula yang
dikenal masyarakat adalah:
a. Gula Mentah
Sejenis gula merah yang berbutir tidak terlampau halus terutama diperuntukkan
sebagai bahan baku pabrik gula rafinade. Gula mentah ini meliputi HS, NA, dan
Muscavado.
b. Gula Merah
Jenis gula merah meliputi beberapa jenis gula yaitu NS dan NA.
c. Muscavado
Digolongkan dalam Java Asortiment dan termasuk golongan gula merah yang
mempunyai polaritas min 96,5o dan tipe warna 12-14.
d. Gula Tetes MS, Gula Sirup SS, Gula Sirup SSS
Warnanya merah, gula tetees sebenarnya tidak termasuk jenis gula kristal merah,
melainkan jenis gula sirup yang mempunyai pasar di Dataran Cina.
e. Gula Putih
Termasuk jenis gula dengan tipe standar 25 keatas dan polaritas min 99,5o misalnya
SHS dan gula rafinade.
Nira Tebu
Nira tebu merupakaan cairan yang rasanya manis diperoleh dari bagian tertentu dari
tebu. Komponen utama dalam nira selain air adalah karbohidrat dalam bentuk
sukrosa, sedangkan komponen lainnya yang terdapat jumlah kecil adalah protein,
lemak, vitamin, dan mineral. (Chen, 1993).
- Stabilisasi pasar gula domestik sukar dilakukan & menjadi sangat mahal
2.4 Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun
dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan pekerjaan
kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan banyak orang di area di mana
banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedauan
hijau di bagian atas dihilangkan dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu.
Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal
perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat
diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu menuju ke
penggilingan. Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi
potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan
memungkinkan dengan topografi yang relatif datar. Sebagai tambahan, solusi ini
tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal yang dikeluarkan untuk
pengadaan mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja kerja.
2.5 Ekstraksi
Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan
pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar.
Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya
digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan
seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih
berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan
ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
2.7 Evaporasi
Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara
menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan
evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke
tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih
mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan
yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%.
Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan
dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi
mendekati kejenuhan (saturasi).
2.8 Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat
besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi
untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan
mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat
sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses
mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian
dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya,
maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini
biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk
dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat
dengan pabrik gula tebu.
2.9 Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di
dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena
kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya
tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut
ketika sampai di negara pengguna.
2.11 Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk
membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh.
Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua
teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat
diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH) 2 ke dalam
cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut.
Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel
kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya
mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu
dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-
gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-
materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi
non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap
untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang
lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang
terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses
yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke
cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-
kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular
[granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat
warna. GAC merupakan cara modern setingkat bone char, sebuah granula karbon
yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan
karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak
hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas
dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan
menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada
GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara
kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan
hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya
sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian.
Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.
11. Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk
memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan
pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian
dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk
didistribusikan.
Kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses
pengolahan bahan, barang setengah jadi, barang jadi, hingga pengiriman akhir ke
konsumen agar sesuai dengan sepesifikasi mutu yang direncanakan. Terdapat empat
jenis-jenis pengawasan mutu produk menurut Prawirosentono (2004), antara lain
adalah sebagai berikut:
Bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu yang direncanakan. Hal ini
perlu diamati sejak rencana pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku di
gudang, penyimpanan bahan baku di gudang, sampai dengan saat bahan baku tersebut
akan digunakan. Bahan baku dengan mutu yang baik akan menghasilkan produk baik
dan sebaliknya jika mutu bahan baku buruk akan menghasilkan produk buruk.
Pengendalian mutu bahan harus dilakukan sejak penerimaan bahan baku di gudang,
selama penyimpan dan waktu bahan baku akan dimasukkan dalam proses produksi.
Bahan baku yang telah diterima gudang, selanjutnya diproses untuk diolah
menjadi barang jadi. Selain cara kerja peralatan produksi yang mengolah bahan baku
dipantau, juga hasil kerja mesin-mesin tersebut dipantau dengan cara statistik agar
menghasilkan barang sesuai yang direncanakan. Pengendalian mutu selama proses
produksi dilakukan dengan cara mengambil sampel pada selang waktu yang sama.
Sampel tersebut dianalisis, bila tidak sesuai berarti proses produksinya salah dan
harus diperbaiki.
Kemasan merupakan alat untuk melindungi produk agar tetap dalam kondisi
sesuai dengan mutu. Tetapi ada pula produk yang tidak begitu memerlukan perhatian
Metode atau cara yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) atau Magang di Pabrik Gula Trangkil, Pati ialah sebagai berikut :