Askeb Neonatus "Bayi Ny. S"

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

PADA BAYI NY. S USIA KEHAMILAN 39+5 MINGGU


UMUR 0 JAM G3P2A0
DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
TANGGAL 26 MEI 2021

Dosen Pembimbing
Lusinta Agustina, S. S. T. M.Keb.
Disusun Oleh :
Alifia Meidita
P27224019003
D-III Kebidanan Semester IV

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan
laporan kasus asuhan kebidanan bayi baru lahir untuk melengkapi tugas
mata kuliah asuhan kebidanan bayi baru lahir.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun telah mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan tidak
sempat penyusun sebutkan satu per satu.
Saya berharap semoga dengan disusunnya laporan ini dapat
memberikan pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Klaten, 30 Mei 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500
gram sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak
ada cacat bawaan, serta ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat
peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang
dengan sehat, sangat bergantung pada proses kelahiran dan
perawatannya. Tidak saja cara perawatannya, namun pola pemberian
makan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
bayi (Depkes RI, 2010).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia terus menurun
setiap tahun. Namun, jalan memerangi AKB masih panjang. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan dari
tahun ke tahun AKB mengalami penurunan signifikan. Dari 68
kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991, hingga 24 kematian
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Persalinan prematur
merupakan penyebab utama kematian neonatal dini dan memberikan
kontribusi lebih dari 70% penyebab kematian perinatal pada bayi
tanpa kelainan bawaan. Pada bayi kurang bulan (prematur) sering
timbul penyulit yang berhubungan dengan kekurang-matangan organ
kematian bayi baru lahir sampai umur 7 hari lebih merupakan 50%
dari kematian bayi. BBLR preterm berisiko kematian neonatal dini
52,1 kali lebih besar dan BBLR term mempunyai risiko kematian 4,2
kali dibandingkan bayi berat badan normal. Berdasarkan hasil Survei
Demografi Kesehatan (Kemenkes, 2017)
Data yang dipaparkan oleh kemenkes terbaca angka
kematian neonatal (AKN) 15 per 1000 KH menurut SDKI tahun 2017.
Kematian neonatal di desa/kelurahan 0-1 per tahun sebanyak 83.447,
di Puskesmas kematian neonatal 7-8 per tahun sebanyak 9.825, dan
angka kematian neonatal di rumah sakit 18 per tahun sebanayak 2.868.
Sementara penyebab kematian neonatal tertinggi disebabkan oleh
komplikasi kejadian intraparum tercatat 283%, akibat gangguan
respiratori dan kardiovaskular 21.3%, BBLR dan premature 19%,
kelhiran kongenital 14, 8%, akibat tetanus neonatorum 1,2%, infeksi
7.3% dan akibat lainnya 8.2%. (Kemenkes, 2017)
Penyebab utama kematian bayi pada minggu pertama
kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti
asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat lahir rendah. Asfiksia
neonatorum merupakan keadaan bayi baru Lahir gagal bernapas
spontan dan teratur segera setelah lahir. Penyebabnya adalah hipoksia
janin dalam Rahim yang berhubungan dengan berbagai faktor selama
kehamilan, persalinan, dan segera setelah lahir. Status gizi ibu
sebelum dan selama hamil dapat memengaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung. (Andi Zulkifli, dkk : 2012) .
Dari hasil presentasi tersebut kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Pencegahan
merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penangan neonatal
sehingga neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterine ke ekstrauterine dapat bertahan dengan baik
karena periode neonatal adalah periode paling kritis dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Vivian, Nanny. 2010 : 12).
Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya dalam
penurunan AKB adalah dengan memberikan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan baik dan sesuai dengan manajemen asuhan
kebidanan, serta memberikan suatu pengetahuan informasi kepada ibu
maupun keluarga mengenai pentingnya melakukan perawatan pada
bayi baru lahir agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu untuk mewujudkan pelayanan asuhan neonatus yang
berkualitas maka tenaga kesehatan dibekali pengetahuan dan
keterampilan asuhan neonatus.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan neonatus,
balita, dan anak pra sekolah

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari
berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap pasien sesuai
dengan hasil pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan mendokumentasikan
hasil tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan
tindakan.

C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Bidan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan informasi serta memberikan manfaat bagi bidan
dalam penanganan kepada bayi baru lahir normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu,
wawasan dan menambah pembelajaran pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian dan batasan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama
kehidupan (Rudolph,2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir
hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah bulan
pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai
4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter &
Perry, 2009). Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan
neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama.
Bayi (Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24
bulan, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus
periode kritis (Goi, 2010).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-
5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.
Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak diperiode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang diusia ini merupakan masa yang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
disebut golden age atau masa keemasan.
Anak usia prasekolah adalah fase perkembangan individu
sekitar 2-6 tahun, ketika anak memiliki kesadaran tentang dirinya
sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet
training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya
(mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2011).
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
anak. Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut
sebagai berikut:
1. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam
kandungan) Masa prenatal terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan
2 minggu
b) Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu
c) Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Pada masa janin ada 2 periode :
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu
sampai trimester ke 2 kehamilan,
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
2. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan) Masa bayi terbagi
menjadi 2 yaitu:
a) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini
(perinatal) : 0-7 hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari
b) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan.
3. Masa balita dan prasekolah usia 1 -- 6 tahun Masa balita dan
prasekolah terbagi menjadi:
a) Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun dan
b) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun

B. Bayi Baru Lahir


1. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
a) Menurut Dwienda, dkk (2014), selain
b) memiliki berat badan 2500-4000 gram,
c) panjang badan 48-52 cm,
d) lingkar dada 30-38 cm,
e) lingkar kepala 33-35 cm,
f) frekuensi jantung 120-160x/menit,
g) pernapasan 40-60x/menit,
h) kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan
cukup,
i) rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna,
j) kuku agak panjang dan lemas,
k) genetalia jika perempuan labia mayora sudah menutupi
labia minora
l) laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
Kemudian refleks hisap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik, refleks morro atau gerak memeluk bila dikagetkan
sudah baik, refleks graps atau menggenggam sudah baik, refleks
rooting mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut terbentuk dengan baik, eliminasi baik,
meconium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
2. Masa adaptasi bayi baru lahir
Setelah bayi lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari
keadaan yang sangat tergantung (palsenta) menjadi mandiri secara
fisiologis. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui
sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per
oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup,
mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit/infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi yaitu dari
kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini
berlangsung sampai 1 bulan atau lebih.
a. Adaptasi Sistem Pernapasan / Respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru – paru.
1) Perkembangan Paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul
dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang
kembali membentuk struktur percabangan bronkus
proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun,
sampai jumlah bronkus dan alveolusnya akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang
trimester II dan III.
Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan permukaan
alveolus, ketidak matangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2) Awal Adanya Napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas
pertama bayi adalah :
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan
fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi
karena kompresi paru-paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-
paru secara mekanis.
c) Penimbunan Karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2
akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernapasan janin.
d) Perubahan Suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
3) Surfaktan dan Upaya Respirasi untuk Bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk :
a) Mengeluarkan Cairan dalam Paru-Paru
b) Mengembangkan Jaringan Alveolus Paru-Paru
untuk Pertama Kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup
dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya
meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.Tidak
adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps
setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan
sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
g\lukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan
stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
4) Dari Cairan Menuju Udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya.
Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan,
sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-
paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio
sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam
jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan
napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan
dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah.
5) Fungsi Sistem Pernapasan dan Kaitannya dengan
Fungsi Kardiovaskuler
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
b. Adaptasi Sistem Peredaran Darah
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar
rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
1) Penutupan Foramen Ovale pada Atrium Jantung
2) Perubahan Duktus Arteriousus Antara Paru-Paru
dan Aorta
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan
pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan
sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi/meningkatkan resistensinya, sehingga
mengubah aliran darah. Peristiwa yang merubah tekanan
dalam system pembuluh darah :
a) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh
sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.
Hal ini menyebabkan penurunan volume dan
tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses
oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada
pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan
ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium
kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium
kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
c) Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara
fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan
setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi
jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
(Tando, dkk : 2013).
c. Adaptasi Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan
luar yang suhunya lebih rendah. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan
suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat untuk produksi panas.
Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh
dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.Untuk
membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi
ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga
upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada BBL. Beberapa mekanisme
kehilangan panas tubuh pada BBL (Wahyuni, 2012) :
1) Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi
tidak segera dikeringkan.
2) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, seperti meja,
tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah
dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila
bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin, seperti ruangan yang dingin,
adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara
melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
4) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih
rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun
tidak bersentuhan secara langsung).
d. Adaptasi Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa
dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali
pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus
mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun
dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan
kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
1) Melalui penggunaan ASI
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain
terutama lemak
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan
jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di
hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang
mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan
glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam
3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan.
Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam
pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang
lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur),
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim
dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan
energi berkurang (digunakan sebelum lahir). Gejala
hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi :
kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,
lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat
tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang
hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di
sel-sel otak.
e. Adaptasi Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai
menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk
yang matang sudah terbentuk baik pada saat
lahir.Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh”
pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung
masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir
cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru
lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri
penting contohnya memberi ASI on demand.
f. Adaptasi Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai
infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanantubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa
contoh kekebalan alami: perlindungan oleh kulit membran
mukosa, fungsi jaringan saluran napas, pembentukan koloni
mikroba oleh kulit dan usus, perlindungan kimia oleh
lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga
disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikroorganisme asing.
g. Adaptasi Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110
ml/kg selama hari pertama dan meningkat dua kali lipat
pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata hemoglobin dan
sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 –
7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi
baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb
janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5%
pada minggu ke 20.
h. Adaptasi Sistem Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai
peranan dalam metabolisme hidrat arang, dan glikogen
mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir simpanan
glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah
disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam
kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur
(belum matang). Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas
penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar
belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT
(Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim
GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi
dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
i. Adaptasi Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari
ibu, pada waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon
tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran darah dari
vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid
sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai
berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
j. Adaptasi Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak
air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium.
Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur
belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan
antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada
neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa.
k. Adaptasi Sistem Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu
dilahirkan hidup maka dapat dilihat bahwa janin tersebut
dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam
bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi
otot-otot menjadi lebih sempurna. Sehingga janin yang
dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan.
Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap
cahaya.
l. Adaptasi Sistem Immunoglobulin
1) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum
tulang belakang dan lamina propia ilium dan apendiks.
2) Plasentan merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis.
3) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil.
Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues,
toksoplasma,
herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi dengan
pembentukan sel plasma dan antibodi gama A, G dan M
(Indrayani & Moudy, 2013).
m. Adaptasi Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir,
tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak
terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga
berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat
sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir
yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan
memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar
ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik (akrosianotik).
Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis
kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini
normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari.
Terutama jika terpajan pada udara dingin.
n. Adaptasi Traktus Digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna
hitam kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4
hari biasanya tinjanya sudah berbentuk dan berwarna biasa.
Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan esophagus
bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari
lambung juga terbatas yaitu + 30 cc (Indrayani & Moudy,
2013).
o. Adaptasi Sistem Skeletal
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada
pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup
bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit
lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan
berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi
akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki
diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah
terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak terlihat
lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris,
terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak
tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
p. Adaptasi Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
1) Reflek pada Mata
a) Berkedip atau Refleks Korneal : Dengan
menyorotkan cahaya ke mata bayi. Dapat dijumpai
pada tahun pertama.
b) Reflek Pupil
c) Mata Boneka
2) Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : Ketukan halus pada glabela (bagian dahi
antara dua alis mata) menyebabkan mata menutup
dengan rapat.
3) Reflek pada Mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap : Memberi bayi botol/dot kemudian
bayi menghisap dengan kuat dalam berepons
terhadap stimulasi reflek ini menetap selama
masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa
stimulasi.
b) Muntah
c) Rooting : Menyentuh atau menekan dagu
sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan
mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada
usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12
bulan.
d) Ekstrusi : Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi
berespon dengan mendorongnya keluar: harus
menghilang pada usia 4 bulan.
e) Menguap, batuk
4) Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
Meletakan jari di telapak tangan bayi dari
sisi ulnar, jari–jari bayi melengkung melingkari
jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari
sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 -
4 bulan.
b) Babinski
Kaki bayi akan menendang, bila telapak kaki
digesek dengan jari kita.
c) Klonus, Pergelangan Kaki
Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika
menopang lutut pada posisi fleksi parsial
mengakibatkan munculnya satu sampai dua
gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh
ada denyut yang teraba.
d) Refleks pada Massa/Moro
Mengubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul
meja /tempat tidur, lengan bayi ekstensi, jari–
jari mengembang, kepala mendongak ke
belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan
kembali ke tengah dengan tangan mengenggam
tulang belakang dan ekstremitas bawah
eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2
bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
e) Startle
Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan
abduksi lengan dengan
f) Fleksi Siku
Tangan tetap tergenggam: harus hilang pada
usia 4 bulan.

g) Menari/Melangkah
Pegang bayi sehingga kakinya sedikit
menyentuh permukaan yang keras, maka kaki
bayi akan bergerak ke atas dan ke bawah jika
sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai
pada 4 - 8 minggu pertama.

3. Perubahan fisiologi bayi baru lahir


a. Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari
pertukaran melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas
terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong).
Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat
adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan
lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan
karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis.
Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan
dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi
surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa
alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada
neonatus biasanya pernapasan diafragma dan abdominal.
Sedangkan respirasi beberapa saat setelah kelahiran yaitu 30-
60 x/menit.
b. Sistem Cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi
berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena
umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior
melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh
yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran
dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui arteri
umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan
menangis kuat, dengan demikian paru-paru akan berkembang,
tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru,
dengan demikian foramen ovale,duktus arterious dan duktus
venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis, dan
arteri hepatika menjadi ligamen.
c. Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110
ml/kg selama hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada
akhir tahun pertama. Nilai rata-rata hemoglobin dan sel darah
merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM
5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi
baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb
janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada
minggu ke 20.
d. Sistem Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup
terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam
jumlah yang cukup banyak.Absorpsi air ketuban terjadi
melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air
ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang
berwarna hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja
pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
e. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan
dalam metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan
di dalam hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat
terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam
keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas
penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin
Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD
(Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
f. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran
karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari
pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari
hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat
mencapai 120 mg/100 ml.
g. Sistem Termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi
mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non
Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran “Brown
Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Cara penghilangan panas tubuh dapat
melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh
ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi yaitu kehilangan
panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih
dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu
perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air
keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu
kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda
yang lebih dingin dengan kontak secara langsung.
h. Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu,
pada waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut
masih berfungsi misalkan pengeluaran darah dari vagina yang
menyerupai haid perempuan.Kelenjar tiroid sudah terbentuk
sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa
bulan sebelum lahir.
i. Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan
kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini
menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal
blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang
bila dibandingkan dengan orang dewasa.
j. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan
hidup maka dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat
mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada janin
baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan
menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi
otot-otot menjadi lebih sempurna.Sehingga janin yang
dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar
kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif
terhadap cahaya.
k. Sistem Imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk
pada kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera
sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris
kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah
bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih
bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa
kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan
pasif dari kolostrum dan ASI.
l. Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi
masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat
dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi
sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan
dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan
memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal
beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas.
Tangan dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini
disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan
kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat
sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika
terpajan pada udara dingin.
m. Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada
pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup
bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit
lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan
berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi
akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki
diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat
agak melengkung. Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan
pada telapak kaki. Ekstremitas harus simetris, terdapat kuku
jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah
terlihat pada bayi cukup bulan.
n. Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
1) Reflek pada Mata
a) Berkedip atau Refleks Korneal
b) Reflek Pupil
c) Mata boneka
2) Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : Ketukan halus pada glabela (bagian dahi
antara dua alis mata) menyebabkan mata menutup
dengan rapat.
3) Reflek pada Mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap
b) Muntah
c) Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut
akan menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah
sisi tersebut dan mulai menghadap: harus hilang kira-
kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama
12 bulan.
d) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan
mendorongnya keluar : harus menghilang pada usia 4
bulan.
4) Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
b) Babinski
c) Refleks pada Massa/Moro
d) Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan
abduksi lengan dengan fleksi siku: tangan tetap
tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
4. Pemeriksaan pada bayi baru lahir
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan paling kurang 3 kali
yaitu pada saat lahir, periksaan yang dilakukan dalam 24 jam di
ruang perawatan, dan pemeriksaan pada waktu pulang.
Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar
bersalin, tujuannya adalah untuk menilai gangguan adaptasi
BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin yang
memerlukan resusitasi
dan untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang
perlu tindakan segera (misalnya atresia ani, atresia esophagus),
trauma lahir.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara bayi dalam kondisi
telanjang akan tetapi diletakkan dibawah lampu yang terang
supaya tidak kehilangan panas serta dilakukan 24 jam setelah
lahir.

1) Kepala : Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura,


moulase, caput succedaneum, cephal
haetoma, hidrosefalus, rambut meliputi :
jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu
dan punggung.
2) Muka : Tanda-tanda paralisis
3) Mata : Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran
epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan
kornea, katarak kongenital, trauma, keluar
nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva.
4) Telinga : Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta
adanya gangguan pendengaran.
5) Hidung : Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan
6) Mulut : Kesimetrisan, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, labio skiziz/palatoskisis,
trush, sianosis.
7) Leher : Kesimetrisan, pembengkakan, kelainan
tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas
kromosom
8) Klavikula dan : Fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari
Lengan Atas
9) Dada : Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting
susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi
jantung dan pernafasan.
10) Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat, jumlah
pembuluh darah pada tali pusat, dinding
perut dan adanya benjolan, distensi,
gastroskisis, omfalokel, kesimetrisan,
palpasi hati dan ginjal.
11) Genetalia : Kelamin laki-laki : panjang testis, testis
sudah turun berada dalam skrotum, orifisium
uretra di ujung penis, kelainan(fimosis,
hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan :
labia mayora dan labia minora, klitoris,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret,
dll.
12) Tungkai dan : Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari,
Kaki pergerakan, pes equinovarus/pes
equinovalgus.
13) Anus : Berlubang atau tidak, posisi, fungsi sfingter
ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
14) Punggung : Bayi tengkurap, raba kurvatula kolumna
vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina
bifida, meilomeningokel, lesung/bercak
rambut, dll.
15) Pemeriksaan : Vernik caseosa, lanugo, warna, oedem,
Kulit bercak, tanda lahir, memar.

b. Pemeriksaan Sepintas
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering
yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal itu tidak memungkinkan,
maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau
disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih
dan kering. Segera lakukan penilaian :
1) Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah,
maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir (APN,
2008).
c. Penilaian APGAR Score
Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian
diberi angka 0,1 dan 2 dari hasil penilaian tersebut apakah bayi
normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-
ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat (nilai apgar 0-3). Bila
nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai nilai 7, maka harus
dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh karena bila bayi
menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi
gejala-gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar.
Berhubungan dengan itu, menurut apgar dilakukan selain pada
umur 1 menit juga pada umur 5 menit.
Tabel Apgar Score

APGAR 0 1 2

Apperance (Warna Kulit) Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


ekstremitas biru kemerah-merahan

Pulse Rate (Frek. Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

Grimance (Reaksi Rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersih


mimik (grimance)

Activity (Tonus Otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam Garakan aktif


sedikit flexi

Respiration (Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis

Jumlah

d. Pemeriksaan Refleks pada Bayi Baru Lahir


Refleks Primitif Pada Bayi
1) Refleks Moro (Refleks Peluk / Terkejut)
Refleks dapat dimunculkan dengan cara memukul tempat
tidur bayi, suara ribut, dsb. Tetapi paling baik dengan cara
memegang dan meletakkan lengan pemeriksa sepanjang
punggung dan kepala bayi. Kemudian, jika tiba-tiba kepala
bayi dijatuhkan sesaat beberapa centimeter ke belakang.
Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan tangan dan
kaki lurus kearah ke luar, lutut fleksi dan lengan melakukan
gerak fleksi seperti memeluk, bayi mungkin menangis
(Ladewidg, 2005).
2) Refleks Tonik Neck
Refleks otot lahir posisi tertengkurap bayi akan menoleh
kekanan/ kekiri. Reflek tonik leher atau reflek ”angguk”
diobservasi pada neonatus dalam posisi terlentang. Ketika
kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi
membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan
dan menekukkan tangan yang berlawanan. Reflek yang terus
menerus pada bayi yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan
adanya kelumpuhan pada otak (Bobak and Jensen, 2000).
3) Refleks Rooting
Stimulasi taktil pada pipi dan mulut mencari rangsangan.
Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di
sentuh bagian pinggir mulutnya dengan tangan atau puting.
Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah
benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu
yang dapat dihisap (Ladewidg, 2005).
4) Refleks Sucking
Reflek menghisap. Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir
atau dagu disentuh. Sebagai respon bayi akan menoleh dan
membuka mulut untuk menghisap obyek (Ladewidg, 2005).
5) Refleks Grasping/Refleks Genggam
Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi
dengan sebuah obyek atau jari. Respon bayi berupa
menggenggam dan memegang erat, dengan genggaman
tersebut bayi dapat diangkat, bahkan pada bayi kurang bulan
genggaman tersebut juga sudah cukup kuat (Ladewidg,
2005).
6) Refleks Babinsky
Refleks pada telapak kaki, dengan cara melakukan goresan
ujung jari pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari
melalui sisi lateral. Bayi normal akan memberikan resopn
fleksi jari-jari dan penarikan tungkai, respon jempol kaki
akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau
membuka.
7) Refleks Stapping (Refleks Melangkah)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi
berdiri dan telapak kakinya menyentuh permukaan yang
keras, ibu/ orang tersebut akan melihat refleks berjalan, yaitu
gerakan kaki seperti melangkah ke depan.

5. Pemantauan Tanda-Tanda Vital


a. Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan ketiak.
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi
normalnya adalah 36,5-37,7⁰C (Sudarti, 2013).
b. Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi dada
dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi (Sudarti, 2013).
c. Nadi dapat dipantau di semua titik-titik nadi perifer.
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu menit,
sehingga diketahui normal atau tidaknya nadi bayi tersebut.
Normalnya yaitu 120-160 kali/menit (Putra, 2012).
d. Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi.
e. Mencatat hasil pantauan merupakan satu cara kerjasama
seluruh tim dalam membuat progam perawatan.
6. Penatalaksanaan awal dan asuhan bayi baru lahir
Asuhan Segera Bayi Baru LahirBidan harus mengetahui
kebutuhan transisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan
diluar uteri sehingga ia dapat membuat persiapan yang tepat untuk
kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannyasebagai berikut
(Fraser Diane, 2011) :
a. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi
baru lahir,melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak
kulit dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang
kering.
b. Membersihkan jalan nafas.
c. Memotong tali pusat.
d. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa
gelang nama maupun kartu identitas.
e. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan
kelima setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi
dilakukandengan menggunakan nilai Apgar.

Asuhan Bayi Baru LahirMenurut Saifuddin (2002) Asuhan


bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5 C.
b. Pemeriksaaan fisik bayi.
c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 –
1 mgI.M.d.
d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.
e. Lakukan perawatan tali pusat.
f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan
kerumah diberikan imunisasi.
g. mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti
pernafasan bayi tidak teratur,bayi berwanna pucat, suhu
meningkat, dll.
h. Mengajarkan kepada orang tua cara merawat bayi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam asuhan pada bayi baru


lahirmenurut APN (2008) :

a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan


rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut
memiliki riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau
macet, persalinan dini atauinfeksi.
b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat.
Hindari pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak
tertutup akan mengering dan puput lebih cepat dengan
komplikasi yang lebihsedikit.
c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan
biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah
persalinan.
d. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.

Penanganan Bayi Baru LahirMenurut Prawirohardjo (2009)


menyebutkan bahwa penanganan bayi barulahir seperti dibawah ini
:
a. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian
meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya, bila bayi mengalami
asfiksia lakukan resusitasi.
b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan
oksitosin.
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari
pusat bayi dan memasang klem kedua 2cm dari klem
pertama.
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat diantara klem.
e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering,
menutupi bagian kepala.
f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.

C. Bayi, balita dan anak pra sekolah


1. Kebutuhan imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi/pengebalan adalah suatu usaha untuk
membuat seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu
dengan menyuntikan vaksin.
Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan/kuman
mati/ zat yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit tertentu.
b. Macam Vaksin
1) Vaksin Polio
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah
virus, vaksin yang digunakan oleh banyak Negara
termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah
diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. Kemasan sebanyak
1 cc / 2 cc dalam 1 ampul.
2) Vaksin Campak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah
virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup.
Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku
dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum
menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering
oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali
membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya.
Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun
dan hanya bertahan selama 8 jam.
3) Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari
bakteri atau vaksin beku kering seperti campak berbentuk
bubuk. Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit
tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang
telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint.
Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu
dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin
yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3
jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari
langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertiga bagian
lengan kanan atas.
4) Vaksin Hepatitis B
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B
adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus
yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah
mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan
rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis
B paling baik disimpan pada temperatur 2,8°C
5) Vaksin DPT, TT, dan DT
Terdiri toxoid difteri, baketi pertusis dan tetanus
toxoid, kadang disebut “triple vaksin”. Vaksin DPT
disimpan pada suhu 2,8°C kemasan yang digunakan :
a) 5 cc untuk DPT
b) 5 cc untuk TT
c) 5 cc untuk DT
d) Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah
0,5 cc.
6) Vaksin Toxoid Difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT,
difteri disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun,
vaksin terbuat dari toxoid yaitu racun difteri yang telah
dilemahkan. Vaksin difteri akan rusak jika dibekukan dan
juga akan rusak oleh panas.
7) Vaksin Pertusis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab
penyakit pertusis adalah bakteri vaksin dibuat dari bakteri
yang telah dimatikan, akan mudah rusak, bila kena panas,
sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen
pertusis merupakan vaksin yang paling mudah rusak.
8) Vaksin Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT
atau sebagai tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh
bakteri yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin
tetanus yang telah dilemahkan, tetanus toxoid akan rusak
bila dibekukan dan akan rusak bila kena panas.
9) Vaksin Haemophilus influenza tipe b ( Hib)
Hinfluenzae tipe b merupakan bakteri penyebab
meningitis dan berbagai infeksi serius mengancam jiwa,
seperti pneumonia, epiglotitisdan sepsis pada bayi dan
anak. Vaksin ini diberikan dengan jadual tiga dosis pada
bayi ( bersama dengan DPT), ditambah satu dosis booster
pada umur 12-18 bulan Sekarang tersedia pula vaksin
konjugasi kombinasi DPT-Hib
10) Imunisasi Tifoid
Untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang
mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau
obstipasi, radang sampai kebocoran usus, dapat
mengakibatkan kematian. Vaksin demam tifoid disuntikan
mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

Jadwal pemberian imunisasi dasar


Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Catatan:
1. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan
Praktik Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan
sebelum dipulangkan.
2. Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-
Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan
mempunyai status imunisasi T2.

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak di bawah tiga tahun


Umur Jenis Imunisasi
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

D. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi dan balita /


Penatalaksanaan (termasuk evidence based)
1. Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen
kebidanan yaitu:
a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati,
2010), meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga (Hidayat,
2008).
a) Biodata Pasien :
(1) Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi
yang satu dengan yang lain. (Marmi, 2012)
(2) Umur
Untuk menginterprestasi apakah data
pemeriksaan klinis bayi tersebut normal sesuai
dengan umurnya. (Matondang, 2013)
(3) Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim,
2004)
(4) Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi,
mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah
yang berhubungan dengan berat lebih rendah
dan untuk mengukur panjang badan bayi.
Normal berat badan bayi adalah 2500-4000
gram dan panjang badan bayi 48-52 cm.
(Putra, 2012)
(5) Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis,
misalnya nilai-nilai baku, insiden seks,
penyakit-penyakit seks. (Matondang, 2013)
(6) Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru
dengan orang lain. (Matondang, 2013)

(7) Umur
Untuk menambah keakuratan data.
(Matondang, 2013)
(8) Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(Ambarwati, 2010)
(9) Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk
mengetahui perilaku seseorang tentang
kesehatan dan penyakit yang sering
berhubungan dengan agama dan suku bangsa.
(Matondang, 2013)
(10) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai
tingkat pengetahuannya. (Matondang,2013)
(11) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan. (Matondang, 2013)
b) Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT,
Obat/jamu yang dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat
penyakit penyerta, komplikasi selama hamil, serta
riwayat persalinan terakhir.
c) Keadaan BBL
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang. (Hidayat,
2008).

a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit
pertama, kelima, dan kesepuluh untuk mengetahui
gejala sisa, meliputi : Appearance (warna kulit), Pulse
rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang),
Activity (tonus otot), Respiration (pernafasan). (Kosim,
2005)
b) Pemeriksaan Umum
(1)Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang,
lemah dari pasien (Saifuddin, 2003).
(2)Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat
kesadaran (sadar penuh yaitu memberikan respon
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis
yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya,
gelisah yaitu tidak responsive terhadap rangsangan
ringan dan masih memberikan respon terhadap
rangsangan yang kuat, koma yaitu tidak dapat
bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun)
gerakan yang ekstrem dan ketegangan otot.
(Hidayat, 2009)
(3)Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi
dalam satu menit, sehingga diketahui normal
atau tidaknya nadi bayi tersebut. Normalnya
yaitu 120-160 kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit,
tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih
pada fase ekspirasi. (Sudarti, 2013)

(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak.
Suhu bayi normalnya adalah 36,5-37,7⁰C.
(Sudarti, 2013)
c) Pemeriksaan Fisik
(1)Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal
hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti,
2013)
(2)Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan.
(Sudarti, 2013)
(3)Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
(4)Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi
terkejut/menangis dalam reaksi terhadap bunyi
yang keras. (Varney, 2007)
(5)Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital
labio-palatoskisis, trush, sianosis, mukosa
kering/basah. (Sudarti, 2013).
(6)Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah
keretakan pada clavikula (normal, rata atau tanpa
gumpalan di sepanjang tulang simetris).
(Varney,2007)
(7) Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung,
dan pernafasan. (Sudarti, 2013)

(8)Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk,
perdarahan tali pusat, dinding perut, adanya
benjolan, gastroskisis, omfalokel. (Sudarti, 2013)
(9)Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam,
mongolian, memar, dan setiap trauma kelahiran.
(Chapman, 2006)
(10) Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis
berlubang dan ada di ujung penis. Kelamin
perempuan : vagina, uretra berlubang, labia
mayora, dan labia minora. (Sudarti, 2013)
(11) Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili,
adakah tulang yang retak misalnya clavikula.
(Varney, 2007)
(12) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa,
lekuk atau tonjolan. (Varney, 2007)
(13) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti,
2013)
d) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada
punggungg dengan posisi 45 derajat, dalam keadaan
rileks kepala dijatuhkan 10 derajat, normalnya akan
terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan.
(Dewi, 2012)

(2) Reflek rooting


Yaitu mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut.
(Dewi, 2012)
(3) Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa
gerakan berjalan dan kaki akan bergantian dari
fleksi ke ekstensi. (Dewi, 2012)
(4) Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat
pemeriksa meletakkan jari telunjuk pada palmar
yang ditekan dengan kuat. (Dewi, 2012)
(5) Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat
pada waktu bayi menyusu. (Dewi, 2012)
(6) Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar
kepala ke satu sisi dengan badan ditahan,
ekstermitas terekstensi pada sisi kepala yang
diputar, tetapi ekstermitas padda ssi lain fleksi. Pada
keadaan normal, bayi akan berusaha untuk
mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi
pengujian saraf asesori. (Dewi, 2012)
e) Pemeriksaan Antropometri
(1)Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita
melingkar pada lingkar oksipito-frontal. Pengukuran
yang dicatat adalah rata-rata dari tiga kali
pengukuran, normlanya pada bayi 32-37 cm.
(Chapman, 2006)

(2)Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya
adalah 30-38 cm. (Putra, 2012)
(3)Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk
mengetahui pertumbuhan bayi sehingga diketahui
normal atau tidaknya pertumbuhannya. Berat badan
normal bayi adalah 2500-4000 gram. (Putra, 2012)
(4)Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali
per hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat,
tinja hijau atau mengandung lender atau darah.
(Sudarti, 2013)
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
(Sulistyawati, 2009)

b. Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-
data yang telah dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan
adalah diagnose yang tegakkan bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur
diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang
menggambarkan pendokumentasian hanya
pengumpulan data klien melalui anamnesis tanda
gejala subjektif yang diperoleh dari bertanya dari
pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang
menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan fisik klien, yang dirumuskan dalam data focus.
(Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis. (Hani dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien
dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah
yang didapatkan dengan melakukan analisis data. (Hani
dkk, 2010)

c. Langkah III : Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi
memungkinkan dilakukan pencegahan dan kolaborasi dengan
dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien,
bidan bersiap-siap bila masalah potensial ini benar-benar
terjadi (Varney, 2007).

d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter
dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
kondisi bayi. (Sudarti, 2013)

e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnose yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka
pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa yang akan
terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)

f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman
(Sulistyawati, 2009).

g. Langkah VII : Evaluasi


Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun
pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari
proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu
berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. (Hidayat,
2008)
2. Model Dokumentasi
a) Catatan Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap
dan bermanfaat bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain
mulai dari data subjektif, data objektif, analisa dan
penatalaksanaan.
b) Tujuan catatan SOAP
1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang
diberikan
2. Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian
asuhan
3. Memfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk riset,catatan nasional dan
statistic,mortalitas dan morbiditas
c) Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan
mengorganisir pertemuan data kesimpulan mbidan
menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk
penyediaan dokumentasi asuhan.
d) Tahap-tahap SOAP
S : Subyektif data
Adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
disampaikan klien kepada bidan (ekspresi verbal dari
pasien ).
O : Obyektif data
Adalah data yang diperoleh dari observasi dan
pemeriksaan ( pengamatan pada pasien meliputi tingkah
laku dan hasil dari pemeriksaan fisik dan penunjang ).
A : Analisa
Mengatakan masalah atau diagnosa dan kebutuhan yang
terjadi atas dasar subyektif dan obyektif (kesimpulan yang
di dapat dari kondisi pasien meliputi data dasar obyektif
dan subyektif yang selanjutnya ditulis dalam format
diagnosa kebidanan)
P : Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sesuai dengan masalah dan diagnosa
(mengacu kepada permasalahanya) dan evaluasi sesuai
hasil yang telah dilakukan

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN DAN MODEL DOKUMENTASI


1. Standar Asuhan Kebidanan
STANDAR I : Pengkajian
A. Data subjektif
1) Identitas bayi
2) Identitas orang tua
3) Riwayat kehamilan dan persalinan : riwayat prenatal, riwayat
natal
4) Kebutuhan dasar : pola nutrisi, pola eliminasi, polla aktivitas
B. Data objektif
1) Pemeriksaan umum
2) Pemeriksaan fisik ( kepala dan muka, telinga, mata, hidung dan
mulut, leher, dada, ekstermitas perut, genetalia, punggung dan
anus, kulit)
3) Pemeriksaan reflek
4) Pemeriksaan penunjang
STANDAR II : Perumusan diagnosis dan masalah kebidanan
1) Diagnosis
Bayi baru lahir normal, umur…jam…
2) Data Objektif
Nadi, pernapasan, tangisan kuat, warna kulit merah, tonus
otot, berat badan, panjang badan.
3) Masalah
Masalah potensial yang mungkin terjadi
Contohnya : hipotermi, infeksi, asfiksia, dan ikterus
4) Kebutuhan
Berdasarkan dari masalah
Contoh : jaga kehangatan, segera beri asi

STANDAR III : Perencanaan


Waktu ( tanggal dan tempat)
1) Lakukan informed consent
2) Buci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Berikan identitas bayi
4) Bungkus bayi dengan kain kering lllyang lembut
5) Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasaa
6) Timbang berat badan setiap hari
7) Anjurkan ibu untuk mengganti popok bayi setelah bak/bab
8) Anjurkan ibu untuk member asi
9) Anjurkan ibu untuk menyusui yang benar

STANDAR IV : Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan petencanaan

STANDAR V : Evaluasi

STANDAR VI : Pencatatan asuhan kebidanan

Model Dokumentasi
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya,
tetapi dari semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian
asuhan kebidanan pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat
komprehensif.
a. Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap
dan bermanfaat bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain mulai
dari data subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b. Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan
mengorganisir pertemuan data kesimpulan mbidan menjadi
rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan
dokumentasi asuhan.
c. Tahap-tahap SOAP
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil lab, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subyektif dan obyektif dalm suatu identifikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan
berdasarkan assesmen. Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harusrasional dan benar – benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa
nyang dibutuhkan dan baik untuk pasien.
E. Asuhan komplementer
Sesuai dengan Peraturan Menteri dan alternatif adalah
pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative dengan kualitas, keamanan dan
No.1109/Menkes/Per/IX/2007) Bagi banyak bidan dan wanita,
pelayanan kebidanan komplementer adalah pilihan untuk
mengurangi intervensi medis saat hamil dan melahirkan, dan
berdasarkan pengalaman hal tersebut cukup membantu. Namun,
sebagian besar terapi ini tidak dianggap bermakna dalam pengobatan
konvensional. (Ernst&Watson, 2012) Hal ini disebabkan oleh
kelangkaan dalam hal bukti klinis dan informasi yang diterbitkan
sehubungan dengan efektivitas pelayanan kebidanan komplementer
pada kehamilan, persalinan dan nifas. Meskipun demikian, seperti
yang telah disebutkan dalam paragraf pertama bahwa telah terjadi
peningkatan tajam dalam jumlah dan berbagai informasi mengenai
terapi komplementer dalam kebidanan selama satu dekade terakhir.
(Ernst&Watson, 2012)
: Beberapa terapi komplementer yang digunakan untuk mencegah
komplikasi dan merangsang pertumbuhan serta perkembangan BBLR
adalah dengan pijat bayi, terapi musik dan perawatan metode kanguru
Terapi sentuhan dianggap sebagai pengobatan yang komplementer
bagi BBL untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian pada
BBL. Sentuhan sebagai terapi komplementer memberikan
berkesempatan untuk lebih dekat dengan pasien khususnya ketika
mereka memberikan perawatan kepada neonatus. Selain itu sentuhan
yang terapeutik adalah tehnik pengobatan non-invasif yang tidak
memerlukan peralatan khusus dan teknologi. perkembangan normal
BBLR. (zakiah, dkk : 2013)
F. Clinical Pathway
Bayi baru lahir

Terjadi perubahan

Pemotongan System pernafasa Fungsi Pengaturan gastrointesti Fungsi


sirkulasi ginjal panas nal hepar integumen
tali pusat imun n

Port de Pada neonates Keseimbangan Perubahan Spingter


Resistensi Metaboli Hepar Struktur
entry hanya terdapat Diafragm vaskuler kimia dari temperature kardia dan
sm KH dalam kulit
bakteri, imunoglobuin a dan otot pulmonalispada keamanan lingkungan control
belum
sakit perut (Asam keadaan
kuman, G abdomen alirandarah paru minim intra dan Lemak) matur
menurun belum imatur
ekstra uterin
virus matur

Tekanan Rearbsorbsi kekenyang Ekresi,


Ketidak Kelemahan Suhu tubuh Cadangan Enzim
arteri tubuh an iritasi
adekuatan otot perifer sangat KH pada hepar belum
pernafasan pulmonalis rendah dan Pemotonga
bayi rendah aktif kimia atau
imun yang mudah n tali pusat
menurun kadar bahan
terpengaruh
di dapat hormone popok,
suhu regurgitasi
anti diuretic fahior
lingkungan
rendah Hipoglike mekanis
Sintesis
Tekanan mi bilirubin
Resiko
dalam atrium menurun
tinggi kanan muntah
Resiko pertukaran berkurang Resiko tinggi
Tinggi gas Ekskresi Resiko
ketidak
elektrolit tinggi
efektifan
lambat Ikterik terhadap
thermoregulasi
fisiologis kerusakan
integritas
kulit
Aliran darah Akumulasi ion Resiko tinggi Peningkatan
pulmonalis meningkat bilirubin
hydrogen dan nutrisi
kembali kebagian kiri berkurang
kalsium kurang dari
jantung
kebutuhan
tubuh
Kerusakan
sel-sel saraf
Tekanan pada dehidrasi
atrium kiri
meningkat
Resiko tinggi
Kurang cidera SSP
Sekat atrium foramen vol. cairan
ovale tertutup Pemotonga
n tali pusat

sianosis

Sumber :
- jumiarni (1995 : 53)
-Tucker et all (1998 : 886)
-Doenges (2001 : 578)
-Bobak (2000:573)
-Carpenito (2000:1056)
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


PADA BAYI NY. S USIA KEHAMILAN 39+5 MINGGU
UMUR 0 JAM G3P2A0
DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
TANGGAL 26 MEI 2021

PENGKAJIAN
Tanggal : 26 Mei 2021
Jam Pengkajian: 20.00 WIB
Tempat : RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. KBRT

1. DATA SUBJEKTIF
a) Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. S
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke- : 3 (Tiga)

b) Identitas Orangtua
Ibu Ayah
Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. K
Umur : 35 Tahun Umur : 38 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gunung 1/12 Pucangan, Kartasura, Sukoharjo
c) Data Kesehatan
i. Riwayat Kehamilan
G3P2A0
Komplikasi pada kehamilan: Tidak ada
ii. Riwayat Kesehatan
• Data kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak mempunyai penyakit menular, menurun dan
menahun. Seperti : Asma, jantung, DM, Hipertensi, TBC, Gemeli, dan PMS
• Data kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit menular,
menurun dan menahun. Seperti : Asma, jantung, DM, Hipertensi, TBC,
Gemeli, dan PMS.
• Data kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menular, menurun dan menahun.
Seperti : Asma, jantung, DM, Hipertensi, TBC, Gemeli, dan PMS
• Riwayat penyakit keturunan
Ibu mengatakan sekarang tidak mempunyai penyakit menular, menurun dan
menahun. Seperti : Asma, jantung, DM, Hipertensi, TBC, Gemeli, dan PMS

d) Riwayat Persalinan Sekarang


i. Tanggal/Jam persalinan : 26 Mei 2021/ Jam 19.15 WIB
ii. Jenis persalinan : Sectio Caesaria
iii. Lama persalinan : 7 jam
1. Kala I: 4 jam 30 menit
2. Kala II: 20 menit
3. Kala III: 10 menit
4. Kala IV: 2 jam
iv. Warna air ketuban : Jernih.
v. Trauma persalinan : Tidak ada.
vi. Kondisi saat lahir : Menangis kuat, tubuh kemerahan.
vii. Penolong persalinan : Dokter
viii. Penyulit dalam persalinan : Tidak ada.
ix. Inisiasi Menyusu Dini : Dilakukan selama 1 jam dan berhasil
x. Bonding attachment : Dilakukan.

e) 5) Riwayat ANC
1. Kehamilan ke : 3 (Tiga)
2. Riwayat ANC : Tidak teratur
a) Frekuensi : 3 kali
b) Tempat : Bidan
c) Keluhan : Mual muntah
d) Komplikasi : Tidak ada
e) Terapi : Fe, kalsium, vit. C.
3. Kenaikan BB
4. BB sebelum hamil : 58 kg
5. BB ketika hamil : 75 kg
2. DATA OBJEKTIF
a) Pemeriksaan Kusus
Keadaan umum : Bayi menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan.
b) Tanda vital
Nadi : 142 x/menit
Pernapasan : 44 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Berat Badan (BB) : 3000 Gram
Panjang Badan : 50 Cm
c) Eliminasi
Miksi : Sudah keluar
Mekonium : Sudah keluar
d) Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris, tidak ada caput secsedanum, tidak hydrocephalus,
tidak ada massa yang abnormal
Lingkar kepala : 35 Cm
Mata : Simetris, tidak ada tanda infeksi, tidak strabismus (juling)
Hidung : Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : Simetris, tidak ada labioscisis, palatoscisis, labiopalatoscisis,
reflek hisap baik
Telinga : Simetris, terdapat gendang telinga
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe, dan
venajugularis
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : Simetris
Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing
Jantung : Detak jantung normal dan teratur
Lingkar dada : 33 Cm
Abdomen : Tidak ada benjolan/massa, perut keras pada saat menangis
Tali pusat : Bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada penonjolan tali pusat pada
saat menangis
Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap, warna kuku merah
muda
LILA : 12 Cm
Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap, warna kuku merah
muda
Genetalia : Terdapat labia mayora kanan dan kiri, terdapat lubang uretra dan
lubang vagina
Anus : Berlubang
Punggung : Tidak ada spina bifida
Kulit : Warna kulit kemerahan, tidak ada tanda infeksi, terdapat vernik
caseosa
e) Sistem saraf
Moro : Bayi terkejut saat tangan ditepuk bayi
Rooting : Bayi aktif mencari putting susu saat IMD
Sucking : Bayi dapat menghisap putting/jari
Tonic neck : Bayi menggerakkan kepala kearah kanan dan kiri
Graphs : Bayi mulai bisa menggenggam
f) Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
g) Data Penunjang : Tidak ada

3. ASSESMENT
By. Ny. S, BBLC CB SMK SC

4. PLANNING
a) Menjelaskan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum bayi baik, denyut
jantung 142 x/menit, pernapasan 44 x/menit, suhu 36,8°C, berat badan 3000 Gram,
panjang badan 50 cm, lingkar kepala 35 cm, bayi dalam keadaan baik, tangisan kuat,
warna kulit kemerahan.
b) Membersihkan tubuh bayi dan menjaga kehangatan bayi dengan meletakkan bayi
ditempat yang hangat, dan memakaikan pakaian bersih dan kering, sarung tangan,
sarung kaki, dan topi.
c) Memberikan injeksi vitamin K 0,5 ml pada paha kiri 1/3 bagian luar secara
intramuscular untuk mencegah terjadinya perdarahan otak.
d) Memberikan salep mata pada bayi dari mata bagian luar sampai mata bagian dalam
untuk mencegah terjadinya infeksi mata.
e) Memberikan bayi kepada ibunya setelah dilakukan observasi selama 24 jam agar segera
disusui (Rawat Gabung).
f) Memberikan injeksi imunisasi HB0 secara IM.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembuatan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir normal yaitu pada tahap pengkajian data yang terdiri atas data
subyektif diperoleh data secara Iengkap. Data yang didapatkan dalam
pengkajian digunakan sebagai dasar dalam menentukan identifikasi diagnosa
atau masalah terhadap keadaan yang dirasakan oleh bayi. Pasien tidak
mengalami keadaan yang gawat darurat, sehingga untuk penulisan identifikasi
kebutuhan segera tidak perlu dalam penulisan asuhan kebidanan.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan
yang dialami oleh bayi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi setelah
rencana tindakan telah tersusun dengan baik maka tahap selanjutnya adalah
melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Evaluasi yang didapat berdasarkan asuahan kebidanan yang diberikan,
bayi mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya.

B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap
mempertahankan untuk menjaga komunikasi dalam upaya menjalin
kerjasama antara petugas dengan klien untuk keberhasilan asuhan yang
diberikan. Selain itu dalam melakukan semua tindakan petugas kesehatan
harus benar-benar memperhatikan kebersihan dan kesterilitasan. Memberi
waktu kepada klien dan keluarga untuk bertanya serta memberikan
keterangan dan informasi yang jelas dan tepat.

2. Bagi Instansi Pendidikan


Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan kontinyu
kepada mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan dan melakukan asuhan kebidanan kepada
ibu hamil secara mandiri sesuai dengan teori yang didapatkan selama
perkuliahan berlangsung untuk menerapkan deteksi terhadap kehamilan.
4. Bagi Masyarakat
a) Keluarga diharapakan selalu bekerjasama dengan petugas kesehatan
dalam proses pelayanan kesehatan sehingga asuhan dapat berjalan
dengan baik
b) Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan oleh petugas
kesehatan
c) Segera datang/ Memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika
mengalami suatu kelainan atau mempunyai keluhan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1993. Asuhan Kesehatan Dalam Kontek Keluarga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Anonim. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Klinik Kesehatan


Reproduksi.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1: Jakarta, EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Saifudin, Abdul Bari. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Vamey, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai