Isi Laporan Tekanan Darah Dan Denyut Nadi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tekanan Darah

Tekanan darah didefinisikan sebagai kekuatan atau tekanan dimana darah


menekan dinding pembuluh darah. Tekanan darah arteri sistemik mempertahankan
aliran darah yang penting ke dalam dan keluar organ tubuh, menjaga tekanan darah
dalam batasan normal sangatlah penting. Secara singkat, tekanan darah adalah daya
yang diperlukan untuk mendorong darah melalui semua pembuluhnya.

Tekanan darah umumnya tidak selalu tetap, berubah dari waktu ke waktu
sesuai dengan keadaan kesehatan. Tekanan darah bervariasi bergantung pada waktu,
postur tubuh, jenis kelamin, dan usia setiap individu. Tekanan darah turun saat
istirahat dan selama tidur. Tekanan darah naik seiring usia dan biasanya tekanan darah
pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria. Tekanan nadi juga akan berubah
selaras dengan perubahan tekanan darah seseorang.

Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler,
dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja
sebagai pemompa darah, dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh
arteri dalam sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa jantung berlangsung dengan cara
mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah
dalam sistem sirkulasi.

Tekanan darah pada arteri dibedakan menjadi :

a. Tekanan sistolik : Tekanan darah tertinggi saat jantung dalam keadaan sistolik
yaitu keadaan kontraksi atau denyut jantung.
b. Tekanan diastolik : Tekanan darah yang terendah pada saat jantung dalam
keadaan diastolik yaitu keadaan jantung relaksasi. Tekanan diastolik yang tinggi
dalam arteri mencerminkan kemampuan pembuluh darah untuk menangkap dan
menyimpan energi dalam dinding elastisnya.
c. Tekanan nadi : Selisih antara tekanan sistolik dan tekanan diastolic. tekanan
nadi bergantung pada isi sekuncup dan kapasitas arteri.

1
d. Tekanan darah rata-rata : tekanan diastolik ditambah sepertiga selisih tekanan
sistolik dan tekanan diastolik (pembuluh perifer).

1.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Faktor Internal

1. Curah jantung
Curah jantung (cardiac output) adalah jumlah darah yang dipompakan ventrikel
dalam satu menit. Jumlah darah yang dipompakan setiap kali sistole disebut
volume sekuncup (stroke volume). Dapat diartikan curah jantung sama dengan isi
sekuncup dikali frekuensi denyut jantung per menit. Dengan demikian, semakin
tinggi curah jantung maka tekanan darah semakin meningkat.
2. Volume darah (banyaknya darah yang beredar)
Bila volume darah meningkat, tekanan darah meningkat dan jika volume darah
menurun, tekanan darah menurun.
3. Viskositas (kekentalan) darah
Viskositas darah disebabkan kandungan protein plasma dan jumlah sel darah yang
berada dalam aliran darah. Semakin pekat (kental) darah artinya semakin banyak
protein plasma dan jumlah sel darah, sehingga semakin besar pula kekuatan yang
diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh dan mengakibatkan tekanan
darah akan semakin tinggi.
4. Elastisitas (kelenturan) dinding pembuluh darah
Elastisitas dinding pembuluh arteri lebih besar daripada pembuluh darah vena.
Otot pada pembuluh darah arteri bertugas untuk memompa darah ke seluruh tubuh
sehingga tekanan darah yang ditimbulkan lebih tinggi. Hal inilah yang membuat
arteri mempunyai elastisitas yang lebih tinggi.
5. Tahanan tepi (resistensi periferi)
Tahanan perifer adalah tahanan terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh
arteriola. Bila tahanan perifer meningkat maka jantung bekerja ekstra keras untuk
mengatasi tahanan itu agar darah dapat tetap mengalir, sehingga tekanan darah
yang ditimbulkan akan meningkat.

2
Faktor Eksternal
1. Posisi tubuh
Saat posisi tubuh berbaring terlentang, usaha yang dilakukan oleh jantung untuk
memompa darah lebih kecil sehingga tekanan darah lebih rendah daripada saat
duduk atau berdiri.
2. Usia
Tekanan darah naik seiring bertambahnya usia. Pada usia 20 tahun, tekanan darah
rata-rata normal biasanya 120/80 mmHg.
3. Aktivitas
Adanya olahraga atau otot yang lebih aktif akan menaikkan tekanan darah karena
kecepatan denyut jantung meningkat akibat aktivitas saraf simpatis pada nodus
SA. Selain itu, tubuh membutuhkan energi yang lebih besar untuk mengalirkan
darah dalam menyuplai oksigen dan nutrisi sehingga tekanan darah meningkat.
4. Emosi (status emosional)
Ketika seseorang sedang senang, stress, cemas, gugup atau marah, malu, takut,
dan sebagainya, tekanan darahnya akan meningkat karena saat itu denyut jantung
meningkat dan kondisi pembuluh arteri menegang. Ketika emosinya kembali
stabil, maka tekanan darah akan kembali normal.
5. Jenis kelamin
Denyut jantung lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria sehingga tekanan
darah lebih tinggi pada wanita.
6. Suhu
Saat suhu meningkat, maka akan terjadi keringat dan penguapan keringat ini
menandakan hilangnya panas tubuh. Karena adanya penguapan, pembuluh kulit
akan melebar (vasodilatasi). Ketika terjadi pelebaran pembuluh maka volume
darah yang dipompa akan meningkat dan tekanan darah akan menurun.

1.3 Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur dengan sfigmomanometer. Tekanan darah di


dinding arteria cukup besar sehingga dapat diukur, tetapi tekanan darah di dinding
vena dan kapiler terlalu kecil sehingga tidak dapat diukur. Penggunaan alat perekam
tekanan yang mengharuskan jarum masuk ke dalam arteri untuk pengukuran rutin
tekanan darah arteri pada pasien manusia tidak pantas dilakukan, walaupun cara
tersebut kadang-kadang diperlukan pada studi khusus. Sebagai gantinya, para klinisi

3
menentukan tekanan sistolik dan diastolik secara tidak langsung, biasanya dengan
menggunakan metode palpasi dan auskultasi.

a. Palpasi
Palpasi dengan sfigmomanometer dilakukan dengan memompa manset lengan
kemudian membiarkan tekanan turun dan tekanan pada denyut radialis pertama kali
teraba adalah tekanan sistolik. Dengan metode palpasi, tekanan yang diperoleh
biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan metode auskultasi.
b. Auskultasi
Metode auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan
sfigmomanometer, suatu alat yang memiliki manset yang dapat dipompa dan alat
pengukur tekanan (sphygmos, nadi + manometer, alat untuk mengukur tekanan
cairan) untuk dapat menentukan tekanan arteri sistolik dan diastolik. Manset dipasang
melingkar pada lengan atas dan ditiup dengan udara sampai tekanannya melampaui
tekanan sistolik yang mendorong darah arteri. Ketika tekanan dalam manset melebihi
tekanan arteri, aliran darah ke lengan bawah terhenti. Sekarang tekanan dalam manset
perlahan-lahan diturunkan. Ketika tekanan manset adalah lebih rendah daripada
tekanan darah arteri sistolik, darah mulai mengalir kembali. Karena darah mengalir
melewati arteri yang masih tertekan, timbul suara bising yang disebut bunyi
Korotkoff yang dapat didengar bersamaan dengan setiap gelombang tekanan arteri.
Ketika tekanan manset tidak lagi menekan arteri maka suara tersebut menghilang.
Tekanan pada saat bunyi Korotkoff pertama kali terdengar menunjukkan
tekanan arteri tertinggi dan dicatat sebagai tekanan sistolik. Tekanan pada saat bunyi
Korotoff menghilang merupakan tekanan arteri terendah dan dicatat sebagai tekanan
diastolik. Kesepakatan menyatakan bahwa tekanan darah ditulis sebagai tekanan
sistolik per tekanan diastolik.

1.4 Pengaruh Gravitasi terhadap Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmHg setiap 12 cm dibawah


jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun
dengan jumlah yang sama. Jadi, dalam keadaan berdiri, maka tekanan dari sistole
adalah 210 mmHg dikaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring,
kedua tekanan ini akan sama.

4
Tekanan dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi
berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah
akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi
sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokrad dan volume darah yang kembali ke
jantung.

 Berbaring
Saat seseorang berbaring, jantung akan berdetak lebih lemah daripada saat
seseorang sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat seseorang berbaring,
efek gravitasi akan berkurang dan membuat darah yang mengalir kembali ke jantung
lebih banyak. Oleh karena darah yang kembali ke jantung lebih banyak, tubuh
memompa lebih banyak darah setiap denyutnya.
Saat berbaring, darah mengalir ke jantung dengan mudah tanpa harus melawan
gravitasi. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara
70-100 mL. Makin besar intensitas kerja, makin sedikit isi sekuncup. Hal ini
disebabkan memendeknya waktu pengisian diastole akibat frekuensi denyut jantung
yang meningkat.
 Duduk
Saat seseorang duduk, tekanan darah lebih stabil karena sistem
vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal dijalarkan secara serentak melalui
saraf rangka menuju ke otot rangka tubuh, terutama ke otot abdomen yang akan
meningkatkan tonus dasar otot tersebut. Keadaan ini akan menekan seluruh vena
cadangan abdomen dan membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler
abdomen menuju jantung. Oleh karena itu, jumlah darah yang dipompa oleh jantung
meningkat.

Pada waktu beberapa individu, terutama orang tua, perubahan posisi yang
cepat misalnya dari berbaring dan berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing
atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup ke otak.

Ketika seseorang terjatuh atau pingsang, sebaiknya dalam posisi berbaring


karena efek gravitasi akan berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir menuju
otak.

5
 Berdiri
Saat seseorang berdiri, detak jantung meningkat karena volume darah yang
kembali ke jantung akan lebih sedikit. Dalam posisi ini, pengumpulan darah di vena
lebih banyak. Dengan demikian, selisih volume total dan volume darah yang
ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi
sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan
turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh
bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan
untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu
adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah, dari
kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup.
Dengan adanya katup, maka darah akan mengalir kembali ke jantung. Jika pompa
vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung
berkurang, memompa berkurang, sehingga sebagian darah ke sel tubuh pun ikut
berkurang. Banyaknya darah yang dikeluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila
berkurang maka tekanannya menurun.

1.5 Denyut Arteri

Darah yang terdorong ke dalam aorta selama sistol tidak saja mendorong
darah di dalam pembuluh ke depan, tetapi juga menimbulkan gelombang tekanan
yang menjalar di sepanjang arteri-arteri. Gelombang tekanan mengembangkan
dinding arteri sewaktu gelombang tersebut menjalar, dan pengembangan ini teraba
sebagai denyut. Kecepatan gelombang menjalar, yang independen dari dan jauh lebih
besar daripada kecepatan aliran darah, adalah sekitar 4m/detik di aorta, 8 m/detik di
arteri besar, dan 16 m/detik di arteri kecil pada dewasa muda. Karena itu denyut
teraba di arteri radialis di pergelangan tangan sekitar 0,1 detik setelah puncak ejeksi
sistolik ke dalam aorta. Seiring dengan pertambahan usia, arteri menjadi kaku, dan
gelombang denyut bergerak lebih cepat.

Secara singkat ,denyut arteri dapat diartikan sebagai suatu gelombang yang
teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung yang juga dikenal dengan
sebutan denyut nadi. Denyut ini mudah diraba di tempat arteri melintasi sebuah
tulang yang terletak dekat permukaan, misalnya : arteri radialis di sebelah depan

6
pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis
di belokan mata kaki. Denyut nadi diraba untuk mendapatkan informasi mengenai
kualitas denyutan. Perubahan denyut nadi yang tidak teratur merupakan pertanda
adanya aritmia jantung.

Kualitas denyut nadi dapat dinilai melalui :

a. Frekuensi gelombang nadi (denyut nadi) : Dalam keadaan normal sama dengan
frekuensi denyut jantung. Pada keadaan tertentu (penyakit) dapat terjadi selisih
antara frekuensi denyut jantung dan denyut nadi.
b. Irama denyut nadi : Dapat dinilai irama teratur denyut nadi teratur atau tidak
misalnya tidak teratur pada keadaan normal, terjadi pada irama jantung normal.
c. Amplitudo : Kuat atau lemahnya denyut nadi bergantung pada besar isi sekuncup,
jumlah darah yang mengalir selama diastolik dan elastisitas dinding pembuluh
nadi besar.
d. Ketajaman gelombang : Pendek atau panjangnya gelombang berhubungan dengan
kekuatan denyut nadi. Pada waktu denyut nadi kuat biasanya diikuti perubahan
tekanan yang tajam sedangkan denyut nadi yang lemah diikuti dengan perubahan
tekanan yang kecil dan lebar (panjang).

1.6 Bunyi Jantung

Bunyi jantung normal timbul akibat getaran volume darah dan bilik-bilik
jantung pada penutupan katup. Terdapat empat bunyi jantung, tiap bunyi
menunjukkan kejadian tertentu dalam siklus jantung. Dua bunyi jantung yang pertama
mudah dibedakan, dan bunyi yang terdengar di stetoskop seperti “lub dup”. Bunyi
pertama “lub” terdengar sangat keras dan tajam, dihasilkan oleh penutupan katup
atrioventrikular (daun-daun katup menjadi kaku), sedangkan bunyi kedua “dub”
terdengar lebih pelan karena katup aorta dan pulmonal yang menutup segera setelah
sistolik ventrikel berakhir. Frekuensinya 50 Hz, berakhir dalam 0,15 detik.

Bunyi jantung tiga dan bunyi jantung empat, yang disebut dengan irama
mendua atau “Gallop Rhytm” yang dapat terdengar selama diastolik ventrikel. Istilah
“irama mendua” dapat dipakai karena bunyi jantung ketiga terjadi berdekatan dengan
bunyi jantung kedua. Irama jantung mendua yang terjadi pada waktu pengisian cepat
ventrikel disebut “Gallop ventrikel” atau bunyi jantung ketiga. Bunyi jantung ketiga
lemah dan rendah didengar kira-kira 1/3 jalan diastolik pada individu muda.

7
Bunyi jantung keempat terjadi pada waktu sistolik atrium yang dikenal dengan
nama “Gallop atrium”. Biasanya sangat pelan atau tidak terdengar sama sekali, dan
bunyi ini timbul sesaat sebelum bunyi jantung pertama. Gallop atrium terdengar bila
resistensi ventrikel terhadap pengisian atrium meningkat sebagai akibat berkurangnya
peregangan dinding ventrikel atau peningkatan isi ventrikel.

Bising jantung (cardiac murmur), timbul akibat aliran turbulen dalam ruang-
ruang jantung dan pembuluh darah. Aliran turbulen ini terjadi bila melalui struktur
yang abnormal (misalnya penyempitan lubang katup, insufisiensi katup atau dilatasi
segmen arteri), atau akibat aliran darah yang cepat sekali melalui struktur yang
normal. Bising diastolik terjadi sesudah bunyi jantung kedua saat relaksasi ventrikel.
Bising stenosis mitralis dan insufisiensi aorta terjadi selama diastolik. Bising sistolik
dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising yang terjadi selama middiastolik sesudah
fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi
yang terjadi pada seluruh sistolik yang disebut dengan “Pansistolik atau Holosistolik”,
seperti pada insufisiensi mitralis.

8
BAB II

HASIL PRAKTIKUM

2.1 Data Pemeriksaan Denyut Nadi, Tekanan Darah Palpasi dan Tekanan Darah
Auskultasi

Nama Manusia Tekanan Darah Tekanan Darah


Denyut Nadi
Coba Palpasi Auskultasi
55 108 108/84

Eryka Normawati 52 106 108/82

42 100 102/80
Mean 49,67 = 50 104,67 = 105 106/82

2.2 Data Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Manusia Coba : Felicia Kowe

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Posisi Tubuh Denyut Nadi
(Auskultasi) (Auskultasi)
61 110 76
Berbaring 58 110 82
terlentang 61 100 86
Mean = 60 Mean = 106,67 = 107 Mean = 81,33 = 81
62 106 76
54 108 82
Duduk
57 110 78
Mean = 57,67 = 58 Mean = 108 Mean = 78,67 = 79
63 118 80
60 110 76
Berdiri
60 106 76
Mean = 61 Mean = 111,33 = 111 Mean = 77,33 = 77

9
Grafik Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi
80
70
60
Denyut Nadi (bpm)

50
40
30
20
10
0
Berbaring Terlentang Duduk Berdiri
Posisi Tubuh

Grafik Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Tekanan Darah


120
110
100
Tekanan Darah (mmHg)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Berbaring Terlentang Duduk Berdiri
Posisi Tubuh
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

10
2.3 Data Pengaruh Aktivitas Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Manusia Coba : Jonathan Felix C.

Tekanan SIstolik Tekanan Diastolik


Waktu Denyut Nadi
(Auskultasi) (Auskultasi)
1. 62 1. 110 1. 70
2. 59 2. 106 2. 68
Pra Latihan
3. 68 3. 112 3. 70

Mean = 63 Mean = 109,33 = 109 Mean = 69,33 = 69

P Menit ke-1 123 124 60


a Menit ke-3 71 112 58
s 80 98 62
Menit ke-5
c
Menit ke-7 71 106 58
a

Grafik Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Denyut Nadi

120

100
Denyut Nadi (bpm)

80

60

40

20

0
Pra latihan Menit ke-1 Menit ke-3 Menit ke-5 Menit ke-7
Waktu

11
Grafik Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah
Tekanan Darah (mmHg) 140
120
100
80
60
40
20
0
Pra latihan Menit ke-1 Menit ke-3 Menit ke-5 Menit ke-7
Waktu

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemeriksaan Denyut Nadi, Tekanan Darah Palpasi dan Tekanan Darah
Auskultasi

 Pemeriksaan Denyut Nadi


Pada pemeriksaan denyut nadi, manusia coba berbaring terlentang di meja
periksa dengan kedua lengan diletakkan di samping tubuh. Kemudian, orang lain
akan memeriksa denyut nadi arteri radialis dextra (arteri pada pergelangan tangan
kanan) secara longitudinal dengan ujung jari II-III dan orang tersebut menghitung
frekuensi atau jumlah denyut nadi yang dirasakan per menit dan iramanya teratur
atau tidak.
Dilakukan percobaan tiga kali berturut-turut didapatkan hasil denyut nadi
55 bpm (tidak teratur), 52 bpm (teratur), dan 42 bpm (teratur) dengan rata-rata
49,67 bpm atau jika dibulatkan 50 bpm. Jika dilihat dari hasil percobaan,
didapatkan frekuensi denyut nadi semakin menurun. Hal ini dikarenakan saat
perhitungan pertama, manusia coba belum sepenuhnya tenang sehingga denyut
nadi cenderung tinggi dan belum teratur. Pada menit selanjutnya, denyut nadi
turun dan lebih teratur.
 Pengukuran Tekanan Darah secara Palpasi
Pada pemeriksaan tekanan darah secara palpasi, manusia coba berbaring
terlentang di meja periksa dengan kedua lengan diletakkan di samping tubuh.
Kemudian, manset dipasang pada lengan kanan atas sekitar 3 cm di atas fossa
cubiti. Orang lain akan meraba dan merasakan denyut arteri radialis dextra (arteri
pada pergelangan tangan kanan). Lalu, sfigmomanometer diatur sedemikan dan
udara dipompa ke dalam manset sampai denyut nadi arteri radialis dextra
menghilang atau tidak terasa, naikkan tekanan sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari
titik dimana denyut nadi menghilang. Udara dalam manset dikeluarkan secara
perlahan hingga denyut nadi terasa kembali dan tekanan dimana denyut nadi
terasa menyatakan tekanan sistolik.
Dilakukan percobaan tiga kali berturut-turut didapatkan hasil 108 mmHg,
106 mmHg, dan 100 mmHg dengan rata-rata 104,67 mmHg atau jika dibulatkan
105 mmHg. Hal ini sesuai dengan teori yaitu tekanan yang diukur dengan metode

13
palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan metode
auskultasi.
 Pengukuran Tekanan Darah secara Auskultasi
Pada pemeriksaan tekanan darah secara auskultasi, manusia coba
berbaring terlentang di meja periksa dengan kedua lengan diletakkan di samping
tubuh. Kemudian, manset tetap terpasang di lengan kanan atas. Orang lain akan
meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri brachialis dextra (arteri pada lipatan
tangan kanan). Lalu, sfigmomanometer diatur sedemikan dan udara dipompa ke
dalam manset sampai tekanan 140 mmHg, sekrup pompa udara dibuka secara
perlahan sampai terdengar suara denyutan pertama yang dinyatakan sebagai
tekanan sistole, denyutan tersebut terus terdengar hingga denyutan terakhir yang
dinyatakan sebagai tekanan diastole. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan
sistolik per tekanan diastolik.
Dilakukan percobaan tiga kali berturut-turut didapatkan hasil 108/84
mmHg, 108/82 mmHg, dan 102/80 mmHg dengan rata-rata 106/82 mmHg. Hal
ini menunjukkan tekanan darah yang normal.

3.2 Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Pada pemeriksaan pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah, denyut nadi diperiksa pada arteri radialis sinistra (arteri pada pergelangan
tangan kiri) dan tekanan darah diperiksa pada lengan kanan secara auskultasi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi berbaring terlentang, duduk, dan berdiri.

 Posisi Berbaring Terlentang


Pada posisi berbaring terlentang, denyut nadi diukur tiga kali berturut-
turut dan didapatkan frekuensi denyut nadi 61 bpm, 58 bpm, dan 61 bpm dengan
rata-rata 60 bpm. Denyut nadi ini dapat dikatakan normal. Denyut nadi pada
posisi berbaring terlentang seharusnya lebih rendah dari posisi duduk karena saat
berbaring darah mengalir tanpa membutuhkan energi yang besar. Namun, pada
percobaan ini, terdapat kesalahan akibat ketidaktelitian saat menghitung frekuensi
denyut nadi.
Dengan metode auskultasi, dihasilkan tekanan sistolik 110 mmHg, 110
mmHg, dan 100 mmHg dengan rata-rata 106,67 mmHg atau jika dibulatkan
menjadi 107 mmHg. Sedangkan dihasilkan tekanan diastolik 76 mmHg, 82

14
mmHg, dan 86 mmHg dengan rata-rata 81,33 mmHg atau jika dibulatkan menjadi
81 mmHg. Berdasarkan rata-rata, tekanan darah dapat ditulis 107/77 mmHg. Saat
posisi berbaring, posisi jantung terletak sejajar dengan bagian atas dan bagian
bawah tubuh maka tidak dipengaruhi oleh gravitasi. Karena posisi jantung yang
sejajar, usaha untuk memompa darah tidak terlalu besar sehingga tekanan darah
yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan posisi duduk dan berdiri.
 Posisi Duduk
Pada posisi duduk, denyut nadi diukur tiga kali berturut-turut dan
didapatkan frekuensi denyut nadi 62 bpm, 54 bpm, dan 57 bpm dengan rata-rata
57,67 bpm atau jika dibulatkan menjadi 58 mmHg. Denyut nadi ini dapat
dikatakan normal. Denyut nadi pada posisi duduk seharusnya lebih besar dari
posisi berbaring karena saat duduk darah mengalir dengan sedikit pengaruh
gravitasi. Namun, pada percobaan ini, terdapat kesalahan akibat ketidaktelitian
saat menghitung frekuensi denyut nadi.
Dengan metode auskultasi, dihasilkan tekanan sistolik 106 mmHg, 108
mmHg, dan 110 mmHg dengan rata-rata 108 mmHg. Sedangkan dihasilkan
tekanan diastolik 76 mmHg, 82 mmHg, dan 78 mmHg dengan rata-rata 78,67
mmHg atau jika dibulatkan menjadi 79 mmHg. Berdasarkan rata-rata, tekanan
darah dapat ditulis 108/79 mmHg. Tekanan darah pada posisi duduk lebih tinggi
dari posisi berbaring terlentang dan lebih rendah dari posisi berdiri. Hal ini
menunjukan tekanan darah pada posisi duduk lebih stabil.
 Posisi Berdiri
Pada posisi berdiri, denyut nadi diukur tiga kali berturut-turut dan
didapatkan frekuensi denyut nadi 63 bpm, 60 bpm, dan 60 bpm dengan rata-rata
61 bpm. Denyut nadi pada posisi berdiri lebih besar dibandingkan dengan posisi
berbaring dan posisi duduk karena saat berdiri darah harus dipompa melawan
gravitasi sehingga menghasilkan tekanan yang besar. Tekanan yang besar
membuat darah mengalir dengan cepat dan gelombang tekanan urat nadi
meningkat sehingga denyut nadi meningkat.
Dengan metode auskultasi, dihasilkan tekanan sistolik 118 mmHg, 110
mmHg, dan 106 mmHg dengan rata-rata 111,33 mmHg atau jika dibulatkan
menjadi 111 mmHg. Sedangkan dihasilkan tekanan diastolik 80 mmHg, 76
mmHg, dan 76 mmHg dengan rata-rata 77, 33 mmHg atau jika dibulatkan

15
menjadi 77 mmHg. Berdasarkan rata-rata, tekanan darah dapat ditulis 111/77
mmHg. Tekanan darah pada posisi berdiri lebih tinggi dari posisi berbaring
terlentang dan duduk. Hal ini dikarenakan saat berdiri, darah yang mengalir
dipengaruhi gravitasi (darah harus dipompa melawan gravitasi bumi) sehingga
dihasilkan tekanan darah yang tinggi.

3.3 Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Pada pemeriksaan pengaruh aktivitas tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah, denyut nadi diperiksa pada arteri radialis sinistra (arteri pada pergelangan
tangan kiri) dan tekanan darah diperiksa pada lengan atas kanan secara auskultasi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara “Step Test (naik turun bangku)” sebanyak 20
kali/menit selama 2 menit dan dipandu oleh irama metronom yang disetting pada
frekuensi 80 ketukan per menit. Sebelum melakukan aktivitas naik turun bangku,
denyut nadi dan tekanan darah manusia coba diukur. Kemudian, setelah melakukan
aktivitas naik turun bangku, manusia coba segera duduk lalu denyut nadi dan tekanan
darah diukur dengan interval 2 menit (menit pertama, menit ke-3, menit ke-5 dan
menit ke-7).

 Pra Latihan
Sebelum melakukan aktivitas fisik, denyut nadi manusia coba diukur tiga
kali berturut-turut, dihasilkan 62 bpm, 59 bpm, dan 58 bpm dengan rata-rata
49,67 bpm atau jika dibulatkan menjadi 50 bpm.
Selain itu, tekanan sistolik manusia coba diukur tiga kali berturut-turut,
dihasilkan 110 mmHg, 106 mmHg, dan 112 mmHg dengan rata-rata 109,3 mmHg
atau jika dibulatkan menjadi 109 mmHg. Sedangkan, tekanan diastolik manusia
coba diukur tiga kali berturut-turut dihasilkan 70 mmHg, 68 mmHg, dan 70
mmHg dengan rata-rata 69,3 mmHg atau jika dibulatkan menjadi 69 mmHg.
Berdasarkan rata-rata, tekanan darah dapat ditulis 109/69 mmHg.
 Pasca Latihan
Setelah melakukan aktivitas fisik, denyut nadi manusia coba diukur pada
menit pertama dihasilkan 123 bpm, pada menit ke-3 dihasilkan 71 bpm, pada
menit ke-5 dihasilkan 80 bpm, dan menit ke-7 dihasilkan 71 bpm.
Selain itu, tekanan sistolik manusia coba diukur pada menit pertama
dihasilkan 124 mmHg, pada menit ke-3 dihasilkan 112 mmHg, pada menit ke-5

16
dihasilkan 98 mmHg, dan pada menit ke-7 dihasilkan 106 mmHg. Sedangkan,
tekanan diastolik manusia coba pada menit pertama dihasilkan 60 mmHg, pada
menit ke-3 dihasilkan 58 mmHg, pada menit ke-5 dihasilkan 62 mmHg, dan pada
menit ke-7 dihasilkan 58 mmHg. Berdasarkan hasil yang didapatkan, tekanan
darah pada menit pertama dapat ditulis 124/60 mmHg, pada menit ke-3 dapat
ditulis 112/58 mmHg, pada menit ke-5 dapat ditulis 98/62 mmHg pada menit ke-
7 dapat ditulis 106/58 mmHg.
Jika manusia melakukan aktivitas fisik seperti berlari, berolahraga
termasuk aktivitas naik turun bangku, maka sel otot lebih aktif berkontraksi
sehingga membutuhkan suplai oksigen dan nutrisi yang lebih besar melalui darah
yang dipompa oleh jantung. Oleh karena oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan
lebih besar maka darah akan mengalir dengan cepat. Agar darah mengalir lebih
cepat, jantung harus memompa darah lebih cepat juga sehingga denyut nadi dan
tekanan darah meningkat. Selain itu, adanya olahraga atau aktivitas akan
merangsang saraf simpatis yang mempercepat denyut jantung. Setelah istirahat
beberapa menit, jantung akan kembali ke keadaan normal karena tubuh tidak lagi
membutuhkan energi yang besar sehingga kebutuhan akan oksigen berkurang.
Tekanan darah dan denyut nadi pun mengalami pemulihan (kembali normal).
Dari data yang didapatkan, denyut nadi mengalami kenaikan, lalu
menurun, naik sedikit kemudian turun lagi. Menurut teori, seharusnya denyut
nadi mengalami kenaikan lalu menurun dan naik lagi agar dapat pulih atau
kembali ke keadaan normal (homeostasis). Namun, hasil percobaan tidak sesuai
karena kurangnya ketelitian dalam merasakan dan menghitung denyut nadi.
Selain pengukuran denyut nadi, dilakukan juga pengukuran tekanan darah dan
tekanan darah mengalami kenaikan, menurun kemudian naik lagi. Hal ini sesuai
dengan teori, karena saat berolahraga tekanan darah naik kemudian saat menit ke-
3 sampai 5 mengalami penurunan dan saat menit ke-7 mengalami kenaikan lagi
untuk memulihkan tekanan darah pada keadaan normal.

17
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam percobaan pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah, saat
seseorang dalam posisi berbaring terlentang, denyut nadi dan tekanan darah lebih rendah
karena posisi jantung sejajar dengan bagian atas dan bagian bawah tubuh sehingga usaha
jantung untuk memompa darah tidak terlalu besar. Saat seseorang dalam posisi duduk, denyut
nadi dan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring terlentang dan
cenderung stabil karena saat duduk, darah mengalir dengan sedikit pengaruh gravitasi. Saat
seseorang dalam posisi berdiri, denyut nadi dan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan
dengan posisi berbaring terlentang dan duduk. Hal ini dikarenakan darah yang mengalir
dalam posisi berdiri dipengaruhi gravitasi (darah harus dipompa melawan gravitasi bumi)
sehingga tekanan darah menjadi semakin tinggi.

Dalam percobaan pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah,
sebelum seseorang melakukan aktivitas, dalam hal ini aktivitas naik turun bangku, denyut
nadi dan tekanan darah seseorang dapat dikatakan normal. Kemudian, setelah seseorang
melakukan aktivitas, denyut nadi dan tekanan darah meningkat pada menit pertama.
Peningkatan denyut nadi dan tekanan darah disebabkan karena sel otot lebih aktif
berkontraksi sehingga membutuhkan oksigen dan nutrisi yang lebih besar. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, jantung memompa darah lebih cepat Kemudian, denyut nadi dan tekanan
darah menurun pada menit ke-3 hingga menit ke-5, sedangkan pada menit ke-7 denyut nadi
dan tekanan darah kembali meningkat untuk mencapai keadaan normal (denyut nadi dan
tekanan darah yang normal) karena tubuh tidak lagi membutuhkan energi yang besar.

18

Anda mungkin juga menyukai