Proposal Nur Revisi 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH SELF MANAGEMENT TERHADAP TEKANAN

DARAH PADA USIA DEWASA YANG MENGALAMI


HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO

PROPOSAL PENELITIAN

NUR AZMI S. SULEMAN


NIM. C01417114

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021

1
PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Pengaruh Self Management Terhadap Tekanan Darah


Pada orang Dewasa Yang Mengalami Hipertensi
Nama : Nur Azmi S. Suleman
NIM : C01417114
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Disetujui Pembimbing

Pembimbing

Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep


NIDN: 8825150017

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan Ilmu Keperawatan

Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NIDN: 8825150017 NIDN: 920048704

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal dengan judul “Pengaruh Self Management Terhadap Tekanan Darah
Pada Orang Dewasa Yang mengalami Hipertensi”.
Harus diakui bahwa banyak hal yang masih membutuhkan sentuhan-sentuhan
perbaikan dalam upaya penyempurnaan hasil penelitian ini. Olehnya penulis
tiada henti-hentinya berucap syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan
kecerahan pemikiran dan umur yang panjang hingga penulis dapat mengenyam
pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Ners di Universitas Muhammadiyah
Gorontalo. Terimakasih kepada mereka yang telah membimbing dan membantu
penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
Ucapan terimakasih dihaturkan pula kepada mereka yang berperan serta dan
berpartisipasi hingga penelitian dapat terlaksana, terutama kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Kadim Masaong, M.Pd. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
2. Prof. Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa M.Hum selaku Wakil Rektor I dalam
Bidang
3. Dr. Salahudin Pakaya, MH. selaku Wakil Rektor II
4. Apris Ara Tilome, S.Ag, M.Si selaku Wakil Rektor III
5. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
6. Ns. Andi Akifa Sudirman,. S.Kep. M.Kep Selaku Ketua Jurusan.
7. Ns. Harismayanti, S.Kep. M.Kep selaku ketua Program Studi Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
8. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep selaku Pembimbing yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, penghargaan serta
masukan dalam menyelesaikan proposal ini.
9. Ns. Firmawati, S.Kep, M.Kep selaku Pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan bimbingan, penghargaan serta masukan
dalam menyelesaikan proposal ini.

ii
10. Seluruh Civitas Akademika Program Studi Ners Universitas
Muhammadiyah Gorontalo, terimakasih atas ilmu yang diberikan. Seluruh
Staf Pegawai Administrasi di lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan yang
lebih khusus lagi pada Jurusan Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian studi.
11. Kedua orang tua penulis yang telah membimbing dengan kasih sayang dan
pengorbanannya hingga penulis dapat mengikuti program pendidikan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penyusunan
hasil penelitian ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambil
keputusan, pemerhati dan mahasiswa khususnya keperawatan.

Gorontalo, Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING.............................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah..................................................................................3

1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1 Konsep Hipertensi...................................................................................5

2.2 Konsep Usia Dewasa............................................................................17

2.3 Konsep Self Management.....................................................................18

2.4 Penelitian Relevan................................................................................25

2.5 Kerangka Teori.....................................................................................30

iv
2.6 Kerangka Konsep.................................................................................31

2.7 Hipotesis...............................................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................32

3.1 Desain Penelitian..................................................................................32

3.2 Tempat Penelitian.................................................................................32

3.3 Variabel Penelitian................................................................................32

3.4 Populasi Dan Sampel............................................................................33

3.5 Tektik Pengumpulan Data.....................................................................34

3.6 Teknik Analisa Data..............................................................................36

3.7 Hipotesis Penelitian...............................................................................37

3.8 Etika Penelitian.....................................................................................37

3.9 Alur Penelitian.......................................................................................39


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kalsifikasi Tekanan Darah....................................................................17


Tabel 2. Penelitan Relevan.................................................................................25
Tabel 3. Definisi Operasional..............................................................................33

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori.................................................................................30


Gambar 2. Kerangka Konsep.............................................................................31
Gambar 3. Alur Penelitian...................................................................................39

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengambilan Data Awal.........................................................44


Lampiran 2 Lembar Permohonan Responden....................................................45
Lampiran 3 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden....................................46
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian........................................................................47

vii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah dengan jangka waktu yang lama
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak apabila tidak
dilakukan pengobatan secara dini (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2017 Dalam Sofiana et al., 2018).
Menurut data WHO (Word Health Organization) kurang dari 1 di 5 orang
sudah terkendali. Kontributor utama peningkatan hipertensi adalah pola makan
yang tidak sehat, aktivitas fisik dan konsusmsi alkohol dan tembakau. Untuk
mencapai target global untutk mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 25%
pada tahun 2025, WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Amerika Serikat diluncurkan Global Hearts Initiative pada tahun 2016.(WHO
2019).
Di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan Riskesdas 2018
menyatakan bahwa hasil engukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar
34,1%,penderitan hipertensi yang tertinggi berada di Kalimantan Selatan yaitu
sebesar 44,1%, dan yang paling terendah berada di Papua yaitu sebesar 22,2%.
Hipertensi di Provinsi Gorontalo mencapai 29.6% dengan jumlah penderita di
Kabupaten Bualemo tertinggi sebesar 32.4%, Kabupaten Gorontalo 31,4%, Kota
Gorontalo 29.9% Kabupaten Bone Bolango 28.8%, Kabupaten Pohuwato
27.8%, dan yang terrendah berada di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu sebrsar
24.2%.(Kemenkterian Kesehatan RI, 2019)
Berdasarkan data di RSUD. Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango, di
dapatkan bahwa pasien yang menderita hipertensi pada usia dewasa (20-59
tahun) (WHO,2020) di tahun 2020 sebanyak 306 jiwa. Dimana pada bulan
Desember merupakan kasus tertinggi yaitu sebanyak 44 jiwa, dan kasus
terendah berada pada bulan Februari sebesar 13 jiwa.
Faktor keberhasilan penurunuan tekanan darah pada penderita hipertensi
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu mengunrangi konsumsi garam,

1
melakukan aktivitas fisik, tidak merokok, diet dengan gizi seimbang,
mempertahankan berat badan ideal, self management, menghindari minum
alkolhol. Dalam hal ini pasien dengan penyakit hipertensi disarankan untuk
melaksanakan Self Management sebagai salah satu management penyakit
dalam kehidupan sehari-hari. Self Management yang baik terlihat dari pasien
yang secara aktif terlibat dalam perawatan mereka dan mampu membuat
keputusan yang mendukung pemulihan kesehatan mereka, termasuk
mengetahui kapan mereka harus mencari bantuan ke pelayanan kesehatan. Jika
self management ini tidak dilakukan maka penderita hipertensi akan kecil
kemungkinan untuk mampu membuat keputusan yang mendukung pemulihan
kesehatan terutama dalam pada penderita hipertensi (Lestari, Isnaini, 2018
Dalam Utami, Dian, 2020).
Dalam penelitian (Isnaini and Lestari 2018) menunjukkan bahwa da
pengaruh positif yang sangat signifikan antara self management dengan tekanan
darah (sistolik dan diastolik). Hasil uji Spearman Rank dari self management
dengan tekanan darah sistolik didapatkan p value = 0,000 (< α = 0,05)
sedangkan hasil dari self management dengan tekanan darah diastolic
didapatkan p value = 0,034 (< α = 0,05)
Penelitian yang dilakukan (Sagala 2019) menunjukkan bahwa nilai-p dari
uji-T Berpasangan dari eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing adalah
0,782 dan 0,577 sedangkan p-nilai dari Independent T-test adalah 0,001 (p <α; α
= 0,05). Dengan demikian, ada efek dari Edukasi Manajemen Diri Hipertensi
(HSME) pada kontrol tekanan darah dari pasien hipertensi, Puskesmas,
Kabanjahe.
Dari dua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
yang sangat signifikan terhadap self management dengan tekanan darah. Yaitu
self manajement mempunyai pengaruh dalam proses penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan interna 1 di RSUD
Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango bahwa angka penderita hipertensi di 2
bulan terakhir tahun 2020 mengalami peningkatan. Hasil suervei dan wawancara
dari beberapa penderita hipertensi yang berada di ruangan interna 1 dan interna
2 di dapatkan masih ada penderita yang belum mengetahui atau kurang
memahami bagaimana self management yang harus mereka lakukan dalam

2
mengontrol tekanan darah dan terdapat beberapa penderita lainnya yang sudah
memahami tetapi masih kurang dalam mengaplikasikan self management itu
sendiri.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 83
َ‫َربَّ ٓۥهُ أَنِّى َم َّسنِ َي الضُّ رُّ َوأَنتَ أَرْ َح ُم ال ٰ ّر ِح ِمين‬
Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang.
Maksud dari surah diatas dimana suarah tersebut menerangkan Allah
mengingatkan Rasul-Nya dan kaum Muslimin kepada kisah Nabi Ayyub a.s. yang
tengah ditimpa suatu penyakit yang berat sehingga berdoa memohon
pertolongan Tuhannya untuk melenyapkan penyakitnya itu, karena ia yakin
bahwa Allah amat penyayang. Allah memberi rahmat dan pertolongan kepada
hamba-Nya yang mukmin, bertakwa, saleh dan sabar.
ٍ ‫الطاه ِِر َوأَحْ َم ُد بْنُ عِ يسَ ى هَارُونُ بْنُ َم ْعر‬
‫ُوف حَ َّد َث َنا‬ َّ ‫ب أَ ْخبَرَ نِي َوأَبُو‬ ٍ ْ‫ث عَ نْ عَ ْب ِد رَ ِّب ِه َقالُوا حَ َّد َث َنا ابْنُ َوه‬ ِ ‫ار‬ ِ َ‫عَ مْ رٌو َوه َُو ابْنُ ْالح‬
ُّ ‫ال لِ ُكلِّ دَا ٍء د ََوا ٌء فَإ ِ َذا ب ِْن َس ِعي ٍد ع َْن أَبِي‬
‫الزبَي ِْر ع َْن َجابِ ٍر ع َْن‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬
َ ‫يب د ََوا ُء الدَّا ِء بَ َرأَ بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل‬
َ ‫ص‬ِ ُ‫أ‬
ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫َرس‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma'ruf dan Abu Ath Thahir
serta Ahmad bin 'Isa mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Ibnu
Wahb; Telah mengabarkan kepadaku 'Amru, yaitu Ibnu al-Harits dari 'Abdu
Rabbih bin Sa'id dari Abu Az Zubair dari Jabir dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan
obat yang tepat untuk suatu penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin
Allah 'azza wajalla." (HR Muslim). Maksud dari hadist tersebut dimana ungkapan
setiap penyakit ada obatnya artinya bisa bersifat umum. Karena yang termasuk
di dalamnya penyakit-penyakit mematikan dan berbagai penyakit yang tidak bisa
disembuhkan oleh dokter karena belum ditemukan obatnya. Allah menciptakan
obat-obatan untuk menyembuhkan semua penyakit tersebut. Namun,
pengetahuan terhadap obat-obatan tersebut tidak disingkapkan di hadapan umat
manusia. Sebab, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia hanyalah sebatas
yang diajarkan Allah.
Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Self
Management Terhadap Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Yang Mengalami
Hipertensi Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango”.

3
I.2 Identifikasi Masalah
1. Berdasarkan data hipertensi di RSUD. Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango, di tahun 2020 sebanyak 306 jiwa.
2. Terjadinya peningkatan hipertensi 2 bulan terakhir pada tahun 2020 di
RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
3. Kurangnya kemampuan Self Management pada pasien hipertensi dalam
mengontrol tekanan darah di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti
adalah “Apakah ada pengaruh Self Management terhadap tekanan darah pada
orang dewasa yang mengalami hipertensi di RSUD Toto Kabila Bone Bolango?”
I.4 Tujuan Penelitian
I.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Self Management
terhadap tekanan darah pada orang dewasa yang mengalami hipertensi di RSUD
Toto Kabila Bone Bolango.
I.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana Self Management pada pasien dewasa yang
men galami hipertensi di RSUD Toto Kabila Bone Bolango
2. Untuk mengetahui tekanan darah pasien dewasa yang mengalami
hipertensi di RSUD Toto Kabila Bone Bolango..
3. Untuk menganalisis pengaruh Self Management terhadap tekanan darah
pada orang dewasa yang mengalami hipertensi di RSUD Toto Kabila Bone
Bolango.
I.5 Manfaat Penelitian
I.5.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan keperawatan serta
menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh Self
management terhadap tekanan darah pada orang dewasa yang mengalami
hipertensi.
I.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi terkait untuk memberikan
informasi yang bermanfaat ataupun program-program yang dapat

4
meningkatkan pengetahuan terkait Self Management terhadap tekanan
darah pada orang dewasa yang mengalami hipertensi.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat awam yang tidak mengetahui
bagimana Self Management pada tekanan darah.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan masukkan dan rujukan bagi peneliti selanjutnya untuk
dijadikan dasar penilitian tentang Self Management pada tekanan darah
orang dewasa yang mengalami hipertensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Hipertensi


II.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah pada dinding arteri. Keadaan ini
menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan area ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini dapat mengganggu aliran darah, merusak
pembuluh darah bahkan menyebabkan penyakit degeneratif hingga kematian
(Sari, 2017 dalam Mooduto, 2020).
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal secara terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara
normal (Kristanti, 2013 dalam Handayani, 2019)
Hipertensi dikaitkan dengan tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekana darah
sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg (Pranata, 2017 dalam
Handayani, 2019).
II.1.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi primer dan sekunder.
prevalensi hipertensi sekunder hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita
hipertensi.
1. Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup
seperti obesitas, alkohol, merokok, kurang bergerak (inaktivitas) dan pola
makan. Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi,
sekitar 95%. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30-50 tahun.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan atau sebagai
akibat dari adanya penyakit lain. Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar
5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Ada beberapa hal yang

6
menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal,
kelainan hormonal, obat – obatan ( Pudiastuti, 2013 dalam Eriana, 2017).
II.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat di bagi menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated sistolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan tekanan dengan tingginya pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar (Garnadi, Y. 2012 dalam Khairunnisa, 2019).
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti pengkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehimgga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastolik.
Tekanan darah diastolit berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan pengingkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi
esensial (primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial (primer)
merupakanhipertensi yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak baik seperti
makan yangtidak terkontrol sehingga menyebabkan berat badan berlebih atau
bahakn terjadi obesitas dimana hal tersebut dapat mencetus terjadinya
hipertensi. Hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang akibat dari
seseorang yang mengalami penyakit seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan
kerusakan system hormon dalam tubuh (Pudiastuti, 2011 dalam Khairunnisa,
2019). Kehamilan, tumor, serta penyempitan arteri renalis atau penyakit
parenkim ginjal juga dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi sekunder
(Sucipto, 2014 dalam Khairunnisa, 2019).
II.1.4 Patofisiologi
Meningkanya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku

7
sehingga meraka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah peda setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya menyebapkan naiknya tekanan. Inilah
yang terjadi pada usia lanjut , dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arteriosklirosis.
Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat ketika terjadi
vasokonstriksi, yaitu ketika arteri kecil (anteriol) menyempit untuk sementara
karena rangsangan saraf atau hormon dalam darah. Peningkatan cairan dalam
sirkulasi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini terjadi jika ada
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu mengeluarkan garam dan air dalam
jumlah tertentu dari tubuh, volume tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas pemompaan jantung berkurang, arteri melebar,
banyak cairan yang keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor ini dilakukan dengan perubahan fungsi ginjal
dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengontrol
tekanan darah dengan beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
meningkatkan pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan penurunan
volume darah dan mengembalikan tekanan darah menjadi normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengalami pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekana darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone aldosteron. Ginjal
merupakan organ penting dalam mengendalikan tekana darah , karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa meningkatkan tekana darah.
Dengan meningkatnya tekana darah menunjukkan danda dan gejala seperti sakit
kepala, pusing, palpitasi (berdebar-debar), mudah lelah bahkan pada beberapa
kasus penderita tekanan darah tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa, bila
demikian gejala baru akan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,
otak, atau jantung.

8
System saraf simpatis adalah bagian dari system saraf otonom yang
sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fiht or fight
(reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) meningkatnya arteriola di daerah
tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih
banyak dari mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh melepaskan hormone epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) yang merangsang jantung dan
pembuluh darah. Faktor stress adalah satu faktor pencetus terjadinya
peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormone epinefrin dan
norepinefrin (Ending, 2014 dalam Rahayu, 2017).
II.1.5 Manifestasi Klinis
Pada sebagian penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang
spesifik, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi secara
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekan darah tinggi. Gejala yang
dimaksud adalah perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan, itulah yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun
pada seseorang yag tekanan darah normal. Jika hipertensi berat atau kronis dan
tidak diobati, maka akan timbul gejala seperti sakit kepela, kelelahan, mual,
muntah, sesak nafas, gelisah dan pandangan menjadi kabur (Utaminingsih, 2017
dalam Sri Wahyuni, 2019).
Hipertensi berat juga disertai dengan komplikasi dengan beberapa gejala
yaitu gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan cerebral (otak).
Gangguan cerebral ini dapat mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh
darah otak, kelumpuhan, gangguan kesadaran bahakan koma (tTim Bumi
Medika, 2017 dalam Sri Wahyuni,2019).
II.1.6 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
penyebab kerusakan pada organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung
dari peningkatan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung
dari peningkatan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung,
termasuk adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stres oksidatif. ,
down regulasi, dan lain-lain. Penelitian ini juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan kepekaan terhadap garam berperan besar dalam terjadinya

9
kerusakan organ target, seperti kerusakan pembuluh darah akibat peningkatan
ekspresi transforming growth factor-b (TGF-).
1. Otak
Otak Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang
diakibatkanoleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra
kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
non otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteriarteri yang mendarahi otak mengalami
hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang akanmengalami
arteroklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Ensafalopati juga dapat terjadi terutama pada
hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang
tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kepala,
sehingga mendorong cairan masuk kedalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron
disekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian.
2. Kardiovaskuler
Infark miokard dapat terjadi ketika arteri koroner mengalami aterosklerotik
atau ketika terbentuk trombus yang menghalangi aliran darah melalui
pembuluh tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai
oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokard yang tidak terpenuhi
menyebabkan iskemia jantung, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
infark. Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung akan
terus memompa darah pada tekanan tinggi yang dapat menyebabkan
pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan
berkurang. Jika pengobatan tidak tepat atau tidak memadai pada tahap ini
dapat menyebabkan komplikasi gagal jantung kongestif. Demikian juga,
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu konduksi saat
melintasi ventrikel, mengakibatkan disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan darah.
3. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progesif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan

10
glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan
protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema sehingga akibat
dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama
terjadi pada hipertensi kronik.
4. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi
tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat
ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah
yang tinggi adalah iskemia optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata
akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
hypertensitive retinopathy pada awalnya tidak menunjukan gejala, yang
pada akhirnya dapat menjadi kebutuhan pada stadium akhir. Kerusakan
yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi hipertensi maligna,
tekanan darah meningkat secara tiba-tiba. Manisfestasi klinis akibat
hipertensi maligna juga terjadi secara mendadak, antara lain nyeri kepala,
double vision, dim vision, dan sudden vision loss.(Maulidiyah 2018)
II.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan pada penderita hipertensi berujuan untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mempertahankan tekanan darah di
bawah 140/90 mmHg. Efektifitas program ditentukan oleh komplikasi, biaya
perawatan, derajat Hipertensi, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Terapi Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologi, yaitu memakai obat-obatan anti hipertensi pada
penderita hipertensi. Seperti : Diuretic betha–blocker, ACE-I (Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), DRI (Direct
Renin Inhibitor), CCB (Calcium Channel Blocker), dan Alpha-blocker, sedangkan
terapi non farmakologi melalui : pembatasan garam, modifikasi diet, penurunan
berat badan, dan olahraga rutin.
Jenis-jenis obat antiHipertensi sebagai berikut :
a. Diuretik Betha –Blocker

11
Diuretik adalah obat yang meningkatkan jumlah urin (diuresis) dengan cara
menghambat reabsorbsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus
ginjal. Obat diuretik terdiri atas hidrokortiazid dan penghambat beta
(Muttaqin, 2014).
b. Angiotensin – Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Terapi yang berfungsi menurunkan angiotensin converting enzyme,
akibatnya jumlah angiotensin I yang diubah menjadi angiotensin II turun.
Sehingga retensi perifer (vasokontriksi) turun dan jumlah horomon
aldosteron juga turun. Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
captopril. Efek samping yang sering timbul yaitu batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
c. Angiotensin Receptor Blocker II (ARB)
ARB membuat angiotensin II tidak dapat bekerja, (vasokonstriksi,
pelepasan aldosteron, aktivitas simpatik, pelepasan hormon antidiuretik
dan penyempitan arteriole efferent di glomerulus). Contoh obat golongan ini
adalah valsartan. Efek samping yang ditimbulkan yaitu sakit kepala, pusing,
lemas dan mual.
d. Beta bloker (β- blocker)
Beta bloker secara mekanis mememblok atau menghentikan rangsangan
pada reseptor β dalam tubuh. Pemberiannya dianjurkan pada penderita
hipertensi yang mengidap gangguan pernafasan. Contoh obatnya yaitu
metoprolol, propanolol, atenolol, dan bisoprolol.
e. Penghambat Saluran Kalsium (Calcium Channel Blocker CCB)
CCB bekerja dengan cara mengahambat secara selektif masuknya kalsium
ke dalam sel melaui chanel-L yang terdapat pada membran sel otot
jantung. Sehingga mendilatasi arteri utama jantung dan peningkatan
pengiriman oksigen ke otot jantung dan mengahmbat spasme arteri
koroner. Contoh obatnya yaitu dihidropiridin, verapamil, diltiazem, dan
nifedipin. Efek sampingnya berupa takikardi, pusing, sakit kepala.

2. Terapi Non-Farmakologis
Terapi non farmakologis berdasarkan algoritma penanganan yang
dikeluarkan oleh The Joint National On Detection Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure pengobatan hipertensi dimulai dengan modifikasi gaya

12
hidup. Tujuan modifikasi gaya hidup pada penderita hipertensi adalah untuk
memperoleh tekanan darah yang terkontrol, menurunkan faktor resiko dan
mengurangi jumlah obat anti hipertensi yang harus dikonsumsi. Modifikasi gaya
hidup klien dengan Hipertensi dapat dilakukan dengan cara :
a. Konsumsi makanan sehat
Makan sehat adalah bagian penting dalam mengendalikan hipertensi dan
menurunkan risiko penyakit jantung. Makan berbagai makanan dari
kelompok yang berbeda adalah kunci untuk diet yang sehat. Salah satu
caranya adalah dengan mengkonsumsi kurang dari 6 gram sodium per hari
(sekitar 2.300 mg sodium per hari). Penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi 4 gram sodium per hari (kurang lebih 1.550 mg sodium per
hari).
b. Menurunkan berat badan
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat merupakan
langkah penting untuk mengurangi resiko hipertensi. Menurunkan berat
badan selain dapat mengurangi konsumsi obat hipertensi juga dapat
membantu penderita untuk mengontrol hipertensi itu sendiri.
c. Membatasi konsumsi alcohol
Mengkonsumsi alkohol terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah.
Penderita Hipertensi harus mengurangi asupan alkohol tidak lebih dari 2
gelas perhari (untuk laki-laki) atau 1 gelas perhari (untuk wanita).
d. Aktivitas setiap hari
Menjadi aktif secara fisik merupakan bagian penting dari menjalani pola
hidup sehat dan dapat membantu untuk menurunkan tekanan darah. Pada
usia berapa pun, aktivitas fisik memberikan berbagai manfaat kesehatan.
Mencoba untuk menjadi aktif setiap hari, dapat dilakukan dengan berjalan
kaki bersepeda untuk bekerja atau ke toko, berkebun, berenang bergabung
dengan klub atau mencoba olahraga baru. Aktivitas didasarkan pada model
aktivitas (berjalan, berlatih dan bersepeda) dengan frekuensi 3-5 hari
seminggu, dengan durasi 20-60 menit dengan intensitas 60-90% dari heart
rate maximum yang dapat dinilai dengan menggunakan formula karnoven
(220-umur = heart rate maksimal)(Luqiana 2020).

13
II.1.8 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor risiko adalah suatu kondisi yang secara potensial dapat memicu
terjadinya hipertensi.Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu
(1,6-8) (Simanullang 2019) :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat
diubah, berhubungan dengan individu itu sendiri, antara lain: umur, jenis kelamin
dan riwayat keluarga.
a. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut Riskesdas 2013
pada kelompok umur >55 tahun prevalensi hipertensi mencapai > 45%.
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan darah sistolik atau yang dikenal dengan hipertensi sistolik
terisolasi (HST).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria mempunyai
risiko sekitar 2,3 kali lebih besar mengalami peningkatan tekanan darah
sistolik dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun,
setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan
meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, akibat faktor hormonal maka
pada perempuan kejadian hipertensi lebih tinggi dari pria.
c. Riwayat Keluarga/keturunan
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
meningkatkan risiko hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial).
Tentunya faktor lingkungan dan faktor genetik juga ikut berperan. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya, dan bila salah satu orang tuanya yang
menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.

d. Ras

14
Kondisi ras juga dapat mempengaruhi berkembangnya hipertensi.
Diketahui bahwa Ras yang berasal dari Afrika dan Amerika memiliki risiko
peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan Ras lain yang berada di
Amerika Serikat. Kejadian hipertensi pada orang Afrika dan Amerika
dapat ditemui pada usia lebih muda dan timbulnya lebih berat.
2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi
antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas
fisik, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, dislipidemia dan stress.
Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita
Diabetes Melitus akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan
risiko serangan jantung.
a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadi penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh yang dapat
menimbulkan risiko bagi kesehatan.
b. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses
arterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan
adanya kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan proses
arterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot
jantung bertambah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi akan
semakin meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah arteri.
c. Kurang Aktifitas Fisik
Kurang aktifitas fisik dapat menurunkan efisiensi kerja jantung,
menurunkan kemampuan tubuh termasuk kemampuan seksual dan
kebugaran jasmani.
d. Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer

15
(esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram
atau kurang, ditemukan tekanan darah rerata yang rendah, sedangkan
pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rerata
lebih tinggi.
e. Dislipidemia
Kelainan metabolisme lipid (lemak) ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar
kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan
tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.
f. Konsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan,
namun mekanismenya masih belum jelas. Diduga peningkatan kadar
kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan peningkatan
kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa
studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan
alkohol. Dikatakan bahwa, efek terhadap tekanan darah baru nampak
apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap
harinya.
g. Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam,
rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
Terjadinya stress pada diri seseorang tidak selalu buruk. Tapi terlalu
banyak stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain
itu, terlalu banyak tekanan dapat mendorong perilaku yang meningkatkan
tekanan darah, seperti pola makan yang buruk mulai dari tidak teratur/
berlebihan, tidak makan sama sekali, aktivitas fisik, dan penggunaan
tembakau atau minum alkohol.
Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

16
Selain ketidaknyamanan emosional yang dirasakan saat menghadapi
situasi stres, tubuh akan bereaksi dengan melepaskan hormon stres
(adrenalin dan kortisol) ke dalam darah. Hormon ini mempersiapkan
tubuh untuk respon "fight or flight" dengan membuat detak jantung lebih
cepat dan menyempitkan pembuluh darah untuk mendapatkan lebih
banyak darah ke sel-sel yaitu organ inti tubuh dan bukan pada
ekstremitas (bagian kaki tangan/ anggota tubuh).Konstriksi pembuluh
darah dan peningkatan denyut jantung dapat meningkatkan tekanan
darah, tapi hanya untuk sementara. Ketika reaksi stres hilang, tekanan
darah kembali ke tingkat prastresnya. Ini disebut stres situasional, dan
pengaruhnya umumnya berumur pendek dan hilang saat kejadian yang
menegangkan berakhir.Stres kronis (konstan) menyebabkan tubuh kita
masuk ke kondisi tekanani tinggi selama berhari-hari atau berminggu-
minggu dalam satu waktu. Hubungan antara stres kronis dan tekanan
darah tidak jelas dan masih dipelajari.
II.1.9 Pengertian Tekana Darah
Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular,
sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat., resitensi
vaskuler perifer bertambah, atau keduanya. Tekanan darah adalah tekanan yang
digunakan untuk mengedarkan darah di pembuluh darah dalam tubuh. Jantung
yang berperan sebagai pompa otot menyuplai tekana tersebut untuk
menggerakkan darah dan juga mengedarkan darah di seluruh tubuh. Pembuluh
darah arteri memiliki dinding-dinding yang elastis dan menyediakan resistensi
yang sama terhadap aliran drah oleh karena itu ada tekanan dalam sistem
peredaran darah bahkan detak jantung (indrawati,2012 dalam Rahayu, 2017).
Tekanan darah merupakan suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri
yang merupakan keadaan tanpa gejala resiko terhadap strok, gagal
jantung,serangan jantung,dan kerusakan ginjal. (Carlson, 2016 dalam Rahayu,
2017).

II.1.10 Klasifikasi Tekan Darah


Adapun klasifikasi tekan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
berdasarkan kesepakantan JNC VII (Kurniadi, 2015 dalam Yunita, 2018).

17
Tabel 1. Kalsifikasi Tekanan Darah

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160 ≥100
Sumber: Kurniadi 2015

II.2 Konsep Usia Dewasa


II.2.1 Definisi Dewasa
Istilah dewasa merupakan organism yang telah matang. Tetapi lazimnya
merujuk pada manusia. Dewasa ialah orang yang bukan lagi anak-anak dan
telah menjadi pria atau wanita seutuhnya. Setelah mengalami masa kanak-kanak
dan remaja yang panjang seorang individu akan mengalami masa dimana ia
telah menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk
berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Dibandingkan dengan masa sebelumnya, masa dewasa ialah waktu yang paling
lama dalam rentang kehidupan. biasanya ditandai dengan selesainya
pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak yang telah berkembang dan
mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami suatu perubahan
fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian
diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut.
1. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)
Masa dewasa adalah masa kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu
masa yang penuh dengan masalah dan emosional, periode isolasi sosial, periode
pencarian dan masa pengembangan, perubahan nilai, dan penyesuaian diri pada
suatu hidup yang baru. Berkisar antara umur 21 sampai 40 tahun.
2. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)
Masa dewasa madya ini berlansung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri
yang menyangkut pribadi dan sosialnya antara lain; masa dewasa madya ialah
masa transisi, di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan
dengan cirri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatiannya kepada agama
lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan terkadang minat dan
perhatiannya kepada agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
(Maulidya, Adelina, and Alif Hidayat 2018)

18
Pembagian kelompok umur atau kategori umur dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI 2009 (Al-amin, Juniati, 2017) yaitu sebagai berikut:
1. Masa balita = 0 – 5 tahun,
2. Masa kanak-kanak = 6 – 11 tahun.
3. Masa remaja Awal = 12 – 16 tahun.
4. Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun.
5. Masa dewasa Awal = 26 – 35 tahun.
6. Masa dewasa Akhir = 36 – 45 tahun.
7. Masa Lansia Awal = 46 – 55 tahun.
8. Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun.
9. Masa Manula = 65 – atas
II.3 Konsep Self Management
II.3.1 Definisi Self Management
Self management merupakan suatu perilaku yang berfokus pada peran
serta tanggung jawab individu dalam pengelolaan penyakitnya. Self management
adalah suatu pegendalian diri terhadap penyakit dalam bentuk perawatan diri
yang terpusat pada pengontrolan diri terhadap faktor yang dapat memperparah
kondisi pasien (Oktarinda, 2014 dalam Andika, 2020).
Self management adalah seperangkat teknik untuk mengubah perilaku,
pikiran, dan perasaan. Manajemen diri mengacu pada implementasi dan
penanganan kehidupan seseorang dengan menggunakan keterampilan yang
dipelajari. Self management adalah proses di mana klien mengarahkan
perubahan perilakunya sendiri dengan strategi terapeutik. Pelaksanaan Self
management penderita hipertensi dapat dilihat dari tingkat pengetahuan tentang
penyakit dan gejalanya, kepatuhan dalam melakukan pengobatan, perubahan
pola hidup sehat dan pemantauan tekanan darah. (Mambang Sari, 2017 dalam
Nuruddani et.all, 2018).
Self management bertujuan merubah gaya hidup seperti monitoring
tekanan darah, makan makanan yang sehat, latihan fisik, mengokontol berat
badan, mengelola stress, berhenti merokok, menghindari alcohol dan
penggunaan obat teratur untuk membantu dalam meminimalkan komplikasi dari
hipertensi. Faktor-faktor lain yang juga tetap perlu dikontrol oleh penderita
hipertensi adalah pola makan yaitu asupan kalori dan zat tertentu berupa garam
dan aktivitas fisik seperti olahraga (Sagala, 2019).

19
II.3.2 Tujuan Self Management
Untuk Mengoptimalkan kesehatan, mengontrol dan mengelola tanda dan gejala
yang timbul, mencegah komplikasi, meminimalkan gangguan yang ditimbulkan
pada fungsi tubuh, emosi, dan hubungan interpersonal dengan orang lain yang
dapat mengganggu kehidupan klien. (Akhter, 2010 dalam Simanullang, 2019).
II.3.3 Komponen Self Management
Ada 5 komponen self management pada klien hipertensi sebagai berikut
(Simanullang 2019) :
1. Integrasi diri
Mengacu pada kemampuan pasien untuk peduli terhadap kesehatan
dengan menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari mereka
seperti diet yang tepat, olahraga, dan kontrol berat badan. Pasien dengan
hipertensi harus mampu:
a. Mengelola porsi dan pilihan makanan ketika makan
b. Makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan
c. Mengurangi konsumsi lemak jenuh
d. Mempertimbangkan efek pada tekanan darah ketika membuat pilihan
makanan untuk dikonsumsi
e. Menghindari minum alcohol
f. Mengkonsumsi makanan rendah garam atau menggunakan sedikit
garam ketika membumbui masakan
g. Mengurangi berat badan secara efektif
h. Latihan/olahraga untuk mengontrol tekanan darah dan berat badan
dengan berjalan kaki, jogging, atau bersepeda selama 30-60 menit
perhari
i. Berhenti merokok
j. Mengontrol stres dengan mendengarkan musik, istirahat, dan
berbicara dengan anggota keluarga.
2. Regulasi diri
Mencerminkan perilaku mereka melalui pemantauan tanda dan gejala yang
dirasakan oleh tubuh, penyebab timbulnya tanda dan gejala yang dirasakan,
serta tindakan yang dilakukan. Perilaku regulasi diri meliputi:
a. Mengetahui penyebab berubahnya tekanan darah

20
b. Mengenali tanda-tanda dan gejala tekanan darah tinggi dan rendah
c. Bertindak dalam menanggapi gejala
d. Membuat keputusan berdasarkan pengalaman
e. Mengetahui situasi yang dapat mempengaruhi tekanan darah
f. Membandingkan perbedaan antara tingkat tekanan darah.
3. Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya
Didasarkan pada konsep yang menyatakan bahwa kesehatan (dalam
kasus hipertensi tekanan darah yang terkontrol dengan baik) dapat tercapai
karena adanya kolaborasi antara klien dengan tenaga kesehatan dan individu
lain seperti keluarga, teman, dan tetangga. Perilaku yang mencerminkan
interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya adalah sebagai berikut:
a. Nyaman ketika mendiskusikan rencana pengobatan dengan
penyedia layanan kesehatan
b. Nyaman ketika menyarankan perubahan rencana perawatan
kepada penyedia layanan kesehatan
c. Nyaman ketika bertanya kepada penyedia layanan kesehatan terkait
hal yang tidak dipahami
d. Berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk
mengidentifikasi alasan berubahnya tingkat tekanan darah
e. Meminta orang lain untuk membantu dalam mengontrol tekanan
darah
f. Nyaman ketika bertanya pada orang lain terkait teknik manajemen
yang dilakukan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
4. Pemantauan tekanan darah
Dilakukan untuk mendeteksi tingkat tekanan darah sehingga klien dapat
menyesuaikan tindakan yang akan dilakukan dalam self management. Perilaku
pemantauan tekanan darah meliputi:
a. Memeriksa tekanan darah saat merasa sakit
b. Memeriksa tekanan darah ketika mengalami gejala tekanan darah
rendah
c. Memeriksa tekanan darah untuk membantu membuat keputusan
hipertensi perawatan diri.
5. Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan

21
Mengacu pada kepatuhan pasien terhadap konsumsi obat anti-hipertensi
dan kunjungan klinik. Komponen ini juga melibatkan konsumsi obat sesuai dosis
yang telah ditentukan, waktu yang ditentukan untuk minum obat, dan kunjungan
klinik rutin setiap 1-3 bulan.
II.3.4 Perilaku Pengelolaan Self Management
Ada 5 perilaku self management pada klien hipertensi sebagai berikut
(Simanullang 2019) :
1. Kepatuhan terhadap diet
Klien hipertensi disarankan menerapkan pola diet sehat dengan
menekankan pada meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran dan
produk susu rendah lemak, makanan yang berserat tinggi, biji-bijian dan
protein nabati, dan kurangi konsumsi makanan yang mengandung
kolesterol dan lemak jenuh.
2. Aktivitas fisik
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menurunkan
tekanan darah tinggi. Olahraga atau latihan dinamis dengan intensitas
sedang seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang dapat
dilakukan secara rutin selama 30-60 menit selama 4-7 hari dalam
seminggu. Olahraga atau latihan dinamis intensitas sedang yang rutin
dilakukan selama 4-7 hari dalam seminggu diperkirakan dapat menurunkan
tekanan darah 4-9 mmHg.
3. Kontrol stress
Stress yang dialami seseorang yang dialami seseorang akan
mengakibatkan saraf simpatis yang akan memicu kerja jantung yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka
yang sudah memiliki riwayat sejarah penderita hipertensi, disarankan untuk
berlatih mengendalikan stress dalam hidupnya.
4. Membatasi konsumsi alkohol
Klien hipertensi yang minum alkohol harus disarankan untuk membatasi
konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 minuman per hari
atau tidak lebih dari 14 minuman per minggu untuk laki-laki, dan tidak lebih
dari 1 minuman per hari atau tidak lebih dari 9 minuman per minggu untuk
perempuan. Takaran satu minuman, yaitu 13,6 gram atau 17,2 ml etanol

22
atau sekitar 44 ml [1.5 oz] dari 40% wiski, 355 ml [12 oz] dari 5% bir, atau
148 ml [5 oz] dari 12% anggur.
5. Berhenti merokok
Berhenti merokok sangat penting untuk dilakukan oleh klien hipertensi,
karena dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi. Bahan kimia
dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri, sehingga dapat
menyebabkan arteri menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Asap
rokok diketahui juga dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jantung
II.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Self Management
1. Usia
Merupakan salah satu faktor paling penting pada Self Management.
Bertambahnya usia sering dihubungkan dengan berbagai keterbatasan
maupun kerusakan fungsi sensoris. Pemenuhan kebutuhan self
management akan bertambah efektif seiring dengan bertambahnya usia
dan kemampuan jenis kelamin.
2. Jenis Kelamin
Berkontribusi pada keterampilan perawatan diri. Pada pria lebih banyak
penyimpangan kesehatan seperti kurangnya manajemen berat badan dan
kebiasaan merokok dibandingkan pada wanita.
3. Suku
Sistem yang saling terkait dengan lingkungan sosial seseorang, keyakinan
spiritual, hubungan sosial dan fungsi unit keluarga.
4. Pendidikan
Pendidikan dianggap sebagai syarat penting untuk Self Management dari
penyakit kronis. Tingkat pendidikan menjadi frekuensi Self Management
Status Perkawinan
Pekerjaan (Herpeni, 2018 dalam Simanullang, 2019).
II.3.6 Karakteristik Self Management
1. Kombinasi dari strategi mengelola diri sendiri biasanya lebih berguna dari
pada sebuah strategi tunggal
2. Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial
3. Penggunaan penguatan diri sendiri merupakan komponen yang penting
4. Tunjangan yang diberikan oleh lingkungan harus dipertahankan

23
5. Perlu ditetapkan target yang realistis dan kemudian dievaluasi
6. Dukungan lingkungan mutlak perlu untuk memelihara perubahan-
perubahan yang merupakan hasil dari suatu program Self Management
(Simanullang 2019)
II.3.7 Aspek-Aspek Yang Dapat Dikelompokkan Ke Dalam Prosedur Self
Management
1. Management by antecedent : pengontrolan reaksi terhadap sebab-sebab
atau pikiran dan perasaan yang memunculkan respon.
2. Management by consequence : pengontrolan reaksi terhadap tujuan
perilaku, pikiran, dan perasaan yang ingin dicapai.
3. Cognitive techniques: pengubahan pikiran, perilaku dan perasaan.
Dirumuskan dalam cara mengenal, mengeliminasi dan mengganti apa-apa
yang terefleksi pada antecedents dan consequence.
4. Affective techniques : pengubahan emosi secara langsung (Simanullang
2019).
II.3.8 Deskripsi Konsep Sentral Self Management
1. Manusia
Suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsinya secara biologis
simbolik dan sosial berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/perawatan
mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait denagn udara, air, makanan,
eliminasi, kegiatan dan istirahat, interaksi sosial, pencegahan terhadap bahaya
kehidupan, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
2. Masyarakat/lingkungan
Lingkungan disekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan
intraktif.
3. Sehat/kesehatan
Suatu keadaan yang didirikan oleh keutuhan struktur manusia yang
berkembang secara fisik dan jiwa yang meliputi, aspek fisik, psikologik,
interpersonal, dan sosial. Kesejahteraan digunakan untuk menjelaskan tentang
kondisi persepsi individu terhadap keberdayaan. Kesejahteraan merupakan
suatu keadaan yang dicirikan oleh pengalaman yang menyenangkan dan
berbagai bentuk kebahagiaan lain, pengalaman spiritual gerakan untuk
memenuhi ideal diri dan melalui personalisasi berkesinambungan. kesejahteraan

24
berhubungan dengan kesehatan, keberhasilan dalam berusaha dan sumber
yang memadai.
4. Keperawatan
Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan
sepenuhnya atau sebagaian, ketika mereka tidak lagi mampu merawat dirinya.
Keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja, suatu fungsi
yang dilakukan perawat karena memiliki kecerdasan serta tindakan yang
meluluhkan kondisi secara manusiawi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan self management merupakan kemampuan individu dalam melakukan
aktifitas perawatan diri untuk mempertahankan hidup, meningkatkan, dan
memelihara kesehatan serta kesejahteraan individu. Perawatan diri didefinisikan
sebagai aktifitas individu untuk mengontrol gejala, melakukan perawatan,
keadaan fisik, dan psikologi serta merubah gaya hidup yang disesuaikan dengan
penyakit yang diderita untuk memelihara hidup, kesehatan, dan kesejahteraan.
Untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi dilakukan self
management hipertensi baik untuk mengurangi gejala maupun menurunkan
resiko komplikasi, dengan beberapa upaya yaitu kepatuhan diet aktivitas fisik,
pengendalian stres, membatasi konsumsi alkohol, berhenti merokok. Self
Management memegang peranan yang sangat penting dalam melakukan
kegiatan pengolahan penyakit kronis, mengatasi manajemen dan mengelola
kondisi yang disebabkan oleh penyakit kronis (Lestari, 2018 dalam Simanullang,
2019).

II.4 Penelitian Relevan


Tabel 2. Penelitian Relevan

Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan


(Isnaini Pengaruh Penelitian Hasil dari Pada Menggunaka
and Self ini penelitian ini penelitian n jenis
Lestari Manageme merupakan terdapat ini penelitian
2018) nt Terhaap penelitian pengaruh menggunak yang sama
Tekanan kuantitatif positif yang an populasi yaitu
Darah dengan sangat pada penelitian
Lansia rancangan signifikan lansia. kuantitatif.

25
Yang penelitian antara self
Mengalami deskriptif management
Hipertensi analitik dengan
yang tekanan darah
menggunak (sistolik).
an
pendekatan
cross-
sectional.
(Sagala Pengaruh Metode Pada Pada Pada
2019) Hypertentio penelitian penelitian ini penelitian variabel
n Self ini adalah menunjukkan ini dependen
Manageme quasi ada menggunak menggunaka
nt eksperimen perbedaan an semua n variabel
Education tal dengan antara populasi yang sama
( Hsme) desain tekanan darah yang yaitu tekanan
Terhadap penelitian sebelum menderita darah.
Tekanan pretest and HSME dengan hipertensi
Darah posttest tekanan darah dan pada
Di with control sesudah variabel
Puskesmas group HSME pada independen
Kabanjahe design. kelompok lebih pada
Intervensi pemberian
education
pada self
manajeme
nt.
Metode
penlitian
yang
digunakan
yaitu kuasi
eksperimen
tal
(Setyowat Pengaruh Metode Berdasarkan Metode Pada
i and Sri Pendidikan penelitian hasil uji penlitian variabel
2019) Kesehatan yang menunjukkan yang dependen
Tentang digunakan ada pengaruh digunakan menggunaka
Manajemen adalah antara yaitu kuasi n variabel
Hipertensi quasi pemberian pre yang sama
Terhadap eksperimen pendidikan eksperimen yaitu tekanan
Penurunan pre and kesehatan . darah.
Tekanan post test tentang Pada
Darah without manajemen penelitian
Pada controle hipertensi ini
Penderita group. dengan menggunak
Hipertensi kejadian an semua
Di Wilayah berulang populasi
Kerja Dinas peningkatan yang
Kesehatan tekanan darah. menderita
Kabupaten hipertensi.
Majalengka
(Asriadi, Prolanis Penelitian Hasil uji Pada Pada
Mulyono, Terhadap ini adalah statistik penelitian variabel
and Self penelitian dependent ini dependen

26
Khasanah Manageme analitik sample t-test menggunak menggunaka
2020) nt Lansia komparatif pada hasil an jenis n variabel
Dengan dengan penelitian ini penelitian yang sama
Hipertensi jenis quasi diperoleh analitik yaitu tekanan
Di Wilayah experiment bahwa komparatif, darah.
Kerja group. ada pengaruh penelitian
Puskesmas prolanis ini
Somba terhadap self menggunak
Opu management an populasi
Kabupaten lansia sebelum prolanis
Gowa dan sesudah lansia.
mengikuti
program
prolanis di
wilayah kerja
Puskesmas
Somba Opu
Kabupaten
Gowa.
(Sofiana Penyuluhan Desain Hasil Metode Variabel
et al. Kesehatan yang menunjukkan penlitian dependen
2018) Self digunakan ada pengaruh yang yang di teliti
(Wahyuni Manageme adalah Pra penyuluhan digunakan sama yaitu
2019) nt Experiment kesehatan yaitu pra hipertensi.
Hipertensi dengan terhadap eksperimen
Di menggunak pengetahuan , dan pada
Kelurahan an masyarakat variabel
Ngletih rancangan tentang self independen
Kecamatan penelitian management lebih
Pesantren one group hipertensi di kepada
Kota Kediri pretest and Kelurahan penyuluhan
posttest Pesantren kesehatan.
design. Kota penelitian
Kediri. ini
menggunak
an semua
populasi
yang
menderita
hipertensi

27
II.5 Kerangka Teori
Kerangka Teori merupakan serial atau sekumpulan konsep yang saling
berkaitan yang saling berkaitan yang disusun sedemikian rupa sebagai dasar
argumentasi akademik dalam penelitian. Kerangka teori adalah kesimpulan atau
gambaran keseluruhan dasar-dasar teoritis hasil kajian literatur. Kerangka
penelitian, yang nanti akan menjadi panduan peneliti untuk metode penelitian
(Irfannudin 2019). Berdasarkan tinjauan teori yang telah dibahas sebelumnya,
peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini :

Self Management Tekanan darah

1. Integrasi diri 1. Normal


2. Regulasi diri
2. Pre Hipertensi
3. Interaksi dengan
tenaga kesehatan dan 3. Hipertensi tahap 1
lainnya
4. Hipertensi tahap 2
4. Pemantauan tekanan
darah
5. Kepatuhan terhadap
aturan yang dianjurkan

Faktor yang tidak dapat diubah: Faktor yang dapat diubah :


1. Umur 1. Kegemukkan (obesitas)
2. Jenis kelamin 2. Merokok
3. Riwayat keluarga/keturunan 3. Kurang aktivitas fisik
4. Ras 4. Konsumsi alcohol berlebih
5. Konsumsi garam
6. Dilipidemia
7. Psikososial dan stress

HIPERTENSI

28
Gambar 1. Kerangka Teori

II.6 Kerangka Konsep


Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralsasikan
suatu pengertian. Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antar konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2012 dalam S. Rahayu 2017).

Variabel Independen Variabel Dependen

Tekanan Darah Pada Orang


Self Management Dewasa Yang Mengalami
Hipertensi

Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Pengaruh

Gambar 2. Kerangka Konsep

II.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
ataupertanyaan penelitian (Nursalam, 2017 dalam Andika, 2020).
Ha : Ada pengaruh self management terhadapa tekanan darah pada orang
dewasa yang mengalami hipertensi.

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan
metode penelitian deskriptif dimana merupakan suatu metode yang memiliki
tujuan utama dengan memberikan gambaran situasi atau fenomena secara jelas
dan rinci tentang apa yang terjadi (Khairunnisa 2019). Dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional yaitu teknik pengambilan data pada satu
saat dan tdak ada tindak lanjut (Cahyani 2019).
III.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di ruangan Interna 1 dan Interna 2 RSUD Toto
Kabila Bone Bolango, waktu penelitian pada bulan Juli-Agustus 2021.
III.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yang terdiri dari variabel
Independen dan variabel Dependen. (Nursalam, 2017 dalam Kurniawan 2020).
III.3.1Variabel Independen
Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi
atau nilainya menentukan variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel independen adalah Self Management.
III.3.2Variabel Dependen
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya
menentukan variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan
darah pada orang dewa yang mengalami hipertensi di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango.

30
III.3.3Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional

Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Self pengendalian Kuisioner Self Self Ordinal
Management diri pada Management Management
perubahan Baik : 10-36
perilaku (≥ 50%)
sesorang yang Kurang : < 18
berfokus pada (<50%)
peran dan
tanggung
jawabnya.
Tekan Darah Hasil tekanan Kuisisoner Normal : Ordinal
sistolik dan dengan alat 120/80 mmHg
diastolik. ukur Tinggii : ≥
Tensimeter 140/90 mmHg

III.4 Populasi Dan Sampel


III.4.1Populasi
Populasi yang diambil adalah pasien usia dewasa yang mengalami
hipertensi di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan jumlah 306
jiwa.
III.4.2Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berusia 20-59 tahun yang
mengalami hipertensi di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Menurut
arikonto 2016 dalam (Buhungo 2019) pengambilan sampel jika subjeknya kurang
dari seratus orang sebaiknya semuanya menjadi sampel. Namun, jika subjeknya
besar atau lebih dari 100 orang dapat di ambil 10%-15% atau 20%-25% atau
lebih. Rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah:
n = 10% x N
= 10% x 306
= 30,6 di bulatkan menjasi (31)
sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah 31 jiwa di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango.

31
III.4.3Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik total sampling. Total sampling yaitu seluruh populasi menjadi
subjek penelitian yang merupakan pasien hipertensi berusia 20-59 tahun di
RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Dimana sampel yang diambil
dapat mewakili populasi yang ada. Untuk memperoleh hasil/kesimpulan
penelitian yang menggambarkan keadaan populasi penelitian.
1. Kriteria Inklusi
a. Bersedia menjadi responden
b. Pasien yang berusia dewasa
c. Pasien yang memiliki riwayat hipertensi
2. Kriteria Eklusi
a. Responden yang tidak bisa menulis dan menbaca
b. Responden yang memiliki gangguan jiwa
c. Responden yang di atas usia 60 tahun
III.5 Tektik Pengumpulan Data
III.5.1Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
responden dengan menggunakan alat ukur sebagai sumber informasi yang
dicari. Dalam peneitian ini data primer diperoleh melelui kuesioner.
III.5.2Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada. Data sekunder diperoleh langsung dara rekam medik RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango.
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas dua tahap. Yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mengajukan surat permohonan penelitian dari jurusan
keperawatan kepada Direktur RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango.
b. Peneliti mengantarkan surat permohonan penelitian kepada Direktur
RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
c. Peneliti mengantarkan surat permohonan permintaan informasi
mengenai data pasien hipertensi dari bagian diklat kepada kepala

32
bagian Rekam Medik RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
yang
d. Peneliti melakukan penentuan responden berdasarkan kriteria
sampel dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden, selanjutnya
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dalam penelitian
ini serta memberikan informed kepada responden yang menderita
hipertensi di ruangan interna 1 dan 2 RSUD Toto Kabila Bone
Bolango.
b. Peneliti melakukan pembagian kuesioner kepada responden yang
menyetujui untuk dilakukan penelitian.
c. Responden mengisi pembagian kuesioner yang telah dibagikan oleh
peneliti.
d. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah dibagikan kepada
responden.
III.5.3Instrument Penelitian
Pada penelitian ini instrument yang digunakan merupakan sumber data
yang dilakukan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini
menggunakan kuisioner. Lembar kuisioner digunakan untuk mencatat hasil dari
masing-masing pertanyaan dan terdapat pilihan untuk responden yang terdiri dari
Self Management dan tekanan darah pada orang dewasa yang mengalami
hipertensi.

33
III.6 Teknik Analisa Data
Data dalam penelitian ini akan di analisa senagi berikut (Indahyani 2016):
III.6.1Analaisa Univariat
Analisa Univarat adalah metode statistik yang digunakan oleh peneliti yang
menghasilkan distribusi dan persentasi dari variabel. Dalam hal ini variabel
penelitian yaitu Self Management dan tekanan darah.
III.6.2Analisa Bivariat
Analisa Bivarat adalah metode statistik yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang mempengaruhi. Uji
statistic yang digunakan uji Chi Square karena dapat digunakan untuk
menganalisis semua variabel. Dasar pengambilan keputusan penerimaan
hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikansi 95% dan batas kemaknaan
adalah α=0,05. Nilai p ≤ 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna,
namun jika nilai p ≥ 0,05 menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna.
III.6.3Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Editing data merupakan cara untuk memastikan bahwa data yang diperoleh
sudah lengkap, memeriksa jika terjadi kesalahan atau data belum diisi
dalam sistem informasi kesehatan haji. Dilakukan dengan cara mengoreksi
data yang telah diperoleh meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan
informasi pada lembar formulir pemeriksaan kesehatan haji.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode setelah proses pengeditan
data yang bertujuan untuk mempermudah saat data akan dimasukkan
dalam program komputer.
3. Entry Data
Entry Data merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer
untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program
komputer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di masukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

34
5. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan menyusun dan meringkas data yang masuk ke
dalam bentuk tabel-tabel (Ramadhani, 2018).
III.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0: Dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p ≥ 0,05. maka Ha ditolak
dan Ho diterima yang berarti tidak terdapat pengaruh Self Management terhadap
tekanan darah pada orang dewasa yang mengalami hipertensi di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango.
Ha: Dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05. maka Ha diterima dan Ho
ditolak yang berarti terdapat pengaruh Self Management terhadap tekanan darah
pada orang dewasa yang mengalami hipertensi di RSUD Toto Kabila Kabupaten
Bone Bolango.
III.8 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menetukan dirinya, sehingga peneliti yang
akan melaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia (Polit,
2012). Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut :
1. Informed consent
Informend consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informend
consent tersebut akan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembaran persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek pengertian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
atau alat ukur hanya menuliskan nama inisial pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti (Nursalam, 2013).

35
4. Permohonan izin kuesioner
Bentuk persetujuan antara peneliti dengan peneliti lain yang telah
menggunkan instrument sebelumnya dalam penelitiannya. Dengan
memohon izin kuesioner Self Management maka peneliti telah
menghargai karya dari peneliti sebelumnya dan menghindari masalah-
masalah etika atau norma yang berhubungan dengan hal tersebut. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati dan
menghargai hal tersebut.

36
III.9 Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Permohonan Penelitan Dari Jurusan Keperawatan


Kepada Direktur RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Mengantar Surat Permohonan Penelitian Kepada Direktur


RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Menentukan Jumlah Sampel Penelitian

Informed
Consent

Bersedia Tidak Bersedia

Proses Penelitian: Kerahasiaan

Membagikan
Kuesioner

Pengumpulan Data dan


Pengolahan Data

Hasil Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

37
DAFTAR PUSTAKA

Al-amin, Muhammad, and Dwi Juniati. 2017. “Klasifikasi Kelompok Umur


Manusia Berdasarkan Analisis Dimensi Fraktal Box Counting Dari Citra
Wajah Dengan Deteksi Tepi Canny.” Jurnal Ilmiah Matematika 2(6):33–42.
Asriadi, Sigit Mulyono, and Uswatul Khasanah. 2020. “Prolanis Terhadap Self
Management Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Somba Opu Kabupaten Gowa Prolanis to Eldery Self Management with
Hipertention at Working Area of Somba Opu Public Health Center of Gowa
Districts.” 4. doi: 10.31101/jhes.1656.
Buhungo, Sri Wahyuni. 2019. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Perilaku Masyarakat Tentang Pencegahan Penyakit Hipertensi Di
Kelurahan Hunggaluwa Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
Cahyani, Yuni E. K. A. 2019. “Gambaran Self Management Penderita Hipertensi
Di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo.”
Handayani, Sri. 2019. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan
Tekana Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Limboto Barat.
Indahyani, Sutri. 2016. “FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TANJUNG KEMUNING KABUPATEN KAUR.”
Resma 3(2):13–22.
Irfannudin. 2019. Cara Sistematis Berlatih Meneliti. Anggota IKAPI.
Isnaini, Nur, and Inda Galuh Lestari. 2018. “Pengaruh Self Management
Terhadap Tekanan Darah Lansia Yang Mengalami Hipertensi.” Indonesian
Journal for Health Sciences 2(1):7–18. doi: 10.24269/ijhs.v2i1.2018.pp7-18.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. “Badan Libangkes.”
Khairunnisa, Anis. 2019. “Karya Tulis Ilmilah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Hipertensi Di Ruang Angsoka RSUD Abdul Wahab SJAHRANTE
Samarinda.”
Kurniawan, Andika wahyu. 2020. “PENGARUH MANAGEMENT DAGUSIBU
TERHADAP SELF MANAGEMENT PADA PENDERITA HIPERTENSI.”
Orphanet Journal of Rare Diseases 21(1):1–9.
Luqiana, R. 2020. “Pengaruh Latihan Isometric Handgrip Terhadap Tekanan

38
Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia : Sistematic Literature Review.”
Maulidiyah, fauziah. 2018. “ANALISIS FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI
TERHADAP RISIKO HIPERTENSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA.” Photosynthetica 2(1):1–13.
Maulidya, Faricha, Mirta Adelina, and Faizal Alif Hidayat. 2018. “Periodesasi
Perkembangan Dewasa.” Journal of Chemical Information and Modeling
53(9):1689–99.
Mooduto, Ismiyati. 2020. LITERATUR : PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT
PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN HIPERTENSI PADA LANSIA.
Nuruddani, Et. al. 2018. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet
Berbahasa Madura Terhadap Self Management Pada Klien Hipertensi Di
Poli Jantung RSUD Dr . Abdoer Rahem Situbondo.” Keperawatan
Muhammadiyah 4(2):17–23.
Rahayu, Siti. 2017a. “PENGARUH TERAPI AIR REBUSAN DAUN SALAM
TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI DESA KATIPUGAL KECAMATAN KEBONAGUNG
KABUPATEN PACITAN Oleh.”
Rahayu, Siti. 2017b. “Skrpsi Pengaruh Terapi Air Rebusan Daun Salam
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Drsa
Katipugal Kecamatan Kebonagung Pacitan.”
Ramadhani, Riska. 2018. “Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Calon
Jemaah Haji Kabupaten Magetan Berdasarkan Siskohatkes.”
Sagala. 2019. “Pengaruh Hypertention Self Management Education ( Hsme)
Terhadap Tekanan Darah Di Puskesmas Kabanjahe.” Indonesian Trust
Health Journal 2(1):121–27. doi: 10.37104/ithj.v2i1.23.
Setyowati, Rahayu, and Wahyuni Sri. 2019. “PENGARUH PENDIDIKAN
KESEHATAN TENTANG MANAJEMEN HIPERTENSI TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA.”
134–39.
Simanullang, Sri Mariana Putri. 2019. “Self Management Pasien Hipertensi Di
Rsup H . Adam Malik Medan.” Skripsi 1–103.
Sofiana, Liena, Yudha Puratmadja, Baiq Sandi Kartika Sari, Abdul Haris R.
Pangulu, and Ika Handayani Putri. 2018. “PENGETAHUAN TENTANG

39
HIPERTENSI MELALUI METODE PENYULUHAN.” Jurnal Pemberdayaan:
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat 2(1):171. doi:
10.12928/jp.v2i1.443.
Utami, Ardhika Putri, and Hudiyawati Dian. 2020. “Gambaran Dukungan
Keluarga Terhadap.” 9–15.
Wahyuni, Sri. 2019. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perilaku
Masyarakat Tentang Pencegahan Penyakit Hipertensi DI Kelurahan
Hunggaluwa Kabupaten Gorontalo.
WHO. 2019. “World Hypertension Day 2019.” Cardiovascular.Diseases.
Retrieved May 4, 2021 (https://www.who.int/cardiovascular_diseases/world-
hypertension-day-2019/en/).

40
Lampiran 1

41
Lampiran 2

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab. Gorontalo
Website :http://www.umgo.ac.id/Email : [email protected] Tlp./fax(0435) 881135881136

Kepada
Yth Calon Responden Penelitian
Di –
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Nama : Nur Azmi S. Suleman
NIM : C01417114
Alamat : Pentadio Timur
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Self Mnagement
Terhadap Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Hipertensi
Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango”. Penelitian ini tidak
menimbulkan akibat yang merugikan bagi semua responden. Kerahasiaan
responden akan dijaga dan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Apabila responden menyetujui maka mohon kesediannya untuk

42
mengisi dan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.
Atas perhatian dan ketersediaannya, sebagai responden. Peneliti
mengucapkan terimakasih.

Gorontalo, 2021
Peneliti

Nur Azmi S. Suleman


Lampiran 3

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab. Gorontalo
Website :http://www.umgo.ac.id/Email : [email protected] Tlp./fax(0435) 881135881136

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pertanyaan di
bawah ini :
Nama/Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Alamat :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dari


penelitian yang berjudul “Hipertensi Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango”. Saya akan menjadi responden yang kooperatif dalam memberikan
data yang nyata tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Gorontalo, 2021
Responden

43
(……………………)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH SELF MANAGEMENT TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA USIA DEWASA YANG MENGALAMI HIPERTENSI
DI RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

Petunjukpengisian:
1. Tulis identitas bapaki/ibu pada kolom yang sudah disediakan
2. Isi semua pertanyaan sesuai dengan keadaan diri anda
3. Silakan mengisi pada tempat yang sesuai dan telah disediakan
4. Khusus untuk pertanyaan pilihan pengisian dengan memberikan tanda
centang (√) padakotak pilihan yang telah disediakan.

A. Data Demografi Responden


1. Nama(inisial) :
2. Usia :
3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
Tidak Sekolah

4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

5. Status Perkawinan : Belum Kawin Cerai

Kawin Janda/Duda

44
6. Pekerjaan : Bertani IRT

Pegawai Swasta Wiraswasta

PNS

7. Riwayat Merokok : Pernah Merokok

Masih merokok

Tidak Pernah
8. Konsumsi Alkoho l : 2-4x/bulan

2-3x/minggu
> 4x/minggu
Setiap hari
Tidak pernah
9. Apakah Anda Memiliki Komplikasi Penyakit Lain Selain Hipertensi ?

Tidak

Jika Ya, sebutkan.............

10. Tekanan Darah : Sistolik….......mmHg(diisi oleh peneliti)

Diastolik.........mmHg(diisi oleh peneliti)

45
B. Kuesioner Self Management

Petunjukpengisian:
Kuesioner ini bertujuan untuk menilai seberapa sering anda melakukan
aktifitas untuk mengontrol hipertensi dalam beberapa bulan terakhir.Tidak
ada jawaban benar atau salah. Karenanya, jawablah secara jujur pada
masing-masing pernyataan untuk menggambarkan perilaku anda yang
sebenarnya dengan memberikan tanda silang (x) pada kolom yang sesuai.
Gunakan 4 pilihan jawaban sebagai berikut :
1=Tidakpernah

2=Kadang-kadang

3=Selalu

Integrasi diri dan Regulasi Diri


N Pernyataan T K S
o P K
1 Saya mempertimbangkan porsi dan pilihan
makanan ketika saya makan.
2 Saya memikirkan tekanan darah saya saat
memilih makanan

3 Saya berolahraga untuk menurunkan berat


badan (misalnya jalan, jogging/lari, atau bersepeda)
sekitar 30-60 menit setiap hari.
4 Saya mengetahui kenapa tekanan darah saya
berubah

5 Saya mengontrol keadaan yang mungkin dapat


meningkatkan tekanan darah saya.

46
Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya
No Pernyataan TP KK S
6 Saya mendiskusikan rencana pengobatan saya
dengan dokter atau perawat.
7 Saya bertanya pada dokter atau perawat ketika ada
hal-hal yang tidak saya pahami.
8 Saya mendiskusikan dengan dokter atau perawat saat
tekanan darah saya terlalu tinggi atau rendah.

Pemantauan tekanan darah


No Pernyataan TP KK S
9 Saya pergi ke dokter untuk mengetahui tekanan darah
saya saat saya merasa sakit.
10 Saya mengecek tekanan darah saya secara teratur
untuk membantu saya membuat keputusan
manajemen diri.

Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan


No Pernyataan TP KK S

11 Saya minum obat anti-hipertensi sesuai dengan dosis


yang diberikan dokter.
12 Saya mengikuti saran dokter atau perawat dalam
mengontrol tekanan darah saya.

47

Anda mungkin juga menyukai