BAB II Kinetika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinetika Reaksi


Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari berlangsungnya
suatu reaksi. Dalam kehidupan konsep laju reaksi sudah banyak diterapkan dalam
kegiatan sehari-hari, dan yang menjadi prinsipnya adalah semakin luas bidang
sentuh maka akan semakin cepat laju reaksinya. Dalam ilmu kimia persamaan laju
reaksi hanya dapat dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan. Dari data
tersebut akan didapat cara untuk menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi.
Persamaan laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat
dipangkatkan orde reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan koefisien
reaksi zat yang bersangkutan, karena orde reaksi merupakan penjumlahan dari
orde reaksi setiap zat pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai untuk menerangkan
bagian langkah suatu reaktan berubah menjadi suatu produk. Dalam ilmu kimia,
laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi
setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama
semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama semakin bertambah
(Anderton, 1997).
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.
Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih
cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat
cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan dan ada yang sangat
lambat seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju
reaksi) disebut dengan kinetika reaksi. Kinetika kimia atau kinetika reaksi
dikemukakan dengan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang
mempengaruhinya (Desnelli, 2009).
Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara partikel-
partikel zat yang bereaksi. Tumbukan efektif adalah tumbukan yang mempunyai
energi cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi. Partikel-
partikel memerlukan suatu energi minimum yang disebut dengan energi
pengaktifan atau energi aktivasi (Ea). Enegi pengaktifan atau energi aktivasi
adalah energi minimum yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi.
Reaksi yang sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks teraktivasi. Zat
kompleks teraktivasi berada pada puncak energi. Reaksi dikatakan berhasil, jika
zat kompleks teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi (Utami,2009).
Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan
perubahan kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi digunakan
untuk melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang meliputi perubahan
keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi. Dalam kebanyakan reaksi, kinetika
reaksi hanya mendeteksi bahan dasar permulaan yang lenyap dan hasil yang
timbul, jadi hanya reaksi keseluruhan yang dapat diamati. Perubahan reaksi
keseluruhan yang terjadi kenyataannya dapat terdiri atas beberapa reaksi yang
berurutan, masing-masing reaksi merupakan suatu langkah reaksi pembentukan
hasil-hasil akhir (Sastrohamidjojo, 2001).

2.2. Laju Reaksi


Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana
konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring
dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki
banyak. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu.
Laju rekasi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau
konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju rekasi tidak tetap, melainkan
berubah terus menerus seiring dengan perubahan konsentrasi (Chang,2006).
Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam
reaksi. Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu
diperhatikan bahwa beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada
konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol. Kinetika reaksi adalah
cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi
pereaksi ataupun produk dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya
konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter.
Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi.
Untuk reaksi berikut:

A + B → AB..........................................................................(2.1)

Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:

m n
r =k [ A ] [ B ] ...........................................................................(2.2)

k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n adalah orde parsial masing-masing


pereaksi (Sukamto, 1989).
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana
konsentrasi ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring
dengan berjalannya waktu. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:
a) Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih
apabila konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan
pertumbukan atom per satuan waktu.
b) Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi,
terutama reaktan padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar
akan meningkatkan laju reaksi.
c) Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar
molekul sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.
d) Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperkukan
untuk membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi
yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan
e) memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi daripada reaksi yang
berenergi aktivasi lebih rendah.
f) Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini
dikarenakan temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul, sehingga
meningkatkan tumbukan antar molekul per satuan waktu.
g) Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zaat yang mengubah
lintasan (mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi
dengan menurunkan energi aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat
berjalan. Katalis tidak dikonsumsi ataupun berubah selama reaksi, sehingga
ia dapat digunakan kembali.
Kecepatan atau laju mengacu pada seberapa besar perubahan setiap unit tiap
satuan waktu. Perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam reaksi kimia
diekspresikan dalam mol per liter (mol L-1) atau molaritas (M) (Hill dan Petrucci,
2002). Laju suatu reaksi dapat diketahui dari hasil percobaan laboratorium. Suhu
percobaan harus dikontrol dan dicatat karena laju dipengaruhi oleh suhu.
Konsentrasi pereaksi harus diukur sebelum dan setelah reaksi berlangsung dalam
selang waktu tertentu, sehingga didapat nilai konsentrasi untuk berbagai waktu
(Syukri, 1999).
Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu:
a. Sifat pereaksi
Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang
reaktif dan ada yang kurang reaktif.
b. Konsentrasi pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus berinteraksi secara langsung. Jika
konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatan antar partikel bertambah besar
dan akan memperbanyak kemungkinan interaksi dengan reaktan yang lain
sehingga akan mempercepat reaksi. Akan tetapi harus diingat bahwa tidak selalu
dengan pertambahan konsentrasi pereaksi akan meningkatkan laju reaksi, karena
laju reaksi juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu persamaan laju reaksi dan
kemolekulan reaksi.
1) Persamaan Laju Reaksi
Laju reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi pada saat itu. Bila reaksi

−d [ A ]
A → X, maka i= ∞ [A]m atau r = k[A]m . m disebut orde yang nilainya nol,
dt
satu, dua, tiga atau pecahan. Persamaan di atas merupakan persamaan laju reaksi
sedangkan nilai k sebagai konstanta laju reaksi. Dari persamaan laju reaksi dapat
dihitung pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi.
Pengetahuan ini sangat penting dalam mengontrol laju reaksi seperti yang
diharapkan, yaitu dengan mengatur konsentrasi pereaksi (Syukri, 1999).
2) Kemolekulan reaksi
Jumlah molekul yang terlibat dalam suatu reaksi disebut kemolekulan
reaksi. Jumlahnya ada yang satu (tunggal), dua, dan tiga, yang berturut-turut
disebut unimolekular, bimolekular, dan termolekular. Kemolekulan reaksi ada
yang sama dengan ordenya, tetapi ada pula yang tidak. Kemolekulan reaksi yang
sama dengan ordenya disebut reaksi sederhana sedangkan kemolekulan reaksi
yang tidak sama dengan ordenya disebut reaksi rumit (Syukri, 1999).
c. Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan.
Peningkatan kecepatan reaksi tersebut dikarenakan kalor yang diberikan akan
menambah energi kinetik partikel pereaksi. Jumlah dan energi tabrakan bertambah
besar sehingga kecepatan untuk melewati energi aktifasi menjadi lebih besar
(Syukri, 1999).
Hubungan laju reaksi dengan temperatur dijelaskan melalui persamaan
Arhenius. kenaikan temperatur akan meningkatkan gerakan molekul. Semakin
banyak molekul yang bergerak dengan kecepatan rata- rata tinggi akan
memperbesar peluang terjadinya tumbukan efektif, yaitu tumbukan yang
mencapai energi pengaktifan, sehingga laju reaksi akan meningkat.
d. Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan
kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi menggunakan katalis
disebut dengan  reaksi katalis atau prosesnya disebut katalisme (Keenan,1980).

2.3. Orde Reaksi


Orde reaksi menggambarkan bentuk matematik di mana hasil percobaan
dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen, dan
hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde
reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing
reaktan, sedangkan harga eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai
orde reaksi untuk komponen itu (Dogra, 1984).
Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam bentuk diferensial.
Secara teoritis orde reaksi merupakan bilangan bulat kecil, namun dalam beberapa
hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak
lama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi. Reaksi Orde Nol.
Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan
[A]0 adalah konsentrasi pada saat t = 0.
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, antara lain :
1. Metode substansi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi
disubtitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika
persamaan itu menghasilkan menghasilkan harga k yang tetap konstan dalam
batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde
tersebut.
2. Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde
reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus,
reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t
menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde-kedua akan memberikan garis lurus
bila 1/(a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x) 2
terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi
mula-mulanya, reaksi adalah orde-ketiga.
3. Metode waktu-paruh
Waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal a, waktu paruh reaksi
orde-pertama tidak bergantung pada a, waktu paruh untuk reaksi orde-kedua,
dimana a= b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde-ketiga, dimana a= b= c,
sebanding dengan 1/a2.
Kecepatan reaksi dianalisis secara kuantitatif dari segi tingkat reaksi. Suatu
reaksi disebut tingkat satu bila kecepatannya berbanding lurus dengan konsentrasi
dua atau satu pengikut berpangkat dua. Reaksi disebut tingkat tiga bila kecepatan
reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi tiga pengikut, satu pangkat
pengikut dua dan satu pengikut berpangkat dua dan satu pengikut pangkat satu.
Reaksi disebut pangkat nol bila kecepatan reaksi tidak bergantung pada
konsentrasi pengikut reaksi (Sukardjo, 2002).

2.4. Persamaan Laju Reaksi


Persamaan laju reaksi sangat penting dalam kinetika kimia, tetapi yang
sering menjadi masalah adalah cara menentukannya, karena tidak dapat diketahui
langsung dari persamaan reaksi. Eksponensial dalam persamaan reaksi bukan
merupakan turunan koefisien steriokimia dalam persamaan kimia, meskipun
kadang-kadang merupakan nilai yang sama (Syukri, 1999).
Cara untuk memperoleh koefisien tersebut adalah dengan melakukan
eksperimen, untuk mendapatkan data konsentrasi-waktu. Data tersebut diubah
menjadi data konsentrasi-laju dan kemudian diolah untuk mendapatkan persamaan
laju reaksinya. Langkah pertama adalah menuliskan persamaan umum laju reaksi
yang sesuai dengan jumlah pereaksi, apakah tunggal, dua atau tiga. Jika pereaksi
tunggal: A → hasil r = k[A]m Jika pereaksi dua: A + B → hasil r = k[A] m[B]n Jika
pereaksi tiga: A + B + C → hasil r = k[A] m[B]n [C]o Kemudian mengolah data
eksperimen untuk mencari nilai m, n dan o (Syukri, 1999).
1. Reaksi orde nol
Suatu reaksi disebut orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi
tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Jika [A] adalah konsentrasi dan [A]0
adalah konsentrasi pada saat t = 0, maka:
-d[A]/dt = k......................................................................................(2.3)
∫[A]= -∫k dt.......................................................................................(2.4)
.................................................................................................................
[A] - [A]0 = - k.t...............................................................................(2.5)
[A] = [A]0 – k.t.................................................................................(2.6)
Gambar 2.1 Grafik reaksi orde 0
2. Reaksi orde satu
Reaksi orde 1 adalah reaksi-reaksi yang lajunya berbanding langsung hanya
dengan konsentrasi satu senyawa.
A→B
Laju reaksi = -d[A]/dt = k[A]..........................................................(2.7)
-∫d[A]/A = k∫dt.................................................................................(2.8)
-ln[A]/[Ao] = k.t..............................................................................(2.9)
ln[A] = -k.t + ln[Ao]......................................................................(2.10)
ln[A]0/[A] = k.t..............................................................................(2.11)

Gambar 2.2 Grafik reaksi orde 1

3. Reaksi Orde Dua


Reaksi dikatakan memiliki orde 2, jika laju reaksi sebanding dengan kuadrat
konsentrasi salah satu pereaksi atau dengan hasil kali konsentrasi dua pereaksi
yang masing-masing dipangkatkan satu.
Laju reaksi = -d[A]/dt = k[A]2.......................................................(2.12)
-∫d[A]/[A]2 = k∫dt...........................................................................(2.13)
1 1
− = k.t.............................................................................(2.14)
[ A] [ A]0
1 1
= + k.t.............................................................................(2.15)
[ A] [ A]0
Gambar 2.3 Grafik reaksi orde 2

4. Reaksi Orde Tiga


Suatu reaksi orde tiga dapat dinyatakan dengan:
∫d[A]/[A]3 = -k∫dt..........................................................................(2.16)
-1/2{1/[A]2-1/[Ao]2} = - k.t..........................................................(2.17)
1/[A]2 = 1/[Ao]2 + 2 k.t................................................................(2.18)
1/[A]2 – 1/[Ao]2 = 2 k.t.................................................................(2.19)

Gambar 2.4 Grafik reaksi orde 3

2.5. Energi aktivasi


Menurut teori tumbukan, sebelum terjadi reaksi, molekul pereaksi harus
saling bertumbukan. Sebagian molekul pada tumbukan ini, membentuk molekul –
molekul yang aktif. Molekul ini kemudian berubah menjadi hasil reaksi agar
pereaksi dapat membentuk komplek yang aktif. Molekul – molekul ini hanya
mempunyai energi minimum yang disebut energi aktivasi (Sukardjo, 2002).
Energi aktivasi sangat dipengaruhi oleh konstanta laju reaksi, semakin besar
konstanta laju reaksi semakin kecil energi aktivasinya. Dengan energi aktivasi
yang kecil diharapkan reaksi semakin cepat berlangsung Pengaruh konstanta laju
reaksi terhadap energi aktivasi dapat dilihat dari persamaan Arrhenius (Desnelli,
dkk, 2009):
k = Ae - Ea/RT.....................................................(2.20)
semakin besar nilai konstanta laju reaksi, energi aktivasinya akan semakin kecil.
Energi aktivasi dirumuskan dengan persamaan berikut: (Allundaru, dkk,
2013):
Ea = - RT Ln (K/A).................................................(2.21)

2.6. Asam Asetat


Senyawa utama asam karboksilat yang dibuat secara besar-besaran salah
satunya yaitu asam asetat. Asam asetat termasuk ke dalam golongan asam
karboksilat dengan rumus molekul CH3COOH, berwujud cairan kental jernih atau
padatan mengkilap, dengan bau tajam khas cuka, titik leburnya 16,7 C, dan titik
didihnya 118,5 C. Senyawa murninya dinamakan asam etanoat glasial. Dibuat
dengan mengoksidasi etanol atau dengan mengoksidasi butana dengan bantuan
mangan (II) atau kobalt (II) etanoat larut pada suhu 200 C. Asam asetat
digunakan dalam pembuatan anhidrida etanoat untuk menghasilkan selulosa
etanoat (untuk polivinil asetat). Senyawa ini juga dapat dibuat dari fermentasi
alkohol, dijumpai dalam cuka makan yang dibuat dari hasil fermentasi bir, anggur
atau air kelapa. Beberapa jenis cuka makan dibuat dengan menambahkan zat
warna (Sunarya, dkk, 2007).
Asam Asetat ( Farmakope indonesia edisi III, hal : 650)
Nama resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam Asetat
RM / BM : C2H4O2 / 60,05 gram/mol
Kelarutan : Larut dalam etanol, tidak larut dalam air
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan asap dan bau hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
Asam asetat termasuk asam lemah yang terionisasi sebagian dalam air.
Meskipun demikian, keasaman asam asetat tetap lebih tinggi dibanding dengan
keasaman air. Apabila kadar alkoholnya kurang dari 1 atau 2 %, maka asam asetat
yang terbentuk akan teroksidasi menghasilkan air dan karbondioksida. Asam
asetat dapat bercampur dengan air dan dengan pelarut organik. Dalam bentuk cair
atau uap, asam asetat glasial sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain. Asam
asetat digunakan untuk pengatur keasaman dalam industri makanan. Asam asetat
encer sering digunakan sebagai pelunak air di rumah tangga. Kegunaan asam
asetat sebagai cuka relatif kecil (Hardoyo, dkk, 2007).
Asam asetat mempunyai banyak kesamaan sifat dengan asam formiat yaitu:
berwujud cair, tidak berwarna, mudah larut dalam air, dan berbau tajam. Larutan
cuka sebagai makanan yang umum digunakan sehari-hari mempunyai kadar 25%
volume asam asetat, sedangkan asam asetat murni disebut asam asetat glasial
digunakan untuk membuat selulosa asetat dalam industri rayon. Di dalam industri
asam cuka digunakan untuk menurunkan pH (Sutresna, 2007).

2.7. Kalsium Karbonat


Kalsium karbonat adalah mineral inorganik yang dikenal tersedia dengan
harga murah secara komersial. Sifat fisis kalsium karbonat seperti, morfologi,
fase, ukuran dan distribusi ukuran harus dimodifikasi menurut bidang
pengaplikasiannya. Bentuk morfologi dan fase kalsium karbonat (Ca(CO3) terkait
dengan kondisi sintesis seperti, konsentrasi reaktan, suhu, waktu aging dan zat
adiktif alam. Kalsit (CaCO3) merupakan fase yang paling stabil dan banyak
digunakan dalam industri cat, kertas, magnetic recording, industri tekstil,
detergen, plastik, dan kosmetik (Lailiyah et al., 2012).
Nama Resmi : CALCII CARBONAS
Nama Lain : Kalsium Karbonat
BM/RM : 100,09 / CaCO3
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut dalam
air yang mengandung karbon dioksida.
Kegunaan : Zat tambahan
2.8. Aquadest
Aquadest adalah air hasil destilasi atau penyulingan sama dengan air murni
atau H2O, karena H2O hampir tidak mengandung mineral. Aquadest merupakan
air murni hasil destilasi yang memiliki kemampuan yang baik untuk
mengekstraksi sejumlah bahan simplisia (Voigh, 1995).

Nama resmi : AQUA DESTILLATA


Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02 gram/mol
Rumus Struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau ,tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat pelarut

2.9. Natrium Hidroksida


Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk kristal berwarna putih. NaOH
bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan dalam
industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan
menimbulkan reaksi eksotermis (Surest, A.H, 2010).
Nama Resmi : Natrium Hidroksida
Nama latin : Sodium Hydroxide
Struktur Kimia : Na-OH
Pemerian : Putih atau praktis putih, keras, rapuh dan menunjukkan
pecahan hablur. Jika terpapar di udara, akan cepat
menyerap karbon dioksida dan lembab. Massa melebur,
berbentuk pellet kecil, serpihan atau batang atau bentuk
lain.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
BM : 40,00
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

DAFTAR PUSTAKA
Allundaru, Revina dan Tanty Wisley Sitio. 2013. “ Studi Kinetika Reaksi
Eksploitasi Minyak Sawit,” Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol.
2, No. 2, Tahun 2013 halaman 216 – 219.
Anderton, J. D. 1997. Foundations of Chemistry Edisi kedua. Melbourne:
Longman
Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan. Jakarta.
Desnelli, dan Zainal Fanani. 2009. “Kinetika Reaksi Oksiadsi Asam Miristat,
Stereat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak kelapa sawit
serta Tanpa Medium,” Jurnal Penelitian Sains, vol. 12, no. 1 (C) 12107
Dogra, S.K., Dogra S. 1984. Kimia fisik dan soal-soal. Jakarta : Erlangga
Hardoyo, d. (2007), Kondisi optimum fermentasi asam asetat menggunakan
Acetobacter Aceti B166, Lampung:Universitas Lampung
Hill, Petucci R. H. 2002. Kimia dasar prinsip dan terapan. Jakarta : erlangga
Keenan, dkk.1980.Kimia untuk Universitas. Jakarta : Penerbit Erlangga
Lailiyah, M., Yudyanto, Haratiek. 2012. Pengaruh temperatu dan laju aliran gas
CO2 pada sintesis kalsium karbonat presipitat dengan metode bubbling.
Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 1(1). ISSN:2301-918X
Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia dasar. Yogyakarta : UGM Press
Sukamto. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : PT Bhineka Cipta
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : PT Bhineka Cipta
Sunarya, Yayan. 2002. Kimia Dasar II Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia
Terkini. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.9. Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga
Surest, A.H Dan Dodi S. 2010. Pembuatan pulp dari batang rosella dengan proses
soda (konsentrasi NaOH, Temperatur Pemasakan dan Lama
Pemasakan). Jurnal Teknik Kimia USU. Vol 1(1), 1-5
Sutresna, N. 2007. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM Press
Syukri, (1999), Kimia Dasar Jilid 2, Bandung:ITB
Utami, Budi. dkk. 2009. Kimia. Program Ilmu Alam. Jakarta
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press

Anda mungkin juga menyukai