LP Acs

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ACUTE


CORONARY SYNDROME (ACS) DI RUANG PERAWATAN UMUM DI RUMAH SAKIT
SAMARINDA MEDIKA CITRA

Oleh :
YULIANA TANTRA WIJAYA
NIM. P2003035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
BAB I
KONSEP TEORI

A. Landasan Teori
1) Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular
yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka
kematian yang tinggi (Irmalita dkk, 2015). Berdasarkan studi epidemiologi
diketahui bawa sebagian besar pasien dengan manifestasi nyeri dada tidak
mengalami Infark Miokard (MI). Penilaian dilakukan dengan EKG 12-lead
dalam 10 menit presentasi. Jika ditemukan bukti STEMI, pasien harus dirujuk
secepatnya untuk mendapatkan terapi reperfusi perkutaneus atau terapi
fibrinolitik.

2) Klasifikasi
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi
menjadi (Lily, 2012):
a) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment
elevation myocardial infarction)
b) Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST
segment elevation myocardial infarction
c) Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)

3) Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan yeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian
(Hermawatirisa, 2014).
Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko mayor
dan minor. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi, hiperlipidemia, merokok,
dan obesitas sedangkan faktor risko minor meliputi DM, stress, kurang
olahraga,
riwayat keluarga, usia dan seks. Faktor risiko SKA pada wanita meliputi :
Obesitas, riwayat keluarga, diabetes mellitus, penggunaan kontrasepsi oral
yang disertai dengan riwayat merokok, kolesterol, merokok.

4) Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma
pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan
perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak
tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi
jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white tromhbus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah
koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia
miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh
darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis
dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung
(miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan
kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah
iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk,
ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak
plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi
dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus,
dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi
Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia,
tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA
pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis (Irmalita dkk, 2015)
5) WOC STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)

Modify Unmodify
Blok pada arteri koroner
Merokok, alcohol, hipertensi, jantung Congenital
akumulasi lipid

Non Stemi Blok sebagian Blok total STEMI

ALIRAN DARAH KORONER MENURUN ISKEMIA MIOKARD

B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone

Aliran darah ke paru Edema dan bengkak Gangguan fungsi


Aliran darah Nyeri
terganggu sekitar miokard Metabolisme ventrikel
keginjal menurun
anaerob
Mual/muntah Penurunan aliran
Suplai O2 tidak Jalur hantaran listrik Produksi urin
As. Laktat darah
seimbang dengan terganggu menurun
kebutuhan tubuh Anoreksia
Menyentuh ujung Curah jantung
Pompa jantung tidak
saraf reseptor Vol. Plasma Resiko ketidakseimbangan menurun
Meningkatnya terkoordinasi
kebutuhan O2 nutrisi
Nyeri dada Suplai O2 kejaringan
Vol. Sekuncup Aliran balik vena
Hipoksia, iskemia, menurun
Takipneu turun
infark meluas
Nyeri Akut Beban jantung Kelemahan
PC:Penurunan
Ketidakefektifan Pola Otot rangka kekurangan
Nafas Curah Jantung Resti kelebihan Retensi Na dan air, Intoleransi Aktivitas
O2 dan ATP
volume cairan eksresi kalium

Sumber: (Darliana, Devi. 2016. Manajemen pasien ST elevasi miokardial infark (STEMI)
6) Manifestasi Klinik
Terbentuknya trombus akibat proses patofisiologi SKA menyebabkan
darah sulit mengalir ke otot jantung dan daerah yang diperdarahi menjadi
terancam mati. Gejala yang khas dari SKA adalah rasa nyeri, rasa terjepit, kram,
rasa berat atau rasa terbakar di dada (angina). Lokasi nyeri biasanya berada di
sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri
ini dapat menjalar ke rahang bawah, leher, bahu atau lengan serta ke punggung.
Nyeri dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri ini dapat pula timbul pada
penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau penderita yang
pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola serangannya menjadi lebih
berat atau lebih sering.
Selain gejala gejala yang khas tersebut, bisa juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya yang terganggu atau hanya berupa nyeri yang
terasa di ulu hati. Keluhan diatas dapat disertai dengan sesak, muntah atau
keringat dingin. SKA dapat bermanifestasi sebagai angina tidak stabil atau
serangan jantung dan dapat berakhibat kematian.

7) Komplikasi
Adapun komplikasi dari SKA menurut Price & Wilson, 1995 diantaranya:
1. Gagal Jantung Kongesti
Gagal jantung kongesti sirkulasi akibat sirkulasi disfungsi miokard tempat
kongesti tergantung dari ventrikel yang terlibat. Disfungsi ventrikel kiri atau
gagal jantung kiri menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis. Disfungsi
ventrikel kanan atau gagal jantung kanan mengakibatkan kongesti vena
sistemik. Kompilkasi mekanis yang paling sering setelah infark miokard
adalah gagal jantung kiri
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah darurat medis yang memerlukan tindakan cepat
dan tepat untuk menghindari kerusakan sel yang ireversibel dan kematian,
biasanya diakibatkan oleh kegagalan ventrikel kiri.
3. Regurgitasi mitral akut
Kelainan regurgitasi mitral akut ini dapat relatif ringan dan bersifat
sementara bila disebabkan oleh disfungsi otot papilaris. Ruptur otot
papilaris/korda tendinea lebih jarang dan sering menyebabkan gagal jantung
akut dan penurunan tekanan darah. Inkompetensi katup akibat aliran balik
dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri, akibat yang terjadi adalah
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti atrium kiri dan vena
pulmonalis.
4. Ruptur jantung dan septum
Ruptur ventrikel menyebabkan tamponade karena dinding nekrotik yang
tipis sehinga terjadi perdarahan massif ke dalam jantung perikardium
sehingga menekan jantung.
5. Tromboembolisme
Trombus mural dapat ditemukan di ventrikel kiri pada tempat infark
miokard dan kadang-kadang terjadi dalam 24 jam pertama, bila diketahui
ada trombus mural maka anti koagulan perlu diberikan.
6. Aneurisma Ventrikel
Aneurisma ventrikel dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis
dan pembentukan parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika
sistol, tekanan tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah
menonjol keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu
dan dapat menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat
mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat pada
apex dan bagian anterior jantung.
7. Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada
inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan
epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga
merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan.
8. Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila
menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan
kebutuhan O2 miokard yang mengakibatkan perluasan infark.

8) Penatalaksanaan
Rilantono (1996) mengatakan tahap awal dan cepat pengobatan pasien SKA
adalah:
1. Oksigenasi
Langkah ini segera dilakukan karena dapat membatasi kekurangan oksigen
pada miokard yang mengalami cedera serta menurunkan beratnya ST-
elevasi. Ini dilakukan sampai dengan pasien stabil dengan level oksigen 2–3
liter/ menit secara kanul hidung.
2. Nitrogliserin (NTG)
digunakan pada pasien yang tidak hipotensi. Mula-mula secara sublingual
(SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau aerosol spray. Jika sakit dada tetap ada setelah 3x
NTG setiap 5 menit dilanjutkan dengan drip intravena 5–10 ug/menit
(jangan lebih 200 ug/menit ) dan tekanan darah sistolik jangan kurang dari
100 mmHg. Manfaatnya ialah memperbaiki pengiriman oksigen ke
miokard; menurunkan kebutuhan oksigen di miokard; menurunkan beban
awal (preload) sehingga mengubah tegangan dinding ventrikel; dilatasi
arteri coroner besar dan memperbaiki aliran kolateral; serta menghambat
agregasi platelet (masih menjadi pertanyaan).
3. Morphine: Obat ini bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan
kegelisahan; mengurangi rasa sakit akibat iskemia; meningkatkan venous
capacitance; menurunkan tahanan pembuluh sistemik; serta nadi menurun
dan tekanan darah juga menurun, sehingga preload dan after load menurun,
beban miokard berkurang, pasien tenang tidak kesakitan. Dosis 2 – 4 mg
intravena sambil memperhatikan efek samping mual, bradikardi, dan depresi
pernapasan
4. Aspirin: harus diberikan kepada semua pasien Sindrom coroner akut jika
tidak ada kontraindikasi (ulkus gaster, asma bronkial). Efeknya ialah
menghambat siklooksigenase –1 dalam platelet dan mencegah pembentukan
tromboksan-A2. Kedua hal tersebut menyebabkan agregasi platelet dan
konstriksi arterial.

9) Pemeriksaan Diagnostik
a) Elektrokardiogram
Befungsi untuk merekam sinyal-sinyal listrik yang bergerak melalui jantung
didalam tubuh. EKG seringkali dapat mendiagnosis bukti serangan jantung
sebelum kejadian atau yang sedan berlangsung.
b) Ekokardiogram
Tes untuk mendiagnosis kondisi penyakit jantung koroner. Alat ini
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung anda.
c) CT scan jantung
Dapat melihat deposit kalsium di arteri anda. Kelebihan kalsium dapat
mempersempit arteri sehingga ini dapat menjadi pertanda kemungkinan
penyakit arteri koroner. Selain itu melakukan X-ray dan ultrasound untuk
menyimpulkan kondisi anda.
d) Laboratorium
Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah serangan puncaknya 10-30
gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah serangan
puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit meningkat
10.000 – 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat sebagai akibat
aterosklerosis
e) Foto Thorax Rontgen
Tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada bendungan
paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel
f) Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)
Pemasangan kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan
memonitor x-ray yang mengetahui sumbatan pada arteri koroner
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Tidak dapat tidur
d. Pola hidup menetap
e. Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
a. Takikardi
b. Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
a. Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
b. Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
c. Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
d. Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
1) Friksi ; dicurigai Perikarditis
2) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
3) Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
4) Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan.
6. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
2) Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung, leher.
3) Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
4) Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus
hipertensi, lansia
9. Pernafasan
Gejala :
a. dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
b. dispnea nocturnal
c. batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
peningkatan frekuensi pernafasan
nafas sesak / kuat
pucat, sianosis
bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interaksi social
Gejala :
Stress
Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan dirs.
Tanda :
a. Kesulitan istirahat dengan tenang
b. Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
c. Menarik diri

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
2. Resiko penurunan curah jantung dengan factor risiko perubahan kontraktilitas
3. Gangguan sirkulasi spontan b/d abnormalitas kelistrikan jantung
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Akut b/d agen pencedera Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
fisiologis (iskemi) definisi : pengalaman sensorik 1.1. Identifikasi Skala Nyeri
Definisi : pengalaman sensorik atau atau emosional yang berkaitan 1.2. Identifikasi factor yang
emosional yang berkaitan dengan dengan kerusakan jaringan memperberat nyeri
kerusakan jariangan actual atau actual atau fungsional dengan 1.3. Berikan teknik nonfarmakologis
fungsional, dengan onset mendadak onset mendadak atau lambat 1.4. Kontrol lingkungan
atau lambat dan berintensitas ringan dan berintensitas ringan hingga 1.5. Jelaskan startegi meredakan nyeri
hingga berat yang berlangsung kurang berat dan konstan 1.6. Kolaborasi pemberian analgetik
dari 3 bulan KH
1. Keluhan Nyeri
2. Meringis
3. Gelisah
Skala indiaktor :
1 = meningkat
2 = cukup meningkat
3 = sedang
4 = cukup menurun
5 = menurun
2 Risiko penurunan curah jantung Curah Jantung Perawatan jantung Akut
dengan factor risiko perubahan definisi : keadekuatan jantung 1.1. Identifikasi Karakteristik Nyeri
kontraktilitas memompa darah untuk dada
Definisi : berisiko mengalami memenuhi kebutuhan 1.2. Monitor EKG 12 sadapan
pemompaan jantung yang tidak metabolism tubuh 1.3. Pertahankan tirah baring
adekuat untuk memenuhi kebutuhan KH 1.4. Edukasi melaporkan jika nyeri
metabolisme 1. Kekuatan Nadi Perifer dada
Skala indiaktor : 1.5. Edukasi menghindari maneuver
1 = menurun 1.6. Kolaborasi pemberian antiplatelet
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat

2. Palpitasi
3. Bradikardi
4. Takikardi
5. Gambaran EKG aritmia
Skala indiaktor :
1 = meningkat
2 = cukup meningkat
3 = sedang
4 = cukup menurun
5 = menurun
3 Gangguan sirkulasi spontan b/d Sirkulasi Spontan Resusitasi Cairan
abnormalitas kelistrikan jantung definisi : kemampuan untuk 1.1. Monitor status hemodinamik
Definisi : ketidakmampuan mempertahankan sirkulasi 1.2. Monitor status oksigen
mempertahankan sirkulasi yang yang adekuat untuk menunjang 1.3. Monitor kelebihan cairan
adekuat untuk menunjang kehidupan kehidupan. 1.4. Monitor output cairan tubuh
KH 1.5. Kolaborasi pemasangan jalur
1. Tingkat kesadaran infus dan pemberian cairan
2. Frekuensi nadi
3. Tekanan darah
4. Frekuensi nafas

Skala indiaktor :
1 = menurun
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi I. Jakarta:
DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai