Manajerial
Manajerial
Luring
Penanggung Jawab :
Dr. Praptono, M.Ed.
Penyusun :
1. Eva Seske Gresye Moroki, S.Pd., M.Pd.
2. Dr. Dian Ekawati, M.Pd.
Reviewer:
1. Fety Marhayuni, S.Pd., M.Pd.
Pokja PKK 2
Editor:
Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kemendikbud
Hak Cipta: 2020 pada Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan
Tenaga Kependidikan
Dilindungi Undang-Undang
Diterbitkan oleh: Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga
Kependidikan Kemdikbud RI
MILIK NEGARA
TIDAK
DIPERDAGANGKAN
Manajerial Sekolah
KATA PENGANTAR
Salah satu program prioritas tahun 2020 Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah penyiapan calon
kepala sekolah yang mampu memimpin dan mengelola sekolahnya dengan baik
sehingga murid mendapatkan kebahagiaan selama menjalani proses Pendidikan di
sekolah (Student's Wellbeing).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 6 Tahun 2018
tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah mengamanatkan bahwa guru
sebagai calon Kepala Sekolah harus mengikuti Diklat Calon Kepala Sekolah dan
mendapatkan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) sebagai salah
satu persyaratan untuk menduduki jabatan sebagai Kepala Sekolah.
Bahan Pembelajaran (BP) ini digunakan sebagai bahan belajar secara dalam jaringan
(daring), Luar jaringan (luring) atau perpaduan antara daring dan luring (kombinasi)
bagi pengajar dan peserta Diklat Calon Kepala Sekolah dalam melaksanakan seluruh
rangkaian diklat yang terdiri aktivitas pembelajaran dan tugas-tugas yang
dipersyaratkan. Bahan pembelajaran ini memuat Penjelasan Umum, Petunjuk
Penggunaan BP, Kegiatan Pembelajaran, Bahan Bacaan.
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi dalam
penyelesaian buku pegangan ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi upaya yang
kita lakukan.
1. Penyusunan RKS
2. Pengelolaan Standar Kompetensi Lulusan (Pengelolaan Peserta Didik)
3. Pengelolaan Standar Isi (Pengelolaan Kurikulum)
4. Pengelolaan Standar Proses
5. Pengelolaan Standar Penilaian
Budaya belajar adalah cerminan mutu pendidikan sekolah yang tumbuh kembangnya
berdasarkan semangat dan nilai yang dianut sekolah, lingkungan, suasana, rasa, sifat,
dan iklim sekolah yang mampu mengembangkan kecerdasan, keterampilan siswa yang
ditampakkan dalam bentuk kerjasama warga sekolah dalam kedisiplinan, tanggung
jawab, dan motivasi belajar. Budaya belajar merupakan pandangan hidup yang diakui
bersama oleh masyarakat sekolah yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai
yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abtrak, terutama yang berkaitan dengan
hasil belajar (Nugraha dan Ambiyar).
seperti keluarga di rumah, teman-teman di sekolah,
guru, konselor, tenaga kependidikan, dan antara kelompak masyarakat sekolah.
Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma,
moral serta etika bersama yang berlaku disuatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan,
keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan,
rasa kebanggaan dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam
budaya belajar.
Fenomena budaya belajar yang berpihak pada murid memiliki indikator seperti sistem
pembelajaran lebih baik, waktu belajar lebih panjang dan memiliki lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran.
Kepala sekolah dan warga sekolah dalam merumuskan dan menetapkan visi sekolah
memperhatian ketentuan perumusan visi dan misi yang baik. Untuk mewujudkan visi,
sekolah menciptakan budaya belajar yang berpihak pada peserta ddidik. seorang
Kepala sekolah melakukan tindakan-tindakan yang berkenaan dengan visi sekolah
seperti melibatkan warga sekolah dalam penetapan visi dan program yang mendukung,
mengomunikasikan visi dengan berbagai cara yang efektif menjangkau warga sekolah,
menghimpun dukungan dari segenap warga sekolah dan komunitas dalam mewujudkan
visi sekolah, dan mendorong warga sekolah untuk mencoba pendekatan-pendekatan
baru secara interaktif dan reflektif yang mewujudkan visi sekolah.
a.
Manajerial Sekolah 1
Kepala sekolah dalam memimpin sekolah mempunyai peran yang sangat penting
dalam mewujudkan budaya belajar yang berpihak pada peserta didik. Penyusunan
Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang didalamnya memuat visi sekolah yang tepat,
pengelolaan standar kelulusan, pengelolaan standar isi, pengelolaan standar proses
dan pengelolaan standar penilaian perlu dilakukan secara optimal agar mampu
mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada peserta didik.
1.
Rencana Kerja Sekolah (RKS) merupakan sebuah proses perencanaan atas semua
hal dengan baik dan teliti untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan tujuan agar
sekolah dapat menyesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, sosial
budaya masyarakat, potensi sekolah dan kebutuhan peserta didik. RKS (Rencana
Kerja Sekolah) disusun sebagai pedoman kerja dalam pengembangan sekolah,
dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan
sekolah, dan sebagai bahan acuan untuk mengidentifikasi serta mengajukan sumber
daya yang diperlukan.
Salah satu aktivitas atau tahapan penting dalam kegiatan manajemen adalah
menyusun perencanaan.
Sedangkan menurut Terry (2015), perencanaan adalah pemilihan dan
menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang
berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-
kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah pengambilan
keputusan secara rasional dan sistematis untuk menentukan tindakan yang dianggap
tepat sebagai upaya mencapai tujuan.
2) Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS) yang dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja
Jangka Menengah (RKJM).
RKJM adalah rencana kerja yang berisi tujuan, program, kegiatan, dan estimasi
sumber daya untuk jangka waktu 4 (empat) tahun. Sedangkan RKT adalah program
jangka pendek atau tahunan sebagai jabaran atau operasionalisasi RKJM.
1) Legitimasi
RKS disahkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang menjadi dasar dan legitimasi
sekolah untuk menjalankan seluruh progrm dan kegiatan. RKS dapat dikatakan
sebagai dokumen perencanaan yang menjadi landasan bagi warga sekolah untuk
menjalankan seluruh aktivitas sekolah.
2) Pengarah
RKS akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara lebih
terkoordinasi dan terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Sekolah yang tidak
menyusun RKS sangat mungkin mengalami konflik kepentingan, pemborosan
sumberdaya, dan ketidak berhasilan dalam pencapaian tujuan karena bagian-bagian
dari organisasi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas dan
terarah.
3) Minimalisasi ketidakpastian
Pada dasarnya segala sesuatu di dunia ini akan mengalami perubahan. Tidak ada
yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan seringkali sesuai
dengan apa yang kita perkirakan, akan tetapi tidak jarang pula di luar perkiraan kita
sehingga menimbulkan ketidakpastian. Ketidakpastian inilah yang coba diminimalkan
melalui penyusunan RKS.
RKS berfungsi sebagai penetapan kualitas yang harus dicapai oleh sekolah dan
diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam proses
pengawasan, manajemen sekolah membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai
dengan realisasi di lapangan. Selain itu juga membandingkan antara standar yang
Manajerial Sekolah 4
ingin dicapai dengan kenyataan di lapangan, mengevaluasi penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi hingga dapat diambil tindakan yang diangap
perlu untuk memperbaiki kinerja sekolah.
2) Dari hasil EDS kemungkinan diperoleh berbagai kekurangan atau masalah pada
masing-masing standar. Dari kekurangan atau masalah akan dibuat
rekomendasi untuk perbaikan. Mengingat keterbatasan sumberdaya, kumpulan
rekomendasi yang jumlahnya cukup banyak kemudian dipilih dengan
menggunakan skala prioritas.
Manajerial Sekolah 7
w w ww» z•x••••-
w w w « .u. w
t Tv •«”•a=z•••s
u z• » •u a ro •
tax aaaaojaaoa zq u xM et* aB«*ta a*me«¥aN*re• 's zs
•••••sa•«•s• •
w w w w u•
•• -•• = wr •
w w •s • ^T --•••• e•• *•
9
•• - ••
«a •v w w
u w •« ••- •••
› ’“ “e i "" ’“ ’
• - -••••s- •
—- -
w »
wwzu
w«sy rz - -m •• • •
ww»
Keterangan:
1. Identitas sekolah dan skor penjaminan mutu Bagian pertama dari rapor mutu
sekolah menunjukkan informasi umum terkait identitas sekolah. Pada bagian
ini juga ditampilkan kategori pencapaian penjaminan mutu pendidikan. Kategori
tersebut ditandai dengan nilai yang disajikan dalam skor antara I hingga V.
Skor tersebut diperoleh dari rata-rata nilai rataan pencapaian standar dari
kedelapan SNP.
2. Diagram Radar Rataan Pencapaian Standar Bagian ini menunjukkan informasi
terkait pencapaian skor di setiap delapan SNP. Rentang nilai dari masing-
masing standar adalah antara 0 — 7. Skor disajikan dalam bentuk diagram
radar yang menunjukkan informasi perbedaan pencapaian skor dari masing-
masing standar. Diagram tersebut memudahkan pembaca untuk
membandingkan posisi pencapaian skor dari kedelapan SNP. Jika titik rataan
25 pencapaian standar semakin mendekati garis terluar radar, maka standar
yang dicapai telah mendekati SNP.
3. Kategori Skor Capaian SNP
Pencapaian pemenuhan standar sekolah ditunjukkan dengan skor antara I —
V, I : Menuju SNP 1, dengan nilai rataan 0 — 2,04
II : Menuju SNP 2, dengan nilai rataan 2,04 — 3,70
III: Menuju SNP 3, dengan nilai rataan 3,70 —
5,06 IV: Menuju SNP 4, dengan nilai rataan 5,06
— 6,66 V : SNP 5, dengan nilai rataan 6,66 —
7,00 4.
4. Tabel Pencapaian Indikator dan Subindikator
Bagian keempat memberikan informasi capaian Indikator dan subindikator dari
delapan Standar Nasional Pendidikan. Setiap indikator dan subindikator
menampilkan informasi perolehan skor rataan serta kategori pencapaian mutu
dengan rentang skor I — V seperti yang dijelaskan pada keterangan nomor 3.
Berdasarkan raport mutu kepala sekolah bersama dengan TPMPS melakukan
indentifikasi kekuatan dan kelemahan sekolah. Identifikasi kekuatan dan
kelemahan merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk memperoleh gambaran kinerja awal satuan pendidikan.
Setelah sekolah mengetahui rapor mutu, langkah awal yang dilakukan adalah
melakukan validasi capaian pada standar maupun pada indikator yang ada
pada rapor mutu dengan kondisi real sekolah. Selanjutnya sekolah melakukan
pengolahan dan analisis data bukti yang telah terkumpul. Data bukti yang
terkumpul menggambarkan kondisi mutu satuan pendidikan saat ini terhadap
SNP. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data: (1) TPMPS menyusun
format analisis dengan pendekatan-pendekatan yang dipahami oleh pemangku
kepentingan; (2) Satuan pendidikan bersama TPMPS mengisi format sesuai
dengan dokumentasi hasil pengisian instrumen (3) Satuan pendidikan bersama
TPMPS mengajak para pemangku kepentingan untuk menentukan masalah
bedasarkan hasil analisis kondisi sekolah Selanjutnya sekolah menentukan
akar masalah untuk kondisi sekolah yang tidak memenuhi standar mutu
dengan langkah: (1) Satuan pendidikan bersama TPMPS menganalisis
masalah dengan pendekatan-pendekatan yang dipahami oleh pemangku
kepentingan, (2) Mencari akar dari setiap masalah yang telah teridentifikasi
sebagai hasil analisis sebelumnya dengan menggunakan pendekatan yang
telah disepakati, (3) Mencari hubungan antar akar/penyebab suatu masalah
dengan masalah lain, (4) Membuat prioritas masalah yang akan dipecahkan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan. Setelah
masalah dan akar masalah ditemukan, selanjutnya sekolah menyusun
rekomendasi dengan langkah: (1) menyusun prioritas dari masalah yang paling
mendesak untuk diselesaikan sampai ke masalah yang kurang mendesak. (2)
menentukan solusi untuk memecahkan pemecahan masalah tersebut. (3)
menyusun laporan hasil pemetaan mutu dan rekomendasi masalah tersebut.
Berikut contoh analisis analisis konteks berdasarkan hasil EDS/Pemetaan
Mutu.
Standar Indikator Kondisi Saat Ini Analisis Lingkungan Masalah Akar Masalah Alternatif Solusi
(SWOT
Sarana dan 6.1. Kapasitas dan 1. Kapasitas dan Kekuatan: Tanah sekolah • Tidak bisa Membangun
Prasarana daya tampung daya tampung 1. Rombel sudah tanah pemerintah menambah sekolah tingkat
siswa memadai. siswa kurang memadai. yang sulit lahan dan mencari
6.1.1. Memiliki memadai. menambah lahan • Dana bantuan dana
rombongan 2. Rombel sudah Kelemahan: karena di tengah bantuan tidak ke pihak lain
belajar yang memadai. 1. luas lahan kurang pemukiman ada karena selain
sesuai dan 3. Sekolah terletak sekali. SPP gratis pemerintah
memadai. ditengah 2. Ruang kelas sangat
6.1.2. Rasio luas pemukiman dan sempit.
3. Ruang perpustakaan
lahan sesuai rasio luas lahan
tidak memadai
rasio siswa. sangat tidak
4. Jamban sangat
6.2. Sekolah memiliki memenuhi
sempit, bau dan
sarpras yang standar.
jumlah kurang sekali
lengkap. 4. Ruang kelas
6.2.1. Memiliki ruang sempit tidak
Peluang:
kelas sesuai sesuai standar. 1. Masyarakat percaya
standar. 5. Ruang perpus pada sekolah
6.2.2. Sekolah tidak memadai dibuktikan dengan
memiliki ruang 6. Sarpras pendaftar saat PPDB
perpus yang pendukung melebihi Pagu.
memadai. sekolah kurang 2. Di sekitar sekolah
6.3. sekolah memiliki sesuai standar terdapat banyak DuDi
sarpras 7. Jamban sekolah
pendukung yang tidak sesuai Ancaman: 1. SPP gratis
lengkap. standar (sangat
6.3.1. Sekolah tidak layak)
memiliki jamban
sesuai standar
Manajerial Sekolah 11
Rencana Kerja Tahunan memuat ketentuan yang ada di sekolah dengan jelas
mengenai:
1) kesiswaan;
2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
4) sarana dan prasarana;
5) keuangan dan pembiayaan;
6) budaya dan lingkungan sekolah;
7) peran serta masyarakat dan kemitraan; dan
8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu.
Dalam mengembangkan Rencana Kerja Sekolah yang digunakan sebagai pedoman
pengelolaan sekolah perlu mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah, serta
ditnjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Pedoman pengelolaan sekolah meliputi:
Monitoring dan
Evaluasi
Kepala sekolah sebagai manajer sekolah mampu menentukan target capaian dan
tonggak keberhasilan dalam melaksanakan RKS, baik dalam Rencana Kerja Jangka
Menengah (RKJM) 4 tahun maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT) 1 tahun
sehingga pelaksanaan perencanaan program lebih operasional dan terukur
pencapaiannya. Secara konkret, kepala sekolah menentukan tujuan atau sasaran 1
tahunan dan 4 tahun ke depan dalam program RKJM dan RKAS, sekaligus
merumuskan tonggak keberhasilan dan output yang akan dihasilkan, baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan strategi pencapaiannya.
Rencana Kerja Sekolah (RKS) adalah dokumen penting yang digunakan sebagai
salah satu pedoman sekolah. Oleh karena itu, RKS harus memuat hal-hal penting
yang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap kebutuhan
pengembangan sekolah. Sekolah dapat menetapkan standar mutu baru di atas SNP
apabila seluruh standar dalam SNP telah terpenuhi. Acuan utama RKS adalah
pengembangan sekolah berdasarkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan.
Sebagaimana diuraikan tersebut, RKS berupa RKJM dan RKT. RKJM yang baik
Manajerial Sekolah 13
minimal memenuhi komponen sebagai berikut:
Komponen RKT hampir sama dengan RKJM, hanya sedikit berbeda. RKT tidak
mencantumkan komponen 3 (analisis pendidikan 4 tahun mendatang) dan
komponen 5 (tujuan sekolah tahun mendatang).
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Landasan Hukum
c. Tujuan
d. Manfaat
e. Ruang Lingkup RKJM
Bab V Penutup
Berisi tujuan, harapan, kebermanfaatan RKJM, rencana pengembangan
dan rekomendasi.
Contoh sistematika RKT sebagai jabaran dari RKJM sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Landasan Hukum
c. Tujuan
d. Manfaat
e. Ruang Lingkup RKT
Bab IV Penutup
Berisi tujuan, harapan, kebermanfaatan RKT, rencana pengembangan dan
rekomendasi.
Ruang lingkup SKL terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang
diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Setiap lulusan satuan
pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan
dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan
pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan
Hasil yang diperoleh dari monitoring
dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar
Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.
Strategi dalam upaya pemenuhan standar kompetensi lulusan (SKL) dapat dilakukan
oleh kepala sekolah diantaranyal sebagai berikut.
a. Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mendukung kualitas pembelajaran
b. Memberi penghargaan kepada siswa yang berprestasi
c. meningkatkan fungsi Bursa Kerja Khusus,
d. meningkatkan kegiatan siswa dalam bidang sosial, budaya, dan agama,
e. melakukan penelusuran alumni dan pengarsipan data alumni, dan
f.menyediakan fasilitas dan memfungsikan seluuruh sumber belajar.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi ditetapkan untuk mencapai
kompetensi lulusan yang telah ditetapkan.
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain
sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu,
Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat
kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar
Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik,
kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan
karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut.
Standar isi yang secara keseluruhan mencakup hal- hal sebagai berikut.
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman
dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan dari standar isi.
4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah
DOKUMEN 1
Manajerial Sekolah 2§
prasarana lainnya sangat diperlukan sebagai unsur penunjang yang
memberikan kemudahan pelaksanaan KTSP.
DOKUMEN 2 : Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran suatu mata pelajaran yang merupakan
penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
pencapaian kompetensi, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan penilaian.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran
Fungsi dan manfaat silabus adalah sebagai berikut.
1. Merupakan pedoman atau acuan dalam penyusunan RPP yang secara
komprehensif, mengandung rancangan seluruh aspek pembelajaran terkait
dengan tujuan langsung pembelajaran (direct teaching) maupun tujuan tidak
langsung pembelajaran (indirect teaching),
2. Menjadi acuan pengelolaan media dan sumber belajar, terutama dalam
pengembangan sarana dan prasarana yang dapat mengembangkan
budaya literasi secara menyeluruh;
3. Menjadi acuan pengembangan sistem penilaian;
4. Merupakan gambaran umum program dan target yang akan dicapai mata
pelajaran;
5. Merupakan dokumentasi tertulis dalam rangka akuntabilitas program
pembelajaran.
Manajerial Sekolah 26
Komponen-Komponen Silabus Kurikulum 2013:
1. Identitas silabus
Setiap silabus mata pelajaran harus memuat identitas tersendiri, minimal
meliputi: nama satuan pendidikan (sekolah), nama mata pelajaran,
kelas/semester;
2. Kompetensi Inti
Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran;
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah kemampuan yang menjadi syarat untuk menguasai
Kl, diperoleh melalui proses pembelajaran. KD merupakan tingkat
kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran serta perkembangan
belajar yang mengacu pada Kl dan dikembangkan berdasarkan taksonomi
hasil belajar.
a. KD dari Kl-3 merupakan dasar untuk mengembangkan materi
pembelajaran pengetahuan.
b. KD dari Kl-4 merupakan dasar untuk mengembangkan keterampilan
dan pengalaman belajar yang perlu dilakukan peserta didik.
c. Khusus untuk Mapel PA-BP dan PPKN ditambah KD dari Kl-1
(Sikap Spiritual) dan KD dari Kl-2 (Sikap Sosial).
4. Materi Pokok
Materi Pokok pembelajaran dikembangkan dari IPK sesuai dengan tuntutan
KD dari Kl-3 (Pengetahuan) dan KD dari Kl-4 (Keterampilan).
Pengembangan materi pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Potensi peserta didik;
b. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik;
c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual peserta didik;
d. Kebermanfaatan bagi peserta didik, baik untuk mendukung
pengembangan hard skills maupun soft skills,
e. Struktur keilmuan;
f. Penguatan nilai-nilai utama pendidikan karakter yaitu religius,
nasionalis, kemandirian, gotong royong, dan integritas;
g. Keterampilan Abad 21 khususnya 4C (Creative, Critical Thinking,
Communicative, dan Collaborative), literasi digital, life skills,' dan
h. Alokasi waktu.
5. Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik
dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu
lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik
dapat membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka menghasilkan SDM yang
kompeten dan berkarakter.
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
membentuk kemampuan mengidentifikasi dan merumuskan masalah,
mengumpulkan data, mengolah dan menyimpulkan data serta
mengomunikasikan.
Untuk membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan
rasa keingintahuan dan kemampuan produktif peserta didik, dikembangkan
model-model pembelajaran sebagai berikut.
a. Pembelajaran melalui penemuan (discovery learning),
b. Pembelajaran melalui penyingkapan (inquiry learning),
c. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),
d. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning),
e. Pembelajaran berbasis produksi (production-based training), dan
Tidak semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi
pembelajaran. Ooleh karena itu, untuk menetapkan model yang paling cocok
harus dilakukan analisis terhadap rumusan pernyataan setiap KD sehingga
dapat dismpulkan model pembelajaran apa yang cocok dengan KD tersebut
apakah sesuai dengan model pembelajaran penemuan/penyingkapan
(Discovery dan Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya
(Problem/Project/ Production-based Learning dan Teaching Factory).
6. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
7. Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap pasang KD didasarkan atas jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu sesuai yang
tersedia di Struktur Kurikulum dengan mempertimbangkan jumlah KD serta
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan masing-
masing KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai pasangan KD ( pengetahuan dan
keterampilan) yang dibutuhkan peserta didik yang memiliki
kemampuan beragam
8. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
DOKUMEN 3: RPP
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dokumen 3, memuat rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk tiap mata pelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali
pertemuan atau lebih.
Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi;
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
I. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan
penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.
1. Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat,
berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.
Pengembangan kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1) berpusat pada peserta didik;
2) mengembangkan kreativitas peserta didik;
3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang;
4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; dan
5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien,
dan bermakna.
(1) Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach).
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik simpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan.
Pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) berpusat pada siswa;
2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip;
3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan
4) dapat mengembangkan karakter
siswa. Tujuan pendekatan saintifik adalah
untuk:
1) meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa;
2) mampu menyelesaikan suatu masalah secara sistematik;
3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar
itu merupakan suatu kebutuhan;
4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi;
5) untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah; dan
6) untuk mengembangkan karakter siswa.
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) pembelajaran berpusat pada siswa;
2) pembelajaran membentuk students self concept;
3) pembelajaran terhindar dari verbalisme;
4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip;
5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa;
6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru;
7) pemberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi; dan
8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Langkah-langkah umum pendekatan saintifik mengacu kepada Iangkah-
langkah pendekatan ilmiah yang meliputi kegiatan menggali informasi melalui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau
situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pendekatan saintifik dikembangkan dalam
berbagai strategi pembelajaran.
2. Model Pembelajaran
Beberapa model pembelajaran yang dianjurkan dalam mengimplementasikan
pembelajaran dikelas dan harus mengintegrasikan nilai-nilai karakter, Kecakapan
Berfikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan kecakapan
abad 21 antara Iain adalah: Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning),
Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains, Model Pembelajaran Problem-
Based Learning (PBL), Model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL),
Model
Pembelajaran Production-Based Training/ Production - Based Education and
Training (PBT/PBET), dan Model Pembelajaran Teaching Factory.
a. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning))
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu
terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (pengambilan
keputusan/kesimpulan). Proses itu disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and
principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Tujuan pembelajaran model Discovery Learning
• Meningkatkan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran;
• Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun
abstrak;
• Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan;
• Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif,
saling membagi informasi, serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide
orang Iain;
• Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih
bermakna;
• Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi
belajar penemuan ke dalam aktivitas situasi belajar yang baru.
Sintak model Discovery Learning
• Pemberian rangsangan (Stimulation),
• Pernyataan/ldentifikasi masalah (Problem statement),
• Pengumpulan data (Data collection),'
• Pembuktian (Verification), dan
• Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b. Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses
penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang
singkat (Joice & Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis, dan logis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang
dipertanyakan. Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan peserta
didik pada kasus yaog nyata di dalam penyelidikan, melalui cara
mengkonfrontasi dengan area yang diselidiki, dimana mereka mengidentifikasi
konsep atau metodologi investigasi serta mendorong cara-cara mengatasi
masalah.
Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk mengembangkan kemampuan berfikir
secara sistimatis, logis, dan kritis sebagai bagian dari proses mental.
Sintaks/tahap model inkuiri terbimbing meliputi:
• Orientasi masalah;
• Pengumpulan data dan verifikasi;
• Pengumpulan data melalui eksperimen;
• Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
• Analisis proses inkuiri.
Sintaks/tahap model inkuiri Sains (Biology)
• Menentukan area investigasi termasuk metodologi yang akan digunakan;
• Menstrukturkan problem/masalah;
• Mengidentifikasi problem-problem yang kemungkinan terjadi dalam proses
Investigasi;
• Menyelesaikan kesulitan/masalah dengan melakukan desain ulang,
mengumpulkan dan mengorganisir data dengan cara Iain dan sebagainya.
c. Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir
dari peserta didik secara individu maupun kelompok, serta lingkungan nyata
(autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga menjadi bermakna,
relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning
untuk pemecahan masalah yang kompleks, problem-problem nyata dengan
menggunakan pendekataan studi kasus. Peserta didik melakukan penelitian
dan menetapan solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling & Charles
Fadel, 2009: 111).
Tujuan Pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam
menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/ nyata, pengintegrasian
konsep High Order Thinking Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan
berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, dan secara aktif
mengembangkan keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri
sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt). Pengembangan kemandirian
belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk
mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan
untuk menyelesaikan masalah.
Sintaks model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie
Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
• Mengidentifikasi masalah;
• Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi
informasi-informasi yang relevan;
• Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif,
tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
• Melakukan tindakan strategis, dan
• Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang
dilakukan.
Sintaks model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H.
Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
• Merumuskan uraian masalah;
• Mengembangkan kemungkinan penyebab;
• Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
• Mengevaluasi.
d. Model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan
proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi,
pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk
penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam upaya
memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron, 2011).
Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team
work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level
tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole &
Wasburn Moses, 2010).
Sintaks/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
• Penentuan pertanyaan mendasar (Stad with the essential question),
• Mendesain perencanaan proyek;
• Menyusun jadwal (Create a schedule),
• Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the students
and the progress of the project),
• Menguji hasil (Assess the outcome), dan
• Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
e. Model Pembelajaran Production-Based Training/Production-Based Education
and Training (PBT/PBET)
Model ini merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada
proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada
situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan
berdasarkan pesanan, pelaksanaan, dan evaluasi produk/kendali mutu produk,
hingga langkah pelayanan pasca produksi.
Tujuan penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk menyiapkan
peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan
kompetensi teknis, serta memiliki kemampuan kerja sama (berkolaborasi)
sesuai dengan tuntutan organisasi kerja.
Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
• Merencanakan produk;
• Melaksanakan proses produksi;
• Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
• Mengembangkan rencana pemasaran.
(Diadaptasi dari Ganefri, 2013; G. Y. Jenkins, Hospitality, 2005).
f. Model Pembelajaran Teaching Factory
Teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa
yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan
dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan
teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak
yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching
factory (TEFA) juga harus melibatkan Pemerintah, pemerintah daerah dan
stakeholder dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun
evaluasinya.
Sintaksis Teaching Factory
Pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT atau
dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly-San Luis
Obispo USA (Sema E. Alptekin, 2001) dengan langkah-langkah:
• Merancang produk;
• Membuat prototipe;
• Memvalidasi dan memverifikasi prototipe;
• Membuat produk masal.
Berdasarkan hasil penelitian, Dadang Hidayat (2011) mengembangkan
langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut:
• Menerima order;
• Menganalisis order;
• Menyatakan kesiapan mengerjakan order;
• Mengerjakan order;
• Mengevaluasi produk;
• Menyerahkan order.
Memimpin dan mengelola program sekolah yang berdampak pada peserta didik meliputi
beberapa kegiatan:
1. Menyusun prioritas dan merancang program yang sesuai visi sekolah, realistis,
dan mengacu peta kebutuhan murid
2. Mengelola sumber daya sekolah
a. Mengidentifikasi dan mendapatkan sumber daya dari berbagai sumber yang
sah untuk menjalankan program sekolah
b. Menggerakkan dan memberdayakan sumber daya sekolah secara efektif untuk
meningkatkan kualitas belajar
3. Menunjukkan praktik yang menjadi teladan dalam pelaksanaan program
sekolah yang berdampak terhadap murid
4. Mengarahkan warga sekolah menjalankan program dengan menjelaskan
keterkaitannya dengan visi sekolah
5. Memantau dan memberi umpan balik untuk memotivasi warga sekolah dalam
menjalankan program yang berdampak terhadap murid
6. Memandu pertemuan berkala untuk merefleksikan dan memperbaiki program
sekolah agar lebih berdampak terhadap murid
Sumber daya sekolah yang dikelola dengan baik akan mendukung pencapaian visi
sekolah. Sumber daya sekolah meliputi sumber daya manusia maupun non manusia.
Pengelolaan sumber daya manusia berkaitan dengan pengelolaan guru dan tenaga
kependidikan, pengelolaan peserta didik sedangkan pengelolaan sumber daya non
manusia berkaitan dengan pengelolaan sarana dan prasarana dan pengelolaan
keuangan (pembiayaan).
a. Pengelolaan Guru
Manajerial Sekolah 5
etos kerja, Mengendalikan diri, Memiliki rasa percaya diri, Memiliki
fleksibilitas, Memiliki ketelitian, Memiliki kedisiplinan, Memiliki kreativitas
dan inovasi, Memiliki tanggung jawab.
2) Kompetensi Sosial: Bekerja sama dalam tim, Memberikan layanan
prima, Memiliki kesadaran berorganisasi, Berkomunikasi efektif,
Membangun hubungan kerja
3) Kompetensi Teknis
a) Pelaksana Urusan Kepegawaian
(1) Mengadministrasikan kepegawaian
(2) Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
b) Pelaksana Urusan Adminstrasi Keuangan
(1) Mengadministrasikan keuangan sekolah/madrasah.
(2) Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
c) Pelaksana Urusan Administrasi Sarana dan Prasarana
(1) Mengadministrasikan standar sarana dan prasarana
(2) Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
d) Pelaksana Urusan Administrasi Hubungan Sekolah dengan
Masyarakat
(1) Melaksanakan admnistrasi hubungan sekolah dengan masyarakat
(2) Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
e) Pelaksana Urusan Administrasi Persuratan dan Pengarsipan
(1) Melaksanakan administrasi persuratan dan pengarsipan.
(2) Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
f) Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan
(1) Mengadministrasikan standar pengelolaan yang berkaitan dengan
peserta didik.
(2) Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
g) Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum
(1) Mengadministrasikan standar isi.
(2) Mengadministrasikan standar proses.
(3) Mengadministrasikan standar penilaian
(4) Mengadministrasikan standar kompetensi lulusan.
(5) Mengadministrasikan kurikulum dan silabus.
(6) Menguasai penggunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).
h) Pelaksana Urusan Administrasi Umum SD/MI/SDLB
(1) Melaksanakan administrasi sekolah/madrasah.
(2) Menguasai penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Manajerial Sekolah 52
3. Kompetensi Petugas Layanan Khusus
Kompetensi yang harus dimiliki oleh petugas layanan khusus adalah
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi teknis. Adapun
rincian deskripsi masing-masing kompetensi bisa diuraikan sebagi berikut:
1) Kompetensi Kepribadian
a) Memiliki integritas dan akhlak mulia
b) Memiliki etos kerja
c) Mengendalikan diri
d) Memiliki rasa percaya diri
e) Memiliki fleksibilitas
f) Memiliki ketelitian
g) Memiliki kedisiplinan
h) Kreatif dan inovatif
i) Memiliki tanggung jawab
2) Kompetensi Sosial
a) Bekerja sama dalam tim
b) Memberikan layanan prima
c) Memiliki kesadaran berorganisasi
d) Berkomunikasi efektif
e) Membangun hubungan kerja
3) Kompetensi Teknis
a) Penjaga Sekolah/Madrasah
(1) Menguasai kondisi keamanan sekolah/madrasah
(2) Menguasai teknik pengamanan sekolah/madrasah
(3) Menerapkan prosedur operasi standar pengamanan
sekolah/madrasah
b) Tukang Kebun
(1) Menguasai penggunaan peralatan pertanian dan atau perkebunan
(2) Menguasai pemeliharaan tanaman
c) Tenaga Kebersihan
(1) Menguasai teknik-teknik kebersihan.
(2) Menjaga kebersihan sekolah/madrasah.
d) Pengemudi
(1) Menguasai teknik mengemudi
(2) Menguasai teknik perawatan kendaraan
e) Pesuruh
(1) Mengenal wilayah
(2) Menguasai prosedur pengiriman dokumen dinas
(3) Melayani kebutuhan rumah tangga sekolah/madrasah
Adapun secara ringkas tugas masing-masing tenaga administrasi bisa
dicermati dari Buku Panduan Kerja Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
yang diterbitkan Kemendikbud (2017). Secara lebih rinci, tugas masing-
masing tenaga administrasi sekolah sebagai berikut '
2. Tenaga Perpustakaan Sekolah
Tenaga perpustakaan sekolah adalah tenaga kependidikan yang memiliki peran
penting dan sangat menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Tenaga
perpustakaan juga memberikan sumbangan pada misi dan tujuan sekolah.
Tenaga perpustakaan bertanggungjawab atas perencanaan dan pengelolaan
perpustakaan sekolah. Oleh karena itu, tenaga perpustakaan harus memiliki
kemampuan yang memadai, bermotivasi tinggi, jumlah yang mencukupi, dan
dapat melayani pengunjung dengan baik. Kegiatan pembelajaran ini
memfasilitasi kepala sekolah untuk memahami pengelolaan tenaga perpustakaan
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan cara menelaah berbagai
kasus yang terkait dengan pengelolaan tenaga perpustakaan.
2.1. Kualifikasi Tenaga Perpustakaan Sekolah
Berdasarkan Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008, Tenaga Perpustakaan
Sekolah sekolah/madrasah harus memenuhi standar kualifikasi dan
kompetensi. Tenaga Perpustakaan sekolah/madrasah terdiri atas Kepala
Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui jalur pendidik, Kepala
Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui jalur tenaga kependidikan,
dan Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Setiap sekolah/madrasah
untuk semua jenis dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga
perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu orang, mempunyai lebih dari
enam rombongan belajar (rombel), serta memiliki koleksi minimal 1000
(seribu) judul materi perpustakaan dapat mengangkat kepala perpustakaan
sekolah/madrasah. Seorang kepala sekolah harus menaati aturan (taat
hukum) dalam menetapkan jumlah tenaga perpustakaan dan pengangkatan
kepala perpustakaan.
a. Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui Jalur Pendidik
harus memenuhi syarat:
1) Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana
(S1)
2) Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah
3) Masa kerja minimal 3 (tiga) tahun
b. Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang melalui Jalur Tenaga
Kependidikan harus memenuhi salah satu syarat berikut:
1) Berkualifikasi diploma dua (D2) IImu Perpustakaan dan Informasi bagi
pustakawan dengan masa kerja minimal 4 tahun
2) Berkualifikasi diploma dua (D2) non-llmu Perpustakaan dan Informasi
dengan sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah
dengan masa kerja minimal 4 tahun di perpustakaan
sekolah/madrasah
2.2. Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah
Setiap perpustakaan sekolah/madrasah memiliki sekurang-kurangnya satu
tenaga perpustakaan sekolah/madrasah yang berkualifikasi SMA atau yang
sederajat dan bersertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/
madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. Kompetensi yang
harus dimiliki oleh Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Tenaga
Perpustakaan Sekolah atau Madrasah meliputi kompetensi manajerial,
kompetensi pengelolaan informasi, kompetensi kependidikan, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi pengembangan profesi.
Deskripsi tiap kompetensi kepala dan tenaga perpustakaan lebih detil
termuat dalam Permendiknas No. 25 Tahun 2008. Sedangkan uraian tugas
dapat Saudara cermati dari Buku Panduan Kerja Tenaga Perpustakaan
Sekolah yang diterbitkan Kemendikbud (2017).
Manajerial Sekolah 58
6) Penentuan peserta didik yang diterima;
7) Pengumuman peserta didik yang diterima;
8) Registrasi peserta didik yang diterima;
9) Pengadministrasian data peserta didik.
Setelah peserta didik diterima, diperlukan pengadministrasian yang baik.
Informasi yang memadai diperlukan untuk memperlancar kegiatan tersebut
agar lebih efektif dan efisien. Sistem informasi meliputi kegiatan pencatatan
data (recording system) dan pelaporan (repoding system).
Untuk memperlancar dua kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor
penunjang antara lain:
1) Format-format yang dipergunakan;
2) Petunjuk dan aturan yang berlaku;
3) Keterampilan personil yang memadai.
Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima
di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan
pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu
melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan
pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam
perkembangan peserta didik di sebuah lembaga. Kepala sekolah memiliki
patokan-patokan untuk menjabarkan lebih lanjut kebijakan-kebijakan
permerintah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Hak peserta didik sesuai Pasal 12 poin (b) Undang-undang (UU) Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya pada
setiap satuan pendidikan.
Pemberian layanan yang tepat sesuai dengan bakat dan minat peserta didik
memerlukan data yang akurat mengenai potensi dasar yang dimiliki oleh
mereka sebelum menentukan kegiatan apa yang akan diberikan. Data ini dapat
diperoleh diantaranya dengan cara:
Manajerial Sekolah 7
keselamatan dalam kehidupannya.
2) Bimbingan dan Konseling Sosial
Suatu proses pemberian bantuan dari konselor kepada peserta
didik/konseli untuk memahami lingkungannya dan dapat melakukan
interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial, mampu
mengatasi masalah-masalah sosal yang dialaminya, mampu
menyesuaikan diri dan memiliki keserasian hubungan dengan
lingkungan sosialnya sehingga mencapai kebahagiaan dan
kebermaknaan dalam kehidupannya.
3) Bimbingan dan Konseling Belajar
Proses pemberian bantuan konselor atau guru bimbingan dan konseling
kepada peserta didik/konseli dalam mengenali potensi diri untuk belajar,
memiliki sikap dan keterampilan beIajar,terampiI merencanakan
pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki
kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal
sehingga dapat mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan dalam kehidupannya.
4) Bimbingan dan Konseling Karir
Proses pemberian bantuan konselor atau guru bimbingan dan konseling
kepada peserta didik/konseli untuk pertumbuhan perkembangan,
eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir sepanjang
rentang hidupnya secara rasional dan realistis berdasar informasi
potensi diri dan kesempatan yang tersedia di lingkungan hidupnya
sehingga mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.
Langkah Kerja Menurut Panduan Kerja Kepala Sekolah:
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan
1 Pelayanan 1. Menugaskan guru 1. Memastikan 1. Mengawasi proses
Bimbingan kelas yang mendapat pelaksanaan pelaksanaan
dan tugas tambahan program layanan bimbingan
Konseling sebagai konseling layanan dan konseling
(BK) dengan SK kepala bimbingan dan 2. Mengawasi proses
sekolah konseling kerjasama
2. Menyusun program 2. Melaksanakan 3. Melaporkan hasil
bimbingan dan kerjasama pelaksanaan
konseling yang dengan program bimbingan
memuat jadwal, materi psikolog, dan konseling
layanan asesmen, dokter, kepada orang
Manajerial Sekolah 72
pembimbingan, satuan psikiater. tua/wali peserta
layanan pendukung didik
(angket data),
kerjasama
3. Menyosialisasikan
program bimbingan
dan konseling
Manajerial Sekolah 73
Manajerial Sekolah 74
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya.
3) Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat
olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi
informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya.
4) Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis AI
Qu'ran, retreat.
5) Bentuk kegiatan lainnya.
Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan dilakukan
melalui tahapan:
(1) Identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik.
(2) Analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraannya.
(3) Pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik
atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya.
(4) Penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler.
(5) Penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan.
Sekolah adalah tempat tunas-tunas muda tumbuh dan berkembang. Baik fisik
maupun mental serta berbagai potensi yang melekat dalam diri peserta didik
pada hakikatnya memerlukan bimbingan dari pihak orang-orang lebih dewasa.
Mengingat orang tua peserta didik pada umumnya lebih banyak memintakan
bimbingan tersebut kepada pihak sekolah, sekolah harus bersiap diri dalam
menyelenggarakan wahana berbagai penuangan bakat, minat, kreativitas,
dan kemampuan peserta didik. Beberapa wahana yang bisa diselenggarakan
oleh sekolah antara lain meliputi bidang-bidang olah raga, kesenian, dan
keterampilan sehingga akan membentuk sikap yang bertanggungjawab dalam
kehidupan sehari-hari.
(a) Fasilitas olah raga
(b) Fasilitas seni (musik, sastra, tari)
Setiap kegiatan dalam bentuk apa pun terbagi dalam tiga kriteria besar, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Langkah awal dari penilaian atau
evaluasi adalah pemantauan. Pemantauan berupa upaya untuk mengetahui,
berperan untuk ceking apakah kemampuan seseorang peserta didik dalam
berbagai bidang sebagaimana yang telah dilayani penyalurannya oleh
sekolah berjalan lancar. Di sisi lain pemantauan ini mempunyai fungsi untuk
menentukan kebijakan penanganan pada tahap berikutnya demi sukses
program yang telah dilaksanakan.
Hasil pantauan adalah catatan-catatan penting mengenai pelaksanaan
berbagai kegiatan tentang seluruh individu peserta didik. Catatan itu secara
garis besar mengenai hal-hal:a) bagaimana kondisi umum kemampuan
peserta didik; b) kendala apa yang terjadi pada masing-masing bidang; dan c)
adakah kemampuan yang menonjol pada masing-masing bidang.
Dalam pengembangan bakat dan minat peserta didik perlu dilakukan
pemantauanFungsi pantauan adalah untuk menentukan langkah ke depan,
maka setelah dilakukan pemantauan itu beberapa kegiatan yang menyertai
adalah :
a) Melakukan review untuk tindak lanjut demi langkah perbaikan. Misalnya
dalam kenyataan terdapat beberapa orang peserta didik yang setelah
melaksanakan berbagai kegiatan ternyata kemampuannya sangat minim.
Berarti, ada ketidakcocokan antara hasil tes atau penjajakan atau pun
penentuan oleh sekolah tentang sesuatu pilihan berkenaan kemampuan
peserta didik.
b) Melakukan pembenahan. Peserta didik yang terlihat kurang berkemampuan
dibangkitkan semangatnya. Atau sangat mungkin justru terjadi perubahan.
Ada alternatif, karena sesuatu pertimbangan peserta didik menjadi memilih
bidang yang lain, meskipun telah mengikuti kegiatan selama beberapa
waktu.
c) Melakukan tindak lanjut berkenaan poin b. Misalnya kalau didapati anak
sangat berbakat sehingga penanganannya harus berbeda dengan para
peserta didik pada umumnya. Misalnya kalau seorang anak SMP ternyata
mempunyai prestasi olah raga tenis yang sangat mengagumkan. Atau, bisa
menghasilkan lukisan dalam kualitas yang menakjubkan. Dalam hal yang
demikian itu, terkait dua peserta didik yang mempunyai kemampuan luar
biasa itu harus mendapatkan layanan dari pihak sekolah. Cara yang diambil
misalnya dengan menitipkan kedua anak berprestasi itu kepada klub-klub
kenamaan aatau sanggar-sanggar ternama.
1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan
disesuaikan dengan tahapan usia perkembangan peserta didik yang
berjenjang dari mulai sekolah dasar; untuk jenjang SMP,SMA/SMK, dan
sekolah pada jalur pendidikan khusus dimulai sejakdari masa orientasi
peserta didik baru sampai dengan kelulusan.
- Sekolah Dasar Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang
pendidikan sekolah dasar masih merupakan masa transisi dari masa
bermain di pendidikan anak usia dini (taman kanak-kanak akhir)
memasuki situasi sekolah formal. Metode pelaksanaan dilakukan
dengan mengamati dan meniru perilaku positif guru dan kepala sekolah
sebagai contoh langsung di dalam membiasakan keteraturan dan
pengulangan. Guru berperan juga sebagai pendamping untuk
mendorong peserta didik belajar mandiri sekaligus memimpin teman
dalam aktivitas kelompok, yaitu: bermain, bernyanyi, menari,
mendongeng, melakukan simulasi, bermain peran di dalam kelompok.
- Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/Kejuruan/Khusus
Metode pelaksanaan kegiatan PBP untuk jenjang SMP,SMA/SMK, dan
sekolah pada jalur pendidikan khusus dilakukan dengan kemandirian
peserta didik membiasakan keteraturan dan pengulangan, yang dimulai
sejak dari masa orientasi peserta didik baru, proses kegiatan
ekstrakurikuler, intra kurikuler, sampai dengan lulus.
2. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan PBP untuk semua jenjang pendidikan didasarkan pada tujuh
nilai-nilai dasar kemanusiaan yaitu jenis kegiatan yang mengandung nilai-
nilai internalisasi sikapmoral dan spiritual; keteguhan menjaga semangat
kebangsaan dan kebhinnekaan untuk merekatkan persatuan bangsa;
memelihara lingkungan sekolah, yaitu melakukan gotong-royong untuk
menjaga keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan
sekolah; interaksi sosial positif antar peserta didik; interaksi social positif
antara peserta didik dengan figur orang dewasa; penghargaan terhadap
keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan; Penguatan peran
orangtua dan unsur masyarakat yang terkait.
3. Cara Pelaksanaan
Seluruh pelaksanaan kegiatan PBP bersifat konstekstual, yaitu disesuaikan
dengan nilai-nilai muatan lokal daerah pada peserta didik sebagai upaya
untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Seluruh pelaksanaan kegiatan
PBP yang melibatkan peserta didik dipimpin oleh seorang peserta didik
secara bergantian sebagai bagian dari penumbuhan karakter kepemimpinan
4. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan PBP dapat dilakukan berdasarkanaktivitas
harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan, dan akhirtahun; dan penentuan
Manajerial Sekolah 8
waktunya dapat disesuaikan dengankebutuhan konteks lokal di daerah
masing-masing.
5. Kegiatan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah melalui
Pembiasaan-pembiasaan:
- Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual
- Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinnekaan
- Mengembangkan Interaksi Positif Antara Peserta Didik dengan Guru
dan Orangtua
- Mengembangkan Interaksi Positif Antar Peserta Didik
- Merawat Diri dan Lingkungan Sekolah
- Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh
- Pelibatan Orangtua dan Masyarakat di Sekolah
Selain PBP, dikenal juga istilah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang
mengintegrasikan nilai-nilai karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat.
PPK berbasis kelas dilaksanakan dengan cara a) mengintegrasikan nilai-nilai
karakter dalam proses pembelajaran secara tematik atau terintegrasi dalam
mata pelajaran sesuai dengan isi kurikulum; b) merencanakan pengelolaan
kelas dan metode pembelajaran/pembimbingan sesuai dengan karakter
peserta didik; c) melakukan evaluasi pembelajaran/pembimbingan; dan d)
mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
PPK berbasis budaya sekolah dilakukan dengan cara a) menekankan pada
pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah; b) memberikan
keteladanan antar warga sekolah; c) melibatkan seluruh pemangku
kepentingan pendidikan di sekolah; d) membangun dan mematuhi norma,
peraturan, dan tradisi sekolah; e) mengembangkan keunikan, keunggulan, dan
daya saing sekolah sebagai ciri khas sekolah; f) memberi ruang yang luas
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi melalui kegiatan literasi;
dan g) khusus bagi peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar atau satuan pendidikan jenjang pendidikan menengah diberikanruang
yang luas untukmengembangkan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler.
PPK berbasis masyarakat dilakukan dengan cara a) memperkuat peranan
orang tua sebagai pemangku kepentingan utama pendidikan dan Komite
Sekolah sebagai lembaga partisipasi masyarakat yang menjunjung tinggi
prinsip gotong royong; b) melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan
sebagai sumber belajar seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan
budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia industri; dan c)
Manajerial Sekolah 82
mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam
lingkup akademisi, pegiat pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, dan
lembaga informasi.
Standar prasarana dan sarana pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan yang
berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar prasarana pendidikan
mencakup persyaratan minimal dan wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan lahan,
ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang keterampilan, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana pendidikan mencakup
persyaratan minimal tentang perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku
dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sarana dan Prasarana Sekolah
C. Perabot
Secara umum perabot sekolah mendukung tiga fungsi yaitu : fungsi pendidikan,
fungsi administrasi, fungsi penunjang. Jenis perabot sekolah dikelompokkan
menjadi tiga macam:
1) Perabot pendidikan
Perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan untuk
proses kegiatan belajar mengajar. Adapun Jenis, bentuk dan ukurannya
mengacu pada kegiatan itu sendiri.
2) Perabot administrasi
Perabot administrasi adalah perabot yang digunakan untuk mendukung
kegiatan kantor. Jenis perabot ini banyak sekali ragam dan jenisnya.
3) Perabot penunjang
Perabot penunjang adalah perabot yang di gunakan atau di butuhkan
dalam ruang penunjang, seperti perabot perpustakaan, perabot UKS,
perabot OSIS dan sebagainya
d. Alat dan media pendidikan
Setiap mata pelajaran sekurang-kurangnya memiliki satu jenis alat peraga
praktek yang sesuai dengan keperluan pendidikan dan pembelajaran, sehingga
dengan demikian proses pembelajaran tersebut akan berjalan dengan optimal.
e. Buku atau bahan pembelajaran
Buku atau Bahan pembelajaran adalah sekumpulan bahan pelajaran yang di
gunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
1) Buku pegangan
Buku pegangan di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai acuan
dalam pembelajaran yang bersifat Normatif, adaptif dan produktif.
2) Buku pelengkap
Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan memperdalam
penguasaan materi.
3) Buku sumber
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk memperoleh
kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu / keterampilan.
4) Buku bacaan
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai bahan
bacaan tambahan (non fiksi) untuk memperluas pengetahuan dan
wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi) yang bersifat relatif.
Golongan Barang
Angka Sandi Jenis Barang
No
No Kode Keadaa
Urut Nama Merek, Satu Tahun Harg Loka K
Ur Baran Z n
BI Barang Spesifikasi an Pembuatan a si et
ut Barang
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2
Keterangan: 1) diisi nomor urut pembukuan barang, 2) diisi nomer urut pada
buku induk barang inventaris, 3) diisi kode barang, 4) diisi nama barang, 5) diisi
merek, spesifikasi barang, 6) diisi volume atau jumlah barang, 7) diisi satuan
barang, 8) diisi tahun pembuatan, 9) diisi keadaan barang waktu diterima, 10)
diisi harga perolehan barang, 11) diisi lokasi keberadaan barang, 12) diisi
keterangan lain yang diperlukan
Menurut PP No. 19 tahun 2017, menyebutkan bahwa beban kerja Kepala Sekolah
sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manejerial, pengembangan
kewirausahaan dan supervisi kepada Guru dan Tenaga Kependidikan. Salah satu
bagian dari fungsi manajerial adalah kontrol atau pengendalian. Fungsi ini sering
disebut Pengawasan dan Evaluasi (Monev). Monev terhadap program kegiatan sekolah
sangat penting bagi kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, serta
upaya peningkatan kualitas kinerja sekolah. Tanpa Monev, program kegiatan sekolah
yang telah direncanakan dengan baik akan berjalan tidak terarah, sehingga prosesnya
bisa melenceng dan tujuannya tidak tercapai. Agar bisa melaksanakan Monev dengan
baik, kepala sekolah harus memahami konsep, tahapan, dan fungsi dari setiap tahapan
Monev
1. Konsep Monitoring dan Evaluasi
Pengertian Monitoring dan Evaluasi (Monev) adalah dua kata yang memiliki aspek
kegiatan yang berbeda, yaitu kata Monitoring dan Evaluasi. Monitoring merupakan
kegiatan untuk mengetahui apakah program yang telah dibuat berjalan dengan baik
sesuai dengan yang direncanakan, adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana
para pelaksana program itu mengatasi hambatan tersebut. Monitoring terhadap hasil
perencanaan yang sedang dilaksanakan menjadi alat pengendalian yang baik
terhadap seluruh proses implementasi. “Monitoring lebih menekankan pada
pemantauan terhadap proses pelaksanaan” (Departemen Pendidikan Nasional:
2001). Evaluasi merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan
monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan
melalui kegiatan monitoring. Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan
mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi
tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu kebijakan. Istilah
evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan penilaian. Evaluasi
dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat?” (William N Dunn: 2000).
Tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia data dasar
untuk melakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi. Oleh
karena itu, Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring.
2. Tujuan Monitoring
Manajerial Sekolah 0
waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut Secara lebih terperinci monitoring
bertujuan untuk :
3. Tujuan Evaluasi
Evaluasi memiliki tujuan yang berbeda dengan monitoring. Tujuan evaluasi terhadap
suatu program/kegiatan, seperti yang dijelaskan oleh Kirkpatrick (1994), adalah
sebagai berikut
2) Untuk menunjukkan atau melihat dampak Melalui evaluasi akan bisa kita lihat
apakah program kegiatan berdampak pada kualitas sekolah.
Secara singkat manfaat dari penerapan sistem monev dalam suatu program menurut
Mulyono (2017) adalah sebagai berikut:
Manajerial Sekolah
untuk mendapatkan indikator yang tepat tetapi juga akan mendorong pemilik
proyek dan berbagai pihak yang berkepentingan untuk mendukung suksesnya
program.
2) Monev sebagai alat untuk mengetahui kemajuan program. Adanya sistem Monev
yang berfungsi dengan baik memungkinkan pelaksana program mengetahui
kemajuan serta hambatan atau hal-hal yang tidak diduga yang secara potensial
dapat menghambat jalannya program secara dini. Hal terakhir bermanfaat bagi
pelaksana program untuk melakukan tindakan secara tepat waktu dalam
mengatasi masalah.
3) Monev sebagai alat akuntabilitas program dan advokasi. Monev tidak hanya
memantau aktivitas program tetapi juga hasil dari aktivitas tersebut. Informasi
pemantauan terhadap luaran dan hasil (output dan outcome) program yang
dipublikasikan dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan akan meningkatkan
akuntabilitas program.
1) Terencana
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang
matang dan terjadwal.
2) Objektif:
Monitoring dan Evaluasi program sekolah harus mengungkap fakta sesuai dengan
kenyataan yang ada, dan didasarkan pada standar/kriteria/pedoman/juknis/juklak
yang ada.
3) Dapat dipertanggungjawabkan:
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan sesuai dengan prosedur
dan metode yang tepat sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan
4) Berkesinambungan:
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara bertahap, terus-
menerus dan berkelanjutan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang
telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan
S) Transparan
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara terbuka dan
hasilnya dapat di akses oleh berbagai pihak
6) Efektif dan efisien dalam penggunaan dana, waktu, dan tenaga
7) Fungsional
Manajerial Sekolah 2
Hasil Monitoring dan Evaluasi program sekolah dikatakan fungsional apabila
dapat digunakan untuk memperbaiki program sekolah yang ada pada saat itu.
Dengan demikian Monitoring dan Evaluasi program sekolah benar benar memiliki
nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsung
adalah untuk perbaikan apa yang dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsung
adalah untuk penelitian atau keperluan lainnya.
Instrumen yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data Monev adalah angket,
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1) Angket
Ada dua jenis angket, yaitu angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertutup
berisi sejumlah butir pertanyaan yang menghendaki jawaban pendek, dengan
alternatif jawaban 2 atau lebih. Alternatif berupa jawaban dalam bentuk YA atau
TIDAK; a, b, c, d, e; atau 1, 2, 3, 4 dan seterusnya. Alternatif jawaban menunjukan
skala nominal sehingga angka-angka pada alternatif jawaban merupakan kode.
Sedangkan angket terbuka biasa disebut angket tidak terbatas, karena menghendaki
jawaban bebas dengan menggunakan kalimat atau kata-kata responden sendiri.
Jawaban responden sangat bervariasi karena tidak ada aturan atau rambu-rambu
dalam butir pertanyaan, sangat tergantung pada pendidikan dan pengalaman
responden, dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama daripada angket
tertutup.
Pemberian skor pada alternatif jawaban dapat digunakan model pisah (model
semantik), skala tipe Likert atau Thurstone.
a) Skala Likert
Skala Likert paling banyak digunakan daripada yang lain, karena dipandang lebih
sederhana dan relatif lebih mudah membuatnya. Rentangan skala dapat bervariasi
antara 4 sampai dengan 7, dapat ganjil atau genap. Pernyataan kata dalam skala
mulai dari sangat setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS), diwujudkan dalam bentuk angka yang menyatakan urutan
(order) dari atas ke bawah. Sehingga besar kecilnya akan menunjukan intensitas
butir.
b) Skala Semantic Defferential
Instrumen jenis ini hampir sama dengan skala Likert, dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang sikap seseorang terhadap suatu kebijakan yang
diambil oleh pimpinan. Perbedaannya terletak pada alternatif jawaban pada setiap
butir pertanyaan. Pada Skala Semantic Defferential, alternatif jawaban pada setiap
butirnya diberikan dengan pertanyaan yang berbeda, tergantung pada hal yang
ditanyakan. Pernyataan dua kata diletakkan pada sebelah kiri dan kanan skala, yang
menunjukan ukuran tertinggi dan terendah dari skala. Sehingga sistem skala
Semantic disebut juga dengan skala bipolar. Kelebihan instrumen jenis Semantic
Defferential dibanding dengan skala Likert adalah lebih adaptif terhadap responden
dan mengurangi kejenuhan dari responden.
2) Observasi
Dalam pengamatan, diperlukan alat untuk mencatan atau merekam peristiwa penting
yang terjadi. Alat bantu yang dipakai dalam observasi antara lain: alat perekam,
checklist, skala penilaian, dan kartu skor. Kelebihan dari metode ini adalah
pelaksana Monev dapat mengamati secara langsung realitas yang terjadi, sehingga
dapat memperoleh informasi yang mendalam. Namun metode ini kurang dapat
mengamati suatu fenomena yang lingkupnya lebih luas, terkait dengan keterbatasan
pengamat.
3) Wawancara
4) Dokumentasi
Kelebihan metode ini dapat menghemat waktu dan biaya yang diperlukan.
Kekurangannya pelaksana Monev hanya dapat memperoleh data yang telah ada
dan terbatas pada apa yang telah dikumpulkan. Kadang-kadang untuk dapat
memperoleh datanya terhambat oleh sistem birokrasi
Monev lebih dari sekadar membuat instrumen, mengambil data dan melaporkannya,
tetapi menyangkut sebuah sistem yang bekerja menurut tatanan tertentu yang
disepakati. Ada beberapa macam model sistem pelaksanaan yang dapat diterapkan.
Salah satu model yang sering digunakan dapat dilihat pada diagram berikut.
Bagan Monitoring
EVALUASI
Pada tahap ini kepala sekolah menyusun laporan tertulis yang berisi data dan
informasi tentang hasil Monev sebagai dokumen yang akan digunakan untuk
memperbaiki kinerja sekolah di masa yang akan datang. Laporan disusun dengan
format yang telah ditetapkan. Laporan Monev menggambarkan secara ringkas tapi
komprehensif bagaimana program kegiatan sekolah/madrasah telah dilaksanakan.
Sistem informasi mendatangkan banyak manfaat bagi berbagai pihak yang terkait: 1)
Manfaat diantaranya sistem informasi bagi perusahaan, Sistem informasi diperlukan
oleh perusahaan untuk mengolah data menjadi informasi. Sehingga berbagai pihak
yang membuat keputusan, dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat
keputusan yang lebih baik. Informasi yang baik hanya dapat dihasilkan oleh sistem
informasi yang dengan sengaja dirancang oleh perusahaan untuk mengolah data
menjadi informasi. 2) Manfaat sistem informasi bagi perorangan, perorangan yang
terlibat dalam sistem informasi diantaranya adalah para manajer, para operator, dan
para pelanggan. 3) Manfaat sistem informasi bagi industri.
h. Sistem e-Learning
Sistem ini dapat berisi layanan proses pendidikan menggunakan sistem online
maupun intranet bagi siswa dan guru berupa modul sekolah, tanya-jawab, kuis
online, maupun tugas-tugas dapat menggunakan rumah belajar, moodle,
google classroom, Edmodo, dil.
4) Tahapan Penggunaan SIM yang Efektif di Sekolah
Sistem informasi manajemen juga memiliki tahapan-tahapan tertentu,
adapun tahapan-tahapan tersebut diantaranya:
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan-tahapan dari Sistem Informasi
Manajemen sangat perlu diperhatikan. Karena apabila manajer mampu menguasai
tahapan-tahapan tersebut maka akan semakin mudah memperoleh informasi
sehingga akan melancarkan pengambilan keputusan.
1) Masalah
Secara umum, terdapat sejumlah permasalahan umum sistem informasi pendidikan
Indonesia, di antaranya:
Disintegrasi sistem informasi adalah terjadinya suatu kondisi di mana informasi antar
satu unit dengan unit yang lain dalam sebuah organisasi pendidikan masih terpisah
satu dengan yang lainnya. Masing-masing unit memiliki data dengan subjek dan atau
objek yang sama, namun masing-masing tidak memiliki kesesuaian kuantitas
maupun kualitas. Kebutuhan akan data dalam sistem kerja yang berjalan pada
masing-masing unit organisasi perlu didorong untuk mengembangkan aplikasi
pengelola data secara terintegrasi dengan pola interaksi yang disesuaikan dengan
kebutuhan unit di dalam organisasi pendidikan tersebut. Basis data dikembangkan
belum merujuk pada suatu sistem penyimpanan data yang terpusat, melainkan
digunakan basis data berdasar pada data yang dimiliki oleh masing-masing unit.
Keadaan ini menyebabkan sulitnya proses validasi dan penggunaan data secara
terintegrasi dalam sebuah organisasi atau lembaga pendidikan.
Pada intinya, data yang dimiliki dapat diidentifikasi, data masih parsial, data lambat
diperbaharui, dan akurasi data belum tepat. Persoalan tersebut berawal dari
sejumlah hal berikut: (1) tidak tersedianya sistem penyimpanan, pemrosesan, dan
publikasi informasi yang dapat bekerja secara cepat, terintegrasi, dan dapat
dipercaya, (2) dana yang tidak memadai untuk membangun infrastruktur pengelolaan
data secara terpusat dan terintegrasi, (3) sumber daya manusia yang belum mampu
mengikuti perubahan teknologi dalam pelaksanaan pekerjaan, karena keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan, dan (4) adanya resistensi pada pemanfaatan sistem
baru, lebih nyaman menggunakan sistem lama yang sudah biasa digunakan, dirasa
sudah mapan, dan dinilai baik.
Data yang ada tidak memiliki mekanisme pembaharuan yang dapat berjalan
secara real time. Tidak terdapat suatu mekanisme kerja sistem yang secara khusus
mengatur sistem pembaharuan data secara terus menerus dan berkesinambungan.
Suatu contoh keberadaan data kepegawaian; guru atau dosen yang sudah
meninggal, sudah naik pangkat atau sudah menyelesaikan studi masih belum ter-
update di sistem. Keadaan data ini bisa jadi hal sepele, namun dari sisi sistem akan
berpengaruh kepada sistem lainnya, orang yang sudah meninggal masih terjadwal di
akademik, orang yang sudah naik pangkat atau sudah selesai studi masih belum
mendapatkan haknya. Penyebabnya mungkin karena bagian entri data tidak
mendapatkan data atau laporan dari yang bersangkutan.
2) Solusi
Pada dasarnya setiap kendala atau masalah dapat dicarikan jalan keluarnya (solusi).
Untuk mengatasi kendala atau masalah yang telah disebutkan maka perlu diambil
langkah, sebagai berikut:
c) Sistem terintegrasi
d) Interoperabilitas
Pengembangan sistem komunikasi dan informasi harus diarahkan dengan
mempertimbangkan interoperabilitas antar sistem. Interoperabilitas merupakan
kemampuan satu sistem untuk bekerja sama dengan sistem yang lain. Salah satu
faktor penting terkait dengan interoperabilitas adalah penggunaan
standar/p/atform yang seragam oleh sistem-sistem yang harus bekerja
sama. Platform basis data menjadi acuan dalam pengembangan aplikasi-aplikasi
sistem lainnya.
e) Keamanan informasi
Sistem informasi harus mempertimbangkan aspek keamanan informasi yang akan
dikelola (diakuisisi, disimpan, diolah, atau ditransfer) oleh sistem tersebut. Aspek-
aspek dari keamanan informasi adalah kerahasiaan, kebenaran (validitas), dan
antisipasi terhadap kehilangan data (backup dan recovery). Selain itu, etika dan
moralitas sumber daya manusia yang mengendalikan sistem informasi harus
memiliki integritas, jujur, dan terpercaya
f) Skalabilitas
Pengembangan sistem informasi harus mampu mengantisipasi perubahan kapasitas
dan fungsi sistem yang dibutuhkan. Perubahan kapasitas dan fungsi ini dapat
disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya: pertambahan jumlah pengguna,
penambahan fungsi, atau sebagai dampak dari kejadian khusus tertentu. Sebagai
contoh faktor-faktor tersebut, misalnya pertambahan jumlah personil, pertambahan
unit, pemekaran wilayah, dinamika politik, dan keamanan.
g) Tingkat ketersediaan
h) Kemudahan akses
Kemudahan akses harus memberikan layanan pada pengguna. Kemudahan ini
dapat berupa akses terhadap layanan yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja, atau dapat berupa kemudahan penggunaan perangkat. Pengguna tidak
dibebani untuk mempelajari sistem tetapi dapat fokus pada pelaksanaan
pekerjaannya.
j) Kinerja
Seharusnya sistem informasi yang baik harus mampu memberikan layanan dalam
suatu rentang waktu yang dapat diterima oleh penggunannya. Kinerja sistem tidak
hanya dilihat dari kapasitas sistem saja, melainkan lebih jauh dapat dilihat dari sisi
penggunanya. Sistem harus mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi bagi
penggunannya.
k) Otorisasi
Akses terhadap sistem hanya dapat dilakukan oleh pengguna yang berhak. Hak
akses terhadap sistem informasi harus diatur dan ditentukan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing pengguna. Otorisasi pengguna sistem dapat
dikembangkan berlapis. Hal ini sangat bergantung pada kompleksitas sistem
informasi. Biasanya otoritas pengguna sistem dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok, yakni (1) super administator yang mampu menentukan tingkat pengguna
dan memiliki otoritas penuh terhadap sistem, (2) admin yang bertanggung jawab
terhadap pengguna sistem pada unit tertentu, dan (3) pengguna tingkat operator
yang bertanggung jawab terhadap operasionalisasi sistem.
I) Infrastruktur bersama
Oleh karena itu, calon kepala sekolah, diharapkan mampu memahami konsep
pengelolaan keuangan sekolah dengan baik, sehingga mampu
mengimplementasikan kegiatan pengelolaan keuangan sekolah yang sesuai
aturan yang benar di sekolahnya.
2) Tujuan Pengelolaan Keuangan Sekolah
Melalui kegiatan pengelolaan keuangan, kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah
dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan,
dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu, tujuan pengelolaan keuangan sekolah adalah:
a. Meningkatkan keefektifan dan efisiensi penggunaan keuangan
sekolah/madrasah sehingga dapat mendukung kemandirian sekolah
b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah/madrasah.
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan di atas dibutuhkan kreativitas dan komitmen kepala
sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan
bendaharawan
yang menguasai pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan, serta
memanfaatkan dana sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
3) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang
mengacu pada regulasi tentang pengelolaan dana pendidikan. Dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 48 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 58 dinyatakan bahwa
prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat terdiri atas
prinsip umum dan prinsip khusus. Pasal 59 menyebutkan bahwa prinsip umum
pengelolaan dana pendidikan adalah prinsip: keadilan, efisiensi, transparansi,
dan akuntabilitas publik. Di samping itu, prinsip keefektifan juga perlu mendapat
penekanan. Adapun penjelasan masing-masing prinsip tersebut sebagai berikut.
a. Keadilan
Keadilan dalam pengelolaan keuangan adalah adanya kesempatan yang
sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas. Prinsip keadilan
dilakukan dengan memberikan akses pelayanan pendidikan yang seluas-
luasnya dan merata kepada peserta didik atau calon peserta didik, tanpa
membedakan latar belakang suku, ras, agama, dan jenis kelamin, dan
kemampuan atau status sosial-ekonomi. Prinsip ini menjadi penting pada
organisasi yang menyediakan layanan publik seperti pendidikan, karena fokus
pelayanan adalah agar masyarakat memperoleh kesempatan yang sama
dalam mengakses pelayanan pendidikan. Pengelolaan keuangan
diselenggarakan untuk mendukung pencapaian pemerataan kesempatan
tersebut.
b. Efisiensi
Prinsip efisiensi dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu, relevansi,
dan daya saing pelayanan pendidikan. Efisien terkait dengan kuantitas dari
suatu kegiatan. Seringkali efisiensi digambarkan sebagai perbandingan yang
terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output). Daya yang dimaksud
meliputi tenaga, pikiran, waktu, dan biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat
dari dua hal:
1) Dilihat dari segi penggunaan masukan (input): waktu, tenaga, dan biaya.
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga, dan
biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
2) Dilihat dari segi hasil (output). Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau
dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil
sebanyak-banyaknya, baik kuantitas maupun kualitasnya.
c. Transparansi
Transparan berarti ada keterbukaan. Transparan di bidang pengelolaan berarti
adanya keterbukaan di bidang pengelolaan keuangan sekolah. Prinsip
transparansi dilakukan dengan memenuhi asas kepatutan dan tata kelola yang
baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan yang
didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan, sehingga:
1) Dapat diaudit atas dasar standar audit yang berlaku, dan menghasilkan
opini audit yang berlaku, dan menghasilkan opini audit wajar tanpa
perkecualian; dan
2) Dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku
kepentinngan pendidikan.
Pada lembaga pendidikan, pengelolaan keuangan yang transparan berarti
adanya keterbukaan akan kebijakan-kebijakan keuangan, keterbukaan
sumber keuangan dan jumlahnya, keterbukaan penggunaan serta
pertanggungjawabannya, keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya
dan pertanggungjawabannya yang jelas sehingga memudahkan pihak-pihak
yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
kepercayaan untuk mendapatkan dukungan orangtua, masyarakat, dan
pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah.
Di samping itu, transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik
antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekolah
melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Sekolah berkewajiban menyampaikan informasi keuangan kepada semua
warga sekolah dan orang tua siswa, misalnya Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS), bisa ditempel di papan pengumuman, ruang
guru, atau depan ruang tata usaha. Dengan demikian, siapa pun yang
membutuhkan informasi tersebut dapat mendapatkannya dengan mudah.
Orang tua siswa bisa mengetahui jumlah uang yang diterima dari orang tua
siswa dan pemanfaatannya oleh sekolah. Perolehan informasi yang ini
menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.
3) Akuntabilitas publik
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan
yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam pengelolaan
keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Prinsip akuntabilitas
publik dilakukan dengan memberikan pertanggungjawaban atas kegiatan
yang dijalankan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan kepada
pemangku kepentingan pendidikan sesuai dengan peraturan perundangan.
Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang
berlaku, pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah.
1. Pemerintah
Sumber dana pendidikan dari pemerintah bisa berasal dari alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga dana khusus melalui pemerintah
daerah provinsi dan kabupaten/kota yaitu yang disebut dana khusus dari APBD I
dan APBD II melalui DIPA (Dana Isian Pelaksanaan Anggaran). Saat ini sumber
pendanaan sekolah keuangan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
mayoritas berasal dari dana pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Dana BOS merupakan dana operasi non personalia, sedangkan untuk gaji
pendidik dan tenaga kependidikan bersumber dari dana rutin melalui APBN dan
APBD sedangkan DIPA ini dikeluarkan pemerintah pada tahun 2007 yang
meliputi administrasi umum, penerimaan dari pajak, alokasi dari pemerintah
yang bersumber dari APBN, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
bersumber dari dana masyarakat.
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyediaan
pendanaan pendanaan operasional non personalia bagi satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut PP Nomor 48 tahun
2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tidak langsung berupa
daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll. Namun demikian ada beberapa jenis
pembiayaan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara
detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOS dibahas pada petunjuk
teknis (juknis) penggunaan dana BOS sesuai tahun yang berjalan karena
mengalami perubahan juknis dari waktu ke waktu.
Perubahan program BOS antara lain: tahun 2005 — 2010 dianggarkan hanya
untuk jenjang dasar oleh anggaran Kementrian Pendidikan dan dianggarkan
sebagai dana dekon(sentrasi) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi.
Pada tahun 2011 BOS masih dialokasikan pada pendidiakn dasar melalui
Transfer Daerah (Dana Transfer lainnya) dan dianggarkan pada APBD
Kabupaten/Kota. Tahun 2012-2015 BOS untuk pendidikan dasar melalui
Transfer Daerah (Dana Transfer lainnya) dianggarkan pada APBD Provinsi,
sedangkan BOS untuk pendidikan menengahmelalui anggaran Kementrian
Pendidikan dan dianggarkan pada Rencana Kerja Anggaran (RKA) Direktorat
Pembinaan SMA dan SMK. Tahun 2016-2018 BOS untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah melalui Transfer Derah (DAK Non Fisik) dan dianggarkan
pada APBD Provinsi.
Pada tahun 2019 BOS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
disalurkan melalui Transfer Daerah (DAK Non Fisik) dianggarkan pada APBD
Provinsi. Pada tahun 2019 ada variabel tiga (3) variable BOS yaitu: BOS
Reguler, BOS Kinerja dan BOS Afirmasi. Sasaran penerima BOS pada jenjang
pendidikan dasar (SD, SMP), pendidikan menengah (SMA dan SMK) dan
pendidikan khusus (SDLB/SMPLB/SMALB dan SLB). Kriterianya sebagai
berikut:
a. Semua sekolah negeri yang sudah ada dalam database Data
Pokok Pendidikan (Dapodik)
b. Semua sekolah swasta yang sudah memiliki izin operasional, sudah
ada dalam database Dapodik, dan bersedia menerima BOS.
c. Alokasi jumlah siswa penerima BOS berdasarkan siswa dengan Nomor
Induk Siswa Nasional (NISN).
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan yang bermutu. Secara khusus program BOS
bertujuan untuk:
a. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin
di tingakat pendidikan dasar, baik di sekolah negeri maupun swasta
b. Membebaskan biaya operasional bagi seluruh siswa negeri maupun swasta
c. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidika anak usia dini (PAUD) yang bermutu, pemerintah
mengalokasikan dana alokasi khusus non fisik bantuan operasional
penyelenggaran pendidikan anak usia dini yang diatur dalam Permendikbud
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Non Fisik Bantuan Operasional Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia
Dini Tahun 2019. Pada Madrasah diatur tersendiri menyesuaikan tahun
berjalan. Pada tahun 2019 diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Nomor 511 tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah pada Madrasah Tahun Anggaran 2019.
2. Dana Masyarakat
Selain sumber dana dari pemerintah, untuk mencukupi kebutuhan dana sekolah
dalam membiayai setiap kegiatannya, sekolah bisa mencari alternatif sumber
lainnya, yaitu dari masyarakat. Dana dari masyarakat bisa berasal dari berbagai
sumber, salah satunya adalah orangtua peserta didik melalui Komite Sekolah.
Tetapi seiring dengan perkembangan regulasi muncul peraturan yang
memberikan rambu-rambu tentang penggalian dana dari Komite. Permendikbud
No 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada
Satuan Pendidikan Dasar pasal 9 ayat (1) menyebutka bahwa satuan
pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh Pemerintah, dan/atau pemerintah
daerah dilarang memungut biaya satuan pendidikan. Tetapi pada pasal 12
disebutkan bahwa masyarakat di luar penyelenggara dan satuan pendidikan
dasar yang didirikan masyarakat, serta peserta didik atau orangtua/walinya
dapat memberikan sumbangan pendidikan kepada satuan pendidikan dasar.
Ayat (2) Satuan pendidikan dasar dapat menerima sumbangan. Sumbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk memenuhi kekurangan
biaya pendidikan.
3. Dana Swadaya
Dana swadaya bisa berasal dari beberapa kegiatan yang merupakan usaha
mandiri sekolah yang bisa menghasilkan pendapatan sekolah antara lain: (1)
pengelolaan kantin sekolah, (2) pengelolaan koperasi sekolah, (3) jasa fotokopi,
(4) jasa antar jemput siswa, (5) hasil panen kebun sekolah, (6) kegiatan yang
dapat menarik dana dari sponsor, (7) kegiatan seminar/pelatihan/lokakarya
dengan dana dari peserta yang bisa disisihkan sisa anggarannya untuk sekolah,
dan (8) penyelenggaraan lomba-lomba kesenian/kreativitas dengan biaya dari
peserta atau sponsor dari perusahaan yang sebagian dana bisa disisihkan untuk
sekolah, (9) sumber lain yang bisa digali oleh pihak sekolah.
4. Sumber Lain
Selain sumber dana yang sudah disebutkan di atas, masih ada sumber
pembiayaan alternatif yang berasal dari pemerintah baik yang bersifat block
grant
maupun yang bersifat matching grant (imbal swadaya). Biasanya disalurkan
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Sumber keuangan ini biasanya tidak rutin.
Saat ini juga digalakkan Dana Revitalisasi untuk SMK.
Sampai saat ini sebagian besar sekolah di satuan pendidikan dasar (SD/SMP)
khususnya yang sekolah negeri masih sangat tergantung pada Dana
pemerintah (BOS) namun tidak menutup peluang kepala sekolah untuk menggali
sumber dana lain seperti yang disebutkan di atas.
Rencana pembiayaan dalam RKAS ini bersifat terpadu yang berisi rencana
penerimaan dan pengeluaran. RKAS merupakan pedoman pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga terwujud tertib administrasi
pengelolaan keuangan. Untuk mewujudkan asas atau prinsip penganggaran
semua pendapatan dan belanja sekolah harus dicantumkan dalam RKAS dan
disusun sesuai kemampuan dan kebutuhan sekolah berdasarkan peraturan
yang berlaku. Semua dana yang terkumpul dialokasikan untuk membiayai
berbagai program dan kegiatan sekolah yang disusun berdasarkan skala
prioritas. Semua alokasi dana harus realistik.
Program adalah penjabaran kebijakan sekolah dalam bentuk upaya yang berisi
satu atau lebih kegiatan. Kegiatan adalah bagian dari program yang
dilaksanakan oleh sekolah. Program dalam RKAS meliputi upaya pencapaian 8
Standar Nasional Pendidikan (SNP) sesuai Pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 Tahun 2005 yang mengalami perubahan pertama yaitu PP 32 Tahun
2013) dan perubahan kedua yaitu PP 13 Tahun 2015 yang meliputi: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan.
Oleh karena itu proses perencanaan keuangan sekolah dalam RKAS harus
menyesuaikan dari mana asal sumber dana dan mentaati petunjuk teknis
atau peraturan (regulasi) yang berlaku. Saat ini sumber pendanaan mayoritas
sekolah negeri dari dana pemerintah, khususnya pendidikan dasar yang
hanya bersumber dari dana BOS, maka proses perencanaan anggaran
sekolah harus mengacu pada Petunjuk Teknis BOS yang diatur melalui
Peraturan Menteri Pendidikan (Permendikbud) sesui tahun berjalan. Sebelum
proses perencanaan penganggaran BOS, sekolah juga harus menyelesaikan
proses input dan mengirim Data Pokok Pendidkan (Dapodik) untuk
menyesuaikan jumlah peserta didik.
Ketentuan penggunaan dana juga harus mengacu pada ketentuan yang berlaku
dan disesuaikan alokasi anggaran dan peruntukannya. Bab IX Pasal 62
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 32 tahun 2013
dan PP Nomor 13 tahun 2015 disebutkan:
a. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
2. Dana BOS
BOS sebagai sumber utama keuangan mayoritas sekolah menetapkan
aturan yang ketat dalam penggunaannya seperti tercantum dalam buku
Petunjuk Teknis BOS.Ketentuan ini dituangkan dalam bentuk tata cara atau
prosedur pengeluaran/penggunaan dana. BOS yang diterima oleh
SD/SDLB/SMP/SMPLB dan SMA/SMALB/ SMK dihitung berdasarkan jumlah
peserta didik pada sekolah yang bersangkutan. Satuan biaya BOS per
peserta didik/tahun untuk masing-masing jenjang berbeda-beda
menyesuaikan juknis pada tahun berjalan. Misalnya pada tahun 2019
terdapat kenaikan untuk jenjang SMK dibanding tahun sebelumnya. Besaran
dana BOS masing-masing jenjang pada tahun 2019 adalah jenjang
SD/SDLB: Rp800.000,00, SMP/SMPLB: Rp1.000.000,00, dan SMA
Rp1.400.000,00 SMK: Rp1.600.000,00. Untuk SDLB/SMPLB/SMALB:
Rp2.000.000,00.
Dana BOS disalurkan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening
Kas Umum Daerah (RKUD) setiap triwulan pada waktu yang ditentukan
melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) sesuai tahun berjalan tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Penggunaan dana BOS di
sekolah harus disesuaikan dengan pengajuan RKA BOS yang sudah
ditetapkan dalam DPA masing-masing sekolah dari Provinsi atau Kab/kota.
Pemanfaatan BOS hanya diperbolehkan untuk kepentingan peningkatan
layanan pendidikan dan tidak ada intervensi atau pemotongan dari pihak
manapun.
Pemanfaatan dana BOS harus mengacu pada komponen-komponen yang
sesuai dengan ketentuan penggunaan dana pada Permendikbud tahun
berjalan dan disesuaikan jenjang sekolah masing-masing. Tata cara
penggunaan dan pertanggungjawaban BOS Reguler tahun 2019 diatur dalam
Lampiran I. Permendikbud Nomor 3 tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis
Bantuan Operasional Sekolah Reguler. Secara umum penggunaan dana BOS
pada masing-masing jenjang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1) Pengembangan perpustakaan (penyediaan buku teks utama dan
teks pendamping)
2) Penerimaan peserta didik baru (pengadaan ATK dan biaya
kegiatan pengenalan lingkungan sekolah)
3) Kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler
4) Kegiatan Evaluasi Pembelajaran
5) Pengelolaan Sekolah
6) Pengembangan Keprofesian Guru dan Tenaga Kependidikan, serta
Pengembangan Manajemen Sekolah
7) Langganan daya dan jasa
8) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah
9) Pembayaran honor
10) Pembelian/Perawatan Alat Multi Media Pembelajaran
11) Biaya lainnya.
Untuk memperjelas rincian masing-masing penggunaan dana BOS tahun
2019 untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah lebih lanjut dapat dibaca
pada Lampiran 1 Permendikbud Nomor 3 Tahun 2019 tentang Juknis BOS
Reguler.
Selain pembelanjaan kegiatan dalam pengelolaan keuangan, juga diatur
tentang pembelanjaan terkait pengadaan barang/jasa yang diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
(PBJ) Pemerintah. Khusus untuk pembelanjaan terkait pengadaan
barang/jasa di sekolah terkait dana BOS diatur dalam Lampiran II
Permendikbud Nomor 3 Tahun 2018.
Pelaksana PBJ sekolah dilaksanakan oleh: 1) Organisasi PBJ sekolah yang
terdiri atas: kepala sekolah, bendahara BOS Reguler, tenaga adminisrasi
sekolah (TAS), dan guru; dan 2) Penyedia. Dalam melaksanakan PBJ
Sekolah, pelaksana PBJ Sekolah wajib:
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan PBJ Sekolah;
b. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi
yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah
penyimpangan PBJ Sekolah;
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat;
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kontrak/perjanjian;
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak
yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam PBJ Sekolah;
f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan
negara; menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau
kolusi; dan
g. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan/atau bentuk
lainnya dari atau kepada pihak manapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan PBJ Sekolah.
Mekanisme pembelanjaan barang/jasa yang bersumber dari BOS diatur
sebagai berikut:
a. Pengelola sekolah harus memastikan bahwa barang/jasa yang akan dibeli
merupakan kebutuhan sekolah yang sudah sesuai dengan skala prioritas
pengelolaan/pengembangan sekolah.
b. Pembelian/pengadaan barang/jasa harus mengedepankan prinsip
keterbukaan dan efisiensi anggaran dalam menentukan barang/ jasa dan
tempat pembeliannya.
c. Mekanisme pembelian/pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Ketentuan untuk pembelian/pengadaan barang/jasa yang dapat dilakukan
tanpa mekanisme lelang/pengadaan apabila:
(1) barang/jasa sudah tersedia dalam e-catalogue yang diselenggarakan
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
dan sekolah dapat mengaksesnya, maka sekolah harus melakukan
pembelian/pengadaan secara online;
(2) barang/jasa belum tersedia dalam e-catalogue yang diselenggarakan
oleh LKPP atau sudah tersedia dalam e-catalogue namun sekolah
tidak dapat mengaksesnya, maka sekolah dapat melakukan
pembelian/pengadaan dengan cara belanja biasa, yaitu melakukan
perbandingan harga penawaran dari penyedia barang/jasa terhadap
harga pasar dan melakukan negosiasi.
e. Ketentuan untuk pembelian/pengadaan barang/jasa yang harus dilakukan
dengan mekanisme lelang/pengadaan apabila:
(1) Barang/jasa sudah tersedia dalam e-catalogue (katalog elektronik)
yang diselenggarakan oleh LKPP dan sekolah dapat mengaksesnya,
maka sekolah harus melakukan pembelian/pengadaan secara online;
(2) Barang/jasa belum tersedia dalam e-catalogue yang diselenggarakan
oleh LKPP atau sudah tersedia dalam e-catalogue namun sekolah
tidak dapat mengaksesnya, maka dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota (sesuai dengan kewenangan pengelolaan
sekolah) harus membantu sekolah untuk melakukan
pembelian/pengadaan barang/jasa. Dalam pelaksanaan
pembelian/pengadaan barang/jasa, provinsi/kabupaten/kota/sekolah
harus mengedepankan mekanisme pembelian/pengadaan secara e-
procurement sesuai dengan kesiapan infrastruktur dan Sumber Daya
Manusia (SDM) setempat.
f. Setiap pembelian/pengadaan barang/jasa, sekolah harus memperhatikan
kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan kewajaran harga.
g. Setiap pembelian/pengadaan barang/jasa harus diketahui oleh Komite
Sekolah.
h. Sekolah harus membuat laporan tertulis singkat tentang proses
pembelian/pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan.
i. Khusus untuk pekerjaan rehabilitasi ringan/pemeliharaan bangunan
sekolah, Tim BOS Sekolah harus:
(1) membuat rencana kerja;
(2) memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan standar upah yang berlaku di daerah
setempat.
Untuk memperjelas, penggunaan dana BOS untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah Saudara diharapkan membaca regulasi yang berlaku pada
tahun berjalan. Pada tahun 2019 petunjuk penggunaan BOS diatur dalam
Permendikbud Nomor 3 tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) Reguler.
Oleh karena itu, untuk melaksanakan tugas tersebut maka di tiap lembaga
pendidikan memiliki pengelola keuangan yang disebut Bendaharawan yaitu
orang yang diberi tugas penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau
penyerahan uang atau kertas berharga. Bendaharawan berkewajiban
mengirimkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang
perhitungan mengenai pengurusan yang dilakukan. Bendaharawan
sekolah memiliki tugas menerima, mencatat dan mengeluarkan keuangan
sesuai dengan anggaran yang disetujui kepala sekolah. Pengurusan
kebendaharawanan yang dilakukan oleh bendaharawan dalam bentuk
perbuatan menerima, menyimpan, dan membayar atau menyerahkan uang
atau kertas berharga dan barang-barang, baik milik negara maupun milik
pihak ketiga yang pengurusannya dipercayakan.
Berdasarkan pada peraturan yang ada maka kepala kantor, satuan kerja,
pimpinan proyek, bendaharawan, dan orang atau badan yang menerima,
menguasai uang negara wajib menyelenggarakan pembukuan. Sekolah
sebagai penerima uang dari berbagai sumber juga harus mengadakan
pembukuan. Pembukuan yang lengkap mencatat berbagai sumber dana
beserta jumlahnya, dan distribusi penggunaannya secara rinci. Kalau ada
beban pajak yang harus dikeluarkan juga harus disetor sesuai aturan yang
berlaku.
Arikunto, Suharsimi, et.al. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2020. Draft Butir Inti Instrumen Akreditasi
Satuan Pendidikan (IASP)
Cahyono, Yuli dan Priyadi, Joko. 2019. Modul Penyiapan Calon Kepala Sekolah.
Monitoring dan Evaluasi (MPCKS-MON). Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hartanto, Setyo, & Sucipto, Taufiq Lilo Adi. 2019. Modul Pelatihan Calon Kepala Sekolah
Pemanfaatn TIK dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran (MPCKS — TIK). Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
------------------------- 2016. Formulir Penilaian Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Ditjen Guru
dan Tenaga Kependidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Manajerial Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
dan Kompetensi Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Laboratorium Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar tentang
Standar Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Kemdiknas
Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014
tentang Ekstrakurikuler.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudyaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014
tentang Muatan Lokal untuk Kurikulum 2014.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun
2014 tentang Bimbingan Konseling.
Manajerial Sekolah
Rakhim, Rizki Trianto, dkk. 2019. Modul Penguatan Kepala Sekolah Literasi Digital
(MPPKS — DIG). Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sani, Ridwan, dkk.. 2015. Penjamin Mutu Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Sutar, dkk. 2019. Modul Pelatihan Kepala Sekolah Pengembangan Rencana Kerja Sekolah
(MPPKS — RKS) Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Strategi Dan Implementasi Literasi Sebagai Kecakapan Abad 21 Dalam Pembelajaran,
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun
2018
Terry, George R. 2015. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Thomas L. Wheelen, J. David Hunger, 2014. Strategic Management and Business Policy:
Globalization, Innovation and Sustainability: Iowa State university.