Rancangan Aktualisasi Ibnu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

RANCANGAN AKTUALISASI

PENYUSUNAN SOP DAN REEDUKASI PROSEDUR PEMASANGAN PIPA

NASOGASTRIK (NGT) DAN KATETER URIN SESUAI PRINSIP ASEPSIS DI

IGD RSUD PADANG PANJANG

DIUSULKAN OLEH:

dr. Muhammad Ibnu Malik

A2.1.9

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

GOLONGAN III ANGKATAN II

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

REGIONAL BUKITTINGGI

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

EVALUASI RANCANGAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN II


PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REGIONAL BUKITTINGGI
TAHUN 2021

NAMA : dr. MUHAMMAD IBNU MALIK


NIP : 199211082019021005
INSTANSI : RSUD PADANG PANJANG
JABATAN : DOKTER AHLI PERTAMA
NDH : A2.1.9
JUDUL AKTUALISASI

“PENYUSUNAN SOP DAN REEDUKASI PROSEDUR PEMASANGAN PIPA


NASOGASTRIK (NGT) DAN KATETER URIN SESUAI PRINSIP ASEPSIS
DI IGD RSUD PADANG PANJANG”

Disampaikan untuk disampaikan pada Evaluasi Pelaksanaan Aktualisasi Pelatihan


Dasar Golongan III Angkatan V
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi tahun 2021
Bukittinggi, Juni 2021

Menyetujui,

Coach Mentor

Herki Toni, SKM,


Eka Saputra, S.Sos, MARS
Mengetahui,
M.Si 197507241995031001
Koordinator

Defrimen, M.Si
NIP. 19740902 200801 1

001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut juga infeksi nosokomial atau
Hospital Acquired Infections (HAI) merupakan infeksi yang didapat pasien selama
menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis di pelayanan kesehatan. Saat ini
penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAI”
(Healthcare-Associated Infections) dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian
infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Di Italia, sekitar 6,7% pasien rawat inap mengalami infeksi
nosokomial pada tahun 2000 (sekitar 450.000 – 700.000 pasien), yang menyebabkan
kematian pada 4500 – 7000 orang. Di Perancis, prevalensi infeksi nosokomial sebesar
6,87% pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 7,5% pada tahun 2006. Di Indonesia,
penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004
menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit juga untuk melindungi
pasien, petugas, pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi. Salah satu
unit rumah sakit yang berkaitan erat dengan kejadian HAI adalah IGD dimana IGD
banyak menerima kedatangan pasien dengan berbagai macam keluhan penyakit.
Beberapa tindakan medis yang bersifat invasif pun dilakukan di IGD sesuai dengan
ketentuan medis. Beberapa prosedur tersebut antara lain pemasangan nasogastric
tube/ orogastric tube, pemasangan kateter urin dan penjahitan luka. Dalam melakukan
tindakan yang bersifat invasif, selain harus sesuai dengan SOP yang berlaku, dokter
dan perawat juga harus mematuhi prinsip aseptik. Tindak invasif memiliki resiko HAI
yang tinggi karena dapat membawa bakteri patogen yang berada dipermukaan ke
dalam jaringan tubuh.
Melalui teknik enviromental scanning, penulis melihat bahwa prinsip
aseptic tersebut belum sepenuhnya diterapkan oleh tenaga kesehatan IGD.
Berdasarkan pengamatan penulis dan wawancara dengan kepala ruangan IGD, alasan
belum sepenuhnya diterapkan prinsip aseptik di IGD antara lain petugas IGD belum
memahami dan atau belum mengetahui SOP prosedur pemasangan NGT, kateter urin
dan penjahitan luka yang benar, belum paham dengan prinsip aseptik, keterbatasan
tenaga, dan kurangnya sarana dan prasarana selama melakukan tindakan.
Kurangnya penerapan prinsip aseptic saat melakukan prosedur invasif
dapat menyebabkan timbulnya HAI, misalnya saat pemasangan NGT berupa aspirasi
pneumonia, pemasangan kateter urin yang tidak steril menyebabkan chatheter
associated urinary tract infection (infeksi saluran kemih akibat kateter urin) dan
infeksi luka pada jahitan. Dampak negatif apabila isu ini tidak diatasi adalah
meningkatnya prevalensi HAI di RSUD Padang Panjang, memperlama waktu rawatan
pasien, dan berujung pada menurunnya tingkat kepuasan pasien.Untuk penulis merasa
perlu dibuat standar operational procedure (SOP) serta reedukasi tentang
pemasangan NGT, pemasangan kateter urin dan penjahitan luka sesuai dengan
prinsip- prinsip aseptik.

B. Profil Instansi
1. Gambaran Umum

Secara historis, RSUD Kota Padang Panjang bermula dari Poliklinik yang
didirikan oleh Belanda pada tahun 1940 yang beralamat di Jl. KH.A Dahlan No.5
Kota Padang Panjang. Kemudian pada tahun 1943 Poliklinik tersebut dikuasai oleh
Jepang. Tahun 1946 Poliklinik diambil alih oleh TNI sampai dengan tahun 1969. Pada
tahun 1970 Poliklinik diserahkan kepada Pemerintah Daerah dijadikan sebagai
Rumah Sakit Umum. Pada tahun 1980 RSU ini dijadikan menjadi RSU kelas D,
selanjutnya pada tanggal 12 november 1984 diresmikan oleh Mentri Kesehatan RI dr.
Suwardjono Surjaningrat sebagai rumah sakit kelas C dengan direktur dr. Sulaiman,
berdasarkan SK Menkes RI Nomor: 481/Menkes/SK/1997 dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 54 buah. Dan masih beralamat di Jl. KH.A Dahlan No.5 Kota Padang
Panjang.

Pada tahun 2007 RSUD Kota Padang Panjang pindah bangunan ke Jl.Tabek
Gadang Kel.Ganting kec.Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang. Pada tahun
2008 dengan SK Menkes RI Nomor: 07.06/III/906/2008 tanggal 19 maret 2008
tentang pemberian izin penyelenggaraan RSUD Kota Padang Panjang dengan nama
RSUD Kota Padang Panjang, berstatus sebagai RSUD tipe C dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 160 buah. Berdasarkan surat keputusan Walikota Padang Panjang
Nomor: 900/434/WAKO-PP/2012 tentang penetapan status pola pengelolaan
keuangan Badang Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Kota Padang Panjang
tanggal 8 desember 2012. Maka sejak bulan januari 2013 RSUD Kota Padang
Panjang secara resmi menjadi BLUD. Rumah Sakit Kota Padang Panjang ini
merupakan rumah sakit tipe C yang terletak di lokasi yang sangat strategis, yaitu di
persimpangan antara Kota Padang, Bukittinggi, Solok dan Batusangkar. Sehingga
memudahkan akses dari berbagai penjuru.

2. Standar Pelayanan IGD RSUD Padang Panjang

Tabel 1.1 Standar pelayanan IGD RSUD Padang Panjang

No Komponen Uraian

1 Produk Pelayanan Pelayanan Gawat Darurat

2 Persyaratan Pelayanan 1 Kartu Identitas/ KTP

2 Kartu BPJS

3 Prosedur Pelayanan 1 Pasien diterima oleh petugas dan


dilakukan pemeriksaan oleh dokter

2 Pendaftaran oleh keluarga pasien

3 Dilakukan tindakan medis sesuai


ketentuan.

4 Pemeriksaan penunjang bila


diperlukan

5 Pemberian resep obat

6 Pengambilan obat

7 Pasien pulang/ dirawat/ dirujuk

4 Waktu Pelayanan 1 Respon petugas tidak boleh lebih dari


5 menit

2 Lama pelayanan sesuai dengan


kondisi pasien, pemeriksaan dan
tindakan.

5 Biaya/ tarif Umum : Sesuai Perda No 8 tahun


2013

BPJS : Permenkes RI No 4 tahun


2017

3. Visi- Misi Organisasi

1. Visi organisasi

1) A = Aman terhadap sarana dan prasarana yang digunakan


2) M = Mandiri terhadap pelayanan yang diberikan
3) A = Ahli (SDM) sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
4) N = Nyaman terhadap sarana dan prasarana yang digunakan dan pelayanan yang
diberikan
5) A = Adil dalam memberikan pelayanan
6) H = Humanis terhadap semua pasien

2. Misi Organisasi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan SDM yang profesional, mandiri,


adil dan humanis
2) Menyediakan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman sesuai dengan
kebutuhan

3. Nilai- nilai Organisasi


1. Peduli = Kesadaran untuk turut rasa memiliki, terlibat secara aktif dan
bertanggung jawab terhadap pasien dan pengunjung.
2. Fokus = Konsentrasi penuh dalam melayani pasien dan pengunjung.

3. Hati- hati = Berfikir, waspada, cermat dan teliti serta tanpa ragu-ragu dalam
memberikan pelayanan.
4. Empati = Dapat memahami dan siap merasakan perasaan suka maupun
duka yang dialami pasien dan pengunjung

C. Role Model
Keteladanan saat menerapkan prinsip aseptik yang baik dan benar menurut
saya adalah dr. Mardenova, Sp.B (dokter spesialis bedah RSUD Padang Panjang).
Pada beberapa kesempanan, penulis dan beliau sempat beberapa kali bertemu saat
melakukan ronde/ visite kepada pasien. Sebagai contoh, beberapakali penulis melihat
beliau selalu mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai handscoen steril
dengan benar dan setelah itu tidak menyentuh area non steril selama mengerjakan
tindakan. Hal tersebut juga diterapkan selama beliau bertugas di ruang operasi.

BAB II
PERUMUSAN GAGASAN
A. Identifikasi Isu

Selama penulis bekerja di IGD, penulis menemukan beberapa isu yang kerap
kali muncul sewaktu melakukan tugas kedinasan. Isu yang didapat merupakan hasil
dari enviromental scanning dikarena kepedulian penulis ditempat bekerja saat ini.
Beberapa isu tersebut adalah :
1) Belum di aplikasikannya prinsip aseptik secara baik dan benar selama melakukan
tindakan invasif di IGD,
2) seringnya terdapat pengaduan bahwa length of stay di IGD terlalu lama,
3) dan masih seringnya pasien suspek covid 19 yang menolak untuk di rawat di isolasi
RS.
B. Deskripsi Isu

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah memiliki berbagai


tujuan, salah satunya yaitu melindungi warga negara dari praktek buruk orang lain.
Prinsip asepsik selama melakukan tindakan medis, terutama yang bersifat invasif
harus selalu diterapkan untuk melindungi pasien dari resiko infeksi nosokomial.
Penelitian oleh Lynch dkk. pada tahun 1997 memperoleh prevalensi terkecil infeksi
nosokomial yang ditemukan pada beberapa negara di Eropa dan Amerika berkisar
kurang dari 1%, sedangkan prevalensi tertinggi ditemukan pada negara di Asia,
Amerika Latin, Afrika bagian Sahara sebesar 40%. Penelitian WHO dan lainnya
menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi infeksi nosokomial terjadi pada unit rawat
intensif/ ICU, bangsal bedah, dan ortopedi; lebih dari 30% infeksi nosokomial terjadi
di ICU. Infeksi nosokomial tersering adalah infeksi pada luka operasi, infeksi saluran
kemih, infeksi saluran nafas bawah, dan infeksi pada aliran darah. Isu tersebut penting
untuk di selesaikan karena bila tidak, dapat meningkatkan resiko pasien terkena
infeksi nosokomial, selain merugikan pasien, juga dapat memperlama lama rawatan
dan menambah biaya bahan habis pakai selama perawatan.
Isu kedua adalah masih pengaduan terkait lamanya waktu tunggu/ length of
stay pasien IGD. Waktu tunggu/ length of stay adalah waktu yang dijalani oleh pasien
mulai dari awal masuk IGD sampai keluar dari IGD. Pada tahun 2002 Departemen
Kesehatan Inggris menetapkan bahwa target untuk LOS di IGD atau Departeman
Darurat tidak boleh melebihi 4 jam. Mutu pelayanan prima sangat mendapatkan
perhatian oleh pasien dan keluarga pasien diruang IGD. IGD dapat juga dikatakan
sebagai pintu depan pelayanan rumah sakit, dimana pelayanan di IGD sering sekali
mendapatkan sorotan dari pasien maupun masyarakat. Salah satu bentuk mutu
pelayanan yang sering dikeluhkan masyarakat adalah waktu tunggu. Waktu tunggu
yang lama di IGD akan menunjukkan rendahnya mutu pelayanan suatu rumah sakit
yang akan berakibat pada tingkat kepuasan pasien, keluarga, pendamping dan
pengunjung. Selama menjalani tugas kedinasan di IGD, tidak jarang penulis mendapat
pengaduan dari keluarga pasien mengapa pasien terlalu lama menunggu untuk
dipindahkan ke ruang rawatan. Beberapa faktor yang penulis temukan sebagai
penyebab lamanya waktu tunggu/ length of stay di IGD adalah, ketersediaan tempat
tidur di rawat inap, konsultasi dengan berbagai spesialis yang cukup memakan waktu,
over crowded (ramainya) pasien di IGD dan belum terintegrasinya laboratorium
dengan gedung IGD sehingga proses menunggu hasil lab menjadi lebih lama.
Keterkaitan dengan agenda pembelajaran yaitu dengan whole of government dan
pelayanan publik. Sebaiknya laboratorium sudah terintegrasi ke dalam IGD sehingga
pelayanan dapat dilakukan dalam satu tempat. Sedangkan prinsip pelayanan publik
yang sesuai dari isu di atas adalah prinsip responsif.
Isu ketiga adalah seringnya terjadi penolakan rawatan isolasi oleh pasien susp
covid19 di IGD. Adanya peraturan dari RS yang mewajibkan pasien-pasien susp
covid 19 untuk di rawat di ruangan isolaso tidak serta merta diterima dan disetujui
begitu saja oleh pasien/ keluarga pasien. Isu ini erat kaitannya dengan fungsi ASN
sebagai pelaksana kebijakan publik. Sebagai seorang ASN, penulis berkewajiban
menerangkan kepada pasien dan atau keluarga pasien bagaimana ketentuan perawatan
isolasi tersebut dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien.
Tidak jarang penulis dan sejawat dokter lainnya menghadapi perdebadatan dan
konfrontasi baik oleh pasien maupun keluarga pasien akibat peraturan RS karena
peraturan rawatan isolasi yang cukup berat bagi pasien.

C. Penetapan Core Isu


Dalam penetapan core isu, dibutuhkan sebuah alat untuk menapiskan isu
sehingga isu yang dipilih berkualitas. Dalam rancangan aktualisasi ini alat bantu yang
saya gunakan adalah dengan kriteria Aktual, Kehalayakan, Problematik, dan
Kelayakan (AKPL).

Tabel 2.1 Penetapan Core Isu Menggunakan Kriteria AKPL


Jumla
No Isu A K P L Peringkat
h
Penerapan prinsip asepsis belum
1 sepenuhnya dijalankan selama 4 4 5 4 17 1
melakukan tindakan invasif di IGD
Seringnya terdapat pengaduan bahwa
2 waktu tunggu/ length of stay di IGD 3 4 3 3 13 3
terlalu lama
Seringnya pasien suspek covid 19
3 yang menolak untuk di rawat di ruang 3 4 4 3 14 2
isolasi RSUD
Berdasarkan analisis menggunakan kriteria APKL, isu yang paling penting
untuk diselesaikan adalah Penerapan prinsip asepsis belum sepenuhnya diterapkan
selama melakukan prosedur invasif di IGD.

D. Rumusan Isu
Rumusan isu dibuat dengan suatu pernyataan yang ditulis secara singkat dan
jelas dengan memuat pernyataan negatif isu, focus, locus dan waktu. Maka rumusan
isu yang didapat adalah masih kurangnya penerapan prinsip asepsis selama
melakkukan prosedur invasif di IGD RSUD Padang Panjang.

E. Penyebab Isu
Masih kurangnya penerapan prinsip asepsis selama melakukan prosedur
invasif di IGD RSUD Padang Panjang disebabkan oleh:
1. Nakes belum sepenuhnya memahami prinsip asepsis.
2. Ketidakjelasan SOP prosedur medis, khususnya pemasangan NGT dan
kateter urin.
3. Jumlah nakes tidak mencukupi terutama ketika pasien IGD membeludak.
4. Masih kurangnya sarana untuk menerapkan prinsip asepsis secara
sempurna.
Untuk menentukan penyebab isu yang prioritas, penulis menggunakan
metode USG (Urgency, seriousness, growth).

Tabel 2.2 Penetapan Penyebab Isu menggunakan Metode USG


No Isu U S G Jumlah Peringkat
1 Nakes belum sepenuhnya memahami
prinsip asepsis ketika melakukan 4 5 4 13 1
tindakan invasif
2 Ketidakjelasan SOP tindakan invasif,
terutama pemasangan NGT dan kateter 4 5 4 13 1
urin
3 Jumlah nakes tidak mencukupi
terutama ketika pasien IGD 3 3 3 9 3
membeludak
4 Kurangnya sarana untuk menerapkan
4 3 4 11 2
prinsip asepsis secara sempurna

F. Gagasan Aktualisasi
Penyusunan SOP dan reedukasi Prosedur Pemasangan Pipa Nasogastrik
(NGT) dan Kateter Urin Sesuai dengan Prinsip Asepsis Terhadap Nakes di IGD
RSUD Padang Panjang.
BAB III
MATRIK RANCANGAN AKTUALISASI

A. Matrik Rancangan Aktualisasi


Unit Kerja : IGD RSUD Padang Panjang
Identifikasi Isu : Resiko infeksi nosokomial akibat belum
diterapkannya prinsip asepsi selama melakukan
prosedur invasif di IGD.
Isu yang diangkat Masih kurangnya penerapan prinsip asepsis selama
: melakukan prosedur invasif di IGD RSUD Padang
Panjang.
Gagasan pemecahan isu : Penyusunan SOP dan reedukasi Prosedur
Pemasangan Pipa Nasogastrik (NGT) dan Kateter
Urin Sesuai dengan Prinsip Asepsis Terhadap Nakes
di IGD RSUD Padang Panjang.

Tabel 3.1 Matrik Rancangan Aktualisasi


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Keterkaitan Kontribusi pada Penguatan
Hasil substansi mata visi misi organisasi nilai
pelatihan organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Melakukan a) Membuat a) Draf surat Kaitan dengan Proses Konsultasi
Konsultasi jadwal/ janji b) Catatan agenda 2: dan diskusi
dengan pertemuan hasil bersama kasi
Kasi b) Konsultasi konsultasi Akuntabilitas pelayanan dan PPI
Pelayanan tentang rancangan c) Surat Kejelasan target berkontribusi
dan PPI aktualisasi. persetujuan secara jujur dan dalam misi pertama
c) Meminta bertanggung RSUD Padang
persetujuan dari jawab Panjang yaitu
kasi pelayanan dan Menyelenggarakan
PPI Nasionalisme pelayanan
kesehatan dengan
Mengutamakan SDM yang
musyawarah serta profesional,
menerima koreksi mandiri, adil dan
dari kasi humanis
pelayanan dan
PPI

Etika Publik
Bersikap sopan
dan disiplin
terhadap jadwal
pertemuan.
Kaitan dengan
agenda 3:
Manajemen ASN
WOG
2 Melakukan a) Melakukan Catatan Kaitan dengan Proses Konsultasi
koordinasi koordinasi dengan hasil agenda 2: dan diskusi
dengan Karu IGD pertemuan bersama Karu dan
tenaga b) Melakukan Akuntabilitas Ka Ins. IGD
kesehatan koordinasi dengan menjelaskan merupakan
yang Ka Instalasi IGD kejelasan target kontribusi dalam
bertugas di c) Melakukan secara jujur dan misi pertama
IGD RSUD koordinasi dengan bertanggung RSUD Padang
Padang Nakes IGD jawab Panjang yaitu
Panjang Menyelenggarakan
Nasionalisme pelayanan
kesehatan dengan
mengutamakan SDM yang
musyawarah, profesional,
menggunakan mandiri, adil dan
bahsa Indonesia humanis
selama
berkomunikasi.
Etika Publik
Melakukan
pertemuan dengan
pakaian yang
sopan dan tutur
kata yang baik
Komitmen Mutu
Menggunakan
waktu pertemuan
dengan efisien

Kaitan dengan
agenda 3:
Manajemen ASN
WOG
3 Penyusunan a) Mencari literatur a) Draf SOP Kaitan dengan Penerapan SOP
SOP yang relevan b) Catatan agenda 2: tindakan invasif di
pemasangan b) Konsultasi hasil IGD berkontribusi
NGT dan dengan mentor pertemuan Akuntabilitas dalam visi RSUD
kateter urin tentang SOP yang Bertanggung yaitu Ahli (SDM)
sesuai dibuat jawab terhadap sesuai dengan
prinsip konten/ isi draf kompetensi yang
asepsis. SOP pemasangan dibutuhkan
Membuat NGT dan kateter
rancangan urin.
kuis Nasionalisme
sederhana
sebagai Menerima
bahan masukan saat
evaluasi penyusunan SOP
Komitmen Mutu
Menyusun SOP
yang mudah
dimengerti oleh
Nakes
Antikorupsi
Kepedulian
terhadap
organisasi dan
pasien.
Kaitan dengan
Agenda 3:
Manajemen
ASN, Pelayanan
publik

4 Aktualisas a) Melakukan a) Foto Kaitan dengan Penerapan SOP


SOP dan sosialisasi SOP dan dekomentasi agenda 2: tindakan invasif di
reedukasi reedukasi kepada reedukasi IGD berkontribusi
pemasangan Nakes IGD melalui SOP Nasionalisme dalam visi RSUD
NGT dan presentasi. b) Foto Menghargai yaitu Ahli (SDM)
Kateter urin b) Mempraktekkan dokumentas setiap pendapat, sesuai dengan
sesuai SOP langsung i saat menggunakan kompetensi yang
prinsip kepada pasien praktek bahasa Indonesia dibutuhkan
aseptik bersama Nakes langsung ke yang mudah
c) Melakukan pasien dimengerti
evaluasi melalui c) Hasil
kuis dan FGD evaluasi Etika Publik
berupa kuis
yang sudah Sopan dan ramah
dijawab saat melakukan
d) Catatan diskusi FGD
hasil FGD bersama nakes
Komitmen mutu
Memberikan
informasi yang
efektif dan efisien
Antikorupsi
Jujur selama
melakukan
evaluasi kuis
Kaitan dengan
agenda 3:
Manajemen ASN
Pelayanan
publik
5 Penyusunan a) Melakukan Tersusunny Komitmen Mutu Draf SOP dan hasil
laporan analisis hasil a laporan evaluasi dalam
aktualisasi aktualisasi aktualisasi Berorientasi mutu melakukan
b) Membuat dengan prosedur invasif di
laporan aktualisasi mengutamakan IGD sesuai prinsip
detail dan aseptik merupakan
validitas kontribusi dalam
Nasionalisme misi RSUD Padang
Panjang yaitu
Pembuatan Menyelenggarakan
laporan pelayanan
aktualisasi kesehatan dengan
menggunakan SDM yang
kaedah bahasa profesional,
Indonesia yang mandiri, adil dan
baik dan benar humanis
Kaitan dengan
agenda 3:
Manajemen ASN
B. Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Nilai-nilai dasar PNS

Tabel 3.2 Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Nilai-nilai dasar PNS


Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Indikator Total
Nilai Dasar I II III IV V
Nilai
I II III I II III I II I II III I II
Tanggung
7
Akuntabilitas jawab
Konsistensi 4
Kejelasan 5
Cinta bahasa
Nasionalisme 11
Indonesia
Sopan santun 6
Tidak
2
Etika Publik diskriminatif
Tulus 5
Ramah 7
Inovatif 3
Komitmen Efektif 4
Efesien 4
Mutu Adaptif 1
Responsif 3
Peduli 4
Adil 2
Anti korupsi Kerja keras 6
Tanggung
7
Jawab
C. Matrik Visi Misi dan tata Nilai Organisasi
Tabel 3.3 Matrik VisiMisi dan tata nilai organisasi
Keterkaitan terhadap visi misi dan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Total
tata nilai organisasi II III IV V
I
Aman terhadap 1
sarana dan prasarana
yang digunakan
Mandiri terhadap 1
pelayanan yang
diberikan
Ahli (SDM) sesuai 5
Visi dengan kompetensi
yang dibutuhkan
Menjadi
Rumah Nyaman terhadap 3
Sakit yang sarana dan prasarana
AMANAH yang digunakan dan
pelayanan yang
diberikan
Adil dalam 2
memberikan
pelayanan
Humanis terhadap 2
semua pasien
Menyelenggarakan 2
pelayanan kesehatan
dengan SDM yang
profesional, mandiri,
adil dan humanis
Misi
Menyediakan sarana 3
dan prasarana yang
aman dan nyaman
sesuai dengan
kebutuhan
Peduli 5
Fokus 2
Tata Nilai
Hati- hati 2
Empati 1
D. Matrik Keterkaitan dengan Kedudukan dan Peran PNS

Tabel 3.4 Matrik keterkaitan dengan kedudukan dan peran PNS


Keterkaitan dengan
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
kedudukan dan Total
I II III IV V
peran ASN
Manajemen ASN 4

Pelayanan publik 2

Whole of 2
government (WoG)

Anda mungkin juga menyukai