Rancangan Aktualisasi Ibnu
Rancangan Aktualisasi Ibnu
Rancangan Aktualisasi Ibnu
DIUSULKAN OLEH:
A2.1.9
REGIONAL BUKITTINGGI
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Coach Mentor
Defrimen, M.Si
NIP. 19740902 200801 1
001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut juga infeksi nosokomial atau
Hospital Acquired Infections (HAI) merupakan infeksi yang didapat pasien selama
menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis di pelayanan kesehatan. Saat ini
penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAI”
(Healthcare-Associated Infections) dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian
infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Di Italia, sekitar 6,7% pasien rawat inap mengalami infeksi
nosokomial pada tahun 2000 (sekitar 450.000 – 700.000 pasien), yang menyebabkan
kematian pada 4500 – 7000 orang. Di Perancis, prevalensi infeksi nosokomial sebesar
6,87% pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 7,5% pada tahun 2006. Di Indonesia,
penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004
menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit juga untuk melindungi
pasien, petugas, pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi. Salah satu
unit rumah sakit yang berkaitan erat dengan kejadian HAI adalah IGD dimana IGD
banyak menerima kedatangan pasien dengan berbagai macam keluhan penyakit.
Beberapa tindakan medis yang bersifat invasif pun dilakukan di IGD sesuai dengan
ketentuan medis. Beberapa prosedur tersebut antara lain pemasangan nasogastric
tube/ orogastric tube, pemasangan kateter urin dan penjahitan luka. Dalam melakukan
tindakan yang bersifat invasif, selain harus sesuai dengan SOP yang berlaku, dokter
dan perawat juga harus mematuhi prinsip aseptik. Tindak invasif memiliki resiko HAI
yang tinggi karena dapat membawa bakteri patogen yang berada dipermukaan ke
dalam jaringan tubuh.
Melalui teknik enviromental scanning, penulis melihat bahwa prinsip
aseptic tersebut belum sepenuhnya diterapkan oleh tenaga kesehatan IGD.
Berdasarkan pengamatan penulis dan wawancara dengan kepala ruangan IGD, alasan
belum sepenuhnya diterapkan prinsip aseptik di IGD antara lain petugas IGD belum
memahami dan atau belum mengetahui SOP prosedur pemasangan NGT, kateter urin
dan penjahitan luka yang benar, belum paham dengan prinsip aseptik, keterbatasan
tenaga, dan kurangnya sarana dan prasarana selama melakukan tindakan.
Kurangnya penerapan prinsip aseptic saat melakukan prosedur invasif
dapat menyebabkan timbulnya HAI, misalnya saat pemasangan NGT berupa aspirasi
pneumonia, pemasangan kateter urin yang tidak steril menyebabkan chatheter
associated urinary tract infection (infeksi saluran kemih akibat kateter urin) dan
infeksi luka pada jahitan. Dampak negatif apabila isu ini tidak diatasi adalah
meningkatnya prevalensi HAI di RSUD Padang Panjang, memperlama waktu rawatan
pasien, dan berujung pada menurunnya tingkat kepuasan pasien.Untuk penulis merasa
perlu dibuat standar operational procedure (SOP) serta reedukasi tentang
pemasangan NGT, pemasangan kateter urin dan penjahitan luka sesuai dengan
prinsip- prinsip aseptik.
B. Profil Instansi
1. Gambaran Umum
Secara historis, RSUD Kota Padang Panjang bermula dari Poliklinik yang
didirikan oleh Belanda pada tahun 1940 yang beralamat di Jl. KH.A Dahlan No.5
Kota Padang Panjang. Kemudian pada tahun 1943 Poliklinik tersebut dikuasai oleh
Jepang. Tahun 1946 Poliklinik diambil alih oleh TNI sampai dengan tahun 1969. Pada
tahun 1970 Poliklinik diserahkan kepada Pemerintah Daerah dijadikan sebagai
Rumah Sakit Umum. Pada tahun 1980 RSU ini dijadikan menjadi RSU kelas D,
selanjutnya pada tanggal 12 november 1984 diresmikan oleh Mentri Kesehatan RI dr.
Suwardjono Surjaningrat sebagai rumah sakit kelas C dengan direktur dr. Sulaiman,
berdasarkan SK Menkes RI Nomor: 481/Menkes/SK/1997 dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 54 buah. Dan masih beralamat di Jl. KH.A Dahlan No.5 Kota Padang
Panjang.
Pada tahun 2007 RSUD Kota Padang Panjang pindah bangunan ke Jl.Tabek
Gadang Kel.Ganting kec.Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang. Pada tahun
2008 dengan SK Menkes RI Nomor: 07.06/III/906/2008 tanggal 19 maret 2008
tentang pemberian izin penyelenggaraan RSUD Kota Padang Panjang dengan nama
RSUD Kota Padang Panjang, berstatus sebagai RSUD tipe C dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 160 buah. Berdasarkan surat keputusan Walikota Padang Panjang
Nomor: 900/434/WAKO-PP/2012 tentang penetapan status pola pengelolaan
keuangan Badang Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Kota Padang Panjang
tanggal 8 desember 2012. Maka sejak bulan januari 2013 RSUD Kota Padang
Panjang secara resmi menjadi BLUD. Rumah Sakit Kota Padang Panjang ini
merupakan rumah sakit tipe C yang terletak di lokasi yang sangat strategis, yaitu di
persimpangan antara Kota Padang, Bukittinggi, Solok dan Batusangkar. Sehingga
memudahkan akses dari berbagai penjuru.
No Komponen Uraian
2 Kartu BPJS
6 Pengambilan obat
1. Visi organisasi
2. Misi Organisasi
3. Hati- hati = Berfikir, waspada, cermat dan teliti serta tanpa ragu-ragu dalam
memberikan pelayanan.
4. Empati = Dapat memahami dan siap merasakan perasaan suka maupun
duka yang dialami pasien dan pengunjung
C. Role Model
Keteladanan saat menerapkan prinsip aseptik yang baik dan benar menurut
saya adalah dr. Mardenova, Sp.B (dokter spesialis bedah RSUD Padang Panjang).
Pada beberapa kesempanan, penulis dan beliau sempat beberapa kali bertemu saat
melakukan ronde/ visite kepada pasien. Sebagai contoh, beberapakali penulis melihat
beliau selalu mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai handscoen steril
dengan benar dan setelah itu tidak menyentuh area non steril selama mengerjakan
tindakan. Hal tersebut juga diterapkan selama beliau bertugas di ruang operasi.
BAB II
PERUMUSAN GAGASAN
A. Identifikasi Isu
Selama penulis bekerja di IGD, penulis menemukan beberapa isu yang kerap
kali muncul sewaktu melakukan tugas kedinasan. Isu yang didapat merupakan hasil
dari enviromental scanning dikarena kepedulian penulis ditempat bekerja saat ini.
Beberapa isu tersebut adalah :
1) Belum di aplikasikannya prinsip aseptik secara baik dan benar selama melakukan
tindakan invasif di IGD,
2) seringnya terdapat pengaduan bahwa length of stay di IGD terlalu lama,
3) dan masih seringnya pasien suspek covid 19 yang menolak untuk di rawat di isolasi
RS.
B. Deskripsi Isu
D. Rumusan Isu
Rumusan isu dibuat dengan suatu pernyataan yang ditulis secara singkat dan
jelas dengan memuat pernyataan negatif isu, focus, locus dan waktu. Maka rumusan
isu yang didapat adalah masih kurangnya penerapan prinsip asepsis selama
melakkukan prosedur invasif di IGD RSUD Padang Panjang.
E. Penyebab Isu
Masih kurangnya penerapan prinsip asepsis selama melakukan prosedur
invasif di IGD RSUD Padang Panjang disebabkan oleh:
1. Nakes belum sepenuhnya memahami prinsip asepsis.
2. Ketidakjelasan SOP prosedur medis, khususnya pemasangan NGT dan
kateter urin.
3. Jumlah nakes tidak mencukupi terutama ketika pasien IGD membeludak.
4. Masih kurangnya sarana untuk menerapkan prinsip asepsis secara
sempurna.
Untuk menentukan penyebab isu yang prioritas, penulis menggunakan
metode USG (Urgency, seriousness, growth).
F. Gagasan Aktualisasi
Penyusunan SOP dan reedukasi Prosedur Pemasangan Pipa Nasogastrik
(NGT) dan Kateter Urin Sesuai dengan Prinsip Asepsis Terhadap Nakes di IGD
RSUD Padang Panjang.
BAB III
MATRIK RANCANGAN AKTUALISASI
Etika Publik
Bersikap sopan
dan disiplin
terhadap jadwal
pertemuan.
Kaitan dengan
agenda 3:
Manajemen ASN
WOG
2 Melakukan a) Melakukan Catatan Kaitan dengan Proses Konsultasi
koordinasi koordinasi dengan hasil agenda 2: dan diskusi
dengan Karu IGD pertemuan bersama Karu dan
tenaga b) Melakukan Akuntabilitas Ka Ins. IGD
kesehatan koordinasi dengan menjelaskan merupakan
yang Ka Instalasi IGD kejelasan target kontribusi dalam
bertugas di c) Melakukan secara jujur dan misi pertama
IGD RSUD koordinasi dengan bertanggung RSUD Padang
Padang Nakes IGD jawab Panjang yaitu
Panjang Menyelenggarakan
Nasionalisme pelayanan
kesehatan dengan
mengutamakan SDM yang
musyawarah, profesional,
menggunakan mandiri, adil dan
bahsa Indonesia humanis
selama
berkomunikasi.
Etika Publik
Melakukan
pertemuan dengan
pakaian yang
sopan dan tutur
kata yang baik
Komitmen Mutu
Menggunakan
waktu pertemuan
dengan efisien
Kaitan dengan
agenda 3:
Manajemen ASN
WOG
3 Penyusunan a) Mencari literatur a) Draf SOP Kaitan dengan Penerapan SOP
SOP yang relevan b) Catatan agenda 2: tindakan invasif di
pemasangan b) Konsultasi hasil IGD berkontribusi
NGT dan dengan mentor pertemuan Akuntabilitas dalam visi RSUD
kateter urin tentang SOP yang Bertanggung yaitu Ahli (SDM)
sesuai dibuat jawab terhadap sesuai dengan
prinsip konten/ isi draf kompetensi yang
asepsis. SOP pemasangan dibutuhkan
Membuat NGT dan kateter
rancangan urin.
kuis Nasionalisme
sederhana
sebagai Menerima
bahan masukan saat
evaluasi penyusunan SOP
Komitmen Mutu
Menyusun SOP
yang mudah
dimengerti oleh
Nakes
Antikorupsi
Kepedulian
terhadap
organisasi dan
pasien.
Kaitan dengan
Agenda 3:
Manajemen
ASN, Pelayanan
publik
Pelayanan publik 2
Whole of 2
government (WoG)