Skenario 5 Blok 6 - Kelompok 6
Skenario 5 Blok 6 - Kelompok 6
Skenario 5 Blok 6 - Kelompok 6
SKENARIO 5 BLOK 6
“SISTEM SARAF OTONOM”
DOSEN PEMBIMBING:
drg. Amy Nindia Carabelly , M.Si
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah hasil dari tutorial kami pada
Skenario 5 Blok 6 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat
dengan judul “Sistem Saraf Otonom”. Kami mengharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembaca dan untuk pembelajaran selanjutnya.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada drg. Amy Nindia Carabelly , M.Si.
selaku pembimbing tutorial kelompok 6 ini dan kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas
segala kekurangan, kami sebagai penyusun makalah ini memohon kritik, saran, dan
pesan yang membangun dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen yang
kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami dan kami bersedia menerima saran
dan masukkan dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya serta semakin baik ke
depannya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
2.10 Bagaimana Cara Kerja Dari Neurotransmitter Dan Reseptor Terhadap Sistem
Saraf Otonom ......................................................................................................15
2.11 Menjelaskan Mengapa Temannya Tersebut Dapat Menduga Bahwa Obat Yang
Dikonsumsi Termasuk Antagonis Kolinergik .....................................................17
2.12 Menjelaskan Apa Fungsi Dari Sistem Saraf Simpatis Dan Parasimpatis............18
2.13 Menjelaskan Apa Fungsi Dari Sistem Saraf Simpatis Dan Parasimpatis.........19
2.14 Menjelaskan Apa Saja Yang Termasuk Kedalam Sistem Saraf Otonom Pada
Manusia ...............................................................................................................19
iii
2.15 Menjelaskan Obat Jenis Apasaja Yang Berpengaruh Terhadap Sistem Saraf
Otonom ...............................................................................................................20
2.17 Hubungan Sistem Saraf Dengan Pengaruh Obat Dalam Tubuh ..........................21
2.18 Mekanisme Kerja Sistem Saraf Adrenergik dan Sistem Saraf Kolinergik ..........22
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
pada manusia yaitu mengenai sistem syaraf otonom, termasuk sistem saraf
dan reseptor yang berperan”, dimana terkait dengan reseptor apa yang
neurotransmitter berlangsung.
1
2
xerostomia
antagonis kolinergik
pada manusia
saraf otonom
dalam tubuh
1.3 Skenario
berperan.
c. Obat otonom : obat otonom adalah obat yang bekerja pada system saraf
dari sistem saraf otonom yang berfungsi sebagai perangsang suatu hal
tubuh.
kolinergik?
menyebabkan xerostomia.
d. Apa saja yang termasuk kedalam sistem saraf otonom pada manusia?
suatu fungsi organ, maka yang satunya akan memacu fungsi organ
tersebut.
e. Obat jenis apa saja yang berpengaruh terhadap system saraf otonom?
Jawab : Untuk yang obat otonom sendiri ada yang sebagai perangsang
tubuh?
denyut detak jantung akan meningkat dan aliran darah menjadi sangat
lancar dan membuat paru paru tersuplai oksigen dalam jumlah besar
kolinergik?
ion sodium dan potassium di membran sel melalui protein ion chanel.
signal intraseluler.
Definisi
Saraf Simpatis
Klasifikasi
Saraf Parasimpatis
Sistem Saraf Otonom
Manfaat
Golongan Obat
Otonom
Efek Samping Xerostomia
Neurotransmiter
Reseptor
Anatomi
Fisiologi
7
xerostomia
antagonis kolinergik
13. Menjelaskan apa fungsi dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis
14. Menjelaskan apa saja yang termasuk kedalam sistem saraf otonom
pada manusia
saraf otonom
dalam tubuh
PEMBAHASAN
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur
fungsi viseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-
pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga,
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang bekerja secara
saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III, VII, IX dan X serta saraf sakral
spinal kedua dan ketiga; kadangkala saraf sakral pertama dan keempat.
spesifik, berbeda dengan respon yang umum dari sistem simpatis terhadap
8
9
2010)
mata, reseptor adrenergik dapat ditemukan pada membran sel otot dilator
iris, otot muller pada palpebral superior, epitel silier, anyaman trabekular,
dan otot halus pembuluh darah. Reseptor adrenergik terbagi menjadi α1,
α2, β1, dan β2. Efek reseptor α1 adalah vasokontriksi pembuluh darah,
topikal tersedia dalam bentuk tetes mata 2.5% dan 10%. Aplikasi
fenilefrin topikal akan menyebabkan kontraksi otot dilator iris, otot muller,
sampai enam puluh menit setelah penetesan obat dan bertahan selama
posterior mata dengan dilatasi pupil, anterior uveitis. Efek samping pada
infard. Obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada bayi dan pasien
akibat paralisis otot sfingter pupil, siklopegia akibat paralisis otot siliaris,
posterior bola mata, refraksi siklopegik pada anak-anak dan sebagai terapi
pada pasien uveitis. Efek samping pada mata adalah rasa tersengat dan
oleh akar iris. Efek samping sistemik adalah takikardia, mulut kering,
salah satu dari kedua bahan transmiter sinaps ini, asetilkolin atau
2018).
dan alfa 2. Selanjutnya reseptor beta dibagi menjadi beta 1 dan beta 2.
merangsang kedua reseptor ini sama kuatnya. Oleh karena itu, pengaruh
adalah reseptor beta, maka epinefrin akan menjadi organ perangsang yang
saraf pusat melalui saraf kranial (khususnya N III, VII, IX dan N X) dan
refleks saraf otonom terdiri dari serat eferen yang sentripetal disalurkan
sel serat- serat ini terletak di ganglia dalam kolumna dorsalis dan di
ganglia sensorik dari saraf kranial tertentu (Guyton and Hall, 1997).
dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Tiap saraf dari sistem saraf simpatis
melalui rami putih menjadi salah satu dari 22 pasang ganglia dari
melalui saraf-saraf kranial III,VII, IX dan X serta saraf sakral spinal kedua
dan ketiga; kadangkala saraf sakral pertama dan keempat. Kira-kira 75%
lambung, usus kecil, hati, kandung kemih, pankreas, dan bagian atas
dari saraf kranial VII, dan glandula parotis menerima innervasi dari saraf
kranial IX. segmennya. Sistem saraf parasimpatis daerah sakral terdiri dari
saraf sakral II dan III serta kadang-kadang saraf sakral I dan IV. Serabut -
dan bagian bawah uterus, juga mempersarafi genitalia eksterna yang dapat
yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di daerah mulut dan
kurangnya produksi saliva, dimana sekresi saliva ini diatur oleh system
oleh reflek saliva terstimulasi dan refleks saliva tidak terstimulasi. Refleks
bias terjadi setelah konsumsi obat obatan yang bias mengganggu sekresi
membran atau jalur pengangkutan ion pada sel asinus ( Hasibuan &
Sasanti, 2020).
ukurannya jauh lebih kecil. Beberapa serat saraf parasimpatis dan hampir
berakhir pada jaringna ikat yang letaknya berdekatan dengan sel-sel yang
Asetilkolon transferase
besar dipecah menjadi ion asetat dan kolin oleh enzim asetilkolin esterase
terminal, tempat bahan ini dipakai kembali untuk sintesis asetilkolin yang
baru.
Pada medula adrenal, reaksi ini dilanjutkan satu tahap lagi untuk
sebagai berikut :
17
sangat spesifik pada sel-sel efektor. Reseptor ini terdapat di bagian dalam
protein yang berubah ini merangsang atau menghambat sel, paling sering
terhadap satu atau lebih ion, atau (2) mengaktifkan atau justru mematikan
aktivitas enzim yang melekat pada ujung protein reseptor lain dimana
terjadinya xerostomia atau mulut kering yang mana hal ini berkesesuaia
dengan literasi sebelumnya bahwa salah satu Efek samping sistemik dari
Parasimpatis
aliran saliva secara langsung dan tidak langsung. Bila secara langsung
Parasimpatis
Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatis dan sistem
aktifitas organ-organ tubuh yang dipacu oleh sistem saraf simpatis dan
bekerja adalah sistem saraf simpatis dan pada saat rileks yang bekerja
Yang termasuk kedalam sistem saraf otonom itu terbagi 2 yaitu ada
bagian pusat dan bagian perifer, untuk bagian pusat itu berlokasi pada
dan otot polos. Lalu susunan saraf otonom pada tubuh manusia itu
kedua berupa adanya penyakit atau gangguan local pada kelenjar saliva.
sialadenitis kronis, kista dan tumor kelenjar saliva, sindrom Sjogren dan
pertama adalah obat-obat yang bekerja pada sistem saraf simpatik dan
tekanan darah dan masih banyak lagi obat-obat lainnya. Lalu antagonis
adrenergik yaitu obat yang memblok sistem saraf simpatik dengan cara
(Wijayanti R. 2016).
22
Kolinergik
Contoh yang jelas ialah midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis
dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis, dan tonus yang terjadi
tersebut didominasi oleh sistem yang lain. Antagonisme ini tidak terjadi
pada semua organ, kadang kadang efeknya sama. Sekresi liur dirangsang
batang otak lalu pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf
mengakibatkan mulut terasa lebih kering dari pada biasanya saat sistem
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur
fungsi viseral tubuh, sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-
pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga,
pengaturan otonomik. Selain itu Sistem saraf otonom juga adalah sistem
otonom terdiri atas sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang
meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III, VII, IX dan
X serta saraf sakral spinal kedua dan ketiga; kadangkala saraf sakral
setempat yang spesifik, berbeda dengan respon yang umum dari sistem
3.2 Saran
24
25
otonom, sangat penting bagi kita mengetahui apa itu definisi dari sistem
saraf otonom dan juga bagaimana proses mekanisme kerja dari sistem saraf
Guyton, A. C., Hall, J. E. and Setiawan, I. (1997) Buku ajar fisiologi kedokteran.
Laurence Brunton et al. (2010) Goodman & Gilman : Manual Farmakologi Dan
UNIVERSITAS JEMBER.
http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/4875%0A.
TUTORIAL
SKENARIO 5
!"#$%&$!'('
Instruktur :
drg. Amy Nindia Carabelly, M.Si
Putri Wulan Dari 2011111120004
Seorang mahasiswa kedokteran gigi sedang bercerita kepada temannya mengenai keluarganya yang
mengalami xerostomia setelah menggunakan suatu obat. Menurut temannnya hal ini disebabkan karena
pengaruh obat yang digunakan dan menduga obat tersebut adalah antagonis kolinergik, termasuk
golongan obat otonom. Penasaran dengan hal tersebut, mereka mencari jawabannya dengan belajar
bersama. Supaya lebih mudah dalam memahami materi tentang obat otonom, terlebih dahulu mereka
mempelajari tentang sistem syaraf pada manusia yaitu mengenai sistem syaraf otonom, termasuk sistem
saraf simpatis (sistem saraf adrenergik) dan parasimpatis (sistem saraf kolinergik). Selain itu, mereka juga
mempelajari tentang neurotransmitter dan reseptor yang berperan.
Identifikasi dan Klarifikasi
Istilah Asing
KELOMPOK 6
Identifikasi & Analisis Masalah
3.Apa fungsi dari sistem saraf 4. Apa saja yang termasuk kedalam
simpatis dan parasimpatis? sistem saraf otonom pada manusia?
Saraf simpatik umumnya memiliki Sistem saraf otonom ada 2 yaitu sistem
fungsi untuk mempercepat kerja saraf simpatis (adrenergik) dan sistem
organ-organ tubuh. sedangkan saraf saraf parasimpatis (koligernik). Saraf
parasimpatik memiliki fungsi untuk simpatis berfungsi untuk mempercepat
memperlambat kerja organ-organ denyut jantung sedangkan Saraf
tubuh. parasimpatis berfungsi untuk
memperlambat denyut jantung.
Identifikasi & Analisis Masalah
Sistem Saraf
Otonom
Golongan Obat
Definisi Klasifikasi Otonom neurotransmitter Reseptor Anatomi Fisiologi
Saraf
Parasimpatis xerostomia
SASARAN BELAJAR
q !"#$"%&'(&# )"*+#+'+ )&,+ '+'-". '&,&* /-/#/.
q !"#$"%&'(&# (%&'+*+(&'+ )&,+ '+'-". '&,&* /-/#/.
q !"#$"%&'(&# .&#*&&- )&# "*"( '&.0+#1 )&,+ /2&-
/-/#/.
q !"#$"%&'(&# #"3,/-,&#'.+--",4)&,+ '+'-". '&,&*
/-/#/.
q !"#$"%&'(&# ,"'"0-/, )&,+ '+'-". '&,&* /-/#/.
q !"#$"%&'(&# &#&-/.+ )&,+ '+'-". '&,&* /-/#/.
q !"#$"%&'(&# *+'+/%/1+ )&,+ '+'-". '&,&* /-/#/.
SASARAN BELAJAR
(Collin, 1996)
!"#$%& '()& *&%+,- *()(./*&-0(+&%
'(# *&%+,- *()(./1()(%&-0(+&%
FUNGSI SISTEM SARAF OTONOM
SARAF SIMPATIS SARAF PARASIMPATIS
Sistem saraf simpatis bekerja Sistem saraf parasimpatis
meningkatkan stimulus dan berfungsi untuk merangsang
memacu kerja organ-organ penurunan aktifitas organ-organ
tubuh, seperti mempercepat tubuh yang dipacu oleh sistem
detak jantung dan respirasi, saraf simpatis dan menstimulasi
menimbulkan vasokonstriksi meningkatnya aktifitas organ-
pembuluh darah perifer dan organ yang dihambat oleh
vasodilatasi pembuluh darah sistem saraf simpatis.
pusat.
(Ningsih, 2020)
!"#"$%&$ '()*+, '&-&./0+$%&$
1+$%&-"2 3#&* 0&4&, 5"#"2
Agonis adrenergik merupakan obat
yang langsung berikatan pada
reseptor adrenergik, contohnya
PENGARUH adalah obat norepinefrin efeknya
untuk menstimulasi jantung, lalu
OBAT epinefrin efeknya terhadap otot polos,
lalu penileprin efeknya untuk
mengembalikan tekanan darah dan
masih banyak lagi obat-obat lainnya.
(Wijayanti, 2016)
Antagonis adrenergik yaitu obat yang
memblok sistem saraf simpatik
dengan cara menurunkan rangsangan
PENGARUH simpatetik dari otak, memblok
resepetor adrenergik dan menurunkan
OBAT pengeluaran NE, contohnya adalah
obat fentolamin dan tolazolin
fungsinya untuk vasodilator, lalu
trimazolin dan prazosin fungsinya
untuk antihipertensi, lalu propanolol
(Wijayanti, 2016)
!"#$% &'() *(#+,'"-."#+(-/0
)"-0(1(. 2$%)"3 2(-(4,5)&#&3
JENIS OBAT OTONOM
(Hadi, 2020)
!"#$""% &"# '$() *"+,-#.
&"/- 01"% 2%3#3+
Obat-obatan golongan adrenergik
mempengaruhi kerja neurotransmitter
norepinephrine pada reseptor adrenergik. Efek
reseptor α1 adalah vasokontriksi pembuluh
Obat darah, meningkatkan tekanan darah. Efek
reseptor α2 adalah menghambat pengeluaran
ADRENERGIK norepinefrin dan menghambat aksi
norepinefrin. Efek reseptor β1 adalah takikardia,
meningkatkan lipolysis dan meningkatkan
kontraksi otot jantung. Efek reseptor β2 adalah
vasodilatasi pembuluh darah, meningkatkan
pengeluaran glukagon dan relaksasi uterus.
(Katzung, 2017)
Fenilefrin adalah obat agonis adrenergic α1
kerja langsung. Aplikasi fenilefrin topikal akan
menyebabkan kontraksi otot dilator iris, otot
Obat AGONIS muller, arteriol konjungtiva. Efek samping
pada mata adalah buram, silau dan
ADRENERGIK peningkatan tekanan intraokuler. Efek
samping sistemik adalah vasokontriksi
pembuluh darah, peningkatan tekanan darah,
peningkatan kontraktilitas jantung, stroke dan
miokard infard.
(Katzung, 2017)
Obat kolinergik mempengaruhi efek
neurotransmiter asetilkolin terhadap
reseptor kolinergik pada sistem saraf
Obat parasimpatis. Reseptor kolinergik pada
mata ditemukan pada otot levator
KOLINERGIK palpebral superior, ganglion servikal
superior, ganglion siliaris dan
spenopalatin, sfingter pupil, otot siliaris
dan kelenjar lakrimalis.
(Katzung, 2017)
Obat golongan antagonis kolinergik bekerja
dengan cara menghambat pengikatan
asetilkolin pada reseptor kolinergik muskarinik.
Efek obat antagonis kolinergik adalah
Obat AGONIS midriasis akibat paralisis otot sfingter pupil,
meringankan nyeri akibat peradangan badan
KOLINERGIK siliaris. Efek samping pada mata adalah rasa
tersengat dan terbakar pada penetesan, iritasi,
penglihatan buram, fotofobia. Efek samping
sistemik adalah takikardia, mulut kering,
konstipasi dan retensi urin.
(Katzung, 2017)
!"#$%&$'()*+&&"$,-'$+
.+)&"* .'$'/,0&%(%*
NEUROTRANSMITTER
(Sirait, 2018)
!"#"$%&' ()'*
+*#%", +)')-./%&0&,
RESEPTOR
Terdapat dua jenis reseptor adrenergik, reseptor-reseptor ini dibagi menjadi alfa 1 dan
alfa 2. Selanjutnya reseptor beta dibagi menjadi beta 1 dan beta 2. Norepinefrin dan
epinefrin, keduanya disekresikan kedalam darah oleh medula adrenal, mempunyai
pengaruh perangsangan yang berbeda pada reseptor alfa dan beta. Norepinefrin
terutama merangsang reseptor alfa namun kurang merangsang reseptor beta.
Sebaliknya, epinefrin merangsang kedua reseptor ini sama kuatnya. Oleh karena itu,
pengaruh epinefrin dan norepinefrin pada berbagai organ efektor ditentukan oleh jenis
reseptor yang terdapatdalam organ tersebut. Bila seluruh reseptor adalah reseptor beta,
maka epinefrin akan menjadi organ perangsang yang lebih efektif.
(Sunaryo, 2020)
!"#"$%&#'" ("#)
*&+#,-#"./0)--&#$(". 1&/&2-,#
-"("2 4)/-&0 4"#"5$6-,.,0
CARA KERJA
NEUROTRANSMITTER DAN RESEPTOR
(Stoelting, 2005)
!"#$%&' (#)'
*'+$,& *#)#-./$%"%&
ANATOMI
Xerostomia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang paling penting diketahui adalah yang
patalogis terdiri dari 3 kelompok faktor etilogi.
• Kelompok pertama yaitu keadaan-keadaan lokal yang menghasilkan kekeringan pada
mukosa, meliputi bernafas melalui mulut dan merokok yang berlebihan
• Kelompok kedua berupa adanya penyakit atau gangguan local pada kelenjar saliva.
sialadenitis kronis, kista dan tumor kelenjar saliva dan radioterapi pada daerah kepala dan leher
• Kelompok ketiga merupakan faktor-faktor sistemik yang mempengaruhi fungsi kelenjar
saliva, meliputi penyakit- penyakit sistemik efek samping obat-obatan dan faktor-faktor psikis.
(Haskelf, 1990)
!"#"$%&$ '&() *&(&+,
'-$%&$ .-(/01/2)&
HUBUNGAN SARAF DENGAN
XEROSTOMIA
Hubungan saraf dengan xerostomia adalah penyebab dari terjadinya xerostomia yaitu reseptor-
reseptor penghasil saliva yang biasanya terstimulasi dengan adanya respon terhadap makanan
sedang terganggu ataupun terdapat kelainan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat
saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak lalu pusat saliva
kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan
sekresi saliva. Lalu xerostomia itu terjadi biasanya karna rangsangan simpatis yang menyebabkan
sekresi saliva dalam jumlah sedikit, yang mengakibatkan mulut terasa lebih kering dari pada
biasanya saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan stres.
(Rizki, 2017)
!"#$% &"'"()*#
($+$ ,"#*')*-.$
PERAN RESEPTOR PADA XEROSTOMIA
Xerostomia atau yang biasa disebut dengan sindroma mulut kering merupakan akibat dari
penurunan atau tidak adanya flow saliva sehingga menyebabkan mukosa rongga mulut menjadi
kering. Sekresi saliva diatur oleh sistem saraf autonom dan melalui reseptor spesifik yang terdapat
pada kelenjar saliva. Sekresi terjadi melalui rangsangan ke neurotransmitter pada saraf simpatis dan
parasimpatis. Rangsangan simpatis mempengaruhi komposisi dan kandungan protein sementara
parasimpatis bekerja mempengaruhi volume sekresi saliva. Fungsi saliva normal dikontrol melalui
neurotransmisi kolinergik parasimpatis yang dimediasi melalui reseptor M3 muskarinik.
Xerostomia diakibatkan kekurangan jumlah saliva karena kurangnya produksi saliva, dimana
sekresi saliva ini diatur oleh system persarafan berupa resptor kolinergik. Sekresi saliva dapat
dipengaruhi oleh reflek saliva terstimulasi dan refleks saliva tidak terstimulasi. Refleks saliva
terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut
berespon terhadap adanya makanan. Xerostomia juga bias terjadi setelah konsumsi obat
obatan yang bias mengganggu sekresi saliva, Obat dengan efek antikolinergik paling sering
menimbulkan keluhan xerostomia dan menurunkan sekresi saliva
Obat antikolinergik dapat mempengaruhi aliran saliva secara langsung dan tidak
langsung. Bila secara langsung akan mempengaruhi aliran saliva dengan meniru
aksi sistem saraf autonom atau dengan bereaksi pada proses seluler yang
diperlukan saliva, sedangkan secara tidak langsung akan mempengaruhi saliva
dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan
mempengaruhi aliran darah ke kelenjar. Penggunaan obat antikolinergik dapat
menimbulkan efek samping salah satunya adalah xerostomia.
Xerostomia adalah sebuah gejala bukan suatu diagnosa atau penyakit. Xerostomia
merupakan gejala atau tanda yang dirasakan oleh seseorang berupa mulut kering
yang pada umumnya berhubungan dengan berkurangnya aliran saliva.
Xerostomia biasanya terjadi akibat berbagai macam faktor, seperti gangguan pada
sistem saraf, penggunaan obat-obatan. Penyebab paling sering mulut kering
adalah obat-obatan, dengan cara meniru aspek regulasi saliva dan mempengaruhi
tingkat aliran dan komposisi saliva. Obat antikolinergik dapat mempengaruhi
aliran saliva secara langsung dan tidak langsung. Penggunaan obat antikolinergik
dapat menimbulkan efek samping salah satunya adalah xerostomia.