Manuskrip Stunting 2020

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

1

KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-60 BULAN DI DESA


BANTARJAYA KECAMATAN PEBAYURAN KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2020
Afifah Rahma Ayutria¹, Eviana Yatiningsih²

1,2 Program Studi Kebidanan Program Diploma Tiga


Institut Medika Drg Suherman
Email : [email protected]

Abstrak
Jumlah prevalensi stunting di Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya. Upaya mengatasi meningkatnya
prevalensi stunting di Indonesia Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI mencanangkan beberapa program di antaranya
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Tujuan penelitian: untuk mengetahui distribusi frekuensi dan menganalisis faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di Desa Bantarjaya Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi tahun
2020.
Metode: metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling dengan jumlah sebanyak 30 sampel.
Pengumpulan data menggunakan primer dan sekunder. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen yang terdiri
dari pengetahuan orang tua, pendapatan, asupan makanan Pendidikan orangtua, Riwayat pemberian ASI eksklusif,
Riwayat Berat badan lahir rendah sedangkan variabel dependen yaitu Stunting pada balita usia 24 – 60 bulan. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji Chi-Square yang
bertujuan untuk menghubungkan antara variabel independen dan variabel dependen.
Hasil: responden yang berpendidikan rendah sebanyak 60% (P value 0,021), pada responden dengan pendapatan
orang tua rendah sebanyak 84,6% (P value 0,020), pada responden dengan asupan makanan kurang bergizi sebanyak
92,3% (P value 0,002), pada responden dengan pengetahuan orang tua rendah sebanyak 84,6% (P value 0,001), pada
responden dengan Riwayat Air Susu Ibu tidak eksklusif sebanyak 69,2% (P value 0,027) dan pada responden dengan
Riwayat Berat Badan Lahir Rendah sebanyak 43,3% (P value 0,033) dari hasil penelitian 6 variabel tersebut tidak
memiliki kesenjangan dengan teori.
Kesimpulan: terdapat hubungan pendidikan ibu, pengetahuan orang tua, asupan makanan, pendapatan orangtua
Riwayat ASI eksklusif, Riwayat Berat Badan Lahir Rendah dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan di
Desa Bantarjaya Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi. Saran: Untuk menurunkan prevalensi stunting Dinas
Kesehatan, Puskesmas serta tenaga kesehatan lainnya lebih aktif dalam mengontrol tumbuh kembang balita, memiliki
data balita stunting secara lengkap dan valid, serta mengoptimalkan pendekatan dan edukasi kepada masyarakat dalam
upaya pencegahan terjadinya stunting pada balita

Referensi : 19 Buku (2010-2017), 31 data dari internet dan 5 data dari Laporan Dinas
Kesehatan dan Kementrian Kesehatan
Kata Kunci : Kejadian Stunting pada balita, Balita, Pengetahuan Orang Tua, Pendapatan, Asupan Makanan,
Riwayat ASI Eksklusif, Pendidikan Orang Tua, Berat Badan Lahir Rendah.
2

Abstract

The number of stunting prevalence in Indonesia has increased from the previous year. Efforts to overcome the
increasing prevalence of stunting in Indonesia The Ministry of Health (Kemenkes) has launched several programs,
including the Healthy Indonesia Program with a Family Approach (PIS-PK), Supplementary Food Providing (PMT),
and the First 1000 Days of Life (HPK). The Research Objective: to determine the frequency distribution and to analyze
the factors related to the incidence of stunting in Bantarjaya Village, Pebayuran District, Bekasi Regency in 2020.

Method: The method used in this research is quantitative analytic with cross sectional approach. The
sampling technique used Sampling Purposive with a total of 30 samples. Data collection using primary and secondary.
The research variables consisted of independent variables consisting of parental knowledge, income, parental
education food intake, history of exclusive breastfeeding, history of low birth weight, while the dependent variable was
stunting in toddlers aged 24 - 60 months. The data analysis used in this research is univariate analysis and bivariate
analysis with the Chi-Square test which aims to connect the independent variable and the dependent variable..

Results: respondents with low education were 60% (P value 0.021), respondents with low parental income
were 84.6% (P value 0.020), respondents with less nutritious food intake were 92.3% (P value 0.002) , respondents
with low parental knowledge were 84.6% (P value 0.001), respondents with a history of non-exclusive breastfeeding
were 69.2% (P value 0.027) and respondents with a history of low birth weight were 43, 3% (P value 0.033) from the
results of the study 6 these variables have no gaps with the theory.

Conclusion: There is a relationship between mother's education, parental knowledge, food intake, parental
income. History of exclusive breastfeeding, history of low birth weight with the incidence of stunting in children aged
24-60 months in Bantarjaya Village, Pebayuran District, Bekasi Regency. Suggestion: To reduce the prevalence of
stunting, the Health Office, Puskesmas and other health workers are more active in controlling the growth and
development of children under five, have complete and valid data on children under five, and optimize approaches and
education to the community in an effort to prevent stunting in children under five

Reference : 19 Books (2005-2014), 31 data from the internet and 5 data from the Health Service Report and
the Ministry of Health
Keyword : Stunting, Toddlers, Parents' Knowledge, Income, Food Intake, History of Exclusive Breastfeeding,
Parental Education, Low birth weight.
3

Pendahuluan status ekonomi, asupan makanan, riwayat

Status gizi kurang yang bersifat kronik penyakit infeksi, riwayat pemberian MP-ASI,

dari masa pertumbuhan dan perkembangan Berat bayi lahir rendah, Rriwayat ASI

pada anak sejak awal kehidupan. Keadaan ini eksklusif, jumlah anggota keluarga.

dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi Pemberian ASI esklusif dan memberikan gizi

badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 yang optimal sesuai kebutuhannya merupakan

standar deviasi (SD) berdasarkan standar salah satu perbaikan gizi secara langsung

pertumbuhan merupakan gambaran dari pada bayi yang dilahirkan. Penanggulangan

stunting (Soetjiningsih, 2013) stunting dimulai sejak dalam kandungan

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, sampai anak usia 2 tahun yang disebut dengan

prevalensi balita sangat pendek dan pendek periode emas. Pada 270 hari selama

usia 0-59 bulan di Indonesia adalah sebesar kehamilan dan 730 hari pada kehidupan

30,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun pertama bayi yang dilahirkan merupakan

sebelumnya yaitu presentase balita sangat periode kritis dalam perbaikan gizi memang

pendek dan balita pendek sebesar 29,10% sangat diprioritaskan. (Kemenkes, 2018)

(Riskesdas, 2018) Berdasarkan studi pendahuluan yang

Provinsi Jawa Barat merupakan salah dilakukan pada bulan september 2019

satu provinsi yang memiliki prevalensi sebanyak 46 balita terdapat 12 balita di Dusun

stunting diatas prevalensi nasional. I Desa Bantarjaya setelah dilakukan

Berdasarkan hasil Riskesdas prevalensi balita pemeriksaan terdeteksi stunting. Atas dasar

pendek dan sangat pendek pada tahun 2018 itulah, peneliti tertarik mengambil judul karya

sebanyak 31,10%. Kondisi ini meningkat dari tulis “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

tahun sebelumnya yaitu presentase balita Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia

sangat pendek dan balita pendek sebesar 24-60 Bulan Di Desa Bantarjaya Kecamatan

29,2% (Riskesdas, 2018) Pebayuran Kabupaten Bekasi Tahun 2020”

Prevalensi stunting di (Dinas Kesehatan


Bekasi, 2018) sebesar 5,78%. Kabupaten Metode
Bekasi terdapat 44 puskesmas dengan jumlah Desain penelitian yang digunakan dalam
balita sebanyak 183.589 jiwa. Faktor penelitian ini adalah analitik kuantitatif dan
penyebab pada masalah stunting terdiri dari menggunakan pendekatan Cross Sectional.
berbagai faktor antarlain hipopituitari, Sampel penelitian ini adalah balita usia
sindrom turner, perawakan pendek keturunan, 24-60 bulan di Wilayah Desa Bantarjaya
pertumbuhan dan pubertas lambat, Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi
pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua, Instrumen dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kuesioner tertutup, dimana
4

alternatif jawaban telah disediakan. Data yang univariat yaitu dengan menampilkan tabel-
dikumpulkan berupa data primer dan tabel distribusi frekuensi untuk melihat
sekunder. Data yang telah terkumpul gambaran distribusi frekuensi responden
kemudian diolah melalui tahapan editing, menurut variabel yang diteliti, baik variable
coding, scoring, entry data, tabulating, dependen maupun variabel independen.
clening (pembersihan data). Analisis yang Sedangkan analisis bivariat bivariat yaitu
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bertujuan untuk melihat dua variabel yang
univariat dan analisis bivariat. Analisis diduga berhubungan atau berkolerasi.

Hasil
ANALISIS UNIVARIAT
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian berdasarkan variabel Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada balita usia 24 sampai 60 bulan, pendidikan,
pendapatan, asupan makanan, pengetahuan orang tua, riwayat ASI eksklusif dan BBLR di
Desa Bantarjaya Kecamatan Pebayuran Kabupaten Bekasi Tahun 2020
Variabel Kategori Frekuensi Presentase
Stunting 13 43,3%
Balita usia 24-60 bulan Tidak Stunting 17 56,7%
Total 30 100%
Pendidikan Rendah 18 60%
Pendidikan Ibu Pendidikan Tinggi 12 40%
Total 30 100%
Pendapatan Rendah 17 56,7%
Pendapatan Pendapatan Tinggi 13 43,3%
Total 30 100%
Kurang Bergizi 17 56,7%
Asupan makanan Bergizi 13 43,3%
Total 30 100%
Pengetahuan Rendah 14 46,6%
Pengetahuan orang tua Pengetahuan Tinggi 16 53,4%
Total 30 100%
Tidak ASI Eksklusif 14 46,6%
Riwayat ASI Eksklusif ASI Eksklusif 16 53,4%
Total 30 100%
BBLR 13 43,3%
Riwayat BBLR Tidak BBLR 17 56,7%
Total 30 100%
(56,7%). Balita yang memiliki ibu yang
Hasil distribusi frekuensi didapatkan dari
berpendidikan rendah sebanyak 18 orang
30 responden yang diteliti bahwa responden
(60%) dan yang berpendidikan rendah
yang mengalami stunting sebanyak 13 orang
sebanyak 12 orang (40%).
(43,3 %) dan responden yang tidak
Responden yang memiliki orang tua
mengalami stunting sebanyak 17 orang
berpendapatan rendah sebanyak 17 orang
5

(56,7%) dan orang tua berpendapatan tinggi bermakna antara Pendidikan orang tua
13 orang (43,3%). dengan kejadian stunting pada balita usia 24-
Responden dengan mendapat asupan 60 bulan.
makanan kurang bergizi sebanyak 17 orang
(56,7%) dan mendapat asupan makanan Tabel 3 Hubungan Antara Pendapatan
Orangtua Dengan Kejadian Stunting Pada
bergizi sebanyak 13 orang (43,3%).
Balita Usia 24-60 Bulan
Responden yang memiliki orang tua Stunting
Jumlah P OR
Pendapatan Ya Tidak Valu (95%

berpengetahuan rendah sebanyak 14 orang f % F % n %


e CI)

Rendah 11 64,7 6 35,3 17 100 10,08


(46,7%) dan memiliki orang tua 1
(1,65
Tinggi 2 15,4 11 84,6 13 100 0.020
8-
berpengetahuan tinggi sebanyak 16 orang Total 13 43,3 17 56,7 424 100
61,33
0)

(53,3%). Responden yang memiliki Riwayat Dari 13 responden balita yang stunting
ASI Eksklusif sebanyak 14 orang (46,7%) paling banyak pada Pendapatan orangtuanya
dan memiliki Riwayat ASI Tidak Eksklusif yang rendah dengan proporsi 64,7%
sebanyak 16 orang (53,4%). Responden yang dibandingkan dengan orangtuanya dengan
memiliki Riwayat BBLR sebanyak 13 orang pendapatan tinggi dengan proporsi 15,4%.
(43,3%) dan tidak memiliki Riwayat BBLR Beda proporsi antara pendapatan rendah
sebanyak 17 orang (56,7%). dengan pendapatan tinggi adalah sebesar
49,3%.
ANALISIS BIVARIAT Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P
Tabel 2 Hubungan Antara Pendidikan
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Value = 0.037 artinya < 0.05 yang
Usia 24-60 Bulan menunjukan bahwa ada hubungan yang
Stunting P OR
Jumlah Valu (95%
Pendidikan
Orang Tua
Ya Tidak e CI) bermakna antara pendapatan orang tua dengan
f % F % n %

Rendah 10 55,5 8 45,5 18 100


kejadian stunting pada balita usia 24-60
3,750
(0,75
Tinggi 3 25 9 75 12 100 0.021 4- bulan.
18,64
1)
Total 13 43,3 17 56,7 30 100
Tabel 4 Hubungan Antara Asupan
Dari 13 responden balita yang stunting Makanan Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 24-60 Bulan
paling banyak pada Pendidikan orangtuanya Stunting P OR
Asupan Jumlah Valu (95%
Ya Tidak
yang rendah dengan proporsi 55,5% Makanan
F % f % N %
e CI)

dibandingkan dengan orangtuanya dengan Kurang


bergizi
12 70,5 5 29,5 17 100 28,80
0
(2,91
pendidikan tinggi dengan proporsi 25%. Beda Bergizi 1 7,6 12 92,4 13 100 0.002
3-
284,7
Total 13 43,3 17 56,7 30 100 64)
proporsi antara pendidikan rendah dengan
Dari 13 responden balita yang
pendidikan tinggi adalah sebesar 30,5%.
stunting paling banyak pada balita yang
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P
mendapat asupan makanan kurang bergizi
Value = 0.021 artinya < 0.05 yang
dengan proporsi 70,5% dibandingkan dengan
menunjukan bahwa ada hubungan yang
balita yang mendapat asupan makanan bergizi
6

dengan proporsi 7,6%. Beda proporsi antara Eksklusif


Ya Tidak
Valu
e
(95%
CI)
f % F % n %
balita yang mendapat asupan makanan kurang TIdak ASI
9 64,3 5 35,7 14 100
Eksklusif 5,400
(1,12
bergizi dan balita yang mendapat asupan ASI
Eksklusif
4 25 12 75 16 100 0.027 0-
26,04
4)
makanan bergizi adalah sebesar 62,9%. Total 13 43,3 17 56,7 30 100

Dari dari 13 responden balita yang


Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P
stunting paling banyak pada Riwayat ASI
Value = 0.002 artinya < 0.05 yang
tidak Eksklusif dengan proporsi 64,3%
menunjukan bahwa ada hubungan yang
dibandingkan dengan Riwayat ASI Eksklusif
bermakna antara asupan makanan dengan
proporsi 25%. Beda proporsi antara Riwayat
kejadian stunting pada balita usia 24-60
Tidak ASI Eksklusif dengan Riwayat ASI
bulan.
Eksklusif adalah sebesar 39,3%.
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P
Tabel 5 Hubungan Antara Pengetahuan
Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Value = 0.027 artinya < 0.05 yang
Pada Balita Usia 24-60 Bulan
Stunting OR menunjukan bahwa ada hubungan yang
P
(95
Pengetahua
Ya Tidak
Jumlah Valu
% bermakna antara Riwayat ASI Eksklusif
n orang tua e
CI)
f % F % n % dengan kejadian stunting pada balita usia 24-
25,66
Rendah 11 78,6 3 21,4 14 100
7 60 bulan.
Tinggi 2 12,5 14 87,5 16 100 (3,63
0.001
1-
Total 13 43,3 17 56,7 30 100 181,4
37) Tabel 7 Hubungan Antara Riwayat BBLR
Dari 13 responden balita yang stunting Dengan Kejadian Stunting Pada Balita
paling banyak pada orang tua dengan Usia 24-60 Bulan
Stunting P OR
Riwayat Jumlah Valu (95%
pengetahuan rendah dengan proporsi 78,6% BBLR
Ya Tidak e CI)
f % f % n %

dibandingkan orang tua berpengetahuan BBLR 9 69,2 4 30,8 13 100 7.313


(1.43
tinggi dengan proporsi 12,5%. Beda proporsi Tidsk BBLR 4 23,5 13 76,5 17 100 0.033 9-
37.16
Total 13 43,3 17 56,7 30 100 4)
antara pengetahuan orang tua rendah dan
Dari 13 responden balita yang
pengetahuan orang tua tinggi adalah sebesar
stunting paling banyak pada balita dengan
66,1%.
riwayat BBLR dengan proporsi 69,2%
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P
dibandingkan dengan balita tidak memiliki
Value = 0.001 artinya < 0.05 yang
riwayat BBLR dengan proporsi 23,5%. Beda
menunjukan bahwa ada hubungan yang
proporsi antara pendapatan rendah dengan
bermakna antara pengetahuan orang tua
pendapatan tinggi adalah sebesar 45,7%.
dengan kejadian stunting pada balita usia 24-
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P
60 bulan.
Value = 0.033 artinya < 0.05 yang
Tabel 6 Hubungan Antara Riwayat ASI
Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada menunjukan bahwa ada hubungan yang
Balita Usia 24-60 Bulan bermakna antara Riwayat BBLR dengan
Riwayat ASI Stunting Jumlah P OR
7

kejadian stunting pada balita usia 24-60 makin banyak pula pengetahuan yang
bulan. dimilikinya (HNF Rohmah, 2015)
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Pembahasan oleh (Ni’mah & Nadhiroh, 2015) yang
Variabel-variabel yang berhubungan
menyatakan bahwa pendidikan orang tua
signifikan adalah Pendidikan orang tua,
memiliki faktor risiko 3,877 kali lebih
pendapatan orang tua, pengetahuan orang tua,
besar terhadap kejadian stunting pada
asupan makanan, Riwayat ASI Eksklusif,
balita.
Riwayat BBLR.
Maka menurut peneliti dalam penelitian ini
1. Hubungan Antara Pendidikan Orang
adalah ibu yang memiliki pendidikan
Tua Dengan Kejadian Stunting Pada
rendah lebih berisiko memiliki balita
Balita Usia 24-60 Bulan
stunting dibandingkan dengan ibu yang
Berdasarkan analisis statitik, menunjukan
memiliki pendidikan tinggi, karena tingkat
bahwa nilai P Value = 0.021 artinya < 0.05
pendidikan orang tua mempengaruhi pola
yang menunjukan bahwa ada hubungan
konsumsi makan melalui cara pemilihan
yang bermakna antara Pendidikan orang
bahan makanan untuk memenuhi asupan
tua dengan kejadian stunting pada balita
gizi dalam hal kualitas dan kuantitas.
usia 24-60 bulan.
2. Hubungan Antara Pendapatan
Pendidikan orang tua terutama ibu
Orangtua Dengan Kejadian Stunting
berpengaruh secara langsung dengan
Pada Balita Usia 24-60 Bulan
asupan gizi anak Hal tersebut berkaitan
Berdasarkan analisis statitik, menunjukan
dengan seberapa rutin kunjungan ke
bahwa nilai P Value = 0.037 artinya < 0.05
posyandu untuk mengikuti penyuluhan
yang menunjukan bahwa ada hubungan
tentang tumbuh kembang anak dan asupan
yang bermakna antara pendapatan orang
gizi yang diperlukan oleh anak, yang akan
tua dengan kejadian stunting pada balita
meningkatkan tingkat pengetahuan ibu
usia 24-60 bulan.
tentang gizi (Boylan et al., 2017) Tingkat
Pendapatan keluarga yang memadai akan
Pendidikan juga menentukan mudah
menunjang tumbuh kembang seorang
tidaknya seseorang menyerap dan
anak, karena orang tua dapat menyediakan
memahami pengetahuan yang mereka
semua kebutuhan anak baik dari kebutuhan
peroleh. Hasil penelitian ini sesuai dengan
primer maupun kebutuhan sekunder
teori bahwa, makin tinggi pendidikan
(Soetjiningsih, 2013)
seseorang semakin mudah pula mereka
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
menerima informasi, dan pada akhirnya
(Azmii & Arini, 2018) di Puskesmas
Sukmajaya Jawa Barat menunjukan bahwa
8

pendapatan Hasil uji statistik menunjukkan otak serta perkembangan psikomotorik


ada hubungan antara pendapatan dengan secara optimal.
stunting, diperoleh nilai p=0.037 (p<0.05). 4. Hubungan Antara Pengetahuan Orang
Maka menurut peneliti dalam penelitiaan tua dengan Kejadian Stunting Pada
ini adalah pendapatan keluarga yang tidak Balita Usia 24-60 Bulan
memadai akan menghambat pembelian Berdasarkan analisis statistik, menunjukan
asupan makanan untuk mendapatkan bahwa nilai P.value=0,001 (<α 0,05) yang
tumbuh kembang yang optimal. berarti H0 ditolak atau ada hubungan secara
3. Hubungan Antara Asupan Makanan statistik antara pengetahuan orang tua
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita dengan kejadian stunting pada balita usia
Usia 24-60 Bulan 24 sampai dengan 60 bulan.
Berdasarkan analisis statitik, menunjukan Pengetahuan orang tua terutama tentang
bahwa nilai P Value = 0.002 artinya < 0.05 gizi yang sangat berpengaruh pada
yang menunjukan bahwa ada hubungan pertumbuhan anak. Konsep adopsi perilaku
yang bermakna antara asupan makanan yang dikemukakan oleh (Mubarak, Wahit
dengan kejadian stunting pada balita usia I., 2011) bahwa proses pembentukan
24-60 bulan. perilaku adalah evolusi dari pengetahuan
Dikarenakan asupan makanan yang cukup yang dapat membentuk sikap dan
akan memungkinkan pertumbuhan fisik kemudian dapat mempengaruhi terciptanya
dan otak serta perkembangan psikomotorik perilaku.
secara optimal. Pemilihan dan konsumsi Menurut penelitian (Septamarini et al.,
makanan yang baik akan berpengaruh pada 2019) Ibu dengan pengetahuan rendah
terpenuhnya kebutuhan gizi sehari-hari berisiko 10,2 kali lebih besar memiliki
untuk menjalankan dan menjaga fungsi anak stunting dibandingkan dengan ibu
normal tubuh. (Almatsier, 2013) berpengetahuan tinggi.
Menurut (Al-Anshori & Nuryanto, 2013) Maka menurut peneliti penelitian ini
berdasarkan hasil penelitiannya adalah semakin tinggi tingkat pengetahuan
menyimpulkan bahwa anak dengan asupan ibu maka semakin baikpula pemahaman
protein kurang berisiko 11,8 kali lebih dalam memilih bahan makanan dan
besar untuk terjadi stunting dibandingkan mendeteksi dini anak dalam tumbuh
anak dengan asupan protein cukup. kembang.
Maka menurut peneliti dalam penelitian ini 5. Hubungan Antara Riwayat ASI
asupan makanan yang cukup akan Eksklusif dengan Kejadian Stunting
memungkinkan pertumbuhan fisik dan Pada Balita Usia 24-60 Bulan
9

Berdasarkan analisis statistik, menunjukan yang menunjukan bahwa ada hubungan


bahwa nilai P Value = 0.027 artinya < 0.05 yang bermakna antara Riwayat BBLR
yang menunjukan bahwa ada hubungan dengan kejadian stunting pada balita usia
yang bermakna antara Riwayat ASI 24-60 bulan.
Eksklusif dengan kejadian stunting pada BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
balita usia 24-60 bulan. badan kurang dari 2500 gram tanpa
Air Susu Ibu adalah makanan terbaik untuk memandang usia masa kehamilan. BBLR
bayi. ASI sangat dibutuhkan untuk bisa terdiri atas BBLR kurang bulan atau
kesehatan bayi dan mendukung bayi lahir premature dan BBLR cukup
pertumbuhan dan perkembangan bayi bulan/lebih bulan dengan hambatan
secara optimal. Apabila ASI eksklusif pertumbuhan intrauterin (IUGR) (Adriani,
terpenuhi kebutuhan gizinya secara Merryana., 2014)
maksimal sehingga dia akan lebih sehat, Menurut penelitian (Nasution & Nurdiati,
lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah 2014) menunjukan bahwa terdapat
terkena infeksi, tidak mudah terkena alergi, hubungan antara BBLR dengan kejadian
dan lebih jarang sakit. (Sulistyoningsih, stunting pada anak usia 6-24 bulan, yaitu
2011) 5,6 kali lebih berisiko untuk mengalami
Penelitian ini sejalan dengan (Subandra et kejadian stunting pada anak dengan
al., 2018) Di Kecamatan Jatinangor hasil riwayat BBLR dibandingkan anak yang
analisis diperoleh pula OR = 4,521 artinya lahir dengan berat badan normal.
anak yang pola menyusui ASI eksklusif Maka menurut peneliti dalam penelitian ini
mempunyai peluang 4,521 kali menjadi adalah anak yang memiliki riwayat BBLR
pendek dibandingkan non ASI eksklusif. akan mengakibatkan lambatnnya
Maka menurut peneliti penelitian ini anak pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
yang memiliki riwayat ASI secara dapat mengganggu kelangsungan
eksklusif akan mengalami pertumbuhan hidupnya.
dan perkembangan yang optimal. Serta
ASI eksklusif dapat memberikan efek
proteksi terhadap terjadinya stunting pada
balita.
6. Hubungan Antara Riwayat BBLR Kesimpulan
dengan Kejadian Stunting Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
Usia 24-60 Bulan kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan analisis statistik, menunjukan 1. Hasil distribusi frekuensi didapatkan Balita
bahwa nilai P Value = 0.033 artinya < 0.05 yang memiliki ibu yang berpendidikan
10

rendah sebanyak 18 orang (60%), yang membimbing dan memotivasi. Kedua orang
memiliki orang tua berpendapatan rendah tuaku yang selalu mengirimkan do’a tiada
sebanyak 17 orang (56,7%), yang hentinya untukku dan memberikan dukungan
mendapat asupan makanan kurang bergizi spiritual, moral maupun materil dan teman-
sebanyak 17 orang (56,7%), yang memiliki teman seperjuangan yang telah mendukung
orang tua berpengetahuan rendah sebanyak penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
14 orang (46,7%), memiliki Riwayat ASI ini.
Tidak Eksklusif sebanyak 16 orang
(53,4%). Responden yang memiliki Referensi
Adriani, Merryana., B. W. (2014). Gizi dan
Riwayat BBLR sebanyak 13 orang Kesehatan Balita. Kencana Prenadamedia
Grup.
(43,3%). Al-Anshori, H., & Nuryanto, N. (2013). Faktor
2. Ada hubungan antara Pendidikan orangtua, Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia
12-24 Bulan (Studi di Kecamatan Semarang
Pendapatan, Asupan Makanan, Timur). Diponegoro University.
Almatsier, D. (2013). Gizi Seimbang dalam Daur
Pengetahuan OrangTua, Riwayat BBLR,
Kehidupan. Gramedia Pustaka Utama.
dan Riwayat ASI Eksklusif dengan Azmii, F., & Arini, F. A. (2018). Karakteristik
Ibu, Riwayat Asi Eksklusif Dan Riwayat
kejadian stunting pada balita usia 24 Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting
sampai dengan 60 bulan di Desa Pada Balita 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukmajaya. Medika Respati:
Bantarjaya Kecamatan Pebayuran Jurnal Ilmiah Kesehatan, 13(4), 17–23.
Boylan, S., Mihrshahi, S., Louie, J. C. Y.,
Kabupaten Bekasi Tahun 2020. Rangan, A., Salleh, N., Ali, I. M., Paduka,
R. D., & Gill, T. (2017). Prevalence and
Disarankan untuk menurunkan prevalensi Risk of Moderate Stunting Among a Sample
of Children Aged 0–24 Months in Brunei.
stunting tenaga kesehatan dan ibu yang Maternal and Child Health Journal, 21(12),
memiliki balita usia 24-60 bulan lebih aktif 2256–2266.
Dinas Kesehatan Bekasi. (2018). Profil
dalam mengontrol tumbuh kembang balita, Kesehatan Kabupaten Bekasi.
HNF Rohmah, D. D. (2015). TINGKAT
memiliki data balita stunting secara lengkap PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI
dan valid, serta mengoptimalkan pendekatan PADA BALITA DI DESA GENTAN
BANARAN KECAMATAN PLUPUH
dan edukasi kepada masyarakat dalam upaya KABUPATEN SRAGEN. 12.
Kemenkes. (2018). Profil Kementrian Kesehatan
pencegahan terjadinya stunting pada balita Republik Indonesia.
Mubarak, Wahit I., dkk. (2011). Promosi
Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. graha
ilmu.
Ucapan Terima Kasih Nasution, D., & Nurdiati, D. S. (2014). Hubungan
Terimakasih kepada ibu Eviana Yatiningsih, berat badan lahir rendah (bblr) dengan
SST. M.Kes selaku dosen pembimbing , kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan
di Kota Yogyakarta. [Yogyakarta]:
dosen serta staf Institut Medika Drg. Universitas Gadjah Mada.
Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2015). Faktor
Suherman dan yang telah membantu, yang berhubungan dengan kejadian stunting
pada balita. Media Gizi Indonesia, 10(1),
11

13–19.
Riskesdas. (2018). Badan penelitian dan
pengembangan Kesehatan kementrian RI.
Septamarini, R. G., Widyastuti, N., & Purwanti,
R. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Responsive Feeding Dengan Kejadian
Stunting Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo,
Semarang. Journal of Nutrition College,
8(1), 9–20.
Soetjiningsih, I. N. G. R. (2013). Tumbuh
Kembang Anak (edisi 2). EGC.
Subandra, Y., Zuhairini, Y., & Djais, J. (2018).
Hubungan pemberian ASI eksklusif dan
makanan pendamping ASI terhadap balita
pendek usia 2 sampai 5 tahun di Kecamatan
Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, 3(3).
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan
Ibu Dan Anak. graha ilmu.

Anda mungkin juga menyukai