Kel. 11 Promosi Kesehatan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MEMAHAMI PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA INDIVIDU

Disusun Oleh :
Mutiara Adinil Fortuna (2014401069)
Rizki Hanafi Munazir (2014401087)
Widia Fatmawati (2014401098)
Tingkat 2 Reguler 2

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan


Dosen Pengampu : Yuniastini, SKM., M.Kes.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan pada Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2021/2022 dengan judul “MEMAHAMI PERENCANAAN PROMOSI
KESEHATAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA INDIVIDU”.

Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sbesar-besarnya kami sampaikan
kepada seluruh pihak yang terlibat, terkhusus kepada dosen pembimbing atas kebijaksanaan dan
kesediaannya dalam membimbing sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian
yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan darii semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i


KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi .......................................................................................................................3
2.2 Pengkajian Faktor Predisposisi ..................................................................................6
2.3 Pengkajian Faktor Pemungkin ...................................................................................9
2.4 Pengkajian Faktor Penguat ........................................................................................10
2.5 Contoh Merumuskan Masalah Promkes ....................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan-
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar
perananannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
rangka mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era globalisasi.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut memerlukan pembangunan
kesehatan yang lebih dinamis dan produktif dengan melibatkan semua sektor terkait
termasuk swasta dan masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan dalam keperawatan?
2. Apa saja pengkajian faktor predisposisi?
3. Apa saja pengkajian faktor pemungkin?
4. Apa saja pengkajian faktor penguat?
5. Bagaimana cara merumuskan masalah promosi kesehatan?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari promosi kesehatan dalam keperawatan.
2. Agar dapat memahami pengkajian faktor predisposisi.
3. Agar dapat memahami pengkajian faktor pemungkin
4. Agar dapat memahami pengkajian faktor penguat
5. Agar mampu merumuskan masalah promosi kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pengkajian Masalah Kebutuhan Promosi Kesehatan Dalam Keperawatan.


❖ Definisi
1. Lawrence Green 1984
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Dari batasan ini, bahwa promosi kesehatan pendidikan kesehatan plus atau
promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan
bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan yakni perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan.
2. Ottawa Charter 1986
Berpendapat, Health promotion is "the process of enabling people to control
over and improve their health. (Proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya).
Victorian health foundation – Australia 1997 Health promotion is a program
are disign to bring about "change" with in poeple, organization, communities,
and their environment.
3. Bangkok Charter 2005
Menyatakan, Health promotion is "the process of enabling people to increase
control over their heakth and its determinants, and thereby improve their healt.
Jadi, promosi keseharan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk
masyarakat, dan bersama masyarakat. Agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber dari masyarakat sesuai

3
sosial budaya setempat dan didukung oleh kajian publik yang berwawasan
kesehatan.

Secara prinsipil, sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat. Masyarakat


dapat dilihat dalam konteks komunitas, keluarga, maupun individu. Sasaran promosi
kesehatan juga dapat dikelompokkan menurut ruang lingkupnya yakni tatanan rumah
tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum, dan
institusi pelayanan kesehatan.
Dalam memenuhi sasaran promosi kesehatan tersebut maka harus ditemukan
prioritas masalah yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Mengkaji kebutuhan
promosi kesehatan diidentifikasi dari pendekatan dan model dalam pelaksanaan
promosi kesehatan yang memungkinkan sebuah program promosi kesehatan
direalisasikan dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Promosi kesehatan
yang berorientasi kepada kebutuhan dan permintaan masyarakat dalam pelaksanaannya
selalu dihadapkan pada keterbatasan waktu, sumber, dan energi.
Secara efektif dalam melaksanakan promosi kesehatan adalah menetapkan
skala prioritas:
1. konsep-konsep kunci
a. promosi kesehatan
b. faktor predisposisi
c. pengkajian riwayat kesehatan
d. pengkajian fisik
e. pengkajian kesehatan pasien untuk belajar
f. kesiapan emosi
g. ksiapan kognitif
h. kesiapan berkomunikasi
i. pengajian motivasi
j. pengajian faktor pemungkin
k. pengkajian faktor penguat

4
Untuk mengidentifikasi individu yang menjadi sasaran kegiatan promosi
kesehatan merupakan proses yang kompleks. Pada beberapa kasus individu lebih
bersifat menerima pertolongan daripada menggunakannya seperti menerima anjuran,
informasi, atau penyuluhan kesehatan. Selain itu, suatu pelayanan dapat tidak
terjangkau atau tidak menarik minat kelompok masyarakat tertentu. Tindakan positif
mungkin diperlukan agar setiap individu mendapat kesempatan yang sama terhadap
promosi kesehatan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi
kebutuhan dan membuat prioritas dari kegiatan promosi kesehatan.

Menurut Supranto 2001


Maksud menentukan Kebutuhan adalah membentuk suatu daftar semua
dimensi mutu yang penting dalam mengurangi barang atau jasa. Penting atau tidaknya
prioritas suatu kegiatan promosi kesehatan dengan jasa yang dihasilkan bagi sasaran
bergantung pada persepsi sasaran terhadap kebutuhan promosi kesehatan itu sendiri
sebagai pengguna dan penerima promosi kesehatan.
Untuk mengetahui prioritas masalah suatu individu maka harus mengkaji
Kebutuhan individu. Pengkajian itu sendiri adalah upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat
ditentukan. Sedangkan promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan
sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial spiritual, dan intelektual. Ini
bukan sekadar pengubahan gaya hidup saja namun berkaitan dengan pengubahan
lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang
sehat.
Jadi, hal yang penting yang perlu dikaji dalam kebutuhan promosi kesehatan
adalah keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual sehingga
menciptakan lingkungan yang mendukung mengubah perilaku buruk dan
meningkatkan kesadaran mengenai kesehatannya.

5
Dalam kajian kebutuhan promosi kesehatan terdapat tiga hal yang perlu dikaji
yaitu pengkajian faktor predisposisi, pengajianan faktor pemungkin, dan pengkajian
faktor penguat.

1) Pengkajian Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)


a. Pengkajian riwayat keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan
seseorang, sehingga dapat memberi arah mengenai isi promosi kesehatan dan
pendekatan yang harus digunakan.pertanyaan yang di ajukan hendaknya
sederhana. Pada klien usia lanjut, pertanyaan diajukan dengan perlahan dan
diulang. Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat dikaji melalui
observasi ketika anak melakukan aktivitas, sehingga perawat mendapat data
tentang kemampuan motorik dan perkembangan intelektualnya. Perhatikan
tahapan usia sasaran. Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat
ini dan bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat
memberikan informasi kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan
mereka mengenai masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas
sehari-hari. Informasi ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk
memberi arahan yang tepat serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan
oleh klien.

b. Pengkajian Aspek Sosial Budaya


Ada beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi tingkah laku dan status
kesehatan seseorang, yaitu persepsi masyarakat terhadap sehat - sakit,
kepercayaan, pendidikan, nilai budaya dan norma. Kepercayaan klien tentang
kesehatan, kepercayaan tentang agama yang dianut, dan peran gender
merupakan faktor penting dalam mengembangkan rencana promosi kesehatan.
Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah kepercayaan
tidak boleh menerima tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ tubuh,
dan tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi. Berbagai daerah mempunyai

6
kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri. Kepercayaan dalam budaya
tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan, kebiasaan
mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit, serta gaya
hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak
boleh menarik asumsi bahwa setiap individu dalam suatu etnik dengan kultur
tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu terjadi.
Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara
individual. Sedangkan aspek sosial yang perlu diperhatikan dan menjadi bahan
pengkajian adalah aspek pragmatis, identifikasi dalam kelompok, solidaritas
kelompok, kekuasaan dalam pengambilan keputusan, aspek strata/kelas di
msyarakat, dan aspek kepentingan pribadi / kelompok. Keadaan ekonomi klien
dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien. Bagaimanapun, perawat harus
mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan promosi kesehatan dirancang
sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar tujuan tercapai. Jika
tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana
cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Cara belajar
yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam
belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu
dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat,
tetapi dengan cara melakukan secara aktual dan menemukan bagaimana cara-
cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar dengan baik
dengan membaca sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain. Perawat perlu
meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan
mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi promosi
kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan variasi
teknik mengajar dan variasi aktivitas selama mengajar adalahjalan yang baik
untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat
efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien
dengan gaya belajar yang berbeda.

7
c. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan
belajar klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi. Hal lain
yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien tentang kapasitas fisik
untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat
dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan substansi dan
pendekatan dalam mengajar. Fungsi system muskuloskeletal mempengaruhi
kemampuan keterampilan psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas
juga dapat mempengaruhi kapasitas klien untuk melakukan aktivitas.

d. Pengkajian kesiapan klien untuk belajar


Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang tidak
siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya
melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama
klien yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang
tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi.
Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien dapat memfokuskan
perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing,
lelah, mengantuk, atau lain hal.
1) Kesiapan emosi
Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien dalam keadaan cemas,
depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan kesehatannya atau
keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar. Perawat tidak dapat
memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien memungkinkan
dapat menerima proses pembelajaran. Peran perawat adalah mendorong
perkembangan kesiapan tersebut.
2) Kesiapan kognitif
Dapatkah klien berpikir secara jernih? apakah klien dalam keadaan sadar
penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang mengganggu tingkat
kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.

8
3) Kesiapan berkomunikasi
Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa saling percaya dengan
perawat? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi karena masih belum
menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar.

e. Pengkajian motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan
belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau jalan
untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam
mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi
seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan terhadap status
kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan sosial, pengingkaran terhadap
penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya konsep diri yang negatif.
Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan.
Contohnya, motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan
hipertensi dan mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan
tekanan darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia
impotent setelah mendapat pengobatan yang sama. Pengkajian tentang motivasi belajar
sering merupakan bagian dari pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat
sebagai msalah yang spesifik. Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan
kemampuan klien harus betul-betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar.
Motivasi memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukkan secara verbal
atau juga secara nonverbal.

2. Pengkajian Faktor Pemungkin (Enabling Factor)


Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting
untuk menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang
ada, personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang serupa.

9
Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh klien: apakah biaya,
jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien untuk melakukan
perubahan perilaku perlu diketahui , karena dengan mengetahui sejauh mana klien
memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi perencana pendidikan
kesehatan dapat diperoleh.

3. Pengkajian Faktor Penguat (Empowering Factor)


Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada tujuan
dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit, misalnya,
penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan keluarga. Di dalam
pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari guru, teman sebaya,
pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah faktor penguat itu positif atau negative
tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berpengaruh. Pengaruh itu tidak
sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh yang sangat kuat dibandingkan dengan
yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan perilaku. Perawat perlu mengkaji sistem
pendukung klien untuk menentukan siapa saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat
mempertinggi dan mendorong proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat
mungkin dapat membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan
mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien. Perawat perlu mengkaji
secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin bahwa sasaran pendidikan kesehatan
mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapat umpan balik yang
mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.

10
CONTOH MERUMUSKAN MASALAH PROMOSI KESEHATAN

PENTINGYA PERSONAL HYGIENE PADA MASA NIFAS


Pengkajian kebutuhan belajar
Faktor Predisposisi
1. Riwayat Masalah
Desa Sukaraja berpenduduk ±250 jiwa dengan jumlah penduduk wanita ±120
jiwa. Setelahdilakukan pendataan, diketahui bahwa jumlah ibu nifas di desa Sukaraja
berjumlah 25 orang.Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bertani, tidak
terkecuali dengan ibu-ibunifas tersebut.Untuk mencukupi kebutuhan hidup, hanya
dalam waktu seminggu setelah melahirkan, ibu-ibu nifas tersebut sudah mulai bekerja
di sawah walaupun belum bisa bekerja sehari penuhseperti biasanya.Dua hari yang lalu,
ada beberapa ibu nifas yang datang ke puskesmas dan mengeluh bahwaluka jahitannya
terasa panas, nyeri dan berbau. Kemungkinan disebabkan karena ibu-ibunifas kurang
memperhatikan kebersihan tubuhnya, khususnya daerah alat kelamin

2. Kondisi Fisik
Desa Sukaraja terletak di lereng pegunungan dan dikelilingi area persawahan
yang luas.Sumber air yang mereka gunakan sebagian besar mengandalkan sungai yang
mengalir melalui desa Sukaraja. Air sungai tersebut tidak terlalu bersih karena
digunakan untuk berbagai keperluan MCK. Jika musim hujan tiba, warga juga
memanfaatkan sumur yang adadi desa, namun jika musim kemarau sumur tersebut
kering.

3. Motivasi Belajar
Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat desa tersebut bahwa di desa
tersebut ada perkumpulan ibu-ibu PKK yang rutin mengadakan kegiatan seperti arisan
dan mereka senanguntuk berkumpul dan menerima informasi terutama yang
berhubungan dengan kesehatan.

11
4. Kesiapan Belajar
Ibu-ibu PKK, khususnya ibu-ibu nifas yang akan mendapat penyuluhan
memiliki waktuluang pada sore hari karena saat itu mereka sudah selesai mengerjakan
pekerjaan di sawahmaupun di rumah sehingga mereka bersedia berkumpul untuk
mendapatkan penyuluhanmulai pukul 15.30.

1) Kemampuan Membaca
Kurang lebih 70% penduduk termasuk ibu-ibu nifas telah mengenal huruf dan
65% mengerti bahasa Indonesia dengan baik. Beberapa orang pernah bersekolah
sampai tingkat SMP,namun sebagian besar hanya sampai tingkat sekolah dasar.
Informasi yang mereka sukai dandianggap efektif oleh tokoh masyarakat adalah
informasi yang disampaikan dengan metodeceramah dan diskusi.

Faktor Enabling
Masyarakat desa Sukaraja, khususnya ibu-ibu nifas, jarang unttuk melakukan
pemeriksaanrutin di puskesmas. Mereka datang ke puskesmas hanya jika mengalami
sakit yang sudah parah. Ibu-ibu nifas di desa tersebut kurang paham dengan apa yang
seharusnya dilakukanuntuk menjaga kesehatan padahal sebenarnya mereka bisa
menanyakan kepada tenaga kesehatan di puskesmas tentang masalah kesehatan yang
mungkin terjadi. Bidan dan tenagakesehatan di Puskesmas tersebut sangat ramah dan
komunikatif serta siap menyelesaikanmasalah yang dialami ibu-ibu nifas desa Sukaraja

Faktor Reinforcing
Kepala desa selalu menyarankan warganya terutama ibu-ibu nifas untuk selalu
melakukan pemeriksaan rutin meskipun tidak sakit. Hal ini dianjurkan untuk
menghindari sakit yanglebih parah, selain itu di puskesmas masyarakat juga bisa
mendapatkan informasi tentangkesehatan. Karena itu, Kepala desa sangat mendukung
adanya kegiatan penyuluhan ini agar kesehatan warga di desanya semakin meningkat.

12
A. MERUMUSKAN MASALAH PROMKES
Analisa Data
Data Penyebab Masalah:
DS : ibu-ibu nifas belum mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan tubuh
terutama saatnifas
DS : ibu-ibu nifas merasa takut jika luka di alat kelamin akan menjadi panas, nyeri dan
berbau seperti yang terjadi pada beberapa warga dua hari yang lalu. Ibu-ibu nifas
kurang mengakses informasi
Kurang pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga kebersihan selama masa nifas
Kurang pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan selama masa nifas

B. DIAGNOSA MASALAH
1. Kurang pengetahuan tentang pentingnya kebersihan pada masa nifas karena
kurangmengakses informasi
2. Cemas karena kurang pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga kebersihan pada
masanifas.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik,
dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan.
Dalam kajian kebutuhan promosi kesehatan terdapat tiga hal yang perlu dikaji
yaitu pengkajian faktor predisposisi, pengkajian faktor pemungkin, dan pengkajian
faktor penguat.
Faktor predisposisi atau dikenal dengan faktor pendukung, umumnya faktor ini
menyangkut dengan riwayat kesehatan/penyakit, sosial budaya, dan lainnya.
Sedangkan faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan bagi seseorang akan
suatu hal. Dan faktor penguat adalah faktor yang memperkuat atau kadang-kadang
justru dapat memperlunak untuk terjadinya perilaku seseorang.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unair.ac.id/87974/2/Buku%20Promosi%20Kesehatan.pdf

https://www.scribd.com/presentation/440846821/4-PENGKAJIAN-KEBUTUHAN-
PROMOSI-KESEHATAN-1

https://www.scribd.com/doc/125999724/Contoh-Pengkajian-Kebutuhan-Belajar-
Promkes

15

Anda mungkin juga menyukai