Kim Fis
Kim Fis
Kim Fis
Disusun Oleh :
Nama :F
NIM : 19
Kelas : Pendidikan Kimia
B. Dasar Teori
Volum molal parsial adalah kontribusi pada volume dari suatu komponen dalam
sampel terhadap volume total. Volume molal parsial suatu komponen berubah-ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari A murni ke B murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gaya-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Atkins, 1994).
Volume molal parsial suatu larutan adalah perubahan volume yang terjadi bila
satu mol komponen ditambahkan pada larutan. Percobaan volum molal parsial bertujuan
untuk menentukan volume molal parsial larutan NaCl dalam berbagai konsentrasi yang
dilakukan dengan cara mengukur berat jenis larutan NaCl menggunakan piknometer.
Molal atau molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kg pelarut:
mol zat terlarut
Molal =
massa pelarut
Jadi, jika ada larutan 1 molal maka larutan tersebut mengandung 1 mol zat terlarut dalam
1 kg pelarut (Brady, 1990).
Secara matematik, volum molal parsial dapat didefinisikan sebagai:
∂V
( ) = Vi
∂∋¿ ¿ T,P,nj
di mana Vi adalah volume molal parsial dari kompone ke-i. Secara fisik Vi berarti
kenaikan dalam besaran termodiamika V yang diamati bila satu mol senyawa i
ditambahkan ke suatu sistem yang besar, komposisinya tetap konstan (Lubis, 2014).
Pada temperatur dan tekanan tetap, persamaan Vi dapat ditulis sebagai dV = ∑i Vi
dni dan dapat diintegrasikan menjadi V = ∑i Vi ni. Arti fisik dari integrasi ini bahwa ke
suatu larutan yang komposisinya tetap, suatu komponen n1, n2,….ni ditambah lebih lanjut
sehingga komposisi relatif dari tiap-tiap jenis konstan. Karena besaran molal ini tetap
sama dan integrasi diambil pada banyaknya mol (Dogra, 1990).
Volum molal parsial Vj dari suatu zat x pada beberapa komponen umum
didefinisikan secara formal sebagai berikut: Vj = P, t, nC. Volum molal parsial adalah
kemiringan grafik total, ketika jumlah j berubah sedangkan tekanan, temperatur, dan
komponen lainnya tetap. Definisi ini menunjukkan bahwa ketika komposisi campuran
berubah sebesar dna zat A dan dnb zat B, maka volum total campuran berubah sebesar:
dV = P, T, nB dna P, T, nA dnB = VAdnA + VBdnB (Atkins, 1994).
Volum molal parsial dari suatu komponen biner dapat dihitung dari penentuan
rapat massa larutan untuk sederet konsentrasi. Metode perpotongan grafik adalah cara
yang paling jelas secara grafik untuk menggambarkan kuantitas molal parsial (Alberty,
1987). Selain metode grafik terdapat metode analitik. Dalam metode analitik, jika harga
ekstensif dapat dinyatakan sebagai fungsi aljabar dari komposisi tersebut, sifat molal
parsial dapat dihitung secara analitik (Dogra, 1990).
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat, salah satunya dengan
menggunakan piknometer. Piknometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
nilai massa jenis atau densitas fluida. Terdapat beberapa macam ukuran piknometer tetapi
biasanya volume piknometer yang banyak digunakan adalah 10 ml dan 25 ml.
Piknometer pada umunya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder.
Piknometer disertai dengan penutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini
berguna untuk menghilangkan gelebung-gelembung udara yang mungkin berada dalam
botol (Khamidinal, 2009).
D. Cara kerja
Larutan NaCl 2M
Dimasukkan
Dimasukkan
Akuades Labu Takar
Dihasilkan
Ditimbang Dimasukkan
Dimasukkan
E. Data Pengamatan
No Zat Berat (g) Suhu (oC)
1. Piknometer kosong 24,3 25
2. Piknometer + akuades 48,8 31
3. Piknometer + larutan NaCl 0,125M 48,7 30,5
4. Piknometer + larutan NaCl 0,25M 48,8 32
5. Piknometer + larutan NaCl 0,5M 49 30,5
6. Piknometer + larutan NaCl 1M 49,7 31
7. Piknometer + larutan NaCl 2M 50,4 31
F. Perhitungan
1. Penentuan volume NaCl setiap konsentrasi dalam 100 mL larutan
a. Konsentrasi 0,125M
M1.V1 = M2.V2
M 2. V 2
V1 =
M1
(0,125 M )(100 mL)
V1 =
2M
V1 = 6,25 mL
b. Konsentrasi 0,25M
M1.V1 = M2.V2
M 2. V 2
V1 =
M1
(0,25 M )(100 mL)
V1 =
2M
V1 = 12,5 mL
c. Konsentrasi 0,5M
M1.V1 = M2.V2
M 2. V 2
V1 =
M1
(0,5 M )(100mL )
V1 =
2M
V1 = 25 mL
d. Konsentrasi 1M
M1.V1 = M2.V2
M 2. V 2
V1 =
M1
(1 M )(100 mL)
V1 =
2M
V1 = 50 mL
2. Menentukan volume piknometer (Vp)
Wo−W
Vp = , do = densitas H2O = 1 gram/mL
do
48,8 gram−24,3 gram
Vp =
1 gram/mL
Vp = 24,5 mL
3. Menentukan densitas masing-masing larutan NaCl
Wc−W
d=
Vp
a. Larutan NaCl 0,125M
Wc−W 48,7 gram−24,3 gram 24,4 gram
d= = = = 0,9959 gram/mL
Vp 24,5 mL 24,5 mL
b. Larutan NaCl 0,25M
Wc−W 48,8 gram−24,3 gram 24,5 gram
d= = = = 1 gram/mL
Vp 24,5 mL 24,5 mL
c. Larutan NaCl 0,5M
Wc−W 49 gram−24,3 gram 24,7 gram
d= = = = 1,0081 gram/mL
Vp 24,5 mL 24,5 mL
d. Larutan NaCl 1M
Wc−W 49,7 gram−24,3 gram 25,4 gram
d= = = = 1,0367 gram/mL
Vp 24,5 mL 24,5 mL
e. Larutan NaCl 2M
Wc−W 50,4 gra m−24,3 gram 26,1 gram
d= = = = 1,0653 gram/mL
Vp 24,5 mL 24,5mL
4. Menentukan molalitas masing-masing konsentrasi NaCl
1
m= , Mr NaCl = 58,5 gram/mol
{( d / M )−(Mr NaCl /1000)}
a. Larutan NaCl 0,125M
1
m=
{( 0,99590,125gram/mL
M )−( 58,5 gram/mol
1000 )}
1
m= molal
{( 7,9672 )−( 0,0585 ) }
1
m= molal
7,9087
m = 0,1264 molal
b. Larutan NaCl 0,25M
1
m = 1 gram/mL 58,5 gram/mol
{ (0,25 M
− )(1000
} )
1
m= molal
{( 4 )−( 0,0585 ) }
1
m= molal
3,9415
m = 0,2537 molal
c. Larutan NaCl 0,5M
1
m=
( 1,00810,5gram/mL
{
M )−( 58,5 gram/mol
1000 )}
1
m= molal
{( 2,0162 )−( 0,0585 ) }
1
m= molal
1,9577
m = 0,5108 molal
d. Larutan NaCl 1M
1
m=
( 1,03671gram/mL
{
M ) −(
58,5 gram/mol
1000 )}
1
m= molal
{( 1,0367 )− ( 0,0585 ) }
1
m= molal
0,9782
m = 1,0223 molal
e. Larutan NaCl 2M
1
m=
( 1,06532gram/mL
{
M )−( 58,5 gram/
1000
mol
)}
1
m= molal
{( 0,5326 ) −( 0,0585 ) }
1
m= molal
0,4742
m = 2,1088 molal
5. Menentukan volume molal semu ()
1000 Wc −Wo
Mr NaCl−{( )( )
= m Wo−W
d
a. Larutan NaCl 0,125M
1000 48,7 gram−48,8 gram
58,5 gram/mol−{( )( )
= 0,1264 m 48,8 gram−24,3 gram = 91,1601 mL
0,9959 gram/mL
b. Larutan NaCl 0,25M
1000 48,8 gram−48,8 gram
58,5 gram/mol−{( )( )
= 0,2537 m 48,8 gram−24,3 gram = 58,5 mL
1 gram/mL
c. Larutan NaCl 0,5M
1000 49 gram−48,8 gram
58,5 gram/mol−{( )( )
= 0,5108 m 48,8 gram−24,3 gram = 42,2998 mL
1,0081 gram/mL
d. Larutan NaCl 1M
1000 49,7 gram−48,8 gram
58,5 gram/mol−{( )( )
= 1,0223 m 48,8 gram−24,3 gram = 21,7677 mL
1,0367 gram /mL
e. Larutan NaCl 2M
1000 50,4 gram−48,8 gram
58,5 gram/mol−{( )( )
= 2,1088 m 48,8 gram−24,3 gram = 25,8440 mL
1,0653 gram/mL
50
40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
√𝑚
V1 = V1o +(
m
)(
√ m ) ( d ) , dengan d = -54,828
55,51 2 d √m d √m
Nilai V1o ditentukan dari:
1000
n1. V1o = , dengan n1 = 55,51 dan do = 1 gram/mL
do
1000 1
V1o = x = 18,0148
1 gram/mol 55,51
a. Larutan NaCl 0,125M
0,1264 √ 0,1264
V1 = 18,0148 +( )( ) (-54,828) = 17,9926
55,51 2
b. Larutan NaCl 0,25M
0,2537 √ 0,2537
V1 = 18,0148 +( )( ) (-54,828) = 17,9517
55,51 2
c. Larutan NaCl 0,5M
0,5108 √ 0,5108
V1 = 18,0148 +( )( ) (-54,828) = 17,8345
55,51 2
d. Larutan NaCl 1M
1,0223 √ 1,0223
V1 = 18,0148 +( )( ) (-54,828) = 17,5043
55,51 2
e. Larutan NaCl 2M
2,1088 √ 2,1088
V1 = 18,0148 +( )( ) (-54,828) = 16,5024
55,51 2
G. Pembahasan
Wo−W
= , yang mana Wo= berat piknometer dengan akuades, W= berat piknometer
do
kosong, dan do = densitas H2O sebesar 1 gram/mL.
Untuk mengetahui volum molal semu larutan NaCl dihitung terlebih dahulu
Wc−W
massa jenis larutan NaCl dalam berbagai konsentrasi menggunakan rumus: d = ,
Vp
yang mana Wc merupakan berat piknometer dengan larutan NaCl. Berdasarkan
perhitungan di atas didapatkan massa jenis larutan NaCl dari kosentrasi terencer ke
konsentrasi terpekat berurutan 0,9959 gram/ml, 1 gram/ml, 1,0081 gram/ml, 1,0367
gram/ml, dan 1,0653 gram/ml. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa
semakin pekat konsentrasi larutan, semakin besar juga massa jenisnya. Hal ini dapat
terjad karena semakin pekat konsentrasi larutan, semakin banyak juga jumlah partikel
larutan. Massa jenis ini dapat digunakan untuk menghitung molalitas larutan NaCl dalam
1
berbagai konsentrasi menggunakan rumus: m = dengan
{( d / M )−(Mr NaCl /1000)}
besarnya Mr NaCl yaitu 58,5 gram/mol.
Setelah diketahuinya massa jenis larutan NaCl dan juga molalitas NaCl, dapat
dihitung volum molal semu larutan NaCl menggunakan rumus: =
1000 Wc −Wo
Mr NaCl−{( )( )
m Wo−W . Bedasarkan perhitungan di atas besarnya volum molal
d
semu larutan NaCl dari yang terencer menuju terpekat secara berurutan yaitu 91,1601 ml,
58,5 ml, 42,2998 ml, 21,7677 ml, dan 25,8440 ml. Kemudian untuk mengetahui volum
molal parsial dari masing-masing konsentrasi maka dapat dibuat grafik hubungan antara
√ m sebagai sumbu x terhadap (volum molal semu) sebagai sumbu y.
Hubungan √𝑚 terhadap (volum molal semu)
100
90
80
70 f(x) = − 54.83 x + 92.18
60 R² = 0.72
50
40
30
20
10
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
√𝑚
3 √m d d
0 + ( )( ) dengan adalah slope sebesar -54,828 dan 0 adalah intersep
2 d √m d √m
sebesar 92,184 dari persamaan regresi linear. Berdasarkan perhitungan di atas volum
molal parsial NaCl dari konsentrasi rendah ke tinggi berturut-turut yaitu 62,947 ml;
50,7595 ml; 33,4056 ml; 9,0299 ml; dan -27,2454 ml. Nilai volum molal parsial NaCl
tersebut ada yang negatif yaitu pada konsentrasi 2M, hal ini seharusnya tidak terjadi
karena nilai volume seharusnya positif. Bisa terjadi demikian mungkin karena terdapat
kesalahan saat melakukan praktikum. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dinyatakan
bahwa semakin tinggi konsentrasi zat terlarut, semakin rendah volum molal parsialnya.
Untuk menghitung volum molal pelarut yaitu akuades (V1) digunakan rumus: V1
= V1o +(
m
)(
√ m ) ( d ) dengan nilai d adalah slope sebesar -54,828 dan V1o
55,51 2 d √m d √m
1000 1
adalah x . Berdasarkan perhitungan di atas nilai V1 dapat diketahui,
1 gram/mol 55,51
dari konsentrasi NaCl rendah ke tinggi berturut-turut yaitu 17,9926 ml; 17,9517 ml;
17,8345 ml; 17,5043 ml; dan 16,5024 ml. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat
dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi zat terlarut, semakin rendah volum molal
parsialnya.
Konsentrasi larutan NaCl yang bervariasi menimbulkan massa jenis dan volum
molal yang beragam pula. Semakin pekat konsentrasi larutan, semakin besar juga massa
jenisnya. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan
menunjukkan jumlah partikel semakin banyak dalam larutan tersebut. Selain itu, volum
molal parsial sangat dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Secara teori semakin besar
nilai √ m , semakin besar pula . Namun pada praktikum ini volum molal parsial baik
pada larutan NaCl maupun akuades justru semakin rendah ketika konsentrasi semakin
tinggi. Selain itu, volum molal parsial larutan NaCl ada yang bernilai negatif. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu ketidaktepatan pengisian akuades dalam
piknometer, ketidaktelitian saat penimbangan, kesalahan penimbangan piknometer berisi
larutan NaCl sehingga dapat memengaruhi hasil penimbangan, dan pengukuran suhu
yang kurang tepat.
H. Kesimpulan
I. Daftar Pustaka
Alberty, R. A. 1987. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Atkins. 1994. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Brady, J. E. 1990. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.
Dogra. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lubis, A. 2014. Volume Molal Parsial. Jember: Universitas Jember.
Yogyakarta, 2020