Laporan Pendahuluan Amanda Putri W

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“DIARE”

DISUSUN OLEH :

AMANDA PUTRI WIDJAYA

P1337421020148

PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


1. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Bisa juga didefinisikan sebagai
buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian,2010). Diare adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau
lebih,buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi,2010).
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang
terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di dunia
diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari
1,5 juta orang pertahun. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga
seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan
mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam
beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi,
diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa
perawatan (Wikipedia,2011).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Susanti,2009).
2. Klasifikasi
a. Diare Akut
b. Diare Kronis
3. Etiologi
Menurut Vivian,2010 diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor,seperti infeksi , malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat di awali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam
saluran pencernaan bayi yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya
perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal
dalam absorpasi cairan dan elektrolit. Adanya toksil bakteri juga akan menyebabkan system
transfortasi menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya
sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak.
b. Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas. c. Infeksi virus : Eteroovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis),
Adenovirus, Ratavirus, Astrivirus.
c. Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardian lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida
albicans). Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral antara lain
melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik
dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara, lain:
2. Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 0-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada
bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi
ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Pemberian susu
formula pada bayi usia 0-6 bulan mempunyai hubungan dengan kejadian diare, dan bayi
yang diberikan susu formula mempunyai risiko 14,1 kali terpapar diare, dibandingkan
dengan bayi yang tidak diberi susu formula. Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini,
menunjukkan bahwa responden yang memberikan susu formula kepada bayi nya berisiko
bayinya terkena diare. Terjadinya diare pada bayi yang diberi susu formula karena bayi
dengan usia dibawah 6 bulan sistem pencernaannya belum sempurna, dan umur bayi
berperan terhadap berkurangnya frekuensi defekasi, dimana hal ini merupakan petunjuk
dari semakin matangnya kapasitas“waterconserving” pada usus.(Fitriya, 2010)
3. Menggunakan botol susu Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman,
karena botol susah dibersihkan.
4. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada
suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.
5. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau
pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
6. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan dan menyuapi anak.
7. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja
bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar.
8. Sementara Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensifalitis, keadaan ini
terutama terbagi pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
9. Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotic meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
a. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (Intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa),
munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsobsi lemak
c. Malabsobsi protein
d. Faktor makanan Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang
matang. Dapat terjadi pula apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang akhirnya menyebabkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.
10. Faktor psikologis Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic khusus yang
dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
4. Patofosiologi
Menurut Suriadi (2010), sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
1. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan .
2. Cairan, sodium, potassium dan bokarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis
metabolik. Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut
(Vivian,2010) :
 Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
 Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
 Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare
akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1) Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian
pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat
asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4) Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun
dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Vivian (2010) tanda dan gejala diare terdapat pembagian yaitu:
1) Cengeng dan gelisah
2) suhu meningkat
3) nafsu makan menurun
4) tinja cair kadang disertai lender dan darah
5) warna tinja lama kelamaan berwarna hijau karena bercampur dengan empedu
6) anus lecet
7) tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam laktat yang keluar).
8) akhirnya nampak dehidrasi, berat badan menurun
9) turgor kulit menurun
10) mata dan ubun-ubun cekung
11) selaput lendir dan mulut juga kulit kerig
12) dehidrasi berat maka volume darah akan berkurang
13) nadi akan cepat
14) TD menurun, kesadaran menurun yang kemudian diakhiri dengan shock Klasifikasi diare
terapat pembagian yaitu sebagai berikut:
a. Diare dengan Dehidrasi Berat
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut:
 Letargis atau tidak sadar
 Mata cekung
 Tidak bisa atau malas minum
 Turgor kembali sangat lambat
Pengobatan:
Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya:
 Beri cairan untuk dehidrasi berat
 Jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya
 Rujuk segera & dalam perjalanan terus beri oralit sedikit-sedikit
 Anjurkan tetap beri ASI
 Jika ada kolera di daerah tsb, beri Antibiotik untuk kolera
b. Diare Ringan/Sedang
Terdapat 2 atau lebih dr tanda-tanda berikut:
 Gelisah, rewel
 Mata cekung Haus, minum lahap
 Turgor kembali lambat
Pengobatan :
 Beri cairan & makanan sesuai rencana
Jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya:
 Rujuk segera & dalam perjalanan terus beri oralit sedikit
 Anjurkan tetap beri ASI
 Nasehati ibu kapan harus kembali segera
 Kunjungan ulang dalam 5 hr bl tak membaik
c. Tanpa Dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk klasifikasi sebagai dehidrasi berat atau ringan
sedang Pengobatan :
 Beri cairan & makanan
 Nasehati ibu kapan harus kembali segera
 Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tak membaik
d. Diare Persiten Berat
Tandanya : ada dehidrasi
Pengobatannya :
 Atasi dehidrasi sebelum di rujuk, kecuali bila mempunyai klasifikasi berat
lain
 Rujuk
e. Diare Persisten
Tandanya: tanpa dehidrasi
Pengobatan :
 Nasehati ibu tentang cara pemberian makan pada anak diare persisten
 Kunjungan ulang setelah 5 hari
Jika ada darah dalam tinja : Disentri
Pengobatan :
 Beri antibiotik yg sesuai untuk Shigela selama 5 hari
 Kunjungan ulang setelah 52 hari
6. Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan
 Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
 Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
 Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

Skor Mavrice King

Bagian Tubuh Yang Diperiksa Nilai Untuk Gejala Yang Ditentukan


0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau,
cengeng koma, atau
Apatis, syok
ngantuk
Kekenyalan kulit Normal Sedikit Sangat
kurang kurang
Mata Normal Sedikit Sangat
cekung cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit Sangat
cekung cekung
Mulut Normal Kering Kering &
sianosis
Denyut nadi/mata Kuat <120 Sedang Lemas >40
(120-140)
Keterangan :
 Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi
 ringan Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi
 sedang Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

Gejala Klinis

Gejala Klinis Gejala Klinis


Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum
Kesadaran Baik(CM) Gelisah Apatis-Koma
+++
Rasa Haus + ++
Sirkulasi Cepat Sekali
Nadi N(120) Cepat
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak Cepat Kusz maul
Kulit
Uub Agak Cekung Cekung Cekung sekali
Agak Cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak Cekung Kurang sekali
Normal Olguri Anuri
Normal Agak kering Kering/Asidosis

7. Manifestasi Klinis Diare


Menurut Suriadi (2010), ada beberapa bagian manifestasi klinis dari diare yaitu :
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,turgor kuli jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung,membrane mukosa kering.
3. Kram abdominal
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Anorexia
7. Lemah
8. Pucat
9. Perubahan tanda-tanda vital,nadi dan pernapasan cepat
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tinja.
2. Makroskopis dan mikroskopis
3. PH dan kadar gula dalam tinja
4. Bila perlu diadakan uji bakteri
5. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup, bila memungkinkan.
6. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
7. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, terutama dilaktiukan pada klien diare
kronik.

9. Penatalaksanaan Diare
Menurut Ngastiyah (2012) masalah pasien diare yang perlu diperhatikan pada saat
ini adalah risiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, risiko terjadi
komplikasi,gangguan rasa aman dan nyaman dan kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
a. Risiko terjadi gangguan sirkulasi darah
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan pasien menderita dehidrasi
dan jika segera tidak diatasi menyebabkan terjadinya dehidrasi asidosis,bila masih berlanjut
akan terjadi asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan
renjatan syok.
b. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan cairan sebanyak-banyaknya, kira-kira 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi.
Cairan harus mengandung elektrolit, seperti oralit.Bila tidak ada oralit dapat diberikan
larutan gula garam.Cara melarutkan oralit lihat petunjuk kemasannya karena ada yang
untuk 1 liter atau 1 gelas. Untuk bayi dibawah umur 6 bulan, oralit dilarutkan 2 kali lebih
encer (untuk 1 gelas menjadi 2 gelas). Jika anak terus muntah/tidak mau minum sama sekali
perlu diberikan melalui sonde. Bila pemberian cairan peroral tidak dapat dilakukan, dipasang
infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain yang tersedia setempat jika tidak ada
RL atas persetujuan dokter, yang terpenting adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama
pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
c. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, selanjutnya secara rumat (lihat
kecepatan pemberian cairan). Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan
yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitungkan
dengan cara:
 Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai).
 Perhatikan tanda vital yaitu nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
 Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, apakah encer atau
sudah berubah konsistensinya.
 Berikan minuman teh atau oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan
selaput lendir mulut kering
 Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan pasien diberi makanan lunak
d. Kebutuhan Nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan
nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika pasien juga
menderita muntah-muntah atau diare lama.keadaan ini menyebabkan makin menurunnya
daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai bahkan dapat timbul
komplikasi. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan membantu menaikkan daya
tahan tubuh, pasien diare harus segera diberikan makanan setelah dehidrasi teratasi dan
makanan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral, vitamin. Jika bayi tidak minum
ASI berikan susu yang cocok.
e. Resiko terjadi komplikasi
Komplikasi pada pasien diare yang paling sering ialah dehidrasi asidosis. Tetapi komplikasi
dapat juga terjadi sebagai akibat tindakan pengobatan seperti :
 Infeksi pada bagian yang dipasang infus atau terjadi hematoma
 Kelebihan cairan, terutama pada bayi
Gejala kelebihan cairan, mula-mula terlihat sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi,
kemudian bengkak seluruh wajah. Jika berlanjut akan menyebabkan edema paru dan terjadi
sesak napas bila edema sampai pada otak akan menyebabkan pasien kejang. Oleh karena
itu, setiap pasien akan mendapatkan infus terutama bayi, tetesannya harus selalu dikontrol
dengan benar.
 Komplikasi pada kulit akibat seraknya berak–berak dan adanya asam laktat dalam
tinja dapat menyebabkan iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya. Untuk menjaga
lecet pada kulit, sehabis buang air besar dibersihkan dengan kapas (kapasnya harus
disiram dengan air panas dahulu kemudian diperas).
 Kejang-kejang pada pasien yang diare bila bukan karena kebanyakan cairan dapat
karena hipoglikemia. Karena itu bila ada kejang pada pasien diperiksakan gula
darahnya dan tindakan selanjutnya setelah ada instruksi dari dokter.
 Komplikasi lain bila diare menjadi kronis dapat menyebabkan pasien menderita
malnutrisi energy protein. Oleh karena itu, pasien diare harus diobati sesuai dengan
penyebabnya agar dapat sembuh benar dan orang tua harus diikutsertakan untuk
mencegah berulangnya diare.
f. Gangguan rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita diare akan merasakan gangguan rasa aman dan nyaman karena
sering buang air besar sehingga melelahkan, apalagi pada pasien kolera yang defekasinya
terus-menerus disertai muntah. Pada dehidrasi ringan/sedang, dengan dipaksanya minum
oralit sampai beberapa gelas sudah tentu tidak menyenangkan, oleh karena itu perlu
pendekatan dengan cara membujuk.
g. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyakit diare telah dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi enteral maupun
parenteral serta faktor lain.

Penularan penyakit diare melalui “4 F” (Finger,Feces,Food,dan Fly) maka penyuluhan yang penting:

1. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan sehabis habis bermain,
memakai alas kaki jika bermain ditanah.
2. Membiasakan anak defekasi dijamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
3. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat
4. Makanan harus selalu tertututp (jika diatas meja)
5. Kepada anak yang sedah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli
makanan yang dijajankan terbuka
6. Air minum harus selalu dimasak, bila sedang berjangkit penyakit diare selain air harus yang
bersih juga perlu dimasak.

10. Komplikasi diare


Menurut (Vivian,2010) beberapa komplikasi diare, diantaranya :
a. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit yang dibagi menjadi:
 Dehidrasi ringan,apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB
 Dehidrasi sedang,apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
 Dehidrasi berat,apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
b. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume
darah mencapai 15-25% maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
d. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan
ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut American Nurses Association. (2011),proses keperawatan adalah suatu metode sistematik
untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat
berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah
kesehatan.Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan,perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan data secara sistematis, memilih
dan mengatur data yang dikumpulkan dan mendokumentasikan data dalam format yang
didapat. Untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini yang terbagi atas :
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita ,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan labor
ratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Ananamse
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis
b. Keluhan utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada umumnya keluhan
utamanya yakni BAB lebih dari 3 kali sehari, konsistensi encer, mual muntah, perut sakit.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam
hari atau siang hari.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama Frekuensi BAB meningkat
dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari biasanya dapat cair dan
berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala lain panas, muntah, anoreksia,
nausea, vomiting.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Jika disebabkan infeksi parenteral (infeksi) diluar alat pencernaan, OMA infeksi.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada pasien yang menderita alergi makanan (diare yang disebabkan adalah alergi
terhadap makanan).
d) ADL
Nutrisi : terjadi anoreksia, mual, muntah Eleminasi : BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB
lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir, berdarah dan BAK frekuensi menurun
Pesonal hygiene : iritasi pada sekitar usus
Aktivitas : lemas dan mengantuk
Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak
e) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kedaan dehidrasi ringan, kesadaran kompos mentis keadaan lebih
dari lanjut, apatis, somnolen, koma.
- Sistem kardiovaskuler : peningkatan jantung, nadi, TD
menurun, nadi kecil dan cepat serta meningkat suhu tubuh.
- Sistem RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratur
- Sistem pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan
peningkatan peristaltik usus, kembung, distersi abdomen,
tympani.
- Sistem perkemihan : produksi urine menurun (oliguri – anuri)
- Sistem integumen : turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill
melambat, warna kemerahan/lecet (terutama sekitar anus)
- Sistem muskulo : kejang bila panas meningkat, pada
hypoglikemi tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen.
Secara spesifik bilamana bayi/anak jatuh dalam keadaan kekurangan
cairan/dehidrasi maka untuk masing-masing tingkatan digambar sebagai
berikut :

KOMPONEN DEHIDRASI
PENGKAJIAN RINGAN SEDANG BERAT
Keadaan umum Sadar, haus, gelisah Haus, gelisah Somnolerut, lemah, syok
Nadi Normal Cepat, kecil Cepat, kecil, kadang-
UUB Normal Cekung kadang teraba
Turgor Dicubit cepat kembali < 2 dt Cokong sekali
Mata Nomal Cowong > 2 dt
Air mata Ada Tidak ada sangat cowong
Selaput lendir Basah Kering Tidak ada
Urine Normal Berkurang sangat kering
Kehilangan 40-50 cc/kg BB 50-60 cc/kg BB Tidak ada
Penurunan BB <5% 8% 100 – 110 cc/kg BB
BJ urine 1,010 – 1,025 1,010 – 1,025 > 10% ,> 1,025

3) Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan Diare secara teoritis
a. Defisit volume cairan
b. Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
c. Nyeri Akut
d. Resiko gangguan integritas kulit
e. Kelelahan
4) Intervensi

No Diagnose NOC NIC


1. Defisit Noc: Nic :
volume - bowl elimination diare management
cairan - fluid balance - kelola pemeriksaan kultur sensitivitas
- hidration feses
- electrolit and acid base balance - evaluasi pengobatan yang berefek
setelah dilakukan tindakan samping gastrointestinal
keperawatan selama Diare pasien - evaluasi jenis intake makanan
teratasi dengan kriteria hasil - monitor kulit sekitar perianal terhadap
- tidak ada diarefeses adanya iritasi dan ulserasi
- tidak ada darah dan mucus - ajarkan pada keluarga
- nyeri perut tidak ada - penggunaan obat anti diare
- pola bab normal - instruksikan pada pasien dan keluarga
- elektrolit normal untuk mencatat warna, volume,
- asam basa normal frekuensi dan konsistensi feses ajarkan
- hidrasi baik (membran mukosa pada pasien tehnik pengurangan stress
lembab, tidak panas, vital sign jika perlu
normal, hematokritdan urin output - kolaburasi jika tanda dan gejala diare
dalam batas normal menetap
- monitor hasil lab (elektrolit dan
leukosit)
- monitor turgor kulit, mukosa oral
sebagai
- indikator dehidrasi
- konsultasi dengan ahli gizi untuk diet
yang
- tepat
2. Perubahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji adanya alergi makanan
nutrisi selama 3 x 24 jam nutrisi kurang teratasi - Kolaborasi dengan ahli gizi
kurang dari dengan : untuk menentukan jumlah
kebutuhan - Albumin serum kalori dan nutrisi yang
tubuh - Pre albumin serum dibutuhkan pasien
- Hematokrit - Yakinkan diet yang dimakan
- Hemoglobin mengandung tinggi serat untuk
- Total iron binding capacity mencegah konstipasi
Jumlah limfosit - Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
- Monitor adanya penurunan BB
dan gula darah
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor turgor kulit
3. Nyeri AKut Noc : Nic :
- pain level, - lakukan pengkajian nyeri
- pain control secara komprehensif termasuk
- comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
setelah dilakukan tinfakan keperawatan frekuensi, kualitas dan factor
selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, presipitasi
dengan kriteria - observasi reaksi nonverbal dari
hasil: ketidaknyamanan
- mampu mengontrol nyeri - bantu pasien dan keluarga
(tahu penyebab nyeri, untuk mencari dan
mampu menggunakan tehnik menemukan dukungan
nonfarmakologi untuk - kontrol lingkungan yang dapat
mengurangi nyeri, mencari - mempengaruhi nyeri seperti
bantuan) suhu ruangan, pencahayaan
- melaporkan bahwa nyeri dan kebisingan
berkurang dengan - kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan manajemen - kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri untuk menentukan intervensi
- mampu mengenali nyeri - ajarkan tentang teknik non
(skala, intensitas, frekuensi farmakologi:
dan tanda nyeri) napas dala, relaksasi, distraksi,
- menyatakan rasa nyaman kompres hangat/ dingin
setelah nyeri berkurang - berikan analgetik untuk
- tanda vital dalam rentang mengurangi nyeri:
normal - tingkatkan istirahat
- tidak mengalami gangguan - berikan informasi tentang
tidur nyeri seperti
- penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan
- berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan
- dari prosedur
- monitor vital sign sebelum dan
sesudah
- pemberian analgesik pertama
kali
4. Resiko Noc : Nic : pressure management
Gangguan tissue integrity : skin and mucous - anjurkan pasien untuk
Integritas membranes menggunakan pakaian yang
Kulit status nutrisi longgar
tissue perfusion:perifer - hindari kerutan padaa tempat
dialiysis access integrity tidur
setelah dilakukan tindakan keperawatan - jaga kebersihan kulit agar tetap
selama…. Gangguan integritas kulit tidak bersih dan kering
terjadi dengan - mobilisasi pasien (ubah posisi
kriteria hasil: pasien) setiap dua jam sekali
- integritas kulit yang baik bisa - monitor kulit akan adanya
dipertahankan kemerahan
- melaporkan adanya - oleskan lotion atau
gangguan minyak/baby oil pada derah
- Sensasi atau nyeri pada yang tertekan
daerah kulit yang mengalami - monitor aktivitas dan
gangguan mobilisasi pasien
- menunjukkan pemahaman - monitor status nutrisi pasien
dalam proses perbaikan kulit - memandikan pasien dengan
dan mencegah terjadinya sabun dan air hangat
sedera berulang - gunakan pengkajian risiko
- mampu melindungi kulit dan untuk memonitor faktor risiko
mempertahankan - Pasien (braden scale, skala
kelembaban kulit dan norton)
perawatan alami - inspeksi kulit terutama pada
- status nutrisi adekuat tulangtulang yang menonjol
- sensasi dan warna kulit dan titiktitik tekanan ketika
normal merubah posisi pasien.
- jaga kebersihan alat tenun
- kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
- pemberian tinggi protein,
mineral dan vitamin
- monitor serum albumin dan
transferin
5. Kelelahan Noc: Nic :
- activity tolerance energy management
- energy conservation
- nutritional status: energy
5) Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan
melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini, perawat harus
mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari
pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana
tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi
(Nurlatifah, Gita, 2010).
6) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu
kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi sesame proses keperawatan berlangsung
atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi
dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil. Terdapat dua jenis
evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. (Doenges, M, 2010)

DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI Ngastiyah, 1997,
Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC,
Jakarta Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta Whaley &
Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.

Anda mungkin juga menyukai