Laporan Pendahuluan Amanda Putri W
Laporan Pendahuluan Amanda Putri W
Laporan Pendahuluan Amanda Putri W
“DIARE”
DISUSUN OLEH :
P1337421020148
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare
akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1) Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian
pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat
asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4) Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun
dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Vivian (2010) tanda dan gejala diare terdapat pembagian yaitu:
1) Cengeng dan gelisah
2) suhu meningkat
3) nafsu makan menurun
4) tinja cair kadang disertai lender dan darah
5) warna tinja lama kelamaan berwarna hijau karena bercampur dengan empedu
6) anus lecet
7) tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam laktat yang keluar).
8) akhirnya nampak dehidrasi, berat badan menurun
9) turgor kulit menurun
10) mata dan ubun-ubun cekung
11) selaput lendir dan mulut juga kulit kerig
12) dehidrasi berat maka volume darah akan berkurang
13) nadi akan cepat
14) TD menurun, kesadaran menurun yang kemudian diakhiri dengan shock Klasifikasi diare
terapat pembagian yaitu sebagai berikut:
a. Diare dengan Dehidrasi Berat
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut:
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa atau malas minum
Turgor kembali sangat lambat
Pengobatan:
Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya:
Beri cairan untuk dehidrasi berat
Jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya
Rujuk segera & dalam perjalanan terus beri oralit sedikit-sedikit
Anjurkan tetap beri ASI
Jika ada kolera di daerah tsb, beri Antibiotik untuk kolera
b. Diare Ringan/Sedang
Terdapat 2 atau lebih dr tanda-tanda berikut:
Gelisah, rewel
Mata cekung Haus, minum lahap
Turgor kembali lambat
Pengobatan :
Beri cairan & makanan sesuai rencana
Jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya:
Rujuk segera & dalam perjalanan terus beri oralit sedikit
Anjurkan tetap beri ASI
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang dalam 5 hr bl tak membaik
c. Tanpa Dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk klasifikasi sebagai dehidrasi berat atau ringan
sedang Pengobatan :
Beri cairan & makanan
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tak membaik
d. Diare Persiten Berat
Tandanya : ada dehidrasi
Pengobatannya :
Atasi dehidrasi sebelum di rujuk, kecuali bila mempunyai klasifikasi berat
lain
Rujuk
e. Diare Persisten
Tandanya: tanpa dehidrasi
Pengobatan :
Nasehati ibu tentang cara pemberian makan pada anak diare persisten
Kunjungan ulang setelah 5 hari
Jika ada darah dalam tinja : Disentri
Pengobatan :
Beri antibiotik yg sesuai untuk Shigela selama 5 hari
Kunjungan ulang setelah 52 hari
6. Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Gejala Klinis
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tinja.
2. Makroskopis dan mikroskopis
3. PH dan kadar gula dalam tinja
4. Bila perlu diadakan uji bakteri
5. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup, bila memungkinkan.
6. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
7. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, terutama dilaktiukan pada klien diare
kronik.
9. Penatalaksanaan Diare
Menurut Ngastiyah (2012) masalah pasien diare yang perlu diperhatikan pada saat
ini adalah risiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, risiko terjadi
komplikasi,gangguan rasa aman dan nyaman dan kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.
a. Risiko terjadi gangguan sirkulasi darah
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan pasien menderita dehidrasi
dan jika segera tidak diatasi menyebabkan terjadinya dehidrasi asidosis,bila masih berlanjut
akan terjadi asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan
renjatan syok.
b. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan cairan sebanyak-banyaknya, kira-kira 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi.
Cairan harus mengandung elektrolit, seperti oralit.Bila tidak ada oralit dapat diberikan
larutan gula garam.Cara melarutkan oralit lihat petunjuk kemasannya karena ada yang
untuk 1 liter atau 1 gelas. Untuk bayi dibawah umur 6 bulan, oralit dilarutkan 2 kali lebih
encer (untuk 1 gelas menjadi 2 gelas). Jika anak terus muntah/tidak mau minum sama sekali
perlu diberikan melalui sonde. Bila pemberian cairan peroral tidak dapat dilakukan, dipasang
infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain yang tersedia setempat jika tidak ada
RL atas persetujuan dokter, yang terpenting adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama
pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
c. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, selanjutnya secara rumat (lihat
kecepatan pemberian cairan). Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan
yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitungkan
dengan cara:
Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai).
Perhatikan tanda vital yaitu nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, apakah encer atau
sudah berubah konsistensinya.
Berikan minuman teh atau oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan
selaput lendir mulut kering
Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan pasien diberi makanan lunak
d. Kebutuhan Nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan
nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika pasien juga
menderita muntah-muntah atau diare lama.keadaan ini menyebabkan makin menurunnya
daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai bahkan dapat timbul
komplikasi. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan membantu menaikkan daya
tahan tubuh, pasien diare harus segera diberikan makanan setelah dehidrasi teratasi dan
makanan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral, vitamin. Jika bayi tidak minum
ASI berikan susu yang cocok.
e. Resiko terjadi komplikasi
Komplikasi pada pasien diare yang paling sering ialah dehidrasi asidosis. Tetapi komplikasi
dapat juga terjadi sebagai akibat tindakan pengobatan seperti :
Infeksi pada bagian yang dipasang infus atau terjadi hematoma
Kelebihan cairan, terutama pada bayi
Gejala kelebihan cairan, mula-mula terlihat sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi,
kemudian bengkak seluruh wajah. Jika berlanjut akan menyebabkan edema paru dan terjadi
sesak napas bila edema sampai pada otak akan menyebabkan pasien kejang. Oleh karena
itu, setiap pasien akan mendapatkan infus terutama bayi, tetesannya harus selalu dikontrol
dengan benar.
Komplikasi pada kulit akibat seraknya berak–berak dan adanya asam laktat dalam
tinja dapat menyebabkan iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya. Untuk menjaga
lecet pada kulit, sehabis buang air besar dibersihkan dengan kapas (kapasnya harus
disiram dengan air panas dahulu kemudian diperas).
Kejang-kejang pada pasien yang diare bila bukan karena kebanyakan cairan dapat
karena hipoglikemia. Karena itu bila ada kejang pada pasien diperiksakan gula
darahnya dan tindakan selanjutnya setelah ada instruksi dari dokter.
Komplikasi lain bila diare menjadi kronis dapat menyebabkan pasien menderita
malnutrisi energy protein. Oleh karena itu, pasien diare harus diobati sesuai dengan
penyebabnya agar dapat sembuh benar dan orang tua harus diikutsertakan untuk
mencegah berulangnya diare.
f. Gangguan rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita diare akan merasakan gangguan rasa aman dan nyaman karena
sering buang air besar sehingga melelahkan, apalagi pada pasien kolera yang defekasinya
terus-menerus disertai muntah. Pada dehidrasi ringan/sedang, dengan dipaksanya minum
oralit sampai beberapa gelas sudah tentu tidak menyenangkan, oleh karena itu perlu
pendekatan dengan cara membujuk.
g. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyakit diare telah dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi enteral maupun
parenteral serta faktor lain.
Penularan penyakit diare melalui “4 F” (Finger,Feces,Food,dan Fly) maka penyuluhan yang penting:
1. Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan sehabis habis bermain,
memakai alas kaki jika bermain ditanah.
2. Membiasakan anak defekasi dijamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
3. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat
4. Makanan harus selalu tertututp (jika diatas meja)
5. Kepada anak yang sedah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli
makanan yang dijajankan terbuka
6. Air minum harus selalu dimasak, bila sedang berjangkit penyakit diare selain air harus yang
bersih juga perlu dimasak.
Menurut American Nurses Association. (2011),proses keperawatan adalah suatu metode sistematik
untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat
berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah
kesehatan.Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan,perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan data secara sistematis, memilih
dan mengatur data yang dikumpulkan dan mendokumentasikan data dalam format yang
didapat. Untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini yang terbagi atas :
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita ,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan labor
ratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Ananamse
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis
b. Keluhan utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada umumnya keluhan
utamanya yakni BAB lebih dari 3 kali sehari, konsistensi encer, mual muntah, perut sakit.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam
hari atau siang hari.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama Frekuensi BAB meningkat
dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari biasanya dapat cair dan
berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala lain panas, muntah, anoreksia,
nausea, vomiting.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Jika disebabkan infeksi parenteral (infeksi) diluar alat pencernaan, OMA infeksi.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada pasien yang menderita alergi makanan (diare yang disebabkan adalah alergi
terhadap makanan).
d) ADL
Nutrisi : terjadi anoreksia, mual, muntah Eleminasi : BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB
lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir, berdarah dan BAK frekuensi menurun
Pesonal hygiene : iritasi pada sekitar usus
Aktivitas : lemas dan mengantuk
Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak
e) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kedaan dehidrasi ringan, kesadaran kompos mentis keadaan lebih
dari lanjut, apatis, somnolen, koma.
- Sistem kardiovaskuler : peningkatan jantung, nadi, TD
menurun, nadi kecil dan cepat serta meningkat suhu tubuh.
- Sistem RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratur
- Sistem pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan
peningkatan peristaltik usus, kembung, distersi abdomen,
tympani.
- Sistem perkemihan : produksi urine menurun (oliguri – anuri)
- Sistem integumen : turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill
melambat, warna kemerahan/lecet (terutama sekitar anus)
- Sistem muskulo : kejang bila panas meningkat, pada
hypoglikemi tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen.
Secara spesifik bilamana bayi/anak jatuh dalam keadaan kekurangan
cairan/dehidrasi maka untuk masing-masing tingkatan digambar sebagai
berikut :
KOMPONEN DEHIDRASI
PENGKAJIAN RINGAN SEDANG BERAT
Keadaan umum Sadar, haus, gelisah Haus, gelisah Somnolerut, lemah, syok
Nadi Normal Cepat, kecil Cepat, kecil, kadang-
UUB Normal Cekung kadang teraba
Turgor Dicubit cepat kembali < 2 dt Cokong sekali
Mata Nomal Cowong > 2 dt
Air mata Ada Tidak ada sangat cowong
Selaput lendir Basah Kering Tidak ada
Urine Normal Berkurang sangat kering
Kehilangan 40-50 cc/kg BB 50-60 cc/kg BB Tidak ada
Penurunan BB <5% 8% 100 – 110 cc/kg BB
BJ urine 1,010 – 1,025 1,010 – 1,025 > 10% ,> 1,025
3) Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan Diare secara teoritis
a. Defisit volume cairan
b. Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
c. Nyeri Akut
d. Resiko gangguan integritas kulit
e. Kelelahan
4) Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI Ngastiyah, 1997,
Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC,
Jakarta Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta Whaley &
Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.