Elektronika Dasar 2
Elektronika Dasar 2
Elektronika Dasar 2
1 LISTRIK
2 ELEKTRONIKA DASAR
penting dalam hal ini adalah perbedaan tinggi kedua tabung yang sekaligus menentukan
besarnya perbedaan potensial. Jadi semakin besar perbedaan potensialnya semakin
deras aliran air dalam pipa.
Konsep yang sama akan berlaku untuk aliran elektron pada suatu penghantar.
Yang menentukan seberapa besar arus yang mengalir adalah besarnya beda potensial
(dinyatakan dengan satuan volt). Jadi untuk sebuah konduktor semakin besar beda
potensial akan semakin besar pula arus yang mengalir.
Perlu dicatat bahwa beda potensial diukur antara ujung-ujung suatu konduktor.
Namun kadang-kadang kita berbicara tentang potensial pada suatu titik tertentu. Dalam
hal ini kita sebenarnya mengukur beda potensial pada titik tersebut terhadap suatu titik
acuan tertentu. Sebagai standar titik acuan biasanya dipilih titik tanah (ground).
Lebih lanjut kita dapat menganalogikan sebuah baterai atau accu sebagai tabung
air yang diangkat. Baterai ini mempunyai energi kimia yang siap diubah menjadi energi
listrik. Jika baterai tidak digunakan, maka tidak ada energi yang dilepas, tapi perlu
diingat bahwa potensial dari baterai tersebut ada di sana. Hampir semua baterai
memberikan potensial (tepatnya electromotive force - e.m.f) yang hampir sama
walaupun arus dialirkan dari baterai tersebut.
V = IR (1.1)
dimana R = V/I disebut hambatan dari beban. Nama ini sangat cocok karena R menjadi
ukuran seberapa besar konduktor tersebut menahan laju aliran elektron.
Awas, berlakunya hukum ohm sangat terbatas pada kondisi-kondisi tertentu,
bahkan hukum ini tidak berlaku jika suhu konduktor tersebut berubah. Untuk material-
material atau piranti elektronika tertentu seperti diode dan transistor, hubungan I dan V
tidak linier.
p= v dq/dt = vi (1.2)
4 ELEKTRONIKA DASAR
P = V× I
= V2/R
= I2R (1.3)
Untuk kasus tertentu persoalannya menjadi lain jika potensial yang diberikan
tidak konstan, misalnya berbentuk fungsi sinus terhadap waktu (seperti pada arus bolak-
balik)
v = V sin ω t
dengan demikian
i = v/R
= (V/R) sin ω t
p selalu berharga positif sehingga daya akan selalu hilang pada setiap saat, berubah
menjadi panas pada hambatan. Daya tersebut selalu berubah setiap saat, berharga nol
saat sin ωt = 0, dan maksimum sebesar V2/ R saat sin ω t = 1.
Untuk menentukan efek pemanasan dari isyarat di atas, persamaan daya di atas dapat
dituliskan sebagai
p= 1
2 (V 2
/ R )(1 − cos 2ωt )
cos 2ωt akan berharga positif atau negatif sama seringnya, sehingga rata-ratanya adalah
nol. Dengan demikian daya rata-rata yang hilang sebesar
P= 1
2
(V 2
(
/ R)= V / 2 )2
/R
Ini merupakan daya yang hilang pada R jika tegangan konstan V p / 2 dikenakan
padanya. Harga V p / 2 = 0,707 V sering digunakan sebagai ukuran jika tegangan sinus
digunakan pada suatu rangkaian dan harga tegangan tersebut sering disebut sebagai
harga root-mean-square (RMS). Dalam hal ini kita harus berhati-hati untuk
menentukan 3 pengukuran yang dipakai, yaitu
Harga RMS = Vp / 2
Amplitudo puncak = Vp
Harga puncak-ke-puncak = 2Vp
6 ELEKTRONIKA DASAR
RANGKAIAN ARUS
2 SEARAH (DC)
10 12 15 18 22 27 33 39 47 56 68 82
Sebuah rangkaian yang sangat sederhana terdiri atas sebuah baterai dengan
sebuah resistor ditunjukkan pada gambar 2.1-a. Perhatikan bagaimana kedua elemen
tersebut digambarkan dan bagaimana menunjukkan arah arus (dari kutub positif
melewati resistor menuju kutub negatif).
Pada gambar 2.1-b, telah ditambahkan dua komponen lain pada rangkaian, yaitu:
i) Sebuah saklar untuk memutus rangkaian.
ii) Sebuah resistor dengan simbol r (huruf kecil) untuk menunjukkan fakta bahwa
tegangan baterai cenderung untuk menurun saat arus yang ditarik dari baterai
tersebut dinaikkan.
ON : Kondisi ini biasa disebut sebagai “hubung singkat” (shot circuit), dimana secara
ideal mempunyai karakteristik: V = 0 untuk semua harga I (yaitu R = 0)
OFF : Kondisi dimana arus tidak mengalir atau biasa disebut sebagai “rangkaian
terbuka” (open circuit), secara ideal mempunyai karakteristik: I = 0 untuk
semua harga V (yaitu R = ∞).
Untuk menganalisis lebih lanjut, rangkaian di atas perlu dipahami hukum dasar
rangkaian yang disebut hukum Kirchhoff. Terdapat beberapa cara untuk menyatakan
hukum Kirchhoff, kita coba untuk menyatakan supaya mudah diingat:
8 ELEKTRONIKA DASAR
Gambar 2.2 Rangkaian sederhana dengan tiga loop
i) Arus total yang masuk pada suatu titik sambungan/cabang adalah nol (Hukum I,
disebut KCL – Kirchhoff curent law ).
∑i n =0 (2.1)
Arah setiap arus ditunjukkan dengan anak panah, jika arus berharga positif maka
arus mengalir searah dengan anak panah, demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk
rangkaian seperti pada gambar 2.2 kita dapat menuliskan:
∑i n =0
− I1 + I 2 + I 3 = 0
Tanda negatif pada I 1 menunjukkan bahwa arus keluar dari titik cabang dan jika arus
masuk titik cabang diberi tanda positif.
ii) Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah penurunan tegangan adalah nol
(Hukum II, sering disebut sebagai KVL – Kirchhoff voltage law)
∑V n =0 (2.2)
Kembali ke rangkaian pada gambar 2.1, bahwa semua komponen dilewati arus I.
Menurut hukum II berlaku:
∑V n =0
(2.3)
−E + I r+ I R=0
E
I=
(R + r )
V =I R
R (2.4)
=E
(R + r )
V =E−I r (2.5)
10 ELEKTRONIKA DASAR
2.2 Resistor dalam Rangkaian Seri dan Paralel
Ini merupakan konsep dasar yang memungkinkan kita secara cepat dapat
menyederhanakan rangkaian yang relatif kompleks.
a)
b)
Seperti terlihat pada gambar 2.3-a, pada rangkaian seri semua resistor teraliri
arus yang sama. Jika arus yang mengalir sebesar I, kita mempunyai
V = I ( R1 + R2 + R3 )
(2.6)
V / I = R = R1 + R2 + R3
Nampak bahwa untuk rangkaian seri, ketiga resistor tersebut dapat digantikan dengan
sebuah resistor tunggal sebesar R.
Pada rangkaian paralel (gambar 2.3-b), nampak bahwa masing-masing resistor
mendapat tegangan yang sama. Jadi
I 1 = V / R1
I 2 = V / R2
I 3 = V / R3
atau
G = G1 + G 2 + G 3 (2.8)
dimana G biasa disebut sebagai konduktansi, jadi G = 1/R, dinyatakan dalam satuan
siemen (dengan simbul S atau mho atau Ω-1).
12 ELEKTRONIKA DASAR
Nampak bahwa arus i mengalir lewat R1 dan R2, sehingga
v I = vo + v S (2.9)
v S = i R1 (2.10)
vo = i R2 (2.11)
v I = i R 2 + i R1 (2.12)
v o / v S = R 2 / R1 (2.13)
R2
vo = v I × (2.14)
(R1 + R2 )
akan mencoba menemukan hubungan antara i 0 dan v 0 . Jika arus yang mengalir
melalui R1 sebesar i seperti ditunjukkan dalam gambar, maka arus yang mengalir lewat
R2 adalah sebesar i − i 0 . Kita mempunyai
v I − v0 = i × R1 (2.15)
v 0 = (i − i 0 ) × R 2
v 0 = i × R2 − i0 × R 2 (2.16)
v I × R 2 − v 0 × R 2 = i × R1 × R 2
dan
v 0 × R1 + i0 × R1 × R 2 = i × R1 × R 2
v I × R 2 − v 0 × R 2 = v 0 × R1 + i 0 × R1 × R 2
atau
v 0 × (R1 + R 2 ) = v I × R 2 − i 0 × R1 × R 2
atau
R2 R1 × R 2
v0 = v I × − i0
(R1 + R2 ) (R1 + R 2 )
14 ELEKTRONIKA DASAR
v 0 = v 0 / C − i 0 × RP (2.17)
dimana v 0 / C adalah besarnya tegangan v 0 tanpa adanya beban, yaitu saat i 0 = 0 , dan
harga ini disebut sebagai tegangan keluaran saat rangkaian terbuka (open-circuit output
voltage) sebesar
R2
v0 / C = v I × (2.18)
(R1 + R 2 )
dengan
R1 × R 2
RP = (2.19)
(R1 + R 2)
disebut sebagai “rsistansi sumber”, dimana harganya sama dengan resistansi R1 dan
R 2 yang dihubungkan secara paralel.
Harga v 0 / C atau RP tergantung pada sifat dari beban, sehingga efek v 0 akibat
besarnya beban dapat dengan mudah dihitung dengan menggunakan penyederhanaan
rangkaian seperti terlihat pada gambar 2.6.
Pada gambar 2.7 nampak bahwa v diambil dari resistor R1 dan R 2 , jelas bahwa
i I = i0 + i S (2.20)
i S = v / R1 (2.21)
i0 = v / R2 (2.22)
v v
iI = + (2.23)
R 2 R1
i 0 R1
= (2.24)
i S R2
16 ELEKTRONIKA DASAR
atau
i0 G2
= (2.25)
iS G1
dimana G = 1 / R = konduktasi.
Persamaan 2.25 menunjukkan bahwa arus masukan terbagi menjadi dua bagian
( i 0 dan i S ), masing-masing sebanding dengan besarnya harga konduktansi yang
dilewati arus tersebut. Dari persamaan 2.22 dan 2.23 diperoleh
i0 = v / R2
i 1
i 0 = I
R 2 G1 + G 2
G2
i0 = i I × (2.26)
G1 + G 2
Jadi arus keluaran i 0 merupakan bagian (fraksi) dari arus masukan.
Ada beberapa kondisi ekstrem dari rangkaian pada gambar 2.8, seperti misalnya
saat R L = ∞ dan R L = 0 . Harga R L = ∞ berada pada kondisi rangkaian terbuka,
seolah-olah R L dilepas dari terminal keluaran, dengan demikian diperoleh tegangan
rangkaian terbuka sebesar V0 / C (lihat gambar 2.8-b). Saat R L = 0 (gambar 2.8-c)
berarti rangkaian berada pada kondisi hubung singkat (kedua ujung terminal terhubung
langsung) dengan arus hubung singkat I S / C sebesar
V0 / C
IS /C = (2.27)
RP
18 ELEKTRONIKA DASAR
Pada beberapa rangkaian, perhitungan V0 / C ataupun I S / C kemungkinan sangat
sulit untuk dilakukan. Langkah yang paling mudah adalah dengan menghitung harga
RP (harga resistansi yang dilihat dari kedua ujung terminal keluaran). Dalam hal ini
RP dihitung dengan melihat seolah-olah tidak ada sumber tegangan.
Jika rangkaian ini akan dibebani dengan sebuah beban konduktan G L , maka ada dua
harga ekstrem yaitu G L = ∞ dan G L = 0 . Harga G L = ∞ (atau R L = 0 ) berada pada
kondisi hubung singkat dan arus hubung singkat I S / C sama dengan I N . Sedangkan
IN
I N = IS /C dan GN = (2.28)
V0 / C
Soal Latihan
Perhatikan rangkaian berikut:
20 ELEKTRONIKA DASAR
ALAT-ALAT UKUR
3
LISTRIK
Telah dipahami bahwa elektron yang bergerak akan menghasilkan medan magnet yang
tentu saja dapat ditarik atau ditolak oleh sumber magnetik lain. Keadaan inilah yang
digunakan sebagai dasar pembuatan motor listrik serta meter listrik sederhana untuk
mengukur arus dan tegangan. Konstruksi dasar meter listrik diperlihatkan pada gambar
3.1
Meter dasar ini terdiri dari sebuah maget permanen berbentuk tapal kuda dengan
kutub-kutubnya berbentuk bulat. Sebuah kumparan dengan inti dari besi lunak
diletakkan sedemikian rupa di antara kedua kutub U dan S sehingga dapat berputar
dengan bebas. Sebuah jarum penunjuk dilekatkan pada kumparan dan akan bergerak
saat kumparan berputar.
Arus listrik yang akan diukur dilewatkan ke kumparan sehingga kumparan
tersebut akan menghasilkan medan maget (elektro maget). Kutub-kutub elektro maget
22 ELEKTRONIKA DASAR
Gambar 3.3 Penunjukkan skala penuh meter dasar : a) ampermeter dan b) voltmeter.
Rm
Rp = (3.1)
(n − 1)
dimana n menunjukkan perbesaran batas ukur meter tersebut. Untuk kasus di atas, n
sebesar 1000 kali dan dengan demikian R p = 25 / 999 = 0,025
2 V/1 mA = 2000 Ω
Pada voltmeter dengan beberapa batas ukur biasanya dilengkapi dengan saklar untuk
memilih resistor seri yang sesuai.
Contoh
Misalkan sebuah meter dasar 50µA memiliki hambatan sebesar 3000 Ω. Coba desain
sebuah multimeter yang dapat digunakan untuk pengukuran sampai pada batas ukur 100
µA, 1 mA, 1 V dan 10 V. Rangkaian yang sesuai diperlihatkan pada gambar 3.5.
24 ELEKTRONIKA DASAR
Jawab:
Pada batas ukur 100A, arus sebesar 50 µA harus mengalir melewati meter dan
Pada batas ukur 1 mA, arus sebesar 50 µA mengalir lewat (R2 + 3000 ) dan
R2 = 2700
Pada batas ukur 1 V, mengalir arus sebesar 100 µA melalui meter dan 50 µA
50 × 3000 = 0,15 V
" A B
+ A
7 8
, - . / 0 1 2 3 4 0 5 6
Tegangan searah atau kontinu dihasilkan oleh sebuah baterai generator arus DC.
Arus undakan (step) mengalir saat sebuah saklar dinyalakan yang menghasilkan
26 ELEKTRONIKA DASAR
tegangan searah, misalnya saat sebuah radio dinyalakan. Arus pulsa jika sebuah saklar
dinyalakan (ON) kemudian dimatikan (OFF), digunakan untuk sistem informasi pada
komputer. Gelombang gergaji naik secara linier kemudian reset. Arus eksponensial
(menurun) mengalir saat energi disimpan dalam medan listrik pada suatu kapasitor dan
dibiarkan bocor melalui sebuah resistor. Tegangan sinus diperoleh saat sebuah
kumparan diputar dengan kecepatan konstan pada suatu medan listrik.
4.2 Kapasitor
Pada dasarnya sebuah kapasitor merupakan dua keping konduktor yang dipisahkan oleh
suatu insulator (udara, hampa udara atau suatu material tertentu). Secara skematis
sebuah kapasitor keping sejajar dapat digambarkan seperti pada gambar 4.2.
Q ∝V
Q =C V (4.1)
q=C v (4.2)
i = dq / dt = C dv / dt (4.3)
28 ELEKTRONIKA DASAR
atau
v = q/C
t
1
C ∫0
= i dt + Vo (4.4)
4.3 Induktor
Telah diketahui bahwa elektron yang bergerak atau arus listrik yang mengalir akan
menghasilkan medan magnet. Namm kebalikannya untuk menghasilkan arus listrik
(arus induksi) perlu dilakukan perubahan medan magnet.
Percobaan yang sangat sederhana dapat dilakukan seperti diskemakan pada
gambar 4.3. Saat saklar (switch) ditutup dan arus mengalir secara tetap pada kumparan
di bagian bawah, maka tidak ada arus induksi yang mengalir pada kumparan bagian
atas. Namun sesaat saklar ditutup (atau dibuka) sehingga medan magnet yang
dihasilkan berubah, maka voltmeter akan menunjukkan adanya perubahan tegangan
induksi. Besamya tegangan yang dihasilkan adalah sebanding dengan perubaban arus
induksi, dapat dituliskan sebagai:
v = L di / dt
dimana harga proporsinalitas L disebut induksi diri atau induktansi dengan satuan henry
(H).
iC (t ) + iR (t ) = 0 (4.5)
dv C v
C + C =0 (4.6)
dt R
30 ELEKTRONIKA DASAR
Dibagi dengan C dan dengan mendifinisikan τ = RC , didapat
dv C v C
+ =0 (4.7)
dt τ
Persaman 4.7 berlaku untuk t > 0 dan mempunyai persyaratan kondisi awal v C (0 ) = V1 .
Solusi dari persamaan tersebut untuk t > 0 dapat ditunjukkan sebagai
v C (t ) = v C (0) e − t / τ
= V1 e − t / τ (4.8)
v C (t ) = V1 (1 − e − t / τ ) (4.9)
v1 = v C + v R ≅ v C (4.10)
dv C dv
v 2 = v R = R i = RC ≅ RC 1 (4.11)
dt dt
Terlihat bahwa keluaran (output) proportional dengan derivatif dari masukan (input).
32 ELEKTRONIKA DASAR
_
X Y l
X l
Z [
D E F G Z
C
j k
\ ] ^ _ ` a b c ` d ` a e a f g b h ` f i h
H I J K I L M N I O I L P Q R Q S Q L T O I U V S
v1 = v R + v C ≅ v R = iR (4.12)
Jika v C berharga sangat kecil dibandingkan dengan v R (yaitu j ika RC > T). Karena
1 1
v2 =
C ∫ i dt ≅
RC ∫
v1 dt (4.13)
5.1 Isyarat AC
Isyarat AC merupakan bentuk gelombang yang sangat penting dalam bidang
elektronika. Isyarat AC biasa ditulis sebagai
A sin (ω t + θ )
dimana A merupakan amplitudo (harga puncak), θ adalah fase awal dan ω adalah
frekuensi.
Perlu dipertegas di sini bahwa ω biasa disebut frekuensi anguler dengan satuan
radian per detik (rad s-1), sedangkan f biasa digunakan untuk menunjukkan frekuensi
dari sumber tegangan dengan satuan hertz (Hz). Dalam satu periode, fase dari
gelombang sinus berubah dengan 1 putaran (cycle), atau 2π radian, karenanya kedua
frekuensi mempunyai hubungan
ω = 2πf
34 ELEKTRONIKA DASAR
Jika sumber tegangan sinus dihubungkan dengan sebuah rangkaian seri yang
terdiri dari resistor (R), kapasitor (C) dan induktor (L); maka semua tegangan dan arus
akan berbentuk sinus dengan frekuensi yang sama. Untuk proses penjumlahan dan
pengurangan tegangan dan arus dapat digunakan hukum Kirchhoff. Secara umum kita
dapat melakukan operasi tersebut dengan prinsip bilangan kompleks.
a) b)
W = a + jb (5.1)
atau
sehingga
W = M e jθ (5.4)
Persamaan 5.4 menyatakan bentuk eksponensial atau bentuk polar, dan secara simbolik
dituliskan sebagai
W = M ∠θ (5.5)
b
M = a 2 + b2 θ = arctg (5.6)
a
Latihan:
Dengan menggunakan kalkulator hitung:
i) Ubah V1 = 5 + j 6 ke bentuk polar.
36 ELEKTRONIKA DASAR
Wimaj
W (t ) = M e j (ω t +θ ) (5.8)
Selanjutnya kuantitas yang kita pilih untuk representasi fungsi sinus adalah bagian
rielnya.
dimana V p adalah harga amplitudo dan V merupakan harga efektifnya, maka v (t ) dapat
{
v (t ) = R e {V p e j (ω t +θ ) }= R e (Ve jθ ) ( 2 )e }
jω t
(5.12)
Nampak bahwa fungsi kompleks dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian
konstanta kompleks dan bagian lain sebagai fungsi waktu yang menyatakan putaran
bidang kompleks. Bagian yang pertama kita difinisikan sebagai phasor V, dituliskan
V = Ve jθ = V∠θ (5.13)
dimana phasor di atas disebut sebagai transformasi fungsi tegangan v(t). Sebagai
catatan, phasor mempunyai peran yang penting untuk menyelesaikan persoalan
hubungan antara arus dan tegangan seperti halnya konsep vektor yang sangat berguna
untuk menyelesaikan persoalan dalam mekanika. Selanjutnya hubungan arus dan
tegangan pada suatu rangkaian akan dapat diselesaikan secara grafik dengan
menggambarkan diagram phasornya.
v = V sin ω t (5.14)
maka dengan mudah kita dapat menemukan arus yang mengalir yaitu sebesar
38 ELEKTRONIKA DASAR
dv
i =C
dt
= VCω cos ω t
V
= cos ω t (5.15)
1 / Cω
Gambar 5.3 Arus dan tegangan pada rangkaian kapasitor dengan sumber AC
I = V / (1 / Cω ) (5.16)
1
XC = (5.17)
Cω
i = I sin ω t (5.18)
maka
v = L di / dt
terlihat bahwa v mendahului i, atau i tertinggal oleh v sebesar 90o; secara grafik
diperlihatkan seperti pada gambar 5.4. Reaktansi induktif (X L ) dituliskan
X L = Lω (5.20)
Sebagai catatan, jika reaktansi kapasitif menurun terhadap frekuensi, reaktansi induktif
akan naik terhadap frekuensi.
Gambar 5.4 Arus dan tegangan pada rangkaian induktor dengan sumber AC
40 ELEKTRONIKA DASAR
5.7 Impedansi Komponen AC
Secara umum, hasil bagi antara phasor tegangan dan phasor arus yang bersesuaian
disebut sebagai “impedansi” Z.
i) RESISTOR
Jika i = I cos ω t direpresentasikan oleh phasor I∠0 o mengalir melalui resistor R,
tegangan yang timbul diberikan oleh
dituliskan dalam bentuk phasor sebagai V R ∠0 o . Dalam hal ini besarnya impedansi
yang melawan aliran arus sebesar
V R ∠0 o RI∠0 o
ZR = = = R∠0 o (5.22)
I∠0 o
I ∠0 o
ii) KAPASITOR
Jika tegangan v = V cos ω t terdapat pada kapasitor C, maka yang arus mengalir
diberikan oleh
= ω C V (− sin ω t ) = ω C V cos(ω t + 90 o )
dv
iC = C (5.23)
dt
dalam bentuk phasor ditulis sebagai I C ∠90 o . Impedansi sebagai penghambat arus
sebesar
V∠0 o V∠0 o 1 1
ZC = = = ∠ − 90 o = − j (5.24)
I C ∠90 o
ω C V ∠90 o
ωC ωC
= ω L I (− sin ω t ) = ω L I cos (ω t + 90 o )
di
vL = L (5.25)
dt
dalam bentuk phasor dituliskan sebagai V L ∠90 o . Impedansi sebagai penghambat arus
sebesar
V L ∠90 o ω L I
ZL = = = ω L ∠90 o = jω L (5.26)
I∠0 o
I ∠0 o
42 ELEKTRONIKA DASAR
RANGKAIAN R,L, DAN C SERI
v (t ) = v R (t ) + v C (t ) + v L (t ) (5.27)
V = V R + VC + V L (5.28)
Hal yang sama akan berlaku hukum Kirchhoff tentang arus (KCL) rangkaian paralel,
bahwa arus total yang melalui titik cabang adalah sama dengan nol.
i = I sin ω t (5.29)
Selanjutnya arus i ini sebagai isyarat acuan atau referensi. Tegangan pada
kapasitor dan resistor masing-masing diberikan oleh:
v C = (1 / C )∫ i dt
vR = i R
= (IR )sin ω t (5.31)
Secara aljabar kedua tegangan ini dapat dijumlahkan, namun akan lebih mudah dengan
menggunakan diagram phasor seperti diskemakan pada gambar 5.6.
44 ELEKTRONIKA DASAR
Pada gambar 5.6 terlihat bahwa tegangan keluaran tertinggal terhadap tegangan
masukan, karenanya sudut fase θ harus diukur “dari” masukan v i “ke” keluaran v o ,
tg θ = (IR ) / (− I / Cω )
= −R C ω (5.32)
Amplitudo keluaran sebagai fungsi dari amplitudo masukan dapat dituliskan sebagai
v o / v i = (I / Cω ) / [(I / Cω ) 2
+ (IR )
2
]
= 1 / 1 + (RCω )
2
(5.33)
Parameter RC biasa diganti dengan parameter tunggal disebut konstanta waktu, dalam
hal ini
ω o = 1 / RC
ω o adalah frekuensi dimana reaktansi kapasitor dan resistor mempunyai harga yang
sama, kita dapat menuliskan
[
v o / v i = 1 / 1 + (ω / ω o )
2
] (sebagai respon amplitudo) (5.35)
Latihan:
Tentukan besarnya v o / v i dan θ dengan menggunakan konsep phasor.
vo / vi ≈ 1
vo / vi ≈ ω o / ω
vo / vi = 1 / 2
atau dapat dinyatakan sebagai perbandingan tegangan dan untuk rangkaian diatas dapat
dituliskan sebagai
46 ELEKTRONIKA DASAR
Gambar 5.7 Plot respon frekuensi terhadap amplitudo dan fase tapis lolos rendah.
Gambar 5.8 Plot respon frekuensi terhadap penguatan (dB) dan fase pada tapis lolos
rendah.
Gambar 5.7 dan 5.8 memperlihatkan plot respon frekuensi dari rangkaian tapis
lolos rendah dengan menggunakan komputer. Pada gambar tersebut diperlihatkan
besarnya penguatan (gain) dalam bentuk v o / v i (gambar 5.7) dan dB (gambar 5.8)
Pada rangkaian seperti pada gambar 5.9, dapat diperoleh keadaan dimana pada
frekuensi rendah, arus pada C sangat kecil sehingga arus keluaran io besarnya hampir
sama dengan besarnya arus masukan ii . Karenannya rangkaian ini termasuk rangkaian
tapis lolos rendah. Misalnya arus keluaran adalah sebesar
io = I sin ω t (5.38)
48 ELEKTRONIKA DASAR
maka
v = io R = (IR ) sin ω t (5.39)
dan juga
iC = C (dv / dt ) = I (RCω ) cos ω t (5.40)
Keadaan di atas dapat diperlihatkan dengan diagram phasor seperti terlihat pada gambar
5.10, dimana v digunakan sebagai referensi.
tg θ = − RCω
dan
io / ii = I / [(I )
2
+ (IRCω )
2
]
= 1 / 1 + (RCω )
2
(5.41)
Nampak bahwa hubungan io dan ii pada rangkaian di atas identik dengan hubungan v o
tgθ = −ω / ω o
[
i o / i i = 1 / 1 + (ω / ω o )
2
] (5.42)
dimana ω o = 1 / RC
Perlu dicatat bagaimana fase diukur dari phasor masukan ke phasor keluaran
searah dengan arah jam, dimana hal ini menunjukkan bahwa sudut fase berharga negatif
atau keluaran tertinggal terhadap masukan.
50 ELEKTRONIKA DASAR
lolos rendah tipe-1, dan diagram phasor hanya sedikit berbeda pada cara pengambilan
sudut fasenya (i tetap sebagai referensi karena mengalir lewat C dan R). Beda fase θ
sekarang berharga positif
atau
[
v o / v i = 1 / 1 + (ω o / ω )
2
] (5.46)
vo / vi ≈ 1
vo / vi ≈ ω / ω o
vo / vi = 1 / 2
Gambar 5.13 dan 5.14 memperlihatkan bentuk respon amplitudo dan sudut fase
terhadap frekuensi untuk rangkaian di atas.
Gambar 5.14 Plot respon frekuensi terhadap penguatan (dB) dan fase pada tapis lolos
tinggi.
i = I sin ω t
v L = L di / dt = ILω cos ω t
v R = IR sin ω t
52 ELEKTRONIKA DASAR
tg θ = (IR ) / (ILω ) = R / Lω (5.47)
tg θ = ω o / ω (5.48)
dimana
ωo = R / L (5.49)
v o / v i = cos θ
atau
[
v o / v i = 1 / 1 + (ω o / ω )
2
] (5.50)
Nampak bahwa rangkaian RL di atas memberikan respon yang sama dengan tipe-1
(dengan menggunakan rangkaian RC).
Energi yang diperlukan mtuk memutus sebuah ikatan kovalen adalah sebesar 1,1
eV untuk silikon dan 0,7 eV untuk germanium. Pada temperatur ruang (300K),
sejumlah elektron mempunyai energi yang cukup besar untuk melepaskan diri dari
54 ELEKTRONIKA DASAR
ikatan dan tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi menjadi elektron bebas (gambar
6.2). Besarya energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari pita valensi ke
pita konduksi ini disebut energi terlarang (energy gap). Jika sebuah ikatan kovalen
terputus, maka akan terjadi kekosongan atau lubang (hole). Pada daerah dimana terjadi
kekosongan akan terdapat kelebihan muatan positif, dan daerah yang ditempati elektron
bebas mempunyai kelebihan muatan negatif. Kedua muatan inilah yang memberikan
kontribusi adanya aliran listrik pada semikonduktor murni. Jika elektron valensi dari
ikatan kovalen yang lain mengisi lubang tersebut, maka akan terjadi lubang baru di
tempat yang lain dan seolah-olah sebuah muatan positif bergerak dari lubang yang lama
ke lubang baru.
(a)
- * + . / 0 ) 1
5 6
/ + 0 + . 2 3 / 4 2 3
(b)
! " # $ % &
7 8
' ( ) * + ,
Gambar 6.2 a) Struktur kristal silikon memperlihatkan adanya sebuah ikatan kovalen
yang terputus dan b) Diagram pita energi menunjukkan tereksitasinya
elektron ke pita konduksi dan meninggalkan lubang di pita valensi
Bahan Semikonduktor 55
Proses aliran muatan ini, yang biasa disebut sebagai “arus drift” dapat dituliskan
sebagai berikut
“Peristiwa hantaran listrik pada semikonduktor adalah akibat
adanya dua partikel masing-masing bermuatan positif dan negatif
yang bergerak dengan arah yang berlawanan akibat adanya
pengaruh medan listrik”
Akibat adanya dua pembawa muatan tersebut, besarnya rapat arus dinyatakan sebagai:
Karena timbulnya lubang dan elektron terjadi secara serentak, maka pada
semikonduktor murni, jumlah lubang sama dengan jumlah elektron atau dituliskan
sebagai
n = p = ni (6.2)
dimana n i disebut sebagai konsentrasi intrinsik. Beberapa properti dasar silikon dan
germanium diperlihatkan pada tabel 6.1.
Tabel 6.1 Beberapa properti dasar silikon dan germanium pada 300 K
Properti Silikon Germanium
Energi terlarang/gap (eV) 1,1 0,67
Mobilitas elektron, µ n ( m 2 V −1s −1 ) 0,135 0,39
56 ELEKTRONIKA DASAR
6.2 Semikonduktor Ekstrinsik (Tak Murni)
Kita dapat memasukkan pengotor berupa atom-atom dari kolom tiga atau lima dalam
tabel periodik (memberi doping) ke dalam silikon atau germanium murni (lihat gambar
6.3). Elemen semikonduktor beserta atom pengotor yang biasa digunakan diperlihatkan
pada tabel 6.3.
Bahan Semikonduktor 57
memberikan elektron, maka atom pengotor ini disebut sebagai atom donor. Secara
skematik semikonduktor tipe-n digambarkan seperti terlihat pada gambar 6.3.
(a)
J K L M N O P Q R N S K
n o
k m
f g f h i j
T U V W X Y
T ]
V W [ \ W \ U X
(b) Z
^ _ ` a b c ^ d ` d e a _
k l
A B C D E D F G H I B
Gambar 6.3 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi lima
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita energi
semikonduktor tipe-n, perhatikan letak tingkat energi atom donor.
58 ELEKTRONIKA DASAR
sebuah muatan positif dari atom silikon yang tidak berpasangan (lihat gambar 6.4) yang
disebut lubang (hole). Material yang dihasilkan dari proses pengotoran ini disebut
semikonduktor tipe-p karena menghasilkan pembawa muatan negatif pada kristal yang
netral. Karena atom pengotor menerima elektron, maka atom pengotor ini disebut
sebagai atom aseptor (acceptor). Secara skematik semikonduktor tipe-p digambarkan
seperti terlihat pada gambar 6.4.
(a)
y z { | } ~ } z
£ ¥
(b)
¡ ¢
£ ¤
p q r s t s u v w x q
Gambar 6.4 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi tiga
menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita energi
semikonduktor tipe-p, perhatikan letak tingkat energi atom aseptor.
Bahan Semikonduktor 59
6.3 Generasi dan Rekombinasi
Proses generasi (timbulnya pasangan elektron-lubang per detik per meter kubik)
tergantung pada jenis bahan dan temperatur. Energi yang diperlukan untuk proses
generasi dinyatakan dalam elektron volt atau eV. Energi dalam bentuk temperatur T
dinyatakan dengan kT, dimana k adalah konstanta Boltzmann. Analisa secara statistik
menunjukkan bahwa probabilitas sebuah elektron valensi menjadi elektron bebas adalah
sebanding dengan e − eVG / kT . Jika energi gap eVG berharga kecil dan temperatur T tinggi
maka laju generasi termal akan tinggi.
Pada semikonduktor, elektron atau lubang yang bergerak cenderung
mengadakan rekombinasi dan menghilang. Laju rekombinasi (R), dalam pasangan
elektron-lubang per detik per meter kubik, tergantung pada jumlah muatan yang ada.
Jika hanya ada sedikit elektron dan lubang maka R akan berharga rendah; sebaliknya R
akan berharga tinggi jika tersedia elektron dan lubang dalam jumlah yang banyak.
Sebagai contoh misalnya pada semikonduktor tipe-n, didalamnya hanya tersedia sedikit
lubang tapi terdapat jumlah elektron yang sangat besar sehingga R akan berharga sangat
tinggi. Secara umum dapat dituliskan:
R = rn p (6.3)
Dalam kondisi setimbang, besamya laju generasi adalah sama dengan besarnya
laju rekombinasi. Pada semikonduktor murni (silikon atau germanium) berlaku
g = g i = Ri = r n i p i = r n i2 (6.4)
atau
n p = n i2 (6.5)
atau dengan kata lain perkalian konsentrasi elektron dan lubang menghasilkan suatu
konstanta, jika salah satu dinaikkan (melalui proses doping), yang lain harus berkurang.
60 ELEKTRONIKA DASAR
Jika kita menambanhkan atom pengotor pada semikonduktor murni, praktis semua atom
donor atau aseptor terionisasi pada suhu ruang. Pada semikonduktor tipe-n, konsentrasi
atom donor ND>> ni, dengan konsentrasi elektron sebesar
nn ≅ N D (6.6)
ni2 n2
pn = ≅ i (6.7)
nn N D
n i2
pp ≅ N A dan np ≅ (6.8)
NA
6.4 Difusi
Jika konsentrasi doping tidak merata (nonuniform) maka akan didapat konsentrasi
partikel yang bermuatan yang tidak merata juga, sehingga kemungkinan terjadi
mekanisme gerakan muatan tersebut melalui difusi. Dalam hal ini gerakan partiket
harus random dan terdapat gradien konsentrasi. Misalnya konsentrasi elektron pada
salah satu sisi bidang lebih besar dibandingkan sisi yang lain, sedangkan elektron
bergerak secara random, maka akan terjadi gerakan elektron dari sisi yang lebih padat
ke sisi yang kurang padat. Gerakan muatan ini menghasilkan “arus difusi” yang
besamya sebanding dengan gradien konsentrasi dn/dx. Kerapatan arus difusi karena
aliran elektron diberikan oleh
Bahan Semikonduktor 61
dn
J n = qDn (6.9)
dx
dimana Dn = konstanta difusi untuk elektron (m2s-1). Jika dn/dx berharga positif,
gerakan elektron pada arah -x menghasilkan arus positif pada arah +x. Dengan cara
yang sama untuk lubang diperoleh
dp
J p = − qD p (6.10)
dx
µn µ p q
= = (6.11)
Dn D p kT
62 ELEKTRONIKA DASAR
7 DIODE SAMBUNGAN P-N
7.1 Semikonduktor
Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari karakteristik bahan semikonduktor
beserta kemampuannya untuk menghantarkan listrik. Berdasarkan tingkat kemurnian
atom penyusunnya, terdapat dua kelompok semikonduktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Untuk kelompok ekstrinsik terdapat dua jenis/tipe semikonduktor yaitu semikonduktor
tipe-p dan semikonduktor tipe-n. Bahan semikonduktor yang banyak dipelajari dan
secara luas telah dipakai adalah bahan silikon (Si).
Semikonduktor tipe-n dibuat dari bahan silikon murni dengan menambahkan
sedikit pengotor berupa unsur valensi lima. Empat elektron terluar dari “donor” ini
berikatan kovalen dan menyisakan satu elektron lainnya yang dapat meninggalkan atom
induknya sebagai elektron bebas. Dengan demikian pembawa muatan mayoritas pada
bahan ini adalah elektron.
Hal yang sama, semikonduktor tipe-p dibuat dengan mengotori silikon murni
dengan atom valensi tiga, sehingga meninggalkan kemungkinan untuk menarik
elektron. Pengotor sebagai “aseptor” menghasilkan proses konduksi dengan lubang
(hole) sebagai pembawa muatan mayoritas.
7.2 Diode
Misalkan kita memiliki sepotong silikon tipe-p dan sepotong silikon tipe-n dan secara
sempurna terhubung membentuk sambungan p-n seperti diperlihatkan pada gambar 7.1.
Sesaat setelah terjadi penyambungan, pada daerah sambungan semikonduktor
terjadi perubahan. Pada daerah tipe-n (gambar 7.1, sebelah kanan) memiliki sejumlah
elektron yang akan dengan mudah terlepas dari atom induknya. Pada bagian kiri (tipe-
p), atom aseptor menarik elektron (atau menghasilkan lubang). Kedua pembawa
muatan mayoritas tersebut memiliki cukup energi untuk mencapai material pada sisi
1 2 3 4 5 6 7 3
D
5 6 8 9 : 8
A B E A B A @
C
C < = < > ? @ A B
!
C
C
( (
; ;
;
;
; ;
¥ ¦ § ¨ ¦ § ¦ ©
F G H I J K
m n o p q r s t n u
¤
¤ ¡ ¢ £
v w x y z { l
| } ~
¤
¤
l
L
L L
l
L
l
l
L
l
g h i j k
S T U V W X Y Z [ \ W X
] ^ _ ` _ a b c d _ e _ f
M N O P Q R
ε
Gambar 7.2 Mekanisme aliran muatan pada daerah sambungan
64 ELEKTRONIKA DASAR
pasangan lubang-elektron. Salah satu dari pembawa muatan minoritas ini, misalnya
elektron pada tipe-p, akan mengalami pengaruh dari proses penolakan elektron difusi
dari tipe-n. Dengan kata lain elektron minoritas ini akan ikut tertarik ke semikonduktor
tipe-n. Gerakan pembawa muatan akibat pembangkitan termal ini lebih dikenal sebagai
“drift”. Situasi akan stabil saat arus difusi sama dengan arus drift.
Pada daerah sambungan/daerah diplesi yang sangat tipis terjadi pengosongan
pembawa muatan mayoritas akibat terjadinya difusi ke sisi yang lain. Hilangnya
pembawa muatan mayoritas di daerah ini meninggalkan lapisan muatan positip di
daerah tipe-n dan lapisan muatan negatif di daerah tipe-p.
Lapisan muatan pada daerah diplesi ini dapat dibandingkan dengan kapasitor
keping sejajar yang termuati. Karena terjadi penumpukan muatan yang berlawanan
pada masing-masing keping, maka terjadi perbedaan potensial yang disebut sebagai
“potensial kontak”atau “potensial penghalang” Vo (lihat gambar 7.3). Keadaan ini
disebut diode dalam keadaan rangkaian terbuka.
Ó Ô Õ Ö Ô ×
Í
Ê É Î Ê Ï È
Ç È É Ê Ë Ò
Ç È É Ê Ë É Ì
ρ
ª
« ¬ ¬ ® ¯ ° ¬ ® ¬ ±
ε
¼ ½ ¾ ¿ À Á Â Ã Ä Å Â Æ
Ð Ñ
² ³ ´ µ ¶ · ¸ ¹ º »
Dalam keadaan rangkaian terbuka seperti diperlihaatkan pada gambar 7.3, hanya
pada daerah deplesi yang terjadi penumpukan muatan pada masing-masing sisi; daerah
lainnya dalam keadaan netral. Penumpukan muatan pada daerah deplesi mengakibatkan
ð ñ ò ó ô ò
þ
Ý Þ
â ã ä å æ ç è ã é ñ ð
õ ö ÷ ø ù ö ú
ê ë ì í î ï
þ ÿ þ
û ü û
Û Ü
Ø Ù Ú ß à á
Gambar 7.4 Diode p-n berpanjar maju (forward bias): a) Rangkaian dasar dan
b) Potensial penghalang mengalami penurunan.
66 ELEKTRONIKA DASAR
7.4 Panjar Mundur (Reverse Bias)
Jika potensial penghalang dinaikkan menjadi Vo + V dengan memasang panjar mundur
sebesar V (lihat gambar 7.5), maka probabilitas pembawa muatan mayoritas memiliki
cukup energi untuk melewati potensial penghalang akan turun secara drastis. Jumlah
pembawa muatan mayoritas yang melewati sambungan praktis turun ke nol dengan
memasang panjar mundur sebesar sekitar sepersepuluh volt.
/ 0 1 2 3 4
! " # $ % &
5
0 4 0 / 7 8
. 6
' ( ) * +
, - ,
Gambar 7.5 Diode p-n berpanjar mundur (reverse bias) a) Rangkaian dasar dan
b) Potensial penghalang meninggi.
Pada kondisi panjar mundur, terjadi aliran arus mundur (Ir) yang sangat kecil
dari pembawa muatan minoritas. Pembawa muatan minoritas hasil generasi termal di
dekat sambungan akan mengalami “drift” searah medan listrik. Arus mundur akan
mencapai harga jenuh -Io pada harga panjar mundur yang rendah.
Harga arus mundur dalam keadaan normal cukup rendah dan diukur dalam µA
(untuk germanium) dan nA (untuk silikon). Secara ideal, arus mundur seharusnya
berharga nol, sehingga harga -Io yang sangat rendah pada silikon merupakan faktor
keunggulan silikon dibandingkan germanium. Besarnya Io berbanding lurus dengan
laju generasi termal g = rn i2 dimana harganya berubah secara eksponensial terhadap
perubahan temperatur.
-q(Vo - V)/ η kT
e
9 : ; < : = > ? @ = > A B C D @ ?
E F G H I J G I J K F L I M N J G G
O P Q R S T O U V W X
Y Z [ \ [ ] ^ _ ^ ` \ a b ]
(
I = I o eV /ηVT − 1 ) (7.3)
Persamaan 7.3 merupakan karakteristik I-V umum diode. Jika V berharga positif dan
bernilai sebesar sekitar sepersepuluh volt maka persamaan 7.3 menjadi
I ≈ I o e V / ηVT (7.4)
dan juga
1
ln I = (V ) + ln I o (7.5)
ηVT
yaitu akan berupa garis lurus jika diplot pada kertas grafik log-linier (semilogaritmik).
68 ELEKTRONIKA DASAR
Sebagai gambaran karakteristik seperti dalam persamaan 7.5, diukur dua jenis
diode tipe 1N914 dan 1N5061. Hasil plot karakteristik I-V kedua diode seperti terlihat
pada gambar 7.6. Untuk diode 1N914 (diode isyarat-kecil) terlihat mempunyai
kecocokan yang sangat baik dengan persamaan 7.5, kecuali pada arus yang relatif tinggi
dimana hambatan diode memberikan penurunan sebesar IR dengan adanya kenaikan V.
Untuk diode 1N5061 (diode daya 1 amp) juga mempunyai kecocokan yang sangat baik
dengan persamaan 7.5, kecuali pada arus yang relatif rendah. Perhatikan bagaimana Io
hanya berharga pada orde nA untuk diode silikon di atas.
Gambar 7.6 Karakteristik I-V diode tipe 1N914 dan 1N5061 pada skala semilogaritmik
I 1 = I o e V1 / ηVT (7.6)
dan
I 2 = I o eV2 / ηVT (7.7)
maka
I 1 / I 2 = e (V1 −V2 ) / ηVT (7.8)
Persamaan 7.8 memperlihatkan bahwa diperlukan perubahan tegangan yang sama untuk
menaikkan arus diode n kali. Besarnya I o tergantung pada pembawa muatan hasil
generasi termal jadi sangat tergantung pada temperatur. Untuk silikon I o akan naik
menjadi dua kali lipat setiap ada kenaikan temperatur 10oC.
Contoh 1
Sebuah diode silikon memiliki karakteristik arus sebesar 1 mA pada tegangan 581 mV
pada kedua ujungnya. Perkirakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan diode agar
memiliki arus sebesar
i) 15 mA
ii) 1 µA
iii) 1 nA dan
iv) 1A
Jawab
Untuk arus I >> Io
I ≈ I o exp(V / ηVT )
karena untuk diode silikon η ≈ 2 maka diperoleh
1 × 10 −3 ≈ I o exp(581 / 50)
70 ELEKTRONIKA DASAR
atau
I o ≈ 8,98 × 10 −9 A
iii) Di sini I berharga lebih rendah dari Io , sehingga kita harus menggunakan persamaan
karakteristik diode secara utuh
10 −9 = 8,98 × 10 −9 (exp (V / 0,05) − 1)
V = 5,3 mV
Hasil ini perlu kita curigai karena pada arus yang begitu rendah mungkin η akan
mendekati satu.
Contoh 2
Misalkan diode silikon pada contoh 1 digunakan sebagai diode pelindung pada suatu
meter dasar 50 c d dengan hambatan dalam sebesar 2500 Ω seperti terlihat pada gambar
7.8). Perkirakan seberapa sukses usaha tersebut.
i j
µ Ω
e f g h e f f
Jawab
Kita harus memeriksa apakah diode tidak mengambil arus terlalu besar saat
meter melewatkan 50 µA. Tegangan pada meter sebesar
50 µA × 2500 Ω = 125 mV
Arus yang melalui diode yaitu panjar maju sebesar
I = I o (exp(V / ηVT ) − 1)
= 8,98 × 10 −9 (exp(125 / 50 ) − 1)
= 100 nA
sedangkan arus mundur diode sebesar Io. Dengan demikian arus total sebesar 109 nA =
0,109 µA. Ini merupakan harga yang sangat kecil dibandingkan dengan harga arus
meter (yaitu 1: 500), sehingga diode tidak mengganggu akurasi meter.
Jika arus sebesar 1 ampere melewati rangkaian pada gambar 7.8, kita telah
melihat pada contoh 1 bahwa tegangan diode akan berharga sebesar 1 V. Harga ini
sebesar 8 kali sensitivitas tegangan meter skala penuh.
72 ELEKTRONIKA DASAR
medan listrik pada sambungan akan menjadi cukup besar untuk menarik elektron dari
ikatan kovalen secara langsung. Dengan demikian akan terjadi peningkatan jumlah
pasangan lubang-elektron secara tiba-tiba dan menghasilkan kenaikan arus mundur
secara tiba-tiba pula. Efek avalanche terjadi pada tegangan di atas tegangan patahan
Zener. Pada tegangan tinggi ini, pembawa muatan memiliki cukup energi untuk
memisahkan elektron dari ikatan kovalen.
( )
u v w x y
z {
I = I o eV /ηVT − 1
| }
m n o p n q r s o t s q
m n o p n q r n p s
Pada daerah patahan, arus mundur berharga sangat besar dan hampir tidak
tergantung pada besarnya tegangan. Penurunan tegangan panjar mundur di bawah Vb
akan menurunkan arus ke harga I o . Dengan mengontrol kerapatan doping, kita dapat
mendesain diode Zener agar memiliki tegangan patahan pada harga dari beberapa volt
sampai beberapa ratus volt. Kondisi penting yang dapat dimanfaatkan adalah
bagaimana diode ini dapat memberikan tegangan yang relatif konstan saat arus berubah-
ubah.
Ã Ä Æ
Ä
½ ¾ ¿ À Á ¾ Â ¾
¶ · ¸ ¹ º » º ¼
´ µ
¡
¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¦ ¨ © ¦ ª « ¬ ® ¯ ° ± ¯ ²
Karakteristik penting diode adalah perbedaan yang ekstrem antara panjar maju
dan panjar mundur. Diode yang ideal memperlihatkan tidak adanya hambatan aliran
arus saat panjar maju dan terdapat hambatan yang besarnya tak terhingga pada panjar
mundur. Pada saat panjar mundur, dapat digambarkan seperti saklar yang sedang
terbuka (gambar 7.11-b) dan pada saat panjar mundur seperti saklar yang tertutup.
Saklar tersebut diilustrasikan seperti pada gambar 7.11-c, dengan segitiga
menggambarkan arah arus maju.
74 ELEKTRONIKA DASAR
ó
é ê ë ì í
ç è
ï ð ñ ò
ô õ
Ó Ô Õ Ö × Ø
Ù Ú Û Ü Ý Þ ß à á Ù ß Û â ã ä å á É Ê Ë Ì Í Î Ï Ð Ñ Ò Ñ Ò
∆v 12 − 10
RZ = = = 200
Ç
∆i 0,01 − 0
Pada model rangkaian diode terdapat sumber tegangan untuk menggambarkan bahwa
arus mundur tidak akan mengalir sampai tegangan negatif pada kaki diode melebihi
10V.
8 9
6 7 7
; < =
! " # $ %
1 2 3 4 5
& )
& *
& '
& (
ö ÷ ø ù ú û ü ý þ ÿ þ ÿ
>
? @ A B C B D E F D
G H L M N O P Q L
I R
76 ELEKTRONIKA DASAR
cukup energi untuk mendaki potensial tersebut. Karakteristik I-V dari ‘Diode Esaki”
diperlihatkan pada gambar 7.14. Terlihat bagaimana arus terowongan memberi
kontribusi terhadap arus yang mengalir terutama pada tegangan maju relatif rendah.
Arus terowongan akan naik dengan adanya kenaikan tegangan sampai efek dari
arus maju mulai memberi kontribusi. Setelah puncak arus I p dicapai, arus terowongan
menurun dengan adanya kenaikan tegangan arus injeksi mulai mendominasi. Arus
puncak I p dan arus lembah I V merupakan titik operasi yang stabil. Karena efek
untuk aplikasi komputer. Lebih jauh antara I p dan I V terdapat daerah dimana
8.1 Pendahuluan
Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya,
namun sebagian besar peralatan menggunakan sember daya AC 220 volt - 50Hz. Di
dalam peralatan tersebut terdapat rangkaian yang sering disebut sebagai adaptor atau
penyearah yang mengubah sumber AC menjadi DC. Bagian terpenting dari adaptor
adalah berfungsinya diode sebagai penyearah (rectifier). Pada bagian ini dipelajari
bagaimana rangkaian dasar adaptor tersebut bekerja.
78 ELEKTRONIKA DASAR
% &
'
&
- . / 0 1 2 1 3
" " # $
( ) * + ,
Rangkaian Penyearah 79
D E F G
A C
A B
> ? @
< =
5 6 7 8 9 : 9 ;
80 ELEKTRONIKA DASAR
negatif. Untuk model penyearah jembatan ini kita tidak memerlukan transformator
yang memiliki center-tap.
Seperti ditunjukkan pada gambar 8.4, bagian masukan AC dihubungkan pada
sambungan D1-D2 dan yang lainnya pada D3-D4. Katode D1 dan D3 dihubungkan
degan keluaran positif dan anode D2 dan D4 dihubungkan dengan keluaran negatif
(tanah).
Misalkan masukan AC pada titik A berharga positif dan B berharga negatif,
maka diode D1 akan berpanjar maju dan D2 akan berpanjar mundur. Pada sambungan
bawah D4 berpanjar maju dan D3 berpanjar mundur. Pada keadaan ini elektron akan
mengalir dari titik B melalui D4 ke beban , melalaui D1 dan kembali ke titik A.
Pada setengah periode berikutnya titik A menjadi negatif dan titik B menjadi
positif. Pada kondisi ini D2 dan D3 akan berpanjar maju sedangkan D1 dan D4 akan
berpanjar mundur. Aliran arus dimulai dari titik A melalui D2, ke beban, melalui D3
dan kembali ke titik B. Perlu dicatat di sini bahwa apapun polaritas titik A atau B, arus
yang mengalir ke beban tetap pada arah yang sama.
O P
Z [
] ^ _ ` a b a c
L L M N
Q R S T U
V
H I J
W X Y
Rangkaian Penyearah 81
Diode D1 dan D2 adalah penyearah untuk bagian keluaran positif. Keduanya
dihubungkan dengan ujung transformer. Diode D3 dan D4 merupakan penyearah untuk
keluaran negatif. Titik keluaran positif dan negatif diambil terhadap CT sebagai
referensi atau tanah.
{ |
o p x
y w
v z
k k l m n
h i
e f g v w
r s
t u
Misalkan pada setengah periode titik atas transformer berharga positif dan
bagian bawah berharga negatif. Arus mengalir lewat titik B melalui D4, R L 2 , R L1 , D1
dan kembali ke terminal A transformator. Bagian atas dari R L1 menjadi positif
sedangkan bagian bawah R L 2 menjadi negatif.
Pada setengah periode berikutnya titik atas transformer berharga negatif dan
bagian bawah berharga positif. Arus mengalir lewat titik A melalui D3, R L 2 , R L1 , D2
dan kembali ke terminal B transformator. Bagian atas dari R L1 tetap akan positif
sedangkan bagian bawah R L 2 berpolaritas negatif. Arus yang lewat R L1 dan R L 2
mempunyai arah yang sama menghasilkan tegangan keluaran bagian atas dan bagian
bawah pada R L1 dan R L 2 .
82 ELEKTRONIKA DASAR
Secara praktis kita dapat memasang sebuah kapasitor besar pada kaki-kaki beban,
karana kapasitor dapat bersifat hubung terbuka untuk komponen DC dan mempunyai
impedansi yang rendah untuk komponen AC.
} ~
Gambar 8.6 Arus beban sebagai fungsi dari tegangan keluaran untuk tapis-C dan tapis-L
Rangkaian Penyearah 83
kondisi ini tiba-tiba tegangan kapasitor menjadi besar dan arus yang mengalir menjadi
besar (dalam ini, i = C dv / dt; dv / dt = ∞ ). Saat masukan membesar keluaran juga
akan membesar, namun saat masukan menurun tegangan kapaasitor atau keluaran tidak
mengalami penurunan tegangan karena tidak ada proses penurunan tegangan. Dalam
keadaan ideal ini, tegangan keluaran DC akan sama dengan tegangan puncak masukan
dan akan ditahan untuk seterusnya.
£ ¤
¦ § ¨ © ª « ª ¬
¡ ¢
a)
¯ ° ± ² ³ ´ ³ µ
b)
® ¶ ·
Gambar 8.7 Penyearah tanpa beban : a) Rangkaian dengan tapis kapasitor dan
b) bentuk keluaran
84 ELEKTRONIKA DASAR
b. Penyearah Setengah Gelombang Dengan Beban Dan Tapis Kapasitor
Pada gambar 8.8-a kita menambahkan sebuah kapasitor sebagai tapis pada penyearah
setengah gelombang. Pada setengah periode positif (1), diode berpanjar maju dan arus
mengalir dari B menuju A melewati C, beban dan diode. Kapasitor C akan dengan
cepat terisi seharga tegangan puncak masukan, pada saat yang sama arus juga mengalir
lewat beban. Arus awal yang mengalir pada diode biasanya berharga sangat besar
kemudian berikutnya akan mengalami penurunan (lihat gambar 8.8-b).
¼ ½ ¾ ¿ À Á Â Ã Â Ä
Ê Ë Ì Å Æ Ç È É
¹ ¹ º »
a)
Tegangan
masukan
Tegangan diode
b)
Arus diode, Id
Rangkaian Penyearah 85
Pada saat masukan negatif (2) diode berpanjar mundur. Pada kondisi ini diode
tidak berkonduksi dan tegangan pada C akan dilucuti melalui hambatan R L . Hasilnya
berupa arus pelucutan yang mengalir lewat C dan R L . Dengan demikian walaupun
diode dalam kondisi tidak berkonduksi, resistor R L tetap mendapatkan aliran arus
pengosongan kapasitor tersebut. Akibatnya, tegangan pada R L akan tetap terjaga pada
harga yang relatif tinggi.
Proses pengosongan C terus berlanjut sepanjang periode negatif. Menjelang
akhir setengah periode negatif terjadi penurunan keluaran dengan harga V RL terendah
sebelum akhirnya periode positif berikutnya datang. Kemudian diode akan berpanjar
maju lagi dan C mengalami proses pengisian lagi. Dalam proses pengisian ini
diperlukan arus diode (Id ) yang lebih rendah. proses di atas akan terus berulang pada
periode positif dan negatif berikutnya.
Efektivitas kapasitor sebagai tapis tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah :
1. Kapasitas/ukuran kapasitor
2. Nilai beban RL yang dipasang
3. Waktu
Ketiga faktor tersebut mempunyai hubungan
T = R×C (8.1)
dimana T adalah waktu dalam detik, R adalah hambatan dalam ohm dan C adalah
kapasitansi dalam farad. Perkalian RC disebut sebagai “konstanta waktu” merupakan
ukuran seberapa cepat tegangan dan arus tapis (kapasitor) merespon perubahan pada
masukan. Kapasitor akan terisi sampai sekitar 62,2% dari tegangan yang dekenakan
selama satu konstanta waktu. Demikian saat dikosongkan selama satu konstanta waktu,
maka tegangan kapasitor akan turun sebanyak 62,2%. Untuk mengisi kapasitor sampai
penuh diperlukan waktu sekitar 5 kali konstanta waktu.
Tapis kapasitor seperti pada gambar 8.8 akan terisi dengan cepat selama periode
positif pertama. Namun kecepatan pengosongan C akan sangat tergantung pada harga
R L . Jika R L berharga rendah proses pengosongan akan berlangsung dengan cepat,
sebaliknya jika R L berharga besar proses pengosongan akan berlangsung lebih lambat.
86 ELEKTRONIKA DASAR
Tapis yang baik adalah jika proses pengosongan berlangsung lambat sehingga VRL
mengalami sedikit perubahan. Tapis-C akan bekerja dengan baik jika R L berharga
relatif tinggi. Jika R L berharga rendah, yaitu jika penyearah mengalami pembebanan
yang terlalu berat, maka tegangan “riak” (ripple) akan lebih nampak pada keluarannya.
dq v
=i=− (8.2)
dt RL
dv 1 dq v
= ⋅ =− . (8.3)
dt C dt RL C
Rangkaian Penyearah 87
Ø
× Ø
a)
Ý Þ ß à á â á ã
ä
Ô Ô Õ Ö
Ü
Ú Û
Ð Ñ
Ò Ó
å æ ç è é ê é ë ì æ ë í æ î é ï é ë
ô õ ö ÷ ø ù ø ú ú û ø ü ø
b)
ð ñ ò ó
88 ELEKTRONIKA DASAR
d. Komponen DC dan Tegangan Riak
Misalkan pada gambar 8.9 kita mempunyai
v1 = A sin ω t ,
v 2 = − A sin ω t ,
dimana ω = 2π × 50
Kita berasumsi bahwa tegangan keluaran mencapai puncak A bersamaan dengan
masukan, dan mengalami penurunan menurut
v
dv / dt = −
RL C (8.4)
≈ − A / RL C
δv = (dv / dt ) × (12 T )
A 1 (8.5)
≅ ×
RL C 2 f
dengan demikian tegangan riak (ripple) puncak-ke-puncak dapat dituliskan sebagai
prosentase tegangan keluaran, diberikan oleh
≅ 100 / (2 R L C f ) (8.6)
100 / (2 × 10 2 × 10 −3 × 50 ) = 10%
Rangkaian Penyearah 89
yaitu, tegangan DC turun 5% dan harga tegangan akan berubah-ubah pada harga 90% -
100% dari nilai puncak. Jika penyearah hanya mendapatkan beban yang rendah,
pendekatan di atas dapat kita gunakan. Namun jika beban terlalu besar maka diperlukan
pendekatan baru seperti akan dibahas pada bagian berikut ini.
i D = (v t − v D − v o ) / R (8.7)
dimana
v t = tegangan sesaat transformator hubung-terbuka
ÿ
ω
" #
!
Gambar 8.10 Bentuk isyarat keluaran untuk beberapa variasi arus diode
90 ELEKTRONIKA DASAR
Nampak jelas bahwa saat arus beban meningkat, v o harus mengalami penurunan
untuk menaikkan arus diode. Ini juga berarti bahwa diode akan berkonduksi lebih lama.
Sekarang v o tidak lagi mencapai harga puncak transformator (lihat gambar 8.10,
memperlihatkan isyarat keluaran untuk variasi arus diode).
< =
? @
9 :
, -
. / 0 1 2 3 2 4 5 6 7 5 /
$ % & ' ( ) ( * +
Rangkaian Penyearah 91
Secara praktis induktor tunggal jarang digunakan sebagai tapis. Kombinasi LC
lebih banyak digunakan, yaitu dengan memasang seri antara induktor dan kapasitor
yang dihubungkan secara paralel dengan beban (lihat gambar 8.12). Induktor akan
mengontrol perubahan besar pada arus beban sedangkan kapasitor digunakan untuk
menjaga tegangan keluaran pada harga yang konstan. Kombinasi LC ini dapat
menghasilkan tegangan keluaran DC yang relatif lebih halus.
X Y
[ \ ]
U V
H I
J K L M N O N P Q R S Q K
A B C D E F E G
^ _ ` a _ b c b d
e f g h i f j k l m n o p q r s u v w x
92 ELEKTRONIKA DASAR
8.6.3 Tapis-Pi
Penyearah Pi dibuat dengan menambahkan sebuah kapasitor pada penyearah tapis-LC.
Kedua kapasitor terhubung secara paralel dengan beban R L dan seri dengan induktor L.
Seperti terlihat pada gambar 8.13, penempatan komponen ini membentuk huruf Yanani
pi (Π) sesuai dengan nama tapis ini.
Pengoperasian tapis-pi dapat dipahami dengan melihat L dan C2 sebagai tapis
LC. Bagian rangkaian ini berfungsi sebagai tegangan keluaran dari input tapis C1.
Sedangkan C1 terisi oleh puncak masukan penyearah. Tentu saja keluaran ini akan
memiliki tegangan riak identik dengan tapis-C. Tegangan ini diumpankan ke C2
melalui induktor L. C2 kemudian menahan muatannya pada intervaal waktu sesuai
konstanta waktu R L C 2 . Hasil ini akan mendapatkan proses penyaringan lebih lanjut
oleh L dan C2. Dengan demikian tegangan riak pada tapis ini akan jauh lebih rendah
dibandingkan dengan tapis-C tunggal. Namun demikian terdapat penurunan tegangan
keluaran akibat melewati induktor L.
8.6.4 Tapis-RC
Jika diinginkan pemasangan tapis yang lebih sederhana makan tapis-pi dapat digantikan
dengan tapis-RC. Seperti diperlihatkan pada gambar 8.14, untuk membuat tapis-RC
cukup dengan mengganti induktor pada tapis-pi dengan sebuah resistor. Ini sangat
praktis mengingat induktor mempunyai bentuk fisik yang lebih besar, lebih berat dan
berharga jauh lebih mahal. Namun kualitas tapis-RC tidak sebagus tapis-pi, biasanya
terjadi penurunan keluaran DC dan terjadi kenaikan tegangan riak.
y z { | z } ~ }
Rangkaian Penyearah 93
Dalam pengoperasiannya, C1 termuati oleh keluaran penyearah jembatan sampai
pada harga puncak. Saat masukan dari penyearah mengalami penurunan, maka akan
terjadi proses pengosongan C1`melalui resistor R dan R L . Penurunan tegangan pada R
akan menurunankan tegangan keluaran. Kapasitor C2 akan termuati pada harga puncak
tegangan R L . Besarnya tegangan DC tapis akan tergantung pada besarnya arus beban.
Arus beban yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tegangan pada R semakin menurun.
Pada prakteknya tapis-RC digunakan untuk catu daya dengan arus beban kurang dari
100mA.
« ¬ ® ¯ ° ± ¬ ² ³ ± ¬ ´ µ ¶ · µ ¸ ¹ ¸ º
Ì Í Î Ï Ð Ñ Î Ï Ò Ó Ô Õ Ö
¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ © ª
×
» ¼ ½ ¾ ¿ À ¿ Á Â Ã Ä Å Æ Ç È É Ê
Ó Ø Õ Ù Õ Ú Õ Ö
È Ã Ä Ç Ë Ä Ç Ë
÷ ø ù ú û ü ý ø þ ù ÿ ý ø
Û Ü Ý Þ ß Ü à á â ã ä
î ï ð ñ ò ó ô õ ö
å æ ç è ç é ç ê ë ì
94 ELEKTRONIKA DASAR
Sejumlah rangkaian regulator sudah digunakan untuk meningkatkan kualitas
catu daya. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah dengan memasang
diode zener seperti diperlihatkan pada gambar 8.16. Diode zener dipasang paralel atau
shunt dengan R L . Regulator ini hanya memerlukan sebuah diode zener terhubung seri
dengan resistor RS . Perhatikan bahwa diode zener dipasang dalam posisi berpanjar
mundur. Dengan cara pemasangan ini, diode zener hanya akan berkonduksi saat
tegangan mundur mencapai tegangan patah (break-down).
*
+ ,
% '
# $
- . / 0
& & ( )
"
Skema pencatu daya dengan regulasi diode zener diperlihatkan pada gambar
8.17. Penyearah berupa rangkaian diode bentuk jembatan dengan proses penyaringan
dengan tapis-RC. Resistor seri pada rangkaian ini berfungsi ganda. Pertama, resistor
ini menghubungkan C1 dan C2 sebagai rangkaian tapis. Kedua, resistor ini berfungsi
sebagai resistor seri untuk regulator. Diode zener dapat dipasang dengan sebarang
harga tegangan patah, misalnya sebesar 9 V.
Rangkaian Penyearah 95
9 TRANSISTOR
96 ELEKTRONIKA DASAR
Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p. Untuk
jenis n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan tingkat doping
yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan semikonduktor tipe-n. Karena alasan
sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut “basis” (base), salah satu bagian tipe-n
(biasanya mempunyai dimensi yang kecil) disebut “emitor” (emitter) dan yang lainya
sebagai “kolektor” (collector). Secara skematik kedua jenis transistor diperlihatkan pada
gambar 9.1.
Tanda panah pada gambar 9.1 menunjukkan kaki emitor dan titik dari material
tipe-p ke material tipe-n. Perhatikan bahwa untuk jenis n-p-n, transistor terdiri dari dua
sambungan p-n yang berperilaku seperti diode. Setiap diode dapat diberi panjar maju
atau berpanjar mundur, sehingga transistor dapat memiliki empat modus pengoperasian.
Salah satu modus yang banyak digunakan disebut “modus normal”, yaitu sambungan
emitor-basis berpanjar maju dan sambungan kolektor-basis berpanjar mundur. Modus
ini juga sering disebut sebagai pengoperasian transistor pada “daerah aktif”.
Transistor 97
d
a
P ] d
f g
] ^
F G H I J K Z S T [ Y \ S U
8 9 : ; < = 9 > _ ` _ d e
b c
? @ A B A
7
D
7
L M N O P Q R S T U V W X Y V P V W
! " # $ % & ' $ & % ( ! ) ) * + ( , - . / 0 1 2 3 0 2 1 4 5 6 7 6 1
98 ELEKTRONIKA DASAR
h i j k l m n o p q p r s t u v w s x
~
| }
y z {
¸ ¹
³
½
µ ¶
» ¼
· ¾
º
´
§ ¨ © ª « ¬ ® ¯ ® ° ¨ ¬ ± ¨ ²
¡ ¡ ¢ £
¥ ¦
» ¼
¤
¿ À Á Â Ã Ä Å Æ Ç È Ç É Ê Ë Ì Í Î Ê Ï
Ð
α
γ
Ø Ù
û ü ý þ ÿ
α γ
ß
Þ
Ú Ü Ý
Þ ß
é ê ë ì í î ï ð ñ ò ï
γ
Ú Û Ü Ý
Ú Û Ü Ý Þ ß
Ñ Ò Ó Ô Õ Ö
ó ô î ñ ð õ ö ÷ ø ù
α
à á â ã ä å æ ç è
Gambar 9.4 Skema pergerakan pembawa muatan pada pengoperasian transistor n-p-n.
Transistor 99
9.4 Karakteristik DC
Karakteristik DC dari BJT dapat diprediksi dengan melihat aliran pembawa muatan
melewati sambungan dan ke basis. Dengan sambungan emitor berpanjar maju dan
sambungan kolektor berpanjar mundur (biasa disebut operasi normal, pengoperasian di
daerah aktif), gerakan pembawa muatan pada transistor n-p-n seperti diskemakan pada
gambar 9.4.
Komponen terbesar dari arus emitor iE terdiri atas elektron yang mengalir
melewati penurunan tegangan potensial ( Vo − VEB ) ke sambungan emitor-basis.
Efisiensi emitor (γ) berharga mendekati satu sehingga arus hampir terdiri atas semua
elektron yang terinjeksi dari emitor. Komponen lain adalah aliran lubang dari basis
yang juga difasilitasi oleh penurunan tegangan penghalang tersebut. Daerah basis
memiliki tingkat doping yang lebih rendah dibandingkan daerah emitor, sehingga arus
lubang relatif lebih rendah. Kedua jenis muatan mengalir melalui proses difusi.
Elektron yang “terinjeksi” dari emitor ke basis dapat mengalir melalui
sambungan emitor-basis secara bebas karena beberapa sebab
i) tidak ada tegangan yang melawannya,
ii) hanya terdapat jarak yang pendek pada daerah basis (tipis) dan
iii) hanya terdapat jumlah lubang yang relatif rendah sehingga tidak banyak
elektron yang tertangkap lubang dan hilang, yaitu dengan proses
rekombinasi.
Dengan proses pabrikasi transistor yang benar, kurang lebih 99 - 99,9% elektron
yang terinjeksi berhasil mencapai sambungan basis-kolektor (faktor α biasanya
berharga sekitar 0,98). Elektron tersebut tidak mengalami kesulitan akibat penurunan
tegangan penghalang.
Arus elektron α iE mendominasi besarnya arus kolektor. Komponen lain dari
arus kolektor berupa arus drift melewati sambungan kolektor-basis dari pembawa
muatan minoritas hasil generasi termal. Jika kita memasang tegaangan v EB pada
sambungan emitor-basis, kita menginjeksi arus yang diberikan oleh persamaan arus
diode
( )
− iE = I CBO e − vEB /VT − 1 (9.1)
biasanya lebih sering ditulis sebagai I o . Fuge factor (η) untuk transistor biasanya tidak
diperlukan. Tanda negatif hanya untuk memenuhi perjanjian konvensional, tidak perlu
terlalu dirisaukan. Harga arus iE sangat tergantung pada tegangan v EB .
iC ≈ −α iE (9.2)
iE − (α iE ) = iE (1 − α )
iB = −iE (1 − α )
iC
=
α
1−α
iC
=
β
yaitu
iC = β iB (9.3)
β disebut penguatan arus (current gain), dimana harganya akan sangat bervariasi dari
satu transistor ke yang lain walaupun mempunyai seri dan tipe yang sama. β d apat
berharga serendah 20 dan dapat berharga setinggi 2000, namun biasanya berharga
sekitar 100-200.
Transistor 101
β
β
Untuk rangkaian transistor seperti terlihat pada gambar 9.5, kita melihat bahwa
v EB mengontrol arus emitor (β + 1)iB , tetapi hanya mencatu arus basis iB yang relatif
rendah. Karena terminal emitor dipakai bersama oleh v EB dan vCE , maka ragkaian
tersebut disebut konfigurasi emitor-bersama (common-emitter configuration).
Besarnya arus kolektor sepenuhnya tergantung pada tegangan kolektor,
sepanjang sambungan kolektor-basis berpaanjar mundur. Karenanya arus iC dapat
hubungan antara iE dan v EB . Gambar 9.6 menunjukkan plot iC dan v EB untuk dua tipe
transistor yang relatif murah dalam skala semilogaritmik (linier-logaritma). Nampak
bahwa kedua transistor menunjukkan karakteristik eksponensial.
Perlu diperhatikan bahwa v EB adalah tegangan dari emitor ke basis, yaitu
v EB = v E − v B
v BE = v B − v E
dan juga
vCE = vC − v E
G H I J J K I
L M N O P
` a
g h i j k l m n o
p q r s
d e f
Q R S T U V W X Y
Z [
] ^ _
& '
D E F
6 7 6 8
@ A B
$ %
9 : ; < = > ? 9
! " #
+ , - ( ) *
. / . 0 1 2 3
4 5
Gambar 9.6 Hubungan antara iC dan v EB untuk transistor jenis 2N3053 dan BC 107
dalam skala semilogaritmik.
Pada bab ini telah kita pelajari karakteristik dasar transistor, setidaknya beberapa
hal penting berikut ini pperlu untuk diingat:
i) Arus emitor ditentukan oleh tegangan emitor-basis dan keduanya memiliki
hubungan eksponensial.
ii) Arus kolektor berharga hampir sama dengan arus emitor dan hampir tidak
dipengaruhi oleh tegangan kolektor (jika vCB ≥ 0 ).
iii) Arus basis merupakan fraksi kecil dari arus kolektor dengan faktor
β = iC / iB , dimana β adalah merupakan konstanta untuk suatu transistor
tertentu.
Transistor 103
KARAKTERISTIK
10 TRANSISTOR
− iE = I o [exp(− v BE / VT ) − 1] (10.1)
iC = β iB (10.2)
kasus tertentu).
Harga β juga sangat bervariasi dari satu transistor ke transistor lain walaupun
untuk tipe yang sama. Untuk transistor tipe 2N3055 (biasanya digunakan untuk arus
besar), hFE untuk arus 4 amper dapat berharga dari 20 – 70. Harga hFE mengalami
β
β
Dengan vCB berharga positif dan emitor hubung terbuka, iE = 0 volt dan bagian basis-
kolektor pada dasarnya berpanjar mundur. ( vCB berharga negatif akan membuat
sambungan kolektor-basis berpanjar maju dan akan mengalir iC berharga negatif).
Untuk iE = 0, iC ≅ I CBO (lihat gambar 10.2-c), karakteristik kolektor mirip dengan
karakteristik diode gambar 10.2-a pada kuadran tiga. Untuk iE = −5 mA, arus kolektor
meningkat sebesar − α i E ≅ +5 mA (lihat persamaan 3.2) dan menampakkan bentuk
kurva. Karena faktor α selalu lebih kecil dari satu ( = β / β + 1 ), maka secara praktis
konfigurasi basis-bersama tidak baik sebagai penguat arus.
_ ` a b !
c d
X Y Z
c d
[ \ ]
e f
/ 0 1
y z { | } ~
N O
M g
P Q R S u v w x
< < ? L L x
J I K 2 3 4 5 3 6
T U V
E ?
G H I H 7 8 9 :
β
¢ £ ¤
β
I CBO
= (1 + β ) I CBO = I CEO (10.5)
1−α
Dengan demikian bentuk sederhana persamaan arus keluaran (kolektor) dalam bentuk
arus masukan (basis) dan nisbah transfer-arus adalah
iC = β iB + I CEO (10.6)
Æ «
Ï Ð Ñ Ò
¬ ® ¯
© ª
Ì Í Î
ü ý ÿ
Ô Õ Ö ×
Ø Ù Ú Û
É Ê Ë
ü ý þ
§ ¨
¼ ½ ¾
ã ä å
ø ù ú á â ã
¦
»
¿ À Á Â Ã Ä Å å ã ö ó
¾ ½ ¼ ó ô õ
Ý Þ ß à
Æ Ç
Ø Ù
æ ç è é ê ë ê ì í î ë ï ð í ï ì é ñ ò î ì í ñ ë
° ± ² ³ ± ´ ± µ ¶ · ´ ¸ ¹ ¶ ¸ µ º ± ¹ ¸ ¹
menghasilkan perubahan yang lebih besar pada β , dan efek dari vCE pada konfigurasi
ini akan lebih nampak dibandingkan pada konfigurasi basis-bersama (lihat juga gambar
10.2-c).
Dengan uraian di atas dapat dibuat catatan penting untuk konfigurasi emitor-
bersama. Arus kolektor iC merupakan fungsi iB dan vCE , sehingga untuk
menggambarkan karakteristik hubungan ketiganya dapat dilakukan dengan
menggambar kurva seperti terlihat pada gambar 10.4-c. Ini merupakaan tipikal
“karakteristik keluaran” dari transistor daya rendah dengan ciri dasar sebagai berikut:
i) Jika vCE > 1 V, iC sangat tergantung pada iB .
ii) Dengan menaikkan vCE , iC akan mengalami sedikit kenaikan, karena daerah
basis relatif tipis.
iii) Untuk vCE < 1 V, arus kolektor untuk suatu harga arus basis jatuh ke harga
Arus kolektor hampir sama dengan arus emitor (untuk vCE > 1 volt), sehingga
berlaku hubungan eksponensial
iC ≈ iE = I o exp(v BE / VT ) (10.7)
Dengan demikian kita memberikan indikasi masukan tegangan v BE (dari pada arus
masukan iB ) yang diperlukan oleh setiap kurva karakteristik jika kita mengetahui v BE .
Untuk suatu transistor dapat berharga sebagai berikut:
iB 10 8 6 4 2 µA
sama antar kurva), namun perubahan iC terhadap v BE jauh dari kondisi linier (tentu saja
mempunyai hubungan eksponensial).
Gambar 10.6 memberikan karakteristik hubungan iC , iB dan vCE untuk
transistor yang lain lagi, yang memberikan gambaran efek dari pemberian tegangan
yang tinggi. Gambar 10.7 memberikan detail dari kurva pada gambar 10.5 untuk
tegangan yang rendah.
pada gambar di bawah. Perkirakan besarnya iC , iE dan vCE . Perhatikan bahwa pada
penggambaran rangkaian elektronika, sumber tegangan (baterai) biasanya dihilangkan,
diasumsikan bahwa terminal +10V (dalam kasus soal ini) dihubungkan dengan tanah.
Ω
+
µ
Jawab
Pada transistor ini
α 0,99 0,99
β= = = = 99
1 − α 1 − 0,99 0,01
Seperti telah diharapkan untuk transistor silikon, I CEO merupakan bagian yang sangat
i E = − (i B + iC ) = −(0,02 + 1,98)10 −3 = −2 mA
iC = β i B
ini berarti
v BE = harga arus sesaat total (AC + DC)
V BE = tegangan panjar (DC)
v be = harga sesaat ac (= f(t))
v BE = V BE + Vbe sin ω t
arus basis i B yang relatif kecil atau dengan mengubah sedikit tegangan basis-emitor
v BE . Karenanya, transistor mempunyai kemungkinan untuk digunakan sebagai
penguatan arus, tegangan atau daya dari suatu masukan. Namun perlu diperhatikan
bahwa bentuk keluaran harus sama dengan bentuk isyarat masukan. Syarat ini tidak
mudah untuk dipenuhi.
Kenyataan di atas adalah benar walaupun masukan hanya berupa isyarat yang
sangat sederhana misalnya berupa fungsi sinus yang berosilasi secara sama di atas dan
di bawah harga 0 volt. Sebagai ilustrasi diperlihatkan pada gambar 11.1-a, yaitu dengan
mengenakan isyarat tersebut pada masukan transistor. Sayangnya, sampai dengan
masukan berharga + 0,6 volt, arus kolektor masih relatif kecil. Saat masukan telah
melebihi harga tegangan ini, arus kolektor membesar dengan cepat, naik sebesar e =
2,718 kali setiap ada kenaikan 25 mV kenaikan masukan (ingant pers. eksponensial).
Besarnya arus agar masukan berada sedikit di atas tingkat kritis diperlihatkan
pada gambar 11.1-b. Besarnya tegangan keluaran diberikan oleh
v CE = VCC − iC R L (11.1)
Ini ditunjukkan pada gambar 11.1-c, bahwa keluaran identik dengan masukan.
Kita kembali pada tipe karakteristik keluaran transistor seperti terlihat pada
gambar 11.2, dimana kita telah mengikutkan nilai v BE untuk setiap kurva karakteristik.
Dari kurva-kurva yang didapat terlihat bahwa seharusnya transistor diberi panjar ( v BE )
sebesar 637 mV. Dengan demikian untuk masukan yang berosilasi ± 10 mV akan
memberikan perubahan arus kolektor yang cukup besar.
"
&
% %
'
+ , - . , / 2
3 3
) *
Karena biasanya
VCC > 3 V
v BE ≈ 0,6 V
IC = β IB (11.4)
dan dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Sayangnya transistor yang digunakan dapat
memiliki β yang bervariasi.
v CE = VCC − iC R L
1 V
iC = − vCE + CC
RL RL
dimana ini akan berupa garis lurus jika diplot dengan v CE sebagai sumbu-x dan iC
sebagai sumbu-y. Garis lurus ini menghubungkan dua titik, yaitu di titik perpotongan
pada sumbu v CE (dimana iC = 0 ) di v CE = VCC , dan di titik perpotongan pada sumbu iC
(dimana v CE = 0 ) di iC = VCC / R L . Garus lurus ini biasa disebut sebagai “garis beban”.
Sebagai contoh pada gambar 11.2 telah disertakan garis beban dengan parameter
VCC = 10 volt R L = 10 k 6
iC = 0,45 mA v CE = 5,5 V
Hal yang sama untuk arus basis 5,6 µA akan memberikan titik seperti ditandai pada
gambar 11.2, yaitu
iC = 0,5 mA v CE = 5 V
Harga di atas merupakan harga DC yang cocok untuk pengoperasian transistor. Titik
ini biasa disebut sebagai titik tenang (quiescent point) Q.
Saat terjadi perubahan i B (atau v BE ), harga iC atau v CE akan naik ke atas atau
turun di bawah garis beban, memperlihatkan adanya perubahan keluaran. Nilai DC arus
dan tegangan yang ditunjukkan oleh titik Q mempunyai beberapa keterbatasan. Pada
gambar 11.5 diperlihatkan karakteristik keluaran beserta garis beban suatu transistor
daya-medium.
B C C
7 8 9
yang akan melawan kenaikan I C . Rangkaian ini tidak dapat menetapkan I C dengan
baik, tetapi paling tidak dapat menjamin bahwa VCE akan berada pada harga paling
tidak 1 volt- atau kemungkinan lain , arus basis akan sangat kecil dan VCE akan
berharga sangat tinggi, tentu ini suatu yang kontradiksi.
Q
W X
Y Z Z
G H I
F J K
L
S T U
v B = VCC × R2 / (R1 + R2 )
V E = V B − 0,6
I E ≈ VE / RE
V × R2 (11.6)
≈ CC − 0,6 / R E
R1 + R2
Jika masukan diharapkan mempunyai efek yang maksimum, maka pada emitor
hampir tidak ada tegangan AC- dan hanya ada di basis. Kapasitor C E memastikan
kondisi tersebut, namun kapasitor harus berharga sangat besar. Perhatikan rangkaian
tertutup v i , C , B − E , C E untuk melihat kenapa digunakan C E .
Agar kita dapat mengabaikan harga arus basis pada perhitungan di atas, arus
pada pembagi potensial harus relatif besar. Ini dimungkinkan karena arus emitor tidak
terlalu tergantung pada besarnya β dari transistor, tetapi kita mengharapkan arus AC
masukan terbuang karena harga R1 , R2 terlalu rendah.
R B = R1 × R2 / (R1 + R2 ) . (11.8)
I E R E = (β + 1)I B R E (11.9)
Dengan menggunakan hukum Kirchhoff tentang tegangan, pada rangkaian tertutup yang
melibatkan V BB , R B , V BE , dan R E , diperoleh
V BB = (β + 1) I B R E + V BE + I B R B
sehingga
V BB − V BE
IB = (11.10)
(β + 1)R E + RB
V B = V E + V BE
IC = β I B
VC = VCC − I C R L (11.11)
Perhatikan bahwa pada persamaan di atas terdapat VC bukan VCE . Jika pada emitor
terdapat resistor seperti rangkaian ini, maka kita harus memodifikasi garis bebannya.
VCE = VC − V E
I R 2 = VB / R2
I R1 = (VCC − V B ) / R1
V BB − V BE
IE = (11.12)
R E + R B / (β + 1)
Dua parameter pada persamaan 11.12 yang bervariasi antara transistor satu dengan
lainnya adalah V BE dan β . V BE biasanya berharga sekitar 0,2 V, sehingga pembilang
V BB − V BE sedikit tergantung pada jenis transistor jika
atau V BB ≥ 3 V (misalnya)
β biasanya berharga paling tidak = 25, sehingga penyebut pada persamaan 11.12 tidak
tergantung pada jenis transistor jika
R E >> R B / 26
Kita tidak perlu menginagt-ingat persamaan di atas, namun dua langkah yang perlu
diingat adalah:
i) Gantikan rangkaian pembagi potensial dengan rangkaian yang lebih
sederhana.
ii) Gunakan analisa rangkaian dengan hukum Kirchhoff tentang tegangan pada
loop basis-emitor.
Jika digunakan dua pencatu daya, rangkaian di atas dapat disederhanakan seperti terlihat
pada gambar 11.7. Di sini masukan tidak perlu dipasang kapasitor, dan masukan akan
berubah-ubah terhadap tanah (ground).
^ _
j j
f k l
b c
_ ` a
i i
Contoh 1
Pada gambar 11.4 misalnya rangkaian mempunyai
VCC = 10 V
RL = 5 k ]
R panjar = 1 M ]
I B = 9,4 V/1 M o
= 9,4 m n
i) IC = β I B
= 0,282 mA
VC = VCC − I C R L
= 10 – 0,282 × 5
= 8,59 V (nilai yang sedikit terlalu tinggi)
= 0,94 mA
VC = 10 − 0,94 × 5
= 5,3 V (panjar yang baik)
= 2,82 mA
VC = 10 − 2,82 × 5
= -4,1 V
tentu saja nilai ini jelas salah. Dengan menggunakan I C = β I B , kita secara
implisit berasumsi bahwa transistor berada dalam daerah aktif, asumsi ini salah.
Jelas transistor berada pada tegangan yang sangat rendah, atau berada pada “daerah
jenuh”. Kita dapat menduga
VC ≈ 0,2 V
= 1,96 mA
Keadaan panjar ini sangat tidak cocok untuk suatu penguat.
R panjar = 470 k s
Jawab
Perhatikan bahwa I C (= β I B ) dan I B keduanya mengalir melalui R L . Karenanya kita
mempunyai
I B = (VC − V BE ) / R panjar
VC = VCC − (β + 1) I B R L
VC = VCC − xVC + xV BE
VCC + xV BE
=
1+ x
i) Untuk β = 30
x = 31 × 5 / 470
= 0,333
10 + 0,33 × 0,6
VC =
1,33
= 7,67 V (harga panjar yang tidak terlalu bagus)
(β + 1) I B = (10 − 6,67 )V/5 k s
I C = 0,45 mA
= 9,36 µA
(β + 1)I B = (VCC − VC ) / R L
= 5 V/5 kΩ
= 1 mA
sehingga ini dapat dicapai jika
(β + 1) = 1 mA/9,36 µA
= 107
Untuk β = 30 kita harus mempunyai arus basis yang lebih, sehingga kita coba VC yang
lebih tinggi, katakan 7 V. Jadi
I B = (7 – 0,6) V/470 kΩ
= 13,6 µA
I C = 0,6 mA
(β + 1) = 44 ( β = 43)
Jelas kita tidak akan mencoba VC yang terlalu tinggi; kita coba 7,5 V.
I B = 14,7 µA
(β + 1)I B = 0,5 mA
(β + 1) = 34 ( β = 33)
Dengan ekstrapolasi dari kedua percobaan kita di atas, selanjutnya kita dapat menduga
33 − 30
V C = 7,5 + × (7,5 − 7,0)
43 − 33
= 7,65 V
Saat
I B = 15 µA
(β + 1)I B = 0,47 mA
(β + 1) = 31,3
= 0,964 mA.
Sebaiknya kita perlu curiga apakah kita tidak melakukan kesalahan perhitungan. Kita
dapat memeriksa dengan menghitung
I B = (5,13 – 0,6) V/470 kΩ
= 9,64 µA
β = 0,964 mA/9,64 u v
= 100
dan ternyata sudah benar.
= 1,43 mA.
R E = 1,8 k w
R1 = 470 k w
R2 = 120 k w
Jawab
Dengan menggunakan persamaan 11.7 dan 11.8 didapat
V BB = 12 × 120 / 590
= 2,44 V
R B = 120 k // 470 k
w w
= 95,6 kΩ
i) Untuk β = 30
V BB − V BE
IB =
(β + 1)R E + R B
(2,44 − 0,6) V
=
(31 × 1,8 + 95,6) k w
= 12,15 x y
IC = β IB
= 30 × 12,15
x y
= 0,36 mA
VC = VCC − I C R L
= 12 − 0,36 × 5
= 10,18 V (agak terlalu tinggi)
I E = 0,38 mA
Perhatikan bahwa V B berada di bawah V BB , keadaan panjar ini akan bekerja lebih baik
jika perbedaan keduanya semakin kecil.
= 6,63 z {
IC = β IB
= 100 × 6,63
z {
= 0,663 mA
VC = VCC − I C R L
= 12 − 0,663 × 5
= 8,68 V (masih agak terlalu tinggi)
I E = 0,670 mA
VE = I E RE
= 1,2 V
V B = V E + V BE
= 1,8 V
= 2,89 } ~
IC = β IB
= 300 × 2,89
} ~
= 0,866 mA
VC = VCC − I C R L
= 12 − 0,866 × 5
= 7,67 V (panjar ya ng cukup bagus)
I E = 0,869 mA
VE = I E RE
= 1,56 V
V B = V E + V BE
= 2,16 V
Harga ini sedikit di bawah V BB , dan rangkaian panjar cukup cocok untuk transistor
dengan β yang sedemikian tinggi.
Contoh 4
Ulangi contoh 3 untuk R1 , R2 yang diturunkan sepuluh kali lebih rendah, yaitu
R1 = 47 k
R2 = 12 k
Jawab
V BB tidak berubah
R B = 9,56 kΩ
= 28,2
IC = β IB
= 30 × 28,2
= 0,845 mA
VC = VCC − I C R L
= 12 − 0,845 × 5
= 7,78 V
I E = 0,873 mA
VE = I E RE
= 1,57 V
V B = V E + V BE
= 2,17 V
Harga ini tidak terlalu jauh dari harga V BB , sehingga kondisi panjar di atas cukup bagus.
Ini akibat kita menaikkan arus pada pembagi tegangan dan arus basis. Perhitungan
untuk kondisi ii) dan iii) dapat diteruskan, secara cepat ambil pendekatan dengan
mengabaikan arus basis.
Contoh 5
Pada gambar 11.8 misalnya rangkaian mempunyai
VCC = V EE = 15 V
R L = 100 k
R E = 220 k
Jawab
Secara sederhana kita mempunyai
V BB = 0 V
V E = −0,6 V
= 65,5
Karena secara efektif kita mempunyai R B = 0 , β tidak diperlukan lagi. Kita dapat
IC ≈ IE
= 65,5
VC = 15 V − 65,5 × 100 k
= 8,45 V