Reni Feronica. 1806124831. Laporan Akhir PKP
Reni Feronica. 1806124831. Laporan Akhir PKP
Reni Feronica. 1806124831. Laporan Akhir PKP
OLEH :
RENI FERONICA
NIM. 1806124831
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI
OLEH :
RENI FERONICA
NIM. 1806124831
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
RENI FERONICA
NIM. 1806124831
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Besri Nasrul, SP, MP.
bimbingan serta nasihat sampai selesainya laporan Praktek Kerja Profesi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
laporan Praktek Kerja Profesi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan
yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan Praktek Kerja Profesi ini
Reni Feronica
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 3
v
4.3 Tugas Pokok dan Fungsi ...................................................................... 22
4.4 Struktur Organisasi .............................................................................. 23
VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 29
6.1. Kegiatan Umum di UPT Proteksi TPTPH Provinsi Riau ...................... 29
6.2 Kegiatan Khusus di UPT Proteksi TPTPH Provinsi Riau ..................... 36
VII PENUTUP............................................................................................... 43
7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 43
7.2 Saran ................................................................................................... 43
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
ix
I PENDAHULUAN
andalan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki fungsi
Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi
kebutuhan harian setiap orang, akan tetapi harus dikonsumsi secukupnya untuk
menghindari nyeri lambung. Namun dalam budidaya cabai tidak sedikit tantangan
(OPT) yang dapat menurunkan kuantitas maupun kualitas produksi, bahkan dapat
tidak jarang petani menerapkan berbagai cara pengendalian OPT yang sebetulnya
nama ilmiah Capsicum sp. Selain memiliki kendala dalam penanaman, cabai juga
memiliki keunggulan bagi petani yaitu dari segi sifatnya yang tidak kenal musim.
Artinya, tanaman cabai dapat ditanam kapanpun tanpa tergantung musim serta
1
perlu memperhatikan kelembaban, karena dengan kelembapan udara yang tinggi
gloeosporioides, atau C. Capsici. Akan tetapi oleh beberapa negara penyakit ini
dianggap sebagai dua penyakit yang masing-masing disebabkan oleh satu jamur.
Penyakit antraknosa merupakan masalah serius bagi para petani cabai karena
bisa menghancurkan panen hingga 20-90% terutama pada saat musim hujan
(Yusuf, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Tahunan BPTPH
Gejala yang timbul pada tanaman cabai yang terserang penyakit antraknosa
yaitu pada buah terlihat bintik-bintik kecil bewarna kehitaman dan berlekuk dan
pada bagian tepinya bewarna kuning. Sedangkan pada biji yang terserang akan
terjadi rebah kecambah. Pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani yaitu
dengan memberika fungisida sintetik yang tidak sesuai dengan anjuran sehingga
sesuai dan tidak membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan (Efri, 2010).
2
Pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai dengan memanfaatkan
1.2 Tujuan
3
II TINJAUAN PUSTAKA
dan berbagai tanaman hias. Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus
yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan dan secara harfiah
(Zulkarnain, 2009).
Tanaman hortikultura terdapat lima jenis yaitu, pertama tanaman buah atau
atau olerikultur contohnya bawang merah, cabai. Ketiga, tanaman bunga atau
obat atau biofarmaka contohnya lidah buaya. Kelima terdapat tanaman lanskap
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai
ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga
4
penyakit tanaman, dan gulma. Tanaman cabai tergolong dalam famili terung-
terungan (Solanaceae) yang tumbuh sebagai perdu atau semak dan termasuk
annuum L.
Tanaman cabai berbentuk perdu yang tingginya 1,5-2 m dan lebarnya tajuk
tanaman dapat mencapai 1,2 m. Daun cabai pada umumnya berwarna hijau cerah
pada saat masih muda dan akan berubah menjadi hijau gelap bila daun sudah tua.
Daun cabai ditopang tangkai daun yang mempunyai tulang menyirip. Bentuk daun
umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung runcing, tergantung pada
jenis dan verietasnya. Bunga cabai berbentuk terompet atau campanulate, sama
dengan bentuk bunga keluarga solanaceae lainnya. Bunga cabai berkelamin dua
(Hermaprodit) dalam satu bunga terdiri dari satu alat kelamin jantan dan betina
dan berwarna putih bersih. Bunga tersusun di atas tangkai bunga terdiri atas dasar
bunga kelopak bunga dan mahkota bunga. Letak buah menggantung panjang
sampai 1-1,5 cm panjang tangkai bunga 1-2 cm. Bentuk buahnya berbeda-beda
Budidaya cabai memerlukan tanah yang memiliki sifat fisik gembur, remah,
dan memiliki derainase yang baik. Jenis tanah yang memiliki karakteristik
tersebut yaitu tanah andosol, regosol, dan latosol. Pertumbuhan cabai pada tanah
yang memiliki pH kurang dari 5,5 kurang optimum. Hal tersebut dikarenakan,
5
tanah masam memiliki kecenderungan menimbulkan keracunan unsur almunium,
menghindari genangan air. Namun, tingkat kemiringan lahan tidak lebih dari 25%.
Lahan yang terlalu miring menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena
Bercak pada daun cabai merupakan salah satu penyakit penting dalam
perkembangan cabai di daerah tropis yang panas dan lembab. Serangan penyakit
ini disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici dan mengakibatkan daun akan
Gejala bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora sp. adalah
berwarna pucat sampai putih, dengan tepi yanglebih tua warnanya. Bercak-bercak
yang tua dapat berlubang. Apabila pada daunterdapat banyak bercak, daun cepat
menguning dan gugur atau langsung gugurtanpa menguning lebih dahulu. Bercak
sering terdapat pada batang, tangkai daun,maupun tangkai buah, tetapi bercak
Penyakit bercak pada daun cabai (Capsicum annum) sangat mudah kelihatan
dengan mata telanjang, karena Cercospora capsici hanya menyerang bagian daun
cabai saja (menyerang tanaman inangnya) tidak menyerang pada bagian batang
6
maupun akar. Bercak yang dibuatnya bisa sampai berlubang, dengan ukuran
daun cabai saja. Cendawan ini sangat berbahaya karena dapat mengganggu proses
tanaman cabai). Apabila curah hujan yang sangat tinggi atau tingkat kelembapan
pada suatu areal pertanaman cabai dan pola jarak tanam tanaman cabai akan
bercak daun cabai. Apabila jarak tanam terlalu rapat maka akan menyebabkan
apabila jarak tanam terlalu jauh maka akan mengurangi hasil produksi. Maka
merupakan cara yang aman karena memiliki selektifitas yang tinggi. Ada 3
ketahanan fungisional, dan ketahanan fisiologi. Ketiganya ini telah di uji secara
Pengendalian dengan cara kultur teknis yaitu dengan cara mulai dari
pemilihan lahan untuk tempat menanamnya, memilih bibi yang baik, mengerjalan
tanah yang ditanamani dengan baik, memilihara areal pertanaman tanaman cabai
7
Pengendalian yang sering digunakan para petani adalah dengan menggunakan
antara lain Baycor 300 EC (dosis 1 cc/l air), Velimex 80 WP (dosis 2-2,5 g/l air),
Dithane M-45 (dosis 180-240 g/100 l air) dan benomyl (dosis sesuai label)
(Setiadi, 2004).
Colletotrichum sp. memiliki gejala pada buah cabai yang sudah menua tampak
spora terbentuk dan memencar secara cepat pada buah cabai, sehingga
sampai ke tangkai buah cabai dan menimbulkan bercak seperti bintik yang tidak
Gejala penyakit antraknosa pada buah cabai besar dimulai dengan kulit buah
buah akan menjadi cekung dan berwarna kecoklatan, sehingga terlihat adanya
seperti luka atau lebih dikenal dengan sebutan lesio. Lesio muncul sedikit demi
sedikit kemudian pada akhirnya dapat menutupi sebagian besar permukaan buah.
Permukaan buah cabai yang terserang penyakit antraknosa akan berair dan
kemudian meluas dan membusuk. Pada buah cabai dengan gejala penyakit
antraknosa berat buah mengering dan keriput, sehingga buah yang seharusnya
8
2.2.3 Penyakit Fusarium sp.
Fusarium sp. adalah jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman dengan
kisaran inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan
air pada jaringan xylem. Salah satu tanaman hortikultura yang diserang oleh
Fusarium sp. adalah tanaman cabai (Capsicum annuum L.) yang mempunyai arti
ekonomi sangat penting dan menjadi salah satu pembatas terjadinya penurunan
jaringan akar, atau melalui akar lateral dan melalui luka-luka, yang kemudian
miselium akan berkembang hingga mencapai jaringan korteks akar. Pada saat
miselium cendawan mencapai xylem, maka miselium ini akan berkembang hingga
akan terbawa ke bagian lain tanaman sehingga mengganggu peredaran nutrisi dan
air pada tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi layu (Semangun, 2007).
Gejala awal dari penyakit layu Fusarium sp. adalah pucat tulang-tulang daun
lebih tua (epinasti) karena merunduknya tangkai daun dan akhirnya tanaman
menjadi layu keseluruhan. Pada tanaman yang masih sangat muda penyakit dapat
menyebabkan tanaman mati secara mendadak karena pada pangkal batang terjadi
9
kerusakan. Sedangkan tanaman dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan terus
gejala mosaik pada tanaman cabai. Cucumber mosaic virus (CMV) termasuk
CMV mempunyai tiga RNA genom beruntai tunggal (RNA 1, 2, 3), satu
RNA subgenom (RNA 4). Masing-masing spesies RNA genomik ini mempunyai
fungsi yang berbeda, Virus ini mempunyai kisaran inang terluas diantara virus
tanaman yang diketahui saat ini, dilaporkan dapat menginfeksi lebih dari 800
spesies tumbuhan dan dapat menyebabkan kerugian besar pada tanaman cabai.
Penyakit antraknosa pada cabai dapat disebabkan oleh tiga spesies cendawan
antraknosa sangat mudah dikenali dengan gejala awal pada buah cabai berupa
bercak kecil dan berair. Ukuran luka tersebut dapat mencapai 3-4 cm pada buah
cabai yang berukuran besar. Pada serangan lanjut yang sudah parah, gejala luka
tersebut lebih jelas tampak seperti luka terbakar matahari dan berwarna antara
merah tua sampai coklat menyala hingga warna hitam. Pada saat sudah parah,
penyakit ini akan sangat merusak, dapat menyebabkan nekrosis dan bercak pada
daun, cabang atau ranting. Penyebab penyakit memencar melalui percikan air dan
jarak pemencaran akan lebih jauh jika disertai adanya hembusan angin. Penyakit
10
antarknosa telah menyebar luas di daerah-daerah pertanaman cabai yang
kondisinya sangat lembab atau daerah dengan curah hujan tinggi (Yusuf, 2010).
bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 % RH dengan suhu
320C. Serangan jamur C. capsici pada biji cabai dapat menimbulkan kegagalan
infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan
capsici. Jamur dapat terbawa oleh biji atau benih dan akan menyerang tanaman di
pembibitan. Jamur ini dapat bertahan pada sisa tanaman atau buah sakit dan dapat
tersebut secara cepat dan praktis. Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan
fungisida dan pestisida sintetis yaitu dapat meninggalkan sisa residu pada buah
cabai yang pada akhirnya akan dikonsumsi manusia sehingga sangat mungkin
residu tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia, kemudian secara jangka
11
Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum sp. membentuk koloni miselium
kecambah. Setelah penetrasi maka akan terbentuk jaringan hifa, hifa intra dan
bersifat antagonis ini memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga dapat menutupi
merupakan alternatif yang saat ini banyak diteliti dan digunakan sebagai
tanaman dari infeksi patogen. Selain itu secara langsung dapat menghambat
12
patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi terhadap ruang dan atau nutrisi,
sp. Di dalam tanah hidup berbagai spesies kapang yang bersifat antagonis
patogen dapat berbeda satu sama lain, sehingga efektifitasnya sebagai pengendali
kapang Trichoderma sp. dapat terjadi melalui beberapa cara antara lain:
dinding sel dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel
menempel atau membelit hifa kapang patogen kemudian melakukan penetrasi hifa
13
III METODOLOGI
Hang Tuah Ujung No. 71, Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru.
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Profesi (PKP) berlangsung selama satu bulan
lebih, yang dimulai pada tanggal 06 Juli sampai tanggal 14 Agustus 2020.
Pelaksanaan praktek kerja profesi (PKP) dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah
ini :
14
7 Selasa, 14 Juli 2020 Pencarian cabai yang terserang penyakit
15
3.2.1 Pengambilan sampel
Pekanbaru Provinsi Riau. Buah cabai yang terserang penyakit antraknosa terdapat
kedalam plastik bening dan diberi label untuk dibawa ke Laboratorium agar dapat
Sterilisasi alat yaitu alat yang terbebas dari mikroorganisme baik dalam
membungkus alat yang akan digunakan dalam penelitian yaitu cawan petri, pinset,
gelas beker, erlenmeyer, pipet tetes, dan spatula menggunakan kertas hvs serta
penutup erlenmeyer yang terbuat dari kapas dibungkus dengan alumunium foil.
Kemudian semua alat di sterilisasi dalam oven selama 2 jam pada suhu 120oC dan
tekanan 2 atm.
aquades, keringkan dan dipotong dengan ukuran 1x1 cm pada bagian buah yang
16
aquades selama tiga menit dengan 2 kali ulangan, kemudian di kering anginkan
diatas kertas saring. Selanjutnya, potongan buah diletakkan dalam media PDA
sebanyak 5 titik dan diinkubasi selama 3-5 hari. Pengamatan dilakukan pada hari
perlahan berubah menjadi hitam dan akhirnya terbentuk aservulus yang ditutupi
oleh warna merah muda sampai coklat muda yang merupakan massa konidia
(Rusli dkk, 1997). Identifikasi dilakukan dengan mengambil isolat jamur biakan
murni menggunakan jarum ose dan diletakkan diatas kaca preparat yang telah
menggunakan mikroskop.
pecah yang akan digunakan direndam selama 1 malam, kemudian dicuci hingga
bersih dan dimasukkan kedalam plastik sebanyak 1/3 bagian. Selanjutnya dikukus
selama 2 jam lalu diangkat dan didinginkan. Kemudian induk jamur Trichoderma
selama 3-5- hari serta dimasukkan ke dalam kulkas untuk mendapatkan biakan
murni.
17
3.2.6 Identifikasi jamur Trichoderma sp.
Isolat jamur Trichoderma sp. dapat tumbuh dengan cepat pada media PDA
dan pada awal pertumbuhannya mula – mula memiliki koloni berwarna putih
kehijauan yang setelah hari ke-5 warna koloni berubah menjadi hijau terang dan
akhirnya menjadi hijau gelap. Konidia berbentuk semi bulat hingga oval pendek
masing – masing jamur pada hari ke-3 dan hari ke-5. Pengamatan dilakukan
𝐷1−𝐷2
PA = 𝑋100 %
𝐷1
18
3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data
warna koloni dan bentuk koloni, dan secara mikromarfologis meliputi bentuk
Analisis data dan informasi dilakukan sesuai dengan buku panduan dan data
19
IV KEADAAN UMUM LOKASI PKP
Provinsi Riau terletak di Jalan Hang Tuah Ujung No. 71, Kulim, Kecamatan
20
UPT. Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura yang
dari wilayah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah II yang
BPTPH Riau dipimpin oleh Kepala Satgas yang ditunjuk oleh Kepala BPTPH
Wilayah II yang merupakan pejabat non eselon. BPTPH Wilayah II adalah salah
Riau berubah nama menjadi BPTPH Wilayah XVI melalui SK Dirjen Tanaman
Pangan dan merupakan UPT pusat yang sama kedudukannya dengan BPTPH
Wilayah II Sumatera Barat. BPTPH Wilayah XVI Riau dipimpin oleh seorang
pejabat eselon III yang dilantik oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan di
Jakarta. Tidak berapa lama setelah itu tahun 2001 diberlakukan UU Otonomi
Daerah sehingga UPT Pusat yang ada di daerah dilikuidasi dan semua PNS pusat
yang bertugas di daerah dialihkan status kepegawaiannya dari PNS Pusat menjadi
2001 tersebut, melalui SK Kepala Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau, dibentuk
kembali Satgas BPTPH Riau sampai tahun 2008. Pada tahun 2008 terjadi
perubahan SOTK pada Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau, dimana Satgas
BPTPH Riau didefenitifkan menjadi salah UPT Dinas Tanaman Pangan Provinsi
21
Riau melalui Perda No. 9 tahun 2008 dengan nama UPT Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Provinsi UPT Perlindungan TPH dipimpin oleh seorang
pejabat eselon III yang dilantik oleh Gubernur Riau. Sampai dengan tahun 2017,
terjadi lagi perubahan SOTK dimana Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
bergabung dengan Dinas Perkebunan sehingga melalui Pergub No. 71 tahun 2017
UPT Perlindungan TPH berganti nama menjadi UPT Proteksi Tanaman Pangan
Tugas Pokok :
hortikultura.
22
Fungsi :
dan pelaporan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan
PHT.
dan hortikultura.
23
Kepala Dinas
Kelompok Jabatan
Kepala UPT
Fungsional
PTPTPH
Pengendali OPT
Seksi Pengujian
Subbag
Seksi Pengendalian Pupuk, Pestisida
Tata Usaha
dan OPT
24
V PELAKSANAAN KEGIATAN PKP
Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) telah berlangsung pada 06 juli sampai
dengan 14 agustus 2020, selama melaksanakan kegiatan PKP kami dibagi dalam
beberapa kelompok dan ditempat di tiga gedung berbeda yaitu kantor utama UPT
penyakit tanaman, yang mana setiap gedung memiliki fungsi dan tugas
masingmasing.
mana setiap kegiatan resmi yang dilaksanakan di lingkungan UPT TPTPH harus
mendapatkan izin dari kepala UPT baik secara tertulis maupun tidak dan tentunya
mengajukan surat permohonan PKP ke UPT TPTPH, kepala UPT di jabat oleh
Staf TU UPT TPTPH adalah pegawai yang bekerja di kantor utama UPT
TPTPH. Fungsi dan tugas pokok dari kantor utama UPT TPTPH adalah mengurus
surat masuk dan surat keluar yang datang dari dinas atau pihak lain (seperti surat
25
magang), sebagai jembatan penghubung utama antara UPT TPTPH dengan Dinas
Pertanian Provinsi Riau, bertanggung jawab atas datadata pegawai yang bekerja di
UPT TPTPH, dan mengatur keuangan di UPT TPTPH seperti biaya pejalan dinas,
pokok dalam organisasi disuatu instansi. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil
merupakan salah satu dari anggota fungsional yaitu: Bapak Indra Fuadi, SP. MP.
serupa dengan kepala UPT hanya saja ruang lingkup kepala laboratorium cuma
UPT TPTPH. Ada dua laboratorium di UPT TPTPH yaitu Laboratorium Pestisida
Nabati yang di kepalai oleh Bapak Usnadi, SH. MM. dan Laboratorium
Pengamatan Hama Penyakit Tanaman yang di kepalai oleh Bapak Nasrun, SP.
Selain kepala lab, dikenal juga penanggung jawab laboratorium umumnya kepala
lab otomatis menjadi penanggung jawab laboratorium. Di UPT TPTPH ada dua
orang yang menjadi penanggung jawab di setiap laboratorium nya dan perlu
26
diketahui bahwa Lab. PHPT terbagi lagi atas tiga bagian yaitu Lab. Fitologi, Lab.
Entomologi, dan Agen hayati. Bapak Indra Fuadi, SP. MP. dan Bapak Solehin,
SP. Merupakan penanggung jawab di Lab. Fitologi, Bapak Usnadi, SH. MM. dan
Ibu Rina Maryeti A.Md merupakan penanggung jawab Lab. Pestisida Nabati,
Bapak Nasrun, SP. dan Bapak Sodri, SP. merupakan penanggung jawab di Lab.
Entomologi.
pengolahan hasil.
Kegiatan pratikan selama di kantor utama UPT TPTPH adalah merekap absen
dan menyusun berkas para pewagai kantor sehingga kegiatan teknis mengenai
surat masuk-surat keluar ataupun mengatur keuangan untuk perjalan dan lainnya
pratikan tidak dapat terlibat langsung dalam kegiatan laboratorium dan hanya
terlibat setelah nya. Oleh karena itu kegiatan teknis yang dapat pratikan
cantumkan di laporan hanya sebatas teori dan keterangan dari penanggung jawab
Nabati baik dari instansi cabang atau petani secara langsung. 2. Sampel diterima
27
bagian administrasi selesai, selanjutnya sampel diserahkan kepada bagian
penanggung jawab untuk membuat surat hasil uji residu. 5. Surat yang telah
untuk nantinya di berikan ke pihak pengantar sampel baik melalui pos, e-mail,
tanaman juga tidak jauh berbeda dari laboratorium pestisida, kegiatan teknisnya
baik dari instansi cabang atau petani secara langsung. 2. Sampel diterima oleh
kepala laboratorium atau penanggung jawab labor. 3. Sampel yang telah diterima,
langsung dibuat moist chamber nya atau keesokkan harinya setelah sebelumnya
diagnosa sudah bisa buat pada hari itu juga atau keesokkan harinya. 5. Surat yang
28
VI PEMBAHASAN
NO Kegiatan Tujuan
29
kegiatan Praktek Kerja Profesi pelaksana harus menerapkan SOP (standar
menjaga jarak, serta menghindari kerumunan agar kegiatan dapat berjalan dengan
baik dan lancar. Pelaksana kegiatan Praktek Kerja Profesi dibagi dalam beberapa
sistem kerja bergulir atau rolling, hal ini dilakukan untuk mendapatkan ilmu,
alat dan ruang penyimpanan yang steril guna menghindari terjadinya kontaminasi.
Jamur Trichoderma merupakan salah satu jenis jamur mikroparasitik atau jamur
30
yang bersifat parasit terhadap jenis jamur lain, karena sifat inilah Trichoderma
alkohol terlebih dahulu serta tangan pelaksana juga disemprot agar steril.
selama satu malam, kemudian di cuci bersih. Jagung yang bagus disaring dengan
dengan rapi agar tidak ada celah udara yang masuk. Susun bungkusan jangung
pecah kedalam dandang seperti menyusun batu bata dan direbus menggunakan api
Jagung pecah yang telah direbus, diangkat dan didinginkan diatas meja yang
2-3 sendok dan dihekter berlawanan arah dengan lipatan berbentuk segitiga, lalu
diinkubasi selama 3-4 hari ditempat yang steril. Tanda proses Perbanyakan
31
b. Perbanyakan Beauveria sp. pada Media Beras
mampu bertahan lama di alam dan bermanfaat sebagai agens hayati yang dapat
tersebut mampu menghasilkan konidia yang tinggi, kaya akan kandungan nutrisi
digunakan direndam dan dicuci bersih, kemudian disaring dari airnya. Beras
dimasukkan kedalam plastik ¼ sebanyak 2 ons, lalu plastik dilipat dengan rapi
agar tidak ada udara yang masuk dan disusun di dalam dandang seperti susunan
batubata. Direbus beras selama 2 jam menggunakan api sedang, diangkat dan
didinginkan diatas meja yang steril. Pengerjaan dilakukan didekat api bunsen
32
sendok, lalu plastik dihekter berlawanan arah atau berbentuk segitiga dan
disimpan di tempat yang steril. Media perbanyakan Beauveria yang telah berhasil
akan ditumbuhi oleh jamur dengan benang yang bewarna putih kapas.
Media PDA (Potato Dextrosa Agar) merupakan media yang digunakan untuk
kentang sebanyak 200 gram, dikupas, dicuci bersih, dan dipotong berbentuk dadu.
Kentang yang telah bersih dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan diberi 500 ml
aquades, kemudian direbus hingga lunak. Jika sudah lunak maka kentang siap
diangkat serta diambil air rebusan kentang untuk dipanaskan kembali diatas
kompor, masukkan agar-agar 2 bungkus dan antibiotic sambil diaduk agar tidak
penutup, aluminium foil, serta plastic wrap. Erlenmeyer diberi label dan dibiarkan
33
d. Pengenceran dari Media Tanah
yang digunakan yaitu tanah yang berada disekitar perakaran pohon bambu karena
tanaman bambu merupakan tanaman yang hampir tidak pernah terserang penyakit.
ke dalam gelas piala dan ditambah aquades 55 ml, diaduk hingga tercampur
merata. Gelas piala ditutup menggunakan aluminium foil serta plastic wrap untuk
(10-1 sampai 10-8) untuk memperkecil jumlah mikroba yang tersuspensi dalam
34
Pemanenan bunga Marigold berguna untuk perbanyakan. Bunga Marigold
memiliki warna bunga dan bau yang mencolok sehingga dapat digunakan untuk
mencegah hama masuk ke tanaman budidaya. Bunga yang siap dipanen yaitu
diambil biji bunga dan dijemur selama 15 menit tetapi ditempat yang tidak terkena
oleh cahaya matahari secara langsung. Kemudian biji bunga dimasukkan kedalam
f. Diagnosa Sampel
35
6.1.2 Kegiatan Umum di Kantor
Riau yaitu melakukan pengecekan data, pembuatan surat rekap perjalanan, serta
menyusun berkas.
dengan buah cabai yang terserang penyakit antraknosa oleh jamur Colletotrichum
NO Kegiatan Tujuan
Penyakit antraknosa pada buah cabai mudah dikenali dengan gejala awal
terdapat bercak kecil dan berair seperti luka karena terkena sinar matahari.
Kemudian jika dibiarkan maka gejala tersebut tampak lebih jelas seperti luka
terbakar matahari dan berwarna antara merah tua sampai coklat menyala hingga
warna hitam.
36
Gambar 9. Buah cabai yang terserang antraknosa
Buah cabai yang terserang penyakit antraknosa diambil dari Lahan UPT
menggunakan media moist chamber dan dilakukan pengamatan pada hari ke-3
a b
Gambar 10. Hasil pengamatan pertumbuhan jamur pada buah cabai yang
terserang penyakit antraknosa (a) pengamatan hari ke-3 (b) pengamatan
hari ke-5.
diisolasi pada media moist chamber di hari ke-3 dan hari ke-5 mulai menunjukkan
37
mikroskopis menggunakan mikroskop untuk mengetahui jenis jamur yang
Gambar 11. Hasil pengamatan jamur pada buah cabai dengan mikroskop
Gambar 11 menunjukkan pengamatan jamur menggunakan mikroskop,
setelah diamati dapat diketahui bahwa jamur tersebut yaitu jamur Colletotrichum
capsici yang menjadi penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai. Jamur
dari beberapa septa , inter dan intraselulerhifa. Kemudian terdapat aservulus dan
stroma pada batang berukuran 70-120 μm, konidiofor tidak bercabang, massa
38
Gambar 12. Hasil pengamatan jamur Trichoderma sp. dengan mikroskop
berbentuk bulat atau oval dan satu sel melekat satu sama lain.
penyakit antraknosa yang menyerang buah tanaman cabai dilakukan secara in-
vitro. In- vitro yaitu menempatkan kedua koloni jamur saling berhadapan dengan
jarak 3 cm.
39
Gambar 13. Kegiatan pengaplikasian jamur Trichoderma sp. dengan jamur
Colletotrichum capsici
b c
40
Hasil pengamatan pengaplikasian Trichoderma harzianum dengan jamur
Colletotrichum capsici penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai secara in-
kearah jamur Colletotrichum capsici. Hal ini karena jamur Trichoderma sangat
Colletotrichum capsici.
capsici, terlihat pada hari ke-5 ukuran jamur antagonis Trichoderma lebih besar
menghasilkan enzim hidrolitik β-1,3 glukonase, kitinase dan selulase yang dapat
mendegradasi sel-sel jamur lain yang sebagian besar tersusun dari β-1,3 glukon
dan kitin, sehingga jamur Trichoderma sp. mampu melakukan penetrasi kedalam
41
capsici dengan persentase daya antagonisme sebesar 74 %. Hal ini membuat
capsici yang menyebabkan patogen ini mudah di degradasi oleh enzim kitinase.
kitinase yang dihasilkan oleh Trichoderma sp. ini menyebabkan dinding hifa
42
VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Saran untuk melakukan pengujian yaitu lebih teliti agar mendapatkan hasil
antagonis dengan menggunakan tanaman yang tahan akan penyakit selain dari
tanaman bambu.
43
DAFTAR PUSTAKA
Andalas, Padang.
Haryanto. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah pada Berbagai Metode
Rusli, dkk,. 1997. Penyakit Antraknosa pada Buah Cabai di Sumatra Barat.
Samson, et al,. 1995. Introduction to Food Borne Fungi Edisi ke-4. Netherland :
44
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Setiadi. 2004. Budidaya Jeruk Asam di Kebun dan di Pot. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Press, Jakarta.
Yudiarti. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
45
LAMPIRAN
𝐷1−𝐷2
PA = 𝑋100%
𝐷1
49,77−12,56
= 𝑋100%
49,77
= 0,74 X 100%
= 74%
46