Pencegahan Dan Penanagnan Kekurangan Vitamin Anemia Dan Cacingan Widya Astuti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKURANAN VITAMIN,


ANEMIA DAN CACINGAN

WIDYA ASTUTI
BT2001058
1B

AKADEMIK KEPERAWATAN
BATARITOJA WATAMPONE
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelasaikan makalah ”Pencegahan Dan Penanganan
Kekurangan Vitamin, Anemia, Cacingan, . Makalah ini sebagai tugas mata kuliah Gizi
dan Diet.

Makalah ini dibuat bertujuan agar mahasiswa memahami tentang Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi dalam Perspektif Budaya. Dalam proses pembuatan
makalah ini kami menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan namun berkat
bimbingan dan bantuan dari semua pihak sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.

Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah inidapat bermanfaat
bagi pembaca.

8JULI, 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................2

Daftar Isi................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

1.1. Latar Belakang................................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

1.3. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................6

2.1. Vitamin............................................................................................................................6

2.2. Masalah Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Vitamin....................................................9

2.3. Penanganan Avitaminosis DanHypervitaminosis..........................................................11

2.4.Anemia............................................................................................................................12

2.5. Pencegahan Primer PadaAnemia...................................................................................17

2.6. Pencegahan Sekunder PadaAnemia...............................................................................18

2.7. Pencegahan Tersier PadaAnemia...................................................................................19

2.8. PengobatanAnemia........................................................................................................20

2.9.Cacingan.........................................................................................................................20

2.10. Pengobatan dan PencegahanCacingan.........................................................................22

2.11. KKP (Kekurangan KaloriProtein)................................................................................23

BAB IIIPENUTUP...............................................................................................................27

3.1.Simpulan.........................................................................................................................27

3.2.Saran...............................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh
manusia dan dapat menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah
kesehatan masyarakat. Namun penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi
adalah multi faktor, karena itu pendekatan penanggulangan harus melibatkan
berbagai sektor yang terkait.

Kekurangan vitamin, anemia, cacingan, dan kekurangan kalori protein adalah


suatu kondisi yang dialami oleh seseorang yang mengalami malnutrisi, tentunya
dari masalah-masalah tersebut diperlukan penanganan dan pengobatan untuk
menanggulangi masalah menyebabkan resiko yang lebih besar.

1.. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Vitamin ?
2. Apa saja masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin?
3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat kekurangan
vitamin ?
4. Apakah pengertian dari Anemia ?
5. Apa saja masalah yang diakibatkan dari anemia ?
6. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat anemia ?
7. Apakah pengertian dari cacingan ?
8. Apa saja masalah yang diakibatkan dari cacingan ?
9. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan ?
10. Apakah pengertian kekurangan kalori protein?
11. Apa saja masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori protein ?
12. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat kekurangan
kalori protein ?
2.. Tujuan
13. Untuk mengetahui pengertian dari Vitamin.
14. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin.
15. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat
kekurangan vitamin.
16. Untuk mengetahui pengertian dari Anemia
17. Untuk mengetahui masalah yang diakibatkan dari Anemia.
18. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat
anemia.
19. Untuk mengetahui pengertian dari cacingan.
20. Untuk mengetahui masalah yang dIakibatkan dari cacingan.

21. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan.


22. Untuk mengetahui pengertian kekurangan kalori protein.
23. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori
protein.
24. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat
kekurangan kalori protein.

25. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan.


26. Untuk mengetahui pengertian kekurangan kalori protein.
27. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori
protein.
28. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat
kekurangan kalori protein.
29. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan.
30. Untuk mengetahui pengertian kekurangan kalori protein.
31. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori
protein.
32. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat
kekurangan kalori protein.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. VITAMIN
2.1.1. Pengertian Vitamin
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin
berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya “hidup” dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N),
karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Diketahui bahwa banyak vitamin yang
sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim),
vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya,
senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara
normal. Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat
sedikit dan harus disuplai dari makanan karena tubuh tidak dapat menyintesisnya.
Vitamin mrupakan zat makanan yang berguna untuk memperlancar semua proses yang
terjadi di dalam tubuh. Suatu vitamin menunjukkan satu fungsi metabolik khusus.

1... Fungsi Vitamin Secara Umum

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami
suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu
karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Di samping itu, asupan
vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh.

Fungsi Vitamin secara umum berhubunga erat dengan fungsi enzim, terutama
vitamin-vitamin kelompok. Vitamin dapat berperan secara bersama–sama dalam
mengatur fungsi tubuh, yaitu memacu dan memelihara Pertumbuhan,, Reproduksi,,
Kesehatan dan kekuatan tubuh,, Stabilitas sistem syaraf, Selera makan, Pencernaan,
Penggunaan zat-zat makanan lainnya.

2... Macam-Macam Vitamin

Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya
terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya,
yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam
lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin
ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan.
Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh,
sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.

Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air
hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang
bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang
terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh.
Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh
karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-
menerus.

1) Vitamin Yang Larut Dalam Air

a. Vitamin B

Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di


dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini
terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang
dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis
sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin
B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber
utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.
b. Vitamin C
Buah jeruk, terkenal atas kandungan vitamin C-nya yang tinggi. Vitamin C
(asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di
dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan
penyokong lainnya.

Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal


berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan
ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan.
Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh,
sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.

Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air
hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang
bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang
terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh.
Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh
karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-
menerus.

2) Vitamin Yang Larut Dalam Air

c. Vitamin B

Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di


dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini
terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang
dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis
sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin
B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber
utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.

d. Vitamin C
Buah jeruk, terkenal atas kandungan vitamin C-nya yang tinggi. Vitamin C
(asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di
dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan
penyokong lainnya.

Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal


berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan

sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu


menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai
penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C
berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam
tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi
pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme
patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga
kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit.

3) Vitamin yang larut dalam Lemak

a. Vitamin A

Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang
berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam
hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain
itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan
imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya
matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A,
antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning),
dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai
merah, wortel, pisang, dan pepaya).

b. Vitamin D

Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan
pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya,
seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini
adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan
mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena
cahaya matahari (sinar ultraviolet).

c. Vitamin E

Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam


tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu,
vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai
kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa
antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur,
ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan.

d. Vitamin K

Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah


yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada
pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau
pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk
mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita
perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang
merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam
tubuh.

2.2. Masalah Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Vitamin

2.2.1 Vitamin yang larut dalam air

a. Vitamin B

 Avitaminosis pada Vitamin B


Penyakit yang menyerang seseorang karena kekurangan vitamin B adalah
penyakit beri-beri, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit
kering dan bersisik, menurunnya daya tahan tubuh, mulut kering, bibir
pecah-pecah, sariawan, tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan
sistem pencernaan, muntah-muntah, mual, anemia (kekurangan darah),
mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.
 Hypervitaminosis pada Vitamin B
Penyakit yang disebabkn karena kelebihan vitamin B adalah susah bernapas,
nyeri dengan sensai terbakar, mati rasa di kaki dan tangan, kehilangan
koordinasi otot, sakit kepala, depresi, dan sampe menyebabkan kelumpuhan.
b. Vitamin C
 Avitaminosis pada Vitamin C
Kekurangan vitamin C pada seseorang akan dapat menyebabkan gusi
berdarah dan nyeri pada persendian.
 Hypervitaminosis pada Vitamin C
Kelebihan vitamin C pada seseorang akan menyebabkan sariawan, batu
ginjal, diare, sakit perut, badan panas, sakit perut, dan insomnia.
2.2.2 Vitamin yang larut dalam lemak

a. Vitamin A

 Avitaminosis pada Vitamin A


Seseorang yang kekurangan vitamin A akan mengalami rabun senja dan
katarak. Selain itu, penderita avitaminosis vitamin A ini juga dapat
mengalami infeksi saluran pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan
kondisi kulit yang kurang sehat.
 Hypervitaminosis pada Vitamin A
Seseorang yang menderita kelebihan vitamin A akan mengalami penglihatan
kabur, pusing, keadaan pingsan, mual, insomnia, diare, ruam kulit, nyeri
sendi, dan sakit kepala.

b. Vitamin D

 Avitaminosis pada Vitamin D


Bila kadar vitamin D pada seseorang rendah maka tubuhnya akan mengalami
pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk
huruf O dan X. Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan
otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia,
yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang.
 Hypervitaminosis pada Vitamin D
Kelebihan vitamin D pada seseorang dapat menyebabkan kelemahan otot,
sakit kepala, tuli, kehilangan nafsu makan, mual, kelelahan, muntah-mintah,
dan nyeri tulang.

c. Vitamin E

 Avitaminosis pada Vitamin E


Seseorang yang menderita kekurangan vitamin E dapat berakibat otot-otot
melayuh dikarenakan terjadinya kerusakan syaraf penggerak, serta
berlangsungnya kemunduran pada:hipofisa dan kelenjar gondok.
 Hipervitaminosis pada Vitamin E
Yang akan terjadi pada seseorang bila mengalami kelebihan vitamin E
kelemahan otot, kelelahan, payudara lunak, dan lambat penyembuhan luka.

d. Vitamin K

 Avitaminosis pada vitamin K


Akibat dari kekurangan vitamin K pada seseorang adalah dapat
menimbulkan penyakit kuning/ penyakit saluran empedu. Kadar protombin
yang rendah dalam tubuh sebagai akibat kurangnya vitamin K yang diserap
tubuh kadang-kadang terjadi pada bayi.
 Hypervitaminosis pada vitamin K
Apabila seseorang kekurangan kadar vitamin K, maka akan terjadi hal-hal
seperti mual, muntah-muntah, anemia, diare, dan ruam kulit.
2.3. Penanganan Avitaminosis Dan Hypervitaminosis
2.3.1. Penanganan Avitaminosis
Secara umum hal-hal yang harus dilakukan untuk menangani seseorang yang
menderita kekurangan vitamin (avitaminosis) adalah :

a. Tindakan utama adalah konsultasi ke dokter mengenai asupan vitamin pada


seseorang

b. Memberikan suplemen vitamin kepada seseorang secara teratur

c. Memperhatikan asupan gizi makanan pada seseorang

d. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur sbagai sumber vitamin untuk


seseorang, tekhususnya meningkatkan konsumsi sayuran hijau

e. Menghindarkan seseorang dari makanan berlemak/ kolestrol tinggi

f. Dan setidaknya menerapkan PHBS dan 4 Sehat 5 Sempurnah

2.3.2. Penanganan Hypervitaminosis Pada Seseorang

Jika seseorang telah menunjukan gejala-gejala kekurangan vitamin


(hypervitaminosis) seperti yang disebutkan di atas, maka sebaiknya
dikonsultasikan dengan dokter. Karena sebagian besar gejalanya seperti gejala
medisyang lain, maka penting untuk didiagnosa dengan baik.

Dan yang harus dilakukan adalah:

a. Segera hentikan asupan suplemen vitamin adalah langkah utama dalam


mengobati hypervitaminosis atau kelebihan vitamin pada seseorang.

b. Dokter mungkin menyarankan untuk menghindarkan seseorang dari makan-


makanan yang tinggi kadar vitamin masing-masing.
c. Dokter mungkin meresepkan beberapa obat yang membantu dalam mengobati
gejala overdosis vitamin.

d. Gejala hypervitaminosis atau kelebihan vitamin pada seseorang dapat diobati


jika tepat waktu dan perawatan yang tepat dilakukan.

e. Sebagai tindakan pencegahan, perlu juga untuk memeriksa label multivitamin


dan suplemen untuk agar lebih aman.

2.4. ANEMIA
2.4.1. Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu
diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar
yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.

2.4.2 Penyebab Anemia


Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau
gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang
mengal;ami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui,
jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.
Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal,
menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat
terjadi pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi
darah merupakan tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut.
Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya
berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga
kemungkinan dasar penyebab anemia :
1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120 hari).Sumsum
tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
sel darah merah.
2. Kehilangan darah.
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan
berlebihan,pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi ,karena zat besi dibutuhkan untuk
membuat sel darah merah baru.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah
dalam jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia
beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).

2.4.3 Gejala Anemia


Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:
➢ Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.
➢ Wajah tampak pucat.
➢ Mata berkunang-kunang.
➢ Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
➢ Sering sakit.
➢ Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku.Perubahan ini
dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari.
➢ Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah
,makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih
mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.

2.3.5 Jenis-jenis Anemia


a) Anemia Defisiensi zat besi
Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat kurangnya zat
besi . Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin.Oleh sebab itu ,
ketika tubuh kekurangan zat besi , produksi hemoglobin akan menurun.
Meskipun demikian , penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi
jika cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah benar-benar habis .Kurangnya
zat besi dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal .Kekurangan zat besi pada
bayi mungkin disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang
ibu yang menderita kekurangan zat besi.Pada anak-anak mungkin
disebabkan oleh asupan makanan yang kurang mengandung zat besi .
Sedabgkan pada orang dewasa , kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir
selalu disebabkan oleh pendaraah menahun atau berulang-ulang yang bisa
berasal dari semua bagian tubuh.
Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di
bandingkan kaum pria .cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit
daripada pria ,sedangkan kebutuhan perharinya justru lebih tinggin .setiap
harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui
ekskresi secara normal .pada saat mentruasi ,kehilangan zat besi bisa
bartambah hingga 1 mg lagi.
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan
melahirkan .ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan
zat besi untuk dirinya,tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat melahirkan juga dapat
menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.
b) Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang jarang
terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat dalam jangka
waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya adalah kurangnya
asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.
Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat
besi,sehingga jika terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi yang
diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa
penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada
anemia jenis ini sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran
kecil.
c) Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau
asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran
besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau
lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean Corpuscular
Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90%
anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan
vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia ini
akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan
seolah mati rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat terlihat
diantaranya adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan
biru,luka terbuka dilidah atau lidah seperti terbakar,penurunan berat
badan,warna kulit menjadi lebih gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi
intelektual.
Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah
rutin untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop,
tampak selah merah berukuran besar .juga dapat dilihat perubahan sel darah
putih dan trombosit,terutama jika penderita anemia dalam jangka waktu
yang lama.jiika diduga terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran
kadar vitamin b12 dalam darah.

d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia
hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum tulang
penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel
darah merah.
e) Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit ,kaku ,dan
anemia hemolitik kronik.pada penyakit sel sabit,sel darah merah memiliki
hemoglobin(prootein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan
bentuk sel menjadi seperti sabit.sel yang berbentuk sabit akan menyumbat
dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa ,ginjal,otak,tulang,dan
organ lainnya ,dan menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke organ
tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh
darah,kerusakan organ ,bahkan sampai pada kematian.
f) Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam
jiwa.Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan
darah merah terganggu. Pada anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi
sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan oleh
bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-penyakit yang
lain.

2.5. Pencegahan Primer Pada Anemia


2.5.1 Pendidikan
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi
melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang
mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar
mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang
mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu
penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat
ditingkatkan melalui tiga cara :
A. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang
semestinya dikonsumsi.
B. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan
mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan
yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
C. Peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung vitamin zat bezi,
seperti sayur-sayuran (bayam, kangkung, jagung), telur, kismis.
2.5.2 Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh mengalami/beresiko
terkena anemia.menghindari kondisi dimana tubuh mengalami gangguan
pembentukan sel darah merah.dan istirahat yang dianjurkan adalah minimal 8 jam
per hari.
2.5.3 Pola Hidup
Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit. Kekurangan
hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen berkurang.
2.5.4 Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan
oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
Melakukan tes darah secara rutin untuk melihat profil darah dan mencegah
terjadinya anemia.

2.5.5 Melakukan tes laboratorium


Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
2.6. Pencegahan Sekunder Pada Anemia
2.6.1 Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang
tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi,
pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta
beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit
berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat
selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya
kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan
kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa
cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi
penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada
banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu
penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin.
Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah
pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih
banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit,
tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi
bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan,
kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.
2.6.2 Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat
merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan
merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di
negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta
roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang
berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras
dan saus ikan.

2.6.3 Tranfusi Darah


Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah pasien. Darah
yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam tubuh melalui selang
infus.
2.6.4 Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4
bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah
hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari,
maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat
besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu
setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting
dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat
menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian
anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi.
2.6.5 Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

2.7. Pencegahan Tersier Pada Anemia


a) pemberian suntikan untuk menghentikan seperti vitmin B12 atau B kompleks.
b) Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asam folat, vitamin B6,
dan vitamin B12 seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang
dianjurkan.
c) Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12 dalam darah
sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila
ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat
dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
d) Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
e) Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi
kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
2.8 Pengobatan Anemia
Perlu diketahui, anemia hanyalah sebuah gejala dan menemukan
penyebabnya adalah langkah penting dalam penanganan anemia. Pada dasarnya
pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab terjadinya anemia .

2.9 Cacingan
2.9.1 Pengertian Cacingan
Banyak orangtua yang sering mendengar penyakit cacingan, namun
orang tua tidak tahu apa itu penyakit cacingan yang sebenarnya. Penyakit
cacingan merupakan parasit yang tumbuh di dalam tubuh manusia dan
mengganggu tubuh manusia tersebut, akibatnya adalah semua nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh manusia itu terserap oleh parasit cacing tersebut. Oleh
sebab itu, para orang tua perlu mengetahui apa saja penyebab cacingan yang
dapat membahayakan anak.
2.9.2 Jenis Cacingan
Selama ini orang mengira penyakit cacingan hanya satu jenis saja,
namun ternyata cacingan terdiri dari dua jenis. Berikut penyakit cacingan yang
harus ketahui:
 Cacing Kremi
Jenis penyakit cacing kremi sering dialami oleh anak-anak. Cacing ini
memiliki ukuran yang kecil, yaitu sekitar seperempat inci. Cacing ini bisa
menginfeksi usus anak, namun tidak akan menimbulkan gejala sehingga anak-
anak tidak menyadarinya. Cacing kremi ini biasanya akan bergerak saat malam
hari, cacing itu akan bergerak menuju ke anus dan kemudian bertelur. Anak
biasanya tidak bisa tidur karena merasakan gatal pada ususnya.
 Cacing Pita
Cacing pita bisa menyerang kaum dewasa, cacing pita biasanya dijumpai
pada sejumlah daging babi.
 Cacing Gelang
Penyakit cacingan yang disebabkan oleh cacing gelang bisa menembus
pori-pori kulit dan bisa hidup di paru-paru. Jangan anggap remeh cacing gelang,
hal itu dikarenakan penyakit cacing gelang bisa menimbulkan penyakit yang
lainnya dalam tubuh.
2.9.3 Penyebab Cacingan
Yang harus diperhatikan adalah cacingan yang biasanya menyerang pada
kaum anak-anak. Anak-anak tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan
sehingga orangtualah yang harus memberikan perhatian dan perlindungan ekstra
terhadap anaknya. Berikut ini hal-hal yang bisa menyebabkan cacingan:
1. Kurang Memelihara Kebersihan
Anak-anak tidak bisa jika diharuskan menjaga kebersihan, banyak anak-
anak yang merasa cuek dengan kebersihannya. Seperti setelah bermain tanah
anak tidak cuci tangan dan dia memasukkan makanan menggunakan tangannya
ke dalam mulut. Hal inilah yang menjadi penyebab utama mengapa anak-anak
terkena cacingan.
2. Lingkungan Yang Kotor
Lingkungan yang kotor juga menjadi penyebab anak-anak terkena
cacingan. Anak-anak bisa saja bermain di lingkungan yang kotor dan
mengandung cacing di dalamnya sehingga anak bisa rentan untuk terkena
cacingan.

3. BAB Di Sembarang Tempat


Anak jangan dibiasakan untuk membuang air besar di sembarang tempat,
hal itu dikarenakan jika BAB di sembarang tempat anak rentan untuk terkena
cacingan. Alasannya adalah penderita cacingan saat mengeluarkan tinja cacing
itu akan ikut keluar, saat tinja mengering maka cacing itu akan hidup dan
berkeliaran kembali. Alasan itulah yang tidak boleh membiarkan anak untuk
BAB secara sembarangan.
4. Tidak Memakai Alas Kaki
Kebiasaan anak tidak memakai alas kaki juga dapat menyebabkan anak
terkena cacingan. Cacing jenis gelang bisa menembus permukaan kulit dan pori-
pori manusia. Cacing itu bisa bertelur dan kemudian menimbulkan cacingan.
Oleh sebab itu biasakan kepada anak-anak anda untuk selalu memakai alas kaki
saat memijak tanah. Tanah adalah sumber kuman dan tempat tinggal cacing
penyebab cacingan.
5. Makanan
Cacingan juga bisa disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh larva
cacing. Larva itu saat berada di dalam usus kemudian bertelur dan kemudian
berkembang biak. Hal itulah yang menyebabkan anak menjadi penyebab
cacingan.
6. Minuman
Siapa sangka jika meminum air mentah secara terus menerus dapat
menyebabkan telur cacing tumbuh dalam perut. Minum air mentah adalah salah
satu kebiasaan buruk yang harus dihindari, teruatama untuk anak-anak yang
belum mengerti bahaya minum air mentah. Sebab air yang masih mentah
terdapat bakteri jahat yang dapat menumbuhkan telur cacing bersarang dan
menyebabkan cacingan pada anak. Oleh karena itu biasakan pada anak untuk
meminum air matang agar tidak ada kuman yang bersarang di dalam perut.
2.10. Pengobatan Dan Pencegahan Cacingan
2.10.1. Pengobatan
Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk
pengobatan cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu :
1. Pyrantel pamoat
Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah :
- Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal
2. Mebendazole
Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama dengan
dosis diatas, yaitu:
- Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal
Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan juga
diberikan
untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya
penularan cacingan tersebut.
2.10.2. Pencegahan
Cara terbaik dalam mencegah agar anda tidak sampai mengalami cacingan :
 Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi
cacing kremi).
 Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing
sensitive terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).
 Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi
 Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan
sempurna
2.11. KKP (Kekurangan Kalori Protein)
2.11.1. Pengertian
Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam
makanan sehari- hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi( AKG).
( Mansjoer, Arif.2000)
Kekurangan kalori protein adalah suatu penyakit defisiensi gizi dalam
keadaan ringan- berat.( DEPKES RI, 1989).
Defisiensi protein energi adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh
kekurangan protein dan atau kalori.(LAB IKA, 1994)\\
Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah “konsumsi
yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan
produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau
menyusui”.
Kekurangan kalori protein (KKP) adalah penyakit yang disebabkan oleh
konsumsi kalori yang tidak memadai yang mengakibatkan kekurangan protein
dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya
vitamin dan mineral.
KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat
kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda-beda. Kekurangan kalori protein (malnutrisi), kurang gizi yang dapat
menyebabkan penyakit kurang gizi seperti marasmus, jika KKP tersebut masih
ringan atau sedang dapat menyebabkan gizi kurang (undernutrition) yang
ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan apabila sudah menjadi KKP
berat maka akan menimbulkan masalah-masalah yang meliputi kwarsiorkor,
marasmus, dan marasmik-kwarsiorkor. Penyakit ini banyak menimpa golongan
anak, terutama anak-anak berumur di bawah lima tahun.
2.11.2. ETIOLOGI
a. Makanan yang tidak adekuat
b. Kekurangan pemasukan protein
c. Gangguan penyerapan protein
d. Pengetahuan gizi kurang
e. Kebiasaan makan yang buruk
f. Sindrom nefrotik (kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria)
g. Infeksi anomali traktus gastroenteritis
h. Penolakan yang berkaitan dengan anoreksia, muntah dan ruminasi.
i. Gagal melakukan sintesis protein
j. Gangguan susunan saraf pusat
k. Mal absorbsi
l. Penyakit gagal ginjal kronik
m. Hambatan utilitas (kegunaan) zat gizi
Menurut DEPKES RI, 1989 :
1. Marasmus
Penyebab utama adalah kekurangan makanan yang mengandung kalori dan
protein. Penyebab umum adalah :
a. Kegagalan menyusui anak : ibu meninggal, anak ditelantarkan, atau tidak
dapt menyusui.
b. Terapi puasa karena penyakit, oleh karena itu tidak boleh puasa lebih dari
24 jam
c. Tidak dimulainya dengan makanan tambahan
2. Kwasiokhor
Penyebab utama adalah makan tidak atau hampir tidak mergandung protein
hewani dengan alasan kemiskinan, tidak mengetahui dan mengerti
penambahan makanan pada bayi / anak, pemikiran yang salah, macam-
macam infeksi ( diare, cacing, anoreksia), dan sebab- sebab khusus ( ibu
kekurangan ASI, ibu meninggal,ibu sakit berat, ibu hamill lagi, penghentian
tiba- tiba dari ASI)
2.11.3. MANIFESTASI KLINIS
KKP berat secara klinis dibagi menjadi 3, yaitu:
KWASHIORKOR
a. Adanya edema (abuh) yaitu kaki, tumit dan bagian tubuh lainnya seperti
bengkak karena ada cairan tertumpuk.
b. Gangguan pertumbuhan tubuh
c. Perubahan kejiwaan (anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak
nafsu makan)
d. Otot mengecil atau terlihat lemah dan tidak berkembang.
e. Warna rambut pirang dan mudah rontok
f. Muka bundar bak bulan purnama
g. Pembesaran hati
h. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklatkehitaman dan terkelupas( crazy pavement dermatosis ),
dimulai dengan titik menjadi ptechie kemudian menghitam dan mengelupas,
sehingga terdapat bagian- bagian merah yang dikelilingi oleh batas- batas
yang masih hitam, kering dan menunjukkan garis- garis kulit yang lebih
dalam dan lebar.
i. Anemia
j. Kelainan kimia : kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau
sedikit meninggi, kadar kolesterol serum rendah.
MARASMUS
a. Otot-otot mengecil (atropi)
b. Hamper tidak ada lapisan lemak dibawah kulit, kehilangan tekanan turgor
c. Wajah tampak tua
d. Berat badan sangat kurang
e. Pertumbuhan kurang atau terhenti
f. Sering diare atau konstipasi
g. Ubun-ubun besar cekung
h. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
MARASMIK-KWASIORKHOR
a. Gambaran klinisnya merupakan campuran dari beberapa gambaran klinis
kwasiokhor dan marasmusdengan BB/U < median WHO ( BB > 120 % baku
), NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
2.11.4. PENATALAKSANAAN (KKP)
1. Bila ada dehidrasi atasi dulu
2. Perbaiki diet
 Formula harus mudah dicerna,pekat kalori atau protein modisco I, II, & III
memenuhi syarat tersebut.
 Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan ( 2,5-5-
7,5 ) + glukosa 5 % disusul dengan modisco ½ , I , II , III.
3.Vitamin A 100.000-200.000 KI IM 2 kali.
4.Vitamin B komplek ,C,AD,tetes PO
5. Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab
6. Terapi : gentamicin 6 – 7,5 mg/kg/hari dibagi 2 x atau Amikasin 15 mg/kg/hari
dibagi 3 x.

Tingkat posyandu
a. Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu.
b. Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
c. Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT)
contoh : KMS
d. Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti
TBC, polio dan ada pula beberapa imuisasi dasar, antara lain:
a) BCG
b) DPT
c) Polio
d) Hepatitis B3
e) Campak
Tambahan :
a. HiB (meningitis)
b. PCV/IPD (pnemokokus)
c. MMR
d. Influenza
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok
senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital
dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Masalah- masalah yang dapat ditimbulkan oleh kekukrangan vitamin adalah
misalnya kekurangan vitamin a akan mengakibatkan gangguan penglihatan
sedangkan kekurangan vitamin c akan mengakibatkan sariawan. Beberapa
penatalaksanaan yang dapat diberikan terhadap orang yang mengalami

avitaminosis antara lain konsultasi ke dokter mengenai asupan vitamin pada


seseorang, memberikan suplemen vitamin kepada seseorang secara teratur,
memperhatikan asupan gizi makanan pada seseorang.

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah


merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935). Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya lemah,
letih, lesu, mudah lelah, lunglai, wajah tampak pucat, mata berkunang-kunang,
sulit berkosentrasi dan mudah lupa dan sering sakit. Ada 3 penatalaksanaan yang
dapat diberikan terhadap orang yang mengalami anemia yaitu secara primer,
sekunder, tersier.

Cacingan merupakan parasit yang tumbuh di dalam tubuh manusia dan


mengganggu tubuh manusia tersebut, akibatnya adalah semua nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh manusia itu terserap oleh parasit cacing tersebut. Obat
yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk
pengobatan cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu :
1. Pyrantel pamoat
Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah :
o Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal
2. Mebendazole
Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama dengan
dosis diatas, yaitu:
o Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal
Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan juga
diberikan
untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya
penularan cacingan tersebut. Dan untuk pencegahannya, yaitu
 Ajari anak-anak untuk selalu menggunakan alas kaki ketika bermain diluar
rumah.
 Ajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan
 Minum obat cacing dosis sekali minum setiap 6 bulan sekali, khususnya di
masa libur sekolah dimana anak-anak cenderung lebih sering bermain di luar
rumah

 Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.


 Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk
infeksi cacing kremi).

Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi
yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam makanan sehari- hari
sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi( AKG).( Mansjoer, Arif.2000). Adapun
penatalaksanaan KKP :
 Bila ada dehidrasi atasi dulu
 Perbaiki diet
- Formula harus mudah dicerna,pekat kalori atau protein modisco I, II, &
III memenuhi syarat tersebut.
- Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan ( 2,5-
5-7,5 ) + glukosa 5 % disusul dengan modisco ½ , I , II , III.
 Vitamin A 100.000-200.000 KI IM 2 kali.
 Vitamin B komplek ,C,AD,tetes PO
 Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab.
 Terapi : gentamicin 6 – 7,5 mg/kg/hari dibagi 2 x atau Amikasin
15 mg/kg/hari dibagi 3 x.
3.2 SARAN

Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan makanan serta
pola makan agar memenuhi kecukupan gizi, sehingga masyarakat atau pembaca bisa mengenali dan
mencegah lebih dini masalah-masalah seperti avitaminosis, anemia, cacingan dan kekurangan kalori
protein.
DAFTAR PUSTAKA

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Ghalia Indonesia


printing.

Makfoed, Djarir, dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta:Kanisus

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:Gramedia : Pustaka Utama.

Bherman, Richard E. 1988. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:EGC

Santoso, Soegeng & Ranti, Anne L. 1999.Kesehatan dan Gizi.Jakarta:PT Rineka cipta

Moehji, Sjahmien. 1986. Ilmu Gizi. Jakarta:Bhratara Karya Aksara

Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi dan Anak Edisi I. Jakarta : Pusdiktenkes.

Hassan, Rusepno. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IKA FKUI.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius.

Harianto, Agu dkk.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan
Anak. Surabaya: Universitas Airlangga.

Carpenito, Lynda Juall.2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai