Jenis Jenis Vaksin Pada Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

5 Jenis Imunisasi Wajib dan Jadwal Pemberiannya

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan
No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, disebutkan bahwa ada 5 jenis
imunisasi wajib yang harus diperoleh Si Kecil.
Lima jenis imunisasi wajib ini diberikan sesuai usia anak dan jadwal yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, serta tentunya berdasarkan pertimbangan dokter. Kelima
jenis imunisasi tersebut adalah:

1. Imunisasi hepatitis B
Hepatitis B masih banyak ditemukan di Indonesia. Imunisasi hepatitis B bertujuan untuk
mencegah penyakit hepatitis B, yaitu infeksi hati yang dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati. Jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin
hepatitis B.
Vaksin tersebut diberikan pada bayi sebanyak 4 kali. Pemberian pertama dilakukan
segera setelah bayi lahir atau paling lambat 12 jam setelah kelahiran. Lalu, vaksin
kembali diberikan secara berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Jika bayi terlahir dari ibu yang terjangkit hepatitis B, maka pemberian imunisasi hepatitis
B pada bayi wajib diberikan dalam waktu paling lambat 12 jam setelah lahir. Bayi
tersebut juga perlu mendapatkan suntikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) untuk
menghasilkan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B dalam waktu cepat.
2. Imunisasi polio
Polio adalah penyakit menular akibat infeksi virus yang menyerang sistem saraf di otak
dan saraf tulang belakang. Pada kasus yang parah, polio dapat menyebabkan sesak
napas, meningitis, kelumpuhan, hingga kematian. Nah, imunisasi polio bertujuan untuk
mencegah anak tertular penyakit tersebut.
Di Indonesia, jenis vaksin polio yang umumnya digunakan adalah vaksin polio tetes
(oral), namun vaksin polio juga ada yang tersedia dalam bentuk suntikan.
Vaksin polio tetes diberikan 4 kali, yaitu saat bayi baru lahir atau paling lambat saat
usianya 1 bulan. Selanjutnya, vaksin diberikan secara berturut-turut di usia 2 bulan, 3
bulan, dan 4 bulan. Sementara, vaksin polio suntik diberikan 1 kali, yaitu pada usia 4
bulan.

3. Imunisasi BCG
Imunisasi ini bertujuan untuk melindungi tubuh dari kuman penyebab penyakit
tuberkulosis atau TB. TB adalah penyakit menular berbahaya yang dapat menyerang
saluran pernapasan, tulang, otot, kulit, kelenjar getah bening, otak, saluran cerna, dan
ginjal.
Imunisasi BCG termasuk dalam daftar imunisasi wajib di Indonesia, karena Indonesia
masih memiliki angka kasus TB yang tinggi. Imunisasi BCG hanya dilakukan 1 kali dan
diberikan pada bayi di usia 2 atau 3 bulan. Imunisasi BCG diberikan melalui suntikan
pada kulit bayi.

4. Imunisasi campak
Imunisasi campak diberikan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit campak
berat yang dapat menyebabkan pneumonia, diare, dan radang otak (ensefalitis).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 3 kali, yaitu saat anak berusia 9 bulan, 18 bulan,
dan 6 tahun.
Jika anak diberikan vaksin MR/MMR di usia 15 bulan, maka pemberian imunisasi
campak ulang di usia 18 bulan tidak diperlukan. Hal ini karena vaksin MR atau
MMR tersebut sudah mengandung vaksin campak.
5. Imunisasi DPT-HB-HiB
Imunisasi DPT-HB-HiB dapat memberikan perlindungan dan pencegahan terhadap 6
penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia,
dan meningitis (radang otak).
Imunisasi wajib ini diberikan sebanyak 4 kali dengan jadwal pemberian berturut-turut
pada bayi di usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis pemberian terakhir ketika usia
anak 18 bulan.

Imunisasi Tambahan yang Perlu Diberikan pada Anak


Selain kelima imunisasi wajib diatas, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga
menganjurkan para orang tua agar setiap anaknya mendapatkan imunisasi tambahan,
yaitu:

 Vaksin MR/MMR, untuk mencegah penyakit campak, rubela, dan gondongan.


 Vaksin pneumokokus (PCV), untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus yang
menyebabkan pneumonia, radang telinga, dan meningitis.
 Vaksin rotavirus, untuk melindungi anak dari gastroenteritis penyebab diare.
 Vaksin hepatitis A dan tifoid, untuk menurunkan risiko penyakit hepatitis A dan
demam tifoid pada anak.
 Vaksin varisela, untuk mencegah infeksi virus varicella-zoster penyebab penyakit
cacar air.
 Vaksin influenza, untuk memberikan perlindungan terhadap ISPA akibat flu.
 Vaksin HPV (Human Papillomavirus), sebagai pencegahan terhadap kanker
serviks.
 Vaksin Japanese encephalitis (JE), untuk mencegah infeksi virus Japanese
encephalitis yang menyebabkan penyakit radang otak.

Untuk mendapatkan imunisasi wajib, Anda bisa membawa Si Kecil ke pusat pelayanan
kesehatan, seperti posyandu, puskesmas, tempat praktek dokter, serta rumah sakit.
Imunisasi wajib bisa diberikan secara cuma-cuma atau dengan harga yang sangat
murah karena sudah dianggarkan oleh pemerintah. Sedangkan imunisasi tambahan
bisa diperoleh dengan mengeluarkan biaya sesuai harga vaksin dan tarif jasa dokter.
Guna mencapai efek perlindungan yang optimal, semua jenis imunisasi, baik imunisasi
wajib maupun imunisasi tambahan, harus diperoleh bayi sesuai jadwal yang telah
direkomendasikan. Namun, apabila anak jatuh sakit pada saat jadwal imunisasi tiba,
maka pemberian imunisasi bisa ditunda sampai anak sembuh.
9 Jenis Imunisasi yang Disarankan untuk Bayi 0-9 Bulan dan
Jadwal Pemberiannya

Untuk menghindari keparahan penyakit yang mengancam nyawa, anak wajib


melakukan imunisasi

Jenis Imunisasi Bayi 0-9 Bulan


Kondisi lingkungan sekitar yang tidak sehat sering kali berpotensi membawa
penyakit yang bisa menyerang siapapun, termasuk bayi dan anak-anak.

Melakukan beberapa jenis imunisasi adalah cara untuk melindungi bayi  dari


berbagai penyakit. Banyak dari penyakit ini mudah menyebar dan menyebabkan
masalah kesehatan yang serius.

Bayi harus diimunisasi selama dua tahun pertama kehidupan mereka. Si Kecil
mungkin memerlukan beberapa dosis vaksin agar terlindungi sepenuhnya.

Berikut usia bayi yang direkomendasikan untuk menerima jenis imunisasi:

 Usia 0-1 bulan: Hepatitis B, Polio-0.


 Usia 2 bulan: DPT-HB-Hib-1, BCG, Polio-1, PCV, Rotavirus.
 Usia 3 bulan: DPT-HB-Hib-2, Polio-2.
 Usia 4 bulan: DPT-HB-Hib-3, Polio-3, PCV, Rotavirus.
 Usia 6 bulan: PCV, Rotavirus.

Jenis imunisasi BCG  harus diberikan pada bayi sebelum berusia 3 bulan. Jika
usia bayi sudah lebih dari 3 bulan, dianjurkan untuk terlebih dahulu dilakukan uji
tuberkulin.

Melansir Journal the BMJ , jenis imunisasi BCG melindungi terhadap tuberkulosis,


yang juga dikenal sebagai TB.

TBC adalah infeksi serius yang menyerang paru-paru dan terkadang bagian tubuh
lainnya, seperti tulang, sendi, dan ginjal. Ini juga dapat menyebabkan meningitis.

Jenis imunisasi BCG bisa diberikan jika uji tuberkulin menunjukkan hasil negatif.
Tempat penyuntikan imunisasi BCG yang dianjurkan yakni pada lengan kanan
atas.

Jenis imunisasi DPT   berfungsi melindungi terhadap penyakit difteri, yaitu infeksi


serius pada tenggorokan yang dapat menyumbat jalan napas dan menyebabkan
masalah pernapasan yang parah.

Vaksinasi DPT dianjurkan untuk diberikan sebanyak lima kali, masing-masing


pada usia:

 2, 4, 6 – 18 bulan dan 4-6 tahun, atau


 2 – 3 – 4 - 18 bulan dan SD kelas 1

3. Campak

Vaksinasi campak merupakan jenis imunisasi dasar lengkap  yang harus diberikan


saat bayi berusia 9 bulan. Vaksinasi diulang saat anak berusia 2 tahun dan saat
masuk sekolah SD.

Vaksin campak  memiliki tingkat efektifitas hingga 97% untuk mencegah penyakit
campak.

Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Moms Ketahui Sebelum Bayi Mendapatkan
Imunisasi DPT
4. Hepatitis B

Vaksinasi hepatitis B harus diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan,


sebanyak 3 dosis:

 Dosis pertama: diberikan saat bayi baru lahir. Tepatnya sebelum bayi
berusia 12 jam.
 Dosis kedua: diberikan saat bayi berusia 1 – 2 bulan.
 Dosis ketiga: diberikan saat bayi berusia 6 – 12 bulan.

Jika bayi mendapatkan vaksin kombinasi yang mengandung hepatitis B, dapat


diberikan 4 dosis.

Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B, perlu mendapatkan vaksin
hepatitis B dosis pertama sebelum usianya 12 jam.

Selain itu, ditambah dengan imunoglobulin hepatitis B pada saat bersamaan di


bagian paha yang berbeda (dilakukan setelah mendapat suntikan vitamin K1).

Pemberian jenis imunisasi selanjutnya dapat diberikan sesuai jadwal. Saat


berusia 9-18 bulan, bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B perlu diperiksa
antiHBs dan HbsAg.

5. Hib

Vaksin Hib adalah jenis imunisasi yang digunakan untuk mencegah infeksi
Haemophilus influenzae tipe b (Hib).

Di negara-negara yang memasukkannya sebagai vaksin rutin , tingkat infeksi Hib


yang parah telah menurun lebih dari 90%.

Vaksin Hib dianjurkan untuk diberikan saat bayi berusia 2, 4, 6 bulan dan diulang
pada usia 12 – 15 bulan dengan dosis tergantung usia bayi (3 atau 4 dosis).

6. Flu

Melansir Journal Lancet , virus influenza (flu) menyebabkan infeksi saluran


pernapasan akut, yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang cukup
besar di seluruh dunia.

Maka dari itu, penting bagi Si Kecil mendapatkan imunisasi flu.

Vaksinasi flu dapat diberikan setiap tahun saat anak berusia 6 bulan hingga 8
tahun dalam 2 dosis dasar atau awal.

Bayi di bawah 6 bulan tidak bisa mendapatkan jenis imunisasi ini. Tetapi mereka
akan terlindungi jika orang tua mereka, pengasuh lain, dan anak-anak lain di
sekitar mendapatkannya.

7. Pneumokokus

Vaksin pneumokokus adalah jenis imunisasi terhadap bakteri


Streptococcus pneumoniae. Penggunaannya dapat mencegah
beberapa kasus pneumonia, meningitis, dan sepsis.

Ada dua jenis vaksin pneumokokus, yaitu vaksin konjugasi dan vaksin
polisakarida.

Saat bayi berusia 2, 4, 6, dan 12 - 15 bulan, ia harus mendapatkan vaksinasi


pneumokokus konjugasi secara rutin.
8. Polio

Vaksin polio adalah jenis imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
poliomielitis (polio ).

Dua jenis vaksin yang digunakan, yaitu virus polio yang tidak aktif yang diberikan
melalui suntikan (IPV) dan virus polio yang dilemahkan yang diberikan melalui
mulut (OPV).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan semua anak divaksinasi


polio secara lengkap.

Anak-anak perlu mendapatkan 4 dosis vaksinasi polio dengan jadwal pemberian


dosis pertama saat lahir dan dilanjutkan saat berusia 2, 4, 6 bulan. Kemudian,
diulang saat berusia 18 bulan dan 4 – 6 tahun.

9. Rotavirus

Vaksinasi rotavirus terbagi menjadi 2 jenis yang diberikan sebanyak 2 atau 3


dosis, tergantung jenis vaksin yang digunakan.

Vaksin dapat diberikan dengan cara diminum (bukan disuntik) saat bayi berusia 2,
4 (dan 6 bulan jika diberikan 3 dosis). Dapat diberikan bersama vaksin lain.

Jangan ragu untuk menanyakan pada dokter mengenai jenis imunisasi  apa yang
harus didapatkan oleh Si Kecil di usianya saat ini ya, Moms.

Perhatikan baik-baik jadwal dan jenis imunisasi Si Kecil dan jangan sampai ada
yang terlewat.
Imunisasi Dasar untuk Anak Usia 0-18 Tahun

Memiliki keluarga sehat adalah impian semua keluarga, terutama kesehatan bagi Sang
buah hati. Dan imunisasi adalah cara yang terbukti ampuh dalam mencegah penyakit
menular. Dengan melakukan imunisasi pada anak, kita dapat melindungi Sang buah
hati karena bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit tertentu.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah menerapkan imunisasi rutin lengkap untuk


anak usia 0-18 tahun. Oleh karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
menerbitkan rekomendasi jadwal imunisasi berdasarkan hasil perkembangan penelitian
imunisasi secara global.

Pengertian Vaksin dan Jenis Imunisasi Anak


Vaksin berisikan kuman yang dimatikan atau dilemahkan hingga tidak dapat membuat
tubuh sakit. Vaksin merangsang sistem kekebalan pada tubuh untuk menghasilkan
antibodi. Sehingga tubuh akan kebal terhadap suatu penyakit tanpa harus tertular
penyakit tersebut terlebih dahulu. Tidak seperti obat yang berfungsi untuk menyembuh,
vaksin adalah cara untuk mencegahnya.

Indonesia memiliki konsep imunisasi rutin lengkap yang dibagi menjadi imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan. Pelaksanaan imunisasi ini dibagi berdasarkan usia anak.
Imunisasi dasar pada anak adalah langkah pencegahan utama dan imunisasi lanjutan
berfungsi untuk menjaga imunitas agar tetap optimal seiring bertambahnya usia.

Tujuan Imunisasi
Ketika anak sudah mendapatkan imunisasi, tubuh akan lebih mampu menghadapi dan
mengalahkan infeksi penyakit. Dan saat sejumlah orang dalam suatu kelompok telah
kebal terhadap penyakit, akan semakin sulit bagi penyakit itu untuk menyebar dan
menular kepada orang yang belum diimunisasi. Hal ini yang disebut sebagai herd
immunity atau kekebalan kelompok.

Jadwal Imunisasi Anak


Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut jadwal imunisasi
dasar lengkap untuk anak usia 0-18 tahun:
Sumber: https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020

Keterangan:

 Vaksin Hepatitis B (HB) monovalen : sebaiknya diberikan kepada bayi segera setelah
lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit
sebelumnya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000g, imunisasi hepatitis B sebaiknya
ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih, kecuali ibu HBsAg positif dan bayi bugar
berikan imunisasi HB segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis promer.
Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis
B(HBlg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari terakhir setelah lahir.
Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP.
 Vaksin polio 0 (nol) : sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas
kesehatan berikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya
berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali
sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
 Vaksin BCG : sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum
bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 3 bulan atau lebih,BCG diberikan bila uji tuberculin
negative. Bila uji tuberculin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi local
cepat pada minggu pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis
tuberculosis.
 Vaksin DPT : dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP.
Vaksin DTaP diberikan pada umur 2,3,4 bulan atau 2,4,6 bulan. Booster pertama
diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur 5-7 tahun atau
pada program BIAS kelas 1. Umur 7 tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau
Tdap. Booster selanjutnya pada umur 10-18 tahun atau pada program BIAS kelas5.
Booster Td diberikan setiap 10 tahun.
 Vaksin pneumokokus (PCV) : diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan dengan booster
pada umur 12 – 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2
kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari
dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada umur 1-2 tahun, berikan PCV 2 kali
dengan jarak minimal 2 bulan. Jika belum diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10
diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali.
 Vaksin rotavirus monovalen : diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu,
dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu harus selesai pada umur 24 minggu.
 Vaksin rotavirus pentavalen : diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis
kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32
minggu.
 Vaksin influenza : diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. Pada umur 6
bulan sampai 8 tahun imunisasi pertama 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Umur > 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.
 Vaksin MR/MMR : pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bisa sampai umur 12 bulan
belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau
MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR.
 Vaksin Japanese encephalitis (JE) : diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis
atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang
dapat diberikan booster 1-2 tahun kemudian.
 Vaksin varisela : diberikan mulai umur 12-18 bulan. Pada umur 1-12 tahun diberikan 2
dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Umur 13 tahun atau lebih dengan
interval 4 sampai 6 minggu.
 Vaksin hepatitis A : diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan
sampai 12 bulan kemudian.
 Vaksin tifoid polisakarida : diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
 Vaksin human papilloma virus (HPV) : diberikan pada anak perempuan umur 9-14
tahun 2 kali dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). Umur 15
tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0,16 bulan (vaksin bivalen) atau 0,2,6
bulan (vaksin quadrivalent).
 Vaksin dengue : diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositive dengue
yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan
antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan
pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.

Manfaat Imunisasi
Untuk lebih memahami betapa pentingnya untuk memenuhi jadwal imunisasi dasar
anak, berikut ini manfaat dari masing-masing vaksin yang dianjurkan untuk diberikan
kepada Anak:

 Vaksin Hepatitis B untuk mencegah infeksi hati akibat virus hepatitis B yang dapat
menyebabkan penyakit ringan yang berlangsung selama beberapa minggu atau bisa
juga mengakibatkan penyakit berat yang berlangsung seumur hidup.
 Vaksin Polio untuk mencegah penyakit polio pada anak. Kebanyakan orang yang
terinfeksi polio memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Namun, beberapa infeksi dapat
menjadi sangat serius dan menyebabkan kelumpuhan atau ketidakmampuan bergerak
pada bagian tubuh tertentu, seperti lengan, kaki atau otot pernapasan. Tidak ada obat
untuk infeksi polio.
 Vaksin BCG untuk mencegah TB atau tuberculosis, yang disebabkan oleh infeksi
bakteri mycobacterium tuberculosis.
 Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah tiga penyakit, yakni difteri,
pertussis dan tetanus.
 Vaksin PCV untuk mencegah penyakit seperti radang paru (pneumonia), radang selaput
otak (meningitis) dan infeksi darah (bacteremia)
 Vaksin rotavirus untuk melindungi anak dari penyakit gastroenteritis (radang pada
lambung dan usus), yang ditunjukkan dengan gejala seperti diare akut, muntah, demam,
anak sulit makan dan minum serta sakit perut.
 Vaksin influenza untuk mencegah penyakit flu yang menyerang saluran pernapasan.
 Vaksin MR/MMR untuk mencegah penyakit Campak, Rubella dan gondongan.
 Vaksin Japanese encephalitis (JE) untuk mencegah penyakit radang otak.
 Vaksin Varisela untuk mencegah cacar air atau chickenpox.
 Vaksin hepatitis A untuk mencegah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis A.
 Vaksin tifoid polisakarida untuk mencegah penyakit tifus.
 Vaksin HPV untuk mencegah virus Human Papillomavirus yang menyebabkan infeksi
kulit, termasuk kutil kelamin.

 
Dampak Jika Tidak Imunisasi
Anak yang tidak diimunisasi memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang
dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian. Ini karena tubuh tidak memiliki
sistem pertahanan khusus yang dapat melindungi tubuh dari penyakit-penyakit
berbahaya tertentu, sehingga kuman akan semakin mudah berkembang biak dan
menginfeksi tubuh anak.
Jadwal Imunisasi Dasar Anak
Memenuhi jadwal imunisasi anak sangat penting untuk mencegah penyakit serius di kemudian
hari. Terutama beberapa imunisasi dasar yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan
RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Alasan untuk tidak memberikan imunisasi pada
anak juga sebenarnya tidak ada, karena vaksinnya bisa diperoleh secara gratis di pusat layanan
kesehatan milik pemerintah. 

Beberapa jenis penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian imunisasi pada anak adalah
tuberkulosis, hepatitis B, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, rubella, dan masih banyak lagi.
Lalu, apa saja imunisasi dasar yang perlu diberikan pada anak? Simak pembahasan berikut
sampai tuntas, ya!

Halodoc, Jakarta - Memenuhi jadwal imunisasi anak sangat penting untuk mencegah penyakit
serius di kemudian hari. Terutama beberapa imunisasi dasar yang direkomendasikan oleh
Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Alasan untuk tidak
memberikan imunisasi pada anak juga sebenarnya tidak ada, karena vaksinnya bisa diperoleh
secara gratis di pusat layanan kesehatan milik pemerintah. 

Beberapa jenis penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian imunisasi pada anak adalah
tuberkulosis, hepatitis B, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, rubella, dan masih banyak lagi.
Lalu, apa saja imunisasi dasar yang perlu diberikan pada anak? Simak pembahasan berikut
sampai tuntas, ya!

Baca juga: Ketahui Manfaat, Efek Samping & Jenis Imunisasi Bagi Bayi

Jadwal Imunisasi Dasar Anak

Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, imunisasi dasar lengkap untuk anak perlu
dilakukan sesuai usianya. Berikut ini jadwal imunisasi dasar untuk anak yang perlu diketahui
orangtua:

 Imunisasi Hepatitis B (HB-O) untuk bayi yang usianya kurang dari 24 jam.

 Imunisasi BCG, Polio 1 untuk bayi usia satu bulan.


 Imunisasi DPT-HB-Hib, Polio 2 untuk bayi usia dua bulan.

 Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 untuk bayi usia tiga bulan.

 Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, dan IPV untuk bayi usia empat bulan.

 Imunisasi Campak/MR untuk bayi usia sembilan bulan.

 Imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dan MR lanjutan untuk anak usia 18 bulan.

 Imunisasi DT dan campak/MR untuk anak kelas 1 SD/Madrasah dan sederajat.

 Imunisasi TD untuk anak kelas 2 SD/Madrasah dan sederajat.

 Imunisasi TD untuk anak kelas 5 SD/Madrasah dan sederajat.

Memahami Manfaat Pemenuhan Jadwal Imunisasi Dasar Anak

Jika jadwal imunisasi anak dipenuhi, risiko berbagai penyakit berbahaya di kemudian hari bisa
dihindari. Untuk lebih memahami pentingnya memenuhi jadwal imunisasi dasar anak, berikut ini
manfaat dari masing-masing vaksin yang dianjurkan untuk diberikan pada anak:

 Vaksin Hepatitis B: untuk mencegah penyakit hepatitis B, yaitu penyakit pada organ
hati yang dapat berlangsung beberapa minggu, bahkan seumur hidup.

 Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus): merupakan vaksin kombinasi yang bisa


mencegah ketiga penyakit mematikan pada bayi tersebut. Difteri adalah penyakit yang
dapat membuat bayi sulit bernapas, lumpuh, dan mengalami gagal jantung. Tetanus
adalah penyakit yang dapat menyebabkan kaku otot dan mulut mengunci. Sementara itu,
pertusis adalah batuk rejan yang bisa membuat bayi batuk sangat parah hingga tak bisa
bernapas dan tak jarang juga mengakibatkan kematian.

 Vaksin BCG: untuk mencegah serangan penyakit tuberkulosis (TB) yang terkadang juga
bisa berkembang menjadi meningitis.

 Vaksin Polio: untuk mencegah penyakit polio yang sangat menular dan dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen. 

 Vaksin Hib: untuk mencegah meningitis, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah
usia 5 tahun, juga infeksi pada telinga, paru-paru, darah, maupun persendian.

 Vaksin MR: untuk mencegah penyakit campak dan rubella. Campak adalah penyakit
menular dan menyebabkan demam tinggi dan ruam serta dapat berujung pada kebutaan,
ensefalitis, hingga kematian. Sementara rubella adalah infeksi virus yang bisa berdampak
ringan pada anak, tetapi berakibat fatal bagi ibu hamil.
Perbedaan imunisasi dan vaksinasi

Banyak orang menyamakan arti istilah tersebut, padahal keduanya memiliki


arti yang berbeda. Lantas, apa bedanya? Sebenarnya keduanya masuk ke
dalam rangkaian proses pencegahan penyakit.

Pemberian vaksinasi dan imunisasi terjadi secara bertahap untuk memperkuat


antibodi perlahan. Vaksin adalah ‘alat’ untuk membentuk antibodi terhadap
suatu penyakit tertentu.

Ini berarti vaksinasi adalah proses pemberian antibodi untuk menangkal


penyakit.

Sementara imunisasi adalah proses pembuatan antibodi dalam tubuh setelah


pemberian vaksin agar sistem imun semakin kuat, sehingga kebal terhadap
serangan penyakit.
Meski begitu, masyarakat lebih mengenal istilah imunisasi ketimbang
vaksinasi. Secara tak langsung, hal ini membuat imunisasi dan vaksinasi
memiliki arti yang sama padahal berbeda.

Manfaat imunisasi bagi anak

Kementerian Kesehatan RI menetapkan jenis imunisasi untuk anak yang wajib


dilakukan beberapa kali sepanjang hidup si kecil. Penting untuk Anda
mengetahui manfaatnya, yaitu:
 Melindungi anak dari risiko kematian
 Efektif mencegah penyakit
 Vaksin melindungi orang lain
Bagaimana bisa melindungi orang lain? Hal ini disebut juga dengan herd
immunity atau kekebalan kelompok.
Ini adalah kondisi ketika vaksin tidak hanya melindungi orang yang mendapat
imunisasi, tetapi juga memiliki manfaat untuk anak yang tidak menerima
vaksin.
Ketika banyak anak mendapatkan perlindungan vaksin, mereka akan
membantu melindungi sebagian anak yang kekurangan sistem kekebalan
tubuh dengan mengurangi penyebaran penyakit.
Semakin banyak anak yang mendapat vaksin, semakin sedikit penyebaran
penyakit. Dengan begitu, mereka yang tidak mendapatkan imunisasi dapat
ikut terlindungi.
Apa akibatnya jika anak tidak mendapatkan imunisasi?

Pada dasarnya, vaksinasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi sejak bayi
baru lahir untuk menjaga kesehatannya.

Ada tiga alasan penting mengapa ini wajib untuk semua bayi, yaitu:

 Vaksinasi sudah terbilang aman, cepat, dan sangat efektif untuk


mencegah penularan penyakit.
 Sekali mendapatkan imunisasi, maka setidaknya tubuh anak telah
terlindungi dengan baik dari ancaman penyakit.
 Anak justru berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit dan mengalami
gejala yang lebih parah jika tidak mendapatkan imunisasi.
Selain itu, bila bayi tidak menerima vaksin atau bayi terlambat vaksinasi, bisa
berakibat fatal untuk kesehatannya di kemudian hari.
Sebab ketika anak sudah mendapatkan vaksin, otomatis melengkapi tubuhnya
dengan sistem imun yang bekerja spesifik untuk menyerang virus.

Sebaliknya jika anak tidak mendapatkan imunisasi, tubuh tidak memiliki sistem
pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya
tersebut.

Terlebih sistem imun anak kecil juga belum sekuat dan bekerja semaksimal
orang dewasa.

Hal ini akan membuat kuman penyakit semakin mudah berkembang biak
dalam tubuh anak. Efek samping imunisasi tidak sebanding dengan bayi yang
tidak mendapat imunisasi.
Jenis imunisasi dasar lengkap untuk bayi

Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017, ada beberapa imunisasi atau


vaksin yang wajib untuk bayi baru lahir sampai sebelum berusia 1 tahun.

Jenis imunisasi ini bisanya diberikan gratis oleh pelayanan kesehatan di bawah
naungan pemerintah, seperti Posyandu, Puskesmas, maupun rumah sakit
daerah.
Terdapat dua tipe imunisasi yaitu suntik dan oral dengan cara meneteskan ke
dalam mulut.

Vaksin oral berisi bibit penyakit yang masih hidup tetapi sudah lemah,
sementara vaksin suntik biasanya berisi virus atau bakteri yang sudah mati.

Sementara itu, pemberian vaksin suntik dengan cara menyuntikkan cairan


pada bawah lapisan kulit atau langsung menuju otot, biasanya lengan atau
paha.

Kandungan vaksin tetes akan langsung masuk saluran cerna untuk


merangsang sistem kekebalan tubuh dalam usus.

Sementara vaksin suntik akan membentuk kekebalan langsung dalam darah.

Berikut daftar imunisasi dasar lengkap yang wajib untuk bayi beserta jadwal
imunisasi bayi dan anak terbaru rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
tahun 2020:
 Hepatitis B (usia 12 jam setelah lahir, 2, 3, 4 bulan)
 Polio (usia bayi 0, 2, 3, 4 bulan)
 BCG (sebelum usia bayi 3 bulan)
 MR/MMR (6 bulan dan 18 bulan)
 vaksin DPT, HiB, HB (usia bayi 2, 3, 4 bulan)
Vaksin pentavalen merupakan vaksin kombinasi dari vaksin HB, dan vaksin HiB
(haemophilus influenza tipe B).
Jenis vaksinasi tambahan untuk bayi dan anak

Bayi sangat perlu mendapat beberapa imunisasi tambahan. Pemberian jenis


vaksin pilihan tidak hanya pada anak-anak, tetapi orang dewasa sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi. Berikut daftar vaksin pilihan untuk anak-anak dan
orang dewasa:

 tifoid (anak usia 24 bulan)


 Imunisasi rotavirus (usia bayi2, 4, 6 bulan)
 Vaksin PCV ( usia bayi 2, 4, dan 6 bulan)
 Vaksin varicella (setelah anak berusia 12 bulan)
 Vaksinasi influenza (bayi umur 6 bulan ulang setiap satu tahun)
 hepatitis A (bayi usia 12 bulan, ulang 2 kali jeda 6-36 bulan)
 HPV (anak usia di atas 9 tahun)
Pemberian imunisasi HPV berfungsi untuk melindungi tubuh dari virus HPV
yang dapat mengakibatkan kanker serviks, penyakit seks menular seperti kutil
kelamin, hingga kanker anus dan penis.
Jenis vaksinasi untuk usia anak sekolah

Kebanyakan pemberian vaksinasi pada anak usia sekolah adalah pengulangan


atau booster dari imunisasi saat bayi. Indonesia sendiri, telah ada jadwal
imunisasi lanjutan bagi anak usia sekolah.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan no.12 tahun 2017, jenis
vaksinasi anak usia sekolah yang masuk program kesehatan Indonesia yaitu:
 diphtheria tetanus  (DT)
 Campak
 Tetanus diphteria (Td)
Kementerian Kesehatan telah mengatur jadwal vaksinasi anak usia sekolah
dasar, yaitu:
 Kelas 1 SD: Imunisasi campak setiap bulan Agustus dan
imunisasi diphteria tetanus  (DT) setiap bulan November.
 Kelas 2-3 SD: Imunisasi  tetanus diphteria (Td) pada bulan November.
Sementara itu, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), anak
juga perlu mendapatkan jenis vaksinasi anak lain, seperti:
 Influenza: anak usia 7-18 tahun yang mengalami flu setiap tahun.
 Human papillomavirus (HPV): Dimulai saat anak berusia 11-12 tahun,
juga bisa diberikan saat anak usia 9-10 tahun, jika memang kondisi
kesehatan anak memerlukannya
 Meningitis: Anak berusia 11-12 tahun.
 Vaksinasi dengue: Anak usia di atasi 9 tahun yang pernah terkena DBD.
 Vaksin Japanese Encephalitis (JE): Bila akan mendatangi negara epidemi.
Khusus untuk vaksinasi meningitis, ini termasuk dalam imunisasi khusus
sehingga harus konsultasi dulu dengan dokter anak.
Apakah vaksinasi pasti membuat anak kebal?

Anak yang sudah mendapatkan imunisasi akan sangat jarang sakit karena
sistem imunnya sudah kuat oleh bantuan obat ini.
Meski begitu, orangtua perlu paham bahwa setelah anak melengkapi
vaksin, tetap ada kemungkinan kecil untuk terserang penyakit tersebut.

Mengutip dari laman IDAI, penelitian epidemiologi Indonesia dan negara-


negara lain telah membuktikan manfaat perlindungan dari vaksinasi.
Ketika ada wabah campak, difteri atau polio, anak yang sudah mendapat
imunisasi lengkap tercatat sangat jarang tertular.

Apabila memang sakit karena tertular, biasanya kondisi anak tidak akan
terlalu parah sampai membahayakan nyawa.

Sebaliknya, anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi wajib sama


sekali biasanya cenderung mengalami sakit yang lebih berat, komplikasi
berupa kecacatan, atau bahkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai