Kepastian Hukum Utrecht
Kepastian Hukum Utrecht
Kepastian Hukum Utrecht
PENDAHULUAN
Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang harus
mempunyai hubungan dengan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhannya. Ada
hubungan yang mempunyai akibat hukum dan ada hubungan yang tidak mempunyai
akibat hukum. Hubungan yang mempunyai akibat hukum menimbulkan hak dan
kewajiban. Hal ini membuat hukum berkembang pesat begitu pula dengan hukum
perjanjian. Dalam perkembangannya, hukum yang ada tidak dibarengi dengan kemajuan
benturan hukum dalam teori dan praktek pelaksanaannya. Akibat lain dari interaksi ini
merupakan perbuatan hukum dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau
dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, sedangkan perjanjian itu
sendiri merupakan salah satu sumber perikatan selain undang-undang2. Ketentuan Pasal
1
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Radja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm 25
2
Ibid, hlm 30
1
karena undang-undang”
mengenai ketentuan umum dan ketentuan khusus. Ketentuan umum memuat tentang
mengatur tentang ketentuan yang dapat diberlakukan baik terhadap perjanjian yang
diatur dalam KUH Perdata maupun diluar KUH Perdata misalnya tentang bagaimana
lahirnya perikatan, macam perikatan dan hapusnya perikatan. Ketentuan khusus memuat
mempunyai nama tertentu misal : jual beli, sewa menyewa, persekutuan perdata.
Pasal 1338 KUHPerdata yang tercantum dalam Buku III KUH Perdata
menyatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan ini menunjukkan bahwa Buku III
menganut asas kebebasan berkontrak dalam hal membuat perjanjian (beginsel der
contractsvrijheid) 4.
Ketentuan ini juga menunjukkan bahwa setiap orang leluasa untuk membuat
perjanjian dengan bentuk perjanjian yang apa saja asal tidak bertentangan dengan
Undang-Undang, melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Oleh karena itu Buku III
dinamakan menganut sistem yang terbuka artinya seseorang dapat membuat perjanjian
diluar ketentuan yang terdapat dalam buku III, jadi buku III hanyalah merupakan
pelengkap (aanvullend recht). Jadi jelaslah bahwa buku III mengatur perihal hubungan
3
Ibid, hlm 40
4
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (PT. Intermasa, Bandung 1982). Hlm 127
2
hukum antara orang dengan seseorang. Adapun obyek perikatan adalah prestasi. 5
Adapun sesuatu yang dapat dituntut dalam perikatan dinamakan prestasi. Prestasi
sewa menyewa)
Oleh karena itu dalam suatu perjanjian haruslah dianggap lahir pada waktu
terjadi kesepakatan antara para pihak. Orang yang hendak membuat perjanjian harus
Jadi jelas bahwa perjanjian melahirkan hak dan kewajiban terhadap barang atau harta
kekayaan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian dan mengikat diri dalam suatu
Salah satu contoh perjanjian yang sering dilakukan adalah perjanjian hutang
piutang, dalam praktek perjanjian ini banyak terjadi di masyarakat, di mana pada
awalnya para pihak telah sepakat untuk melakukan hak dan kewajiban. Dalam hal
perjanjian hutang piutang pihak yang berhak menuntut dinamakan pihak berpiutang
atau kreditor, sedangkan pihak yang berwajib memenuhi tuntutan itu dinamakan
5
Ibid, hlm 128
6
Ibid, hlm 130
7
Ibid, hlm 131
3
pihak berhutang atau debitur.8
Wanprestasi. Seseorang dalam keadaan wanprestasi inilah maka dapat diajukan di muka
hutang piutang tersebut digolongkan sebagai perjanjian khusus dan disebut juga sebagai
perjanjian bernama. Namun demikian dalam hal pemenuhannya tidak selamanya sesuai
dengan apa yang telah disepakati dan diperjanjikan. Ketidak mampuan melakukan suatu
hutang piutang dinyatakan secara jelas dan tegas dalam suatu perjanjian.
perjanjian hutang piutang maka dalam perjanjian hutang piutang tersebut dapat
(debitur) memberikan atau menyerahkan suatu barang (benda) atau tanggungan atas
miliknya sebagai jaminan terhadap pelunasan hutangnya kepada pihak yang berpiutang
hutang piutang sebenarnya tidak terlepas dari kesepakatan diantara para pihak.
sesuai tidak dengan jumlah utang yang dimohonkan pada kreditur. Oleh karena itu pada
Jaminan yang diserahkan dari debitur kepada kreditor tujuannya adalah untuk
8
Munir Faudy, Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hlm 25
9
Ibid, hlm 40
4
menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai
dengan uang. Penyerahan jaminan akan memberikan kewenangan pada kreditor untuk
mendapatkan terlebih dahulu pelunasan hutangnya dari jaminan yang telah diserahkan.
Dalam perjanjian hutang piutang penyerahan barang jaminan yang sering terjadi
lembaga jaminan yang disebut Hak Tanggungan apabila objek jaminan hutang
menyatakan bahwa :
”Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah
selanjutnya disebut dengan Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok– Pokok Agraria, berikut
benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditor tertentu terhadap kreditor- kreditor lain.”10
preference), begitu pula jika terjadi wanprestasi, kreditor mudah dalam melakukan
eksekusi.
tersebut tidak menggunakan lembaga Hak Tanggungan namun berupa gadai, Gadai
”Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
10
Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
5
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya
untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan”
Ketentuan ini menunjukkan bahwa dalam hal gadai, jaminan yang diserahkan
kepada kreditor berupa (barang) bergerak dan bukan barang tidak bergerak (tanah). Di
dalam masyarakat apabila terjadi hutang piutang jaminan yang diserahkan berupa barang
jaminan yang berupa tanah, dimana penyerahannya dilakukan dengan cara menyerahan
bukti kepemilikan hak atas tanah (sertifikat) milik debitur pada kreditor pada saat terjadi
perjanjian hutang piutang. Penyerahan jaminan dilakukan secara sepakat dengan tujuan
jaminan berupa sertifikat debitur kepada kreditor. Perjanjian hutang piutang yang
dilakukan secara tidak tertulis atau lisan bisa saja terjadi karena adanya hubungan
kekerabatan yang baik antara kreditor dan debitur akibatnya apabila debitur wanprestasi,
Perjanjian hutang piutang dalam bentuk tertulis yang diikuti dengan penyerahan
menggunakan lembaga jaminan yaitu hak tanggungan. Berikut ini pengertian hutang
12
piutang yang disampaikan oleh Prof. R. Subekti, S.H. Perjanjian hutang piutang
identik dengan perjanjian pinjam meminjam, Pasal 1754 KUH Perdata menyatakan :
11
Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm 35
12
R. Subekti, Aneka Perjanjian (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1995) Hlm 126
6
“Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis
karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.”
Sejumlah yang sama dari jenis mutu yang sama pula, ketentuan ini memberikan
pengertian bahwa pihak yang menerima pinjaman memikul resiko atas barang
pinjaman tersebut begitu pula dalam hal kenaikan maupun kemerosotan barang.
Dalam hal pinjaman uang apa yang tertera dalam perjanjian hanyalah terdiri atas
jumlah uang dalam jangka waktu tertentu oleh karena itu orang yang meminjamkan
tidak boleh meminta kembali apa yang telah dipinjamkan sebelum lewat waktu yang
pasti dalam suatu perjanjian tidak jarang jangka waktu yang diperjanjikan tersebut tidak
sesuai dengan apa yang telah disepakati para pihak. Dari sinilah timbul kekhawatiran
orang yang berpiutang (kreditor) kepada orang yang berhutang (debitur) apabila dalam
waktu yang diperjanjikan debitur ternyata tidak melunasi pinjamannya. Untuk menjamin
adanya kepastian hutang piutang dan untuk memudahkan eksekusi jika debitur
wanprestasi maka diperlukan suatu akta otentik yang dibuat oleh pejabat yang
berwenang dalam hal ini Notaris. Adapun akta yang dibuat sebagai bentuk perlindungan
pokok yang telah diperjanjikan lebih dulu, akta pengakuan hutang tidak akan muncul
sebelum perjanjian pokok hutang piutang ada terlebih dahulu. Akta pengakuan hutang
7
dibuat dihadapan Notaris dan menjadi kekuatan pembuktian. Oleh karena akta
pengakuan hutang sering digunakan dalam pemberian kredit pada lembaga perbankan,
lembaga non bank maupun perorangan, akta pengakuan hutang ini tumbuh dalam
masyarakat.
Pada pengadilan, eksekusi merupakan suatu tindakan paksa yang dilakukan oleh
pengadilan kepada pihak yang kalah dan eksekusi ini merupakan tindakan lanjutan dari
pemeriksaan yang lebih dulu. Dalam akta pengakuan hutang, eksekusi dilakukan karena
Akta pengakuan hutang yang dibuat oleh Notaris bukan hanya digunakan bagi
lembaga perbankan namun juga digunakan bagi perorangan dimana akta pengakuan
hutang merupakan acsesoir bagi perjanjian pokok hutang piutang yang telah dibuat lebih
dahulu. Kendala yang terjadi adalah dalam hal eksekusi, eksekusi atas jaminan tidak
semudah dengan kekuatan eksekutorial yang melekat pada akta pengakuan hutang,
wanprestasi.
Berdasarkan latar belakang ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut atas praktek akta pengakuan hutang. Oleh karena itu judul yang penulis ambil
B. Rumusan Masalah
8
1. Bagaimana pelaksanaan eksekusi Objek Jaminan Hak Tanggungan Sebagai
Sijunjung ?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Sijunjung.
D. Manfaat Penelitian
masukan bagi para pihak sebagai upaya dalam menyempurnakan kebijakan politik
ini diharapkan dapat bermanfaat juga bagi dunia akademis terutama sumbangan
pemikiran bagi mahasiswa hukum, program pasca sarjana bidang hukum serta
notaris mengenai perjanjian hutang piutang pada umumnya dan akta pengakuan
9
masyarakat yang membuat suatu perjanjian dan dapat bermanfaat bagi
E. Keaslian Penelitian
karya asli dan pemikiran yang objektif dan jujur. Keseluruhan proses penulisan
sampai pada hasilnya merupakan upaya mengkaji kebenaran ilmiah yang dapat di
pertanggung jawabkan.
jaminan hak tanggungan sebagai jaminan kredit yang tidak dibacakan yang pernah
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gede Ray Ardian Machini Yasa, Program
sedangkan pada penelitian ini yang akan dibahas adalah untuk penelitian
10
Pelayanan Piutang dan Lelang Negara Wilayah Kerja Salah Tiga’. Bahwa
atau teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-
norma dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk membahas
pemikiran teoritis, oleh karena ada hubungan timbal baik yang erat antara teori
data.
1. Kerangka Teoritis
mengetahui yang mana dan seberapa haknya dan kewajibannya serta teori
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi
11
individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum
yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan
atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya
dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim
kepastian yang dicapai “oleh karena hukum”. Dalam tugas itu tersimpul dua tugas
lain yakni hukum harus menjamin keadilan maupun hukum harus tetap
berguna. Ada 2 (dua) macam pengertian “kepastian hukum” yaitu kepastian oleh
hukum undang-undang dan bahwa dalam undang-undang itu tidak ada ketentuan-
adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi
12
aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku
yuridis.
2. Asas keadilan hukum (gerectigheit). Asas ini meninjau dari sudut filosofis,
pengadilan
sekiranya dapat dikemukakan bahwa “summum ius, summa injuria, summa lex,
summa crux” yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali
13
Hans Kelsen dalam Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008,
hlm.158
14
Gustav Radbruch dalam Dwika,“Keadilan dari Dimensi Sistem Hukum”,
http://hukum.kompasiana.com. (02/04/2011), diak ses pada 24 Januari 2016
13
merupakan tujuan hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan
hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan
yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan
melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut
pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini,
tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum.
Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya
membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan
B. Teori Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil yang artinya menurut kamus besar bahasa
15
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm 59
16
Utrecht dalam Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya
Bakti,Bandung, 1999, hlm.23.
17
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Penerbit Toko
Gunung Agung, Jakarta, 2002, hlm.82-83
14
Indonesia adalah tidak memihak atau tidak berat sebelah. Sehingga keadilan dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan yang bersifat adil atau perbuatan yang tidak
memihak. Keadilan adalah salah satu dari tujuan hukum selain kemanfaatan dan
Berbagai macam teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-
teori ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan
banyaknya kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan prestasinya dalam hal ini
Teori keadilan merupakan salah satu tujuan hukum seperti apa yang
dikemukakan oleh Gustav Radbruch dalam teori gabungan etis dan utility yang
Teori keadilan John Rawls, berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan utama
keadilan dari setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan, khususnya
masyarakat lemah pencari keadilan. Teori Keadilan Hans Kelsen, dalam bukunya
general theory of law and state, berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan
15
sosial yang dapat dinyatakan adil apabila dapat mengatur perbuatan manusia
bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan yang adil yang beranggapan bahwa
yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini apa dijawab dengan menggunakan
pendapat tentang apakah yang dinamakan adil, terdapat tiga hal tentang pengertian
adil. Adil ialah meletakan sesuatu pada tempatnya, menerima hak tanpa lebih dan
memberikan orang lain tanpa kurang dan memberikan hak setiap yang berhak
secara lengkap tanpa lebih tanpa kurang antara sesama yang berhak dalam
keadaan yang sama, dan penghukuman orang jahat atau yang melanggar hukum,
Teori ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu yaitu untuk
16
dalam pembuatan akta autentik khususnya perbuatan Notaris yang telah dijatuhi
putusan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Diharapkan
teori ini dapat memberikan rasa adil dalam hal pertanggungjawaban terhadap
perbuatannya yang melawan hukum khususnya bagi para pihak yang dirugikan
oleh Notaris/ PPAT atau bagi Notaris/PPAT itu sendiri dan pada umumnya bagi
masyarakat terhadap seorang akan semakin besar dan membuat masyarakat merasa
Teori yang digunakan dalam kasus ini adalah teori perlindungan hukum
17
represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk
hubungan antara negara atau masyarakat dengan warganya, dan hubungan antara
dengan tertib dan lancar. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas hukum untuk
kaidah umum yang berlaku umum. Agar tercipta suasana aman dan tentram dalam
tegas. 19
manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai
19
Soerjono Soekanto, 1999, Penegakkan Hukum, Binacipta, Bandung hlm 15
20
Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem Remaja Rosdakarya,
Bandung, hlm. 79
21
Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT.
Gunung Agung Tbk, Jakarta, hlm. 85
18
bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini
Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tidak di setiap
kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
Pada dasarnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek yang
dilindungi oleh hukum yang dapat menimbulkan adanya hak dan kewajiban dari
merasa aman dalam melaksanakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arti dari
perlindungan hukum itu sendiri adalah pemberian kepastian atau jaminan bahwa
seseorang yang melakukan hak dan kewajiban telah dilindungi oleh hukum.
Adanya hubungan hukum yang terjadi antara pembeli lelang, debitur dan
22
Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 53
19
kreditur menciptakan adanya perlindungan hukum, dalam hal ini perlindungan
hukum dapat diartikan bahwa hubungan antara kreditur dan debitur tidaklah
tersebut.
G. Kerangka Konseptual
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah yang
20
d. Sertifikat Hak Tanggungan, sebagai mana dimaksud dalam ayat 1
sebagai mana pengganti grosse akta hipotik sepanjang mengenai hak atas
tanah.
I. Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu sedangkan logi
mogos adalah ilmu atau pengetahuan. Dengan demikian metodologi diartikan sebagai
cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai
suatu tujuan.
negatif dari suatu permasalahan namun juga segi positif sehingga dapat diberikan
suatu solusi.
21
Dalam pendekatan ini sebenarnya bagaimana menemukan law in action
dari suatu peraturan sehingga perilaku yang nyata dapat di observasi sebagai akibat
sesuai atau tidak dengan ketentuan hukum normatif (kodifikasi atau Undang-
Undang).23
pendekatan empiris yang berbasis pada analisa data primer yang diperoleh dari
yang lebih mendalam tentang hal-hal yang berkenaan dengan berbagai faktor
pendekatan yuridis penelitian ini berbasis pada analisa data primer yang diperoleh
dari penelitian dengan metode wawancara. Khususnya pada notaris dan para
2) Spesifikasi Penelitian
mengkaitkan dengan teori hukum serta praktik pelaksanaan hukum positif yang
23
Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum ( PT Citra Aditya, Bandung, 2004), hlm
132
22
berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu untuk kemudian dilakukan analisa
atas keadaan tersebut, dalam hal ini adalah notaris maupun pihak terkait yang
yang akurat, terarah melalui pokok - pokok bahasan yang terdapat dalam
jawaban.
kepada para pihak yang terkait di dalam penulisan ini, pertanyaan yang
namun juga pada para pihak yang berkehendak dalam pembuatan akta
b) Data Sekunder
23
sekunder terdiri dari :
(3) Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang mendukung bahan hukum
primer dan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus bahasa
Indonesia.
sekunder akan dianalisa dan diteliti terhadap suatu populasi. Populasi adalah
seluruh objek atau individu atau seluruh kejadian yang akan diteliti. Populasi
dalam penulisan ini adalah Notaris dan para pihak pihak debitur pada BPR
Kabupaten Sijunjung yang terkait dalam penulisan ini sehingga data diperoleh
dapat akurat.
dan populasi yang ditunjuk adalah subjek yang ditunjuk sesuai dengan penelitian.
24
Teknik yang digunakan adalah teknik purpose sampling. yang dimaksud dengan
notaris yang pernah membuat akta pengakuan hutang pribadi maupun terhadap
Data primer yang telah berhasil dikumpulkan dari para nara sumber baik
Selanjutnya data tersebut disajikan secara deskriptif untuk kemudian ditarik suatu
telah penulis kumpulkan baik secara primer dan sekunder akan dianalisa dan
25