Pengembangan Paragraf

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA PARAGRAF

Judul : Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia pada Era Teknologi Digital


Paragraf 1 : Fakta perkembangan informasi komunikasi melalui media digital
Paragraf 2 : Bentuk penggunaan Bahasa Indonesia pada Media digital. Beri
contoh
Paragraf 3 : Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia pada Kalangan Milenial
di Media digital

PENGEMBANGAN PARAGRAF

Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia pada Era Teknologi Digital

Perkembangan teknologi dan informasi menjadi sebuah reformasi yang tidak


terhindarkan dalam memasuki era 4.0. Berbagai inovasi mendorong terciptanya teknologi
informasi yang bersifat cepat dan kompleks namun praktis. Seluruh lapisan masyarakat pun
dituntut untuk mampu mengadopsi inovasi ini seiring sifatnya yang mampu mempermudah
dan membantu meringankan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Adopsi inovasi
merupakan proses implementasi terhadap peradaban teknologi dengan mempertimbangkan
ada atau tidaknya manfaat di dalamnya. Tingkat adopsi inovasi teknologi oleh masyarakat
mendorong adanya persiapan infrastruktur yang matang dalam rangka memenuhi kebutuhan
layanan bagi seluruh masyarakat terutama di Indonesia mengingat daerah-daerah di negara
ini terpisah oleh pulau-pulau yang begitu luas. Sejauh ini perkembangan Information
Communication Technology atau teknologi komunikasi informasi (ICT) semakin memadai
meskipun untuk 122 wilayah terdepan, terpencil, dan tertinggal yang tersebar dari Sabang
hingga Merauke masih membutuhkan usaha lebih ekstra.

Pada era digital platform media sosial seperti Faceebook, Whatsapp, Instagram,
Tweeter, Youtube, dll. sudah menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat Indonesia,
mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Kehadiran media sosial di
tengahtengah masyarakat saat ini menjadi fenomena tersendiri. Bahkan hampir semua lini
kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari media sosial. Dampaknya media sosial saat
ini mengubah budaya dan cara berkomunikasi masyarakat Indonesia terutama generasi
milenial. Dahulu masyarakat senang berkomunikasi secara langsung. Akan tetapi, saat ini
masyarakat lebih senang berkomunikasi menggunakan media sosial. Bahkan ketika sedang
bersama atau berkumpul pun masyarakat sibuk dengan media sosial masing-masing. Artinya
walaupun sedang bersama, tetapi komunikasi kurang terjalin dengan baik. Menurut Putri
(2017) bahasa Indonesia memegang peranan penting pada semua aspek kehidupan. Saat ini
adalah era millennial, masa adanya peningkatan penggunaan dan keakraban dengan
komunikasi, media dan teknologi digital. Hal tersebut berdampak pada perkembangan bahasa
Indonesia. Keadaan yang ada sekarang adalah fungsi bahasa Indonesia mulai digantikan atau
tergeser oleh bahasa asing dan adanya perilaku yang cenderung menyelipkan istilah asing,
padahal padanan dalam bahasa Indonesianya ada, dikarenakan sikap yang meyakini bahwa
akan terlihat modern, dan terpelajar dan dengan alasan mempermudah komunikasi di era
millennial. Hal ini tentu saja akan mengancam kemurnian bahasa Indonesia padahal bahasa
menjadi bagian terpenting dalam berkomunikasi menggunakan media sosial. Penggunaan
bahasa dalam media sosial menjadi kajian yang menarik dari pemerhati atau praktisi bahasa
di Indonesia bahkan dunia. Hal tersebut karena media sosial memberi pengaruh kurang baik
terhadap perkembangan bahasa nasional masing-masing karena penggunannya tidak sesuai
dengan tata bahasa baku yang telah ditentukan. Demikian halnya dengan penggunaan bahasa
Indonesia pada media sosial masyarakat Indonesia khususnya generasi milenial. Dalam
berkomunikasi menggunakan media sosial masyarakat khususnya generasi milenial memang
tidak diharuskan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tidak ada aturan baku
tentang penggunaan bahasa Indonesia di media sosial. Walaupun tidak ada aturan baku
tentang penggunaan bahasa pada media sosial, tetapi dalam bermedia sosial bisa
menggunakan bahasa baku atau bahasa formal. Hal tersebut karena penggunaan media sosial
pada konteks nonformal, sehingga tidak harus taat aturan kebahasaan. Akan tetapi,
penggunaan bahasa pada media sosial dapat mencerminkan siapa penggunanya. Hal tersebut
sesuai dengan yang diungkapkan Arsanti (2017:211) dalam makalahnya yang berjudul “Siapa
Dia? Lihatlah Bahasa pada Media 4 Sosialnya” bahwa karakteristik atau identitas masyarakat
bisa dilihat dari bahasa pada media sosialnya. Berbagai karakter dari warganet bisa dilihat
dari unggahan-unggahan status media sosialnya. Tidak adanya aturan baku penggunaan
bahasa Indonesia pada media sosial menyebabkan pudarnya kemurnian bahasa Indonesia itu
sendiri. Akibatnya bahasa Indonesia digunakan secara serampangan karena tidak sesuai
dengan kaidah tata bahasa baku bahasa Indonesia. Tidak pakemnya penggunaan bahasa
Indonesia dalam media sosial tersebut disebabkan oleh perkembangan teknologi. Selain itu,
penggunaan bahasa Indonesia pada media sosial juga dipengaruhi oleh faktor budaya, bahasa
daerah, dan kata-kata serapan “bahasa media sosial” lainnya. Bahasa asing juga memberikan
pengaruh besar terhadap pudarnya kemurnian bahasa Indonesia. Secara umum hal tersebut
diakibatkan oleh arus modernisasi dan globalisasi yang sedang terjadi saat ini.

Generasi alfa memiliki karakter yang khas. Mereka menggunakan gawai dan
menjadikan internet sebagai kebutuhan pokok. Generasi ini lahir antara tahun 2000 sampai
saat ini. Mereka cendrung menggunakan ragam bahasa akrab ketika berkomunikasi langsung
maupun secara daring di media sosial. Mereka menganggap bahwa bahasa slang merupakan
bahasa millenial karena semua anak yang lahir pada tahun 2000an memahami makna yang
dimaksud antara penutur dengan lawan tuturnya. Generasi milenial yang lebih dengan
teknologi akan selalu menghubungkan segala hal dalam dunia digital. Pada era digital
sekarang ini, pemerintah dan masyarakat sangat perlu melakukan perencanaan bahasa
Indonesia (Language Planning) agar tidak menggerus bahasa daerah dan tidak tergerus oleh
bahasa asing. Penggunaan bahasa millenial bisa berkomunikasi secara langsung dan dapat
dilakukan saat mengirim pesan kepada lawan tutur melalui media sosial secara daring. Pada
media sosial, penggunanya mudah mengakses semua informasi, berpartisipasi, berbagi dan
menciptakan sebuah kosakata baru. Bahasa yang digunakan pada group WhatsApp bisa
dikategorikan sebagai bahasa millenial karena bahasa yang digunakan berupa kosakata yang
disingkat, kosakata yang digabung menjadi akronim, kosakata yang dibalik, kosakata dari
sebuah peristiwa atau plesetan. Kosakata dalam bahasa millenial bisanya memiliki ciri-ciri,
kosakata tersebut belum diketahui oleh masyarakat karena bukan kosakata pada umumnya
dan makna dari kosakata tersebut sulit untuk ditebak. Pada bahasa Indonesia banyak bahasa
slang yang digunakan oleh generasi millenial. Seperti “anjay boljug tuh” yang bermakna
waw, boleh juga itu. “lau dimans? Sokin lah bree” yang bermakna kamu sedang dimana? Sini
lah bro (sebutan untuk laki-laki). Dari beberapa contoh tersebut maka peneliti akan
menganalisis makna dari kosakata yang dibentuk oleh generasi millenial tersebut.
Daftar Pustaka

Arsanti, M., & Setiana, L. N. (2020). Pudarnya Pesona Bahasa Indonesia di Media Sosial
(Sebuah Kajian Sosiolinguistik Penggunaan Bahasa Indonesia). Lingua Franca: Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 4(1), 1-12.
Habibah, A. F. (2021). Era Masyarakat Informasi sebagai Dampak Media Baru. Jurnal
Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis-JTEKSIS, 3(2), 350-363.
Listeani, F. Y. PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA GENERASI
MILLENIAL. Basastra, 9(1), 1-15.

Anda mungkin juga menyukai