CBR Filsafat Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL BOOK REPORT

“FILSAFAT PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH:

NAMA : Talenta Septina BR Sebayang

KELAS : Reguler E

DOSEN PENGAMPU : Dra.Edizal Hatmi S.S M.Pd

MATA KULIAH : Filsafat Pendidikan

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan critical Book report. Tujuan saya menulis critical book report ini yang
utama untuk memenuhi tugas dosen Dra.Edizal Hatmi S.S M.Pd saya dalam mata
kuliah Filsafat Pendidikan .

Jika dalam penulisan CBR kami terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan
dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-
besarnya atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata mata agar
menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan tugas ini.

Semoga dengan ada nya pembuatan tugas ini dapat di berikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca. Penulis telah
berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas ini, namun penulis sadar
bahwa ini sangat jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
dosen pengampu semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengengetahuan bagi
pembaca.

Medan, Oktober 2021

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………….. 1


Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 3
1.2 Tujuan ……………………………………………………………….. 3
1.3 Manfaat ……………………………………………………………… 3
Bab II Isi Buku
2.1 Identitas Buku ………………………………………………………. 4
2.2 Ringkasan Isi Buku ………………………………………………….. 5
Bab III Pembahasan
3.1 Kelebihan Isi Buku …………………………………………………… 13
3.2 Kekurangan Isi Buku ………………………………………………… 16
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 17
4.2 Saran ………………………………………………………………….. 17

BAB I
PENDAHULUN

A. LatarBelakang

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata philosophiayang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari ataphilos yang berarti cinta, senang dan
suka,serta kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan(Ali 1986: 7).
Hasan Shadily (1984: 9) mengatakan bahwa filsafat menurut adalah cinta akan
kebenaran. Muhammad Mufid (2009: 173) mengungkapkan bahwa filsafat adalah
sejumlah keyakinan, sikap,cita-cita, aspirasi dan tujuan, nilai, norma, aturan dan prinsip
etis.Dari uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan komprehensif yang berusaha memahami persoalan-persoalan yang timbul
didalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Dengan mempelajari falsafat
sebagai medianya unuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi,
terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman
manusia.

B. Tujuan

Critical Book Report ini bertujuan:

1. Mengulas isi sebuah buku


2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
3. lebih memahami buku yang telah di buat menjadi critical book report
4. Sebagai bahan pengumpulan data dalam pembuatan critical book report untuk
di analisis dan mencari kelebihan dan kekurangan buku yang di kritisi .
5. Mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yang mampu
berpikir dan mengembangkan potensi diri

C. MANFAAT
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat Pendidikan
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Filsafat Pendidikan
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi buku.
4.  Membantu mahasiswa untuk berpikir kritis dan menalar dan menganalisis isi
buku
5.  Untuk membantu seorang mahasiswa mengkritik isi dari buku

D. Indentitas Buku
Buku Utama
Judul : Filsafat Pendidikan
Pengarang : Yusnadi
Ibrahim Gultom
Wildansyah Lubis
Arifin Siregar
Penerbit : Halamanmoeka
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2019
Cetakan : pertama
Hal : 145
ISBN : 978-602-269-343-7
Buku Pembanding

Judul : Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan


Pengarang : Prof. Dr. H. Jalaluddin
Prof. Dr. H Abdullah Idi,M.Ed
Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2013
Cetakan : ketiga
Hal : 229
ISBN : 978-979-769-372-5
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BAB II HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

Untuk memahami arti filsafat dapat ditelusuri dari beberapa sudut pandang para
ahli filsafat. Secara umun dalam memaknai filsafat dapat dapat ditelusuri secara
etimologi dan terminologi. 1. Secara etimologis,filsafat dalam bahasa Indonesia diambil
dari bahasa Yunani; philosophia dan philoshophos. Philo artinya cinta, sedangkan
shopia atau shopos artinya kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Filsafat berarti
sejumlah gagasan yang penuh dengan kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dengan
mencermati asal kata tersebut, secara harafiah filsafat adalah "mencintai
kebijaksanaan,pengetahuan dan kebenaran". Dengan demikian, kata
majemuk"philosophia" berarti "daya upaya pemikiran dan renungan manusia untuk
mencari kebenaran". Orang yang berfilsafat (filsu) berarti adalah orang pencinta atau
pencari kebenaran yang hakiki atau kebijaksanaan.2.Secara terminologi sudah banyak
dikemukakan oleh ahli-ahli dalambidang filsafat tentang pengertian filsafat. Pengertian
terminologimaksudnya adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat itu sendiri.
Pengertian-pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut
memiliki perbedaan sesuai dengan sudut pandang para ahli tersebut.

Berikut akan disampaikan beberapa pengertian filsafat yang dikemukakan


oleh ahli: a.Plato, arti filsafat adalah suatu ilmu yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.b. Aristoteles, Filsafat
adalah ilmu (pengetahuan)c. Immanuel Kant, pengertian filsafat adalah suatu
ilmu(pengetahuan) yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di
dalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika, agama, dan antropologi.d.
Johann Gotlich,pengertian filsafat adalah dasar dari segala ilmu yang membicarakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
e. Ali Mudhofir, memandang filsafat sebagai suatu sikap, metode, kelompok persoalan,
teori atau sistem pemikiran, sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna
istilah, dan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.1. Filsafat sebagai
sikap dimaknai sebagai sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap dalam hal ini
dimaknai sebagai predisposisi untuk melakukan penyelidikan secara kritis, terbuka,
toleran, dan keterbukaan untuk meninjau suatu problem dari semua sudut pandangan.2.
Filsafat sebagai suatu metodeSebagai suatu metode filsafat adalah cara berpikir secara
reflektüi (mendalam), penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secar hati-hati
dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara
mendalam dan jelas. 3. Filsafat sebagai kelompok persoalan. Tidak sedikit
permasalahan abadi yang dihadapi manusia, berbagaipermasalahan yang timbul
dimaksud akan diusahakan ditemukan jalan keluarnya secara mendalam. Lazimnya
usaha-usaha seperti itu dilakukan oleh para filsuf.4. Filsafat sebagai sekelompok teori
atau sistem pemikiranSejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori atau sistenm
pemikiran yang melekat pada nama-nama filsuf besar seperti Socrates, Plato,
Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karl Marx, August Comte, dan lainnya.5.
Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah Pada
umumnya filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan
pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa
merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi
filsafat.

Filsafat pendidikan merupakan bagian dari filsafat umum. Ditinjaudari sisi


kajiannya, menurut Barnadib filsafat pendidikan sebagai ilmu yang pada hakikatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Karena
bersifat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan
suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Dari batasan pengertian ini,
filsafat pendidikan akan membahas ilmu mengenai pendidikan itu sendiri secara
mendalam dan meluas di setiap bagian dari ilmu pendidikan. Arbi lebih lanjut
menjelaskan ketika pembahasan filsafat pendidikan dilakukan maka menginspirasi,
yang dapat diartikan mampu memberikan inspirasi bagi para pendidik untuk
menjalankan berbagai ide dalam pengembangan pendidikan, (2) menganalisis, yang
dapat diartikan mampu memeriksa secara detail setiap bagian dari pendidikan hingga
validitas dari pendidikan itu sendiri dapat diketahui secara jelas, (3) memperspektifkan,
yaitu mengenai upaya memberi pengarahan dan penjelasan kepada akan terkait dengan
pendidik mengenai pendidikan secara lebih luas dan mendalam, dan (4)
menginvestigasi, yaitu meneliti dan memeriksa tingkat kebenaran dari berbagai teori
yang ada di dunia pendidikan.

Filsafat Pendidikan sebagai Sistem, Secara umum terdapat empat sistem filsafat
umum yang menggunakan kerangka tiga bentuk pertanyaan tentang filsafat dasar, yaitu:
apa itu realitas, apa itu pengetahuan, dan apa itu nilai. Sedangkan empat sistem filsafat
umum tersebut adalah realisme, idealisme, experimentalisme, dan eksistensialisme.
Realisme dan idealisme dikenal sebagai filsafat tradisional,sedangkan experimentalisme
dan eksistensialisme dikenal sebagai filsafat modern.

Pada filsafat modern, seseorang punya hak untuk menentukan hasil akhir dan
makna. Idealismemerupakan salah satu filsafat tertua, yaitu di India Timurdan Plato di
belahan Barat. Mereka percaya terhadap unsur yang paling utama dalam hidup adalah
semangat manusia, dan semua kenyataan akan pupus terhadap substansi dasar tersebut
semangat. Bagi kaum idealis, bahwa kenyataan adalah merupakan khasanah fikiran,dan
tidak memperdulikan keadaan fisik, tidak mempertimbangkan materi sebagai
kenyataan.Kaumidealis mempercayai bahwa seseorang dapat mencapai suatu tingkat
mencerna pengetahuan melalui banyak cara selain dengan pendekatan metode ilmiah.

Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, baik
dillihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Fakta ini dapat dipahami karena pendidikan
pada hakikatnya merupakan spekulasi filsafat. Filsafat, jika dicermati dari fungsinya
secara praktis, adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai
problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika pendidikan
secara luas. Karenanya bila dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas,
dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman atau landasan dasar
bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Dengan demikian, filsafat
pendidikan dapat dipahami sebagai illmu yang pada dasarnya merupakan jawaban dari
pertanyaan- pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan implementasianalisis
filosofis dalam lapangan pendidikan.
BAB III KAJIAN FILSAFAT TENTANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN
AKSIOLOGI

Ontologi adalah salah satu kajian filsafat yang paling kuno. Banyak filosof yang
membahas tentang ontologi ini seperti Plato, Aristoteles dan lainnya. Namun yang
pertama sekali melemparkan pandangan filsafat mengenai ontologi adalah Thales,
seorang tilosof berkebangsaan Yunani. Istilah ontoloig terdiri dari dua suku kata yakni
ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos bisa juga disebut studi
yang membahas keberadaan, realitas sesuatu yang tentang hakikat sesuatu yang
herwujud (yang ada) dengan berdasarkanberarti ilmu atau pengetahuan. Dengan kata
lain, ontologi adalah ilmu yang pada logika semata.

Banyak aliran yang mengkaji tentang ontologi, namun hanyasebagian kecil saja
dari aliran itu dapat dikemukakan di dalam buku ini. Aliran-aliran tersebut adalah aliran
Monisme, Dualisme, Materialisme,Idelalisme, Agnostisisme. Monisme, adalah aliran
yang meyakini bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja dan bukan
dua.Dualisme, kaum yang berpegang kepada paham ini menyatakan bahwa ada dua
substansi yang keduanya berdiri sendiri. Artinya kelompok ini meyakini sumber asal
segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu materi jasad) dan rohani (spiritual). Ada
juga yang berpandangan yang membedakan dua dunia, yaitu dunia indra (dunia
banyang-bayang) dan dunia yang terbuka bagi rasio, yang membedakan substansi
pikiran dan substansi keluasan. Yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan
dunia yang mungkin dan yang membedakan antara dunia gejala(fenomena) dan dunia
hakiki (noumena) (Surajiyo, 2005: 119). Materialisme, aliran ini melampaui orang yang
berpaham naturalisakenyataan terdalam dari sesuatu yang dinamakan "materi"yang
sehingga paham ini disebut paham materialisme. Idealisme merupakan lawan dari
materialisme yang juga dinamakan spiritualisme. Aliran ini berpandangan bahwa
hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semuanya berasal dari roh. Aliran ini juga
menganggap bahwa materi dan zat itu hanyalah suatu jenis daripadla
penjelmaan rohani. Agnostisisme: Sesuai dengan sebutannya, agnotisisme berasal dari
kata
gnostein yang berarti tahu dan a berarti tidak. Makna harfiahnya adalah
"seseorang yang tidak mengetahui' nmeski tidak sinonim dengan ateisme.

Dalam konteks filsafat ilmu, ontologi merupakan ladang yang dikajiatau yang
ditelaah oleh ilmu. Menurut Suriasumantri, filsafat ilmu merupakan telaahan secara
filsafat yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:Objek apa yang
ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan
antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa,dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan?Istilah Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu, teori).
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang pembuktian
kebenaran dari sebuah pengetahuan atau kepercayaan.

Menurut Suriasumantri (1995: 33) pertanyaan filsafat yang ingin dijawab dalam
konteks. Istilah aksiologi (axiology) berasal dari kata axios yang berarti nilai dan logos
yang bermakna pengetahuan dan teori. Aksiologi berarti pengetahuan, teori yang
mempelajari tentang nilai dari segala sesuatu yang ada (realitas). Yang ingin dijawab
dari perspektif filsafat ilmu tentang aksiologi ini ialah: Untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut
dengan kaedah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik procedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/propesional?

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan


Nasional telah dirumuskan bahwa tujuan pendidikan telah mencerminkan nilai-nilai
yang tercantum dalam falsafah Pancasila. Dalam pasal 3 UU Sisdiknas disebutkan
bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negarayang demokratis dan
bertanggung jawab. Ke semua ini menjadilapangan kajian filsafat ontologi di satu sisi
dan filsafat epistemologi dan aksiologi di sisi lain di samping masalah-masalah lainnya
yang terkait dengan pendidikan.
BAB IV ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Idealisme berpandangansebuah kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide-


ide) atau spirit. Segala benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala
aktifitas adalah aktifitas kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai
mekanisme, tetapi dipandang sebagai sistem, dunia adalah keseluruhan (totalitas).
Kebudayaan selalu berkembang dan perkembangan itu adalah ide.

Perenialisme merupakan satu aliran dalam pendidikan yang lahirpada abad ke-
20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikanprogresif. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yangmenekan perubahan dan suatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
terutama
dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.

Esensialisme adalahfilsafatpendidikanyang menginginkan agar manusia kembali


kepada kebudayaan lama. Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul
pada zaman renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresifisme.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai- nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunya tata yang jelas. Idealisme dan realisme sebagai pendukung
esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang
utama pada dirinya masing-masing

Eksistensialisme, filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman


individu.
Eksistensi adalah cara manusia ada di dunia. Cara berada manusia berbeda dengan cara
beradanya benda-benda materi. Cara beradanya manusia adalah hidup bersama dengan
manusia lainnya, ada kerjasama dan komunikasi dan dengan penuh kesadaran,
sedangkan
Benda-benda materi keberadaannya berdasarkan ketidaksadaran akan dirinya sendiri
dan tidak dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya.
Pragmatisme berasal dari kata "pragma" yang berarti praktik atau aku berbuat.
Hal ini mengandung arti bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya
dengan apa yang dapat dilakukan. Manusia dan lingkungannya berdampingan, dan
mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap realitas. Peserta didik harus selalu
berhubungan dengan individu-individu lainnya, karena dalam hubungan yang demikian
mereka akan bertumbuh dan berkembang. Mereka akanmempelajari hidup dalam
komunitas individu, bekerja sama, danyesuaikan dirinya secara cerdas terhadap
kebutuha dan aspirasi
syarakat yang selalu berubah dan berkembang.

Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari caraberpikir


progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari
pengalaman-pengalaman kemasyarakatan di sekolah. Sekolah bukan hanya masyarakat
dalam ukuran mikro (kecil).

BAB VI FALSAFAH PANCASILA SEBAGAI REFERENSI FILSAFAT


PENDIDIKAN

Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Konsep dasar initertuang


dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun
1945. Terminologi "pancasila" berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata
yakni "panca" yang berarti lima dan "sila" yang berarti dasar. Dengan demikian istilah
"pancasila"
memiliki arti "lima dasar". Pancasila adalah falsafah bangsa yang digali dari bumi
Indonesia. Ia lahir melalui proses yang panjang dan sebagai cita-cita bersama seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam dari
para pendahulu kita terutama para pendiri bangsa Indonesia (founding father).

Toleransi berasal dari kata tolerate (Inggris) yang berarti mentolerinmembiarkan


dan sabar menghadapi. Sedang pengertian toleransi secara dan menghargaibahasa
bermakna sifat atau sikap menenggangpendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuanseseorang atau kelompok yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri. Kata sifat tolerant mengandung pengertian bersikap mendiamkan,
sikap tenggang rasa kepada sesamanya. Untuk menghindari adanya friksi-friksi didalam
perbedaan itu maka doktrin toleransi menjadi alat untukmenciptakan persatuan dan
kerukunan sesama warga negara yang berbeda-beda. Pancasila sebagai falsafah bangsa
dan negara tentu sangat terkait dengan filsafat pendidikan yang akan dibangun. Berikut
ini dibentangkan hubungan Pancasila dengan filsafat pendidik. Sebagaimana diketahui
bahwa filsafat adalah berpikir secara mendalansungguh-sungguh, universal dan secara
sitematis. Sementara filsafat pendidikan adalah renungan dan pemikiran mendalam
tentanependidikan secara filsafati. Oleh karena bangsa dan negara Indonesia memiliki
falsafah yang bernama Pancasila, maka Pancasila itulah sebagai landasan dan rujukan
dalam membentuk dan membangun filsafat
pendidikan.

Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak
tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat
tersebut. Kedua, filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan ahlinya dapat mempunyai relavansi dengan kehiaupa
nyata. Ketiga, Filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan banyak istilah
yang bermakna hampir sama dengan karakter.

Pendidikan karakter merupakan segmen dari revolusi mental yang


dilakukan melalui pendidikan formal, non formal dan informal. Sasaran
pendidikan karakter ini terutama pada peserta didik mulai dari Sekolah
Dasar (SD). Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas
(SMA) dan hingga Perguruan Tingg1 (PT).
BUKU PEMBANDING

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN.

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata
philosophiayang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari ataphilos yang berarti cinta,
senang dan suka,serta kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan(Ali
1986: 7). Hasan Shadily (1984: 9) mengatakan bahwa filsafat menurut adalah cinta akan
kebenaran. Muhammad Mufid (2009: 173) mengungkapkan bahwa filsafat adalah
sejumlah keyakinan, sikap,cita-cita, aspirasi dan tujuan, nilai, norma, aturan dan prinsip
etis.Dari uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan komprehensif yang berusaha memahami persoalan-persoalan yang timbul
didalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.

Menurut al-Syaibany (1979:36) filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang


teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan
memadukan proses pendidikan. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan
suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya
pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia. Menurut
Imam Barnadib (1993:3) filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan.

Mengingat antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan


kokoh, maka tugasnya pun seiring, yakni berupaya bersama dalam memajukan hidup
umat manusia (Arifin, 1993: 2). Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan
menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem
pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya unuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi,
terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman
manusia.
BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of science) yang
mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah
yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala
problematika dan kehidupannya. Namun karena banyak permasalahan yang tidak dapat
dijawab lagi oleh filsafa, lahirlah cabang ilmu pengetahuan lain yang membantu
menjawab segala macam permasalahan yang timbul. Seperti Filsafat Spritualisme kuno,
Spritualisme adalah suatu aliran filsafat yang mementingkan kerohanian. Spritualisme
Kuno berkembang di wilayah-wilayah Timur jauh disini berkembang filsafat
spiritualusme hinduisme dan budhisme, Timur tengah, romawi dan yunani:
antropolisme.

Reaksi terhadap Spiritualisme di Yunani,yaitu ada beberapa filsuf yang merasa


kurang puas dengan aliran spiritualisme. Mereka merasa kurang puas dengan aliran
spiritualisme yang dianggap tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Maka, lahirlah
aliran materialisme. Di antara tokohnya adalah Leukipos dan Demokritus (460-370
SM), yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah
materi. Kemudian, lahir pula aliran rasionalisme Rene Descartes, yang menyatakan
bahwa pusat segala sesuatu terletakpada dunia rasio, sementara yang lain adalah
objeknya. Demikianlah rangkaian reaksi filsuf terhadap aliran spiritualisme. Sebenarnya
reaksi ini tidak saja bergulir di Yunani, tetapi juga di dunia Barat dan Eropa.

Pemikiran filsafatyunani kunohingga abadpertengahansuatu pandangan teoretis


itu mempunyai hubungan erat dengan lingkungan, di mana pemikiran itu dijalankan,
begitu juga lahimya filsafat Yunani pada abad ke-6 SM. Pada masa ini, keterangan-
keterangan mengenai alam semesta masihberdasarkankepercayaan. Dan arena para
filsuf belum puas atas keterangan ini, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan
melalui budinya. Oleh karena filsuf-filsuf utu berusaha mencari inti alam. Para
sejarawan besar Yunani, seperti Nerodotas dan Thukydides, sangat dipengaruhi oleh
pemikiran sofistik. Begitu juga dengan dramawan-dramawan yang tersohor seperti
Sophokles dan Euripides. Di antara jasa sofis adalah fondasi untuk pendidikan
sistematis bagi kaum muda dan mengambil manusia sebagai objek dari pemikiran
filsafat, di samping mempersiapkan kelahiran filsafat baru yang direalisasikan oIeh
Socrates (470-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (367-345 SM).

BAB III ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI


ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI.

A. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana
keadaan yang sebenarnya, apakah hakikat di balik alam nyata ini. Epistemologi adalah
pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah
pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis
pengetahuan. Aksiologi merupakan suatu suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia.

Aliran-aliran filsafat pendidikan modern antara lain aliran

1. AliranProgresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas
progresivisme dalam semua realite kehidupan, agar manusia bisa survei menghadapi
semua tantangan hidup. Adapuntokoh-tokohaliranprogresivisme ini antara lain adalah
William James, John Dewe , dan Hans Vaihinger.
2. AliranEsensialisme.

Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-


nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-cirinya yang berbeda dengan
progresivisme. Dasar pijakan aliran pendidikan ini lebih fleksibel dan terbuka untuk
perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan
dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai
tata nilai yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).

3. Aliran Perenialisme

Perenialisme memberikan jalan ke luar, yaitu dengan memembalikan pada


kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji
ketangguhannya.Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme berpendapat bahwa mencari dan
menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya
filsafat pendidikan.Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles, kemudian
didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas yang menjadi pembaru utama di
abad ke-13 (Hamdani Ali, 1993: 154).

4. Aliran Rekonstruksionisme

Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris rekonstruct,yang berarti


menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme
merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran
rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan naliran perenialisme, yaitu
berawal dari krisis kebudayaan modern.

BAB V FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A.Pancasila Sebagai Filsafat Hidup Bangsa

Dalam ketetapan MPR Nomor il/MPR/1978, Pancasilam seluruh rakyat


Indonesia, kepribadian bangsa indonesia, pandangan bangsa Indonesia dan dasar
negarar. “Di samping menjadi tujuan hidup bangsarindonesia, Pancasila juga
merupakan kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai puncak
kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup
manusia sebagai pribadi, sebagai makhluk sosial dalam mengejar hubungan dengan
masyarakat, alam, Tuhannnya maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan
kebahagian rohaniah

B.Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional

Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang
dianut. Karenanya, sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan nasional
dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai
perwujudan jiwa dan nilai Pancasila.

C Hubungan Pancasila dengan Sistem Pendidikan Ditinjau dari Filsafat


Pendidikan

Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-


sungguhuntukmencarikebenaran sesuatu.Sementara filsafat pendidikan adalah
pemikiran yang mendalam tentang kependidikan berdasarkan filsafat. Bila kita
hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan,
maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang
menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-sila
Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai
Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentunya pendidikanlah yang berperan
utama.

D Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Onologi, Epistemologi, dan


Aksiologi

1. Ontologi adalahbagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
2. Epistemologi adalah bidang filsafat yang menyelidikisumber, syarat, proses
terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan.
3. Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (volue)
BAB III

PEMBAHASAN

A Kelebihan Buku

Buku utama

1. Menjelaskan secara tererperinci bagian-bagian dari filsafat pendidikan


2. Memiliki sub-bab yang menceritakan secara detail
3. Covernya cukup menarik membuat pembaca tertarik untuk membaca
4. Memiliki susunan yang sistemastis

Buku pembanding

1. Memiliki sub-bab yang ringkas sehingga lebih mudah dipahami


2. Memiliki cover yang cukup menarik sehingga membuat pembaca tertarik untuk
membeca
3. Memiliki susunan penulisan yang sistematika

B Kekurangan Buku

Buku Utama

1. Terdapat bahasa yang tidak dimengerti pada penulisan buku


2. Memiliki penjelasan yang terlalu meluas sehingga membingungkan pembaca
3. Memakai beberapa istilah asing yang membuat pembaca awan kesulitan
4. Penulis tidak membubuhkan gambar pada buku, sehingga kurang menarik
Buku Pembanding

1. Isi buku kurang menarik karena penulis tidak membubuhi beberapa contoh
gambar dalam buku.
2. Penulis buku banyak menempatkan kalimat asing, sehingga sulit untuk dipahami
oleh beberapa kalangan pembaca.
3. Pengulangan informasi sering kali terjadi pada bab-bab berikutnya contoh pada
bab 3 membahas ontologi, epistemologi dan aksiologi, pada bab 4 juga masi
membahas, namun dengan rana yang berbeda
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, baik dillihat
dari proses, jalan, serta tujuannya. Fakta ini dapat dipahami karena pendidikan pada
hakikatnya merupakan spekulasi filsafat. Filsafat, jika dicermati dari fungsinya secara
praktis, adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai
problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika pendidikan
secara luas. Karenanya bila dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas,
dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman atau landasan dasar
bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan.

B. Saran

Melalui buku ini pembaca diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang
dimiliki oleh peserta didik serta memberi wawasan yang lebih dalam mengenal
pentingnya belajar tentang filsafat pendidikan. Mungkin akan lebih baik apabila
menggunakan kata-kata yang sederhana guna mencapai pemahaman yang lebih baik.
Daftar Pustaka

Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Prof. Dr. H. Jalaluddin, Prof.
Dr. H Abdullah Idi,M.Ed

Filsafat Pendidikan , Yusnadi, Ibrahim Gultom, Wildansyah Lubis,Arifin Siregar

Anda mungkin juga menyukai