Makalah Pendidikan Kejuruan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN VOKASI

“PERMASALAHAN & TANTANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN (T. BANGUNAN)”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. SUPARDJI, M. Pd
WAHYU DWI MULYONO, S. Pd., M. Pd

DISUSUN OLEH :
RISVANDHANA (15050534005)
MAULIDYAH FIRDAUSA HUDA (15050534014)
REKY TRI PRASETYO ANGGARA (15050534052)

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen pengajar yang telah
membimbing dan memberikan kepercayaan kepada kami, terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman – teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan
makalah ini.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Vokasi”
dengan materi “Permasalahan & Tantangan Pendidikan Kejuruan (T. Bangunan)” serta untuk
memberikan informasi kepada para pembaca, semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan dan manfaat kedepannya.

Demikian makalah ini kami buat, penyusun menyadari bahwa tidak ada manusia yang
luput dari kesalahan begitu pula dengan makalah ini yang masih begitu banyak kekurangan.
Maka dari itu saran dan kritik baik dari dosen pengajar maupun para pembaca sangat kami
harapkan demi kelancaran dan menambah wawasan bagi kami untuk pembuatan makalah
berikutnya.

Surabaya, 8 November 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Identifikasi Masalah 5
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan 5
E. Manfaat 5

Bab II Kajian Teori 6


A. Permasalahan 6
B. Tantangan 7
C. Pendidikan Kejuruan 7

Bab III Pembahasan 9


A. Permasalahan Siswa Teknik Bangunan 9
B. Tantangan Siswa Teknik Bangunan 10
C. Solusi yang Bisa Dijalankan 11

Bab IV Penutup 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12

Daftar Pustaka 13

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah besar yang saat ini sedang dihadapi oleh pemerintah adalah pengangguran,
karena masih lemahnya mutu pendidikan dan mencari lapangan pekerjaan. Kemudian,
salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran di Indonesia adalah
memperbanyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pendidikan kejuruan dapat menghasilkan seorang individu yang memiliki keahlian
sesuai bakat dan minatnya di bidang tertentu, baik di bidang teknologi, administrasi,
agroindustri dan lain-lain. Memang pada kenyataannya tidak mudah menyiapkan tenaga
kerja yang siap pakai, siap bekerja, namun Direktorat Pembinaan Pendidikan SMK
melakukan pembinaan untuk program SMK Bisa merupakan langkah tepat yang
disebabkan oleh banyaknya tenaga kerja lulusan perguruan tinggi yang ternyata tidak siap
pakai. Program SMK Bisa juga harus benar-benar bisa link and match dengan kebutuhan
di lapangan kerja baik dalam maupun luar negeri yang terampil.
Saat ini, pemerintah mulai mensosialisasikan SMK bisa, SMK Mandiri, yakni SMK
dengan lulusan yang berkualitas dan siap kerja. Hal ini pemerintah lakukan agar dapat
mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa SMK tidak kalah dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Dalam hal ini, SMK disiapkan untuk mengisi lowongan kerja
tingkat menengah yang sudah tersedia meskipun lulusan SMK juga bisa meneruskan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan kejuruan merupakan sistem yang tidak dapat terpisahkan dari sistem
pendidikan secara menyeluruh. Namun, kenyataan kondisi pada saat ini, keragaman
keahlian tersebut tidak diimbangi dengan sarana pendukung pembelajaran dan masih
sangat kurang sekali guru yang benar-benar ahli dibidang keahlian kejuruan. Kurikulum
SMK, berisi 3 kelompok mata pelajaran yakni Adaptif, Normatif dan Produktif.
Untuk menunjang proses pembelajaran, terutama pembelajaran produktif, dibutuhkan
sarana prasarana yang dapat menunjang keberhasilan dan kualitas pembelajaran
diantaranya laboratorium multimedia, workshop, peralatan praktik dan material praktik.
Permasalahan yang kini terjadi adalah kurangnya sarana prasarana tersebut di SMK.
Hingga saat ini, masih banyak SMK yang belum memiliki kelengkapan sarana prasarana
tersebut. Padahal SMK wajib dituntut untuk belajar praktek dan bukan hanya belajar teori
saja.
Selain sarana dan prasarana, faktor penunjang keberhasilan dari proses pembelajaran
adalah guru. Profesionalisme guru sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama
guru produktif di SMK yang pada dasarnya sangat banyak berhubungan dengan fasilitas

4
pembelajaran seperti laboratorium atau workshop. Oleh sebab itu seorang guru mata
pelajaran produktif harus memiliki keahlian khusus yang berkaitan dengan bidang mata
pelajaran yang akan diampunya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun mengidentifikasi permasalahan berikut :
1. Banyaknya permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi oleh siswa SMK
Teknik Bangunan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang dialami oleh siswa SMK Teknik Bangunan saat ini?
2. Apa saja tantangan yang harus dihadapi siswa SMK Teknik Bangunan agar mampu
menjadi lulusan SMK yang kompeten?
3. Bagaimana solusi untuk permasalahan dan tantangan tersebut?
D. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisa macam-macam permasalahan yang dialami oleh siswa SMK Teknik
Bangunan saat ini.
2. Menganalisa macam-macam tantangan yang harus dihadapi siswa SMK Teknik
Bangunan agar menjadi lulusan SMK yang kompeten.
3. Menguraikan solusi yang tepat untuk permasalahan dan tantangan tersebut.
E. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Satuan Pendidikan
Memberikan masukan solusi yang bisa dilakukan agar SMK mampu mencetak
lulusan yang kompeten.
b. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan gambaran mengenai dampak
jumlah guru mata pelajaran produktif pada penyelenggaraan pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori yang relevan.
b. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.

1.

5
BAB II KAJIAN TEORI

A. Permasalahan
Dalam kehidupan, manusia sering kali dihadapkan oleh masalah. Berbagai macam
masalah hadir tanpa diundang ke kehidupan. Masalah sering kali dikaitkan dengan
kesialan dan juga bencana. Padahal, jika dikaji lebih mendalam lagi mengenai hakekat
dasar dari masalah, masalah sebenarnya tidak melulu menghasilkan dampak negatif.
Terkadang masalah hadir sebagai bentuk peluang untuk memperbaiki berbagai
kelemahan yang ada dalam diri sendiri.
Menurut John Dewey, 1993; Kerlinger, 1989 dalam Sukardi; 2007
mengidentifikasikan bahwa, permasalahan secara faktual dapat berupa kesulitan yang
dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan
sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Permasalahan dapat pula diartikan
sebagai sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena
sesuatu hal target tidak dapat tercapai. Sesuatu hal yang menyebabkan tidak tercapainya
target disebut masalah. Permasalahan dapat pula diartikan sebagai jarak antara sesuatu
yang diharapkan dengan sesuatu kenyataan yang ada.
Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi
suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu
hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi
serta antara harapan dan kenyataan.
Secara umum, masalah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu masalah
sederhana dan masalah rumit/kompleks. Perbedaan di antara kedua masalah ini yaitu :
1. Masalah Sederhana
Masalah sederhana memiliki skala yang kecil, tidak terpaut dengan masalah
lainnya, tidak memiliki konsekuensi yang besar, pemecahannya tidak terlalu
rumit, dan dapat dipecahkan oleh individu. Jangkauan masalah ini hanya sebatas
pada individu saja dan dapat diselesaikan oleh individu pula.
2. Masalah Rumit/Kompleks
Masalah rumit/kompleks memiliki cakupan skala yang lebih besar, dapat terkait
dengan berbagai masalah lainnya, memiliki konsekuensi yang sangat besar, dan
penyelesaiannya membutuhkan kerja sama kelompok serta analisis yang
mendalam. Jangkauan masalah ini berkaitan dengan banyak individu dan hanya
dapat diselesaikan oleh banyak individu pula.

6
B. Tantangan
Bagi bangsa Indonesia, globalisasi diharapkan tidak menghilangkan ciri khas sosial
budaya atau jati diri bangsa. Jati diri bangsa secara nasional tidak hanya menyangkut
identitas sebagai bangsa, tetapi menyangkut soal motivasi untuk bersama-sama berkorban
dan melakukan pemikiran yang sungguh-sungguh guna meneruskan pembangunan.
Sebagai salah satu karakter dalam dunia pendidikan, sudah sepatutnya calon guru
mengetahui bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang harus
dihadapi oleh siswanya. Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan tersebut dapat
datang dari mana saja, seperti contohnya dari luar sekolah atau bahkan dari dalam
sekolah sekalipun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi tantangan adalah ajakan berkelahi
(berperang dan sebagainya); hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya);
hal atau objek yang perlu ditanggulangi. Jadi kesimpulannya, tantangan adalah suatu hal
atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk menggugah kemampuan.
C. Pendidikan Kejuruan
Menurut Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah
pendidikan non akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang
pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal
15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dapat
dikatakan pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional
yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan
sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan
potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya penguasaan
pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan
pentingnya keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat.
UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan pendidikan menengah kejuruan
bertujuan untuk menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Tujuan tersebut dapat dijabarkan lagi oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus, sebagai berikut : Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan
menengah kejuruan SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani
kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, (3)

7
menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung
jawab, (4) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan
memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni. Tujuan
khusus, SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara
mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai
tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang
diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian
yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. 

D.

8
BAB III PEMBAHASAN

A. Permasalahan Siswa Teknik Bangunan


Permasalahan yang dihadapi siswa SMK di masa kini semakin bermacam-macam.
Dimulai dari minat calon siswa terhadap jurusan Teknik Bangunan hingga tidak
memadainya sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Banyaknya permasalahan ini
menimbulkan munculnya lulusan SMK yang kurang kompeten di bidangnya sehingga
tidak mampu bersaing di dunia kerja/dunia industri. Hal ini tentu dapat menyebabkan
makin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Padahal SMK digadang sebagai
salah satu upaya pemerintah agar angka pengangguran berkurang. Berikut adalah
berbagai macam permasalahan yang dialami oleh siswa SMK Teknik Bangunan :
1. Minat Calon Siswa
Minat calon siswa SMK jurusan Teknik Bangunan dipengaruhi oleh paradigma
masyarakat di poin sebelumnya. Persepsi masyarakat yang menganggap lulusan
jurusan Teknik Bangunan akan menjadi tukang atau kuli bangunan dapat membuat
calon siswa tidak tertarik masuk ke jurusan Teknik Bangunan. Padahal lulusan
jurusan ini memiliki prospek kerja yang lebih luas di berbagai bidang seperti
arsitek, perencana, surveyor, drafter, logistik, kontraktor serta juga dapat
melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Minat calon siswa SMK jurusan Teknik Bangunan juga dipengaruhi oleh
kurangnya sosialisasi jurusan tersebut ke calon siswa dan masyarakat sekitar
sekolah. Calon siswa yang kurang paham dengan dunia Teknik Bangunan akan
memiliki gambaran dengan jurusan yang dipilih apabila jurusan SMK tersebut
melakukan sosialisasi atau promosi ke SMP sekitar.
2. Kegiatan Pembelajaran dan Kurikulum
Model dan pengembangan kurikulum SMK masih belum optimal. Dalam
pelaksanaanya di lapangan, pengembangan kurikulum dapat disusun dengan baik,
namun dalam implementasinya banyak kendala yang dihadapi sekolah dan para
guru. Kurikulum yang selalu berubah-ubah juga menunjukkan bahwa belum ada
kurikulum yang ideal untuk segala jaman.
3. Sarana dan Prasarana
Kurangnya fasilitas yang memadai juga menyebabkan masalah pada SMK
yang berbasis penilaian proses. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah harus
sesuai atau setara dengan standar industri saat ini. Hal ini disebabkan lulusan SMK
harus mampu menggunakan alat dan bahan dengan standarisasi yang dipakai di
industri.

9
4. Tenaga Pendidik
Selain sarana dan prasarana, faktor penunjang keberhasilan dari proses
pembelajaran adalah guru. Profesionalisme guru sangat penting dalam proses
pembelajaran, terutama guru produktif di SMK yang pada dasarnya sangat banyak
berhubungan dengan fasilitas pembelajaran seperti laboratorium atau workshop.
Oleh sebab itu seorang guru mata pelajaran produktif harus memiliki keahlian
khusus yang berkaitan dengan bidang mata pelajaran yang akan diampunya.
5. Hukum yang menaungi
Landasan hukum (undang-undang, peraturan pemerintah, dan keputusan menteri)
yang mengatur penyelenggaraan jenjang pendidikan menengah belum dilaksanakan
secara baik dan konsisten. Implementasi penyelenggaraan pendidikan kejuruan
masih kurang didukung kebijakan strategis yang dapat mewujudkan arah dan tujuan
yang diharapkan. Banyak lulusan SMK yang tidak dapat terserap dunia kerja yang
disebabkan ketidaksesuaian tuntutan pasar kerja dengan kompetensi yang dimiliki
siswa. Salah satu penyebab terjadinya kondisi ironis ini disebabkan
ketidakseimbangan antara landasan hukum dengan perencanaan dan implementasi
kebijakan yang ditetapkan. Dalam arti bahwa target capaian yang diiginkan masih
terlalu jauh dengan kenyataan yang ada.
B. Tantangan Siswa Teknik Bangunan
Tantangan yang dihadapi siswa SMK jurusan Teknik Bangunan kian berat. Lulusan-
lulusannya diharapkan mampu bersaing dengan lulusan lain yang bukan hanya berasal
dari dalam negeri saja, namun juga dari luar negeri. Globalisasi yang memungkinkan
semuanya menjadi era yang memiliki daya saing yang tidak main-main. Teknologi-
teknologi yang semakin maju dan bervariasi “memaksa” lulusan SMK harus memiliki
kompetensi yang lebih unggul daripada sebelumnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
perubahan kurikulum SMK baru agar lulusannya lebih fokus pada satu bidang tersebut.
Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas dunia
usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi
SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
1. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada
pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama
secara intensif dengan institusi pasangan.
2. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai
dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang

10
diperoleh peserta didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki
daya adaptasi yang tinggi.
3. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning
(belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders
pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan
pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam
penyelenggaraan diklat berkelanjutan.
C. Solusi yang Bisa Dijalankan
Dari permasalahan dan tantangan yang telah disebutkan di atas, solusi yang dapat
dilakukan adalah :
1. Melakukan promosi sekolah dan jurusan Teknik Bangunan ke SMP terdekat.
2. Peyediaan sarana prasarana yang lebih baik untuk kegiatan belajar mengajar.
3. Pemerintah bersama-sama dengan Industri menyusun dan mendesain kerangka
pendidikan kejuruan dan demikian juga pelatihan. Kerjasama dapat mencakup
pembiayaan dan pengembangan kurikulum dan implementasinya, serta bersama-
sama melaksanakan assessment proses dan lulusan pendidikan kejuruan itu.
Sehingga setiap siswa dari Pendidikan Kejuruan mengerti dengan apa yang dia
pelajari dan bagaimana penerapannya di dunia kerja.
4. Mendorong SMK menciptakan kemampuan kerja para lulusannya yang adaptif
dengan dunia industri yang mereka miliki. Dilakukan melalui suatu bentuk kegiatan
pendidikan atau pelatihan kejuruan dengan belajar di dua tempat pembelajaran
yaitu di sekolah dan di industri. Kombinasi pembelajaran tersebut harus didesain
sedemikian rupa sehingga terjadi sinergi yang sangat baik antara pembelajaran di
sekolah dengan pembelajaran di industri.
5. Menetapkan standar nasional dalam sistem pendidikan kejuruan. Kualitas
pendidikan kejuruan harus dijamin dengan diterapkannya standar-standar
pendidikan dan harus dipatuhi sebagai acuan proses untuk memenuhi kualifikasi
standar lulusan yang akan memasuki pasar kerja. Dengan kualifikasi tersebut, para
lulusan dapat memenuhi tuntutan persyaratan penerimaan tenaga kerja.
6. Mengangkat tenaga pendidikan kejuruan yang memiliki kualifikasi di bidangnya.
Para Guru (tenaga kependidikan kejuruan) didorong untuk mampu mendesain
strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
7. Perlunya pemerintah membentuk suatu Institusi yang dapat melaksanakan dan
bertanggungjawab melakukan penelitian dan pengembangan terhadap setiap hasil
karya siswa pendidikan kejuruan.

11
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan segenap permasalahan yang dialami dunia pendidikan kita umumnya dan
pendidikan kejuruan kita khususnya, harus diakui bahwa tantangan SMK di era
globalisasi ini sangatlah berat. Dan tantangan itu tidak hanya perlu dijawab dengan
mencari pembenaran sebagai akibat dari fenomena globalisasi semata, dimana mau tidak
mau kita harus memberikan akses dan peluang yang sama kepada semua pihak, termasuk
pihak asing untuk terlibat dalam berbagai percaturan nasional maupun regional di
berbagai bidang berikut dengan segala konsekuensinya. Permasalahan dan tantangan
yang ada di SMK harus diselesaikan dengan baik agar tujuan pendidikan dapat dicapai
dan mampu mengurangi pengangguran.
B. Saran
SMK terkait harus menganalisa apa saja yang menjadi kelemahan sekolahnya dan
segera mencari solusi yang tepat agar SMK terutama jurusan Teknik Bangunan semakin
diminati dan lulusannya kompeten sehingga mampu bersaing pada pasar industri nasional
bahkan internasional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Faruq, Habibullah. 2015. Pengertian Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan.


Diakses dari http://www.habibullahurl.com/2015/05/pengertian-ancaman-tantangan-
hambatan-gangguan.html

DMK, Maruli. 2014. Pengertian Permasalahan Penelitian Menurut Para Ahli. Diakses dari
http://globallavebookx.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-permasalahan-penelitian.html

Fardiansyah, Rinanda. 2016. Makalah Tantangan SMK ke Depannya. Diakses dari


https://share-info15.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tantangan-smk-kedepannya.html?
m=1

Ibrahim, Adzikra. 2013. Pengertian Masalah dan Jenis-jenis Masalah. Diakses dari
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-masalah-dan-jenis-jenis-masalah/

Nalan, Fauzan. 2012. Pendidikan: Karakteristik dan Tujuan Perkembangan Pendidikan


Kejuruan. Diakses dari http://usmanfauzanalan.blogspot.co.id/2012/03/karakteristik-dan-
tuntutan-perkembangan.html

Noviani, Shanti Aulia. 2014. Evaluasi dampak Jumlah Guru Mata Pelajaran Produktif pada
Penyelenggaraan Pendidikan di Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri
Rajapolah. Diakses dari http://repository.upi.edu/13186/4/S_TB_1000196_Chapter1.pdf

Prasetiyo, Joko. 2012. Analisa Masalah Marketing: Minimnya Calon Peminat Siswa Baru
Masuk di Jurusan Teknik Bangunan di SMKN 1 Blitar, Kepulauan Riau. Diakses dari
https://www.slideshare.net/joko.prasetiyo.spd/analisa-permasalahan-psb-di-smkn-1-
bintan

13

Anda mungkin juga menyukai