Kep Kritis Pneumonia
Kep Kritis Pneumonia
Kep Kritis Pneumonia
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT Penulis ucapkan, karena telah memberi
nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan Kritis yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pneumonia (HAP dan VAP)”. Tanpa nikmat
yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikan makalah ini. Shalawat Serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya
junjungan Nabi Muhamad SAW, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-
teman seperjuangan mendaptkan syafaatnya nanti. Aamiin Ya Rabbal Alamin
Penulis ,
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada penderita penyakit
pneumonia yang mengalami gangguan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji masalah kesehatan pada penderita penyakit pneumonia
b. Menganalisis masalah keperawatan pada penderita penyakit
pneumoni
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada penderita penyakit
pneumoni
d. Melakukan tindakan keperawatan pada penderita penyakit
pneumonia
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada penderita penyakit
pneumonia
1.4. Manfaat penulisan
a. Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi tentang
pneumonia komunitas dan pemilihan antibiotika yang tepat untuk
terapi pneumonia komunitas.
b. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penyebab
terjadinya pneumonia komunitas, sehingga dapat dilakukan
pencegahan.
c. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
penelitian selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Pneumonia merupakan suatu peradangan parenchym paru-paru,
mulai dari bagian alveoli sampai bronhus, bronchiolus, yang dapat
menular, dan ditandai dengan adanya konsolidasi, sehingga
mengganggu pertukaran oksigen dan carbon dioksida di paru-paru.
Konsolidasi adalah proses patologis, dimana alveoli terisi dengan
campuran eksudat inflamatori, bakteri dan sel darah putih. Secara klinis
Pneumonia diklasifikasi sebagai Pneumonia Lobaris,
Bronchopneumonia, dan Atypical Pneumonia. Tapi ini tidak berkorelasi
sepenuhnya dengan penyebab bakteriologis, dan perbedaan disetiap
kasus sering kurang jelas (Walker R & Whittlesea C, 2012).
Pengklasifikasian yang lebih praktis untuk Pneumoia adalah menurut
sifat aquisisinya, seperti yang sering digunakan yaitu Community-
assosiated Pneumonia (CAP), Hospital-associated Pneumonia (HAP)
atau Health care-associated Pneumonia (HCAP) dan Ventilator-
associated Pneumonia (VAP).
Faktor resiko terjadinya pneumonia secara umum adalah status
gizi, umur, jenis kelamin, berat badan lahir, pemberian ASI, status
imunisasi, ventilasi ruangan, merokok, dan riwayat penyakit saluran
nafas.
2.3. Etiology
Mikroorganisme yang banyak pada Pneumonia nosokomial (HAP,
VAP, HCAP) adalah :
1. Streptococcus pneumonia, sering resisten obat pada HCAP
2. Staphylococcus aureus, baik metisilin sensitif (MSSA) atau
metisilin resisten (MRSA)
3. Gram negatif batang yang tidak memproduksi Extended Spectrum
Beta-lactamase (ESBL)
4. Gram negatif batang penghasil ESBL, termasuk Enterobacter sp.,
Escherichi coli, Klebsiella pneumonia Pseudomonas aeruginosa,
danAcinetobacter spesies (Maxine AP et al, 2013; Justin LR et al,
2010).
Mikroba yang paling bertanggung jawab untuk HAP adalah
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus (MSSA dan
MRSA), Pseudomonas aeruginosa, Gram negatif batang yang tidak
memproduksi ESBL dan yang memproduksi ESBL (Enterobacter sp.,
Escherichi coli, Klebsiella pneumonia). Mikroorganime yg
bertanggung jawab pada VAP adalah Acinetobacter sp. dan
Strenotrophomonas maltophilia. Adapun penyebab HCAP umumnya
Streptococcus pneumonia dan Haemophylus Influenzae yang mungkin
resisten obat, atau adanya mikroba yang mirip penyebab HAP.
Mikroba anaerobik (bacteroides, streptococcus anaerobic,
fusobacterium) mungkin dapat juga menyebabkan pneumonia pada
pasien di rumah sakit, dan jika diisolasi merupakan bagian dari flora
polimikroba. Mycobacterium, Jamur, Chlamydiae, Virus, Rickettsiae,
dan Protozoa tidak umum menyebabkan pneumonia nosokomial.
2.7. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi
pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi
kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum
antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif
perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik
berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme,
karena hasil mikrobiologis umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam.
Maka dari itu membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan
tingkat keparahan berdasarkan kondisi klinis pasien dan faktor
predisposisi sangatlah penting, karena akan menentukan pilihan
antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.
Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 >
8 kPa (SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan
stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif
(misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive
airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada
gagal napas. Bila demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik
analgesik serta dapat diberika mukolitik atau ekspektoran untuk
mengurangi dahak.
2.8. Klasifikasi Pneumonia
Terdapat beberapa klasifikasi Pneumonia berdasarkan letak terjadi dan
cara didapatnya :
1. Community-acquired Pneumonia (CAP), adalah Pneumonia pada
masyarakat, yang terjadi melalui inhalasi atau aspirasi mikroba
patogen ke paru-paru (lobus paru). Penyebabnya 85% disebabkan
oleh Streptococcus pneumonia, Haemophylus influenzae, dan
Moraxella catarrhalis.
2. Hospital-acquired Pneumonia (HAP) atau Health care-associated
Pneumonia (HCAP), adalah pneumonia yang muncul setelah 48 jam
dirawat di rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan lainnya,
dengan tanpa pemberian intubasi tracheal. Pneumonia terjadi karena
ketidakseimbangan pertahanan host dan kemampuan kolonisasi
bakteri sehingga menginvasi saluran pernafasan bagian bawah.
3. Ventilator-acquired Pneumonia (VAP), adalah pneumonia yang
berhubungan dengan ventilator. Pneumonia terjadi setelah 48-72
jam atau lebih setelah intubasi trachea. Ventilator mekanik adalah
alat yang dimasukkan melalui mulut dan hidung atau lubang
didepan leher dan masuk ke dalam paru.
a. Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)
Hospital-acquired pneumonia (HAP) adalah suatu
Pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah pasien masuk
rumah sakit, dan tidak dalam masa inkubasi atau diluar suatu
infeksi yang ada saat masuk rumah sakit. HAP merupakan
penyebab paling umum kedua dari infeksi diantara pasien di
Rumah Sakit, dan sebagai penyebab utama kematian karena
infeksi (mortalitas-rate sekitar 30-70%), dan diperkirakan 27-
50% berhubungan langsung dengan pneumonia. HAP
memperpanjang tinggal di Rumah Sakit 7-9 hari dan
dihubungkan dengan biaya perawatan yang lebih tinggi.
Faktor resiko umum untuk berkembangnya HAP adalah
umur lebih tua dari 70 tahun, co-morbiditas yang serius,
malnutrisi, penurunan kesadaran, berlama lama tinggal di rumah
sakit, dan penyakit obstruksi paru yang khronis. HAP adalah
infeksi yang paling umum terjadi pada pasien yang
membutuhkan perawatan pada Intensive Care Unit dan hampir
25% dari infeksi nosokomial di Intensive care unit, dengan
insiden rate 6-52%.
b. Health Care-Associated Pneumonia (HCAP)
Health Care-associated pneumonia (HCAP) adalah
Pneumonia yang terjadi pada anggota masyarakat (yang tidak
dirawat di rumah sakit), yang secara ekstensif kontak dengan
perawatan kesehatan, sehingga merubah resiko mereka terhadap
mikroba yang virulent dan resisten dengan obat. Anggota
masyarakat yang kontak secara ekstensip dengan sistem
perawatan kesehatan (health Care) akan membawa flora yang
jauh lebih mirip dengan pasien di Rumah Sakit dari pada
anggota masyarakat yang sehat, sehingga pneumonia pada
penderita ini dikenal sebagai Health Care-associated pneumonia
(HCAP).
c. Ventilator-Associated Pneumonia (VAP)
Ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah suatu
Pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam sesudah pemakaian
endotracheal intubasi. Kondisi ini dapat terjadi karena
pemakaian ventilasi mekanik atau endotracheal tube, yang akan
melewati pertahanan saluran nafas bagiaa atas, membiarkan atau
mendorong sekresi orofaring, selain mencegah batuk yang
efektif, dan ini merupakan suatu titik lemah untuk suatu infeksi.
2.9. Komplikasi
1. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan
bakteriemi.
2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal
jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
3. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
4. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
5. Sepsis
6. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
7. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
8. Abses paru
9. Efusi pleura
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Biodata pasien
a. Nama : An.H
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Umur : 5 Tahun
d. Tempat, tanggal lahir : Bangka Belitung, 29 Agustus 2016
e. Pendidikan : Belum sekolah
f. Pekerjaan Ayah : PNS
g. Pekerjaan Ibu : SPG
h. Nama Ayah/Ibu : Tn.S/Ny.M
i. Agama : Islam
j. Alamat rumah : Jalan Tanjung Ratu No.3 Bangka Belitung
k. Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang:
1. Keluhan utama
Klien mengalami sesak nafas sejak dua hari yang lalu, batuk
berdahak, dan demam.
2. Riwayat keluhan utama
Sejak dua hari yang lalu klien mengalami sesak nafas, batuk
berdahak dan pilek oleh keluarga klien di bawa kerumah sakit
siloam. Pada saat pengkajian ibu mengatakan takut dengan
kondisi anaknya yang mengeluh batuk berdahak di sertai sesak
nafas dan demam.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak ada
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan didalam keluarga klien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama dengan yang klien rasakan
keluarga klien tidak punya riwayat penyakit keturunan atau
penyakit menular.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Tingkat kesadaran : Conposmentis
b. Postur tubuh : Ideal
c. Kondisi : Lemah dan letih
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 90/70 mmHg
b. Denyut Nadi : 104x/menit
c. Suhu : 39 ⁰C
d. Pernafasan : 46x/menit
3. Kepala
a. Kebersihan Rambut : Bersih
b. Warna Rambut : Hitam
c. Benjolan : Tidak ada
d. Tekstur Rambut : Halus
4. Muka
a. Penglihatan : Normal
b. Kelopak mata : Normal
c. Sklera : Tidak Ikterus
d. Pupil : Isokor
e. Konjungtiva : Merah muda
f. Peradangan : Tidak ada
5. Hidung
a. Struktur : Simetris
b. Fungsi penciuman : Normal
c. Keluhan : Hidung tersumbat
6. Telingga
a. Struktur : Simetris
b. Keluhan : Tidak ada
7. Mulut
a. Gigi : Belum lengkap
b. Gusi : Merah
c. Lidah : Bersih
d. Bibir : Merah kering
8. Tenggorokan
a. Warna Mukosa : Merah muda
b. Nyeri Tekan : Tidak ada
c. Nyeri Telan : Tidak ada
9. Leher
a. Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
b. Kelenjar Limfe : Tidak membesar
10. Torakx dan pernafasan
a. Bentuk Dada : Simetris
b. Benjolan : Tidak ada
c. Pernafasan
Pola Nafas : Cepat dan dangkal
Frekuensi Nafas : 46x/menit
Kualitas Nafas : Sesak
Batuk : Ya
Sputum : Ya
Ronki : Ya
11. Abdomen
a. Bentuk Perut : Simetris
b. Nyeri Tekan : Tidak ada
c. Kondisi Perut : Lembek
d. Bising Usus : Normal
12. Tes diagnostic
a. Hasil laboratorium meliputi
Hb : 12,8 g/dl(10-14g/dL)
Lekosit : 14.900 ul(4-11rb/ul)
Hematokrit :36,2%(37-48%)
Eritrosit : 4.900.000 ul(4,5-5,6jt/ul)
Trombosit : 250.000ul(150-350rb/ul)
Kasus:
Seorang anak dibawa ke RS Siloam dengan keluhan sesak nafas sejak dua hari
yang lalu, batuk berdahak, dan demam. Pada saat pengkajian ibu mengatakan
takut dengan kondisi anaknya yang mengeluh batuk berdahak di sertai sesak nafas
dan demam. Ibu klien mengatakan didalam keluarga klien tidak pernah
mengalami keluhan yang sama dengan yang klien rasakan keluarga klien tidak
punya riwayat penyakit keturunan atau penyakit menular. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan data: N: 104x/menit, RR:46x/menit, suhu 39⁰C,
pasien terlihat sesak nafas.
C. Analisa Data
a. Data subjektif
1. Ibu klien mengatakan anaknya sesak
2. Ibu klien mengatakan anaknya batuk di sertai dahak
3. Ibu klien mengatakan takut dengan kondisi anaknya
4. Ibu klien mengatakan tidak mengetahui cara penanganan penyakit
klien
b. Data Objektif
1. Klien terlihat pucat
2. Ronki (+)
3. Nadi 104x/menit
4. Suhu 39⁰C
5. Pernafasan 46x/menit
6. Klien terlihat lemah
7. Klien terlihat gelisah
8. Klien terlihat sesak nafas, pernafasan cuping hidung dan dangkal
9. Ibu klien terlihat gelisah dan cemas
DO:
- Klien terlihat sesak
nafas
- Ada secret
- Nadi 104x/menitt
- Pernafasan
46x/menit
- Ronki (+)
DO:
- Klien terlihat sesak
nafas
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat pucat
dan sianosis
- Nadi 104x/menit
- Pernafasan
46x/menit
3 DS: Proses Hipertermi
Ibu klien mengatakan inflamasi
anaknya demam alveoli
DO:
- Suhu 39⁰C
- Nadi 104x/menit
- Kulit teraba hangat
4 DS: Kurangnya Kecemasan
Ibu klien mengatakan takut pengetahuan
dengan kondisi anaknya orang tua
tentang
DO: perawatan
- Ibu klien terlihat anak
gelisah dan cemas
- Ibu klien sering
bertanya tentang
penyakit anaknya
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret
2. Ketidakefektifan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran gas
di alveoli
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli
4. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua
tentang perawatan anak
E. Intervensi Kperawatan
F. Implementasi Keperawatan
G. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
1 06-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
10.00 WIB masih batuk disertai dahak
O:
- Klien terlihat sesak nafas
- Ada secret
- Ronki (+)
TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
2 06-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
11.00 WIB masih sesak
O:
- Klien terlihat sesak nafas
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat pucat dan
sianosis
TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
3 06-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
12.00 WIB masih demam
O:
- Kulit teraba hangat
- TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
O:
- Klien terlihat sesak nafas
- Sekret berkurang
- Ronki (+)
TTV:
Nadi: 104x/menit
Suhu: 39⁰C
RR: 46x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
2 07-10-2021 S: Ibu klien mengatakan sesak
11.00 WIB anaknya sudah berkurang
O:
- Klien terlihat sesak nafas
berkurang
- Klien terlihat gelisah
berkurang
- Klien terlihat terlihat pucat
TTV:
Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰C
RR: 40x/menit
P: Intervensi dilanjutkan
3 07-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
12.00 WIB masih demam
O:
- Kulit teraba hangat
- TTV:
Nadi: 96x/menit
Suhu: 38⁰C
P: Intervensi dilanjutkan
O:
- Ibu klien terlihat tenang dan
tidak cemas
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
O:
- Klien terlihat tidak sesak
nafas
- Tidak ada secret
- Ronki (-)
TTV:
Nadi: 85x/menit
Suhu: 37⁰C
RR: 30x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 08-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
11.00 WIB sudah tidak sesak
O:
- Klien terlihat tidak sesak
nafas
- Klien tidak terlihat gelisah
- Klien idak terlihat pucat
TTV:
Nadi: 85x/menit
Suhu: 37⁰C
RR: 30x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3 08-10-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya
12.00 WIB sudah tidak demam demam
O:
- Kulit teraba tidak hangat
- TTV:
Nadi: 85x/menit
Suhu: 37⁰C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pneumonia dibedakan menjadi dua berdasarkan tempat
didapatkannya kuman, yaitu pneumonia komuniti dan pneumonia
nosokomial. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumonia sendiri menurut
Riskesdas 2013, menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama
di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang
lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks
terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih
gejala. Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi
pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi
kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika
definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan
untuk menjaga kondisi pasien.
3.2. Saran
Berdasarka dari kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Rumah Sakit
a. Selalu bekerja sama dengan tim kesehatan atau pihak terkait
lainnya guna memberikan mutu pelayanan kesehatan yang
berkualitas sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.
b. Melengkapi sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk menunjang
pelayanan kesehatan, khususnya pada klien dengan pneumonia.
2. Institusi Pendidikan
Menambah literature atau referensi tentang asuhan keperawatan pada
klien pneumonia.
3. Studi Kasus Selanjutnya
a. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang masalah
peneumonia dan dapat menerapkan dalam asuhan keperawatan.
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pneumonia secara
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA