Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Pengendapan Protein

Pengendapan protein menggunakan logam berat. Uji pengendapan


protein menggunakan logam bertujuan untuk mengetahui adanya pengendapan
protein dengan penambahan logam berat. Prinsip kerja dari pengujian ini adalah
protein menggumpal ketika mencapai titik isoelektrik. Penambahan ZnSO4 berlebih
menyebabkan protein telah lewat titik isoelektrik dan ikatan Zn dengan protein
menjadi terlepas. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil pada tabel
berikut.

Tabel Hasil Uji Pengendapan protein menggunakan logam berat


Tabung Perlakuan Hasil
1 Albumin 1% + 3 tetes 0,45% ZnSO 4 Warna agak keruh dan
+ ZnSO berlebih
4 memiliki endapan

Jernih, sedikit endapan

2 0,5 ml kasein 1% + 2 ml 0,45% Keruh, terdapat


ZnSO encer lalu ditambah ZnSO
4 4 endapan
berlebih
Jernih, tidak ada
endapan
Berdasarkan data diatas bahwa Tabung pertama menghasilkan cairan
berwarna putih keruh kemudian ditambahkan dengan ZnSO4 0,45% berlebih
sebanyak 15 tetes sehingga warnanya menjadi lebih bening dari sebelumnya. Begitu
pula pada tabung kedua menghasilkan cairan berwarna putih keruh lalu ditambah
ditambah dengan ZnSO4 0,45% berlebih sebanyak 20 tetes hingga warnanya
berubah menjadi bening. Hal itu terjadi karena larutan ZnSO4 merupakan jenis
logam berat yang dapat mengaktifkan reaksi pada protein yaitu mempengaruhi titik
pH isoelektrik sehingga menyebabkan terjadinya penggumpalan. Penambahan
ZnSO4 berlebih akan kembali larut karena saat sudah melewati titik pH isoelektrik.
Hasil praktikum sesuai dengan Saraswati (2018) yang menyatakan bahwa larutan
garam logam berat dapat digunakan untuk mengendapkan protein. + Hasil uji reaksi
pengendapan protein dengan logam berat telah sesuai dengan literatur.
Pengendapan protein menggunakan alkaloid. Uji pengendapan protein
menggunakan alkaloid bertujuan untuk mengetahui pengendapan protein dengan
penambahan pereaksi alkaloid. Prinsip kerja dari pengujian ini adalah pereaksi
alkaloid merupakan molekul yang memiliki banyak anion. Muatan negatif dari anion
tersebut bereaksi dengan muatan positif pada gugus amino menyebabkan terjadinya
pengendapan. Sumardjo (2009) menyatakan fungsi penambahan albumin yang
berfungsi sebagai sampel. Percobaan ini dilakukan dengan 4 buah tabung dengan
perlakuan yang berbeda. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil
pada tabel berikut.

Tabel Hasil Uji pengendapan dengan menggunakan alkaloid


Tabung Perlakuan Hasil
1 1 ml albumin 1% + 5 tetes asam Endapan warna putih
sulfosalisilat 20% keruh 
2 2 ml albumin 1% + 2 ml larutan Endapan warna kuning
Esbach pekat 

3. 2 ml albumin 1% + 2 ml kalium Endapan warna kuning


ferosianida + 5 tetes asam asetat pucat 
glasial
4. 2 ml albumin 1% + 20% asam Warna putih bening
Wolframat hingga mengendap terdapat endapan 

Berdasarkan data diatas bahwa pada tabung 1 diisi dengan campuran antara
1 ml larutan albumin 1% dengan 5 tetes asam sulfosalisilat 20% menghasilkan
endapan berwarna keruh. Tabung 2 diisi 2 ml larutan albumin 1% ditambahkan 2 ml
larutan Esbach terbentuk endapan berwarna kuning pekat. Tabung 3 diisi 2 ml
larutan albumin ditambahkan 2 ml kalium ferosianida dan 5 tetes asam asetat glasial
menghasilkan larutan berwarna kuning pucat. Tabung 4, 2 ml larutan albumin 1%
ditambahkan 20% asam Wolframat menghasilkan endapan putih.
Reagen yang bersifat alkaloid ketika direaksikan dengan protein maka akan
membentuk endapan. Zat alkaloid menghasilkan ion negatif saat bereaksi dengan
protein dan akan bereaksi dengan gugus amin positif dari protein sehingga terbentuk
endapan. Hasil praktikum sudah sesuai dengan pernyataan Sumardjo (2009) yang
menyatakan bahwa pereaksi alkaloid adalah pereaksi yang biasa dipakai untuk
menggumpalkan larutan protein. + Hasil uji reaksi pengendapan protein dengan
logam berat telah sesuai dengan literatur.
Pengendapan protein menggunakan garam netral dan alkohol.Uji
pengendapan protein menggunakan garam netral dan alkohol Bertujuan untuk
mengetahui pengendapan protein dengan penambahan garam netral dan alkohol.
Prinsip kerja dari pengujian ini adalah albumin mengendap pada garam pekat dan
alkohol pekat tetapi larut dalam garam encer dan alkohol encer. Sumardjo (2009)
menyatakan penambahan garam netral berfungsi mengendapkan protein.
Percobaan ini dilakukan pada 2 buah tabung yang berbeda. Berdasarkan praktikum
yang dilakukan, diperoleh hasil pada tabel berikut.
Tabel Hasil Uji dengan menggunakan garam netral dan alkohol
Tabung Perlakuan Hasil
1 5 ml albumin 1% + 1 sendok Endapan larut setelah
pengaduk (NH OH)SO padat lalu
4 4 diencerkan 
digojok dan diencerkan
2 1 – 2 albumin 1% + 2 ml alkohol lalu Endapan larut setelah
diencerkan diencerkan 

Berdasarkan data diatas bahwa pada tabung 1, 5 ml larutan albumin 1%


ditambahkan 1 sendok pengaduk (NH4)SO4 padat lalu digojok. Awalnya terjadi
endapan, dan saat diencerkan dengan aquades endapan akan larut. Tabung 2,
dicampurkan 1 sampai 2 tetes albumin ditambahkan 2 ml alkohol pekat membentuk
endapan, saat diencerkan dengan aquades, endapan tersebut juga larut. Kedua
tabung tersebut memperlihatkan hal yang sama karena sifat dari albumin yang
mengendap pada garam dan alkohol pekat, dan akan larut pada garam dan alkohol
encer. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Sumardjo (2009) yang menyatakan
bahwa protein yang larut dalam air cenderung mengendap pada penambahan
alkohol dan garam netral.Hasil uji reaksi pengendapan protein dengan
menggunakan garam netral dan alkohol sudah sesuai dengan literatur.
Reaksi pengendapan. Uji reaksi pengendapan bertujuan untuk mengetahui
terjadinya pengendapan protein dalam garam pekat. Protein dalam air dapat
diendapkan dengan penambahan amonium sulfat (NH 4)2SO4 hingga jenuh
(Poedjiadi, 2006). Murray et al. (2003) menyatakan bahwa pada reaksi antara
protein dan kalium ferosianida (alkaloid), pH lebih asam dari titik isoelektrik, protein
bermuatan (+), dengan adanya ion (+) dari asam sulfosalisilat, asam tugstat, atau
asam pikrat, akan terjadi penetralan muatan dan protein mendekati titik isoelektris
sehingga terjadi pengendapan. Hasil dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh
hasil uji Reaksi Pengendapan yang disajikan pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Reaksi Pengendapan


No. Perlakuan Hasil
Tabung
1 2,5 ml larutan gelatin + 1 sendok Terdapat endapan
pengaduk amonium sulfat padat
2 2,5 ml larutan gelatin + 2 ml kalium Tidak ada endapan
ferrosianida + 3-5 tetes asam asetat
glasial

Pada uji pengendapan, tabung 1 diisi dengan 2,5 ml larutan gelatin cair
kemudian ditambahkan dengan 1 sendok pengaduk amonium sulfat padat.
Ammonium sulfat memiliki sifat sangat larut dalam air dan dapat membuat larutan
sangat pekat, serta dapat membuat protein mengalami “salt out” yang menyebabkan
pengendapan pada konsentrasi tertentu. Pada tabung 2, sebanyak 2,5 ml larutan
gelatin cair ditambahkan dengan 2 ml kalium ferrosianida kemudian ditambahkan
lagi 3 sampai 5 tetes asam asetat glasial. Penambahan kalium ferosianida
menyebabkan timbulnya sedikit endapan yang ketika penambahan asam asetat
akan menjadi kembali larut. Hal tersebut disebabkan adanya reaksi antara protein
dan kalium ferosianida (alkaloid) (Suharno et al. 2019).Hasil percobaan
menunjukkan pada tabung 1 terjadi endapan, sedangkan tabung 2 tidak terjadi
endapan. Hal ini sesuai dengan kajian Suharno et al. (2019) yang menyatakan
bahwa protein dapat mengalami “salting out” karena sifat dari ammonium sulfat yang
ditambahkan sehingga mengakibatkan pengendapan. Tabung 2 juga tidak memiliki
endapan karena penambahan kalium ferosianida yang merupakan alkaloid, dimana
alkaloid memiliki gugus amin positif (+), sedangkan pada gelatin memiliki gugus
negatif (-). Alkaloid tersebut ditambahkan asam asetat sehingga tidak terbentuk
endapan.Hasil sesuai dengan literatur.

Anda mungkin juga menyukai