Panduan Praktikum Idk 2019
Panduan Praktikum Idk 2019
Panduan Praktikum Idk 2019
PENERBIT
1
TIM PENYUSUN
ISBN : 978-623-7304-01-2
513202
Web: www.stikesmp.ac.id
Email: [email protected]
2
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Praktikum Keperawatan Keluarga yang telah disusun oleh Dosen pengampu pada
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang, telah diperiksa dan
disetujui oleh Wakil Ketua STIKes Muhammadiyah Palembang untuk dipergunakan dalam
kegiatan pembelajaran mahasiswa.
3
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
4
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-Nya Modul
Praktikum Mata Kuliah IDK I (Ilmu Dasar Keperawatan I) ini dapat kami susun. Modul
praktikum ini disusun untuk memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan
praktikum terkait ilmu dasar keperawatan yang juga dikaitkan dalam mencapai lulusan yang
profesional dan islami. Perawat yang dicetak tidak hanya mampu melakukan secara
profesional namun juga dikaitkan secara islami dalam kegiatan asuhan keperawatan kepada
pasien. Mata kuliah AL Islam Kemuhammadiyahan menjadi pendukung untuk pelaksanaan
praktikum yang profesional dan islami.
Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan
yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini. Mudah-mudahan modul ini bisa
memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Palembang, ...............2016
penyusun
5
DAFTAR ISI
MATERI PRAKTIKUM
MODUL I Pemeriksaan Darah
A Kompetensi ....................................................................................................1
B Strategi Pembelajaran .....................................................................................1
C Prasyarat..........................................................................................................1
D Teori ............................................................................................................... 2
E Prosedur Kerja................................................................................................11
F Daftar Penilaian Tindakan Prosedur ..............................................................11
G Evaluasi......................................................................................................... 17
H Referensi.......................................................................................................17
6
MODUL IV Bio Mekanika
A Kompetensi ...................................................................................................38
B Strategi Pembelajaran ....................................................................................38
C Prasyarat.........................................................................................................38
D Teori .............................................................................................................. 38
E Prosedur Kerja ...............................................................................................42
F Evaluasi.......................................................................................................... 43
G Referensi.......................................................................................................43
7
C Prasyarat.........................................................................................................67
D Teori .............................................................................................................. 67
E Evaluasi.......................................................................................................... 7
F Referensi........................................................................................................70
DAFTAR TABEL
8
Tabel 1.1. Daftar Penilaian Pemeriksaan Masa Perdarahan Metode Duke............................19
Tabel 1.2 Daftar Penilaian Pemeriksaan Masa Pendarahan Metode Ivy ...............................21
Tabel 1.3 Daftar Penilaian Pemeriksaan Masa Perdarahan Metode Pembendungan .............23
Tabel 1.4 Daftar Penilaian Penetapan Golongan Darah.........................................................24
Tabel 2.1. Daftar Penilaian Pemeriksaan Reduksi Urine Metode Benedict...........................39
Tabel 2.2 Daftar Penilaian Pemeriksaan Protein Urine Metode Asam Asetat 6%.................40
9
5. Mahasiswa tidak diperkenankan memasuki laboratorium sebelum praktek dimulai
oleh dosen dan tanpa seizin pengelola laboratorium
6. Mahasiswa tidak diperkenankan makan minum di laboratorium
7. Mahasiswa tidak diperbolehkan membawa alat tulis kecuali untuk mata kuliah Kimia
dan Mikrobiologi
8. Mahasiswa tidak dibenarkan memindahkan alat dan merusak fasilitas laboratorium.
9. Dosen berhak tidak memperkenankan mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan
praktikum jika melanggar tata tertib yang ada.
10
DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata ajar ini mempelajari tentang ilmu dasar keperawatan I yang meliputi Biologi, Anatomi,
Fisika dan Biokimia sehingga mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan STIKes MP
mampu memahami ilmu – ilmu dasar dalam keperawatan serta aspek etik dan hukum dalam
pelayanan. Pemahaman ilmu tersebut sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
professional (care giver, educator, manager, researcher, community leader) secara
komprehensif berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan.
11
PETUNJUK PRAKTIKUM
Pelaksanaan praktikum dapat dilakukan dengan metode Role Play, pelaksanaannya sebagai
berikut:
1. Dosen/Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktikum yang akan dilakukan
2. Dosen/Fasilitator menjelaskan dan mendemonstrasikan prosedur kerja dari tiap-tiap
modul dalam kelompok besar selama maksimal 15 menit (kecuali prosedur pada
modul tertentu)
3. Setelah dosen/fasilitator membentuk kelompok, dosen/fasilitator meminta kepada
kelompok tersebut untuk melakukan role play tentang materi praktikum yang telah
ditentukan, kelompok yang lain bertugas sebagai pengecek/pengamat (observer).
4. Dosen/Fasilitator meminta kelompok lain untuk melakukan role play bertukar peran
dengan kelompok pengamat (observer).
5. Dosen/Fasilitator meminta dan menilai mahasiswa untuk melakukan keterampilan
atau prosedur tersebut sampai selesai dan dapat dikuasai oleh peserta didik
berdasarkan Daftar Penilaian Prosedur Kerja.
6. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran) sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati oleh Dosen/fasilitator dan kelompok.
12
MODUL I
PEMERIKSAAN DARAH
A. Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan melakukan
pemeriksaan darah sesuai dengan metode secara tepat dan benar.
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui macam – macam metode pemeriksaan darah dengan tepat.
2. Menyebutkan tujuan pemeriksaan darah dengan tepat.
3. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan darah
dengan benar.
4. Mendemonstrasikan tindakan pemeriksaan darah dengan benar
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
sistem imunologi manusia.
13
D. Teori
1. Pemeriksaan Darah
a. Cara Pengambilan Darah
Lokasi pengambilan
Darah Kapiler : orang dewasa di ujung jari manis atau jari tengah bagian pinggir.
Darah Kapiler
1. Bersihkan tempat itu memakai alkohol 70%dan biarkan kering .
2. Pegangla bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril.pada jari tusuklah dengan arah tegak
lurus pada garis-garis sidik kulit jari,jangan sejajar dengan itu.bila memakai anak
daun telinga tusuklah pinggirnya jangan sisinya,tusukkan harus cukup dalam
supaya darah mudah keluar.jangan hendaknya menekan-nekan jari atau telinga itu
untuk mendapatkan cukup darah.darah yang diperas keluar itu telah bercampur
dengan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal kapas
kering.tetesan darah selanjutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Darah vena : Pada orang dewasa dipakan salah satu ujung vena dalam fossa cubiti
Pada bayi vena jugularis superficialis
Darah vena
1. Bersikan tempat itu dengan memakai alkohol 70% dan biarkan sampai kering
2. Jika memakai vena dalam fossa cubiti, pakailah ikatan pembendung pada lengan atas
dan mintaklah orang itu menggepal dan membuka tangan nya itu berkali-kali agar
vena jelas terlihat.pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan erat-erat, bahkan
sebaikya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak menonjol vena.
3. Tegangkanlah kulit diatas vena itu dengan jari jari tangan kiri supaya vena tidak dapat
bererak.
14
4. Tusukanlah kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung jarum
masuk kedalam lumen vena.
5. Lepaskan atau renggangkan pembendung perlaha-lahan tarik pengikat semprit
sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat.
6. Lepaskan pembendungan jika masih terpasang.
7. Tarukla kapas di atas jarum dan cabutlah semprit dan jarum itu.
8. Mintalah kepada orang yang darahnya di ambil supaya tempat tusukkan itu di tekan
sampai beberapa menit dengan kapas lidi.
9. Angkatlah jarum dan semprit dan alirkan(jangan semprotkan darah kedalam wadah
atau tabung yang tersedia melalui dinding tabung)
Penyimpanan :
0
1) Bila tidak segera di pakai serum di simpan dalam refrigerator suhu 2-8 C.stabil kurang
lebih 1 minggu,atau dalam freezer stabil 3 bulan.
2) Bila di pakai untuk pemeriksaan bilirubin maka serum tersebut harus di lindungi dari
cahaya matahari langsung dengan kertas aluminium / ketas hitam
3) Hindarkan dengan Hemolisa dan Lipemia
b. Pembuatan Plasma
1) Setelah darah di ambil,masukkan darah kedalam wadah yang sudah diberi antikoagulan(anti
pembekuan darah).sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan,diamkan
2) Sentripuger dengan memnggunakan tabung sentripugar dan kecepatan sedang 5-10 menit.
15
3) Pisahkan plasmanya untuk digunakan penyimpanan sama dengan serum.
16
e. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCL yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3 kali
untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
f. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna campuran menjadi
cokelat tua
g. Tambahkan air setetes demi setetes tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang
tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai dalam waktu 3 – 5
menit setelah saat darah dan HCL dicampur. Pada usaha mempersamakan hendaknya
tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
h. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml dalam darah.
Catatan :
Cara sahli bukanlah cara yabg teliti. Kelemahan metodik berdasarkan
kenyataan bahawa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan
merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandarkan. Cara ini juga
kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam,
umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.
Ketelitian yang biasanya dicapai oleh kursang lebih 10% kadar hemoglobin yang
ditentukan dengan cara sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain hanya patut
dilaporkan dengan meloncat-loncat ⅟2g/dl, sehingga laporan menjadi ump,
11,11⅟2,12,12⅟2,13 g/dl. Janganlah melaporkan hasil dengan memakaki angka desimal
seperti 8,8, 14,0, 15,5 g/dl dsb; ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang
memadai tidak memperbolehkan laporan seperti itu.
Hemoglobinometer yang berdasarkan penetapan hematin asam menurut sahli
dibuat oleh bnyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-bagian alat yang berasal dari
pabrik berlainan biasanya tidak dapat saling dipertukarkan: tabung pengencer
barlainan diameter; warna standar berlainan intensitasnya.
Karena itu penting sekali unutk menggunakan alat yang sesuai pabriknya;
kelalaian dalam hal ini mengakibatkan salah penetapan yang mungkin jauh melebihi ±
10%. Perhatikanlah selalu petunjuk-petunjuk yang menyertai alat sahli dari suatu
pabrik; mungkin peraturannya agak berlainan.
Selain cara sahli ada pula cara-cara lain yang berdasarkan kolorimetri dengan
hematin asam, di Indonesia cara sahli masih banyak dipakai di laboratorium-
laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimeter.
17
D. Pemeriksaan Laju Endap Darah
Metode Westergren
1. Isaplah dalam semprit steril 0,4 ml larutan natriumnitrat 3,8% yang steril juga.
2. Lakukanlah fungsi vena dengan semprit itu dan isaplah 1,6 ml darah sehingga mendapatkan
2,0 ml campuran.
3. Masukkanlah ampuran itu ke dalam tabung dan campurlah dengan baik-baik.
4. Isaplah darah itu ke dalam pipet westergren sampai garis bertanda 0 mm, kemudian biarkan
pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak westergren selama 60 menit
5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter daan laporkanlah angka itu sebagai laju
endap darah.
Catatan :
Perhatikanlah segala petunjuk yang telah diberikan pada waktu melakukan fungsi vena;
stasis dalam vena menyebabkan darah mengental dan berakibat kesalahan. Penting sekali untuk
menaruh pipet atau tabung laju endap darah dalam sikap tegak lurus benar, selisi kecil dari garis
vertikal sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil laju endap darah.
Nilai noramal untuk pria dan wanita berbeda; menurut cara wintrobe: pria kuranfg dari 10
mm/1 jam, wanita kurang dari 20mm/1jam, menurut cara westergren: pria kurang dari
10mm/1jam, wanita kurang dari 15mm/1 jam.
e. Masa Perdarahan
Percobaan ini terutama menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya
extravaskuler,tetapi keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit juga berpengaruh
1. Cara Ivy
a. Bersihkanlah bagian voler lengan bawah dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi.
b. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan 40
mm hg.selama percobaan berlangsung tekanan harus tetap setinggi itu.
c. Tegangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuklah dengan lanset
darah pada satu tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sampai 3 mm dalamnya.
d. Jika terlihat darah mulai keluar jalankanlah stofwatch.
e. Isaplah darah yang keluar itu 30 detik memakai sepotong kertas saring;jagalah jangan
sampai menekan kulit pada waktu mengisap darah.
f. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat diisap lagi dan catatlah waktui itu.
18
Catatan :
Masa pendarahan normal antara 1 dan 6 menit. Apabila lewat 10 menit
pendarahan belum berhenti, hentikanlah percobaan; tak adaguna-nya telah .
membuktikan adanya sesuatu kerlainan dalam mekanisme hemostatis setelah
dibuktikan bahwa masa pendarahan memanjang perlu mencari lebih lanjut dengan test-
test lain dimana letaknya kelainan hemostatis. Akan tetapi perlu juga menyadari
kemungkinan lain apabila masa pendarahan melebih 10 menit yakni terutusknya sau
vena; pada persangkaan ini ulangilah percobaan pada lengan lain.
Tusukan harus cukup dalam sehingga salah satu bacak darah pada kertas saring
menjadi berdiamter 5 mm atau lebih. Percobaan batal jika tidak dapat bacak sebesar itu.
Percobaan juga jika masa pendarahan kurang dari 1 menit. Kedua hal disebabkan
karena penusukan kurang dalam.
2. Cara duke
a. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi
b. Tusuk lah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset sedalam 2 mm
c. Tesukkan percobaan seperti cara ivy langkah 4,5 dan 6.
Catatan :
Normal 1-3 menit. Cara duke kurang memberatkan mekanismus hemostasis karena
tidak diadakan pembendungan; hasil tes menurut ivy lebih dapat dipercaya. Jangnalah
melakukan masa pendarahan menurut duke itu pada ujung jari; hasilnya teristimewa pada
orang dewasa, tidak boleh dipercaya cara duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan
anak kecil saja, karena mengenakan ikatan figmomanometer pada lengan atas tidak
mungkin atau tidak sukar dilakukan.
Penetapan masa pendarahan dengan cara apapun, merupakakan satu ikhtiar
laboratorium yang sering kurang memuaskan, karena korelasi antara hasil tes itu dan
keadaan klinik tidak begitu
f. Percobaan Pembendungan
Percobaan ini bermaksud untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan car
mengenakan pembendungan kepada vena-vena sehingga darah menekan dinding kapiler.
Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu,
darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merebes kedalam jaringan sekitarnya
sehingga nampak sebagai bacak merah kecil pada permukaan kulit; bacak itu bernama
19
petechia.
Cara :
a. Pasanglah ikatan sfigmanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan 100 mm Hg
(jika tekana sistolik kurang dari 100 mm Hg, sampai tekanan di tengah-tengah nilai sistolik
dan diastolik).
b. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit. (jika percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan
percobaan ivy, 5 menit telah mencukupi).
c. Lepaskan ikatan dab tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi. Stasi darah tekah
berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi mendapat lagi warna kulit lengan
yang tidak dibendung.
d. Carilah adanya hitungan banyaknya petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5
cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.
Catatan :
Pandangan mengenai apa yang boleh di anggap normal seringberbeda-beda jika ada
lebih dari 10 petchiae dalam lingkungan itumaka test biasanya baru di anggap
abnormal;dikatakan juga;test itu positif.
Seandainya dalam lingkaran itu tidak ada petechiae,tetapi lebih jauh distal
ada,percoban ini (yang sering di namakan testrumpeleede)positif juga.
20
anti-B
b. Setetes kecil dareah di teteskan kepada srum itu an di campur dengan ujung lidi.
c. Goyangkan kaca dengan membuat gerakan lingkaran.
d. Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata belaka dan benarkan pendapat itu juga dengan
memakai mikroskop.
Tafsiran : (+aglutinasi)
Anti-A Anti-B Anti-A,B Golongan Darah
- - - O
+ - + A
- + + B
+ + + AB
Catatan :
Serum anti-A biasanya diberi warna hijau atau biru;serum anti-B kuning. Darah
yang dipakai boleh kapiler segar atau darah vena yang terlebih dulu membeku dan yang
sel-selnya kemudia di lepaskan memakai ujung lidi.jumlah darah yang di campur serum
baikla demikian banyaknya sehingga campuran itu akan mencapai nilai hemotokrit 2%.
Anti serum yang kuat memberikan hasil tegas dalam waktu kurang dari satu menit:
sebaiknya hasil di periksa setelah dua menit kemudian di susul dengan pemeriksaan ulang
lewat 20 menit.tindakan terakhir itu mengamankan terhadap adanya “subgroup”lemah
dalam golongan A.jagalah jkangan sampai bahan pemeriksaan itu mengering pada kaca
objek.belilah anti serum dari perusahaan yang dapat di andalkan dan simpanlah botol
anti serum itu sesuai dengan anjuran yang menyertainya
Untuk mengindarkan terjadinya kekhilapan,sering juga dan di anjurkan selain serum
anti-A dan serum anti-B memakai serum anti-A,B (serum golongan O)di
sam,pingnya.tindakan ini berguna untuk mendapat sub-group A yang lemah,tidak bereaksi
dengan serum anti-A tabel di atas menerangkan hasil penetapan golongan darah harus
bersih benar,tak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah menskipun hanya sedikit
saja;pencemaran serupa itu mungkin menyebabkan aglutinasi palsu.
21
hematokrit 2%
b. Sedaikan dua tabung kecil (12 x 75mm) dalam rak; kedalam yang kiri dimasukan satu tetes
serum anti-A, kedalam yang kanan 1 tetes serum anti-B Kalau hendak di gunakan serum anti-
A,B harus menyiapkan tiga tabung .
c. Tanbahan 1 tetes dari suspensi sel darah kepada masing-masingtabung dan campurlah.
d. Pusinglah selama 1 menit pada 1 000 rpm
e. Goyangkan tabung dengan hati-hati dan perhatikan adanya aglutinasi secara mikroskopik.
f. Benarkan ada tidaknya aglutinasi secara mikroskopik dengan memindahkan setetes dari isi
tabung ke atas kaca objek
Catatan
Ada yang lebih suka memakai cara dengan tabung,tetapi ada pula yang menyukai
cara dengan kaca objek.pada umumnya cara dengan tabung dianggap lebih sensitif dari
cara dengan kac aobjek. Tafsiran hasil sama seperti yang telah di terangkan tadi.
Tabel 1.1
22
Daftar Penilaian Pemeriksaan Masa Pendarahan Metode Duke
OBSERVASI Ket
1 Kapas Alkohol
3 Kapas Kering
4 Kertas Saring
5 Stop Watch
6 Tissue
Prosedur Pemeriksaan
8 Interprestasi Hasil
Palembang, .................2015
Dosen
23
(..............................................)
Tabel 1.2
Dafar Penilaian Pemeriksaan Masa Pendarahan Metode Ivy
24
Ya Tidak Perlu
1 Kapas Alkohol
3 Kapas Kering
4 Kertas Saring
5 Stop Watch
6 Tissue
7 Sphygnometer
Prosedur Pemeriksaan
9 Interprestasi Hasil
25
Palembang, .................2015
Dosen
(..............................................)
Tabel 1.3
Daftar Penilaia Pemeriksaan Masa Pendarahan Metode Pembendungan
Ya Tidak Perlu
26
(1) (0) Latihan
1 Sphygnometer
Prosedur Pemeriksaan
6 Interprestasi Hasil
Palembang, .................2015
Dosen
(..............................................)
Tabel 1.4
Ya Tidak Perlu
27
(1) (0) Latihan
1 Kapas Alkohol
3 Kapas Kering
4 Tisue
5 Tangkai Pengaduk
Prosedur Pemeriksaan
28
9 Diputar lebih kurang 1 menit, kemudian baca
hasil
10 Interprestasi Hasil
Palembang, .................2015
Dosen
(..............................................)
G. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
H. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
MODUL II
PEMERIKSAAN URINE
A. Kompetensi
29
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan melakukan
pemeriksaan urine sesuai dengan metode secara tepat dan benar.
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui macam – macam metode pemeriksaan urine dengan tepat.
2. Menyebutkan tujuan pemeriksaan urine dengan tepat.
3. Menyebutkan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan urine
dengan benar.
4. Mendemonstrasikan tindakan pemeriksaan urine dengan benar
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
sistem imunologi manusia.
D. Teori
30
b. Pilih Jari Tangan Yang akan Diambil Darah Kapilernya kemudian di disinfktan
dengan kapas alcohol.
c. Tusuk dengan mnggunakan lancet.
d. Darah yang prtama kali kluar di brsihkan dengan tissue, kemudian tempelkan strip
pemeriksaan pada jari sehingga darah mengalir masuk kedalam strip.
e. Tunggu sampai hasil keluar .
a. Urine adalah bahan buangan tubuh yang berupa cairan yang dikeluarkan melalui
urogenital.
b. Urin perlu diperiksa karena hasil ketidak normalan dari urin dapat memberikan
gambaran dalam membantu diagnosa pada kelainan dari alat-alat ginjal,saluran
urine,faal hati,saluran empedu,kelenjar pankreas,cortex adrenal dan lain-lain.
c. Bahan urin perlu dipiluh karena dengan mengambil sampel urin yang tepat,dengan
pemeriksaan yang diminta,hasilntya akan memberikan data-data yang diharpkan
sehingga akan membantu sekali dalam diagnosa penyakit.
31
selama 24 jam,yaitu sampai jam 7.00 pagi berikutnya.
3. Kemudian wadah urine tersebut di tutup rapat dan dibawa ketempat pemeriksaan
Keterangan :
a. Urine 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan khusus misalnya pemeriksaan
diabetes militus.
b. Urine 3 gelas dan urine 2 gelas(khusus laki-laki)
urine yang khusus diambil dari pasien yang tersangka ada radang karena adanya
nanah atau darah pada urine laki-laki.
Contoh:
Sediahkan 3 gelas penampungan urine dan selama 3 jam tidak boleh berkemih.
Kedalam gelas pertama ditampung urine sebanyak 20-30 cc urine. Dalam urineini
akan berisi sel-sel dari post anterior dan post prostattika juga sel –sel dari tempat-
tempat yang lebih proximal.
Kedalam gelas ke 2 diisis urin kedalam lanjutan dari urine ke 1,disini berisi selsel
dari kantung kencing.
Kedalam gelas ke 3 ditampung lagi urine dari lanjuytan urine ke 2 disini akan di
dapat umsur-unsur khusus dari post prostatika serta getah prostat yang terpisah
bersama air kemih. Untuk mendapatkan urine 2 gelas sama seperti diatas hnaya
urine ditampung dalam 2 gel;as dan diisi 50-70 cc.
Pengawet Urine:
a. Toluena
Pengawet ini mungkin yang terbaik lebih-lebih bila ditempatkan ditempat yang dingin
karena bisa menghambat kerja bakteri, dapat di pakai untuk pemeriksaan glukosa
urine, aseton dan asam asetat : untuk urine 24 jam cukup dipakai 25 cc tolunea.
b. Thymol
Sebutir thymol dapat dimasukan dalam urine 24 jam, kalau jumlah thymol terlalu
banyak ada kemungkinan terjadi positif palsu pada reaksi terhadap proteinuria dengan
cara pemanasan asam asetat 6 %.
c. Formaldehide
Untuk mengawetkan urine 24 jam tambahkan 1-2 cc formaldehide 40% kocok hingga
homogen baik untuk pemerikasaan sedimen. Terlalu banyak reaksi benedik positif
32
(+).
d. Asam sulfat pekat
Asam ini dipakai untuk mengawetkan urine dalam pemeriksaan kuantitatif Ca,
nitrogen.
e. Natrium karbonat
Khusus dipakai untuk mengawetkan urine 24 jam untuk pemeriksaan urobilinogen
dengan jalan memasukkan 5 gram carbonat pada botol penampung ditambah dengan
beberapa cc toluena.
Catatan :
Untuk beberapa pemeriksaan ada yang tidak boleh memakai pengawet
mislanya : pemeriksaan forfirin dalam urine.
Pemeriksaan Pendahuluan
Tujuan :
33
1. Untuk mengetahu jumlah dari urine
2. Untuk melihat keadaan marfologi dari sample urine secara
3. Makroskopis
Sample :
1. Urine 24 jam
2. Urine sewaktu
Langkah Kerja :
Menetukan jumlah urine
a. Siapkan gelas ukur yang bersih dan kering
b. Ukur volume urine sample
c. Catat hasilnya
Catatan :
a. Jumlah urine sewaktubtidak perlu diukur jumlahnya
b. Jumlah urine 24 jam pada orang dewasa normal di daerah trofis berkisar antara 750 ml
dan 1250 ml
c. Faktor yang mempengaruhi jumlah urine :
Suhu, iklim, jenis dan jumlah makanan, pekerjaan jasmani, jumlah keringat dan umur
d. Poliuria = Urine 24 jam lebih dari 2 liter
e. Oliguria = Urine 24 jam kurang dari 400 ml
f. Anuria = Tidak ada urineatau kurang darib50 ml/24 jam
34
Beberapa sebab warna :
- Kuning karena zat warna normal dalam jumlah besar urobilin & urochrom
- Zat warna abnormal : Bilirubin
- Obat-obatan : Rabarber, senna, cascara, ribolafin, santonin
Hijau karena :
CATATAN :
Untuk mengetahui apakah keruh sejak semula, atau setelah didiamkan keruh
1. Urine keruh sejak semula karena
- Banyak mengandung fosfat
- Adanya bakteri
2. Unsur sedimen dalam jumlah besar karena :
35
- Adanya Erythrocyt yang banyak sehingga urine warna daging
- Adanya leococyt yang banyak
- Adanya sel epitel yang banyak
- Adanya chylus seperti susu encer, karena banyak butir lemak
- Adanya benda toloid
Tujuan :
Untuk mengetahui reaksi dari bahan urine apakah beraksi asam atau basa dan sampai berapa
tingkatnya.
Prinsip :
Warna yang terbentuk setelah kertas pH dicelupkan pada urine bahan disamakan dengan
urine standar.
Bahan :
Urine segar
36
Alat :
- Set pH paper ( 1-10 )
- Set pH paper ( 5-7 )
- Set pH paper ( 6-8 )
- Kertas lakmus asam ( merah ) dan lakmus basa ( biru )
- Pinset
- Pinset tetes
- Gelas arloji
Langkah Kerja :
- Siapkan tempat/meja sedemikian rupa sehingga bersih dan bebas dari asam dan basa
- Siapkan kertas arloji yang kering dan bersih diatasnya diletakkan spotong kertas pH
( kertas Lakmus )
- Letakkan urine dengan pipet tetes pada kertas pH tersebut
- Jepit potongan lakmus yang telah ditetesi urine dengan pinset dan samakan dengan
standar pH serta catat hasilnya.
Pembacaan :
- Reaksi asam, bila lakmus merah tetap merah dan lakmus biru menjadi merah.
- Reaksi basa, bila lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru tetap menjadi biru.
pH paper :
- Reaksi normal bila pH antara 5 - 7
- Reaksi asam bila pH antara 4,5 – 5,5
- Reaksi basa bila pH antara 7,8 – 8
37
Alat ini harus ditera terlebih dahulu pada suhu 27°C dan 32°C, bila suhu tera berbeda
dengan suhu kamar atau suhu urine maka harus diadakan koreksi terhadap pembacaan
urinometer yaitu harus ditambah 0,001 setiap kenaikan 3°C dibawah suhu tera.
Langkah Kerja:
Pembacaan Hasil :
a. Temperatur urine 30°C
b. Berat jenis sementara 1,020
c. Urinometer ditera pada 15°C
d. Kenaikan tiap-tiap 3°C = 0,001
Perhitungan : BJ +
Keterangan : - Pada waktu pembacaan urinometer harus betul-betul tegak lurus
- Kadar normal 1.010 – 1.025
38
3. Bandingkan isi kedua tabung tersebut
4. Kalau tetap sama jernih maka protein negatif
5. Bila tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, maka tabung pertama dipanasi diatas
api sampai mendidih kemudian di dinginkan dengan air mengalir, bila tetap keruh maka
protein positif. Bila kekeruhan hilang waktu pemanasan dan muncul kembali setelah
dingin, maka protein BANCE JONES mungkin positif.
Pelaporan : Protein dalam urine positif atau negatif
Normal : Negatif
Kesalahan : - Tabung yang dipakai kotor
- Urine tidak jernih
-
Pemeriksaan Urine Berprotein secara Kualitatif
Metode : Asam Acetat 6 %
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urine
Prinsip : Asam Acetat 6 % akan menggumpalkan protein
Alat : Tabung reaksi dan pipet Pasteur
Reagensia : Asam Acetat 6 %
Sample : Urine yang dipakai harus jernih
Langkah Kerja :
1. Masukkan urine jernih sebanyak 2/3 volume tabung
2. Reaksi urine harus dilihat dahulu, bila alkalis ditetesi dengan pereaksi
sampai menjadi netral/asam lemah
3. Panaskan diatas nyala api bila kekeruhan positif, kemungkinan oleh
karena protein, kalsium fosfat atau kalsium karbonat
4. Teteskan asam acetat 6% sebanyak 3 – 5 tetes bila kekeruhan hilang
berarti oleh karena kalsium fosfat atau kalsium karbonat
5. Bila tidak hilang berarti protein positif
39
( 0,2% - 0,05% )
Positif 4 : Urine sangat keruh-kekeruhan, berkeping-keping besar
dan bergumpal ( lebih dari 0,5 % )
Normal : Negatif
Kesalahan : - Tabung yang dipakai kotor
- Urine tidak jernih
40
Reagensia: reagen benedick kualitatif
Cupri sulfat = 17,3 gram
Na citrate = 173 gram
Natrium carbonat = 100 gram
Aquades add = 1000 ml
Sampel : urine sewaktu, 24 jam
Langkah kerja:
1. Masukkan 5 ml reagent benedick kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 8 tetes urine
3. Panaskan diatas api sampai mendidih 1-2 menit
4. Letakkan di rak tabung baca hasil setelah 5 menit
Pelaporan :
1. Bila tetap jernih / biru hasil negative
2. Hijau kekuningan positif1
3. Kuning keruh positif2
4. Jingga lumpur keruh positif3
5. Merah bata positif4
Normal : negative
41
Sampel : urine sewaktu,pagi,24 jam
Cara kerja :
1. Isi tabung reaksi dengan 2 ml fehling A dan 2 ml fehling B
2. Tambahkan 1 ml urine ke dalam tabunng tersebut, campur rata
3. Dengan penjepit tabung didihkan diatas nyala api sampai mendidih antara 1 sampai 2
menit
4. Perhatikan reaksi yang terjadi dan catat hasilnya
Pelaporan :
Negative : bila urine dan cairan dalam tabunng tidak berubah
Warna :
Positif 1: hijau kekuning-kuningan (0,5-1%)
Positif 2: kuning keruh (1-1,5%)
Positif 3: jingga / lumpur keruh (2-3,5%)
Positif 4: merah keruh / merah bata (>3,5%)
Normal : negative
Tabel 2.1
Daftar Penilaian Pemeriksaan Reduksi Urine Metode Benedict
42
Ya Tidak Perlu
3 Rak Tabung
4 Pipet Tetes
5 Pipet Lose/Ukur
6 Bunsen
7 Reagen Benedict
8 Tissue
Prosedur Pemeriksaan
7 Interprestasi Hasil
Palembang, .................2015
Dosen
(..............................................)
Tabel 2.2
OBSERVASI Ket
43
Persiapan Alat & Bahan
3 Rak Tabung
4 Pipet Tetes
5 Pipet Lose/Ukur
6 Bunsen
7 Asam Acetat 6 %
8 Tissue
Prosedur Pemeriksaan
7 Interprestasi Hasil
Palembang, .................2015
Dosen
(..............................................)
G. Evaluasi
44
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
H. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
]MODUL III
FLUIDA
A. Kompetensi
Mahasiswa dapat mengetahui dan enjelaskan sifat fluida yang bekerja pada tubuh
manusia dan dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari kekurang-an cairan
yang berkaitan dengan aktivitas tubuh manusia
Kompetensi Khusus
45
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang
prinsip fisika dasar yang berkaitan dengan tubuh manusia
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
manusia.
D. Teori
PH
ρ . g=
tinggi
Persamaan di atas merupakan nilai maksimum dari perubahan massa jenis air. Satuan yang
digunakan untuk volume air adalah liter (L)
46
1 liter = 103 cm3 = 10-3 m3
1. Sistolik, yaitu tekanan darah maksimum yang terdapat pada Aorta ketika jantung pada
phase sistolis*). Ini terjadi kira-kira 72 kali per menit dalam keadaan tenang dan
jantung sehat,
untuk tekanan sistolik normal = 120 mm.Hg
2. Diastolik, yaitu tekanan darah minimum yang diperoleh pada aorta ketika jantung
berada pada phase diastolis (Mengembang)
Untuk tekanan Diastolik normal = 80 mm.Hg
Dapat dirumuskan :
DINAMIKA FLUIDA
2. Di atas suatu kelajuan tertentu, aliran fluida menjadi turbulen yang ditandai dengan
lingkaran-lingkaran tak menentu, kecil dan menyerupai pusaran yang disebut arus
eddy
Persamaan Kontinuitas
Mari kita perhatian aliran laminar suatu fluida yang melalui tabung tertutup .
47
Langkah pertama kita tentukan bagaimana laju fluida berubah ketika ukuran tabung
berubah.
Pada fluida yang ideal berlaku persamaan kontinuitas. Menyatakan bahwa : “ dalam suatu
system tertutup, kecepatan pada luas penampang pipa kecil lebih besar dari pada luas
penampang besar
Secara matematis dapat dituliskan :
A1.v1 = A2.v2
E. Prosedur Kerja
Tujuan :
1. 1 Buah Stopwatch
2. 1 Buah Sphygmomanometer
3. Kondisi Tubuh dalam keadaan tenang
4. Kondisi Tubuh setelah bergerak / beraktivitas
Pelaksanaan
. .
. .
. .
. .
. .
48
. .
Tabel 3.1
Pengamatan Kegiatan
Tekanan
No Aktivitas
Nadi Sistolik Diastolik
1 Duduk Tenang
2 Setelah naik – turun
tangga
G. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
H. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
MODUL IV
BIO MEKANIKA
A. Kompetensi
Mahasiswa dapat mengetahui dan Menjelaskan gaya yang bekerja pada tubuh manusia
dan dapat menjelaskan Gaya di dalam Tubuh.
49
Kompetensi Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang prinsip fisika dasar yang berkaitan dengan
gerak tubuh manusia dan di dalam tubuh.
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
manusia.
D. Teori
Hukum gerak Newton menghubungkan konsep gaya dan konsep gerak. Gaya
didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan pada suatu benda sehingga menyebabkan
benda mengalami perubahan gerak atau perubahan bentuk.
System otot dan tulang pada manusia bekerja sebagai system pengumpil. Yaitu:
50
PENGUMPIL
Titik tumpuan terletak diantara gaya
berat dan gaya otot.
O = titik tumpuan
W = gaya berat
M = gaya otot
M W
O = titik tumpuan
W = gaya berat
M = gaya otot
51
M
O W
O = titik tumpuan
W = gaya berat
M = gaya otot
a. Gaya Vertikal
Jika seorang berdiri di atas suatu benda, maka orang tersebut memberi gaya terhadap
benda, sedangkan benda akan member gaya reaksi yang besarnya sama dengan gaya orang
tersebut :
FAksi = FReaksi
b. Gaya Horizontal
Benda bermassa m terletak pada lantai kasar, kemudian ditarik dengan gaya Horizontal
sebesar F
N
Fk F
52
W
F –fk = m.a
Study Kasus
Seorang pasien duduk diatas kursi roda dimana massa pasien dan kursi roda adalah 40 Kg,
kemudian ditarik dengan gaya konstan 100 N arah mendatar ke kanan. Jika koefisien
gesekan kinetic antara kursi roda dan lantai = 0,05, hitunglah Percepatan kursi roda !
Tentu saja, ada berbagai variasi di antara tubuh manusia satu dengan yang lainnya,
sehingga data table merupakan perkiraan kasar. Perhartikan angka – angka tersebut
menyatakan persentase ketinggian total, yang dianggap sebagai 100 satuan, dengan cara yang
sama massa total 100 satuan. Sebagai contoh jika seorang mempunyai 170 cm, sendi bahunya
akan berada kira-kira (170 cm) (81,2/100) = 138 m).
Study Kasus
Tentukan posisi pusat massa (PM) satu kaki (sebagaimana ditunjukkan pada
gambar :
Jika :
a. Kaki diluruskan b. Kaki ditekuk 90o.
53
E. Prosedur Kerja
Tujuan :
Menentukan pusat gravitasi seseorang
1 Buah kursi
Praktikan yang akan menjadi model
Pelaksanaan
. .
. .
Mengapa Demikian ?
. .
. .
F. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
G. Daftar Referensi
54
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
MODUL V
LISTRIK DAN MAGNET
(DALAM TUBUH MANUSIA)
A. Kompetensi
Mahasiswa mengetahui induksi magnetik dan gaya magnetik pada Tubuh manusia (Bio
Magnet) dan dapat Menerjemahkan sistem kerja pada beberapa anatomi tubuh.
55
Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu menelaah dari konsep dari magnet yang bekerja di dalam tubuh
manusia.
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
manusia.
Kehidupan manusia saat ini yang serba ”instan” dengan lingkungan yang stress,
beban pekerjaan, hingga kurang tidur, menyebabkan aliran listrik bio dalam tubuh kita
hilang keseimbangannya. Dampaknya kemampuan alamiah tubuh untuk menyembuhkan
diri sendiri akan hilang.hal ini merupakan tanda bahwa setiap sel –sel telah kehilangan
tenaga, sehingga sistem mekanisme ketahanan tubuh menjadi lemah.
56
hukum ohm menyatakan bahwa :
” Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang
melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”.
Secara matematis :
V
R=
I
R = hambatan (Ω)
V = tegangan (Volt)
” Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas ”.
Secara matematis :
Q=V .I .t
Q = Energi panas yang di timbulkan (Joule)
Seperti yang pernah saya paparkan dalam tulisan saya sebelumnya ( MEMBUKA
TABIR RAHASIA GERAK SHOLAT melalui FISIKA ! ) di dalam tubuh ada 4 (empat)
komponen yang dapat menghasilkan Bio-listrik, yaitu :
57
4. Hati = Medan Magnet
5. Urat saraf yang melingkar dan berlapis-lapis disekeliling tulang berfungsi sebagai
kumparan magnet (fungsinya seperti kabel tembaga )
6. Aliran darah berfungsi sebagai Generator.
Sebagai medan listrik Otak menghasilkan energi dalam bentuk panas dan menimbulkan
medan magnet. Jika hal ini dikaitkan dengan anatomi spiritual, maka panas dapat dikaitkan
dengan simbol emosi. Emosi tidak selalu identik dengan hal negatif, tetapi emosi juga dapat
memberikan dampak yang positif.
Terdapat perbedaan potensial listrik di dalam dan di luar sel. pada permukaan dalam
membran sel lebih bersifat listrik negatif, sedangkan muatan listrik positif terdapat pada
permukaan luar membran sel. Dengan adanya perbedaan potensial sel ini, maka dapat
menimbulkan potensial listrik. Akibat interaksi antara ion-ion negatif di dalam sel. Dengan
ion-ion positif di luar sel. Potensial listrik ini selanjutnya dialirkan dari satu sel ke sel syaraf
berikutnya untuk menyampaikan informasi dalam bentuk arus listrik yang diubah menjadi
panas. Besarnya energi panas sebesar ( Q=V .I .t ).
Prinsip kerja penyamapaian informasi di atas dapat dianalogikan seperti cara kerja
Komputer atau alat elektronik lainnya seperti rice cooker, dimana mengubah energi listrik
menjadi panas untuk mengubah beras menjadi nasi.
Sistem Syaraf
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer.ini adalah serat syaraf yang mengirim
informasi sensoris ke otak disebut affrent sedangkan Syaraf yang menghantarkan
informasi dari otak ke otot dan kelenjar disebut efferent.
Serat syaraf ini mengatur organ di dalam tubuh, misalnya jantung, usus dan kelenjar-
kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar.
Merupakan bagian terkecil dalam suatu skema syaraf yang fungsinya menerima,
memaknai, dan menghantarkan informasi (berupa aliran listrik). Sel syaraf terdiri dari 2
macam serabut, yaitu dendrite dan akson.
58
CARA KERJA MEDAN MAGNET MEMPENGARUHI PEREDARAN DARAH
Darah mengandung zat besi, sedangkan medan magnet masuk melalui kulit kedalam
jaringan tubuh dan aliran darah. Zat besi didalam darah berinteraksi dan mendapat pengaruh
langsung oleh medan magnet sehingga menyebabkan meningkatnya aktifitas pembuluh
darah, membuat aliran darah menjadi lebih baik.
Semua bagian di dalam tubuh sangat bergantung pada darah untuk menyediakan
oksigen dan nutrisi yang diperlukan agar dapat bertahan hidup.
Ketika magnet ditempatkan langsung pada pembuluh arteri utama seperti pembuluh
arteri jantung (titik nadi dipergelangan tangan) atau pada pembuluh arteri karotid (titik nadi
dileher) dampaknya akan ada penyerapan yang lebih besar sehingga pengaruh gaya magnet
yang dihasilkan medan magnet dapat dialirkan keseluruh tubuh.
Saat aliran darah dalam tubuh meningkat, maka oksigen, nutrisi, dan hormon – hormon
akan didistribusikan kedalam jaringan organ tubuh lebih efektif dan cepat , sehingga organ-
organ akan terus mendapat suplay oksigen dan nutrisi yang segar dan kaya untuk memelihara
organ-organ tersebut. Sehingga akan memacu hormon – hormon alami tubuh seperti
endorfin yang fungsinya untuk menghilangkan rasa sakit dan suplay nutrisi oleh darah akan
memperbaiki sistem kekebalan tubuh.
Hasil riset pakar kesehatan dunia, membuktikan besarnya pengaruh Gaya Medan
Magnet di dalam tubuh manusia berpengaruh terhadap stamina tubuh manusia. Jika sel tubuh
kekurangan magnet maka akan mempercepat penuaan sel, meningkatkan kekentalan dalam
darah sehingga akan meperburuk fungsi jantung yang mampu memblokir endapan-endapan
dalam sistem sirkulasi. Hal ini sangatlah penting karena ada berkaitan dengan hati yang
dianalogikan sebagai medan magnet.
Oleh karena begitu pentingnya Gaya Medan Magnet di dalam tubuh, maka seharusnya
kita menjaga Kuatnya Gaya medan magnet dalam tubuh melalui gerakan shalat.
59
Didalam tubuh melalui saraf sensorik & motorik yang menghasilkan listrik bio lewat
darah yang mengalir secara terus menerus yang fungsinya seperti geneerator yang menyuplai
tenaga listrik bio keseluruh tubuh.
Melalui gerakan shalat maka pergerakan tubuh akan menarik, melennturkan dan
memposisikan urat saraf sambil mendorong oksigen ke otak, sehingga akan mengaktifkan
sistem keringat untuk membakar kolesterol dan asam urat.
Kebanyakan diantara kita melalaikan shalat , menyebabkan gerakan olah tubuh yang
tidak rutin, maka urat saraf akan menjadi kering, sehingga mudah sekali terselaput
pengapuran. Dan tentunya ada beberapa bagian tubuh mennjadi bengkak karena penuh oleh
endapan listrik negatif.
E. Prosedur Kerja
Tujuan :
1. 1 Buah Stopwatch
2. 1 Buah Sphygmomanometer
3. Kondisi Tubuh dalam keadaan tenang
4. Kondisi Tubuh setelah bergerak / beraktivitas
Pelaksanaan
. .
. .
. .
. .
Tekanan
No Aktivitas
Nadi Sistolik Diastolik
1 Duduk Tenang
2 Setelah naik – turun
60
tangga
G. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
H. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
MODUL VI
BIOLOGI
A. Kompetensi
61
Mahasiswa mengetahui pedigree simbol silsilah keluarga pada anatomi tubuh.
Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu menelaah dari konsep dari pedigree simbol silsilah keluarga manusia.
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
manusia.
Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
1. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang cuci tangan
2. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang komunikasi pada pasien
3. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang memakai dan melepas sarung
tangan
D. Teori
Simbol silsilah keluarga adalah suatu bagan yang menampilkan hubungan keluarga
(silsilah) dalam suatu struktur pohon. Data genelogi ini dapat ditampilkan dalam berbagai.
Salah satu format yang sering digunakan dalam menampilkan silsilah adalah bagan dengan
generasi yang lebih tua di bagian atas dan generasi yang lebih muda di bagian bawah. Bagan
keturunan yang menampilkan semua keturunan dari satu individu memiliki bagian yang
paling sempit di bagian atas.
Tujuannya adalah mempelajari pola pewarisan sifat pada manusia terutama tentang
penyakit menurun mempunyai kendala tersendiri. Kendala- kendala tersebut misalnya: tidak
mungkin melakukan uji coba perkawinan pada manusia, kemungkinan kecil orang mau
dikawinkan secara asal sesuai kehendak peneliti, adanya kemauan untuk menghindari
kelainan atau penyakit menurun, adanya pembatasan jumlah anak karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mempelajari pola pewarisan
62
sifat terutama kelainan dan penyakit bawaan sering kali dilakukan dengan cara analisis peta
silsilah (pedigree). Peta silsilah ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan jawaban
yang memuaskan terhadap sejumlah persoalan yang diakibatkan oleh kelainan atau penyakit
menurun.
= Perempuan normal
= Laki-laki normal
= Garis penghubung berarti ada perkawinan
= Seorang laki-laki mempunyai 2 istri.
= Orang Tua normal mempunyai anak, 2 orang perempuan dan 1
orang laki-laki.
a).
63
= Abortus atau meninggal dunia waktu lahir.
b).
Tugas:
E. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
64
F. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
MODUL VII
A. Kompetensi
Mahasiswa mempunyai gambaran mengenai penentuan formula kromosom sel somatic
65
individu dengan membuat tiruan karyotipe.
Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu menelaah formula kromosom sel somatic individu dengan tiruan
karyotipe
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
manusia.
Dalam nucleus makhluk hidup pada umumnya terdapat kromosom yang berperan
penting di dalam mekanisme pewarisan sifat kepada keturunannya. Di dalam kromosom
terdapat gen-gen yang membawa informasi genetic yang dapat diwariskan kepada
keturunannya. Gen pada kromosom terdapat pada suatu tempat yang di sebut lokus.
66
Gambar1: kromosom dan gen
Jumlah kromosom pada setiap spesies tertentu adalah tetap. Manusia memiliki
kromosom berjumlah 46 buah dalam setiap sel tubuhnya. Ke 46 kromosom tersebut terdiri
dari 44 buah (22 pasang) kromosom autosom (kromosom tubuh/ somatic) dan 2 buah
(sepasang) kromosom kelamin (sex kromosom) yang dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu kromosom X dan Y. Individu perempuan memiliki sepasang kromosom X dalam setiap
sel tubuhnya, sedangkan individu laki-laki memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y.
Sehingga formula kromosom untuk perempuan normal adalah 46,XX (atau 44XX) dan
46,XY (44XY) untuk individu laki-laki normal.
Sel tubuh bersifat diploid, yang terdiri dari 2 set kromosom yang terdiri 23 kromosom
pada setiap setnya. Sedangkan sel kelamin/gamet (ovum & spermatozoa) memiliki
kromosom yang bersifat haploid. Dalam ovum terdapat 22 autosom dan 1 kromosom X,
sedangkan spermatozoa ada 2 macam, yaitu gynospermium (22 autosom + 1 kromosom X)
dan androspermium (22 autosom + 1 kromosom Y). Jadi secara teoritis, lahirnya anak
perempuan atau laki-laki memiliki kemungkinan yang sama besarnya, yaitu 50%.
Selain keadaan normal, dapat terjadi keadaan abnormalitas yang disebabkan oleh
kelainan kromosom. Terkadang terlahir individu dengan kelainan genetic berupa kelainan
jumlah kromosom. Istilah yang umum dipergunakan untuk perubahan genetic adalah mutasi,
namun sebetulnya mutasi adalah istilah untuk perubahan yang terjadi terhadap gen.
Sedangkan perubahan kromosom disebut variasi kromosom atau aberrasi. Aberrasi
kromosom dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
67
1. Euploidi : bila variasi menyangkut seluruh set kromosom. Individu penderita
kelainan ini sangat jarang di temukan dapat bertahan hidup karena selalu
menimbulkan anomaly berat dan kematian.
2. Aneuploidi : bila variasi menyangkut hanya kromosom-kromosom tunggal dalam
suatu set kromosom. Aneuploidi adalah kelainan jumlah kromosom
(kelebihan/kekurangan) disbanding jumlah kromosom diploid (2n) dari individu
normal.
Aneuploidi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Jumlah kromosom kurang, misalnya: monosomi (2n-1), nullisomi (2n-2)
b. Jumlah kromosom melebihi jumlah kromosom normal (secara umum disebut
polisomi), misalnya: trisomi (2n+1), dobel trisomi (2n+1+1), tetrasomi (2n+2)
Dengan teknik pewarnaan khusus, kromosom dapat dilihat secara jelas selama
nucleus membelah, tepatnya pada tahap metaphase, karena pada tahap tersebut kromosom
memendek dan menebal dan lebih menyerap zat warna. Melalui beberapa tahap, kromosom
dibuat menyebar letaknya, difoto, selanjutnya gambar kromosom di gunting dan diatur dalam
pasangan-pasangan sesuai ukuran (panjang) dan tipe (bentuk, letak centromer) kromosom.
68
Letak kromosom diatur mulai dari yang berukuran besar ke yang kecil, sehingga jika individu
yang diperiksa itu normal, maka diperoleh 22 pasang autosom dan sepasang sex kromosom.
Pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah serta bentuk kromosom
dari sel somatic dari suatu individu disebut karyotipe.
Pada dasarnya semua sel yang sedang membelah dapat digunakan untuk membuat
karyotipe, namun yang paling sering dipergunakan adalah sel darah (leukosit). Dan untuk
diagnosis prenatal, bahan yang biasa dipergunakan adalah:
1. Sel yang terdapat dalam cairan amnion (amniocentesis): 10-20 cc, pada kehamilan 14-
16 minggu.
2. Jaringan khorionik villi
3. Darah janin
69
Tugas :
1. Buatlah karyotipe dari lembaran gambar sebaran kromosom yang dibagikan. Amati
dan hitung jumlah kromosom yang ada, catat jumlahnya di kolom jumlah kromosom
di lembar kerja masing-masing
2. Guntinglah satu per satu gambar kromosom, cocokkan dengan standar karyotipe di
buku petunjuk, tempelkan dengan lem pada tempat yang tepat di lembar kerja anda.
Ulangi langkah tersebut hingga semua gambar kromosom tergunting dan terpasang
pada tempat yang tepat.
3. Setelah selesai pembuatan karyotipe ini lanjutkan dengan tugas-tugas berikut ini:
a. Tuliskan formula kromosom berdasarkan karyotipe yang telah dibuat
b. Tentukan jenis kelainan jumlah kromosom dari karyotipe yang dibuat: monosomi
ataukah trisomi
c. Tentukan sindroma kliniknya
d. Jelaskan dengan membuat diagram perkawinan, bagaimana terjadinya individu
dengan kelainan tersebut, sebutkan penyebabnya dan tunjukka pada tahap mana
penyebab terjadinya kelainan formula kromosom pada individu tersebut.
70
E. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
F. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
MODUL VIII
PEWARISAN SIFAT HEREDITER
A. Kompetensi
Mahasiswa mengetahui pewarisan sifat herediter pada manusia.
Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu menelaah dari konsep pewarisan sifat herediter manusia.
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
manusia.
71
Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
1. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang cuci tangan
2. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang komunikasi pada pasien
3. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang memakai dan melepas sarung
tangan
D. Teori
Telah diketahui gen penentu sifat herediter terdapat di dalam kromosom.
Berdasarkan letak gennya, secara umum pola pewarisan sifat herediter pada manusia dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Pola pewarisan autosomal
Pola ini berlaku untuk gen-gen yang terdapat di dalam kromosom autosomal
(kromosom tubuh/somatic). Pada pola pewarisan ini, besarnya peluang untuk muncul
dalam fenotip pada keturunan laki-laki dan perempuan adalah sama. Berdasarkan
sifatnya gen dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Gen dominal:
Sifat ini akan muncul dalam fenotip bila individu memiliki genotip homozigot
dominant maupun heterozigot.
b. Gen Resesif:
Sifat ini hanya dapat muncul dalam fenotip bila individu memiliki genotip
homozigot resesif.
2. Pola pewarisan terangkai kromosom kelamin
a. Gen terpaut kromosom X
Meskipun terangkai kromosom X, namun gen ini dapat diwariskan kepada
keturunan perempuan ataupun laki-laki, hanya saja peluang untuk muncul pada
fenotip di kedua jenis kelamin tersebut tidaklah sama besar (pada gen yang
bersifat resesif) hal ini disebabkan individu perempuan memiliki sepasang
kromosom X, sedangkan laki-laki hanya memiliki sebuah kromosom X. Kelainan
yang disebabkan oleh gen ini akan lebih sering muncul pada individu laki-laki dari
pada perempuan.
Disebabkan oleh gen resesip
Beberapa contoh:
1. Butawarna merah-hijau (selanjutnya disebut butawarna)
72
Penderita tidak dapat membedakan warna merah dan hijau. Penyakit ini
herediter dan disebabkan oleh gen resesif c (besaral dari perkataan inggris
“colorblind” yang terdapat pada kromosom – X. Alelnya dominan C
menentukan orang tidak butawarna (normal). Jika seorang perempuan
normal (homozigotik) kawin dengan seorang laki-laki butawarna, maka
semua anaknya akan normal. Ini disebabkan karena ginospermium yang
membawa gen dominan C, sehingga zigot mempunyai genotip Cc.
Berhubungan C dominan terhadap c, maka individu Cc adalah normal.
Keturunan yang menerima kromosom – Y menjadi anak laki-laki.
Bagaimanakah sekarang apabila keadaanya terbalik, artinya seorang
perempuan butawarna kawin dengan seorang laki-laki normal? Jika
demikian keadaannya, maka semua anak perempuan akan normal, sedang
semua anak laki-laki akan butawarna.
2. Anodontia
Anodontia ialah kelainan herediter yang menyebabkan orang tidak
mempunyai gigi seumur hidup sejak lahir. Kelainan ini ditentukan oleh
gen resesif yang terdapat pada kromosom –x, sehingga penderita tidak
mempunyai benih gigi dalam tulang rahang. Alelnya dominan A
menentukan orang bergigi normal. Pasangan gen ini diwariskan dari orang
tua ke anak-anaknya seperti halnya pada buta warna.
3. Hemophilia
Hemophilia ialah suatu penyakit herediter pada manusia yang
mengakibatkan darah sukar membeku di waktu terjadi luka. Darah orang
normal bila keluar dari luka akan membeku pada waktu 5-7 menit. Akan
tetapi pada orang yang mempunyai keturunan hemofili, darah akan
membeku antara 50 menit sampai 2 jam dan ini menyebabkan orang
meninggal dunia karena kehilangan banyak darah.
Seperti dalam kasus putera mahkota pangeran Alfonso dari Spanyol
yang meninggal dunia akibat suatu luka oleh pecahan kaca mobil pada
waktu mobil yang dikendarainya bertabrakan didekat kota Miami, Florida
USA. Lukanya tak seberapa tetapi ia kehabisan banyak darah dan
meninggal dunia.
73
Dikenal 2 jenis penyakit hemophilia:
1. Hemophilia yang lazim dikenal, disebut juga hemophilia A. penderita
tidak memiliki factor pembekuan darah, yang dinamakan FAH (Faktor
Anti Hemofilia) atau factor VIII.
2. Penyakit Christmas (hemophilia B) penderita tidak memiliki factor
PTK (Plasma Tromboplastin Kromosom) atau factor IX.
Disebabkan oleh gen dominan
Contohnya gigi coklat dan mudah rusak, karena kurang email.
Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan B yang terdapat pada
kromosom – X. Alelnya resesif b menentukan gigi normal. Jika
seorang laki-laki bergigi coklat menikah dengan perempuan bergigi
normal, maka semua anak perempuan akan bergigi coklat, sedangkan
anak laki-laki bergigi normal. Cirri khas pada kromosom – X, yaitu
dengan cara mewariskan bersilang (“criss-cross inheritance”)
b. Gen terpaut kromosom Y
Karena hanya individu laki-laki saja yang memiliki kromosom Y, maka gen ini
hanya diwariskan kepada keturunan yang laki-laki saja. Kromosom –Y jauh lebih
sedikit mengandung gen-gen, karena memang lebih pendek ukuranya jika
dibandingkan dengan kromosom-X. Oleh karena kromosom-Y dimiliki oleh laki-laki
saja, tentunya mudah dimengerti bahwa sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
kromosom-Y hanya akan diwariskan kepada keturunan laki-laki saja.
I
II
III
IV
Gambar: Diagram silsilah dari keluarga yang memiliki kelainan tersebut, dimana
diperlihatkan sifat itu sampai 4 generasi
74
rambut pada bagian-bagian tertentu ditepi daun telinga. Kelainan ini disebabkan oleh
gen resesip h yang terdapat pada kromosom – Y. Perkawinan antara laki-laki
Hypertrichosis dengan perempuan normal akan mempunyai anak laki-laki yang
semuanya Hypertrichosis, tetapi tiada seorang anak perempuan pun yang menerima
sifat keturunan itu. Hypertrichosis lebih sering dijumpai pada bangsa Pakistan dan
India.
Selain pola pewarisan yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih banyak
macam pola pewarisan yang lain, misalnya: pola pewarisan sifat herediter yang
ditentukan oleh alel ganda, gen kodomain, gen komplementer, poligena, dll. Sifat-sifat
herediter yang ditentukan oleh gen ganda atau poligena akan menimbulkan banyak
variasi dalam kelas fenotip, misalnya pigmentasi kulit, tinggi tubuh, dll. Ada pula gen
yang dibawa oleh kromosom autosom, namun ekspresinya dipengaruhi oleh jenis
kelamin, sehingga ada perbedaan fenotip antara individu laki-laki dan perempuan.
Gen ini misalnya: gen kepala botak dan panjang jari telunjuk tangan.
Golongan Darah
1 A Iᴬ Iᴬ, Iᴬ Iᴼ
2 B Iᴮ Iᴮ, Iᴮ Iᴼ
3 AB Iᴬ Iᴮ
4 O Iᴼ Iᴼ
75
didalam eritrositnya, sehingga waktu darahnya dites (diuji) dengan antiserum yang
mengandung anti-Rh, maka eritrositnya menggumpal.
b. Orang Rh-negatif (disingkat dengan Rh-) ialah orang yang tidak memiliki antigen-
Rh di dalam eritrositnya, sehingga eritrosit tidak menggumpal pada waktu
dilakukan tes dengan antiserum anti-Rh.
zat antinya dinamakan anti-D, anti-C, anti-E, anti-c, dsb. Akhir-akhir ini
antiserum baru telah ditemukan untuk golongan darah Rh ini dan 18 alel-alel yang
berbeda telah diketahui. Karena itu ditambahkan pasangan gen baru yaitu F dan G,
sehingga mempersulit lagi kemungkinan genotipnya.
TUGAS:
Kasus 1
Ayah golongan darah AB dan Ibu golongan darah O, mungkinkah pasangan tersebut memilki
anak golongan darah AB (Gunakan metode papan catur untuk memperjelas jawaban saudara)
JAWABAN
P (Parentum) :
G (Gamet) :
F1 (Filial) :
Fenotif :
76
Kasus 2
Wanita carier buta warna menikah dengan pria buta warna, berapa pasien mereka memiliki
anak normal (gunakan papan catur untuk memperjelas jawaban saudara)
JAWABAN
P (Parentum) :
G (Gamet) :
F1 (Filial) :
Fenotif :
Kasus 3
Buatkan riwayat genetika pasien dengan syndrome klinefelter dan syndrome turner (gunakan
papan catur untuk memperjelas jawaban saudara
JAWABAN
P (Parentum) :
G (Gamet) :
F1 (Filial) :
Fenotif :
Kesimpulan
77
E. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
F. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
MODUL IX
GENETIKA POPULASI
A. Kompetensi
Mahasiswa mengetahui genetika populasi pada manusia.
Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu menelaah dari konsep genetika populasi manusia.
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar secara kelompoksesuai jadwal yang ditentukan dan setiap mahasiswa wajib
melakukan prosedur praktikum
C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi dan fisiologi pada
78
manusia.
Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
1. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang cuci tangan
2. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang komunikasi pada pasien
3. Mempelajari kembali prosedur praktikum tentang memakai dan melepas sarung
tangan
D. Teori
Pada latihan ini akan diamati salah satu contoh sifat herediter yang cukup sederhana untuk
dibuat perhitungan dalam genetika populasi, yaitu panjang jari telunjuk tangan. Sifat
herediter ini ditentukan oleh gen autosomal, namun demikian terdapat perbedaan ekspresi
antara individu laki-laki dan perempuan. Jari telunjuk pendek pada laki-laki disebabkan oleh
gen dominan T, tetapi gen tersebut pada perenpuan bersifat resesif.
Untuk dapat melakukan perhitungan genetika populasi, harus terlebih dahulu diketahui
tentang prinsip equilibrium Hardy-Weinberg (detailnya silakan pelajari materi kuliah).
Hukum Hardy-weinberg : p +q = 1
Penjabaran rumus untuk sifat herediter yang ditentukan oleh gen tunggal adalah:
p² + 2pq + q² = 1
79
pendek pendek
Tt Telunjuk Telunjuk
panjang
pendek
tt Telunjuk Telunjuk
panjang
panjang
Tugas:
A. Buatlah gambar jari telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kanan anda dan
tentukan fenotif jari telunjuk anda dengan cara:
1. Tarik garis mendatar pada lembar tugas anda (biloa belum disediakan pada lembar
tugas)
2. Letakkan telapak tangan kanan anda di atas kertas tersebut dengan ujung jari
manis menyentuh garis mendatar tadi
3. Gambarlah pola telapak tangan anda tadi, cukup jari: telunjuk, tengah dan manis
saja. Jika ujung jari telunjuk mencapai tepat garis atau bahkan melebihi garis,
maka termasuk fenotip jari telunjuk panjang. Jika ujung jari telunjuk tidak sampai
menyentuh garis, berarti termasuk jari telunjuk pendek.
B. Isilah titik-titik di dalam kolam table di bawah ini dengan teliti dan tepat
FENOTIP
GENOTIP
Laki-laki Perempuan
TT ………….. ………….
Tt …………. ………….
tt …………. ………….
80
Jari telunjuk
Panjang
Jari telunjuk
pendek
D. Hitunglah
1. Frekuensi gen T untuk populasi mahasiswa perempuan
2. Frekuensi gen t untuk populasi mahasiswa perempuan
3. Hitunglah frekuensi genotip heterozigot untuk populasi mahsiswa perempuan
4. Tentukan berapa persen mahasiswa dengan fenotip homozigot telunjuk panjang
5. Tentukan berapa persen mahasiswa dengan fenotip heterozigot telunjuk panjang
6. Frekuensi gen T untuk populasi mahasiswa laki-laki
7. Frekuensi gen t untuk populasi mahasiswa laki-laki
8. Hitunglah frekuensi genotip heterozigot untuk populasi mahasiswa laki-laki
9. Tentukan berapa persen mahasiswa laki- laki dengan fenotip homozigot telunjuk
pendek
10. Tentukan berapa persen mahasiswa laki-laki dengan fenotip heterozigot telunjuk
pendek
E. Evaluasi
1. Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum.
2. Mahasiswa dinyatakan tidak kompeten jika tidak mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum.
F. Daftar Referensi
Brow & Edward. Eds (2005). Medical Surgical Nursing. Sydney. Elseiver.
Patton D, et.al. Textbook of Physiology (vol 1 and 2) 21st ed. WB Saunders Company.
Philadelphia.
Procolla LeMode, Kaven M. Burke (1996). Medical Surgical Nursing. Addison Wesley.
New York
81
82