Makalah Struktur Sosial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

STRUKTUR SOSIAL

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Struktur Sosial ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sosiologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Struktur Sosial ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Struktur Sosial ini sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Struktur
Sosial ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Indonesia, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Struktur Sosial........................................................................ 3
B. Diferensiasi Sosial................................................................................... 4
1. Pengertian Diferensiasi Sosial........................................................... 5
2. Ciri Dasar Diferensiasi Sosial............................................................ 5
3. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial..................................................... 6
C. Stratifikasi Sosial..................................................................................... 10
1. Pengertian Stratifikasi Sosial............................................................. 10
2. Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial............................................. 10
3. Sifat Sistem Stratifikasi Sosial........................................................... 11
4. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial...................................................... 12
D. Pengaruh Struktur Sosial terhadap Kehidupan Sehari-hari..................... 13
E. Konsekuensi Struktur Sosial terhadap Kehidupan................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 15
B. Saran........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat selalu bergerak dinamis seiring dengan kemajuan jaman.
Semakin kompleks suatu masyarakat, maka terjadi pembagian kerja yang
semakin rinci. Dalam masyarakat primitif, sebuah keluarga menjalankan
semua fungsi sosial mulai dari merawat dan mendidik anak, mencari nafkah,
membuat pakaian, membuat rumah, dan sebagainya. Hal tersebut berlawanan
dengan masyarakat modern. Berbagai urusan dan kebutuhan hidup dikerjakan
oleh orang-orang tertentu sesuai keahliannya. Misalnya pendidikan anak
diserahkan kepada guru, perawatan kesehatan dikerjakan oleh dokter, dan
lain-lain.
Semakin rinci pembagian kerja dalam suatu masyarakat, semakin
banyak kelompok-kelompok sosial yang terbentuk. Kelompok-kelompok
sosial itu membentuk keutuhan masyarakat. Ada dua macam kelompok sosial
di masyarakat, yaitu kelompok-kelompok yang memiliki strata atau tingkatan
berbeda dan kelompok-kelompok yang memiliki strata sama. Kelompok-
kelompok dengan strata berjenjang dihasilkan oleh proses yang disebut
stratifikasi sosial, sedangkan kelompok-kelompok yang tidak berjenjang
dihasilkan oleh diferensiasi sosial.
Stratifikasi dan diferensiasi secara bersama-sama membentuk struktur
sosial. Diferensiasi sosial adalah pembedaan warga masyarakat menjadi
kelompok- kelompok secara horizontal dan tidak berjenjang, ini disebut
kelompok sosial, sedangkan stratifikasi sosial membedakan kelompok-
kelompok dalam masyarakat secara vertikal dan berjenjang, yang disebut
dengan kelas sosial. Kelas-kelas sosial bersama-sama dengan kelompok-
kelompok sosial yang ada di masyarakat membentuk suatu rangkaian yang
disebut struktur sosial.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Struktur Sosial ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian struktur sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan diferensiasi sosial?
3. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial?
4. Bagaimana pengaruh struktur sosial terhadap kehidupan sehari-hari?
5. Bagaimana konsekuensi struktur sosial terhadap kehidupan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Struktur Sosial ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian struktur sosial.
2. Untuk mengetahui pengertian diferensiasi sosial.
3. Untuk mengetahui pengertian stratifikasi sosial.
4. Untuk mengetahui pengaruh struktur sosial terhadap kehidupan sehari-
hari.
5. Untuk mengetahui konsekuensi struktur sosial terhadap kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Sosial


Struktur sosial adalah suatu rangkaian kompleks dari relasi-relasi
sosial yang berwujud dalam suatu masyarakat. Struktur sosial dapat ditinjau
dari segi status, peranan, nilai-nilai, norma dan institusi sosial dalam sistem
relasi sosial. Struktur sosial sebagai konsep umum yang merujuk pada unsur-
unsur atau satuan-satuan dalam masyarakat seperti sub sistem, jenis organisasi
dan institusi sosial. Kajian struktur sosial meliputi konsep tentang individu,
masyarakat, sistem sosial, kelompok sosial dan organisasi sosial. Dengan
demikian, struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial,
yaitu norma sosial, lembaga sosial, kelompok serta lapisan sosial.
Kehidupan bermasyarakat akan aman, jika anggota masyarakat yang
menjalin rangkaian dalam relasi sosial menjalankan peran, tugas, dan
wewenangnya sesuai dengan norma yang berlaku. Jika anggota masyarakat
telah melanggar norma, maka terjadi pergesekan yang akhirnya dapat memicu
konflik sosial.
Dalam antropologi, konsep struktur sosial sering dianggap sama
dengan organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah
kekerabatan dan kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang tergolong
bersahaja. Sedangkan dalam ilmu sosiologi, struktur sosial digunakan untuk
menjelaskan keteraturan sosial, yaitu menunjuk pada prinsip perilaku yang
berulang-ulang dengan bentuk dan cara yang sama. Menurut Soerjono
Soekanto (2002:68) struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik
antarposisi sosial dan antarperan.
Dengan demikian, pengertian struktur sosial dapat didefinisikan
sebagai suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya
terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-
batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan
perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.

3
4

Hendropuspito (1989) dalam bukunya ”Sosiologi Sistematik”


mendefinisikan bahwa struktur sosial adalah skema penempatan nilai-nilai
sosio-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai
dengan berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan
demi kepentingan masing-masing. Bagian nilai-nilai sosial adalah ajaran
agama, ideologi, kaidah-kaidah, moral, serta peraturan sopan santun yang
dimiliki suatu masyarakat. Sementara itu organ-organ masyarakat tersebut
berupa kelompok-kelompok sosial, institusi atau lembaga-lembaga sosial yang
mengusahakan perwujudan nilai-nilai tertentu menjadi nyata dan dipakai
dalam memenuhi kebutuhan.
Pada dasarnya struktur sosial merupakan jaringan dari unsur-unsur
sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur tersebut antara lain
kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial,
kekuasaan, dan wewenang. Secara umum wujud konkret struktur sosial
masyarakat tampak jelas dalam sistem diferensiasi dan stratifikasi sosial yang
berlaku dalam sebuah masyarakat.
Manusia merupakan makhluk sosial. Di mana kehadirannya selalu
membutuhkan orang lain, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri.
Bergabungnya manusia satu dengan yang lainnya tentu saja akan membentuk
suatu kelompok masyarakat yang memiliki karakteristik tertentu yang tentu
saja membedakan dengan kelompok masyarakat lainnya.
Latar belakang manusia yang berbeda-beda baik itu mengenai asal
usul, pendidikan, keturunan, jabatan dan lainnya akan membentuk suatu
struktur masyarakat yang dapat membedakan status manusia di dalam
kehidupan bermasyarakat. Baik itu secara vertikal (stratifikasi sosial)
maupun horizontal (diferensiasi sosial). Hal ini tentu saja akan memberikan
dampak yang beraneka ragam dalam kehidupan bermasyarakat ini. Dalam
bagian ini akan kita bicarakan mengenai struktur sosial yang terdapat di dalam
masyarakat, yaitu stratifikasi sosial (pelapisan sosial) dan diferensiasi sosial
(perbedaan sosial).
5

B. Diferensiasi Sosial
Pada dasarnya kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan
perbedaan. Lihatlah di sekelilingmu sekarang, kamu akan menemukan banyak
perbedaan mulai agama, jenis kelamin, ras, dan lain-lain. Perbedaan-
perbedaan inilah yang menyebabkan pemisahan atau pembagian dalam suatu
masyarakat yang disebut diferensiasi sosial. Pada subbab ini, kita akan
mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah diferensiasi
sosial.
1. Pengertian Diferensiasi Sosial
Masyarakat Indonesia memiliki banyak keragaman dan perbedaan.
Sebagai contohnya keragaman agama, ras, etnis, pekerjaan, budaya,
maupun jenis kelamin. Tidak dapat dimungkiri keragaman ini menjadi
potensi pokok munculnya konflik di Indonesia. Perbedaan-perbedaan di
atas terlihat secara horizontal. Perbedaan inilah dalam sosiologi
dinamakan dengan istilah diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial berasal
dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Secara istilah
pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke
dalam golongan secara horizontal, mendatar, dan sejajar atau tidak
memandang perbedaan lapisan. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari
pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.
Dengan demikian, dalam diferensiasi sosial tidak dikenal adanya
tingkatan atau pelapisan, seperti pembagian kelas atas, menengah, dan
bawah. Pembedaan yang ada dalam diferensiasi sosial didasarkan atas latar
belakang sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak sama dalam masyarakat, klan,
etnis, dan agama. Kesemuanya itu disebut kemajemukan sosial, sedangkan
pengelompokan berdasarkan profesi dan jenis kelamin disebut
heterogenitas sosial.
2. Ciri Dasar Diferensiasi Sosial
Pada dasarnya keberadaan diferensiasi sosial ditandai dengan
adanya ciri-ciri utama, yaitu:
a. Ciri Fisik
6

Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.


Misalnya: warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dan
sebagainya.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang
menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat
berbeda. Termasuk di dalam kategori ini adalah perbedaan peranan,
prestise, dan kekuasaan.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup
suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi
atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan.
Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari
bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan sebagainya.
3. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
Pengelompokan masyarakat berdasarkan perbedaannya dalam
diferensiasi sosial sangat beragam. Oleh karenanya, para ahli sosial
mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam bentuk diferensiasi guna
memudahkan dalam mempelajarinya. Bentuk-bentuk tersebut antara lain,
diferensiasi ras, agama, etnis, profesi, jenis kelamin, dan asal daerah.
a. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri
fisik bawaan yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan
masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya bukan budayanya. Misalkan,
bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Pada
dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu
ciri fenotipe, ciri filogenetik, dan ciri getif. Ciri fenotipe merupakan
ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri kualitatif dan
kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut, bentuk
mata, bentuk hidung, bentuk dagu, dan bentuk bibir. Sementara itu,
ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak badan, dan ukuran
bentuk kepala.
7

b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)


Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari
golongan-golongan sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang
paling mendasar dan umum yang berkaitan dengan asal usul, tempat
asal, serta kebudayaannya. Ciri-ciri yang paling mendasar tersebut,
antara lain kesamaan dalam hal ciri fisik, bahasa daerah, kesenian, dan
adat istiadat.
c. Diferensiasi Clan
Klan (clan) adalah suatu kesatuan atau kelompok kekerabatan
yang didasarkan atas hubungan keturunan atau hubungan darah
(genealogis) yang terdapat dalam masyarakat. Sedangkan kekerabatan
merupakan kesatuan sosial yang orang-orangnya atau anggota-
anggotanya mempunyai hubungan keturunan atau hubungan darah.
Seseorang dapat kita anggap sebagai kerabat kita, jika orang tersebut
mempunyai hubungan darah atau seketurunan dengan kita, walaupun
kita tidak pernah saling bertemu dengan orang tersebut.
Dalam sistem kekerabatan dikenal dua hubungan kekerabatan,
yaitu patrilineal dan matrilineal. Dalam klan patrilineal, saudara
perempuan ayah dan saudara laki-laki ayah termasuk dalam satu klan.
Sedangkan anak dari saudara perempuan ego tidak termasuk anggota
klan. Masyarakat yang menganut sistem patrilineal antara lain Batak,
Mentawai, dan Gayo.
Sementara dalam klan matrilineal, saudara laki-laki ibu,
saudara perempuan ibu, saudara laki-laki ego, dan saudara perempuan
ego termasuk anggota satu klan. Tetapi anak dari saudara laki-laki ibu
dan anak dari saudara laki-laki ego tidak termasuk anggota satu klan.
Masyarakat yang menganut sistem matrilineal antara lain
Minangkabau dan Enggano.
d. Diferensiasi Agama
Agama merupakan masalah esensial bagi kehidupan manusia.
Hal ini dikarenakan menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap
8

benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral.


Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral atau yang
disebut umat. Menurut Durkheim, agama adalah suatu sistem terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan
hal-hal suci.
Diferensiasi agama merupakan penggolongan masyarakat
berdasarkan agama atau kepercayaan. Di Indonesia dikenal agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Selain itu, berkembang
pula agama atau kepercayaan lain seperti Konghucu, aliran
kepercayaan, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya. Penggolongan
tersebut bersifat horizontal dan bukan berdasarkan tingkatan atau
pelapisan sehingga dalam diferensiasi sosial agama tidak ada status
yang lebih tinggi atau rendah karena pada dasarnya setiap agama
memiliki status yang sama.
Secara umum setiap agama mempunyai komponen-komponen
yang selalu ada. Komponen-komponen tersebut antara lain emosi
keagamaan, sistem keyakinan, upacara keagamaan, tempat ibadah dan
umat.
1) Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang
mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur
percaya.
2) Sistem keyakinan, yaitu bentuk pikiran atau gagasan manusia
seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib,
kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-
dewa dan sebagainya.
3) Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan,
dewa-dewa, dan roh nenek moyang.
4) Tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, wihara, kuil, dan
kelenteng.
5) Umat, yaitu anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan
sosial.
e. Diferensiasi Profesi (Pekerjaan)
9

Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan


manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya.
Dalam masyarakat sosial profesi merupakan suatu pekerjaan yang
memerlukan suatu keterampilan khusus. Misalnya, profesi guru
memerlukan keterampilan khusus seperti, pandai berbicara, suka
membimbing, sabar, dan sebagainya. Di masyarakat terdapat berbagai
macam profesi yang dimiliki anggota masyarakat. Hal ini dikarenakan
pengaruh industrialisasi dan modernisasi, serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Diferensiasi profesi merupakan
penggolongan anggota masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan yang
dimiliki. Berdasarkan penggolongan inilah kita mengenal kelompok
masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai
negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi biasanya akan
membawa pengaruh terhadap perilaku sosial seseorang di
lingkungannya. Contoh, perilaku seorang dokter tentunya berbeda
dengan perilaku seorang tukang becak ketika keduanya melakukan
pekerjaan.
f. Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang
berdasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan
biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ
reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itulah,
terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok
masyarakat perempuan atau wanita.
Pada dasarnya kedudukan laki-laki dan perempuan sama,
karena mempunyai kesempatan, status, dan peran sosial yang sama.
Namun, di beberapa daerah tertentu status laki-laki dianggap lebih
tinggi daripada perempuan atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan fisik dan sosialisasi nilai dan norma yang
membedakan mereka. Akan tetapi, perbedaan tersebut bersifat
horizontal bukan pada tingkatan-tingkatan dalam masyarakat.
g. Diferensiasi Asal Daerah
10

Diferensiasi asal daerah merupakan pengelompokan manusia


berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota.
Berdasarkan penggolongan ini dikenal dua kelompok masyarakat,
yaitu masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah
kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa.
Sedangkan masyarakat kota adalah kelompok orang yang tinggal di
perkotaan atau berasal dari kota. Perbedaan masyarakat desa dan
masyarakat kota tampak jelas dalam perilaku, tutur kata, cara
berpakaian, cara menghias rumah, cara berinteraksi, dan lain- lain.

C. Stratifikasi Sosial
1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status dan kedudukan.
Status dan kedudukan ini mendorong munculnya perbedaan sikap
seseorang terhadap orang lain. Dalam masyarakat orang memiliki harta
berlimpah lebih dihargai daripada orang miskin. Demikian pula, orang
yang lebih berpendidikan lebih dihormati daripada orang yang kurang
berpendidikan. Atas dasar itulah, masyarakat dikelompok- kan secara
vertikal atau bertingkat-tingkat sehingga membentuk lapisan-lapisan sosial
tertentu dengan kedudukannya masing-masing.
Pada dasarnya penggolongan masyarakat ini, telah dikenal sejak
zaman dahulu. Bahkan seorang ahli filsafat dari Yunani, yaitu Aristoteles
mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di
tengah-tengahnya. Menurut Aristoteles orang-orang kaya ditempatkan
dalam lapisan atas, sedangkan orang-orang melarat ditempatkan dalam
lapisan bawah, dan orang-orang di tengah ditempatkan dalam lapisan
masyarakat menengah.
4. Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Secara umum terdapat dua proses terbentuknya stratifikasi sosial di
masyarakat, yaitu:
a. Terjadi secara Otomatis atau Alamiah
11

Stratifikasi sosial dapat terjadi secara alamiah, dengan


sendirinya dan otomatis bersamaan dengan perkembangan kehidupan
masyarakat. Biasanya proses ini terjadi karena faktor-faktor yang
dibawa individu sejak lahirnya. Contoh: kepandaian, usia, jenis
kelamin, keturunan, dan sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam
masyarakat.
b. Terjadi karena Bentukan untuk Mencapai Tujuan Bersama
Stratifikasi ini biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan
dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti
pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, dan angkatan
bersenjata. Dalam stratifikasi ini biasanya dilakukan dengan berbagai
cara, seperti upacara pelantikan, pemberian tanda/ lambang
kedudukan, pemberian wewenang, dan lain- lain.
5. Sifat Sistem Stratifikasi Sosial
Dari pemaparan di atas, tampak jelas keberagaman stratifikasi
sosial. Keadaan ini menjadikan masyarakat terbagi menjadi beberapa
kelompok atau lebih yang tentunya menempati posisi yang tidak sama
dalam pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. Dalam sosiologi dikenal tiga
sistem stratifikasi sosial, yaitu stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial
terbuka, dan stratifikasi sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi sosial tertutup dalam masyarakat dapat
digambarkan seperti pada gambar di samping. Stratifikasi tertutup
adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Satu-satunya jalan untuk masuk dalam stratifikasi
ini melalui kelahiran atau keturunan. Wujud nyata dari stratifikasi ini
adalah sistem kasta di Bali. Kaum Sudra tidak dapat pindah posisi ke
lapisan Brahmana. Atau masyarakat rasialis, kulit hitam (Negro) yang
dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit
putih.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
12

Stratifikasi sosial terbuka bersifat dinamis karena mobilitasnya


sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas
sosial, baik vertikal maupun horizontal. Pada umumnya, sistem
pelapisan ini, memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk
naik ke strata yang lebih tinggi, atau turun ke strata yang lebih rendah.
Selain itu, sistem pelapisan terbuka memberikan perangsang lebih
besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan
pembangunan masyarakat. Contoh, seorang yang miskin karena usaha
dan kerja keras dapat menjadi kaya, atau sebaliknya.
c. Stratifikasi Campuran
Stratifikasi campuran diartikan sebagai sistem stratifikasi yang
membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi
membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain.
Contoh: seorang raden yang mempunyai kedudukan terhormat di tanah
Jawa, namun karena sesuatu hal ia pindah ke Jakarta dan menjadi
buruh. Keadaan itu menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka
ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di
Jakarta.
6. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
Terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan
adanya sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai. Pada dasarnya
sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi
sosial semakin beragam. Selain itu, semakin kompleksnya kehidupan
masyarakat semakin kompleks pula bentuk-bentuk stratifikasi yang ada.
Secara garis besar bentuk-bentuk stratifikasi sosial sebagai berikut.
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Dalam stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial.
Kelas sosial dalam ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan
kekayaan atau penghasilan.
b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
13

Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan


anggota masyarakat ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan
status sosialnya. Oleh karena itu, anggota masyarakat yang memiliki
kedudukan sosial yang terhormat menempati kelompok lapisan
tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki
kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh:
seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi
tinggi dalam pelapisan sosial.
c. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan
masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan
atas yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai)
sedangkan kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok
masyarakat yang dikuasai disebut massa atau kelompok terdominasi
(terkuasai).
d. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan
sebagai dasar pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja
di kantor dianggap lebih tinggi statusnya daripada bekerja kasar,
walaupun mereka mempunyai gaji yang sama.
e. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pendidikan
Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal
ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang
yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motivasi, kecerdasan,
dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya pendidikan akan
berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
f. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa
Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial
yang berbeda-beda.

D. Pengaruh Struktur Sosial terhadap Kehidupan Sehari-hari


14

Adanya kelompok-kelompok sosial, dan adanya kelas-kelas sosial


menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap kehidupan di masyarakat.
Pengaruh itu berupa terwujudnya gaya hidup yang mencerminkan ciri khas
orang-orang yang menjadi anggota kelompok atau kelas sosial tertentu. Status
sosial juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang, nilai-nilai sosial yang
dijunjung, dan bahkan gaya hidupnya. Setiap kelompok sosial maupun kelas
sosial seolah- olah mengembangkan gaya hidup tertentu yang bersifat
eksklusif. Gaya hidup tercermin dalam cara dan model berbusana,
perlengkapan rumah tangga, cara berbahasa, jenis hiburan yang digemari,
makanan dan minuman yang dikonsumsi, pilihan jenis bacaan, selera seni dan
musik, serta bentuk- bentuk permainan dan kegiatan olah raga yang diikuti.

E. Konsekuensi Struktur Sosial terhadap Kehidupan


Kita telah mengetahui bahwa suatu masyarakat ternyata tidak bersifat
homogen. Di dalamnya terdapat berbagai macam kelompok dan kelas sosial.
Kelompok dan kelas sosial terbentuk, karena adanya ketidaksamaan dalam
hal-hal tertentu yang dialami beberapa orang. Orang-orang itu kemudian
dikelompokkan dalam kesatuan-kesatuan sesuai kesamaan-kesamaan sosial
yang mereka miliki. Kelompok-kelompok dan kelas-kelas sosial itulah yang
membangun struktur sosial suatu masyarakat. Diferensiasi dan stratifikasi
sosial memberikan konsekuensi yang beragam dalam interaksi antarwarga
masyarakat, terutama bagi orang-orang yang berasal dari kelompok atau kelas
sosial berbeda. Walaupun dalam kenyataannya, kelompok-kelompok sosial
sering tumpang tindih dengan kelas-kelas sosial.
Terbaginya masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial, ternyata membawa
konsekuensi terhadap berbagai aspek kehidupan. Konsekuensi itu terjadi
dalam hal peluang hidup dan kesehatan, kebahagiaan dan proses sosialisasi,
ketegangan sosial, sikap politik dan respons terhadap perubahan sosial, gaya
hidup, peluang bekerja dan berusaha.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi
dalam hubungan- hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku
berulang-ulang antar individu dan antarkelompok dalam masyarakat tersebut.
Diferensiasi sosial merupakan perwujudan pembagian sosial atau masyarakat
ke dalam kelompok-kelompok atau golongan-golongan secara horizontal,
sehingga tidak menimbulkan tingkatan-tingkatan secara hierarkis.
Bentuk-bentuk diferensiasi sosial dibagi atas dua parameter, yaitu,
parameter biologis, meliputi racial differentiation (diferensiasi ras), sex
differentiation (diferensiasi jenis kelamin), age differentiation (diferensiasi
umur), serta parameter sosiokultural, meliputi religion differentiation
(diferensiasi agama), profession differentiation (diferensiasi profesi), clan
differentiation (diferensiasi klan), dan tribal differentiation (diferensiasi suku
bangsa).
Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan
sebagai pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara
vertikal. Fungsi stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.
1. Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai
beberapa tugas utama.
2. Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan
di antara anggota masyarakat.
3. Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan
mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unit-unit yang ada dalam
struktur sosial itu.
4. Stratifikasi mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda,
sehingga dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling
berhubungan di antara mereka.

15
16

D. Saran
Latar belakang manusia yang berbeda-beda baik itu mengenai asal
usul, pendidikan, keturunan, jabatan dan lainnya akan membentuk suatu
struktur masyarakat yang dapat membedakan status manusia di dalam
kehidupan bermasyarakat secara vertikal (stratifikasi sosial) maupun
horizontal (diferensiasi sosial). Kenyataan ini akan memberikan dampak yang
beraneka ragam dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi Dasar-dasar Pembentukan Struktur


Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goodman, Douglass J. & Georg Ritzer. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana.

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur


Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nasikun, J. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai