Resume Akuntansi Modal Bank

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

RESUME

AKUNTANSI MODAL BANK

Dosen Pembimbing : La Ode Kamaluddin Mursidi., S.E., M.Si., CTA., ACPA

Mata Kuliah : Akuntansi Perbankan

Disusun Oleh:
Muh. Musyaid Saputra ( 19320014 )

PROGRAM STUDI AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU 2020/2021
RESUME AKUNTANSI MODAL BANK

A. AKUNTANSI MODAL BANK


Modal bank merupakan hak pemilik bank kepada bank yang bersangkutan. Modal bank ini juga merupakan
hutang bank kepada para pemiliknya, oleh karena itu disajikan sebagai salah satu komponen passive disebelah kanan
neraca. Modal bank merupakan modal awal pada saat pendirian yang jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu
ketentuan atau pendirian bank.

1. Komponen modal bank


Ada beberapa komponen modal bank dalam neraca antara lain : modal saham yang ditempatkan dan disetor,
modal sumbangan, laba ditahan dengan tujuan, laba ditahan tanpa tujuan, penilaian kembali aktiva tetap, dan modal
sumbangan (modal donasi) Penyetoran modal dari para pemilik perusahaan tidak harus melalui tunai. Setoran modal
dapat juga berupa penyerahan barang-barang modal, dan jenis penyetoran lainnya.

Adapun komponen - komponen modal bank dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Modal Inti (primary capital)
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk
dari laba setelah pajak. Dengan perincian sebagai berikut:
 Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.
 Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham
yang melebihi nilai nominalnya.
 Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba
bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau
Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing -masing bank.
 Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu
dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
 Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
 Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditetapkan
penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
 Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50 %. Dalam hal
bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang dari modal inti.
 Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi
taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti
hanya sebesar 50%. Dalam hal pada tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
 Bagian kekayaaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan (minority
interest), yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank
pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank lain,
lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

2. Modal Pelengkap (secondary capital)


Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman
yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa :
o Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangna yang dibentuk dari selisih penilaian kembali
aktiva tetap yang telah medapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak
o Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan
cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang
mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktif. Dalam kategori, cadangan ini termasuk cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan
penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah cadangan penghapusan aktiva yang
diklasifikasikan yang dapat diperhitungkan adalah maksimum sebesar 1,25% dari jumlah
aktiva tertimbang menurut resiko.
3. Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/equity) capital instrumen, yaitu modal yang
didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau utang dan mempunyai
ciri-ciri :
a. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal (subordinated)
dan telah dibayar penuh.
b. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia.
c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi
retained earnings dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum
dilikuidasi pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau
laba tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Dalam pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang berasal dari penyetoran
modal yang efektf oleh pemilik bank yang belum didukung oleh modal dasar (yang sudah
mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang) yang mencukupi.
Sedangkan fungsi modal bank pada prinsipnya memiliki tiga macam fungsi utama yaitu:
a. Fungsi operasional
b. Fungsi perlindungan
c. Fungsi pengaturan.

Dari tiga fungsi utama tersebut, maka fungsi modal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a Untuk melindungi deposan dengan menyanggah semua kerugian atau bila terjadi insolvensi
dan dilikuidasi, terutama bagi sumber dana yang tidak diasuransikan.
b Untuk memenuhi kebutuhan gedung, inventaris guna menunjang kegiatan operasional dan
aktiva tidak produktif lainnya.
c Memenuhi ketentuan permodalan minimum yaitu untuk menutupi kemungkinan terjadi
kerugian pada aktiva yang memiliki risiko yang tidat dapat diperkirakan sehingga operasi
bank dapat tetap berjalan tanpa mengalami gangguan yang berarti.
d Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai kemampuan bank memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memberi keyakinan mengenai kelanjutan operasi
bank meskipun terjadi kerugian.

Menurut Johnson and Johnson , modal bank mempunyai tiga fungsi. Pertama, sebagai penyangga untuk
menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap
kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan. Kedua, sebagai dasar bagi
menetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank
sentral, sebagai regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank.

Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat
melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur. Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan
bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan
keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan
ekuitas. Para partisipan pasar membandingkan return on investment diantara bank-bank yang ada. Empat fungsi dari
modal bank yaitu :

a. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan insolvable dan
likuidasi
b. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank
dapat terus beroperasi.
c. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan untuk menawarkan
pelayanan bank.
d. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.
Sehingga keseluruhan fungsi modal Bank tersebut dapat dijelaskan sebgai berikut:
 Memberikan perlindungan kepada nasabah
 Modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank
 Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris
 Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum
 Meningkatkan kepercayaan masyarakat
 Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank
 Sebagai indikator kekayaan bank
 Meningkatkan efisiensi operasional bank

2. Akuntansi untuk modal


Akuntansi untuk transaksi modal meliputi penyetoran modal, penyisihan laba usaha setelah pajak untuk tujuan
tertentu atau cadangan, penambahan modal dari pihak lainnya.

a. Saat penyetoran dana modal


Sebagai contoh apabila pada saat mendirikan bank omega, dilakukan setoran sebagai modal saham dari
pemiliknya dalam bentuk :
 Uang tunai langsung pada rekening giro Bank Indonesia sebesar Rp. 40.000.000.000
 Gedung kantor di Jakarta senilai Rp. 18.000.000.000.
 Inventaris kantor senilai Rp. 300.000.000.
 Kendaraan Rp. 100.000.000.

Oleh Bank Omega – Jakarta akan dibukukan seluruhnya sebagai penyetoran modal bank sebesar Rp. 58,4
milyar dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : Bank Indonesia – Giro Rp 40.000.000.000.


D : Aktiva Tetap – Gedung Rp. 18.000.000.000
D : Aktiva Tetap – Inventaris Kantor Rp. 300.000.000
D : Aktiva Tetap – Kendaraan Rp. 100.000.000
K : Modal Saham Rp. 58.400.000.000

b. Penyisihan Laba Usaha Bank


Setiap akhir periode, setelah mengetahui hasil bersih hasil usaha laba atau laba bersih bank, Bank Omega
akan menyisihkan sejumlah labanya untuk keperluan tujuan khusus. Penyisihan ini bukan berarti
menyisihkan sebagian uang tunai untuk membayar atau memenuhi kewajiaban tertentu dikemudian hari.
Penyisihan ini hanyalah cara untuk mengalokasikan laba untuk tidak dibagikan kepada para pemegang
saham atau karyawan saham atau karyawan dalam bentuk dividen maupun bonus.

Sebagai contoh, apabila pada akhir tahun bank omega mendapatkan laba sebesar Rp24.000.000.000 dan
diputuskan oleh direksi untuk mencadangkan sebagai berikut.
 Pembagian Laba = Rp. 5.000.000.000
 Pembayaran hutang jangka panjang = Rp. 2000.0000.000

Oleh Bank Omega dibukukan :


D : Ikhtisar Laba Rugi – Laba Tahun Berjalan Rp. 24.000.000.000
K : Laba Ditahan PenyisihanPembagian Laba Rp. 5.000.000.000
K : Laba Ditahan – pembayaran Hutang Jangka Panjang Rp. 2.000.000.000
K : Laba Ditahan – Tanpa Tujuan Rp. 17.000.000.000

Rekening Laba Ditahan untuk tujuan, pembagian laba dan pembayaran hutang jangka panjang, dalam
istilah akuntansinya dikenal dengan appropriated retained earnings, sedangkan laba ditahan tanpa tujuan
dikenal dengan unappropriated retained earnings.
c. Penambahan dan Pengurangan Lainnya
Komponen modal juga dapat bertambah karena penjualan saham yang dapat dijual diatas harga
nominalnya, sehingga tercipta adanya agio saham(premium). Bila harga jual dibawah nilai nominalnya
akan terdapat disagio saham (discount). Premium diatas saham akan menambah komponen modal,
sedangkan discount atas saham akan mengurangi modal.

Sebagai contoh, apabila nilai nominal saham bank omega sebesar Rp. 1.000.000. dan dijual sebanyak 200
lembar dengan kurs sebesar 102 persen tunai maka oleh Bank Omega akan dibukukan dengan ayat jurnal
sebagai berikut.
 D : Kas Rp 204.000.000
 K : Modal Saham Rp 200.000.000
 K : Agio Saham Rp. 4.000.000

Selain agio dan disagio saham, komponen lain yang akan menambah komponen modal adalah komponen
yang diterima dari sumbangan, atau dikenal modal sumbangan (donated capital).Biasanya modal
sumbangan diterima dalam bentuk natura atau barang yang dinilai menurut harga atau nilai pasar dari
aktiva tersebut pada saat diterima. Sebesar nilai pasar yang ditaksir ini akan dicatat sebagai aktiva pada
neraca dan sebagai modal sumbangan pada kelompok modal.

Sebagai contoh, apabila Bank Omega menerima hibah dalam bentuk seperangkat computer IBM sistim
4341 dari sebuah perusahaan besar di Jakarta, nilai pasarnya ditaksir sebesar Rp. 400.000.000. Oleh Bank
Omega akan dibukukan sebagai berikut.
 D : Aktiva Tetap – Komputer Rp. 400.000.000
 K : Modal Sumbangan Rp 400.000.000

Dengan diterimanya modal sumbangan, komponen modal akan semakin bertambah dan dengan demikian
akan memperbesar rrasio kecukupan modal atau CAR.

B. KLASIFIKASI MODAL BANK


Klasifikasi modal bank secara umum menurut George Hempel pada hakekatnya ada tiga kelompok yaitu: 
 Subordinated debt , yaitu utang kepada pihak lain yang pelunasan nya hanya dapat dilakukan setelah
terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada kreditur lainnya misalnya penitip dana. Subordinated debt
biasanya berbunga, bank akan membayar bunga tertentu di masa mendatang 
 Preferred stock, yaitu sejumlah dana tertentu yang ditanamkan oleh pemilik saham yang kewajiban untuk
membayar dividen dalam jumlah tertentu hanya dapat dilakukan setelah terpenuhinya pembayaran kepada
penitip dana ( deposan ) 
 Common stock, yaitu modal dasar yang dimiliki oleh suatu bank yang biasanya terdiri dari dana saham, harga
saham diatas pari,cadangan modal dan laba ditahan.

Klasifikasi modal bank menurut otoritas moneter adalah:


 First tier capital yaitu modal utama yang tertanam di bank tersebut
 Second tier capital yaitu sejumlah dana modal yang bukan bersumber dari pemilik/pemegang saham bank
tersebut.

Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For International Settlements,
yaitu :

1. Modal Inti (Tier 1)


Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba
setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.
 Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
 Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih
antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal ini sering disebut
modal donasi.
 Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba
bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham.
 Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan
telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
 Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum
pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
 Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum ditetapkan
penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
 Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun lalu berjalan ini
hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari cadangan yang
dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti terletak pada modal saham yang disetor.
Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba yang diperoleh dan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham. Untuk
modal disetor berupa saham biasa. Pemegang saham basa memliki hak suara, sehingga dapat mengendalikan
manajemen bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak mempunyai hak suara namun pembagian dividennya
akan didahulukan sebelum membayar dividen saham biasa. Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga
nominal. Selisih harga saham diatas nilai nominal dicatat sebagai agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai
nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan disagio saham akan
diakumulasi setiap akhir periode.

Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham
kepada bank emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau saham biasa. Niai modal disetor merupakan
penjumlahan nilai nominal ditambah dengan disagio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan
nilai nominal merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ditentukan
berkaitan dengan kepentingan hukum, misalnya untuk proteksi terhadap kreditur. Dalam hal bank emiten
menerbitkan saham biasa dan saham preferen, maka penyajian dalam neraca saham preferen harus didahulukan.

Contoh:
a. Tanggal 2 januari 2012 telah diterima setoran awal dana dari Bapak Surya Darma untuk modal bank berupa uang
tunai Rp 500.000.000, aktiva tetap berupa tanah senilai Rp 600.000.000, kendaraan baru dan belum disusut
senilai Rp 200.000.000, inventaris kantor senilai Rp 200.000.000. setoran ini dicatat dalam bentuk saham biasa
untuk 150.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar, kurs 103%.

b. Tanggal 10 januari 2012 dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp 5000, kurs 97%. Pembayaran
diterima tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


2/1/2012 Dr. Kas 545.000.000
Dr. AT. Tanah 600.000.000
Dr. AT. Kendaraan 200.000.000
Dr. AT. inventaris kantor 200.000.000
Cr. Modal disetor saham biasa 1.500.000.000
Cr. Agio saham 45.000.000

Dr. Kas 48.500.000


Dr. Disagio saham 1.500.000
Cr. Modal disetor saham biasa 50.000.000
Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan saham dari calon investor. Saham yang dijual
secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya. Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah
emiten akan mendebit piutang pemesan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan.

Contoh transaksi pemesanan saham :


1. Tanggal 15 juni 2012 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000 lembar saham biasa dari PT Mirana
dengan kurs 102. Harga nominal per lembar Rp 10.000. uang muka pesanan saham diterima 60% tunai.

2. Tanggal 30 juni 2012 pesanan saham tersebut dilunasi secara tunai.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


15/6-2012 Dr. Kas 612.000.000
Dr. Piutang- PT Mirana 408.000.000
Cr. Modal saham dipesan 1.000.000.000
Cr. Agio saham 20.000.000

30/6-2012 Dr. Kas 408.000.000


Dr. Modal saham dipesan 1.000.000.000
Cr. Piutang – PT Mirana 408.000.000
Cr. Modal disetor-saham biasa 1.000.000.000

Bila dikemudian hari pemesanan saham tidak mampu melunasi kekurangannya dan bank selaku emiten harus
mencatatnya sesuai dengan perjanjian yang disepakati awal.

Contoh :
Bila pesanan saham yang dilakukan oleh PT Mirana tidak dilunasi, dan bank Mitra Buana mengembalikannya
sebesar 80% dari nilai yang telah dibayar, maka jurnalnya:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


15/6-2012 Dr. Agio saham 20.000.000
Dr. modal saham yang dipesan 1.000.000.000
Cr. Piutang – PT Mirana 408.000.000
Cr. Kas 489.000.000
Cr. Pendapatan lain-lain 122.400.000

Keterangan :
Telah Diterima Tunai = Rp 612.000.000
Dikembalikan 80% = Rp 489.600.000
Pendapatan lain-lain = Rp 122.400.000

Pembelian Kembali Saham


Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk mempertahankan
struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan
skala operasi bank yang semakin menurun sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut
saham treasuri.

Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat berdasarkan harga
perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga nominal. Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga
perolehan, maka pada saat dijual kembali juga dicatat atau dikreditkan sebesar harga perolehannya. Bila pembelian
saham treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama
(MTKP). Dan disajikan sebagai pengurang modal saham.
Pencatatan didasarkan pada harga nominal. Pada metode ini saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga
nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap modal saham.
Contoh :
a. Tanggal 1 juni 2012 Bank ABC melakukan emisi saham biasa 100.000 lembar dengan nominal Rp 5000 per
lembar. Kurs 106.
b. Tanggal 30 juni 2012 Bank ABC membeli kembali 10.000 lembar sahamnya dengan kurs 103.
c. Tanggal 30 juli 2012 Bank ABC menjual kembali saham treasuri sebanyak 10.000 lembar dengan kurs 104.
d. Tanggal 1 agustus 2012 Bank ABC menjual kembali 10.000 lembar saham treasuri dengan kurs 96.

Jurnal untuk transaksi ini adalah :

Metode harga perolehan


Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000
Cr. Modal saham 500.000.000
Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2012 Dr. saham treasuri 51.500.000


Cr. Kas 51.500.000

30/7-2012 Dr. kas 52.000.000


Cr. Saham treasuri 51.500.000
Cr. Tambahan modal- ST 500.000

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000


Dr. tambahan modal – ST 3.500.000
Cr. Saham treasuri 51.500.000

Metode harga nominal


Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/6-2012 Dr. Kas 530.000.000
Cr. Modal saham 500.000.000
Cr. Agio saham 30.000.000

30/6-2012 Dr. saham treasuri 50.000.000


Dr. agio saham 1.500.000
Cr. Kas 51.500.000

30/7-2012 Dr. kas 52.000.000


Cr. Saham treasuri 50.000.000
Cr. Agio modal saham 2.000.000

1/8-2012 Dr. kas 48.000.000


Dr. agio modal saham 2.000.000
Cr. Saham treasuri 50.000.000

Penarikan Kembali Saham Treasuri


Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali. Perlakuan akuntansi
untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode pencatatannya. Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana
kita perhatikan sebelumnya bahwa bank tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari saham treasuri
yang diperoleh, maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut ditarik
kembali. Bila pencatatannya didasarkan pada harga nominal, maka bank telah mengakui kenaikan atau
penurunannya, sehingga pada saat penarikan tidak perlu mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut.

Contoh :
Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham treasuri di Bank ABC pada tanggal 30 juni 2012, Bank
ABC menyatakan menarik 10.000 lembar saham treasuri tersebut pada tanggal 15 juli 2012. Maka pencatatannya
adalah :

Berdasarkan metode harga perolehan


Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/6-2012 Dr. modal saham 50.000.000
Dr. agio saham 3.000.000
Cr. Tambahan modal – Sh. Treasuri 1.500.000
Cr. Saham treasuri 51.500.000

Berdasarkan metode harga nominal


Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
15/7-2012 Dr. modal saham 50.000.000
Cr. Saham treasuri 50.000.000

2. Modal Pelengkap (Tier 2)


Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman,
serta pinjaman subordinasi.
 Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilainan kembali aktiva
tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jendral Pajak.
 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun
berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yangmungkin timbul sebagai akibat dari tidak
diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.
 Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat-sifat
seperti modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat
ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama
dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang
termasuk modal inti, meskipun bank belum likuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan
apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
 Pencatatan modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau penjualan warkat modal pinjaman. Modal
pinjaman dicatat sebesar nilai nominal. Biaya-biaya penerbitan warkat modal pinjaman dapat
ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama taksiran jangka waktunya, yang selama-
lamanya 5 tahun.
 Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian tertulis,
mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh
dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan
persetujuan BI serta hak tagih berada pada urutan paling akhir dalam hal bank likuidasi.

Akuntansi Pinjaman Subordinasi


Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima. Pencatatan dimulai dari
komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan pencatatan selama periode pinjaman subordinasi berupa
angsuran pokok dan bunga.

Tanggal/keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Komitmen ditanda Dr. fasilitas pinjaman subordinasi
Tangani Disetujui dan belum direalisasi

Saat pinjaman Cr. Fasilitas pinjaman


direalisasi Subordinasi disetujui dan belum
direalisasi

Dr. giro BI
Cr. Pinjaman subordinasi

Penyesuaian bunga Dr. biaya bunga


Akhir setiap akhir periode Cr. Bunga yang masih harus dibayar

Pembayaran bunga setelah Dr. bunga yang masih harus dibayar


penyesuaian
Cr. Giro BI /bank-bank -lain

Saat pelunasan Dr. pinjaman subordinasi


Cr. Giro BI/Bank-bank lain

3. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)


1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan perhitungan Kebutuhan
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR) secara individu dan/atau
secara konsolidasi dengan perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk memperhitungkan
risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah pinjaman subordinasi jangka
pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:
 Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah disetor penuh
 Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
 Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman kecuali
dengan persetujuan BI
 Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa tidak dapat
dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila
pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM secara individual atau secara konsolidasi
dengan perusahaan anak tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
 Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya, dan
 Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat digunakan dengan
memenuhi criteria :
 Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan risiko
pasar
 Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar 100% dari
modal inti
5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal pelengkap tambahan dengan
memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan melebihi 50% modal ini,
dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan dengan tetap memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.

Cara menghitung modal bank menggunakan CAR ( Capital Adequaci Ratio )


Capital Adequaci Ratio ( CAR ) adalah rasio kecukupan modal yang berguna untuk menampung risiko
kerugian yang kemungkinan dihadapi bank. CAR menunjukkan sejauh mana bank mengandung resiko (kredit,
pernyataan, surat berharga, tagihan) yang ikut dibiayai oleh dana masyarakat. Semakin tinggi Capital Adequacy
Ratio, maka semakin bank kemampuan terkait dalam menanggung resiko dari setiap kredit/ aktiva produktif yang
beresiko. Jika nilai Capital Adequacy Ratio tinggi, maka bank dapat membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Peningkatan Capital Adequacy Ratio dapat
meningkatkan keamanan nasabah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada bank
tersebut, yang kemudian dapat berdampak positif pada peningkatan profitabilitas bank.

Perhitungan Capital Adequacy Ratio


Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan persamaan berikut:

CAR = Modal / Aktiva tertimbang menurut resiko * 100%

Mengikuti ketentuan yang ditetapkan pemerintah, Capital pemerintah, Capital Adequacy Ratio perbankan untuk
tahun 2002 minimal sebesar 8%, yaitu menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 Pasal 2 tentang
kewajiban minimum bank, yang kemudian diperbarui dalam penyediaan modal minimum bank umum dalam pasal
2.

Ketentuan 8% CAR untuk kewajiban penyediaan modal minimum bank terbagi ke dalam 2, yaitu:
 4% modal inti ( tier 1 ), terdiri dari Shareholders equity, Preferred Stock, dan Reserves.
 4% modal sekunder ( tier 2 ), terdiri dari Subordinate Debt, Loan Loss Provisions, Hybird Securities, dan
Revalution Reserves.

Ketentuan CAR dari Bank Indonesia


Ketentuan CAR dari Bank Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tingkat Predikat
8% ke atas Sehat
6,4% - 7,9% Kurang sehat
Di bawah 6,4% Tidak Sehat

Posisi CAR suatu Bank bergantung pada:


 Jenis aktiva dan besarnya resiko yang melekat padanya.
 Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasmya.
 Total aktiva pada suatu bank, semakin besar aktiva maka semakin bertambah resikonya
 Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba

Anda mungkin juga menyukai