Format Essai MANAJEMEN MASALAH
Format Essai MANAJEMEN MASALAH
Format Essai MANAJEMEN MASALAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
NIM : 2110911320010
dalam suatu konflik (proses suatu usaha). Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari
pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan inter-
pretasi. Konflik yang tidak segera ada pemecahan masalahnya akan dapat menjadi sumber dari
stress berkepanjangan dan dapat menciptakan suatu konflik baru yang akan mempengaruhi keefek-
tifan individu, kelompok, organisasi dan institusi tersebut karena adanya perbedaan pandangan
maupun pemikiran disetiap karyawan yang ada di dalamnya. Suatu konflik tetap akan membawa
dampak bagi individu, kelompok, organisasi maupun institusi. Konflik dapat terjadi pada keluarga,
organisasi dan suatu institusi.[1] Manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mung-
kin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau
tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen
konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau
tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku)
para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen konflik menurut pandangan psikologi ialah setiap
perilaku merupakan interaksi antara kecendrungan di dalam diri individu (internal) dan kondisi ek-
sternal. Cara individu bertingkah laku dalam menghadapi konflik dengan orang lain akan diten-
tukan oleh seberapa penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain yang dirasakan
sehingga ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam penyelesaian masalah, yaitu : Pertama,
Tujuan atau kepentingan pribadi yang dirasa sebagai hal yang sangat penting sehingga harus diper-
tahankan atau tidak penting sehingga bisa dikorbankan. Kemudian, hubungan dengan pihak lain.
Sama halnya dengan tujuan pribadi, hubungan dengan pihak lain ketika konflik terjadi bisa menjadi
sangat penting atau sama sekali tidak penting. Dan terkadang berkonflik itu merupakan sebuah
proses, sama halnya dengan perencanaan sebuah gagasan yang selalu berproses. Proses manajemen
konflik merupakan bagian yang rasional dan bersifat interaktif, artinya bahwa pendekatan model
manajemen konflik secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang
representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik meliputi beberapa langkah
yaitu bagaimana kita melakukan penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau
ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat
maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengel-
ola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengel-
ola konflik. Teknik mencegah konflik, meliputi objek pencetus konflik harus disosialisasikan secara
jelas, dihindari adanya kesalahpahaman, benefit harus dibagi secara adil dan merata (fairness),
transparansi perlu dijaga. Teknik menghindari konflik, meliputi penundaan pelaksanaan menunggu
kesiapan stakeholder, win-win solution, penerapan exit strategi. Teknik mengurangi dampak, meli-
puti mengurangi skala kegiatan dan penanganan di percepat. Adapun Teknik penyelesaian konflik,
antara lain kesetaraan antar obyek organisasi terkait, win- win solution, masing masing pihak me-
menuhi tugas dan kewajibannya, masing masing pihak sepakat terhadap output termasuk outcome
kegiatan organisasi. Ada beberapa tipe manajamen yang harus kita ketahui, diantaranya Accom-
modating, yaitu kita sebagai pihak ketiga menengahi konflik dengan membuka diri untuk menerima
dan menampung seluruh aspirasi, pandangan, dan pendapat dari kedua pihak yang terlibat konflik.
Namun, kita juga bertindak sebagai pembuat keputusan, dengan solusi yang bisa menguntungkan
salah satu pihak atau bisa juga adil. Avoiding, yaitu langkah antisipasi yang dilakukan untuk
mencegah dan menghindari potensi konflik. Di sini kita harus punya daya analisis yang tajam ter-
hadap dinamika organisasi dan tim, serta mampu mengidentifikasi hal-hal yang dapat menjurus ke
konflik antaranggota tim. Lalu, kita mengambil kebijakan sebelum konflik terjadi. Compromising,
yaitu proses penyelesaian konflik dengan upaya mencapai kompromi, ketika masing-masing pihak
yang terlibat menurunkan atau mengurangi tuntutan, kepentingan, keinginan, atau kehendak, hingga
menghasilkan titik temu yang dapat diterima keduanya. Collaborating, yaitu kita mengubah konflik
menjadi hal yang positif, dengan membiarkan kedua pihak berkolaborasi. Namun solusi ini hanya
efektif apabila kedua pihak yang berkonflik bisa menyepakati sebuah tujuan bersama. Competing,
yaitu penyelesaian konflik dengan membiarkan kedua pihak yang berkonflik untuk berkompetisi
secara sehat. kita sebagai wasit memantau dan mengawasi mereka. Dalam beberapa kasus, solusi ini
cukup fair namun menghasilkan solusi menang-kalah. Conglomerating, yaitu cara menyelesaikan
konflik dengan menggabungkan beberapa cara di atas. Kompromi adalah tipe manajemen konflik
yang paling umum dilakukan karena menghasilkan win-win solution. Dalam hal ini, semua pihak
menang, tidak ada yang lebih diuntungkan dan tidak ada yang lebih dirugikan. Sebagai pemimpin,
kita juga perlu menerapkan strategi mengelola manajemen konflik. Strategi ini adalah tahapan
penyelesaian secara berurutan, yaitu: Identifikasi. Ini merupakan tahap paling awal, saat kita perlu
mengenali konflik yang terjadi, pihak-pihak yang terlibat, skala konflik, akar permasalahan, dan
dampak yang mungkin terjadi. Semakin cepat kita mengidentifikasi, semakin cepat pula peluang
kita untuk meminimalkan dampak. Diagnosis. Proses ini melibatkan pemetaan konflik dan analisis
sejumlah opsi penyelesaian. Di tahap ini kita memperhitungkan setiap langkah yang akan kita ambil
beserta konsekuensinya, lalu menetapkan pilihan yang paling masuk akal dan tidak berat sebelah.
Menyepakati solusi.kita bisa menawarkan solusi yang adil bagi mereka yang terlibat konflik.
Setelah kesepakatan tercapai, kedua pihak harus menerima dan menjalankan putusan tersebut. Pen-
erapan putusan. Kesepakatan tidak menandai akhir dari konflik, melainkan awal dari resolusi kon-
flik. Kita wajib memastikan kedua pihak menjalankan putusan yang telah dibuat. kita juga berhak
memberikan sanksi jika ada pihak yang melanggar kesepakatan atau kembali bersikap menyulut
konflik. Evaluasi. Ini merupakan tahap penilaian terhadap solusi yang kita ambil, apakah efektif
menyelesaikan konflik atau tidak, di mana kekurangannya, dan apa yang harus kita lakukan apabila
kejadian seperti ini terulang dan seterusnya. Setiap pemimpin hebat di organisasi tahu cara
menyelesaikan konflik yang tepat. Selain itu, setiap pemimpin juga tahu bagaimana membangun
tim yang hebat. Kita perlu menguasai keterampilan manajemen konflik untuk mencegah dampak
buruknya. Manajemen konflik dapat menyatukan Kembali pihak melalui solusi yang dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
1. Beranda [Internet]. OPOP One Pesantren One Product. [cited 2021 Nov 1]. Availa-
usaha-2/
2. Dwinda AA. Manajemen Konflik: Tipe Dan Strategi [Internet]. Glints Employers.
https://employers.glints.id/resources/manajemen-konflik-tipe-dan-strategi/
3. Julianto, M., & Soelarto, R. S. U. P. Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan da-
lam Manajemen Konflik. Jurnal Rumah Sakit Fatmawati. 2016.
LAMPIRAN