Makalah Kelompok 8 Bab 8 Dan 9 - Kode Etik Profesi Akuntan Menuju Era Global

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL DAN PROFESI LAINNYA

Tugas Mata Kuliah

Etika Bisnis dan Profesi

Oleh:

Danil Sofyanto Firmasyah 200810301120

Muhammad Samsyah Bayuaji R 200810301140

Rizky Nugroho Santoso 200810301113

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jember

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Era globalisasi pada saat ini banyak terjadi kasus pelanggaran etika, dimana
pelanggaran ini terjadi hampir pada setiap kalangan, baik kalangan atas, menengah
maupun kalangan bawah. Pelanggaran-pelanggaran etika yang terjadi tentunya sangat
beragam baik dari hal yang sepele misalnya seperti membuang sampah sembarangan,
hal ini telah termasuk kedalam kategori pelanggaran etika terhadap lingkungan yang
tentunya berdampak besar bagi masyarakat itu sendiri, hingga pelanggaran-
pelanggaran besar misalnya kasus korupsi, suap, nepotisme dan sebagainya yang
telah marak saat ini, dan sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa setiap
pelanggaran tentu saja memiliki dampak yang dapat merugikan semua pihak

Pelanggaran-pelanggaran etika juga dapat terjadi pada suatu profesi,oleh


karena itu setiap profesi tentunya memiliki sebuah etika yang harus dipatuhi, dengan
adanya sebuah etika maka setiap tindakan dan perbuatan dapat dikontrol sehingga
dapat membedakan hal yang harus dilakukan maupun hal yang harus dihindarkan agar
setiap tindakan dan perbutan yang dilakukan tidak sewenang-wenang. Etika sangat
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, dimana kebiasaan-kebiasaan baik
tersebut akan melahirkan etika yang baik pada diri seseorang karena etka berkaitan
dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan
yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke
generasi yang lain sehingga dimanapun dia berada tentunya dapat bersosialisasi
dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi sistem


informasi dan komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju
penyatuan sistem ekonomi global. Penyatuan sistem ekonomi global ini makin
mendorong tumbuhnya perusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-
batas suatau Negara. Berbagai kesepakatan dan kerja sama politik yang dicapai oleh
para pemimpin Negara-negara di dunia antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni
Eropa (European Union-EU), dan terkahir perjanjian WTO, makin mendorong ke arah
penyatuan sistem ekonomi dunia.

Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang
dominan diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu: a) Sistem Anglo-Saxon
yang dimotori oleh AS; b) sistem continental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan
beberapa Negara Eropa lainnya; dan c) sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-
negara persemakmuran. Perbedaan sistem dan prinsip akuntansi serta audit ini tentu
saja sangat menyulitkan perusahaan multinasional-perusahaan yang telah beroperasi
melampaui batas wilayah Negara-untuk menyusun laporan keuangan gabungan atau
laporan keuangan konsolidasi sebagai satu kesatuan entitas

Memasuki abad ke-21, profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai


skandal di bidang akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu
sendiri. Bagai tersentak, pemerintah, badan pengatur profesi, dan organisasi profesi
akuntan mulai menyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar
kode etik profesi yang lebih ketat, di samping upaya untuk mengembangkan standar
teknis audit dan akuntansi itu sendiri. Kelambatan dan kesulitan dalam
mengembangkan standar teknis audit, akuntansi dank ode etik profesi akuntan global,
antara lain disebabkan oleh banyaknya pihak yang berkepentingan dan banyaknya
badan/lembaga yang merasa punya otoritas untuk mengembangkan, membina, dan
mengawaso profesi akuntan itu sendiri.

Memasuki abad ke-21, profesi akuntan di dunia tercoreng oleh berbagai


skandal di bidang akuntansi dan audit yang sangat merusak citra profesi akuntan itu
sendiri. Bagai tersentak, pemerintah, badan pengatur profesi, dan organisasi profesi
akuntan mulai menyadari pentingnya upaya penegakan dan pengembangan standar
kode etik profesi yang lebih ketat, di samping upaya untuk mengembangkan standar
teknis audit dan akuntansi itu sendiri. Kelambatan dan kesulitan dalam
mengembangkan standar teknis audit, akuntansi dank ode etik profesi akuntan global,
antara lain disebabkan oleh banyaknya pihak yang berkepentingan dan banyaknya
badan/lembaga yang merasa punya otoritas untuk mengembangkan, membina, dan
mengawaso profesi akuntan itu sendiri.

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS

Ada enam manfaat dari kode etik profesi, yaitu:

1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan


sejawat (peer pressure) dengan memelihara seperangkat harapan
perilaku yang diakui umum yang harus dipertimbangkan dalam proses
keputusan.
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah
daripada mengandalkan keperibadian manusiawi atau keputusan yang
selalu bersifat ad hoc.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang
abu-abu (ambiguous situations).
4. Kode etik tidak dapat menuntun perilaku karyawan (employess), namun
dapat juga mengawsi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab social perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis
tidak mau mengawasi perilku.

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpangaruh di AS yang telah


memberikan kontibusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American of
certified public accountans (AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA).
Kode etik AICPA lebih ditunjukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor
akuntan public, sedangkan kode etik IMA lebih ditunjukan bagi para akuntan yang
berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu organisasi perusahaan.
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DI LUAR AS

Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak Negara.
Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa Negara, seperti AS, Inggris, Jerman,
Kanada, dan Australia tidak banyak berbeda. Berikut ini salah satu ringkasan etika
yang berlaku di Kanada yang juga dikutip dari buku yang ditulis oleh Brooks (2007).
Berikut Ringkasannya.

Pendahuluan Meliputi filosofi yang mealndasi aturan


yang mengikat tanggung jawab seorang
Chartered Accountant.
Karakter seorang profesiona Delapan unsur, termasuk subordinasi
kepentingan pribadi atas kepentingan
public.
Prinsip yang mengatur perilaku anggota  Berasal dari kepercayaan public atas
dan mahasiswa kewajaran laporan keuangan dan
nasihat yang kompeten atas berbagai
masalah bisnis.
 Memelihara reputasi, baik profesi
maupun kemampuannya untuk
melayani kepentingan public, dst.
Prinsip yang mengatur tanggung jawab  Menciptakan, emmelihara, serta
Firma mempertahankan kebijakan dan
prosedur yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
 Kegagalan dalam mematuhi
peraturan akan memicu sanksi untuk
firma secara keseluruhan atau untuk
partner yang mengetahui dan
bertanggung jawab.
Karakter pribadi dan kode etik Mengikuti prinsip dan aturan etika,
perilaku terhormat melampaui larangan-
larangan tertulis.
Penerapan Aturan Etika  Untuk semua anggota yang
berpraktik sebagai akuntan public,
dan/atau dimana public dan/asosiasi
mengandalkan Individu berdasarkan
keanggotaannya di ICAQ.
 Kepada bukan anggota yang
diawasi oleh atau bersekutu dengan
anggota.
 Didalam yurisdiksi di luar Ontario,
anggita harus menghormati
peraturan local, tetapi menjelekkan
ICAQ.
Aturan Etika Interpretasi/Isu yang diliput:
Umum:
101 Kepatuhan terhadap hokum dan Bersifat “mandatory”, berlaku juga untuk
peraturan mahasiswa
102 tuduhan criminal atau serangan Bisa berakibat dituntut karena melanggar
sejenis kode perilaku professional
102.2 melaporkan penghentian Pemberitahuan secara tegas setiap ada
sementara (suspensi) karena penghentian sementara
pertimbangan disiplin
103 Tidak dikaitkan dengan salah saji Pada surat, laporan, pernyataan, atau
representasi atau diakitakan dengan
kandidat sebagai mahasiswa atau
anggota.
104 harus secara tertulis dalam
melakukan koresponden dengan Institu
Standar-Standar yang memengaruhi
Kepentingan Publik:
Standar-Standar yang memengaruhi  Selamanya, baik anggota maupun
Kepentingan Publik: mahasiswa.
 Pelanggran di luar yurisdiksi kanada
dapat menyeret ICAQ.
 Dukungan terhadap persyaratan jasa
202 Integritas dan kehati-hatian
203 memelihara kompetensi professional
203 memelihara kompetensi professional Harus berkerja sama dengan petugas
yang ditunjuk institute dalam
melaksanakan penyelidikan atau
investigasi perilaku profesional.
204 Independensi dan objektivitas Harus ada pengungkapan tertulis atas
segala sesuatu yang dianggap dari sudut
pengamat berakal sehat mencederai
independensi dan objektivitas.
205 Pernyataan palsu atau menyesatkan  Tidak dikaitakan meskipun bila pendapat
disclaimer diberikan.
 Meliputi surat-menyurat, laporan,
representasi, pernyataan, laporan
keuangan, baik lisan, maupun tertulis

SARBANES – OXLEY ACT

Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata yang
dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan public multinasional
yang berkantor pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan public ternama,
sempat menggoncang bursa saham dan perekonomian AS. Akibat berbagai skandal
ini, pemerintah dan lembaga legislative AS segera mengeluarkan undang-undang yang
sangat terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act (SOX).

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNASIONAL FEDERATION OF


ACCOUNTANTS (IFAC)

Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik
seara lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian ; Bagian
A berisi prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi
akuntan dan juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut;
Bagian B berisi penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan
prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi
mereka yang berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih
lanjut mengenai kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk
diterapkan pada situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan
manajemen).

Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC

Menurut Brooks (2007), ada 4 pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik
IFAC sebagai berikut: Memahami Struktur Kode Etik, Memahami Kerangka Dasar
Kode Etik untuk melakukan penilaian yang bijak, Proses Menjamin Independensi
Pikiran (independence in mind) dan Independensi Penampilan (independence in
appearance), Pengamanan untuk mengurangi Risiko Situasi konflik Kepentingan.
Kerangka dasar Kode Etik IFAC dijelaskan sebagai berikut:

1. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban akuntan
adalah untuk melayani kepentingan publik.
2. Harus dipahami bahwa tanggungjawab akuntan tidak secara eklusif hanya
melayani klien (dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani atasan
(dari sudut pandang akuntan bisnis), melainkan melayani kepentingan public
dalam arti luas.
3. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan
profesionalisme, kinerja, dan kepentingan publik.
4. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu
kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.
5. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi oleh
prinsip-prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas: integritas, objektivitas,
kompetensi professional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan
standar teknis.
6. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika
akuntan mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran
(independence in mind) maupun independen dalam penampilan (independence in
appearance).

Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain:

1. Prinsip-prinsip Fundamental Etika.


2. Independensi.
3. Ancaman terhadap Independensi.
4. Pengamanan terhadap Ancaman Independensi.

Prinsip-Prinsip Fundamental Etika

Prinsip-prinsip Fundamental Etika terdiri atas:

a. Integritas (integrity)
b. Objektivitas (objectivity)
c. Kompetensi profesional kehati-hatian.
d. Kerahasiaan (confidentiality)
e. Perilaku profesional (professional behavior)

Independensi
Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat
mengompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak
berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional.
Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang
sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir rasional dengan
memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan
yang diterapkan akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme profesional,
objektivitas, dan integritas anggota firma, atau tim penjaminan (assurance team) telah
dikompromikan.

Ancaman terhadap Independensi

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi dapat


berbentuk:

a. Kepentingan diri (self-interest)


b. Review diri (self-review)
c. Advokasi (advocacy)
d. Kekerabatan (familiarity)
e. Intimidasi (intimidation)

Ancaman Independensi Akuntan Publik

Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan publik, antara lain, namun
tidak terbatas pada:

 Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan keuangan


bersama pada suatu perusahaan klien.
 Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
 Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.
 Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.
 Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
 Fee kontinjensi sehubungan dengan perikatan penjaminan (assurance
engagement).
 Ada penjamin dari/atau kepada klien penjaminan, atau kepada/dari direktur
atau pejabat dari klien (IFAC, 200.4).

Pengamanan terhadap Ancaman


Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu:

a. Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau regulasi.


b. Pengamanan lingkungan kerja (IFAC, 100.11).

PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC

Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of
Accountants(IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang
baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC. Jadi
tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC. Adopsi etika
oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk tidak jago
kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut konstitusi
adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan
standard harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara
konsisten untuk kepentingan publik. Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh
menetapkan standar yang kurang tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik
ini. Akuntan profesional harus memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa
daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau perundang-undangan.

Keberadaan Berbagai Profesi

Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan


kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang
telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi seperti ini tidak
membeda-bedakan latar belakang status para anggota mereka, baik dari sektor swasta
atau sektor publik. Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk
menjadi standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena banyaknya organisasi
profesi yang ada, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas beberapa contoh
kode etik dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII),
Himpunan Psikologi Indonesia, dan Advokat Indonesia.

Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi ini, dapat diketahui


bahwa: (1) tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik; (2) terdapat banyak
istilah dan konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-istilah atau konsep
tersebut bias jadi berbeda; dan (3) banyak konsep dan istilah yang maknanya
tumpang-tindih. Mengingat adanya perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep,
dan istilah yang dipergunakan, maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas
masing-masing kode etik akan digunakan model penalaran kode etik berdasarkan
acuan pada unsur-unsur pokok suatu profesi sebagaimana terlihat pada gambar
berikut

Gambar 2.1
Model Penalaran Kode Etik Profesi

Kepentingan Tanggung
Umum Jawab

Kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap-Perilaku


(Knowledge) (Skill) (Attitude)

Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia(BPK-RI)

Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk
Anggota dan Pemeriksa BPK. Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai
pengertian yang berbeda menurut pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, yaitu :
a. Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan
diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
b. Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengeloaan
dan tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama BPK.

Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri
utama suatu profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang
wajib dimiliki oleh anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.
b. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas.
d. Menjunnjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.

Tabel 2.1
Proses Penalaran Kode Etik BPK

CIRI PROFESI KODE ETIK BPK

1. Kepentingan Publik Mengutamakan kepentingan Negara di atas


kepentingan pribadi dan golongan (Pasal 2b)

2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi


yang menyangkut knowledge,
skill, dan attitude

3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi


(knowledge, skill, attitude):
a. Pengetahuan Profesi adalah bidang pekerjaan yang
(knowledge) dilandasi pendidikan keahlian tertentu (Pasal 1
ayat 8)
b. Keterampilan (skill) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) merupakan patokan pemeriksaan yang
menyangkut standar umum, standar
pelaksanaan pekerjaan, dan standar pelatoran
(Pasal 1 ayat 5)
c. Sikap perilaku (attitude) Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan
dengan lembaga/pihak lain.
 Menyangkut diri Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi,
(pribadi) memiliki, dan menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
 Taat pada peraturan (ayat 2)
 Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
 Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan
profesionalitas (ayat c)
 Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan
kredibilitas BPK

 Hubungan rekan Menghormati dan memercayai serta saling


sejawat membantu di antara pemeriksa sehingga dapat
bekerja sama dengan baik dalam
melaksanakan tugas (Pasal 8 ayat 1g)

 Hubungan klien  Menghindari terjadinya benturan kepentingan


(Pasal 6 ayat 1b)
 Dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa
pun baik langsung maupun tidak langsung yang
diduga atau patut diduga dapat memengaruhi
pelaksanaan tigas dan wewenangnya (Pasal 4
ayat 2 dan Pasal 7 ayat 2a)
 Dilarang membocorkan informasi yang
diperolehnya dariauditee (Pasal 6 ayat 2d)

 Hubungan Lain  Dilarang merangkap jabatan pada badan,


lembaga, atau perusahaan lain untuk anggota
dan pemeriksa (Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6
ayat 2a)
 Dilarang menjadi anggota partai politik bagi
anggota BPK (Pasal 3 ayat 2b)

 Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III


Pasal 9-32)
Tabel 2.2
Independensi, integritas, dan profesionalitas BPK

NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA

Indepedensi • Memegang sumpah Netral dan tidak berpihak


jabatan Menghindari benturan
• Netral dan tidak kepentingan
berpihak Menghindari hal-hal yang dapat
• Menghindari memengaruhi
banturan objektivitas
kepentingan Mempertimbangkan informasi,
• Menghindari hal-hal pandangan, dan
yang tanggapan pihak lain diperiksa
dapat memengaruhi Bersikap tenang dan mampu
objektivitas mengendalikan diri
   
Dilarang : Dilarang:
• Merangkap jabatan • Merangkap jabatan
• Menjadi anggota • Menunjukkan sikap
partai politik dan perilaku yang
• Menunjukkan sikap menyebabkan orang
dan lain meragukan
perilaku yang menyebabkan indepedensinya
orang lain meragukan • Tunduk pada
indepedensinya intimidasi/tekanan
orang lain
• Membocorkan
informasi auditee
• Dipengaruhi oleh
prasangka, interpretasi
atau kepentingan
tertentu baik untuk
kepentingan
pribadi pemeriksa maupun
pihak lain

Integritas • Bersikap tegas • Bersikap tegas


• Jujur • Jujur
• Memegang rahasia • Memegang rahasia
pihak yang diperiksa pihak yang diperiksa
   
Dilarang: menerima Dilarang:
pemberian dalam • Menerima pemberian
bentuk apa pun, dalam bentuk apa pun,
baik baik langsung maupun
langsung maupun tidak tidak langsung
langsung • Menyalahgunakan
wewenang

Profesionalit • Prinsip kehati- • Prinsip kehati-hatian,


as hatian, ketelitian, kecermatan
ketelitian, kecermatan • Menyimpan rahasia
• Menyimpan rahasia Negara dan jabatan
Negara • Tidak
dan jabatan menyalahgunakan
• Tidak rahasia Negara untuk
menyalahgunakan kepentingan pribadi
rahasia Negara untuk dan golongan/pihak
kepentingan pribadi lain
dan golongan/ • Menghindari perbuatan
pihak lain di luar tugas dan
• Menghindari wewenangnya
perbuatan di • Komitmen tinggi
luar tugas dan • Meningkatkan
wewenangnya kemampuan
• Profesionalisme secara
berkelanjutkan
• Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
• Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
• Menggunakan sumber
daya publik secara
efisien, efektif, dan
ekonomis.

Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)

Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik PAII
dan kode etik Qualified Internal Auditor (QIA).
1. Kode etik PAII berlaku bagi organisasi profesi dan semua anggota PAII yang
bekerja pada departemen/bagian audit internal suatu organisasi/perusahaan.
2. Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah memperoleh
Sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh PAII. Perlu
dipahami bahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian audit internal
tidak seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik QIA
ditetapkan oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIA adalah
sama dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidak memasukkan Pasal
1 dan 9 dari kode etik PAII.

Kode Etik Psikologi Indonesia

Kode etik yang berlaku bagi Ilmuwan psikologi dan psikolog dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan
ini menetukan boleh atau tidaknya seseorang melakukan prakyik psikologi. Para
Ilmuwan psikologi dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa psikologi,
tetapi tidak boleh menjalankan praktik psikologi. Prakti psikologi hanya boleh
dilakukan oleh para psikolog.
Tabel 2.3
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikologi

Ciri profesi Kode Etik Psikologi

1. Kepentingan publik • Mengabdikan pengetahuan tentang


perilaku manusia bagi kesejahteraan
manusia (pembukaan)
• Mengutamakan kepentingan umum
daripada pribadi atau golongan ( Pasal
14a)
2. Tanggung Jawab Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai
rasa tanggung jawab menyangkut
kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati.

3. Kompetensi

a. Pengetahuan Ilmuwan Psikologi adalah para lulusan perguruan


(Knowladge) tinggi dan universitas di dalam maupun luar
negeri, yaitu mereka yang telah mengikuti
pendidikan dengan kurikulum nasional (SK
Mendikbud Nomor 18/D/0/1993 untuk pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi); lulusan
pendidikan tinggi strata 2 (S2) dan strata 3 (S3)
dalam bidang psikologi, yang pendidikan strata
(S1) diperoleh bukan dari fakultas psikologi.
Ilmuwan Psikologi yang
tergolong kriteria tersebut dinyatakan dapat
memberika jasa psikologi, tetapi tidak berhak dan
tidak berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di Indonesia.
3.2 Keterampilan Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah
(skill) mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau sistem Kredit
Semester (SKS) PTN; atau pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan
program pendidikan profesi
(Psikologi); atau kurikulum lama Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) yang sudah
mengikuti ujian negara sarjana psikologi; atau
pendidikan tinggi psikologi di
luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dan
disetarakan dengan psikologi Indonesia oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan
Nasional (Depdiknas RI). Sarjana Psikologi
dengan kriteria tersebut dinyatakan berhak dan
berwenang untuk melakukan praktik psikologi di
wilayah hukum
Negara Republik Indonesi. Sarjana Psikolog
menurut kriteria ini juga dikenal
dan disebut sebagai psikolog. Untuk melakukan
praktik psikologi , Sarjana
Psikolog yang tergolong kriteria ini diwajibkan
memiliki izin praktik psikolog
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.3 Sikap perilaku
(attitude)
• Menyangkut diri • Kesadaran diri tentang Pancasila dan
(Pribadi) UUD 1945
• Mengindahkan etika dan nilai-nilai
moral yang berlaku di masyarakat
(Pasal 4a)
• Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
• Memiliki objektivitas, kejujuran,
integritas, bersikap bijak, dan hati-hati
(Pasal 2)
• Hubungan rekan • Saling menghormati dan menjaga hak-
sejawat hak serta nama baik rekan sejawat
(Pasal 5a)
• Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
• Saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
• Menghargai karya cipta rekan
sejawat/pihak lain (Pasal 15)
• Hubungan klien • Melindungi klien dari akibat yang
merugikan sebagai dampak pemberian
jasa/praktik yang dilakukan (Pasal 8c)
• Melindungli kerahasiaan data klien,
kecuali ada persetujuan dari klien, atau
ada hubungannya dengan pihak
berwenang (Pasal 12)
• Mengutamakan ketidakberpihakan
dalam kepentingan pemakai jasa, atau
klien dan pihak-pihak terkait (Pasal 8d)
• Hubungan lain • Menghargai kompetensi profesi lain
(Pasal 6a)
• Mencegah pemberian jasa dari pihak
yang tidak berkompeten (Pasal 6b)

• Pengawasan • Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)

Kode Etik Profesi Advokat

Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum. Sebagaimana


dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan hukum mengatur dan
menjelaskan bagaimana seharusnya:
a) Legislator menciptakan hukum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hukum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hukum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum

Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorang profesional


di bidang hukum perlu memiliki :
a) Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara formal,
melainkan kebenaran
yang sesuai dengan hati nurani.
b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam
suatu perkara konkret.
d) Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya, serta
menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.

Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik
Profesi Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 dan
disepakati berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang tergabung
dalam Komite Kerja Sama Advokat Indonesia (KKAI), yang terdiri atas tujuh orang
ganisasi, yaitu: Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia
(AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum
Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat
Pengacara Indonesia (SPI), dan Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia
(HAPI).

Tabel 2.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia

Ciri Profesi Kode Etik Advokat

1. Kepentingan publik • Tidak bertujuan semata-mata untuk


memperoleh imbalan materi, tetapi lebih
mengutamakan tegaknya hukum,
kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
• Wajib memberikan bantuan hukum
cuma-cuma bagi orang yang tidak
mampu (Pasal 7h)

2. Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,


menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3. Kompetensi : Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku
a. Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam
(knowledge) maupun di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan undang-undang yang
berlaku (Pasal 1a)
b. Keterampilan (skill) Sama dengan Pasal 1a.
c. Sikap perilaku
(attitude) :
• Menyangkut diri • Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
(kepribadian) Esa, bersikap satria, jujur, serta
menjunjung tinggi hukum dan Undang
Undang Dasar (Pasal 2)
• Bersedia memberi nasehat dan bantuan
hukum tanpa membedakan agama,
suku, keturunan, kedudukan sosial,
keyakinan politik (Pasal 3a)
• Bekerja dengan bebas dan mandiri serta
tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan
wajib menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam negara hukum Indonesia
(Pasal 3c)
• Tidak dibenarkan melakukan pekeraan
lain yang dapat merugikan kebebasan,
derajat, dan martabat advokat (Pasal 3f)
• Bersikap sopan terhadap semua pihak
(Pasal 3h)
• Hubungan rekan • Memegang teguh rasa solidaritas
sejawat sesama advokat dan wajib membela
secara cuma -cuma teman sejawat yang
diajukan sebagai tersangka dalam
perkara pidana (Pasal 3d dan 3e)
• Hubungan antara teman sejawat
advokat berdasarkan sikap saling
menghormati, menghargai, dan
memercayai (Pasal 5a)
• Tidak menggunakan kata-kata tidak
sopan atau yang menyakitkan hati
(Pasal 5b)
• Keberatan terhadap tindakan teman
sejawat harus diadukan kepada Dewan
Kehormatan (Pasal 5c)
• Tidak diperkenankan menarik klien
teman sejawat (Pasal 5d)
• Advokat baru hanya dapat menerima
perkara setelah menerima bukti
pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat terdahulu (Pasal 5e)
• Advokat lama wajib memberikan kepada
avokat yang baru semua surat dan
keterangan penting untuk mengurus
perkara itu (Pasal 5f)
• Hubungan klien • Mengutamakan penyelesaian damai
dalam perkara perdata (Pasal 4a)
• Tidak memberikan keterangan yang
dapat menyesatkan klien (Pasal 4b)
• Tidak dibenarkan menjamin kepada klien
bahwa perkaranya akan menang (Pasal
4c)
• Penetapan honor berdasarkan
kemampuan klien (Pasal 4d)
• Tidak dibenarkan membebani klien
dengan biaya-biaya yang tidak perlu
(Pasal 4e)
• Perhatian yang sama diberikan terhadap
perkara yang diurus secara cuma-cuma
(Pasal 4f)
• Harus menolak mengurus perkara yang
tidak ada dasar hukumnya (Pasal 4g)
• Wajib memegang rahasia jabatan
tentang hal-hal yang menyangkut
klien(Pasal 4h)
• Dilarang melepaskan tugas yang
dibebankan kepadanya pada saat
yangtidak menguntungkan klien atau
akan merugikan klien yang tidak dapat
diperbaiki lagi (Pasal 4i)
• Mengundurkan diri sepenuhnya dari
pengurusan kepentingan bersama dua
pihak atau lebih apabila kemudian timbul
pertentangan kepentingan diantara
pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal
4j)
• Mempunyai hak retensi terhadap klien
tetapi tidak dapat digunakan apabila
dengan retensi itu kepentingan klien
akan dirugikan yang tidak dapat
diperbaiki lagi (Pasal 4k)
• Hubungan • Sebagai profesi mulia, advokat dalam
lain menjalankan profesinya di bawah
perlindungan hukum,
undang-undang, dan kode etik (Pasal 8a)
• Tidak diperkenankan memasang iklan,
termasuk pemasangan papan nama
dengan ukuran yang berlebihan (Pasal
8b)
• Tidak mengadakan kantor cabang di
tempat yang merugikan kedudukan
advokat, misalnya
di rumah atau di kantor seorang yang
bukan advokat (Pasal 8c)
• Tidak mengizinkan pencantuman
namanya di papan nama, iklan, atau
cara lain oleh orang bukan
advokat, tetapi memperkenalkan diri
sebagai wakil advokat (Pasal 8d)
• Tidak mengizinkan karyawan yang tidak
berkualitas untuk mengurus sendiri
perkara, memberi
nasihat kepada klien secara lisan atau
tertulis (Pasal 8e)
• Tidak memublikasikan diri melalui media
massa untuk menarik perhatian
masyarakat mengenai
perkara yang sedang ditanganinya,
kecuali untuk menegakkan prinsip
hukum yang wajib diperjuangkan oleh
semua advokat(Pasal 8f)
• Advokat dapat mengundurkan diri dari
per yang diurusnya bila dicapai
kesepakatan dengan kliennya (Pasal 8g)
• Tidak mengizinkan advokat mantan
hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama
tiga tahun sejak ia berhenti dari
pengadilan tersebut  (Pasal h)
• Pengawasan • Pengawasan atas pelaksanaan kode etik
ini dilakukan oleh
Dewan Kehormatan (Pasal 9)

Perbandingan Kode Etik

Dengan membandingkan keempat contoh kode etik profesi ( profesi BPK,


auditor internal, psikologi, dan advokat), tidaklah mudah untuk mencoba
memahami apakah ada nilai-nilai, prinsip, atau norma-norma dasar yang berlaku
universal untuk semua profesi.  Hal ini mengingat adanya keragaman
menggunakan penulisan, isi, dan konsep-konsep yang digunakan. Kode Etik
Profesi dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Semua profesi berdampak atau bermanfaat bagi kepentingan umum, meskipun
arti umum mempunyai tingkat keluasan yang berbeda. Contoh pengertian
umum untuk :
 BPK adalah kepentingan negara.
 Auditor Internal adalah manajemen suatu entitas (suatu bisnis).
 Psikologi adalah klien (individu, kelompok, institusi).
 Advokat adalah klien dan demi penegakan hukum dan keadilan.
2. Untuk menjaga kepercayaan publik dalam setiap kode etik profesi pada
umumnya ditekankan pentingnya memelihara kompetensi tinggi secara
berkelanjutan.
3. Kompetensi mencakup pengetahuan melalui pendidikan formal sesuai dengan
latar belakang profesinya, keterampilan teknis, dan sikap perilaku. Meskipun
kompetensi yang menyangkut pengetahuan ada yang secara eksplisit diatur
dalam kode etik (misalnya, kode etik psikologi, ada juga yang tidak diatur dalam
kode etik karena sudah diatur dalam peraturan/perundangan (misalnya, kode
etik advokat dan BPK), atau tidak diatur dalam kode etik tetapi diserahkan pada
kebijakan/peraturan perusahaan (misalnya, kode etik auditor internal).
4. Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan
kesadaran diri sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-
prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk
menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik
menjelaskan karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun tidak
ada keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang digunakan.
Berikut adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari beberapa
profesi.

Tabel 2.5
Perbandingan Kode Etik

Institusi/Profes Penekanan Kode Etik


i
BPK Independensi, integritas, dan profesionalitas
PAII Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik
kepentingan
Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati
Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap
satria, jujur, tidak membeda-bedakan agama, suku,
keturunan, kedudukan sosial, keyakinan politik, mandiri,
serta tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia

Profesi dan Hakikat Manusia Utuh


Bila seorang profesional benar-benar menghayati profesinya dan betul-betul
mau mematuhi kode etik yang ditetapkan atas dasar kesadaran diri dalam
melaksanakan profesinya, maka sebenarnya ia telah menjalani kehidupan sesuai
dengan hakikat manusia seutuhnya. Hakikat manusia utuh adalah hidup dengan
menyeimbangkan pemenuhan EQ, IQ, SQ, dan PQ. Kesadaran untuk terus-menerus
memelihara unsur kompetensi ilmu pengtahuan dan keterampilan teknis
mencerminkan upaya untuk meningkatkan IQ. Kesadaran untuk menumbuhkan sikap
perilaku yang baik dalam menjalankan profesi sebenarnya sekaligus untuk memupuk
EQ, dan SQ. Membangun karakter, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menanamkan integritas, kejujuran,
independensi, objektivitas, dan sejenisnya merupakan fondasi untuk membangun SQ.
Melayani klien dengan kompentesi tinggi, menjaga hubungan harmonis dengan rekan
sejawat atas dasar saling menghormati, mengahargai, dan mempercayai, berbicara
sopan dengan siapa pun, merupakan dasar bagi pembangunan EQ. Dengan demikian,
walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode etik, seorang
profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik profesi dalam
menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah mejalani kehidupan
sebagai manusia seutuhnya.

BAB III

KESIMPULAN

Di jaman era globalisasi ini, para pelaku profesi harus menjalankan profesinya
secara profesional. Para pelaku profesi harus bekerja secara profesional untuk
menghadapi persaingan yang cukup ketat di dalam dunia usaha. Para pelaku profesi
harus memiliki kemampuan dan keahlian yang dapat tergolong khusus agar dapat
bersaing dengan para pelaku profesi lainnya. Menjalankan suatu profesi tersebut
tidaklah mudah, mereka harus melewati bangku perkuliahan dan mengikuti banyak
pelatihan terlebih dahulu agar dapat menjalankan suatu profesi. Selain kemampuan
dan keahlian khusus, para pelaku profesi harus memperhatikan etika-etika yang ada.
Dimana etika-etika tersebut merupakan suatu aturan khusus atau aturan main dari
setiap profesi dan semua peraturan tersebut harus ditaati oleh semua pelaku profesi.
Dasar dari semua etika profesi yang berlaku umum adalah tanggung jawab terhadap
pekerjaannya, baik hasil maupun dampak dari pekerjaan yang dilakukan dan harus adil
dalam memenuhi hak-hak orang lain yang harus kita penuhi dalam menjalankan suatu
profesi.
REFERENSI

Agoes, Sukrisno. (2014). Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia.
Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai