Bab 2 Peledakan
Bab 2 Peledakan
Bab 2 Peledakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara administrasi lokasi IUP PT. Bintang Borneo Pasifik dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan melalui
jalur darat dari kota Pontianak menuju kota Singkawang dengan kondisi jalan
aspal (jalan provinsi) dengan waktu tempuh ± 3 jamperjalanan menuju lokasi
penelitian.
a. Statigrafi
Berikut ini adalah tatanan stratigrafi untuk lembar Singkawang,
Kalimantan:
- Endapan Aluvial dan Rawa (Qa) : terdiri atas lumpur, pasir, kerikil dan
bahan tumbuhan. Endapan alluvial dan rawa menutupi secara tidak selaras
di atas endapanLitoral.
- Endapan Litoral (Qc) : terdiri atas lumpur, pasir, kerikil dan setempat
gampingan. Endapan ini menutupi endapan alluvial Terbiku.
- Endapan Aluvial Terbiku (Qat) : terdiri atas kerikil, pasir dan lumpur.
Endapan ini merupakan penutup Kuarter.
- Batuan Gunung Api Niut (Tpn) : terdiri atas basal porfiritik dan sedikit
andesit. Satuan ini menerobos batuan gunungapi Raya dan formasi
Hamisan. Satuan ini diperkirakan berumurPliosen.
- Batuan Terobosan Sintang (Toms) : terdiri dari diorite, diorite kuarsa,
granodiorite dan tonalit yang memiliki teksturdasar holokristalin dan
porfiritik. Satuan batuan ini setempat mengalami ubahan menjadi serisit,
klorit, epidot dan karbonat; merupakan terobosan kecil, stok dan retas
hipabisal akibat dari proses penunjaman yang terjadi pada Oligosen.
Umum satuan ini Oligosen Akhir – Miosen Awal.
- Formasi Hamisan (Toh) : terdiri atas arenit kuarsa, arenit lithic dan
konglomerat polimik dengan fragmen berupa kuarsa, granit dan erpih.
Formasi ini berumur Oligosen dan menindih tak selaras batuan gunungapi
Raya dan granodiorite Mensibau.
- Dasit Bawang (Teb) : terdiri atas dasit dan sedikit tonalit yang terbentuk
dari hasil kegiatan magmatic tahap akhir dari batuan gunungapi Serentak.
Batuan ini menerobos kelompok Bengkayang, batuan gunungapi Raya,
granodiorite Mensibau dan batuan gunungapi Serantak.
- Batuan Gunung Api Serantak (Tes) : satuan batuan ini terdiri dari
piroklastik dasitan yang tersusun atas tufa lapilli, tufa kristalin, tufa
dasitan, setempat terdapat breksi tufaan dan riodasit; berwarna kelabu
muda sampai kecoklatan, sebagian terubah. Satuan ini berumur Eosen
Tengah dan tak selaras di atas kelompok Bengkayang dan batuan
gunungapi Raya.
- Gabro Setinjam (Kuse) : merupakan gabro yang bertekstur halus sampai
kasar yang setempat berlapis, mineral penyusun utama hornblende dan
piroksin setempat biotit dan olivine. Umur satuan ini diperkirakan
KapurAtas.
- Granodiorit Mensibau (Klm) : terdiri atas granodiorite hornblende – biotit,
adamelit, tonalit, diorite dan granit. Satuan ini memiliki sifat magnetic
sedang – kuat, umumnya telah terubah, merupakan batolit dan stok yang
berhubungan dengan penunjaman. Satuan ini secara luas membentuk
batolit Singkawang (Suwarna dkk, 1993). Umur satuan ini Kapur Awal
dan menerobos kelompok Bengkayang dan batuan gunungapi Raya.
- Batuan Gunungapi Raya (Klr) : terdiri atas batuan vulkanik berkomposisi
andesit sampai dasit dan piroklastik. Satuan ini berumur Kapur Awal yang
terbentuk dari hasil sedimentasi dan kegiatan gunungapi darat sampai laut
dangkal yang terendapkan secara tidak selaras diatas kelompok
Bengkayang.
Batuan adalah sekumpulan mineral - mineral yang menjadi satu. Batuan bisa
terdiri dari satu macam mineral saja atau campuran beberapa mineral. Batuan
dapat mengalami perubahan dari satu tipe menjadi tipe batuan yang lainnya.
Batuan dari jenis apapun jika tertimbun kedalam bumi, mendapatkan energi panas
hingga meleleh, kemudian membeku kembali, maka batuan tersebut akan menjadi
batuan beku. Batuan jenis apapun jika mengalami pelapukan, transportasi,
kemudian terendapkan kembali, maka batuan tersebut akan menjadi batuan
sedimen. Batuan jenis apapun jika mengalami pemanasan (pematangan termal)
dan penekanan, maka batuan tersebut akan berubah menjadi batuan metamorf.
b. Batuan Sedimen
c. Batuan Metamorf
Dikutip dari Ilmu Geografi, batuan granit adalah salah satu jenis batuan
beku yang memiliki warna cerah, butirannya kasar, tersusun dari mineral dominan
berupa kuarsa dan feldspar, serta sedikit mineral mika dan amfibol. Menurut ilmu
petrologi, granit didefinisikan sebagai batuan beku yang didalamnya terkandung
mineral kuarsa sebesar 10% – 50% dari kandungan total mineral felseik, serta
mineral alkali sebanyak 65% – 90% dari jumlah seluruh mineral feldspar.
Sedangkan dalam dunia industri, granit diartikan sebagai batuan yang butiran atau
biji- bijiannya dapat dilihat dengan jelas dan mempunyai kepadatan yang lebih
keras dari marmer. Definisi – definisi tersebut dijabarkan dari kata ‘granit’ yang
berasal dari kata ‘granum’ yang mempunyai arti butiran padi.
Seperti yang telah disebutkan pada definisi, bahwa karakteristik dari batuan
granit adalah memiliki butiran kasar dan berwarna cerah. Warna batuan granit
meliputi warna merah, abu- abu, putih dan merah muda, dengan butiran warna
gelap seperti hijau tua, coklat tua dan hitam. Warna tersebut diperoleh dari
komposisi mineral yang terkandung dalam batuan granit. Karakteristik lain dari
batuan granit yaitu bersifat asam,serta ukuran butiran kristalnya relatif sama dan
besar. Tekstur butiran batuan granit disebut tekstur phaneritic yang tidak memiliki
retakan dan lubang- lubang bekas pelepasan gas (vasculer). Batuan ini sangat
masif (padat) dengan kepadatan rata- rata 2,75 gram per centimeter kubik dan
kekuatan tekanan lebih dari 200 MPa. Kepadatan tersebut memungkinkan batuan
granit untuk tahan terhadap erosi dan abrasi, mampu menahan beban yang berat
serta tahan terhadap pelapukan batuan.
Proses pecahnya batuan akibat dari peledakan dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading.
Dibawah pengaruh takanan yang sangat tinggi dari gas – gas hasil
peledakan maka rekahan radial primer (tingkat II) akan diperlebar secara cepat
oleh kombinasi efek dari tegangan tarik disebabkan kompresi radial dan
pembagian (pneumatic wedging). Apabila massa batuan di depan lubang ledak
gagal dalam mempertahankan posisinya bergerak kedepan maka tegangan tekan
tinggi yang berada dalam batuan akan dilepasan. Efek dari terlepasnya batuan
adalah menyebabkan tegangan tarik tinggi dalam massa batuan yang akan
melanjutkan pemecahan hasil yang telah terjadi pada proses pemecahan tingkat II.
Rekahan hasil dalam pemecahan tingkat II menyebabkan bidang – bidang lemah
untuk memulai reaksi – reaksi fragmentasi utama pada proses peledakan. Pola
pecahnya batuan dapat dilihat pada gambar 2.2.
Sumber : Jimeno, 1995
Sumber : ejurnal.itats.ac.id
Keterangan:
B = jarak burden (ft)
De = Diameter lubang bor (inch)
SGe = Density bahan peledak
(gr/cc) SGr = Density batuan (gr/cc)
2. Cara R.L Ash
𝑲𝒃𝒔𝒕𝒅 . 𝑨𝑭𝟏 . 𝑨𝑭𝟐 . 𝑫𝒆
B=
𝟏𝟐
3 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 3 𝑆𝐺𝑟𝑠𝑡𝑑
AF2 = √ =√
𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑘𝑎𝑛𝑑𝑖𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑆𝐺𝑟
Keterangan :
B = jarak burden (ft)
Kbstd = Koefisien burden standar
De = Diameter lubang bor (inch)
SGe = Density bahan peledak (gr/cc)
SGestd = Density bahan peledak standar
(gr/cc) SGr = Density batuan (gr/cc)
SGrstd = Density batuan standar (gr/cc)
VOD = Kecepatan detonasi (m/s)
VODstd = Kecepatan detonasi standar (m/s)
4. Spacing
Spacing merupakan jarak antara satu lubang dengan lubang yang lainnya
yang saling sejajar dengan bidang bebas (free face). Secara teoritis, spasi optimum
berkisar antara 1,1 - 1,8 dari burden. Jarak spasi agar kegiatan peledakan berjalan
sukses dapat dihitung dengan dua cara yaitu cara C.J Konya dan R.L Ash.
1. Cara C.J Konya
Ditentukan berdasarkan sistem delay yang ditentukan, yaitu:
a. Instataneous single row blast holes
Jika L<4B (L=tinggi jenjang)
𝑳+𝟐𝑩
S=
𝟑
S=2.B
S = 1,4 . B
Keterangan :
S = Jarak spasi (m)
Ksstd = Koefisien spasi standar
B = Jarak burden (m)
5. Subdrilling
Subdrilling merupakan tambahan kedalam dari lubang bor di bawah lantai
jenjang. Subdrilling dibuat untuk menghindari masalah tonjolan pada lantai hasil
peledakan. Bila ukuran subdrilling berlebih maka akan menghasilkan getaran
yang berlebih pula sedangkan jika subdrilling kurang makan akan menghasilkan
tonjolan pada lantai jenjang maka dari itu subdrilling harus dihitung dengan baik.
Berikut merupakan rumus perhitungan subdrilling menurut C.J Konya dan R.L
Ash:
1. C.J Konya
J = Kj . B
Keterangan :
J = Subdrilling (m)
Kj = Subdrilling ratio (0,2-0,4)
B = Jarak burden (m)
2. R.L Ash
Keterangan :
J = Subdrilling (m)
Kjstd = Koefisien subdrilling standar
B = Jarak burden (m)
6. Stemming
2. R.L Ash
J = KTstd . AF1 . AF2 . B
Keterangan:
T = Stemming (m)
KTstd = Koefisien stemming standar
B = Jarak burden (m)
Hasil perhitungan dengan metode R. L Ash cenderung memiliki nilai yang
lebih kecil dibandingkan hasil perhitungan dengan metode C. J Konya. Hal ini
disebabkan karena perhitungan geometri peledakan dengan metoda R. L Ash
selalu disertai dengan faktor koreksi berupa koefisien standar untuk tiap parameter
geometri, faktor pengali untuk batuan (AF1) dan faktor pengali untuk bahan
peledak (AF2), sehingga ketelitian hasil perhitungan menggunkan metode R. L
Ash lebih besar dibanding C. J Konya.
2.2.6. Powder Factor
Dalam menentukan powder factor ada empat macam satuan yang dapat
digunakan yaitu:
Secara umum, powder factor dapat dihubungkan dengan unit produksi pada
operasi peledakan. Dengan powder factor dapat diketahui konsumsi bahan
peledak yang digunakan. Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang
bebas, geometri peledakan, pola peledakan, struktur geologi batuan dan
karakteristik massa batuan itu sendiri.
PF = (W handak)/BxSxH.........................................................................(2.1)
Dimana :
PF = Powder Faktor
B = Burden (m)
S = Spacing (m)
Whandak = PCxd...........................................................................(2.2)
Wtotal handak = nxPCxde....................................................................(2.3)
Dimana :
n = Jumlah seluruh lubang ledak
PC = Panjang kolom isian (m)
De = Loading Density (kg/m)
Prinsip volume yang akan diledakkan adalah perkalian burden (B), spacing
(S) dan tinggi jenjang (H) yang hasilnya berupa balok dan bukan volume yang
telah terberai oleh proses peledakan. Volume tersebut dinamakan volume padat
(solid atau insitu atau bank), sedangkan volume yang telah terberai disebut
volume lepas (loose).
Dimana:
B = Burden (m)
S = Spacing (m)
H = Kedalaman Lubang Ledak (m)
n = Jumlah Lubang Ledak
2.2.7. Fragmentasi
Pada suatu proses peledakan densitas dan kekuatan (strength) dari batuan
mempunyai hubungan yang cukup erat. Secara umum batuan yang mempunyai
densitas yang rendah dapat lebih mudah dihancurkan dengan faktor energi yang
lebih rendah, sedangkan batuan yang mempunyai densitas yang lebih tinggi
memerlukan energi yang lebih tinggi untuk mendapatkan hasil fragmentasi yang
memuaskan.
c. Air Tanah
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak
dan lubang ledak miring. Rancangan peledakan yang menerapkan lubang ledak
tegak, maka gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang bebas lebih sempit,
sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup besar pada lantai jenjang
bagian bawah, hal ini dapat menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang.
Sedangkan pada peledakan dengan lubang ledak miring akan membentuk bidang
bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan dan
kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang menjadi lebih kecil (Gambar
2.4).
Gambar 2.4 Pemboran dengan lubang ledak tegak dan lubang ledak miring
Setelah itu simpan file dengan nama yang diinginkan. Selanjutnya pilih
menu split lalu buka fines particles, pada sub menu fine particle hilangkan tanda
centang pada auto fines lalu klik go. Kemudian pilih eraser pada menu tools lalu
hapus warnaa biru yang mencakup pada batuan dan helm. Setelah selasai buka
menu split lalu pilih done editing, kemudian bukalah menu split lagi lalu buka
compute sizes, pada sub menu compute sizes pilih medium pada percent fines
adjustment dan pilih rossin – ramler pada fines distribution lalu klik browse.
Selanjutnya simpan file pada document lalu klik go, kemudian buka menu split
lalu buka graphics and outputs, pada sub menu graphics and outputs pilih menu
graphing kemudian pilih rossin – ramler pada percent axis, lalu pada menu data
masukan lokasi file yang akan digunakan kemudian klik browse lalu save
file
dengan nama yang diinginkan. Kemudian masih pada sub menu graphics and
output pilih menu output lalu masukan judul yang diinginkan pada graph title.
Kemudian masukan juga judul pada html disertai tulisan html pada bagian ujung
setelah judul. Kemudian buka menu sieve series pada pilih mm pada opsi units
lalu sieve set diubah ke iso, ketika datanya sudah muncul lalu klik OK. Setelah
melakukan penginputan data yang telah disebutkan sebelumnya maka akan
didapatkan hasil akhir berupa data fragmnetasi batuan yang diinginkan.
25
Nama /
No. Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
Evaluasi Geometri Peledakan untuk
Melakukan analisa terhadap beberapa teori geometri peledakan
Fadlillah Menghasilkan Fragmentasi yang
dengan perhitungan R.L.Ash dan Perhitungan C.J. Konya dan Didapatkan hasil perhitungan geometri peledakan
Rosyad, diinginkan pada Kegiatan
hasil peledakan aktual di PT Mandiri Sejahtera Sentra. Kemudian teoritis R.L. Ash dan C.J Konya serta didapatkan
1. Zaenal dan Pemberaian Batuan Andesit di PT
dibandingkan dengan hasil peledakan menurut teori R.L.Ash dan hasil boulder dari kedua rancangan tersebut ≥ 80
Solihin / Mandiri Sejahtera Sentra,
C.J. Konya baik itu dari fragmentasi batuan, volume batuan hasi cm.
2016 Kabupaten Purwakarta Provinsi
peledakan dan Powder Factor.
Jawa Barat
1. Kuantitas pemakaian bahan peledak
Metode yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah
berpengaruh linier positif terhadap
pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengukuran langsung
produksi batuan andesit hasil peledakan dengan
di areal penambangan yaitu pada lokasi peledakan batuan
model persamaan
andesit. Dalam pengukuran pada setiap pelaksanaan
Ŷi= 4.4X + 66.4.
peledakan, akan diukur variabel jumlah bahan peledak yang
2. Pengaruh kuantitas bahan peledak yang sama
digunakan dalam satuan kg. Kemudian akan dihitung variabel
Aljon A. Pengaruh Kuantitas Bahan Peledak produksi batuan andesit yang diledakkan dalam satuan ton dan jarak secara simultan
M. Terhadap Produksi Andesit dan melalui pengukuran dimensi blok batuan andesit yang akan terhadap taraf intensitas bunyi ledakan adalah
2. berbentuk logaritma dengan
Simbolon / Getaran Di Sudamanik Kecamatan diledakkan, lalu dikalikan dengan massa jenis batuan andesit dan
2013 Cigudeg Kabupaten Bogor model persamaan TI2 = TI1 – 20 log(r2/r1),
mining recovery. Dan juga akan diukur jarak dan variabel tingkat
dan TI bunyi ledakan yang terjadi
getaran peledakan yang diwakili kecepatan partikel tanah dalam
masih di bawah baku mutu SNI 7570: 2010.
satuan mm/detik serta taraf intensitas bunyi ledakan dalam
3. Persepsi responden terkait dampak kegiatan
satuan dB yang dicatat oleh instrumen seismograf yang dipasang
peledakan yang paling
di dekat pemukiman masyarakat. Sedangkan untuk
dikhawatirkan adalah terjadinya fly rock
mendapatkan gambaran persepsi masyarakat dikaji melalui data
(58%), getaran tanah (19%),
yang terkumpul dari kuesioner sebanyak 100 orang responden tertutupnya akses jalan pada saat peledakan
yang bermukim di sekitar Gunung Suda manik. (11%), intensitas bunyi ledakan
(4%), dan menyatakan bahwa tidak ada yang
dikahawatirkan dari kegiatan
peledakan (8%).
1. Hasil peledakan dengan geometri lubang
miring pada daerah collar yang diterapkan saat
ini telah mampu meningkatkan produktifitas
untuk alat muat yang melakukan kegiatan
loading yaitu SH01A sebesar 23,15% dan
SH02A sebesar 40,85%.
2. Peledakan dengan menggunakan pemboran
miring lantai yang lebih rata dan
Kajian Teknis Pengaruh mengurangi terbentuknya tonjolan pada toe
Metode yang digunakan yaitu studi literatur untuk mendapatkan
Pengeboran Miring PadaPeledakan atau biasa disebut candi.
referensi, serta pengumpulan data primer di lapangan dan data
Lapisan Tanah Penutup Terhadap 3. Dari hasil pengamatan diperoleh penurunan
Heri sekunder milik perusahaan. Dan dilakukan juga interview (tanya
3. Produktivitas Alat Muat Shovel cycletime sebesar 89,07 detik, dan dengan
Wiratmoko jawab kepada operator dilapangan dan Group Leader yang
Liebherr 9350 Di Collar 2 -3 PT. geometri peledakan menggunakan lubang
menangani kegiatan peledakan pada PT.SIS beserta staf dan
Saptaindra Sejati Tutupan miring didapat waktu edar rata-rata sebesar
kontraktornya.
Kalimantan Selatan 88,2 detik. Sedangkan waktu edar rata-rata
Shovel Liebherr 9350 SH02A adalah 91,89
detik pada peledakan dengan pemboran tegak
dan 86,22 detik pada peledakan dengan
pemboran miring sehingga akan meningkatkan
produktifitas alat.
4. Meningkatkan nilai recovery peledakan sebesar
13,55% dari 1,65 meter tinggi material
yang tersisa menjadi hanya 0,35 meter.