Tugas Praktik Periopatif Apendiktomi
Tugas Praktik Periopatif Apendiktomi
Tugas Praktik Periopatif Apendiktomi
OLEH:
DORA FEBRIANTI
PO:7120117167
TINGKAT IV SEMESTER VII
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan asuhan keperawatan tentang Post Op appendiktomi dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Post
OP Appendiktomi. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan Laporan yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga Laporan Pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………..
Kata Pengantar…………………………………………………
Daftra Isi……………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Appendiktomi .........................................................
2.2 Etiologi Appendiktomi...............................................................
2.3 Patofisiologi Appendiktomi.......................................................
2.4 VOC Appendiktomi....................................................................
2.5 Klasifikasi Appendiktomi …………………………………………….
2.6 Menifestasi Appendiktomi……………………………………………..
2.7 Pemeriksaan Appendiktomi ………………………………………
2.8 Komplikasi…………………………………………………..
2.10 Penata laksanaan ……………………………………………
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.10 Pengkajian……………………………………………………….
2.11 Diagnosa Keperawatan…………………………………………
2.12 perencanaan ……………………………………………………
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Deskripsi kasus pemicu …………………………………….
3.2 Asuhan keperawatan ………………………………………..
PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................
3.2 Saran ........................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Appendiktomi adalah pengangkatan secara bedah appendiks vermiformis.
Appendiktomi merupakan pengangkatan appendiks terinflamasi, dapat dilakukan pada
pasien meggunakan pendekatan endoskopi, namun adanya perlengkapan multiple, posisi
retroperitoneal dari appendiks, atau robek perlu dilakukan prosedur pembedahan
(Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Marlyn, Mary & Alice). Peradangan akut pada
apendiks memerlukan tindak bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya
berbahaya. Peradangan pada apendiks merupakan kausa laparotomi tersering pada anak
dan orang dewasa (Kartono D, 2015).
.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Appendiktomi?
2. Apa saja etiologi dari Appendiktomi?
3. Bagaimana patofisiologi dari Appendiktomi?
4. Apa saja manifestasi klinik dari Appendiktomi ?
5. Apa saja komplikasi Appendiktomi?
6. Bagaimana penanganan Appendiktomi?
7. Bagaimana konsep askep dari Appendiktomi?
.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Apa itu Appendiktomi
2. Untuk mengetahui Apa saja etiologi dari Appendiktomi
3. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari Appendiktomi
4. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinik dari Appendiktomi
5. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi Appendiktomi
6. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan Appendiktomi
7. Untuk mengetahui Bagaimana konsep askep dari Appendiktomi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Etiologi dilakukannya tindakan pembedahan pada penderita apendiksitis dikarenakan
apendik mengalami peradangan. Apendiks yang meradang dapat menyebabkan infeksi dan
perforasi apabila tidak dilakukan tindakan pembedahan. Berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus. Disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askariasis
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolytica
(Sjamsuhidayat,2011).
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks menurut Haryono (2012)
diantaranya:
a. Faktor sumbatan
Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti
oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa,
35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing, dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan
oleh parasit dan cacing.
8
b. Faktor bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya
fekolit dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi dapat memperburuk dan memperberat
infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur yang banyak
ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragilis dan E.coli, Splanchius, Lacto-bacilus,
Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah
kuman anaerob sebesar 96% dan aerob lebih dari 10%.
c. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ, apendiks
yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi apendisitis.
Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makan dalam keluarga terutama dengan diet rendah
serat dapat memudahkan terjadinya fekolit dan menyebabkan obstruksi lumen.
d. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit
putih yang dulunya mempunyai resiko lebih tinggi dari negara yang pola makannya banyak
serat. Namun saat sekarang kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah mengubah pola
makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru negara berkembang yang dulunya mengonsumsi
tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, kini memiliki risiko apendisitis yang lebih
tinggi.
2.3 Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendiks akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabakan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dingin peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat, sehingga meninmbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supraktif akut.
Bila aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiksyang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak
ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang (Price, 2005.
9
Sumbatan
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Aliran darah
terganggu
Cemas
Luka insisi Risiko infeksi
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual,
muntah, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney bila
dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi nyeri bila tekanan
dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat
konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnta infeksi dan lokasi appendiks. Bila
apendisitis melingkar di belakang sekum, nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal. Nyeri
pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat
berkemih menunjukkan bahwa appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
2.8 Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%.
Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi secara umum terjadi 24 jam
setelah nyeri (gejala-gejalanya termasuk demam, penampilan toksik dan nyeri berlanjut).
(Syamsuhidayat, et.al, 2002)
2. Pasca Operasi
Perlu dilakukan obsevasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di
dalam, syock, hipertermi, atau gangguan pernafasan. Baringkan pasien dalam posisi semi
fowler. Posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen. Pasien di katakan
baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Pasien dipuasakan, bila tindakan operasi
lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal.
Berikan minum mulai dari 15 ml/jam selama 4 - 5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan hari nya di berikan makanan saring, dan hari berikutnya di berikan makanan
lunak. Satu hari pasca operasi di anjurakan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30
menit. Pada hari berikutnya pasien boleh berdiri dan duduk di luar kamar. Pada hari ke 5
atau 7 jahitan dapat di buka di angkat dan pasien diperbolehkan pulang.
1. Pengkajian keperawatan
lambat, dan batuk lemah. Kaji patensi jalan napas, irama, kedalaman ventilasi, simetri gerakan
b. Sirkulasi
darah aktual atau potensial dari tempat pembedahan, efek samping anestesi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan depresi mekanisme yang mengatur sirkulasi normal. Masalah
umum awal sirkulasi adalah perdarahan. Kehilangan darah dapat terjadi secara eksternal
melalui saluran atau sayatan internal. Kedua tipe ini menghasilkan perdarahan dan penurunan
tekanan darah, jantung, dan laju pernapasan meningkat, nadi terdengar lemah, kulit dingin,
c. Kontrol suhu
Kaji status hidrasi dan pantau fungsi jatung dan saraf untuk tanda-tanda perubahan elektrolit.
Monitor dan bandingkan nilai-nilai laboratorium dengan nilai-nilai dasar dari penderita.
Catatan yang akurat dari asupan dan keluaran dapat menilai fungsi ginjal dan peredaran darah.
Ukur semua sumber keluaran, termasuk urine, keluaran dari pembedahan, drainase luka
Perhatikan jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase diperban. Pada penggantian perban
pertama kalinya perlu dikaji area insisi, jika tepi luka berdekatan dan untuk perdarahan atau
drainase.
f. Fungsi perkemihan
Anestesi epidural atau spinal sering mencegah penderita dari sensasi kandung kemih yang
penuh. Raba perut bagian bawah tepat di atas simfisis pubis untuk mengkaji distensi kandung
kemih. Jika penderita terpasang kateter urin, harus ada aliran urine terus menerus sebanyak 30-50
g. Fungsi gastrointestinal
Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung akibat akumulasi gas. Kaji kembalinya
peristaltik setiap 4 sampai 8 jam. Auskultasi perut secara rutin untuk mendeteksi
suara usus kembali normal, 5-30 bunyi keras per menit pada masing-masing kuadran
h. Kenyamanan
Penderitya merasakan nyeri sebelum mendapatkan kembali kesadaran penuh. Kaji nyeri
a. Nyeri akut
1) Batasan karakteristik
b) Objektif: posisi untuk menghilangkan nyeri, perubahan tonus otot (dengan rentang
perubahan tekanan darah, pernapasan atau nadi, dilatasi pupil), perubahan selera
1) Batasan karakteristik
a) Subjektif: kram abdomen, nyeri abdomen, menolak makan, persepsi ketidakmampuan untuk
b) Objektif: bising usus hiperaktif, kurangnya minat terhadap makanan, embrane mukosa pucat,
Ketidakmampuan untuk menelan atau menerima makanan atau menyerap nutrien akibat
faktor biologis, psikologis, atau ekonomi. Contoh menurut NANDA yaitu kesulitan
1) Batasan karakteristik
neuromuskuler, nyeri, program pembatasan pergerakan, gaya hidup yang kurang gerak,
d. Konstipasi
1) Batasan karakteristik
a) Subjektif: nyeri abdomen, nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistansi otot
yang dapat dipalpasi, perasaan penuh dan tekanan pada rektum, nyeri saat defekasi
b) Objektif: perubahan pola defekasi, distensi abdomen, bising usus hipoaktif, tidak mampu
a) Kebiasaan mengabaikan desakan untuk defakasi b) Asupan serat dan cairan tidak
mencukupi
e. Ansietas
1) Batasan karakteristik
dalam hidup, gelisah, memandang sekilas, insomnia, kontak mata buruk, resah, menyelidik
c) Fisiologis: wajah tegang, peningkatan keringat, gemetar atau tremor di tangan, suara bergetar
d) Parasimpatis: nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunaan nadi, pingsan, sering
berkemih
a) Terpajan toksin
b) Stres
c) Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status
kesehatan
f. Risiko Infeksi
1) Penyakit kronis
1) Batasan karakteristik
a) Keterbatasan kognitif
d) Kurang informasi
3. Rencana keperawatan
a. Nyeri akut
1) Kriteria hasil
a) Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktkan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 :
(5) Gelisah
2) Intervensi
a) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif.
b) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya.
imajinasi terbimbing,terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, kompres hangat
atau dingin, massase sebelum dan sesudah, dan jikamemungkinkan selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri.
1) Kriteria hasil:
a) Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5 : tidak adekuat, sedikit adekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat adekuat).
(1) Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.
c) Memiliki nilai laboratorium (misalnya, transferin, albumin, dan elektrolit dalam batas normal).
2) Intervensi
b) Instruksikan penderita agar menarik napas dalam, perlahan, dan menelan secara sadar untuk
c) Tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan
jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (khususnya untuk penderita
dengan kebutuhan energi tinggi, seperti penderita pascabedah dan luka bakar, trauma, demam, dan
luka).
d) Berikan obat antiemetik dan/atau analgesik sebelum makan atau sesuai jadwal yang
dianjurkan.
1) Kriteria hasil:
2) Intervensi
a) Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saan latihan
b) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
c) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
f) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
g) Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien
i) Ajarkan pasien bagaimana mengubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
d. Konstipasi
1) Kriteria hasil:
2) Intervensi
a) Dapatkan data dasar mengenai program defekasi, aktivitas, pengobatan, dan pola
kebiasaan penderita.
f) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet
e. Ansietas
1) Kriteria hasil
a) Ansietas berkurang, dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang, konsentrasi
2) Intervensi
a) Kaji faktor budaya (misalnya konflik nilai) yang menjadi penyebab ansietas
f. Risiko infeksi
1) Kriteria hasil
a) Faktor risiko infeksi akan hilang, dibuktikan dengan : status imun, keparahan infeksi,
2) Intervensi
a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, drainase,
c) Bersihkan, pantau, dan fasilitasi proses penyembuhan luka yang ditutup dengan
jahitan.
komplikasi
4.2 Saran
1. diharpkan dalam melakukan pengkajian keperawatan dalam klien post
Appendiktomi yang mengkaji secara menyuruh dan sidesuiakan dengan teori yang
ada
2. di harapkan agar lebih memahami dan mempelajri lebih dalam ilmu
keperwatanmedical dalam bedah khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan post appendiktomi dan juga untuk meningkatkan kepercayaan diri
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1410/4/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/398/2/5%2CBAB%20I.pdf
http://ratnabudi97.blogspot.com/2016/01/asuhan-keperawatan-appendiktomi.html
https://id.scribd.com/document/368164925/Lp-Apendiktomi