Makalah Hukum Lingkungan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PERSOALAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA-KOTA BESAR DI

INDONESIA
Dosen Pengampu : Syofiaty Lubis S.H., M.H

DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
Tri Satria Darmawan Hasibuan 1906200595
Nadya Arifah Simbolon 1906200602
Fakhrurrozi Siregar 1906200613
Aufar Usama Tarigan 1906200616

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA
MEDAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami ucapkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah hukum
lingkungan dan teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Penegakan Hukum Lingkungan Di
Indonesia”. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah
kami ini, sehingga kami dengan senang hati dan menerima kritik dan saran dari para
pembaca demi penyempurnaan makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, 22 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
A. Pengertian Hukum Lingkungan ................................................................................. 4
B. Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia ............. 5
C. Hambatan Dalam Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia .............................. 6
D. Kebijakan Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia ............................ 7
E. Contoh Kasus dan Penanganan Hukum ................................................................... 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan mengenai hukum lingkungan Indonesia tidak terlepas dari sejarah pada
masa pemerintah Hindia Belanda di Indonesia, dimana pada masa itu juga sudah terdapat
hukum lingkungan hidup. Hukum lingkungan hidup pada masa penjajahan masih
berbentuk hukum lingkungan hidup klasik yang ditandai dengan sifat sektoralnya dan
berorientasikan pemakaian atau use-oriented. Hukum lingkungan hidup Indonesia
kemudian berubah sifatnya menjadi hukum yang berorientasikan tidak saja pada
pemakaian, tetapi juga perlindungan (environment-oriented law). Perubahan ini tidak
terlepas dari pengaruh lahirnya hukum lingkungan hidup internasional modern, yang
ditandai dengan lahirnya deklarasi Stockholm 1972 (the Stockholm declaration of 1972).
Perkembangan hukum lingkungan hidup di Indonesia sangat dipengaruhi oleh hukum
lingkungan hidup internasional.1
Pada tahun 1982 Indonesia mengeluarkan undang-undang yang sangat penting
mengenai pengelolaan lingkungan hidup, yaitu: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (filosofinya bertumpu
pada “hukum lingkungan sebagai payung”), yang kemudian telah diganti dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya
disebut Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup/UUPLH) (filosofinya bertumpu
pada “pengelolaan”). Kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan
diundangkannya undang-undang lingkungan hidup tersebut merupakan tanggapan
(response) pemerintah dan bangsa Indonesia terhadap hasil United j bnva sswzZANations
Conference on The Human Environment yang diselenggarakan tanggal 5 sampai dengan
16 Juni 1972 di Stockholm itu.
Permasalahan lingkungan hidup semakin lama semakin besar, meluas dan serius.
Persoalan lingkungan hidup bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional,
nasional, trans-nasional dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan
hidup tidak hanya berkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait mengait sesuai sifat
lingkungan hidup yang memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara
sub sistem. Apabila satu aspek dari lingkungan hidup terkena masalah, maka berbagai
aspek lainnya akan mengalami dampak atau akibat pula.

1
Sukanda Husin, 2009, Penegakan Hukum Lingkungan Indoesia, Edisi pertama, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm 1

1
Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia terutama berakar pada keterbelakangan
pembangunan dan kurang memperhatikan dampak pembangunan terhadap lingkungan
hidup. Bagi Indonesia sebagai negara yang saat ini sedang melaksanaan pembangunan di
segala bidang, juga harus berorientasi kepada pembangunan lingkungan hidup.
Pembangunan merupakan upaya sadar bangsa Indonesia untuk meningkatkan taraf
hidupnya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya, oleh karena itu
harus dilaksanakan dengan berorientasi kepada pembangunan lingkungan hidup.
Pada mulanya masalah lingkungan merupakan masalah alami, yakni peristiwa-
peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural, akan tetapi, saat ini masalah
lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami,
karena manusia menjadi salah satu penyebab yang sangat signifikan bagi permasalahan-
permasalahan di lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan yang umumnya terjadi
sebagai akibat dari kelalaian manusia antara lain berupa masalah sampah, banjir, kebakaran
hutan dan pencemaran lingkungan hidup.2
Menyadari perlunya dilakukan pengelolaan lingkungan hidup demi pelestarian
kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan
yang berkesinambungan, maka perlu meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam
dan lingkungan hidup dengan melakukan konversi, rehabilitasi dan penghematan
penggunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, serta mendayagunakan
sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan
kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan,
kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta, penataan ruang, yang
pengusahaannya diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk
mengangkat masalah yang berjudul “Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Penegakan
Hukum Lingkungan di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum lingkungan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi penegakan hukum lingkungan di Indonesia?
3. Apa saja yang menjadi hambatan dalam penegakan hukum lingkungan di Indonesia?
4. Bagaimana kebijakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia?
5. Apa contoh kasus dan bagaimana penanganan hukum dari kasus tersebut?

2
N.H.T.Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta. Hlm 1

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu hukum lingkungan.
2. Untuk mengatahui faktor apa saja yang mempengaruhi penegakan hukum
lingkungan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan dalam penegakan hukum
lingkungan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di
Indonesia
5. Untuk mengetahui apa contoh kasus dan bagaimana penanganan hukum dari kasus
tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Lingkungan


Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu hukum
yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segi hukum
administrasi, segi hukum pidana dan segi hukum perdata. Dalam pengertian sederhana, hukum
lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup),
dimana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk didalamnya manusia dan
tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan memengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup lainnya. Dalam
pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi pada pada lingkungan atau
Environment-Oriented Law, sedang hukum lingkungan yang secara klasik lebih menekankan
pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law.3
Koesnadi Hardjasoemantri mengambil pendapat dari Moenadjat, bahwa hukum lingkungan
adalah Hukum Lingkungan Modern menetapkan ketentuan dan norma-norma guna mengatur
tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan
kemerosotan mutunya, demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat digunakan oleh
generasi sekarang maupun generasi mendatang. Hukum Lingkungan Klasik atau use oriented
law menetapkan norma-norma dengan tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan
eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia
guna mencapai hasil semaksimal dan dalam jangka waktu yang sesingkatsingkatnya.
Dikemukakan pula bahwa terdapat adanya pendapat keliru yang menyatakan bahwa penegakan
hukum hanyalah melalui proses di pengadilan Disamping itu seolah-olah penegakan hukum
adalah semata-mata tanggung jawab penegakan dari aparat penegakan hukum. Padahal
sesunguhnya, penegakan hukum adalah kewajiban dari seluruh anggota masyarakat, sehingga
untuk itu pemahaman tentang hak dan kewajiban menjadi syarat mutlak.4
Hukum lingkungan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No 32 tahun 2009, yang
merupakan generasi ketiga pengaturan hukum lingkungan di Indonesia. Undang-undang ini
mengatur bagaimana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan sistematis demi
tercapainya keseimbangan lingkungan serta kesejahteraan manusia sebagai satu kesatuan

3
http://riana.tblog.com/archive/2009/03
4
Kusnadi, Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi Kelima, Cetakan Kesepuluh. (Gajah Mada
University Press, Yogyakarta) 1993. Hlm. 84

4
dalam lingkungan. Selain demi kesejahteraan dan keseimbangan, Undang-Undang No 32 juga
mengatur tentang upaya untuk melestarikan lingkungan secara berkelanjutan serta mencegah
kerusakan lingkungan.5
B. Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hukum lingkungan di Indonesia, sebagai
berikut:6
1. Intervensi Politik Dan Kekuasaan Pada Saat Memformulasikan Peraturan Perundangan
di Bidang Lingkungan.
Kelemahan yang terdapat di berbagai Peraturan Perundangan sebagai akibat adanya
intervensi kepentingan pada tahap formulasi sudah merupakan hal yang menggloba yang
terjadi di seluruh dunia, penyebabnya dibalik terbentuknya suatu kebijakan/perundangan
ada pertentangan berbagai kepentingan baik kepentingan ekonomi, politik, kelompok
tertentu. Pada tahap formulasi masuknya berbagai kepentingan politik mempunyai kans
yang sangat besar, baik ditingkat lokal, nasional, maupun ditingkat global baik itu
kepentingan pengusaha (industrialis), kepentingan penguasa dan masyarakat. Selain itu
ditemukan berbagai kebijakan pemerintah yang bersifat politis, yang menimbulkan
kontroversi dan perdebatan, sebab tidak memperhatikan faktor-faktor lingkungan,
ekonomi, maupun sosial budaya masyarakat setempat, dimana dampak negatifnya
dianggap lebih banyak dari pada dampak positifnya.
2. Rendahnya Sumber Daya Manusia.
Rendahnya sumber daya manusia itu bisa berupa rendahnya kemampuan intelektual
para penegak hukum atau rendahnya moral para penegak hukum dalam memberi
keadilan kepada masyarakat. Rendahnya kemampuan intelektual dapat dilihat dari
lembaga yang diberi kewenangan untuk melakukan penegakan,pengawasan dan
pengelolaan lingkungan hidup sangat lamban bahkan tidak siap untuk menangani
berbagai permasalahan lingkungan yang semakin kompleks.
3. Mafia Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum Pidana Lingkungan.
Mafia peradilan sesungguhnya merupakan “penyakit” yang menghinggapi hampir
semua peradilan negara-negara didunia ini. Dalam konteks Indonesia, persoalannya
menjadi sangat serius karena fenomena mafia tersebut terlanjur berkembang secara

5
https://www.dslalawfirm.com/id/hukum-lingkungan/
6
Olivia Anggie Johar, Realitas Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia, dalam jurnal Ilmu
Lingkungan, Vol 15, No 1, 2021. Hlm 57-62.

5
sitematik dan terkesan sebagai suatu “budaya”. Tidak diragukan lagi bahwa praktek
peradilan yang dikendalikan oleh mafia, akan menimbulkan berbagai dampak negatif
yang merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan peradilan
tidak pernah berproses didalam ruang hampa, tetapi selalu berlangsung dengan
keterlibatan faktor-faktor perangkat hukum, mental aparat penegak hukum. Kondisi,
sosial politik, keadaan ekonomi, tersedianya fasilitator bantuan hukum, dan tingkat
pendidikan masyarakat. Di dalam proses peradilan masalah lingkungan hidup pihak-
pihak yang terlibat aktif dalam prosedur berpekara adalah Polisi, PPNS, Jaksa,
Pengacara, Hakim. Hukum memberikan mandat yang berbeda kepada para penegak
hukum ini. Setiap mandat hukum yang diberikan kepada para penegak hukum itu wajib
dilaksanakan dengan profesional yang berdasarkan ketentuan hukum. Tapi banyak dalam
kenyataannya, para penegak hukum yang mempunyai bekal legal technical kapasitas
yang cukup, menyalahgunakannya untuk kepentingan-kepentingan pribadi maupun
golongannya.
C. Hambatan Dalam Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang paling tercemar di Asia.
Bila ditelusuri penyebab terjadinya degradasi lingkungan di negeri ini maka akan terlihat
dengan jelas bahwa penegakan hukum tidak berjalan (Yudistiro, 2011). Mengapa demikian,
karena sampai detik ini berbagai kasus besar di bidang lingkungan belum dapat diselesaikan,
menurut ICEL. 2019 (Indonesian Center for Environmental Law) penyebabnya antara lain:7
1. Hukum belum dimuliakan sebagai panglima dalam menyelesaikan kasus-kasus
lingkungan hidup.
2. Unsur-unsur yang terdapat dalam penegakan hukum pidana lingkungan yaitu polisi,
jaksa, hakim, pengacara belum memiliki visi dan misi yang seirama di dalam menegakan
hukum lingkungan.
3. Keterampilann pengacara, masyarakat, polisi, aparatur lembaga pengelolaan lingkungan
hidup, jaksa dan pengadilan sangat terbatas, koordinasi dan kesamaan persepsi diantara
penegak hukum tidak memadai, tidak ada perencanaan yang sistematis dan jangka
panjang dalam melaksanakan penegakan hukum, dan kurang nya integritas dari penegakk
hukum yang dapat mempengaruhi proses penegakan hukum.
4. Pengawasan dan penegakan hukum tidak terencana, reaktif dan improvisatoris.

7
Ibid, Hlm. 62

6
5. Proses pengumpulan bahan keterangan penyidikan dan penuntutan dilakukan oleh
instansi yang berbeda-beda dengan kesenjangan pemahaman antara penegak hukum yang
berasal dari berbagai instansi, dan dengan koordinasi yang sangat lemah.
6. Belum meratanya pengetahuan dan pemahaman hakim dalam menangani kasus-kasus
sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup, terlebih pembangunan berkelanjutan
secara lebih luas. Kesenjangan pengetahuan dan pemahaman para hakim diperburuk
dengan tidak dikenalinya hakim ad hoc untuk mengatasi keawaman hakim di bidang
lingkungan dan sumber daya alam.
7. Masih rendahnya integritas para penegak hukum (aparat pemerintah, polisi, jaksa dan
hakim) yang mengancam indepedensi dan profesionalisme mereka.
Penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan secara preventif dan represif. Penegakan
hukum preventif berarti pengawasan aktif dilakukan terhadap kepatuhan atas peraturan tanpa
kejadian langsung yang menyangkut peristiwa konkrit yang menimbulkan dugaan bahwa
peraturan hukum telah dilanggar. Upaya ini dapat dilakukan dengan pemantauan dan
penggunaan kewenangan yang bersifat pengawasan. (Pasal 71 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 72,
Pasal 73, Pasal 74 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 75 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 8
D. Kebijakan Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia
Sejalan dengan terjadinya pergantian pemerintahan di Indonesia, pada tahun 2004 yang lalu
telah diadakan pemilihan umum untuk pertama kalinya memilih langsung Presiden RI, dan
terpilihlah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil
presiden. Dalam pemerintahannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004-2009. Dalam ketentuan Perpres Nomor 7 Tahun 2005 pada poin 8 tentang
Pemenuhan Hak Atas Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, dinyatakan bahwa
peningkatan akses masyarakat miskin dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup
dan sumber daya alam dilakukan melalui berbagai program. Program-program tersebut antara
lain.9
1. Program Pemanfaatan Sumber Daya Hutan. Di dalam program sumber daya hutan ini
tercakup 2 (dua) hal:

8
Nina Herlina, Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia, dalam
jurnal ilmiah galuh justisi, Vol 5, No 2, 2017. Hlm 7
9
Supriadi. Hukum Lingkungan di Indonesia, Sebuah Pengantar. (Jakarta: Sinar Grafika) 2008. Hlm 174-175

7
a) Pengembangan sistem pemanfaatan sumber daya alam yang berpihak pada masyarakat
dan memperhatikan pelestarian hutan;
b) Pengembangan hutan kemasyarakatan dan usaha perhutanan rakyat.
2. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. Di dalam program ini tercakup
8 (delapan) hal, yakni:
a) Restrukturisasi peraturan tentang pemberian Hak Pengelolaan Sumber Daya Alam;
b) Penguatan organisasi masyarakat adat/lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup;
c) Pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan tentang pengelolaan sumber daya alam
yang berkelanjutan, termasuk kearifan lokal;
d) Pengembangan sistem insentif bagi masyarakat miskin yang menjaga lingkungan;
e) Pengembangan kerja sama kemitraan dengan lembaga masyarakat setempat dan dunia
usaha dalam pelestarian dan perlindungan sumber daya alam;
f) Kerja sama dan tukar pengalaman dengan negara lain dalam meningkatkan kemampuan
konservasi sumber daya alam;
g) Rehabilitasi ekosistem (lahan kritis, lahan marginal, hutan bakau, terumbu karang, dan
lain-lain) berbasis masyarakat;
h) Meningkatkan dan mengefektifkan kerja sama antarnegara dalam mengatasi dan
mencegah perdagangan hasil alam yang dilakukan secara ilegal dan merusak alam.
3. Program pengembangan Kapasitas Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Di dalam
program ini terdapat 5 (lima) hal yang menjadi sorotan, yaitu:
a) Pengembangan sistem pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat;
b) Pengembangan sistem pengelolaan sumber daya alam yang memberikan hak kepada
masyarakat secara langsung;
c) Berorientasi kerja sama dengan perusahaan multinasional yang memanfaatkan sumber
daya alam dan lingkungan hidup agar lebih berpihak pada masyarakat miskin;
d) Kerja sama dan tukar pengalaman dengan negara lain dalam meningkatkan pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan;
e) Meningkatkan dan mengefektifkan kerja sama antarnegara dalam mengatasi dan
mencegah perdagangan hasil alam yang dilakukan secara ilegal dan merusak alam.
4. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup. Di dalam program ini mencakup:
Peningkatan peran sektor informal khususnya pemulung dan lapak dalam upaya pemisahan
sampah;

8
5. Penegakan hukum bagi pihak yang merusak sumber daya alam dan lingkungan hidup;Kerja
sama dan tukar pengalaman dengan negara lain dan lembaga internasional dalam mengatasi
dan mencegah pencemaran lingkungan hidup dan mengembangkan kode etik global bagi
perusahaan multinasional.
E. Contoh Kasus dan Penanganan Hukum
Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh sektor pertanian,
kehutanan, perikanan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran dan
reparasi mobil dan sepeda motor, sektor konstruksi, sektor transportasi dan pergudangan,
sektor real estate.10 Permasalahan yang timbul dalam mewujudkan tujuan untuk mewujudkan
lingkungan hidup yang berkelanjutan dihadapi oleh semakin banyaknya pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup yang terus bermunculan, khususnya di daerah Sumatera Utara,
Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi sudah menjadi berita yang silih berganti kita lihat
dan dengar, baik secara langsung maupun melalui media-media yang ada, seperti kasus
kehutanan (illegal/legal logging), banjir di bebarapa wilayah Kota Medan, sawah warga rusak
tercemar limbah pabrik kelapa sawit (Desember 2017), polusi udara Kota Medan terburuk ke-
4 dunia (Juni 2017) dan masih banyak lagi pencemaran dan/atau kerusakan yang terjadi sebagai
akibat dari kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup di Sumatera Utara.11
Kondisi tersebut menimbulkan berbagai permasalahan hukum lingkungan dalam
masyarakat akan tetapi belum dapat diselesaikan secara efektif padahal UU No 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disingkat dengan PPLH
sendiri sudah mengatur tentang kewajiban dan larangan bagi pelaku usaha untuk tidak
melakukan perbuatan yang mencemari dan merusak Lingkungan Hidup. Kualitas lingkungan
hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Tugas dan
kewenangan untuk memastikan lingkungan hidup yang berlanjutan tidak hanya menjadi
kewajiban pemerintah pusat saja, akan tetapi menjadi kewajiban dari pemerintah daerah
sebagai pemangku kepentingan berdasarkan prinsip otonomi daerah.
Semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan
pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal

10
http://www.sumutprov.go.id/untuk-dunia-usaha/perekonomian-daerah.
11
Affila, Penegakan Hukum Administratif Oleh Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pencegahan Pencemaran
Dan Perusakan Lingkungan Hidup, dalam jurnal Bina Hukum Ligkungan, Vol 3, No 2. 2019. Hlm. 138.

9
63 ayat (2) UUPPLH menjelaskan secara tegas tugas dan wewenang perintah Provinsi dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yakni: seperti menetapkan kebijakan tingkat
provinsi; menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi, menetapkan dan
melaksanakan, kebijakan mengenai RPPLH provinsi; menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL; menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam
dan emisi gas rumah kaca pada tingkat provinsi; mengembangkan dan melaksanakan kerja
sama dan kemitraan;. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup lintaskabupaten/kota; melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah
Kabupaten/kota; dan lain-lain sampai pada melakukan penegakan hukum lingkungan hidup
pada tingkat provinsi.
Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara disingkat DLH-SU sebagai institusi yang
menangani perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Pemerintahan Provinsi
Sumatera yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik dibidang administrasi umum, pengkajian tata lingkungan,
pengelolaan bahan,limbah berbahaya dan beracun, persampahan, pengendalian pencemaran
lingkungan dan kerusakan lingkungan hidup, penaatan dan peningkatan kapasitas lingkungan
hidup, dan tugas-tugas dekonstrasi dan pembantuan; mengacu kepada Peraturan Gubernur
Nomor 38 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera
Utara (Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 Nomor 39) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Gubernur Nomor 56 Tahun 2017 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 38 Tahun 2016 tentang
Susunan Organisasi Dinas- Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara (Berita Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2017 Nomor 56).
Tahun 2017, di wilayah Sumatera Utara telah diterima pengaduan sebanyak 19 pengaduan
diterima. Realisasi dari pengaduan yang disampaikan, 2(dua) perusahaan dikenakan sanksi
administrasi berupa paksaan pemerintah. 12 Penanganan atau penyelesaian kasus-kasus
lingkungan hidup yang di hadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara
dijalankan dengan mengacu kepada UUPPLH dan peraturan pelaksana yang terkait dengan
permasalahan dan bidangnya masing-masing. Penegakan hukum lingkungan di Indonesia
mencakup penataan dan penindakan (compliance and enforcement).13

12
Affila, Op. Cit. Hlm.145
13
Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional, Raja Grafindo Persada, 2014, hlm. 64

10
Penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup pada UUPPLH sebagaimana yang tercantum
pada Bab XIII Pasal 84 ayat (1) dinyatakan bahwa Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan. Pada bagian kedua tentang
penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup diluar pengadilan, dijelaskan dalam Pasal 85 (1)
bahwa: Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan mengenai:
1. Bentuk dan besar nya ganti rugi.
2. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau peruskan.
3. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau
perusakan; dan/atau,
4. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Beberapa instrumen pencegahan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
sudah di tuangkan dalam beberapa peraturan pemerintah daerah, baik pada tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota. Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota. Instrumen Perizinan, UKL-UPL, AMDAL, KLHS (Kajian
Lingkungan Hidup Strategi), dan Tata Ruang menempati urutan pertama sampai lima
terbanyak yang menjadi skala perhatian pemeritnah dalam menuangkan dan mengambil
kebijakan dalam kaitan pengelolaan dna pemanfaatan sumber daya alam.
Keseriusan pemerintah dalam mewujudkan kelestarian dan keberlangsungan fungsi
lingungan hidup di dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 1 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu Provinsi Sumatera Utara Pasal 1
angka 23, 25, dan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara Pasal 17. Dimana penentuan terjadinya
pencemaran lingkungan hidup dapat diukur melalui baku mutu lingkungan hidup, meliputi:
1. baku mutu air;
2. baku mutu air limbah;
3. baku mutu air laut;
4. baku mutu udara ambien;
5. baku mutu emisi;
6. baku mutu gangguan; dan
7. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.14

14
Pasal 20 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

11
Dan hasil penelitian dari contoh kasus tersebut yaitu, terdapat indikasi bahwa instrument-
instrumen pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang ditetapkan secara
jelas dalam UUPPLH belum semua dilaksanakan dan dijabarkan dalam setiap kebijakan
pemerintah daerah terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan. Efektifitas
pemberian sanksi administratif, ditinjau dari ilmu hukum pidana, kedudukan sanksi pidana
dalam hukum administrasi, adalah sebagai pilihan hukum atau pengguna sanksi yang
terakhir (ultimum remedium).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegakan hukum lingkungan merupakan tugas dan kewenangan Dinas Lingkungan Hidup.
Kewenangan tersebut dalam dilaksanakan dengan memjatuhan sanksi kepada pelaku
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Sanksi administratif, berupa teguran tertulis,
paksaan pemerintah, pembekukan izin lingkungan dan pencabutan izin lingkungan merupakan
wujud pelaksanaan tugas dari Dinas Lingkungan Hidup. Sanksi administratif menjadi sarana
yang lebih tepat untuk menindak pelaku sekaligus melakukan perbaikan terhadap pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup yang telah dilakukan. Pada sisi lain keberhasilan peengakan
hukum lingkungan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dari dinas Lingkungan Hidup
sendiri, yakni political will dari pemerintah, para pemangku kepentingan untuk menjaga
lingkungan, dukungan sumber daya manusia, pendanaan yang memadai bahkan mencukupi,
dengan mengintegrasikan kondisi dan potensi yang dimiliki daerah. Peningkatan peran
pengawasan dan daya eksekutor dari kelembagaan (Dinas Lingkungan Hidup) juga perlu lebih
di optimalkan.
B. Saran
Seharusnya kita lebih menjaga lingkungan sekitar kita, agar tidak terjadi pencemaran
lingkungan disekitar kita, seperti contoh kasus yang terdapat dalam makalah ini. Dan saran
untuk contoh kasusnya yaitu pelaksanaan fungsi tugas dan kewenangan Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara dalam memastikan terjaminnya perlindungan dan kelestarian
lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pemberian sanksi administratif harus mengedepankan tujuan pemulihan
lingkungan hidup yang tercemar atau rusak. Untuk itu perlu dukungan dari semua aspek, agar
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya eksekutorial dari setiap
keputusan yang telah diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup dapat di optimalkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Akib, Muhammad. Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional. Raja Grafindo
Persada. 2014

Hardjasoemantri, Kusnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi Kelima, Cetakan Kesepuluh.


(Gajah Mada University Press, Yogyakarta) 1993

Husin, Sukanda. Penegakan Hukum Lingkungan Indoesia. Edisi pertama. (Sinar Grafika:
Jakarta) 2009

Siahaan, N.H.T. Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan. Edisi kedua. (Erlangga:
Jakarta) 2004

Supriadi. Hukum Lingkungan di Indonesia, Sebuah Pengantar. (Jakarta: Sinar Grafika) 2008

Jurnal

Affila, Penegakan Hukum Administratif Oleh Dinas Lingkungan Hidup Dalam Pencegahan
Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup, dalam jurnal Bina Hukum Ligkungan, Vol 3,
No 2. 2019

Nina Herlina, Permasalahan Lingkungan Hidup Dan Penegakan Hukum Lingkungan di


Indonesia, dalam jurnal ilmiah galuh justisi, Vol 5, No 2, 2017

Olivia Anggie Johar, Realitas Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia,


dalam jurnal Ilmu Lingkungan, Vol 15, No 1, 2021

Media/Web

https://www.dslalawfirm.com/id/hukum-lingkungan/

http://riana.tblog.com/archive/2009/03

http://www.sumutprov.go.id/untuk-dunia-usaha/perekonomian-daerah.

UU No. 32 Tahun 2009

14

Anda mungkin juga menyukai