Puja Junia Faselfa (ANALISIS JURNAL INTERVENSI HIPOGLIKEMIA)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

KEPERAWATAN KRITIS
Intervensi Keperawatan Kegawad Daruratan

Oleh
Meliza Ella Qadrina

183310814

Dosen Pengampu

Ns. Nova Yanti. M.Kep. S,Kep.MB

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TA 2021/2022
ANALISIS PICO

Judul : Kepatuhan minum obat hipoglikemia oral terhadap kadar gula darah dan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus tipe II

Jurnal : oleh (Yuni Rahmayanti & Putri Karlina) Jurnal Aceh Medika, 1(2), 49-55 Oktober
2017

ANALISIS KETERANGAN

P Pasien : Semua pasien yang pasien DM tipe 2 di wilayah kerja


Patient, Puskesmas Purwokerto Selatan, yang mengalami DM dan telah mendapat
Population pengobatan secara farmakologis dari puskesmas tetapi masih mengalami
naik turun gula darahnya
, Problem
Sample : Sampel 153 orang
Masalah : Pengaruh Terapi Relaksasi Terhadap Kontrol Glikemik Pada
Pasien Diabetes

I Penelitian ini memiliki tipe penelitian kuantitatif desain quasi experiment


Intervention, with pre-post test control group. Penelitian ini bermaksud untuk
Prognostic menganalisis pengaruh terapi relaksasi terhadap kadar glukosa darah pada
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Selatan.
Factor, atau
Intervensi dilakukan setiap hari selama 4 minggu. Pemilihan sampel yang
Exposure masuk kelompok control maupun kelompok intervensi dilakukan secara
acak sederhana, dimana responden yang memenuhi syarat di beri nomor,
yang bernomor genap masuk dalam kelompok control dan nomor ganjil
masuk dalam kelompok intervensi.

C Penelitian ini menemukan hal yang berbeda dengan penelitian yang pernah
Comparison atau dilakukan oleh O’Hara (2006) yang menemukan bahwa terapi relaksasi
Pembanding memberikan hasil yang signifikan terhadap penurunan stres hingga
Intervention
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Namun penelitian ini
menemukan hal yang berbeda. Penelitian menemukan bahwa tindakan
relaksasi yang dilakukan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 untuk
penurunan kadar gula dalam darah ternyata tidak terjadi secara signifikan
O Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah dapat ditetapkan dari
Outcome
penelitian ini adalah bahwa Terapi relaksasi tidak cukup signifikan untuk
menurunkan kadar gula dalam darah pada pasien diabetes mellitus. dapat
dilihat bahwa rata-rata kadar gula darah pada pengukuran pertama adalah
211,07 dengan standar deviasi 127,232. Pada pengukuran kedua didapat rata-
rata kadar gula darah adalah 209,53 dengan standar deviasi 86,643. Hasil uji
statistic didapatkan nilai P value 0,957. Maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah pengukuran pertama dan
kedua pada kelompok perlakuan

Penjelasan :
Pengobatan DM bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Pencegahan komplikasi dilakukan dengan cara menjaga
kestabilan gula darah dengan pengobatan secara rutin seumur hidup karena DM
merupakan penyakit seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan secara permanen.
Cara menjaga kestabilan gula darah dilakukan dengan cara menjaga kepatuhan minum
obat hipoglikemia. Kepatuhan minum obat dalam penyakit kronis menurut WHO
adalah sikap dan perilaku pasien dalam minum obat secara teratur baik dosis,
frekuensi, waktu, serta perubahan gaya hidup. Kepatuhan minum obat dilihat dari
kesesuaian riwayat jumlah obat yang dikonsumsi dengan obat yang diresepkan.

Pasien DM maka kemungkinan besar akan mempengaruhi jumlah kadar gula


dalam darah yang artinya terapi relaksasi juga tidak memberikan hasil yang optimal.
Ke- empat, adanya responden yang tidak mengkonsumsi obat DM sehingga kadar
gula dalam darahnya menjadi sangat tidak terkontrol. Padahal secara teori,
menyebutkan bahwa kombinasi antara terapi farmakologis dan terapi relaksasi akan
memberikan hasil yang baik terhadap penurunan kadar gula dalam darah.

.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI TERHADAP
KONTROL GLIKEMIK PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS DI PURWOKERTO
EFFECT OF RELAXATION THERAPY glycemic control
in patients DIABETES MELLITUS IN PURWOKERTO

Wahyu Ekowati , Asep Iskandar, Made Sumarwati


Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

Introduction : Diabetes mellitus is a condition that occurs when the body can't use
glucose normally. Glucose is the main source of energy for the body's cells. The levels
of glucose in the blood are controlled by a hormone called insulin, which is made by
the pancreas. Insulin helps glucose enter the cells.
Objective : to know the influence of relaxation therapy to reduce levels of glucose in
the blood of diabetes mellitus in South of Purwokerto.
Methode : Quasy experiment with device of research of pre-test-post-test with control
group. Statistic analisys used this research is statistical analysis paired t-test.
Result : The average of pre-test and post test control are 148,93 and 141,20. Result
test paired samples t-test p value 0,420. The average of pre-test and post test
experiment are 211,07 and 209,53. Result test paired samples t-test p value 0,957.
Conclusion : Relaxation therapy has not influence to reduce levels of glucose in the
blood of diabetes mellitus.
Keyword : Diabetes mellitus, the levels of glucose in the blood, relaxation therapy

PENDAHULUAN orang) menderita DM dan sebesar 11%


dari jumlah tersebut merupakan
Diabetes Mellitus (DM) kelompok pradiabetes. Diprediksikan
merupakan masalah kesehatan global. jumlah kedua kelompok tersebut akan
DM adalah gangguan sistem endokrin terus meningkat. Hasil Riset Kesehatan
yang dikarakteristikkan oleh fluktuasi Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa
kadar gula darah yang abnormal, Tengah (2007) menunjukkan bahwa
biasanya berhubungan dengan defect proporsi penyebab kematian akibat
produksi insulin dan metabolisme penyakit DM pada kelompok usia 45-54
glukosa (Dunning, 2003). Hasil survei tahun di daerah perkotaan menduduki
yang dilakukan Depkes (2008), ranking ke-2 yaitu 14,7%. Pada daerah
menunjukkan bahwa saat ini terdapat perdesaan, penyakit DM menduduki
5,7% dari jumlah penduduk Indonesia ranking ke-6 yaitu 5,8%.
(sekitar 12 juta
65 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, (1) Januari 2013, Hal. 64-74

Kabupaten Banyumas menempati melalui glikogenolisis, dampaknya akan


peringat tertinggi kelima yaitu sebanyak meningkatkan sirkulasi asam lemak
1,9% setelah Kabupaten Cilacap, bebas. Growth hormon, menurunkan
Kabupaten Kota Tegal, Surakarta, dan pengambilan glukosa oleh jaringan,
Pemalang. kemungkinan melalui penurunan
Diabetes mellitus atau DM reseptor insulin. Dan yang terakhir
sering disebut sebagai “silent killer” adalah glukokortikoid, terutama kortisol
atau tidak menunjukkan tanda dan gejala yang akan menopang aksi glukagon.
(O’Hara, 2006). DM merupakan suatu Selain itu glukagon juga akan
penyakit yang bersifat kronis, tidak menurunkan penggunaan insulin oleh
dapat disembuhkan, hanya bisa perifer, meningkatkan glikogenolisis dan
dikontrol dengan pola hidup sehaat dan glukoneogenesis (Bullock and Henze,
obat- obatan (Beever, 2006). Seseorang 2000). Semua faktor tersebut cenderung
yang telah dididiganosis menderita membuat kadar gula darah semakin
penyakit kronis atau penyakit serius meningkat sehingga pasien memerlukan
seperti DM merupakan suatu kondisi intervensi medis dan intervensi
yang menyetreskan (stressful). Stress keperawatan (Elliot & Izzo, 2006).
pada pasien DM akan memicu Salah satu intervensi
pengeluaran beberapa hormone yang keperawatan yang dapat dilakukan
berkontribusi dalam meningkatkan adalah dengan terapi komplementer.
kadar gula darah, yaitu glucagon, Terapi ini bersifat pengobatan alami
epinefrin, growth hormone dan untuk menangani penyebab penyakit dan
glukokortikoid. Glukagon aksinya memacu tubuh sendiri untuk
berlawanan dengan insulin. Glukagon menyembuhkan penyakitnya. Terapi
merupakan hormon utama untuk komplemeter antara lain terapi herbal,
menaikkan kadar gula darah dengan cara latihan nafas, meditasi dan relaksasi (Xu
menstimulasi glikogenolisis, lipolisis Yu, 2004). Teknik relaksasi pertama kali
dan glukoneogenesis. Epinefrin dikemukan oleh Dr. Herbert Benson
memobilisasi glukosa cadangan (1976). Ia
telah menemukan, bahwa meditasi akan
METODE PENELITIAN
mengarah pada pengaturan perubahan
Penelitian ini memiliki tipe
fisiologik dalam menghadapi respon
penelitian kuantitatif desain quasi
fight-or-flight, meliputi penurunan
experiment with pre-post test control
konsumsi oksigen, denyut jantung,
group. Penelitian ini bermaksud untuk
frekuensi pernafasan dan laktat darah.
menganalisis pengaruh terapi relaksasi
Penanganan keperawatan dengan teknik
terhadap kadar glukosa darah pada
ini akan menurunkan efek endokrin dari
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja
stres kronik (Craven and Hirnie, 2000).
Puskesmas Purwokerto Selatan.
Studi pendahuluan tahun 2010
Intervensi dilakukan setiap hari selama 4
yang dilakukan di Purwokerto Selatan,
minggu. Pemilihan sampel yang masuk
ditemukan jumlah penderita DM
kelompok control maupun kelompok
sebanyak 152 orang. Dari penelitian
intervensi dilakukan secara acak
sebelumnya oleh Anam (2010)
sederhana, dimana responden yang
ditemukan sekitar 65% pasien DM
memenuhi syarat di beri nomor, yang
mengalami depresi. Berdasarkan
bernomor genap masuk dalam
wawancara dengan petugas posyandu
kelompok control dan nomor ganjil
lansia di salah satu wilayah kerja
masuk dalam kelompok intervensi.
Puskesmas Purwokerto Selatan, lansia
Sampel dihitung dengan menggunakan
yang mengalami DM dan telah
perkiraan 25% dari populasi. Populasi
mendapat pengobatan secara
pasien DM di wilayah kerja Puskesmas
farmakologis masih mengalami naik
Purwokerto Selatan 152. Dengan
turun gula darahnya. Penggunaan terapi
demikian 25% dari 152 adalah 37 orang.
nonfarmakologia atau terapi
Untuk menghindari drop out peneliti
komplementer, relaksasi pada perawatan
menambah 10% sampel sehingga
pasien DM di Purwokerto Selatan belum
menjadi 40 sampel dibagi menjadi dua,
dilakukan.
yaitu 20 responden untuk masing-
masing kelompok intervensi dan kontrol.
Namun saat penelitian dilakukan,
67 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 64-74

responden yang memenuhi kriteria data univariat dan untuk mengetahui


inklusi adalah 15 pada kelompok pengaruh terapi relaksasi terhadap
perlakuan dan 15 pada kelompok control glikemik dilakukan uji t paired
kontrol. Tahap pertama adalah test
pengolahan data, setelah data terkumpul
dilakukan editing yaitu memeriksa
kelengkapan data, memberikan koding
HASIL DAN
PEMBAHASAN
entri data ke komputer. Lalu dilakukan
a. Karakteristik responden
analisis
Distribusi data karakteristik klien
menurut umur disajikan pada Tabel 1

Usia (Tahun) Kelompok


Perlakuan Kontrol
n % n %
< 40 1 6,67 0 0
40-50 2 13,33 2 13,33
51-60 2 13,33 4 26,67
>60 10 66,67 9 60
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui Karakteristik responden kelompok


bahwa responden diabetes mellitus kontrol yang berusia kurang dari 40
kelompok perlakuan yang berusia tahun tidak ada, usia 40-50 tahun
kurang dari 40 tahun berjumlah 1 berjumlah 2 orang (13,33%), usia 51-
orang (6,67%), usia 40-50 tahun 60 tahun berjumlah 4 orang (26,67%)
berjumlah 2 orang (13,33%), usia 51- dan berusia lebih dari 60 tahun
60 tahun berjumlah 2 orang (13,33%) berjumlah 9 orang (60%).
dan berusia lebih dari 60 tahun
Distribusi data karakteristik klien menurut
berjumlah 10 orang (66,67%).
jenis kelamin disajikan pada Tabel 2

Jenis Kelamin Perlakuan Kontrol Orang %


Laki-laki 3 1 4 13,33
Perempuan 12 14 26 86,67
Jumlah 15 15 30 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui (13,33%), sedangkan yang berjenis


bahwa responden berjenis kelamin laki- kelamin perempuan sebanyak 26 orang
laki yaitu sebanyak 4 orang (86,67%).
Distribusi data karakteristik responden
menurut tingkat pendidikan disajikan
pada Tabel 3

Pendidikan Perlakuan Kontrol


n % n %
SD 1 6,67 1 6,67
SMP 2 13,33 2 13,33
SMA 10 66,67 11 73,33
PT 2 13,33 2 6,67
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat kontrol responden yang berlatar


diketahui bahwa responden yang belakang pendidikan SD adalah 1 orang
berlatar belakang pendidikan SD pada (6,67%), SMP berjumlah 2
kelompok perlakuan adalah 1 orang orang (13,33%), SMA berjumlah 11
(6,67%), SMP berjumlah 2 orang (73,33%) dan perguruan tinggi
orang (13,33%), SMA berjumlah 10 ada 1 orang (6,67%).
orang (66,67%) dan perguruan tinggi Distribusi data karakteristik responden
2 orang (13,33%). Pada kelompok menurut tingkat pendidikan
disajikan pada Tabel 4

Penghasilan Perlakuan Kontrol


n % n %
< 1 juta 1 6,67 1 6,67
1 – 2 juta 12 80 13 86,66
> 2 juta 2 13,3 1 6,67
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 4 tersebut diatas dapat berpenghasilan kurang dari satu juta
diketahui bahwa responden kelompok setiap bulan berjumlah 1 orang (6,67%),
perlakuan yang berpenghasilan kurang berpenghasilan satu hingga dua juta
dari satu juta setiap bulan berjumlah 1 berjumlah 13 orang (86,66%), dan
orang (6,67%), berpenghasilan satu berpenghasilan lebih dari 2 juta
hingga dua juta berjumlah 12 orang berjumlah ada 1 orang (6,67%).
(80%), dan berpenghasilan lebih dari 2
juta berjumlah 2 orang (13,33). Pada Distribusi data karakteristik responden
kelompok kontrol yang menurut lama menderita penyakit
DM disajikan pada Tabel 5
69 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 64-74

Perlakuan Kontrol
Lama DM n % n %
< 2 tahun 2 13,33 1 6,67
2 - 4 tahun 3 20 2 13,33
> 4 tahun 10 66,67 12 80
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 1.5 tersebut diatas kontrol yang menderita diabetes mellitus
dapat diketahui bahwa responden kurang dari 2 tahun berjumlah 1 orang
kelompok perlakuan yang menderita (6,67%), lama
diabetes mellitus kurang dari 2 tahun penyakit 2-4 tahun berjumlah 2 orang
berjumlah 2 orang (13,33%), lama (13,33%), dan lama penyakit lebih dari
penyakit 2-4 tahun berjumlah 3 orang 4 tahun berjumlah 12
(20%), dan lama penyakit lebih dari 4 orang (80%).
tahun berjumlah 10 orang (66,67). Tabel 2.1 Kadar gula darah responden
Pada kelompok sebelum dan sesudah dilakukan terapi
relaksasi pada kelompok kontrol

Variabel Mean Sd SE P Value N


Kadar Gula darah 148,93 71,741 18,853 0,420 15
pengukuran 1
Kadar Gula darah 141,20 52,872 13,393
pengukuran 2

Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat nilai P value 0,420. Maka dapat
disimpulkan bahwa rata-rata kadar gula disimpulkan tidak ada perbedaan yang
darah pada pengukuran pertama adalah signifikan antara kadar gula darah
148,93 dengan standar deviasi 71,741. pengukuran pertama dan kedua pada
Pada pengukuran kedua didapat rata-rata kelompok kontrol
kadar gula darah adalah 141,20 dengan Tabel 2.2 Kadar gula darah responden
standar deviasi 52,872. Hasil uji sebelum dan sesudah dilakukan terapi
statistic didapatkan relaksasi pada kelompok perlakuan

Variabel Mean Sd SE P Value N


Kadar Gula darah 211,07 127,232 32,851 0,957 15
pengukuran 1
Kadar Gula darah 209,53 86,643 22,371
pengukuran 2
Berdasarkan tabel 2.2 diatas pada pasien diabetes mellitus tipe 2
dapat dilihat bahwa rata-rata kadar gula untuk penurunan kadar gula dalam darah
darah pada pengukuran pertama adalah ternyata tidak terjadi secara signifikan.
211,07 dengan standar deviasi 127,232. Antara kelompok perlakuan dan
Pada pengukuran kedua didapat rata-rata kelompok kontrol tidak menunjukkan
kadar gula darah adalah 209,53 dengan perbedaan yang signifikan. Artinya
standar deviasi 86,643. Hasil uji statistic bahwa tindakan relaksasi yang
didapatkan nilai P value 0,957. Maka dilakukan oleh pasien diabetes tidak
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan dapat menurunkan kadar gula dalam
yang signifikan antara kadar gula darah darahnya. Salah satu penyebab tidak
pengukuran pertama dan kedua pada terjadinya penurunan kadar gula dalam
kelompok perlakuan darah pada pasien diabetes disebabkan
Hasil penelitian yang dilakukan karena kemungkinan tidak dilakukannya
oleh tim menunjukkan bahwa tidak tindakan relaksasi secara optimal oleh
terdapat perbedaan yang signifikan pasien. Seharusnya terapi relaksasi
antara terapi relaksasi yang dilakukan dilakukan selama 15-20 menit selama 5
pada responden kelompok perlakuan dan kali dalam sehari. Hal tersebut dilakukan
responden kelompok kontrol. Penelitian selama 4 minggu. Namun hal yang
ini menemukan hal yang berbeda terjadi sebagian besar responden hanya
dengan penelitian yang pernah melakukan 1 kali dalam sehari selama
dilakukan oleh O’Hara (2006) yang 15-20 menit. Dampaknya maka kontrol
menemukan bahwa terapi relaksasi penurunan terhadap kadar gula dalam
memberikan hasil yang signifikan darah menjadi tidak optimal.
terhadap penurunan stres hingga Kemungkinan lain adalah adanya
penurunan tekanan darah pada pasien pengendalian terhadap kontrol diet atau
hipertensi. Namun penelitian ini nutrisi yang dikonsumsi pasien diabetes.
menemukan hal yang berbeda.
Penelitian menemukan bahwa tindakan
relaksasi yang dilakukan
71 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 64-74

Secara teori relaksasi dapat reseptor GABA menyebabkan


menenangkan otak dan memperbaiki berkurangnya hambatan terhadap
(memulihkan tubuh), relaksasi yang timbulnya kecemasan dan memudahkan
dilakukan secara teratur dapat digunakan reaksi stress (Ferrare et al. 1993 dalam
untuk menurunkan stres dan depresi Sholeh 2006). Dengan demikian dapat
(Dorbyk, 2007; Glickman, 2007). dipahami bahwa dalam kondisi senang,
Berdasarkan penelitian Bonadonna tenang dan optimistik, sekresi kortisol
(2008) juga telah melakukan penelitian dan antagonis GABA dan sintesis
pada populasi dengan kanker, GABA positif normal.
fibromyalgia, hipertensi dan psoriasis Sejumlah studi menunjukkan
tentang dampak relaksasi pada penyakit hubungan antara diabetes dan depresi
kronis. Hasilnya menunjukkan adanya (Anderson, et al. 2001). Hal tersebut
penurunan gejala dan tanda fisik dan merupakan masalah kesehatan yang
psikologis, meliputi penurunan penting sebab gangguan depresi
kecemasan, nyeri, depresi dan stres. umumnya dihubungkan dengan masalah
Penelitian ini menyarankan relaksasi penyakit kronik seperti DM (Finkelstein
bagi pasien dengan penyakit kronis. et al. 2003). Hubungan antara DM dan
Secara fisiologis relaksasi dapat depresi sedikit diketahui (Jack, et al.
menurunkan stress. Dengan relaksasi, 2004 dalam Wu Shu Fang, 2007),
hipothalamus akan mengatur dan walaupun DM meningkatkan risiko
menurunkan aktifitas sistem saraf depresi dengan prevalensi dari 15-40%
simpatis dan menyebabkan dilatasi (Dunning, 2003).
arteriolar. Penelitian menunjukkan
bahwa DM dianggap stressor bagi
Pada keadaan stress, terdapat pasien. Berdasarkan konsep
substansi yang menyerupai beta psikoneuroimunologi, secara integral
carboline, yaitu antagonis GABA yang amigdala mengirimkan informasi kepada
diduga menyebabkan penurunan locus coeruleus yang memicu sistem
jumlah (down regulate) otonom kemudian
ditransmisikan ke hipotalamus sehingga Jika kondisi stres bisa dikendalikan
terjadi sekresi CRF. Dalam kaitannya maka penurunan kadar gula dalam darah
terhadap kadar gula darah, sebagai juga dapat menurun.
respon terhadap CRF, pituitary anterior Penelitian yang dilakukan oleh
mengeluarkan adrenocorticotrophic tim yang menemukan hasil berbeda dari
hormone teori kemungkinan disebabkan oleh
(ACTH) dalam darah. ACTH di beberapa faktor penyebab. Pertama,
transportasikan menuju kelenjar adrenal. terapi relaksasi tidak mencapai hasil
ACTH menstimulasi produksi kortisol yang optimal karena saat melakukan
dalam kortek adrenal. Kortisol terapi, responden tidak melakukannya
dikeluarkan dalam aliran darah, secara sempurna sesuai petunjuk atau
menyebabkan peningkatan kadar gula pedoman. Kedua, terapi relaksasi
darah, asam lemak dan asam amino dilakukan tidak secara teratur oleh
(Smeltzer & Bare, 2008). Ketika responden. Idealnya terapi relaksasi
individu dengan kondisi demikian dilakukan 5-10 kali setiap hari dengan
mendapatkan terapi relaksasi maka otak durasi masing-masing 15-20 menit dan
akan mendapatkan suplay oksigen yang jarak antar terapi 3-4 jam sekali. Jika
optimal. Oksigen yang memenuhi responden tidak secara tertib
seluruh area otak akan beredar seiring melakukannya maka kemungkinan
dengan denyut jantung untuk hasilnya juga tidak optimal. Ketiga,
didistribusikan ke seluruh organ tubuh. kemungkinan adanya kontrol diet atau
Kondisi ini akan membantu tercapainya nutrisi yang dikonsumsi oleh responden.
kestabilan kerja kelenjar adrenal untuk Jika selama menjalani terapi ini
memproduksi hormon penenang yang responden melanggar diet DM diluar
akan berdampak pada menurunkan stres. konsumsi yang seharusnya dilakukan
Hal ini bertolak belakang dengan oleh pasien DM maka kemungkinan
dampak dari stres itu sendiri dimana besar akan mempengaruhi jumlah kadar
pada kondisi stres maka kadar gula gula dalam darah yang artinya terapi
dalam darah pasien DM akan relaksasi juga tidak
mengalami peningkatan.
73 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 64-74

memberikan hasil yang optimal. Ke-


SIMPULAN DAN SARAN
empat, adanya responden yang tidak
mengkonsumsi obat DM sehingga kadar Simpulan yang dapat ditetapkan
gula dalam darahnya menjadi sangat dari penelitian ini adalah bahwa Terapi
tidak terkontrol. Padahal secara teori, relaksasi tidak cukup signifikan untuk
menyebutkan bahwa kombinasi antara menurunkan kadar gula dalam darah
terapi farmakologis dan terapi relaksasi pada pasien diabetes mellitus.
akan memberikan hasil yang baik Saran untuk terapi relaksasi
terhadap penurunan kadar gula dalam akan mendapatkan hasil yang optimal
darah. Penyebab selanjutnya adalah untuk menurunkan kadar gula dalam
adanya komplikasi penyakit DM yang darah pasien DM dengan lebih
multicausa sehingga mempersulit mengoptimalkan frekuensi yaitu terapi
tercapainya penurunan kadar gula dalam dilakukan 5-10 kali setiap hari dengan
darah. durasi masing- masing 15-20 menit dan
jarak antar terapi 3-4 jam sekali dalam
sehari.

DAFTAR PUSTAKA Bonadonna, R.C. 2008. Metabolic


abnormalities underlying the
different prediabetic
Anderson, R.J., Freeland, K.E., Clouse, phenotype in obese
R.E., & Lustman, P.J. (2001). adolescents. J.Clin
The prevalence of comorbid Endocrinol Metab. 93 (5):
depression in adults with 1767-73
diabetes. Diabetes Care, 24. Craven & Hirnie. 2000. Controlling
http://www.care.diabetesjou Blood Glucose Through
r nal, Relaxation Therapy.
Beever, S. 2006. New Type http://www.diabetes.org/diab
2 Diabetes Cases etesresearch/summaries/mcgi
Have Doubled in 30 Years nnis-biofeedback-
: Health Reporter, relaxation.jsp,
http:////www.medicinet.com Dorbyk. 2007. Kelley, M.B. (1999).
Bullock, B.L. & Henze, B. (2000). Relaxation on Diabetes Mellitus.
Focus on Pathophysiology. Charlotte : University of North
Lippincott Williams & Wilkins Carolina. Diperoleh tanggal 28
Oktober 2006
http://www.psych.uncc.edu
Elliot, W. & Izzo, W. 2006. Effect of
devide guided breathing to
lower blood pressure. Case
report & clinical overview.
Medscape General Medicine, 82
(3).
Finkelstein, M.M. 2003. The prevalence
of diabetes among overweight
and obese individuals is higher
in poorer than in richer
neighbourhoods. Canadian
Journal of Diabetes. 190-8.
Glickman, Sacharko. 2007. Tai Chi
&Qi Gong Managing
Diabetes with Relaxation and
Exercise.
www.taichinetwork.org.
Sholeh, M. 2006. Terapi salat tahajud:
Menyembuhkan berbagai
penyakit. Bandung: Mizan
Publika.
Wu Shu Fang. 2007. Effectiveness of
self management for person with
type 2 diabetes following the
implementation of a self-
efficacy enhancing intervention
program in Taiwan.
Queensland:
Quensland university of
Technology
Xu Yu. 2004. Complementary &
alternative therapies as
physiology & modalities
implication for nursing,
education & research. Home
health care management practice
(1084-8223) :vol 1

Anda mungkin juga menyukai