22.1 Terapi-Aktivitas-Kelompok

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Terapi aktivitas kelompok (TAK)

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


A.      Defenisi TAK
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi hubungan satu
sama lain, saling terkait dan mengikuti norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
merupakan terapi yang dilakukan atas kelompok penderita bersarna-sarna dengan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku
lama yang maladaptif.
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap
sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
antar anggota.
B.       Jenis – Jenis TAK
Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling banyak ditemukan
dikelompokkan sebagai berikut :
         TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudahsampai pada tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehatsecara fisik.
         TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori)
         TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah dapat mengontrol halusinasinya, klien
paham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik).
         TAK stimulasi persepsi: halusinasi (untuk klien dengan halusinasi).
         TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan harga diri rendah).
         TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan
marahnya secara konstruktif, klien menarik diri  yang telah dapat berhubungan dengan orang lain
secara bertahap dan sehat secara fisik)

C.      Manfaat TAK
Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai manfaat terapeutik, yaitu manfaat
umum, khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
a. Manfaat umum
1.      Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik
dengan atau dari orang lain.
2.      Melakukan sosialisasi.
3.      Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

b. Manfaat khusus
1.      Meningkatkan identitas diri.
2.      Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3.      Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.

c. Manfaat rehabilitasi
1.         Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
2.         Meningkatkan keterampilan sosial.
3.         Meningkatkan kemampuan empati.
4.         Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.
D.      Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi aktivitas
kelompok adalah sebagai berikut :
a)        Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana,
kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika
memungkian biaya dan keuangan.
b)       Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan.
         Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
         Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan
yang akan terjadi.
         Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa
dirinya.
c)        Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
d)       Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami
terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

E.   Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.


         Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
         Sebagai leader dan co leader
         Sebagai fasilitator
         Sebagai observer
         Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

F.       Pengorganisasian
1.    Waktu : 45 menit
2.    Tempat : Ruang  Singgalang RSJ Medan Provinsi Sumatera Utara
3.    Hari dan tanggal : Sabtu, 29 September 2012
4.    Jam : 10.00 WIB
5.    Tim Terapis

a.       Leader
Tugasnya:
         Menyusun rencana pembuatan proposal
         Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
         Merencanakan dan mengontrol therapi aktifitas kelompok
         Membuka aktifitas kelompok
         Memimpin diskusi dan therapi aktifitas kelompok
         Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya untuk
memperkenalkan diri
         Membacakan tujuan therapi aktivitas kelompok
         Membacakan tata tertib

b.      Co-leader
Tugasnya:
         Membantu leader mengorganisasi anggota
         Apabila therapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
         Menggerakkan anggota kelompok
         Membacakan aturan main

c.      Fasilitator
Tugasnya :
         Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
         Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d.      Observer
Tugasnya :
         Mengobservasi jalannya therapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan
penutup.
         Mencari serta mengarahkan respon klien
         Mencatat semua proses yang terjadi
         Memberi umpan balik pada kelompok
         Melakukan evaluasi pada therapi aktifitas kelompok
         Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
         Membacakan kontrak waktu

G.      Klien
1.    Karakteristik pasien
         Klien sehat secara fisik
         Klien dalam keadaan tenang, kooperatif, dan dapat berinteraksi
         Klien yang mengalami halusinasi namun halusinasinya sudah terkontrol
2.    Proses Seleksi
Proses Seleksi dilakukan dengan cara mengobservasi klien selama beberapa hari.

H.      Metode dan Media


a.    Metode
      Dinamika Kelompok
b.    Media
         Hp dan Speaker Musik                
         Meja dan kursi
         Kertas Minyak
         Bambu
         Tali atau benang
         Gunting dan Lem kertas
         Spidol
         Papan nama

I.        Pembagian Tugas
Leader                  : ......
Co Leader            : ......
Observer               :   ......             
Fasilitator 1          : ......
Fasilitator 2          :   .......                            
Fasilitator 3          :    .........                           
                               
J.      Tata Tertib TAK
a)    Peserta bersedia mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok
b)    Peserta hadir 5 menit sebelum acara dimulai
c)    Peserta tidak boleh makan, minum, atau merokok
d)   Peserta tidak meninggalkan tempat sampai acara selesai
e)    Meminta izin dengan mengacungkan tangan ketika ingin ke toilet
f)     Seluruh peserta harus bermain secara sportif
g)    Peserta harus menerima keputusan dan hasil akhir.
h)    Jika ada anggota melakukan hal-hal yang sangat mengganggu jalannya TAK, maka anggota
tersebut dikeluarkan dari kegiatan terapi.
i)      Apabila waktu TAK telah habis sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, tapi TAK belum
selesai akan diminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu sampai TAK selesai.

K.       Proses Pelaksanaan
1.      Orientasi
      Salam perkenalan/salam terapeutik
      Validasi dan menanyakan perasaan klien
      Kontrak waktu
      Penjelasan tujuan diadakan TAK dan aturan mainnya
2.      Kerja
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
         Fasilitator mempersiapkan peralatan
         Klien ada 6 dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing berpasangan
         Memainkan musik dan membuat satu buah layang-layang dengan bahan yang sudah
disediakan oleh fasilitator.
         Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan

Kriteria Penilaian:
         Keindahan dan kerapian
         Kekompakkan dalam melakukan permainan.

3.      Terminasi
           Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
           Evaluasi respons objektif (observasi perilaku klien selama kegiatan dikaitkan dengan
tujuan)
           Tindak lanjut (apa yang dapat dilaksanakan setelah TAK)
           Kontrak yang akan datang (dilakukan oleh perawat ataupun mahasiswa lain)

L.     Program Antisipasi
1.    Bila anggota menghindar setiap pertemuan, maka leader harus memberitahukan anggota
tersebut dan mengatur mereka berbicara langsung kepada kelompok
2.    Bila dalam kegiatan tersebut ada anggota yang membicarakan hal lain dalam diskusi, leader
harus memfokuskan pembicaraan
3.    Bila ada anggota yang menggunakan kekerasan fisik, maka leader menegaskan bahwa hal
tersebut tidak dikehendaki
4.    Bila ada anggota kelompok keluar dari kegiatan therapi kelompok, maka anggota kelompok
yang bersangkutan harus membicarakan dengan anggota kelompok lain
5.    Bila ada anggota diskusi diam, maka fasilitator harus berberan aktif
6.    Bila ada hal-hal di luar perencanaan, maka melibatkan perawat ruangan

M.   Kriteria Evaluasi
1.      Persiapan:
a.       Therapis
         Identifikasi masalah klien 1-2 hari sebelum therapi dimulai
         Mempersiapkan sarana dan prasarana
         Kontrak waktu waktu dengan klien 1 hari sebelum pelaksanaan
b.      Peserta
         Klien siap mengikuti terapi 1 hari sebelum pelaksanaan
         Peserta hadir 5 menit sebelumnya
         Peserta mematuhi tata tertib yang telah ditentukan

2.      Proses
      Tepat waktu
      Terapis berfungsi sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing
      Terapis mengantisipasi hal yang tidak dikehendaki selama therapi berlangsung
      Terapi dilaksanakan sesuai dengan susunan acara yang telah di tentukan
      Klien dapat melaksanakan atau mengikuti therapi dengan baik

3.      Hasil:
       Formulir Evaluasi sebagai berikut:
Stimulasi Persepsi Sensori : Halusinasi

No Kelompok Nama Keindahan dan Kekompakan Waktu


Klien kerapian mengerjakan
(menit)
1. A

2. B

3. C
            Petunjuk:
a. Tulis nama klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk tiap kelompok, beri penilaian tentang keindahan dan kerapian kelompok dalam
membuat layang-layang dan catat waktu mengerjakan sampai berapa menit.
c. Beri nilai untuk setiap kolom penilaian (50 – 100).

4.         Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: Klien mampu mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi pendengaran.
Klien mampu mengikuti permainan sampai selesai dan mampu bersaing antar kelompok
secara sehat dan tingkatkan reinforcement (pujian).
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI

BAB I
PENDAHULUAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI


Terapi  aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi  adalah terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative
penyelesaian masalah.

TUJUAN

Tujuan umum TAK stimulasi persepsi ialah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya :
1.       Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.
2.       Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

AKTIVITAS DAN INDIKASI


                Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari,
stimulus nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, stimulus yang tidak nyata dan respons yang
dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.

Aktivitas Mempersepsikan Stimulus Nyata Sehari-hari


a.       Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi : menonton televisi.
b.      Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi : membaca majalah/ Koran/ artikel.
c.       Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi : melihat gambar.
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perubahan sensoris persepsi dan klien
menarik diri yang telah mengikuti TAKS.

Aktivitas Mempersepsikan Stimulus Nyata dan Respons yang Dialami dalam Kehidupan
Aktivitas ini khususnya untuk klien prilaku kekerasan. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu :
a.       Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengenal kekerasan yang biasa dilakukan
(penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; akibat perilaku kekerasan);
b.      Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan melalui kegiatan fisik;
c.       Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan melalui interaksi social
asertif;
d.      Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan melalui kepatuhan
minum obat;
e.      Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku kekerasan melalui kegiatan
ibadah.
Klien mempunyai TAK ini adalah klien prilaku kekerasan yang telah kooperatif.

Aktivitas Mempersepsikan Stimulus Tidak Nyata dan Respons yang Dialami dalam Kehidupan
Aktivitas mempersiapakan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan,
khususnya untuk klien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi  yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu :
a.       Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengenal halusinasi;
b.      Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengusir/ menghardik halusinasi;
c.       Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan;
d.      Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap;
e.      Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi :mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat;
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien halusinasi.

Aktivitas Mempersepsikan Stimulus Nyata yang Menyebabkan Harga Diri Rendah


Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
a.       Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengidentifikasi aspek yang membuat harga diri
rendah dan aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup ( di rumah dan di rumah sakit );
b.      Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah
sakit dan di rumah.
Klien mempunyai indikasi TAK ini adalah klien gannguan konsep diri: harga diri rendah.
BAB II
ISI

TAK STIMULASI PERSEPSI UMUM

A.     Sesi  1 : Menonton Televisi


Tujuan
1.       Klien mampu menyebutkan apa yang dilihat.
2.       Klien dapat memberikan pendapat terhadap acara TV yang ditonton.
3.       Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.

Setting
1.       Terapis dank lien duduk bersama setengah lingkaran mengahadap TV.
2.       Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1.       Televisi dan / atau video player
2.       Kaset video
3.       Buku catatan dan pulpen
4.       Jadwal kegiatan pasien

Metode
1.  Dinamika kelompok
2.  Diskusi Dan Tanya jawab

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a.    Memilih dan membuat kontrak dengan klien sesuai dengan indikasi: klien perubahan
sensori persepsi dank lien menarik diri yang telah mengikuti TAKS.
b.    Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi
a. Salam terapeutik.
1.  Salam dari terapis
2.  Perkenalan nama, dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3.  Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b.  Evaluasi
1.  Menanyakan perasaan klien saat ini.
2.  Menanyakan masalah yang dirasakan.
c.  Kontrak
1.   Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV dan bercakap-cakap tentang TV yang
ditonton.
2.    Menjelaskan aturan main berikut :
  Jika ada klien yang menginggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis.
  Lama kegiatan 45 menit.
   Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Tentukan acara televisi yang menarik dan mudah dimengerti oleh klien.
b.  Beri kesempatan bagi klien untuk menonton TV selam 10 menit dan setelah itu TV
dimatikan.
c.  Tanyakna pendapat seorang klien mengenai acara TV yang telah ditonton.
d.  Tanyakna pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.
e.  Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien member pendapat.
f.   Ulangi c,d dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.
g.   Beri kesimpulan tentang acara TV yang ditonton.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1.  Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2.   Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1.   Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mempersepsikan tanyangan TV teretentu dan
mendiskusikannya pada orang lain.
2.   Membuat jadwal nonton TV.
c.     Kontrak yang akan datang
1.  Menyepakati kegiatan TAK yang akan dating
2.   Menyepakati waktu dan tempat.

d. Evaluasi dan Dokumentasi


                Evaluasi
                Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi umum, sesi 1 kemampuan yang diharapkan adalah member pendapat
tentang acara TV, member tanggapan terhadap klien lain dan mengikuti kegiatan sampai
selesai. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi umum
Kemampuan persepsi : Menonton TV
No Aspek yang di nilai Nama    klien
1 Memberi pendapat tentang acara TV

2 Memberi tanggapan terhadap pendapat


klien lain
3 Mengikuti kegiatan sampai selesai

Petunjuk :
1.       Dibawah judul nama klien , tulis nama pangilan klien  tak ikut TAK.
2.       Untuk tiap klien , semua aspek di nilai dengan member tanda ceklis Jika ditemukan pada klien atau beri tanda
silang jika tidak di temukan.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang di miliki klien ketika TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh catatan : klien mengikuti TAK stimulasi stimulasi persepsi (TV), klien
mampu dan benar memberikan pendapat tentang acara tv, tetapi belum memberi tanggapan pada
pendapat klien lain. Anjur kan menonton TV bersama klien lain dan bercakap-cakap tentang acara
tv (buat jadwal)

B.      Sesi 2 : Membaca Majalah/Koran /Artikel

Tujuan
1.       Klien dapat menyebutkan kembali isi bacaan .
2.       Klien dapat menberikan pendapat terhadap isi bacaan .
3.       Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.
Setting
1.       Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2.       Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
1.       Majalah/Koran/ artikel
2.       Buku catatan dan pulpen
3.       Jadwal kegiatan klien
Metode
1.       Dinamika kelompk
2.       Diskusi dan Tanya jawab

Langkah kegiatan
1.       Persiapan
a.       Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.       Orientasi
a.       Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien .
b.      Evaluasi/validasi
1.       Menanyakan perasaan klien saat ini.
2.       Menanyakan masalah yang di rasakan.
3.       Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c.       Kontrak
1.       Menjelaskan tujuan kegiatan , yaitu membaca majalah /Koran/artikel
2.       Menjelaskan aturan main sebagai berikut:
         Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus meminta izin kepada
terapis.
         Lama kegiatan 45 menit.
         Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3.       Tahap kerja
a.       Menentukan bacaan yang akan di baca.
b.      Bacalah isi majalah/Koran/artikel selama 10 menit (jika mungkin berikan foto copy
bacaan kepada klien)
c.       Tanyakan pendapat seorang  klien mengenai isi bacaan .
d.      Tanyakan pendapat klien lainterhadap pendapat klien lain sebelumnya.
e.      Berikan pujian/ penghargaan atas kemampuan klien member pendapat.
f.        Ulagi c, d, e, sampai semua klien mendapat kesempatan .
g.       Beri kesimpulan tentang bacaan.

4.       Tahap terminasi
a.       Evaluasi
1.       Terapis menanyakan perasaaan klien setelah mengikuti TAK.
2.       Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
1.       Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan membaca dan mendiskusikan
kepada orang lain.
2.       Membuat jadwal membaca .
c.       Kontrak yang akan dating
1.       Menyepakati kegiatan TAK yang akan dating.
2.       Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi Dan  dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung , khusus nya pada tahap kerja . Aspek yang akan di
evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi umum sesi 2 ,
kemampuan yang di harapkan adalah member pendapat tentang bacaan , memberi tanggapan  tehadap
pendapat klien lain dan mengikuti kegiatan sampai selesai . formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2 : TAK
Stimulasi persepsi umum
Kemampuan persepsi bacaan
No Aspek yang di nilai Nama    klien
1 Memberi  pendapat tentang bacaan
2 Memberi tanggapan terhadap
pendapat klien
3 Mengikuti kegiatan sampai selesai

Petunjuk :
1.       Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2.       Untuk tiap klien , semua aspek yang di nilai dengan member tanda ceklis jika di temukan pada klien tau beri
tanda silang jika tak di temukan.

Dokumentasi
Dokomentasikan kemampuan yang di nilai klien sat TAK pada catatan keperawatan tiap klien .
Contoh catatan ; klien mengikuti TAK stimulasi persepsi (baca) , klien mampu member pendapat benar tentang
bacaan dan memberi tanggapan terhadap pendapat klien lain serta mengikuti samapai selesai , anjurkan klien
membaca (buat jadwal)

C.      Sesi 3 : Melihat Gambar

Tujuan
1.       Klien dapat menyebutkan nama gambar yang di lihat .
2.       Klien dapat member tanggapan terhadap pendapat klien lain.
Setting
1.       Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkungan .
2.       Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1.       Beberapa gambar
2.       Buku catanan dan pulpen
3.       jadwal kegiatan klien.
Metode
1.       Dinamika kelompok
2.       Diskusi dan Tanya jawab

Langkah persiapan
1.   Persiapan
a.       Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b.      Membuat alat dan tempat bersama
2.   Orientasi
a.  Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b.  Evaluasi /validasi
1.       Menanyakan perasaan klien saat ini
2.       Menanyakan masalah yang di rasakan
3.       Menanyakan perasaan TAK yang lalu
c.   Kontrak
1.       Menjelaskan tujuan kegiatan ,yaitu melihat gambar .
2.       Menjelaskan aturan berikut:
  Jika ada klien yang meninggal kan kelompok , harus meminta izin kepada terapis.
  Lama kegiatan 45 menit.
  Setiap klien yang mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3.   Tahap kerja
a.       Tentukan 1 atau 2 gambar yang umum
b.      Tunjukan gambar pada klien
c.       Tanyakan pendapat seorang klien mengenai gambar yang di lihat.
d.      Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat  klien lain sebelum nya
e.      Berikan  pujian atau penghargaan atas kemampuan klien member pendapat.
f.        Ulangi c, d,e sampai semua klien mendapat kesempatan
g.       Berikan kesimpulan pada tiap gambar yang di paparkan .

4.     Tahap terminasi
a.   Evaluasi
1.       Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2.       Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.  Tindak lanjut
1.       Menganjurka klien melatih melihat gambar ( di TV. Koran , majalah , album)
Dengan mendiskusikan nya dengan orang lai.
2.       Membuat jadwal melihat gambar.

Evaluasi dan dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi di lakukan saat proses TAK berlangsung , khusus nya pada tahap kerja.aspek yang di evaluasi
Adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK .untuk tak stimulasi persepsi umum sesi 3 kemampuan
yang di harapkan adalah member pendapat tentang gambar , member tanggapan terhadap pendapat klien
lain . dan mengikuti sambil selesai.formulir evuluasi. Sebagai berikut.

No Aspek yang di nilai Nama  klien

1 Memberi pendapat tentang gambar


2 Member tanggapan terhadap klien
lain
3 Mengikuti kegiatan sa,pai selesai

Sesi 3 : TAK
Stimulasi persepsi umum
Kemampuan persepsi melihat gambar

Petunjuk :
1.       Di bawah judul nama klien , tulis nama paggilan klien yang ikut TAK .
2.       Untuk tiap klien , semua aspek yang di nilai dengan member tanda ceklis jika di temukan pada klien tau
beri tanda silang jika tak di temukan.

Dokumentasi
Dokumentasi kan lah kemampuan  yang di miliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh catatan : klien mingikuti TAK stimulasi persepsi (melihat gambar ), klien tidak mampu
mengekpresi kan dan member tanggapan , namun member kegiatan sampai selesai . anjurjan klien
mengikuti tak stimulasi sensoris.

BATAS
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling
behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa
menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang
lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu
keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa
melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan
kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap
perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok
meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan
interpersonal dan juga  meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi
realitas (Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi
kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok
untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok,
perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
KONSEP TEORI
A.   Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang
lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan,
umpamanya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi
konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan
kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi
penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan
sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku
terhadap orang lain.

B.   Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )


Secara umum tujuan kelompok adalah :
1.    Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2.    memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
3.    Merupakan proses menerima um Berupaya pan balik

C.    Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )


Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat :
Terapeutik
 a. Umum
       Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau
dari orang lain
        Melakukan sosialisasi
        Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
b.      Khusus
          Meningkatkan identitas diri
       Menyalurkan emosi secara konstruktif
        Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
c.       Rehabilitasi
       Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri
       Meningkatkan ketrampilan sosial
        Meningkatkan kemampuan empati
        Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.
D.   Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1.    Mengembangkan stimulasi kognitif
       Tipe          :  Biblioterapy
       Aktifitas    :  Menggunakan
artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan
mengembangkan hubungan dengan orang lain
2.    Mengembangkan stimulasi sensoris
       Tipe          :  Musik, seni, menari
       Aktifitas    :  Menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan
       Tipe          :  Relaksasi
       Aktifitas    :  Belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi
3.    Mengembangkan orientasi realitas
       Tipe          :  Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi
       Aktifitas    :  Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan
4.     Mengembangkan sosialisasi
       Tipe          :  Kelompok remotivasi
       Aktifitas    :  Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
       Tipe          :  Kelompok mengingatkan
       Aktifitas    :  Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif        

E.    KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


1.    Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada individu.
Prinsipnya :
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok
secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas
terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan
kepada anggota untuk mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya
untuk penyelesaian masalah.
2.    Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik.
Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan
ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok
menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau
kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa :
a.    Perlu berkomunikasi
b.    Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka
dan tertutup
c.    Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d.    Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan
komunikasi efektif
            Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota
kelompok.
            Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi
lebih efektif.
            Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan
bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3.    Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan) digambarkan melalui
hubungan interpersonal.
Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota
lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari
interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial
yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah
laku/perilaku.
Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada
saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas
dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
4.    Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang
baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah
dialami.
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.

F.      Macam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


1.    Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
 dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu
klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses
berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a.    Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b.    Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c.    Meningkatkan kemampuan intelektual
d.    Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e.    Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a.    Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai
b.    Menarik diri dari realitas
c.    Inisiasi atau ide-ide negative
Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan
2.    Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi
muka, ucapan. Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami
kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan
kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a.    Meningkatkan kemampuan sensori
b.    Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c.    Meningkatkan kesegaran jasmani
d.     Mengekspresikan perasaan
3.    Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitr klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada
disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu.
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien
terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan
orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi
bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a.    Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus
eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b.    Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c.    Pembicaraan penderita sesuai realita
d.     Penderita mampu mengenali diri sendiri
e.    Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat

Karakteristik :
a.    Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b.    Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang
lain
c.    Penderita kooperatif
d.    Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e.    Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4.    Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Kegiatan
sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a.    Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b.    Memberi tanggapan terhadap orang lain
c.    Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d.    Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling
memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
Tujuan khusus :
a.    Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b.    Menyebutkan identitas penderita lain
c.    Berespon terhadap penderita lain
d.    Mengikuti aturan main
e.     Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a.    Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
b.     Penderita sering berada ditempat tidur
c.    Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d.    Penderita dengan harga diri rendah
e.    Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f.     Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
g.     Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5.     Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana
memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa
batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a.    Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b.    Mengekspresikan perasaan
c.    Meningkatkan hubungan interpersonal
G.   Tahapan -Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )
Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 1995. Menggambarkan fase-fase dalam terapi
aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1.       Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu
kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan
digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2.        Fase awal
Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi, konflik atau kebersamaan
a.    Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan
rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b.    Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
c.    Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3.        Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim ;
a.    Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya
b.    Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah terbina
c.    Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
d.    Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistis
e.    Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugs kelompok dalam
menyelesaikan tugasnya
f.     Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
Petunjuk untuk leader pada fase ini :
a.    Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman, personality dan kebutuhan kelompok
serta anggotanya
b.    Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya, mendorong kelompok
bekerja pada tugasnya
c.    Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah khusus.
4.       Fase terminasi
Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan,
regresi dan kecewa. Untuk menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan
sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik pada
tiap anggota
Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok
harus dievaluasi, bisa melalui pre dan post test.

H.   Terapi
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan
jiwa. Adapun terapis antara lain :
1.    Dokter
2.     Psikiater
3.    Psikolog
4.    Perawat
5.    Fisioterapis
6.    Speech teraphis
7.    Occupational teraphis
8.    Sosial worker
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan
kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a.    Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya setempat
b.     Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam memahami
pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis
c.    Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki melalui
pengalaman klinis dengan pasien
d.    Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang tersirat dan
menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien
dibelakang kata-katanya
e.    Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang dimiliki
dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya
f.     Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya

I.      Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK )


Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada penderita
skizofrenia adalah
1.       Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat
proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok,
komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan
landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas
terapis.

2.       Tugas sebagai leader dan coleader


Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam
kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator,
membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin
jalannya terapi aktivitas kelompok.
3.       Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok
dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4.       Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati
jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
5.       Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya
keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka
teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
6.        Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat
darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya
anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi
lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik
variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik
atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin
kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika
dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan
latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits
kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil
yang dicapai dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan
terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.
SUMBER : http://ikhwanul-khair.blogspot.com/2012/02/terapi-aktifitas-kelompok-tak.html

erapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

1. Pengertian TAK stimulasi persepsi


            Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapist (Yosep, 2009). Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut  Purwaningsih dan
Karlina (2009) adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami
kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan
afektif serta mengurangi perilaku maladaftif. Pengertian yang lain menurut Keliat dan Akemat
(2005), TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan
terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
     
2. Manfaat TAK
            Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai manfaat terapeutik, yaitu
manfaat umum, khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
a. Manfaat umum
1)    Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik
dengan atau dari orang lain.
2)    Melakukan sosialisasi.
3)    Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
b. Manfaat khusus
1)    Meningkatkan identitas diri.
2)    Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3)    Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.
c. Manfaat rehabilitasi
1)    Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
2)    Meningkatkan keterampilan sosial.
3)    Meningkatkan kemampuan empati.
4)   Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

3. Tujuan TAK stimulasi persepsi


            Menurut Keliat dan Akemat (2005) tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya dan tujuan khususnya adalah:
a.         Klien dapat mempersepsikan stimulus ysng dipaparkan kepadanya dengan tepat.
b.        Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

4. Aktivitas dan indikasi TAK stimulasi persepsi


            Aktivitas TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi dilakukan lima sesi yang melatih
kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya. Kelima sesi tersebut akan peneliti paparkan
dalam pedoman pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi sebagai berikut :
a.    Sesi 1 mengenal halusinasi
1)   Tujuan
a)        Klien dapat mengenal halusinasi.
b)        Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
c)        Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d)       Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
2)        Setting
a)        Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
b)        Ruangan nyaman dan tenang.
3)        Alat
a)        Spidol
b)        Papan tulis/whiteboard/flipchart
4)        Metode
a)        Diskusi dan tanya jawab
b)        Bermain peran/simulasi
5)        Langkah kegiatan
a)        Persiapan
(1)     Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi
(2)     Membuat kontrak dengan klien
(3)     Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b)        Orientasi
(1)     Salam terapeutik.
(a)      Salam dari terapis kepada klien
(b)     Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
(c)      Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
(2)     Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
(3)     Kontrak
(a)      Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar.
(b)     Terapis menjelaskan aturan main berikut :
I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.
                

   II.          Lama kegiatan 45 menit.


III.          Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c)    Tahap kerja
(1)   Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara yang didengar
(halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat
terjadi.
(2)   Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat
terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan,
secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis diwhiteboard.
(3)   Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
(4)   Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa didengar.
d)       Tahap terminasi
asi
(a)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
(b)     Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2)     Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi
halusinasi.
(3)     Kontrak yang akan datang
(a)      Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi.
(b)     Menyepakati waktu dan tempat
6)        Evaluasi dan dokumentasi
a)        Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi
Persepsi : Halusinasi sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi,
waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi
halusinasi. Formulir evaluasi tersedia pada lampiran berikutnya.
b)        Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 1.
Klien mampu menyebutkan isi halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi
(jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi
yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

b.        Sesi 2 mengontrol halusinasi dengan menghardik.


1)        Tujuan
a)      Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
b)      Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
c)      Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
2)        Setting
a)      Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
b)      Ruangan nyaman dan tenang.
3)        Alat
a)      Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart
b)      Jadwal kegiatan klien
4)        Metoda
a)      Diskusi dan tanya jawab.
b)      Bermain peran/simulasi.
5)        Langkah kegiatan
a)      Persiapan
(1)   Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK stimulasi persepsi:
halusinasi sesi 1.
(2)   Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b)      Orientasi
(1)     Salam terpaeutik
(a)    Salam dari terapis kepada klien.
(b)     Klien dan terapis memakai papan nama.
(2)     Evaluasi/validasi.
(a)      Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
(b)     Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu, situasi, dan perasaan.
(3)       Kontrak.
(a)      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol halusinasi.
(b)     Menjelaskan aturan main berikut :
I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.
                

   II.          Lama kegiatan 45 menit.


III.          Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c)      Tahap kerja :
(1)     Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami halusinasi, dan
bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
(2)     Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
(3)     Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi
muncul.
(4)     Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu : “Pergi, jangan ganggu saya”, “Saya
mau bercakap-cakap dengan…”.
(5)     Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik halusinasi dimulai dari
klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan
giliran.
(6)     Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat setiap klien
selesai memperagakan menghardik halusinasi.
d)     Tahap terminasi
(1)     Evaluasi.
(a)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(b)     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(2)     Rencana tindak lanjut.
(a)      Terapis menganjurkan setiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang telah dipelajari
jika halusinasi muncul.
(b)     Memasukkan kegiatan menghardik pada jadwal kegiatan harian klien.
(3)     Kontrak yang akan datang.
(a)      Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
(b)     Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
6)        Evaluasi dan dokumentasi
a)        Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi : halusinasi sesi 2, dievaluasi kemampuan klien mengatasi halusinasi dengan
menghardik menggunakan formulir evaluasi.
b)        Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melaksanakan TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Misalnya, klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi
Sesi 2. Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien
menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada malam hari (buat jadwal).
c.         Sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
1)        Tujuan
a)      Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya halusinasi.
b)      Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
2)        Setting
a)      Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
b)      Ruangan nyaman dan tenang.
3)        Alat
a)      Buku catatan dan pulpen.
b)      Jadwal kegiatan harian klien.
c)      Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart
4)   Metode
a)      Diskusi dan tanya jawab.
b)      Bermain peran/simulasi dan latihan.
5)        Langkah kegiatan
a)        Persiapan
(1)     Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK stimulasi persepsi :
halusinasi sesi 2.
(2)     Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b)        Orientasi
(1)     Salam terapeutik
(a)      Salam dari terapis kepada klien.
(b)     Peserta dan terapis memakai papan nama.
(2)   Evaluasi/validasi.
(a)      Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
(b)     Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
(c)      Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi.
(3)     Kontrak:
(a)      Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan melakukan
kegiatan.
(b)     Menjelaskan aturan main berikut :
I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.
           

   II.     Lama kegiatan 45 menit.


III.     Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c)        Tahap kerja
(1)     Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari. Jelaskan bahwa
dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
(2)     Terapis meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari, dan
ditulis di whiteboard.
(3)     Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir yang sama
di whiteboard.
(4)     Terapis membimbing satu per satu klien untuk membuat jadwal kegiatan harian, dari bangun
pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir, terapis menggunakanwhiteboard.
(5)     Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
(6)     Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai membuat jadwal
dan memperagakan kegiatan.
d)       Tahap terminasi
(1)     Evaluasi.
(a)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan
memperagakannya.
(b)     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(2)     Rencana tindak lanjut.
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik
dan melakukan kegiatan.
(3)     Kontrak yang akan datang.
(a)      Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. 
(b)     Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
6)        Evaluasi dan dokumentasi
a)        Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 3 dievaluasi kemampuan klien mencegah timbulnya halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian, dengan menggunakan formulir evaluasi.
b)        Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses keperawatan
setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 3. Klien mampu
memperagakan kegiatan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan
untuk mencegah halusinasi.

d.        Sesi 4 mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.


1)        Tujuan
a)        Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya
halusinasi.
b)        Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya halusinasi.
2)        Setting
a)        Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
b)        Ruangan nyaman dan tenang.
3)        Alat
a)        Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen.
b)        Fliphchart/Whiteboard dan spidol.
4)        Metoda
a)        Diskusi dan tanya jawab
b)        Bermain peran/simulasi
5)        Langkah kegiatan
a)        Persiapan
(1)     Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK stimulasi persepsi :
halusinasi sesi 3.
(2)     Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b)        Orientasi
(1)   Salam terpaeutik:
(a)      Salam dari terapis kepada klien.
(b)     Peserta dan terapis memakai papan nama.
(2)   Evaluasi/validasi
(a)      Menanyakan perasaan klien saat ini.
(b)     Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah dipelajari
(menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk mencegah halusinasi.
(3)   Kontrak
(a)      Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
(b)     Terapis menjelaskan aturan main berikut :
I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.
                

   II.          Lama kegiatan 45 menit.


III.          Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapai selesai.
c)          Tahap kerja
(1)     Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi.
(2)     Terapis meminta setiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak bercakap-cakap.
(3)     Terapis meminta setiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan bisa dilakukan.
(4)     Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul, “Suster, ada suara di
telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau “Suster, saya mau ngobrol tentang kapan
saya boleh pulang”.
(5)     Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di sebelahnya.
(6)     Berikan pujian atas keberhasilan klien.
(7)     Ulangi kegiatan no. 5 dan 6 sampai semua klien mendapat giliran.
d)         Tahap terminasi
(1)   Evaluasi
(a)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(b)     Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
(c)      Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2)     Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik,
melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
(3)     Kontrak yang akan datang
(a)      Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
(b)     Terapis menyepakati waktu dan tempat
6) Evaluasi dan dokumentasi
a)        Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi
persepsi halusinasi sesi 4, dievaluasi kemampuan mencegah halusinasi dengan bercakap-
cakap, yaitu dengan menggunakan formulir evaluasi.
b)        Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4.
Klien belum mampu secara lancar bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap-
cakap dengan perawat dan klien lain di ruang rawat.
 
e.        Sesi 5 mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
1)        Tujuan
a)        Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
b)        Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
c)        Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
2)        Setting
a)        Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
b)        Ruangan nyaman dan tenang
3)        Alat
a)        Jadwal kegiatan harian klien
b)        Flipchart/whiteboard dan spidol.
c)        Beberapa contoh obat.
4)        Metoda
a)        Diskusi dan tanya jawab
b)        Melengkapi jadwal harian.
5)        Langkah kegiatan
a)        Persiapan
(1)     Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK stimulasi persepsi :
halusinasi sesi 4.
(2)     Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b)        Orientasi
(1)     Salam terpaeutik
(a)      Salam dari terapis kepada klien.
(b)     Peserta dan terapis memakai papan nama
(2)     Evaluasi/validasi
(a)      Menanyakan perasaan klien saat ini
(b)     Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga cara
yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan dan bercakap-cakap).
(3)     Kontrak
(a)      Terapis menjelaskan tujuan kegiatan dengan anggota kelompok, yaitu mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat.
(b)     Menjelaskan aturan main berikut :
I. Jika klien akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.
                

   II.          Lama kegiatan 45 menit.


III.          Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c)        Tahap kerja
(1)          Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh, karena obat
member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
(2)          Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
(3)          Terapis meminta setiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu memakannya. Buat
daftar di whiteboard.
(4)          Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar orang
yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
(5)          Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
(6)          Berikan pujian pada klien yang benar.
(7)          Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
(8)          Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
(9)          Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
(10)      Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian halusinasi/kambuh.
(11)      Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh
minum obat.
(12)      Memberi pujian setiap kali klien benar.
d)       Tahap terminasi
(1)   Evaluasi
(a)      Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(b)     Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
(c)      Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(2)     Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik,
melakukan kegiatan, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
(3)     Kontrak yang akan datang
(a)      Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi.
(b)     Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.
6)        Evaluasi dan dokumentasi
(a)    Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi : halusinasi sesi 5, kemampuan klien yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir
evaluasi terdapat pada lampiran berikutnya.
(b)   Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 5.
Klien mampu menyebutkan lima benar cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak
patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.
SUMBER : http://wir-nursing.blogspot.com/2012/06/terapi-aktivitas-kelompok-stimulasi.html

Anda mungkin juga menyukai