Kesimpulan Materi Suhu, Kalor, Perpindahan Pns

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN MATERI

SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN PANAS

OLEH :
NAMA : IRMA YANTI

STAMBUK : Q1A121005

KELAS : ITP A 2021

MATA KULIAH : FISIKA DASAR

DOSEN :

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
SUHU
A. Pengertian Suhu
Suhu merupakan besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.
Manusia mengenal panas dan dingin suatu benda melalui suhu. Benda yang dingin dikenal memiliki
suhu yang lebih rendah dibanding benda yang panas. Sebaliknya, benda yang panas memiliki suhu
yang lebih tinggi dibanding benda yang lebih dingin. Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa
suhu merupakan besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.
Meski dapat dinyatakan secara kualitatif, suhu sebaiknya dinyatakan dengan kuantitatif dengan
satuan derajat tertentu.

B. Jenis-jenis Termometer
Seperti diketahui, alat untuk mengukur suhu dinamakan termometer. Termometer dibuat
berdasarkan sifat termometrik bahan, yaitu kepekaan bahan terhadap perubahan suhu atau perubahan
besaran fisika akibat perubahan suhu. Beberapa contoh perubahan besaran fisika yang dapat digunakan
untuk membuat termometer adalah pemuaian zat cair dalam pipa kapiler, perubahan hambatan listrik
kawat platina, pemuaian keping bimetal, dan perubahan tekanan gas pada volume tetap.

1. Termometer Zat Cair


Termometer zat cair yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
termometer yang bahan pengisinya zat cair, misalnya raksa. Pada umumnya zat cair memiliki
pemuaian yang tidak teratur. Misalnya, air apabila dipanaskan dari suhu 0 oC – 4oC volumenya justru
menyusut. Akan tetapi, raksa memiliki pemuaian yang teratur.

Termometer Raksa

Termometer raksa adalah termometer yang bahan pengisinya adalah raksa. Sebagai contoh
termometer raksa adalah termometer skala Celsius. Gambar 4.1 menunjukkan termometer raksa
yang digunakan di laboratorium. Bagaimanakah prinsip kerja termometer ini? Raksa dalam
termometer akan memuai apabila dipanaskan. Pemuaian ini menyebabkan raksa mengisi pipa
kapiler dan menunjuk pada skala tertentu. Nah, skala yang ditunjukkan oleh termometer ini
menunjukkan suhu benda yang diukur.

Beberapa keuntungan apabila raksa digunakan sebagai bahan pengisi termometer adalah
 raksa mengkilap dan tidak membasahi dinding kaca;
 raksa merupakan penghantar yang baik sehingga suhunya mudah menyesuaikan dengan suhu
benda yang diukur;
 pemuaiannya teratur;
 memiliki titik didih yang tinggi (357oC) sehingga dapat digunakan untuk mengukur suhu tinggi;
dan
 kalor jenisnya kecil sehingga dengan perubahan panas sedikit saja sudah cukup untuk
mengubah suhu.
Adapun kerugian menggunakan raksa sebagai bahan pengisi termometer adalah mahal,

 memiliki titik beku rendah (–39oC) sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu
rendah, dan
 beracun, sehingga apabila termometer pecah dapat menyebabkan keracunan.

Termometer Alkohol

Alkohol juga dapat digunakan sebagai bahan pengisi termometer. Beberapa keuntungan apabila
alkohol digunakan sebagai bahan pengisi termometer adalah

 jika dibandingkan dengan raksa, alkohol lebih murah;


 pemuaiannya teratur; dan
 titik beku alkohol sangat rendah (–115oC) sehingga termometer alkohol dapat digunakan
untuk mengukur suhu rendah.

Adapun kerugian menggunakan raksa sebagai bahan pengisi termometer adalah

 membasahi dinding;
 titik didih alkohol sangat rendah (–78oC) sehingga pemakaiannya menjadi terbatas; dan
 kalor jenisnya besar sehingga perlu perubahan panas yang besar untuk mengubah suhu.

Mengapa air tidak dapat digunakan sebagai bahan pengisi termometer? Ada beberapa alasan
sehingga air tidak dapat digunakan sebagai bahan pengisi termometer:

 air membasahi dinding;


 pada kondisi normal air membeku pada suhu 0 oC dan mendidih pada suhu 100oC
sehingga jangkauan pengukurannya menjadi sangat terbatas; dan
 air dipanaskan dari suhu 0oC – 4oC volumenya justru menyusut.

Ada beberapa termometer zat cair yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi,
kita hanya akan membahas tiga termometer saja, yaitu: termometer klinis, termometer dinding,
dan termometer maksimum minimum Six.

Termometer Klinis
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Oleh karena itu,
termometer ini sering disebut termometer suhu badan. Bagian-bagian dari termometer klinis
adalah tabung raksa, bagian yang menyempit, dan pipa kapiler (Gambar 4.2). Zat cair yang
digunakan untuk bahan pengisi termometer ini adalah raksa. Skala termometer klinis
memiliki jangkauan di atas dan di bawah suhu rata-rata tubuh manusia, yaitu 37 oC. Suhu
terendah tubuh manusia tidak pernah kurang dari 35oC dan tidak pernah lebih dari 42oC
sehingga skala termometer klinis terletak antara 35oC dan 42oC.

Termometer yang telah dibicarakan di atas merupakan termometer klinis analog. Dalam
termometer analog, hasil pengukuran suhu dapat dibaca pada angka yang tertera pada
termometer. Di samping termometer analog, sekarang sudah ada termometer klinis digital
(Gambar 4.3). Dalam bentuk digital, hasil pengukuran langsung ditampilkan dalam bentuk
angka.

Untuk mengukur suhu badan, termometer klinis ditempatkan di bawah lidah atau dijepit
pada ketiak. Setelah beberapa saat, termometer diambil dan raksa dalam tabung menjadi
dingin dan menyusut. Dengan adanya bagian yang menyempit, raksa di dalam pipa kapiler
tidak dapat memasuki tabung dan tetap menunjukkan skala tertentu, misalnya 37oC.

Termometer Dinding
Termometer dinding digunakan untuk mengukur suhu ruang. Sesuai dengan namanya,
termometer ini dipasang pada dinding ruangan. Skala termometer ini memiliki jangkauan
suhu yang dapat terjadi dalam ruang, misalnya –50oC sampai 50oC (Gambar 4.4).
Termometer Maksimum-Minimum Six
Termometer maksimum-minimum Six digunakan untuk mengukur suhu dalam rumah
kaca, yaitu bangunan yang digunakan untuk menanam tumbuh-tumbuhan sebagai bahan
penelitian. Pada umumnya suhu maksimum terjadi pada siang hari dan suhu minimum
terjadi pada malam hari.
Termometer ini ditemukan oleh James Six pada akhir abad ke-18. Termometer ini terdiri
atas tabung silinder A, tabung B, dan pipa U. Tabung silinder A yang berisi alkohol atau
minyak creasote dihubungkan dengan tabung B yang juga berisi alkohol melalui pipa U
yang berisi raksa (Gambar 4.5).
Termometer maksimum-minimum Six dilengkapi dengan dua skala, yaitu skala
minimum pada pipa kiri dan skala maksimum pada pipa kanan. Jadi, suhu maksimum dan
suhu minimum dapat dibaca sesuai dengan tinggi kolom raksa pada masing-masing pipa.
Pada masing-masing permukaan raksa terdapat penunjuk baja yang dilengkapi dengan
pegas sebagai penahan. Jika suhu dalam rumah kaca naik, alkohol pada tabung silinder A
memuai sehingga mendesak raksa yang terdapat pada pipa kiri. Akibatnya, permukaan raksa
pada pipa kiri turun dan permukaan raksa pada pipa kanan naik. Penunjuk baja pada pipa
kanan terdorong ke atas dan menunjuk suhu maksimum.
Jika suhu dalam rumah kaca turun, alkohol pada tabung silinder A menyusut dan raksa
pada tabung B turun. Perlu diketahui, meskipun raksa pada tabung B turun tetapi posisi
penunjuk baja tetap tidak berubah. Ketika raksa pada tabung B turun, permukaan raksa pada
tabung kiri naik dan mendorong penunjuk baja sampai kedudukan tertentu. Kedudukan
penunjuk baja pada tabung kiri ini menunjukkan suhu minimum pada saat itu. Jadi, tinggi
kolom raksa pada pipa kiri menunjukkan suhu minimum dan tinggi kolom raksa pada pipa
kanan menunjukkan suhu maksimum. Untuk mengembalikan penunjuk baja supaya
bersentuhan dengan permukaan raksa digunakan magnet.
Pada saat mengukur suhu dengan menggunakan termometer, kalian harus memperhatikan
beberapa hal berikut ini.
 Ketika menggunakan termometer, suhu awal tidak perlu diatur terlebih dahulu. Misalnya,
suhu awal tidak perlu dibuat 0oC terlebih dahulu.
 Ketika mengukur suhu zat cair, ujung bawah termometer harus diletakkan di tengah-tengah
cairan. Ujung bawah termometer ini tidak boleh menyentuh dasar atau dinding bejana.
Ketika termometer diangkat dari cairan, suhu termometer akan segera berubah
menyesuaikan dengan suhu udara. Oleh karena itu, pembacaan termometer dilakukan ketika
termometer masih berada di dalam cairan.
 Untuk mengukur suhu tinggi, pastikan kalian menggunakan termometer yang dirancang
untuk mengukur suhu tinggi.
 Pada saat mengukur suhu, tangan tidak boleh bersentuhan langsung dengan termometer.
Untuk mengatasi masalah ini, termometer dapat dijepit dengan statif atau digantung dengan
benang melalui lubang yang ada pada ujung atas termometer.
 Termometer tidak boleh digunakan untuk mengaduk cairan.
 Dalam membaca skala termometer, posisi mata harus berada pada garis yang tegak lurus
terhadap posisi skala termometer. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan paralaks.

2. Termometer Lain

a. Termometer Bimetal

Termometer bimetal dibuat dari dua lempeng logam yang berbeda jenisnya. Kedua logam ini
direkatkan satu sama lain (Gambar 4.6a). Apabila lempeng bimatel dipanaskan, bimetal akan
melengkung ke arah salah satu logam. Jadi, lempeng bimetal akan melengkung apabila suhunya
berubah. Lempeng bimetal pada umumnya dibuat bentuk spiral yang salah satu ujungnya
dihubungkan dengan jarum penunjuk (Gambar 4.6b). Akibat perubahan suhu, jarum penunjuk
akan bergerak dan menunjukkan angka tertentu.

(a) (b)

Gambar 4.6 (a) Lempeng bimetal akan melengkung apabila dipanaskan. (b) Lempeng bimetal
dapat digunakan sebagai termometer.
b. Termometer Hambatan

Prinsip termometer hambatan (Gambar 4.7) adalah memanfaatkan perubahan hambatan logam
(platina) akibat perubahan suhu. Platina dililitkan pada mika dan dimasukkan ke dalam gelas silika
atau tabung perak yang tahan panas. Ujung-ujung kawat platina dihubungkan dengan alat ukur
hambatan, misalnya jembatan Wheatstone, yang diletakkan di luar tabung. Prinsip jembatan
Wheatstone akan kalian pelajari di SMA.

Termometer hambatan memiliki ketelitian yang tinggi. Ketelitian pengukuran dapat mencapai
0,0001oC. Jangkauan pengukuran sangat lebar, yaitu –250 oC sampai dengan 1760oC. Termometer
hambatan sering digunakan untuk mengukur suhu mesin mobil.

c. Termometer Gas

Prinsip termometer gas adalah pada volume tetap tekanan gas akan bertambah seiring
dengan perubahan suhu. Secara sederhana bentuk termometer gas seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.8. Termometer gas dapat mengukur suhu yang lebih teliti daripada termometer zat
cair. Termometer gas mampu mengukur suhu tinggi hingga 1500 oC. Termometer gas helium pada
tekanan rendah mampu mengukur suhu hingga –250 oC.
d. Pyrometer Optik

Bagaimanakah cara mengukur suhu bara api? Apabila digunakan termometer zat cair, pasti
termometernya pecah. Untuk mengukur suhu yang sangat tinggi, misalnya suhu tungku peleburan
baja, digunakan pyrometer optik (Gambar 4.9). Alat ini mengukur intensitas radiasi yang dihasilkan
oleh bahan yang berpendar. Berbeda dengan penggunaan termometer zat cair, pyrometer optik
tidak menyentuh benda yang diukur suhunya. Dengan demikian, pyrometer optik dapat mengukur
suhu benda yang sangat tinggi .

Suhu pada alat penetas telur atau inkubator perlu diatur dan dipertahankan supaya nilai tetap. Artinya,
inkubator memerlukan alat untuk mengatur suhu. Alat ini dikenal dengan istilah termostat. Bimetal
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai termostat. Gambar 4.10 menunjukkan prinsip
kerja termostat. Apabila suhunya naik, kontak putus karena bimetal melengkung ke atas. Sebaliknya, jika
suhu turun kontak tersambung lagi sehingga arus mengalir dan pemanasan berlangsung lagi. Proses ini
berlangsung terus sehingga suhu dapat diatur pada interval tertentu.

C. Skala Termometer

Untuk menentukan skala sebuah termometer diperlukan dua titik tetap: titik lebur es sebagai
titik tetap bawah dan titik didih air sebagai titik tetap atas. Seorang astronom Swedia, Anders
Celsius (1701-1744), adalah orang yang pertama kali menetapkan skala suhu berdasarkan titik
lebur es dan titik didih air. Sesuai dengan penemunya, termometer yang ditemukan oleh Anders
Celsius dinamakan termometer skala Celsius.

1.Termometer Skala Celsius


Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Untuk mengetahui suhu benda yang diukur,
termometer perlu diberi skala. Proses memberi skala pada termometer dinamakan kalibrasi.
Bagaimanakah caranya? Kalian dapat mengkalibrasi termometer dengan langkah-langkah
sebagai berikut.

a. Menentukan Titik Tetap Bawah


Masukkan ujung bawah termometer secara tegak lurus ke dalam bejana yang berisi es murni.
Tunggu beberapa saat sampai es melebur yang ditandai dengan adanya air dalam bejana.
Apabila tinggi permukaan raksa pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi, artinya suhu
termometer sama dengan suhu es yang sedang melebur. Berilah tanda tepat pada permukaan
raksa itu dan tulislah dengan angka. Untuk termometer skala Celsius, titik tetap bawah ditulis
0oC.

b. Menentukan Titik Tetap Atas


Masukkan ujung bawah termometer ke dalam bejana yang berisi air murni. Panaskan air
sampai mendidih. Tunggu beberapa saat sampai suhu termometer sama dengan suhu air
mendidih. Apabila tinggi permukaan raksa pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi, artinya
suhu termometer sama dengan suhu air mendidih. Berilah tanda tepat pada permukaan raksa
itu dan tulislah dengan angka. Untuk termometer skala Celsius, titik tetap atas ditulis 100 oC.

c. Membuat Pembagian Skala


Setelah titik tetap bawah dan titik tetap atas ditetapkan, selanjutnya jarak antara kedua titik
tetap ini dibagi menjadi beberapa bagian yang sama. Pada termometer skala Celsius, kedua titik
tetap ini dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Jadi, setiap bagian skala menunjukkan suhu 1 oC.

2.Termometer Skala Kelvin


Para ilmuwan lebih suka menggunakan termometer skala Kelvin. Oleh karena itu, dalam SI
(Sistem Internasional) satuan suhu adalah kelvin (K). Skala Kelvin tidak dikalibrasi berdasarkan
titik lebur es dan titik didih air, tetapi dikalibrasi berdasarkan energi yang dimiliki oleh partikel-
partikel dalam benda. Apabila suhu benda turun, gerak partikel lambat. Sebaliknya, apabila
suhu benda naik gerak partikel cepat. Ketika suhu benda mencapai –273,15 oC, biasanya
dibulatkan menjadi –273oC, partikel-partikel tidak bergerak sama sekali. Suhu –273 oC
merupakan suhu paling rendah yang dapat dimiliki benda. Oleh karena itu, suhu –273 oC
dinamakan suhu nol mutlak.

Ilmuwan yang pertama kali mengusulkan pengukuran suhu berdasarkan suhu nol mutlak
adalah Lord Kelvin (1824-1907), fisikawan berkebangsaan Inggris. Sesuai dengan nama
penemunya, skala suhu yang digunakan dinamakan skala Kelvin. Penulisan suhu Kelvin tanpa
menggunakan simbol derajat (o), tetapi cukup ditulis dengan K. Suhu paling rendah yang dapat
dimiliki benda adalah –273oC. Dalam skala Kelvin, suhu –273 oC sama dengan 0 K (nol mutlak).
Perlu diketahui, suhu skala Kelvin tidak mengenal suhu negatif. Gambar 4.12 menunjukkan
perbandingan skala Celsius dan skala Kelvin.

Seperti telah diuraikan di atas, –273 oC sama dengan 0 K atau 0 oC = 273 K. Oleh karena itu, pada
skala Kelvin titik lebur es 0oC diberi angka 273 K dan titik didih air 100 oC diberi angka 373 K. Jadi,

0oC = 273 K dan 100oC = 373 K.

Dengan demikian,

o
t C=(t +273) K (4-1)

atau

t K =(t−273 )o C . (4-2)

3. Termometer Skala Fahrenheit


Dalam termometer skala Fahrenheit, yang biasa digunakan di Amerika Serikat, suhu titik lebur
es 32oF dan suhu titik didih air 212 oF. Jadi, antara titik lebur es dan titik didih air dibagi menjadi
180 bagian yang sama. Pada skala Celsius antara titik lebur es dan titik didih air dibagi menjadi
100 bagian yang sama. Jadi, perbandingan skala suhu Celsius tC dan tF adalah
t C 100 5 5
= = tC = t F .
t F 180 9 atau 9
5
Artinya, perubahan suhu sebesar satu derajat Celsius sama dengan perubahan sebesar 9
derajat Fahrenheit. Untuk mengubah suhu dari Fahrenheit ke Celsius (atau sebaliknya) harus
diperhatikan bahwa pada saat termometer skala Celsius menunjukkan angka 0 oC skala
Fahrenheit menunjukkan angka 32oF. Dengan demikian, diperoleh
9 o
t F = 5 t C +32 (4-3)

atau
5
t C = 9 ( t F −32o ) . (4-4)
KALOR
A. Pengertian Kalor

Dalam kehidupan sehari-hari Grameds pasti sudah tidak asing dengan energi panas atau
energi kalor, seperti memasak atau memanaskan sesuatu. Nah saat itulah terjadi perubahan
suhu benda dimana kalor telah bekerja. Perpindahan kalor antara benda satu ke benda lainnya
dapat berupa hantara (konduksi), penyinaran (radiasi), dan aliran (konveksi).  
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang bisa berpindah dari benda dengan suhu yang lebih
tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah jika keduanya dipertemukan atau bersentuhan. Dua
benda yang memiliki suhu yang berbeda ketika dipertemukan maka akan muncul kalor yang
mengalir atau berpindah. Misalnya saat Grameds mencampurkan air dingin dengan air panas,
kemudian akan menghasilkan air hangat. 
Perlu Grameds ketahui bahwa suhu dan kalor itu berbeda. Suhu adalah suatu nialai yang
dapat terukur dengan termometr, sedangkan kalor adalah energi yang mengalir pada suhu
benda tersebut ke benda lainnya. Menurut SI atau MKS, satuan kalor adalah joule (J)
sedangkan menurut CGS satuan kalor adalah erg dan untuk beberapa jenis makanan
menggunakan satuan kalori. Dapat dihitung bahwa satu kalori adalah jumlah energi panas
yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram air hangat sampai naik menjadi 1 derajat celcius
(◦C). Jadi dapat dikatakan satu kalori = 4,184 J atau biasa dibulatkan menjadi 4,2 J. 
Pengertian kalor juga dapat disebut sebagai energy panas yang dimiliki oleh suatu zat tertentu
yang untuk mendeteksinya perlu menggunakan alat pengukur suhu benda tersebut. Grameds
bisa perhatikan pada air panas yang dibiarkan diudara terbuka maka lama-kelamaan akan
mendingin karena ada kalor yang dilepaskan dari zat air ke udara. Hal yang mampu
mempengaruhi kenaikan dan penurunan suhu pada benda adalah jumlah kalor, massa benda
dan jenis benda itu sendiri. 
Kalor secara alami akan berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
lebih rendah, sehingga bersifat cenderung menyamakan suhu kedua benda jika saling bertemu
atau bersentuhan.  Jika suhu suatu benda itu tinggi maka kalor yang dikandungnya pun sangat
besar. Sebaliknya, jika suhu suatu benda rendah maka kalornya pun sedikit. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa besar kecilnya kalor yang ada pada benda atau zat menyesuaikan dengan
3 faktor, yakni massa zat, jenis zat (kalor jenis), dan perubahan suhu. 
Kalor kemudian bisa menaikan atau menurunkan suhu, jadi semakin besar kenaikan suhu,
kalor yang diterima pun semakin banyak. Sebaliknya, kenaikan suhu yang kecil akan
membuat kalor yang diterima juga sedikit. Itu artinya, hubungan kalor (Q) akan berbanding
lurus atau sebanding dengan kenaikan suhu (∆ T), jika massa (m) dan kalor jenis zat ( c) suatu
benda itu tetap.

  B. Rumus Kalor


Berdasarkan pengertian kalor di atas, berikut ini rangkuman rumus-rumus yang berkaitan
dengan materi kalor dalam pelajaran Fisika:
1. Rumus Perpindahan Kalor
Q = m.c.ΔT

Keterangan:
Q = banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu zat benda tertentu (J)
m  = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)

2. Rumus Kalor Jenis


c = Q / m.ΔT

Keterangan:
c = kalor jenis zat (J/kg⁰C)
Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
ΔT = perubahan suhu (⁰C)

3. Rumus Kapasitas Kalor


C = Q / ΔT

Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/K)
Q = banyaknya kalor (J)
ΔT = perubahan suhu (K)

4. Rumus Menentukan Kapasitas Kalor Itu Sendiri


C = m.c

Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/K)
M = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg.K)

5. Rumus Kalor Lebur dan Uap


Kalor lebur
Q = m x L

Kalor uap
Q = m x U
ketentuan:
L = Kalor lebur zat (Joule/kilogram)
U = Kalor uap zat (Joule/kilogram)
C.Jenis-jenis Kalor
Kalor memiliki beberapa jenis yang dikategorikan berdasarkan proses bekerjanya pada zat
benda tertentu. Berikut ini jenis-jenis kalor yang perlu Grameds ketahui agar bisa
mengidentifikasi terjadinya perubahan kalor yang terjadi di kehidupan sehari-hari:

1. Kalor Pembentukan (∆Hf)


Kalor pembentukan kata adalah kalor yang menghasilkan atau dibutuhkan untuk membuat 1
mol senyawa dalam unsur- unsurnya, seperti berupa gas yang ditulis dengan rumus
molekulnya. Contoh kalor pembentukan adalah C12, O2, Br2, H2.  

2. Kalor Penguraian (∆Hd)


Kalor penguraian adalah bentuk kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan untuk mengurai 1 mol
senyawa menjadi unsur- unsur yang lain. 

3. Kalor Pembakaran (∆Hc)


Kalor pembakaran adalah kalor yang didapat atau diperlukan untuk membakar 1 mol zat,
yakni unsur atau senyawanya.

4. Kalor Netralisasi (∆Hn)


Kalor netralisasi adalah jenis kalor yang didapatkan atau dibutuhkan untuk membentuk 1 mol
H20 dari reaksi antara asam dan basa. Kalor ini termasuk dalam reaksi eksoterm karena
adanya reaksi kenaikan suhu. 

5. Kalor Pelarutan (∆Hs)


Kalor pelarutan adalah jenis kalor yang didapatkan atau dibutuhkan untuk melarutkan 1 mol
zat yang awalnya padat menjadi larutan. 

D .Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor


Perlu Grameds ketahui bahwa juga bisa mengalir pada dua benda yang memiliki partikel
zat yang berbeda sekalipun dan pula perusahan suhu yang berbeda. Contohnya saat minyak
dan air dipanaskan dengan suhu yang sama maka akan menghasilkan suhu minyak yang
mengalami perubahan lebih besar dibandingkan perubahan suhu air. Hal itu bisa terjadi karena
adanya kalor jenis yang berbeda antara benda yang disatukan atau dipertemukan. 
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu dari 1 kg massa
menjadi 1 ◦C. Satuan kalor jenis adalah kalori/gram ◦celcius atau dalam sistem internasional
ditetapkan menggunakan satuan Joule/kg ◦celcius. Setiap zat benda memiliki kalor jenis yang
masing-masing memiliki perbedaan.  Sedangkan Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang
dibutuhkan atau diserap untuk menaikan suhu zat benda tertentu menjadi 1 ◦C.
E. Perubahan Kalor
Dalam praktiknya, kalor bekerja dengan prinsip merubah dua zat yang dipertemukan atau
bersentuhan. Berikut ini perubahan kalor apa saja yang terjadi pada zat benda jika
dipertemukan atau disatukan:

1. Kalor Bisa Mengubah Suhu Zat


Masing- masing benda  pada dasarnya memiliki suhu yang lebih rendah dari nol mutlak, jadi
zat benda tersebut pasti memiliki kalor. Kandungan inilah yang kemudian akan
menjadikannya penentu seberapa kalor yang dimiliki suhu benda tersebut. Jika zat benda
tersebut dipanaskan, maka akan menerima tambahan kalor sehingga suhunya menjadi
meningkat atau bertambah. Sebaliknya, jika zat benda tersebut didinginkan maka akan
melepaskan kalor yang menyebabkan suhunya menjadi turun.  

2. Kalor Bisa Mengubah Wujud Zat


Pada beberapa jenis zat benda jika diberikan kalor dalam satuan tertentu, maka zat benda
tersebut akan mengalami perubahan. Misalnya es yang dipanaskan atau diberi kalor maka
akan terjadi perubahan wujud dari yang semula padat menjadi cair atau bentuk gas. Jika
proses pemanasan terus dilakukan maka zat air tersbut akan berubah lagi menjadi wujud zat
gas. Hal ini terjadi ketika zat yang akan berubah bentuk dari titik zat cait menjadi titik lebur
benda. 

F. Macam-macam Perpindahan Kalor


Dari penjelasan pengertian, jenis, rumus, dan perubahan kalor di atas jelas menunjukan
bahwa kalor juga berpindah atas pertemuan benda yang bersentuhan atau mengatur. Dari
gejala itu, ada beberapa jenis perpindahan kalor yang bisa terjadi seperti berikut ini:

1. Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi terjadi dengan melewati zat perantara seperti logam tanpa
disertai perpindahan partikel- partikel secara permanen di dalam zat itu sendiri. Contohnya
ketika memanaskan ujung logam, maka ujung logam lainnya juga ikut panas. Hal ini terjadi
karena adanya hantaran kalor dari suhu yang tinggi menuju suhu yang lebih rendah. 
Memanaskan ujung logam akan membuat partikel logam membuat getaran pada partikel lain
yang terhubung dengannya. Itulah sebabnya semua partikel logam akan bergetar meskipun
hanya satu ujung logam yang dipanaskan karena hal ini merangsang terjadinya perpindahan
kalor. 
Contoh lain yang terjadi pada jenis perpindahan konduksi adalah saat memegang kembang
api yang sedang dibakar, knalpot motor menjadi panas setelah motor dinyalakan, tutup panci
yang ikut panas saat digunakan untuk memasak, mentega yang meleleh saat dipanaskan, dan
sebagainya. Dari keterangan diatas maka dapat ditampilkan persamaan untuk perpindahan
kalor dengan cara konduksi dengan rumus berikut ini: 

Laju Kalor = Q/t = kA (T2 – T1)/x

2. Konveksi
Konveksi adalah salah satu perpindahan kalor yang melewati suatu zat disertai dengan
perpindahan bagian-bagian zat- zat itu sendiri. Perpindahan secara konveksi ini bisa terjadi
pada zat cair atau gas, sehingga jenis perpindahan ini dibagi menjadi dua seperti berikut ini:
 Konveksi Secara Ilmiah: Adalah perpindahan konveksi yang disebabkan oleh adanya gaya
apung tanpa faktor luar dan dipengaruhi adanya perbedaan jenis benda. Misalnya yang terjadi pada
pemanasan air, dimana massa jenis partikel air yang sudah panas akan naik menjauh dari api dan
kemudian digantikan dengan partikel zat air lain yang suhunya lebih rendah. Proses tersebut
menyebabkan semua partikel zat dapat panas secara keseluruhan secara sempurna.  
 Konveksi Paksa: Adalah perpindahan konveksi yang terjadi karena ada pengaruh faktor luar
seperti tekanan dan perpindahan kalor terjadi dengan cara paksa atau disengaja. Itu artinya panas
kalor dipaksa untuk berpindah ke tempat yang dituju dengan bantuan faktor luar seperti tekanan.
Misalnya yang terjadi pada kipas angin yang membawa udara dingin ke tempat yang panas, radiator
mobil yang memiliki sistem pendingin mesin, dan contoh lainnya. 

Contoh perpindahan secara konveksi antara lain seperti, gerakan naik turun air saat
dipanaskan, gerakan naik turun biji kacang hijau saat direbus, terjadinya angin darat dan
angin laut, gerakan balon udara, asap cerobong pabrik yang membumbung tinggi ke udara,
dan contoh lainnya. Dari keterangan diatas maka dapat ditampilkan persamaan untuk
perpindahan kalor dengan cara konveksi dengan rumus berikut ini: 
Laju Kalor = Q/t = hA (T2 – T1)

3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor yang tidak menggunakan zat perantara sama sekali.
Radiasi tidak sama dengan konduksi dan konveksi dalam memindahkan kalor. Perpindahan
kalor secara radiasi tidak selalu mengharuskan kedua benda untuk bertemu atau saling
bersentuhan karena kalor tersebut dapat berpindah tanpa zat perantara. Itu artinya kalor
akan dipancarkan ke semua arah oleh sumber panas dan kemudian mengalir ke semua arah
yang bisa dituju. 
Sebenarnya setiap benda dapat memancarkan dan menyerap radiasi kalor, namun
besarnya bergantung pada suhu benda dan warna zat benda tersebut. Semakin panas benda
dibandingkan dengan suhu lingkungan sekitarnya, maka akan semakin besar pula kalor
yang diradiasikan ke sekitarnya. Jadi semakin luas permukaan benda panas membuat
semakin panas pula kalor yang diradiasikan ke sekitarnya. Misalnya yang terjadi pada saat
Grameds membuat api unggun, maka kita akan merasakan kehangatan dari sumber api
tersebut pada jarak tertentu. Grameds pasti pernah merasakan radiasi kalor saat telapak
tangan terasa panas saat ketika dihadapkan ke bola lampu yang sedang menyala. Contoh
lainnya yang paling umum adalah panas dari sinar matahari yang sampai ke bumi dan
planet- planet lainnya.Dari keterangan diatas maka dapat ditampilkan persamaan untuk
perpindahan kalor dengan cara radiasi dengan rumus berikut ini: 

Laju Kalor = Q/t = σeAT4

Karena sifat kalor yang mudah berpindah, Grameds tetap bisa mencegahnya agar tidak
mudah terjadi perpindahan. Grameds bisa mengisolasi ruangan tersebut, seperti pada
termos yang berfungsi untuk menjaga suhu air agar tetap panas dengan cara mencegah
perpindahan kalornya. 
PERPINDAHAN PANAS

Perpindahan panas adalah perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu di antara dua


tempat yang berbeda. Bahasan utama dalam perpindahan panas ialah cara energi di dalam panas
dapat berpindah tempat dan laju perpindahannya dalam kondisi tertentu.[1] Perpindahan panas
meliputi proses pemasukan dan pengeluaran panas. Dalam proses industri, perpindahan panas
digunakan untuk mencapai suhu yang diperlukan dalam proses industri dan mempertahankan suhu
yang dibutuhkan selama proses berlangsung. [2] Perpindahan panas dari suatu benda ke benda
lainnya dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Penentu terjadinya perpindahan panas
ialah adanya perbedaan suhu. Arah perpindahan panas dimulai dari media dengan suhu tinggi
menuju ke media dengan suhu yang lebih rendah. Perpindahan panas dapat terjadi dengan satu
proses tunggal maupun proses ganda.[3]
Q= m.c.(t2 – t1)

Keterangan: Q adalah kalor yang dibutuhkan (J).


m adalah massa benda (kg).
c adalah kalor jenis (J/kgC).
(t2-t1) adalah perubahan suhu (C)

. Kalor dapat menaikkan atau menurunkan suhu. Semakin besar kenaikan suhu, kalor yang diterima
semakin banyak. Semakin kecil kenaikan suhu maka kalor yang diterima semakin sedikit. Artinya,
hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau sebanding dengan kenaikan suhu (∆ T), jika massa (m)
dan kalor jenis zat (c) tetap.

Perpindahan kalor atau panas adalah perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu di
antara dua tempat yang berbeda. Perpindahan panas meliputi proses pemasukan dan pengeluaran
panas. Panas sangat lekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja saat sebuah sendok
stainless dimasukkan ke air panas, sendok pun ikut menjadi panas. Di sisi lain, benda-benda yang
terdapat di sekitar kita, ada yang bisa menghantarkan panas ada juga yang tidak bisa. Benda yang
bisa menghantarkan panas disebut dengan konduktor. Contoh benda konduktor ialah tembaga,
besi, air, timah, dan alumunium.
Perpindahan Kalor sendiri terbagi atas tiga macam, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas melalui zat padat yang tidak ikut mengalami perpindahan.
Artinya, perpindahan kalor pada suatu zat tersebut tidak disertai dengan perpindahan partikel-
partikelnya. Contoh: Benda yang terbuat dari logam akan terasa hangat atau panas jika ujung
benda dipanaskan, misalnya ketika memegang kembang api yang sedang dibakar, knalpot motor
menjadi panas saat mesin dihidupkan, tutup panci menjadi panas saat dipakai untuk menutup
rebusan air, atau mentega yang dipanaskan di wajan menjadi meleleh karena panas. Rumus
perpindahan kalor secara konduksi adalah:
Laju Kalor = Q/t = kA (T2 – T1)/x

2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran yang zat perantaranya ikut berpindah. Jika
partikel berpindah dan mengakibatkan kalor merambat, terjadilah konveksi. Konveksi terjadi pada
zat cair dan gas (udara/angin). Contoh: Gerakan naik dan turun air ketika dipanaskan. Gerakan
naik dan turun kacang hijau, kedelai dan lainnya ketika dipanaskan. Terjadinya angin darat dan
angin laut. Gerakan balon udara. Asap cerobong pabrik yang membumbung tinggi. Rumus
perpindahan kalor secara konveksi adalah:
Laju Kalor = Q/t = hA (T2 – T1)

3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan medium. Dalam ruang hampa tidak ada
materi yang memindahkan kalor secara konduksi dan konveksi. Jadi, perpindahan kalor dari
matahari sampai ke bumi dengan cara lain. Cara tersebut dinamakan radiasi. Kamu juga
merasakan akibat radiasi kalor saat menghadapkan telapak tanganmu pada bola lampu yang
menyala atau saat kamu duduk di dekat api unggun. Udara merupakan konduktor buruk dan
udara panas api unggun bergerak ke atas. Namun, kamu yang berada di samping api unggun
dapat merasakan panas. Setiap benda dapat memancarkan dan menyerap radiasi kalor, yang
besarnya bergantung pada suhu benda dan warna benda. Perhatikan benda-benda yang
diletakkan di ruangan bersuhu 30oC. Besar kalor yang dipancarkan atau diserap benda
ditunjukkan oleh banyaknya anak panah. Makin panas benda dibandingkan dengan panas
lingkungan sekitar, makin besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungannya. Makin luas
permukaan benda panas, makin besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungannya. Rumus
perpindahan kalor secara radiasi adalah:
Laju Kalor = Q/t = σeAT4  

Anda mungkin juga menyukai