Adoc - Pub Bab II Tinjauan Pustaka
Adoc - Pub Bab II Tinjauan Pustaka
Adoc - Pub Bab II Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
8 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Kebijakan Investasi
Tahap ini meliputi penentuan tujuan investasi dan banyaknya dana yang dapat
diinvestasikan. Kebijakan ini terkait dengan risiko dan return investasi yang
diharapkan investor. Selanjutnya tahap ini juga meliputi identifikasi potensi
kategori aset keuangan yang akan membentuk portofolio investasi.
2. Analisis Sekuritas
Tahap ini meliputi penilaian terhadap sekuritas, baik secara individual maupun
sekelompok sekuritas, yang termasuk dalam kategori luas aset keuangan yang
telah diidentifikasi sebelumnya. Analisis sekuritas dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis teknikal maupun analisis fundamental.
3. Pembentukan Portofolio
Tahap ini meliputi identifikasi aset-aset khusus yang akan dijadikan investasi
serta menentukan besarnya dana investor yang akan diinvestasikan dalam
setiap aset tersebut. Pada tahap ini, masalah selektivitas, penentuan waktu, dan
diversifikasi perlu menjadi perhatian investor untuk meminimalkan risiko.
4. Revisi Portofolio
Tahap ini berkenaan dengan pengulangan periodik dari 3 tahap sebelumnya,
dimana dari waktu ke waktu investor mungkin mengubah tujuan investasinya,
Universitas Indonesia
sehingga portofolionya tidak lagi optimal. Oleh karena itu, investor dapat
membentuk portofolio baru dengan menjual portofolio yang dimilikinya dan
membeli portofolio lain yang belum dimiliki.
Universitas Indonesia
Salah satu ukuran risiko yang banyak dikenal adalah varians atau standar
deviasi, yang merupakan ukuran statistik dari penyebaran return diantara nilai
yang diharapkan. Varians portofolio ini dipengaruhi oleh kovarians atau korelasi
diantara sekuritas individual yang membentuk portofolio tersebut. Semakin kecil
korelasinya, semakin kecil pula risiko portofolio. Varians dan standar deviasi
portofolio dapat dirumuskan sebagai berikut (Bodie, Kane, and Marcus, 2009):
Universitas Indonesia
2.3 Diversifikasi
Risiko itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 tipe umum, yaitu risiko
sistematik dan risiko tidak sistematik. Risiko sistematik (market risk) merupakan
risiko yang terkait dengan faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi
seluruh sekuritas, seperti GDP, tingkat bunga, inflasi, dan sebagainya. Risiko ini
tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi yang ekstensif sekalipun. Sedangkan
risiko tidak sistematik (unique risk) merupakan risiko yang terkait dengan faktor-
faktor unik dari suatu perusahaan yang mempengaruhi sekuritas tertentu, sehingga
dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
Universitas Indonesia
Sumber: Reilly, Frank K., and Keith C. Brown. Investment Analysis and Portfolio Management
(8th Ed.). USA: Thomson South-Western, 2006.
Universitas Indonesia
b) Risk moderate
Merupakan tipe investor yang memperhitungkan risiko investasi, akan tetapi
mengharapkan return tertentu yang lebih tinggi dari risk avoider. Pilihan
investasi yang cenderung dilakukan adalah medium risk-medium return, seperti
reksa dana.
Universitas Indonesia
Saat ini reksa dana telah berkembang pesat menjadi salah satu sarana
investasi yang semakin diminati masyarakat. Tingginya minat masyarakat ini juga
didorong oleh kendala yang umumnya dihadapi oleh investor jika melakukan
investasi secara langsung di pasar modal, khususnya investasi saham dan obligasi.
Kendala tersebut biasanya meliputi keterbatasan pengetahuan, informasi, dan
waktu untuk mengelola investasinya. Selain itu, keterbatasan dana juga akan
membatasi kemampuan investor dalam melakukan diversifikasi. Oleh karena itu,
reksa dana menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut.
Reksa dana (mutual fund) berasal dari kata “reksa” yang berarti jaga atau
pelihara dan “dana” yang berarti uang. Menurut Undang-Undang Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 dijelaskan bahwa, “Reksa dana adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.”
Universitas Indonesia
1) Diversifikasi investasi
Dana yang terkumpul dalam reksa dana diinvestasikan dalam portofolio yang
terdiri dari berbagai jenis efek seperti saham, obligasi, dan efek lainnya yang
berbeda profil risikonya. Dengan demikian, risiko investasi secara keseluruhan
dapat disebar dan diminimalkan, walaupun tidak dapat dihilangkan.
5) Transparan
Informasi dan perkembangan portofolio reksa dana dipublikasikan kepada
masyarakat secara luas dan terbuka, dimana nilai aktiva bersih reksa dana
diumumkan setiap hari di surat kabar atau internet, sehingga investor dapat
dengan mudah memantau perkembangan investasinya setiap saat.
Universitas Indonesia
Namun seperti produk investasi lainnya, reksa dana tetap memiliki risiko
yang harus dipertimbangkan oleh investor. Menurut Iman (2008), risiko reksa
dana tersebut antara lain:
2) Risiko likuiditas
Risiko ini dapat terjadi apabila manajer investasi mengalami lonjakan tingkat
penjualan kembali atas unit penyertaan reksa dana yang sangat tinggi (rush
redemption). Akibatnya manajer investasi tersebut akan kesulitan menjual
portofolio investasinya dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas investor.
3) Risiko pasar
Dalam pasar yang sangat dinamis, ada kemungkinan terjadinya kondisi
bearish, dimana seluruh instrumen keuangan merosot harganya secara drastis.
Tentu saja hal ini akan mengakibatkan penurunan nilai aktiva bersih unit
penyertaan reksa dana.
4) Risiko default
Ketika manajer investasi melakukan pembelian saham atau obligasi, mereka
berasumsi bahwa kinerja keuangan emiten tersebut baik. Namun dapat saja
karena sesuatu hal emiten mengalami kesulitan keuangan, sehingga tidak
mampu membayar kewajibannya. Akibatnya nilai aktiva bersih reksa dana
tersebut akan merosot.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Reksa dana pasar uang tidak menerapkan biaya pembelian dan penjualan
kembali. Selain itu, nilai aktiva bersih per unit penyertaannya selalu Rp 1.000,-
setiap hari. Hasil investasi dari reksa dana ini dibagikan setiap hari dalam
bentuk tambahan unit penyertaan yang dilaporkan oleh bank kustodian setiap
akhir bulan.
Reksa dana pasar uang sangat sesuai untuk investasi jangka pendek (kurang
dari 3 tahun), sebagai pelengkap deposito atau tabungan yang sudah ada. Selain
itu, reksa dana ini lebih likuid daripada deposito karena dapat dicairkan kapan
saja dengan biaya yang relatif kecil atau bahkan tidak ada. Disamping untuk
berjaga-jaga, reksa dana ini juga sesuai untuk mendiversifikasi investasi
dengan mengurangi risiko tanpa banyak mengorbankan potensi return. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa reksa dana pasar uang bertujuan untuk
melindungi modal.
Hasil investasi dari reksa dana pendapatan tetap diperoleh dari pembayaran
bunga atas utang atau obligasi yang diterbitkan. Selain itu, instrumen utang ini
memberikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan atau
deposito. Potensi hasil yang diharapkan relatif lebih besar daripada tabungan,
deposito, ataupun reksa dana pasar uang. Ada pula sebagian reksa dana yang
memberikan pembagian keuntungan berupa uang tunai (dividen) yang
dibayarkan secara berkala, misalnya setiap 6 bulan atau setiap tahun.
Reksa dana pendapatan tetap sesuai untuk investasi jangka menengah (3-5
tahun) serta sesuai untuk investor yang tidak ingin mengambil risiko
kehilangan sebagian atau seluruh nilai investasinya. Dapat dikatakan bahwa
Universitas Indonesia
Dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, reksa dana saham memberikan
potensi pertumbuhan nilai investasi yang cukup besar. Namun risikonya juga
lebih besar karena harga saham yang terus berfluktuasi dalam jangka pendek.
Reksa dana saham sesuai untuk investasi jangka panjang (lebih dari 5 tahun)
karena memberikan return yang lebih besar daripada reksa dana pasar uang
dan reksa dana pendapatan tetap, khususnya jika memperhitungkan tingkat
inflasi per tahun. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tujuan dari reksa dana
ini adalah untuk pertumbuhan modal dalam jangka panjang. Selain itu, reksa
dana saham sesuai untuk investor yang bersedia menerima risiko kehilangan
sebagian atau seluruh nilai investasinya.
Universitas Indonesia
Reksa dana campuran sesuai untuk tujuan investasi jangka menengah dan
jangka panjang serta sesuai untuk investor yang kurang berani menerima risiko
investasi yang terlalu besar, namun ingin memperoleh return yang lebih besar
daripada reksa dana pendapatan tetap.
Tingkat Return
Risiko
Gambar 2.2 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Tingkat Return dan Risiko
Sumber: Manurung, Adler Haymans. Reksa Dana Investasiku. Jakarta: Buku Kompas, 2008.
“telah diolah kembali”.
Hubungan kerja antar pihak yang terlibat dalam reksa dana secara
ringkas dapat diuraikan dalam gambar 2.3 berikut:
Universitas Indonesia
Sumber: Pratomo, Eko P. Berwisata ke Dunia Reksa Dana. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008.
Keterangan gambar:
Nilai aktiva bersih (NAB) atau disebut juga net asset value (NAV)
merupakan harga beli per unit penyertaan yang harus dibayar oleh investor, dan
Universitas Indonesia
sekaligus menjadi harga jual per unit penyertaan jika investor tersebut ingin
mencairkan investasinya. Nilai ini juga menjadi indikator hasil investasi, baik
keuntungan maupun kerugian investor dalam investasi reksa dana.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7) Terdapat banyak investor, dan tidak ada satupun investor yang dapat
mempengaruhi harga dari suatu sekuritas (saham) melalui keputusan pembelian
atau penjualan sekuritasnya. Investor merupakan price taker, dimana harga-
harga sekuritas tidak dipengaruhi oleh perdagangan sekuritasnya sendiri.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, risiko dalam CAPM tidak lagi
diukur dengan varians atau standar deviasi dari suatu sekuritas, melainkan diukur
dengan menggunakan koefisien beta (β). Hal ini dikarenakan return suatu
sekuritas sangat dipengaruhi oleh portofolio pasar. Beta merupakan ukuran risiko
sistematik dari suatu sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi. Ukuran risiko ini menunjukkan sensitivitas dari return suatu
sekuritas terhadap return portofolio pasar.
Universitas Indonesia
Sumber: Fabozzi, Frank J. Investment Management (2nd Ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,
1999.
Universitas Indonesia
APT didasarkan pada hukum satu harga (the law of one price), yang
menyatakan bahwa dua aset yang identik tidak dapat dijual dengan harga yang
berbeda. Apabila aset yang identik tersebut dijual dengan harga yang berbeda,
maka terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan tujuan memperoleh
Universitas Indonesia
Seperti halnya CAPM dan model penentuan harga aset lainnya, APT
merupakan suatu teori yang menjelaskan hubungan antara ekspektasi return dan
risiko, akan tetapi dengan menggunakan asumsi-asumsi dan prosedur yang
berbeda. Tidak seperti CAPM yang menyatakan bahwa ekspektasi return hanya
dipengaruhi oleh risiko pasar (market portfolio), maka ekspektasi return pada
model APT tidak secara signifikan dipengaruhi oleh portofolio pasar. Hal ini
dikarenakan adanya asumsi bahwa ekspektasi return dari suatu sekuritas dapat
dipengaruhi oleh beberapa jenis risiko lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Pertumbuhan Ekonomi
b. Tingkat Inflasi
Universitas Indonesia
d. Nilai Tukar
Nilai tukar (exchange rate) merupakan nilai mata uang suatu negara yang
dinyatakan dalam mata uang negara lainnya. Kebijakan nilai tukar ini
dilakukan untuk mengendalikan transaksi neraca pembayaran. Selama ini
upaya untuk menstabilkan nilai Rupiah tersebut tercermin dari perkembangan
nilai tukar Rupiah yang diterapkan oleh Bank Indonesia dari waktu ke waktu.
Transaksi luar negeri umumnya dilakukan dalam mata uang US Dollar, yang
menunjukkan pentingnya menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap USD.
Selain CAPM dan APT, model penentuan harga aset berisiko lainnya
yang dapat digunakan adalah model Multifactor CAPM dari Robert Merton
(1973). Model ini merupakan pengembangan dari CAPM, yang menjelaskan
bahwa selain risiko pasar, investor juga menghadapi extra-market sources of risk
atau yang disebut factors. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi return
Universitas Indonesia
Evaluasi terhadap kinerja reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi
merupakan salah satu aspek penting dalam menentukan pilihan pada instrumen
investasi reksa dana. Evaluasi ini perlu dilakukan secara periodik karena terkait
dengan 2 topik utama, yaitu apakah return portofolio reksa dana tersebut sudah
sebanding dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh investor dan apakah return
portofolio reksa dana tersebut melebihi return pasar atau return portofolio lainnya
yang dijadikan pembanding (benchmark).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
= Beta portfolio
Pengukuran dengan metode ini pada dasarnya untuk menilai sejauh mana
manajer investasi mampu memberikan return portofolio yang melebihi return
market sesuai dengan tingkat risiko dari portofolio tersebut. Kelebihan inilah yang
digambarkan oleh Jensen sebagai sebagai perpotongan garis regresi linier atau
Jensen Intercept yang dinyatakan dengan nilai alpha.
= Beta portofolio
= Rata-rata premi risiko pasar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tersebut melebihi return pasar atau return portofolio lainnya, maka dapat
dikatakan bahwa kinerja reksa dana tersebut outperformed.
Salah satu proses investasi yang dilakukan oleh manajer investasi dalam
pembentukan portofolio investasi adalah menentukan alokasi sektor/industri dan
menentukan pilihan perusahaan/emiten tempat berinvestasi. Proses ini
memerlukan analisis fundamental yang akan menghasilkan suatu keranjang
emiten untuk masing-masing instrumen (investment universe), yang kemudian
akan membentuk suatu model portofolio. Analisis terhadap perusahaan/emiten
yang membentuk portofolio ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
perusahaan/emiten yang dipilih tersebut memiliki kinerja saat ini dan prospek
pertumbuhan yang baik di masa mendatang. Hal ini pada akhirnya akan
mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelola oleh manajer investasi.
Universitas Indonesia
2) Expectation Builders
Pasar modal mengharapkan tingkat kinerja/profitabilitas yang relatif rendah
dari expectation builders dalam jangka pendek, tetapi memiliki ekspektasi
pertumbuhan yang tinggi.
3) Traditionalist
Pasar modal memiliki ekspektasi yang rendah terhadap potensi pertumbuhan
traditionalist, meskipun dalam jangka pendek menghasilkan kinerja/tingkat
profitabilitas yang superior.
Universitas Indonesia
Asset-loaded Traditionalist
value managers
0
Current Performance
Sumber: Ludwig, H., Ringbeck, J., and Schulte-Bockum, J. Managing Expectations for Value.
The McKinsey Quarterly 2000 Number 4.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia