Garis 1007-2694-1-SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Rancang Bangun Volume 6 Nomor 1 (2020) Halaman Artikel (1-5)

JURNAL TEKNIK SIPIL : RANCANG BANGUN


Website: http://ejournal.um-sorong.ac.id/index.php/rancangbangun

Pemodelan Perubahan Garis Pantai Ujung Tape Kabupaten Pinrang


Irwan1, Muhammad Ihsan2
1
Prodi Teknik Kelautan Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan,
2
Prodi Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknik Baramuli, Pinrang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui magnitudo erosi dan sedimentasi garis pantai Ujung Tape dalam proyeksikan
lima tahunan dan di mana letak bangunan pelindung pantai yang bisa diterapkan di lokasi tersebut. Metode penelitian
yang digunakan adalah memodelkan gelombang dan garis pantai pada software STWAVE dan GENESIS yang berbasis
model numerik. Kalibrasi model dilakukan dengan memodelkan garis pantai terukur (measured shoreline) dan garis
pantai awal (initial shoreline) untuk mendapatkan koefisien kalibrasi (k1 dan k2). Nilai k1 dan k2 yang memiliki
kesalahan error (Ɛc) yang terkecil dan memiliki tren yang lebih mendekati perubahan garis pantai di lokasi digunakan
sebagai variabel bebas terpilih untuk mensimulasikan garis pantai dalam lima tahun ke depan. Simulasi garis pantai juga
dilakukan dengan penambahan model bangunan pelindung pantai yaitu pemecah gelombang (skenario A dan B). Hasil
simulasi dari tahun pertama sampai tahun kelima menunjukkan garis pantai dominan mengalami erosi walaupun di
beberapa grid mengalami sedimentasi. Sel grid ke 480 sampai 2640 mengalami erosi dimana yang terbesar adalah sel
grid ke 1540 dengan erosi -7331.99 m3. Perubahan garis Pantai Ujung Tape dari tahun pertama sampai tahun kelima
menunjukkan pantai dominan mengalami erosi dengan volume angkutan sedimen sebesar –462.863 m3. Bentuk
perlindungan garis pantai Ujung Tape yang dapat mencegah erosi adalah melalui model breakwater skenario A dan B
dengan tangkapan sedimen sebesar 509.583 m3/tahun (skenario A) dan 463.370 m3/tahun (skenario B).
Kata Kunci : angkutan sedimen, erosi, garis pantai, grid, kalibrasi.

1. Pendahuluan Dari beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa


Berkurangnya sumberdaya alam di daratan perubahan garis pantai di Indonesia menunjukkan
memungkinkan manusia untuk berusaha trend mundur dari garis pantai awal yang artinya
memanfaatkan sumberdaya di wilayah pesisir. telah mengalami abrasi. Sebagai contoh, Pantai
Wilayah pesisir di jadikan sebagai salah satu pusat Semarang Demak mengalami proses abrasi di
kegiatan manusia seperti wisata pantai, pemukiman, beberapa tempat yang mencapai 0,5 km dari garis
pembangunan jalan dan lain sebagainya. pantai awal sehingga menyebabkan hilangnya
Pengeksploitasian sumberdaya pesisir menyebabkan beberapa bagian kawasan tambak dan juga
terjadinya penurunan ekosistem pesisir menjadi permukiman (Parman, 2010). Di daerah lain, di
tidak terkontrol. Eksploitasi yang berlebihan Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat,
mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana Pantai Sasak adalah pantai yang sering terkena
pemukiman serta perubahan morfologi pantai abrasi akibat hantaman gelombang laut (Fajra,
(Setyandito dkk., 2007). Di satu sisi arus dan 2011). Simulasi model selama 19 tahun (1990-2008)
gelombang laut dapat menyebabkan erosi dan akresi di delta Sungai Jeneberang, Sulawesi Selatan
(sedimentasi). Adanya proses akresi dan erosi yang menunjukkan tendensi adanya proses abrasi pada
berlangsung di daerah pantai menyebabkan pantai yang berbentuk tonjolan akibat energi
terjadinya perubahan garis pantai yang cenderung gelombang yang terfokuskan, sedangkan pantai
mengikis sedikit demi sedikit daratan disekitar melengkung mengalami sedimentasi akibat energi
pantai. Hal ini tentunya berpengaruh langsung pada gelombang menyebar (Sakka dkk., 2011).
aktivitas manusia yang bermukim di sekitar pesisir Pantai adalah suatu daerah di tepi perairan yang
pantai. Pengaruh itu dapat berupa semakin dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut
sempitnya lahan di sekitar pantai, terendamnya terendah. Daerah yang berada di sekitar pantai
prasarana publik di pesisir pantai, dan terganggunya dinamakan pesisir, yakni suatu daerah darat di tepi
kegiatan wisata di sekitar pantai. Perubahan wilayah laut yang masih mendapat pengaruh laut, seperti
pesisir terutama garis yang mencakup perubahan pasang surut, angin laut dan rembesan air laut.
penggunaan lahan maupun garis pantainya, dapat di Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya
ketahui melalui citra penginderaan jauh yang berupa sedemikian sehingga mampu menghancurkan energi
hasil pemotretan Citra Satelit. Hasil analisis data gelombang yang datangGaris pantai merupakan
penginderaan jauh dengan sistem informasi garis pertemuan antara pantai (daratan) dan air
geografis dapat membaca berapa besar perubahan (lautan). Walaupun secara periodik permukaan air
garis pantainya (Parman, 2010).
*
laut selalu berubah, suatu tinggi muka air tertentu
Corresponding author. Telp.: 085399068948
E-mail addresses: [email protected]
Rancang Bangun Volume 6 Nomor 1 (2020) Halaman Artikel (1-5)2

yang tetap harus dipilih untuk menjelaskan posisi


garis pantai (Muriadin, 2010). Analisa GENESIS yang dipakai pada laporan ini adalah
keseimbangan sedimen pantai dapat digunakan GENESIS yang terdapat pada suatu program
untuk mengevaluasi terjadinya erosi pada pantai. bernama CEDAS (Coastal Engineering Design &
Perubahan garis pantai dapat diprediksi dengan Analysis System) Versi 4.03. CEDAS adalah
membuat model matematik yang didasarkan pada software yang terdiri dari beberapa jenis pilihan
imbangan sedimen pantai (Luhwahyudin dkk., untuk menganalisis berbagai macam kasus yang
2012). Salah satu program alternatif untuk berhubungan dengan pantai, sesuai dengan
mensimulasikan perubahan garis pantai adalah kebutuhan. Untuk dapat menggunakan GENESIS,
GENESIS. Kegunaan model GENESIS adalah untuk sebelumnya harus melewati beberapa tahap terlebih
mensimulasi transpor sedimen searah pantai yang dahulu, seperti Grid Generator, WWWL Data
disebabkan oleh energi gelombang. Program (Wind, Wave and Water Level Data), WISPH3,
GENESIS menggambarkan posisi garis pantai pada WSAV (Wave Station Analysis and Visualization),
awal simulasi dan posisi garis pantai setelah SPECGEN dan GENESIS.
beberapa tahun simulasi dengan atau tanpa Garis pantai Ujung Tape yang berlokasi
bangunan pelindung pantai. Program GENESIS 03º47’52.9” Lintang Selatan dan 119º30’55.9”
dapat digunakan untuk memprediksi perubahan garis Lintang Utara merupakan kawasan wisata dan
pantai, sehingga dapat ditentukan lokasi yang perlu pemukiman penduduk. Pesisir Pantai Ujung Tape
penanganan dan juga jenis perlindungan pantainya sebagiannya telah dilengkapi dengan tanggul dan
(Pranoto, 2004). sebagiannya lagi belum. Pada posisi pantai yang
GENESIS tidak mensimulasi perubahan tidak memiliki tanggul dipadati dengan pemukiman
profil pantai, menganggap bentuk profil pantai tetap penduduk yang sangat dekat dengan garis pantai
dan hanya maju atau mundur, konsep ini di sebut yakni sekitar 15 meter dari garis pantai. Mata
perubahan model satu garis (one line model) karena pencaharian sebagian besar penduduknya adalah
bentuk garis tidak berubah hanya berpindah maju nelayan. Seiring dengan gelombang dan arus yang
atau mundur. Sketsa definisi perubahan massa datang secara terus menerus tentu akan mengikis
sedimen pada garis pantai dapat dilihat sebagai pada garis pantai dan hal ini akan mengancam keberadaan
Gambar 1 beriku. pemukiman penduduk nelayan. Berangkat dari hal
tersebut, penulis tertarik untuk memprediksi
perubahan garis pantai dan mensimulasikan posisi
groin dan pemecah gelombang untuk mendapatkan
perubahan garis pantai yang lebih stabil agar dapat
melindungi pemukiman penduduk. Tujuan penelitian
untuk mengetahui pola perubahan garis pantai dalam
lima tahun serta lokasi yang mengalami erosi.

2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian berbasis
komputasi dengan menggunakan software GENESIS
yang terdapat pada suatu program bernama CEDAS
Gambar 1 Skema numerik perubahan massa sedimen. (Coastal Engineering Design & Analysis System)
Versi 4.03 untuk mensimulasikan perubahan garis
Berdasarkan Gambar 1 di atas persamaan pantainya. Objek sekaligus lokasi penelitian adalah
pengatur untuk laju ubah posisi garis pantai adalah: pantai Ujung Tape, Kelurahan Pallameang,
Kabupaten Pinrang dengan koordinat 03º47’52.9”
𝜕𝑦 1 𝜕𝑄 Lintang Selatan dan 119º30’55.9” Lintang Utara.
+ ( − 𝑞) = 0
𝜕𝑡 𝐷𝐵 + 𝐷𝑐 𝜕𝑥 Panjang garis pantai yang ditinjau adalah 3540
meter, dengan titik awal di kampung nelayan di
Dimana: Kelurahan Pallameang pada koordinat UTM zone 51
DB = berm height (m) X = 779509 m, Y = 9575029 m dan berakhir pada
Dc = closure depth (m) pantai Ujung Tape dengan koordinat UTM X =
Y = jarak tegak lurus pantai (m) 778677 m, Y = 9577614 m.
x = jarak searah pantai (m) Penelitian ini mensimulasikan perubahan garis
Q = transport sedimen searah pantai pantai Ujung Tape selama lima tahun yaitu dari
(m3/detik) tahun 2012 sampai tahun 2017. Data yang
q = input/ out put sedimen dari luar diperlukan pada penelitian ini terdiri atas data primer
(m3/detik) dan sekunder. Data primernya adalah data
Rancang Bangun Volume 6 Nomor 1 (2020) Halaman Artikel (1-5)3

karakteristik sedimen pantai yang berupa diameter laju sedimentasi dari sungai yang bermuara di
rata-rata sedimen (d50) yang di ambil di tiga titik lokasi dan kondisi batas model.
sepanjang garis pantai. Data sekunder terdiri atas 3. Setelah itu dilanjutkan dengan running model
data topografi-bathimetri, data pasang surut air laut, pantai eksisting pada sub program Genesis.
data kecepatan angin, data histori garis pantai. Data Running model ini harus dilakukan beberapa
histori garis pantai adalah garis pantai yang kali untuk mengetahui hasil running yang
didapatkan dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sesuai atau mendekati histori perubahan garis
khusus layer garis pantai zona 51 pada tahun 2004. pantai. Jika sudah didapatkan maka model
Garis pantai terukur adalah garis pantai yang inilah yang akan dijadikan model dasar untuk
didapatkan pada peta topografi batimetri hasil running selanjutnya.
survey pada tahun 2012. 4. Running selanjutnya menambahkan model
Kalibrasi model ini dilakukan dengan bangunan pantai yang divariasikan posisinya.
memodelkan garis pantai terukur (measured Jenis bangunan pantai yang akan dicoba adalah
shoreline) dan garis pantai awal (initial shoreline) breakwater. Running ini akan diulang beberapa
untuk mendapatkan koefisien empiris (k1 dan k2). kali sampai mendapatkan perubahan garis
Nilai k1 dan k2 yang digunakan adalah nilai pantai yang paling stabil.
kalibrasi yang memiliki kesalahan error (Ɛc) yang
terkecil dan memiliki trend yang lebih mendekati
3. Hasil dan Pembahasan
perubahan garis pantai dilokasi. Setelah itu garis
3.1. Hasil Hasil Simulasi garis pantai dari tahun
pantai tahun 2012 dapat diproyeksikan lima tahun
pertama sampai tahun kelima.
berikut yakni sampai pada tahun 2017. Hasil ini
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pantai lebih
memperlihatkan titik-titik atau grid garis pantai yang
dominan mengalami erosi walaupun di beberapa
mengalami kerusakan. Kerusakan ini di analisis
grid mengalami sedimentasi. Selama 5 tahun
seberapa besar kerusakan serta lokasi kerusakannya.
simulasi transport sedimen sebesar -462.863 m3
Kerusakan itu dicegah dengan memodelkan garis
yang sebagian besar terjadi di bagian selatan yaitu
pantai dengan bangunan tambahan groin dan
pantai di kelurahan Pallameang. Sel grid yang
pemecah gelombang sebagai bangunan pelindung
mengalami erosi terparah diantaranya sel grid ke
pantai dengan variasi jarak antar bangunan dan
1540 dengan erosi sebesar -7331 m3, sel grid ke
ukuran bangunan.
1520 dengan erosi -7313 m3 dan sel grid 1560
Kerusakan itu dicegah dengan memodelkan garis
dengan erosi -7303 m3. Dengan memperhatikan
pantai dengan bangunan tambahan pemecah
mekanisme terjadinya erosi di sepanjang pantai
gelombang (detached breakwater). Breakwater
Ujung Tape, erosi disebabkan adanya gelombang
skenario A ditempatkan pada sel grid ke 160 dan sel
yang datang yang dominan dari arah barat laut yang
grid ke 420. Koefisien breakwater dianggap konstan
kemudian pecah dan membawa sedimen pasir
dengan nilai koefisien 0,8. Breakwater skenario B
sepanjang pantai ke arah selatan lokasi penelitian.
direncanakan 3 buah dengan posisi berada pada sel
Hasil simulasi dari tahun pertama sampai tahun
grid ke 160, 580 dan sel grid ke 1160.
kelima dapat dilihat pada Gambar 2.
Langkah – langkah menggunakan aplikasi
GENESIS sebagai berikut :
3.2. Penanganan erosi dengan bangunan
1. Pertama diinput adalah grid generator atau
pemecah gelombang
penentuan batas area simulasi. Penentuan
Dari hasil running/output model GENESIS
koordinat garis pantai terukur dan garis pantai
diketahui bahwa perubahan volume transport
awal di lokasi yang berada pada titik MSL.
sedimen selama 5 tahun dengan struktur pemecah
Selanjutnya dilakukan penginputan data
gelombang skenario A adalah sebesar 2.547.913 m3,
gelombang signifikan.
garis pantai dominan mengalami sedimentasi.
2. Setelah simulasi gelombang berhasil dilakukan
Lokasi yang mengalami sedimentasi terbesar berada
maka dilanjutkan dengan memasukkan
tepat dibelakang pemecah gelombang dengan laju
parameter bangunan pantai eksisting dan
sedimentasi sebesar 509.582 m3/tahun. Hasil
kondisi batas (boundary condition) model.
simulasi pemecah gelombang skenario B
Bagian ini sangat penting karena data eksisting
menunjukkan perubahan volume transport sedimen
dan kondisi batas merupakan ciri atau karakter
selama 5 tahun yang juga mengalami sedimentasi
fenomena alam di lokasi penelitian sehingga
sebesar +2.316.851 m3. Daerah dibelakang
nilai parameter yang dimasukkan harus
pemecah gelombang banyak mengendapkan
mengacu pada hasil pengukuran di lapangan.
sedimen dari arah utara dengan laju sedimentasi
Data eksisting itu diantaranya koordinat
463.370 m3/tahun. Gambar model pemecah
bangunan eksisting, ukuran bangunan pantai,
Rancang Bangun Volume 6 Nomor 1 (2020) Halaman Artikel (1-5)4

Gambar 2. Hasil running simulasi garis Pantai Ujung Tape dari tahun pertama sampai tahun kelima.
gelombang A dan B pada program GENESIS dapat gelombang menjadi agen arus sejajar pantai
dilihat pada lampiran 3 (gambar 3 dan 4). (Poerbandono, 2004). Selain itu tinggi gelombang
pecah dan lokasinya juga mempengaruhi besar
3.3. Pembahasan transport sedimennya (Triatmadja, 2007). Daerah
Penelitian ini menunjukkan bahwa sepanjang yang rawan mengalami erosi adalah pantai di
garis pantai Ujung Tape dan pantai di Kelurahan kelurahan Pallameang yaitu dari grid ke 480 sampai
Pallameang dari tahun pertama sampai tahun kelima 2640.

Gambar 3. Penempatan struktur pemecah gelombang seri Gambar 4. Penempatan struktur pemecah gelombang seri
pada program GENESIS dan hasil runningnya (model C). pada Program GENESIS dan hasil runningnya (model D).
diprediksi mengalami erosi. Hal ini disebabkan
Penambahan model pemecah gelombang pada
adanya gelombang datang dari arah barat laut yang
simulasi perubahan garis pantai menunjukkan
kemudian pecah dan membawa sedimen pasir
terjadinya sedimentasi. Lokasi yang awalnya
sepanjang pantai ke arah selatan lokasi penelitian.
mengalami erosi dapat dipertahankan dengan
Hal ini terjadi karena gelombang biasanya
struktur pemecah gelombang. Daerah di belakang
mendekati pantai dengan kedudukan yang
pemecah gelombang mengendapkan sedimen yang
membentuk sudut terhadap garis pantai sehingga
Rancang Bangun Volume 6 Nomor 1 (2020) Halaman Artikel (1-5)5

terbawa dari arah utara Pantai Ujung Tape dan Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Vol
membentuk tombolo (skenario A dan B) pada 2017. 3,No.2.Bogor
Laju sedimentasi yang terjadi sebesar 509.582 Setyandito O dkk. ( 2007). Analisa Erosi Dan
m3/tahun (skenario A) dan 463.370 m3/tahun Perubahan Garis Pantai Pada Pantai Pasir
(skenario B). Tombolo yang terbentuk akan Buatan Dan Sekitarnya Di Takisung, Propinsi
merintangi/menangkap transpor sedimen sepanjang Kalimantan Selatan. Jurnal Teknik Sipil
pantai sehingga dapat berfungsi sebagai groin alami Fakultas Teknik Universitas Mataram,Vol
pada tahun-tahun selanjutnya. 7,No.3.Mataram
4. Kesimpulan Triatmadja R. (2007)). Pengantar Teknik Pantai.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Diktat Kuliah S2 FT UGM.Yogyakarta.
maka dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai Triatmodjo B. (1999). Teknik Pantai. Beta
berikut. Hasil simulasi perubahan garis Pantai Ujung Offset. Yogyakarta.
Tape dari tahun 2012 sampai tahun 2017
menunjukkan pantai dominan mengalami erosi.
Volume transpor sedimen sebesar -462.863 m3
dengan rata-rata laju transport sedimen sebesar -
92.572 m3/tahun. Hasil filterisasi gelombang pada
sub program STWAVE dan WISPH3 menunjukkan
angkutan sedimen di sepanjang Pantai Pallameang
dan pantai Ujung Tape disebabkan oleh gelombang
yang datang dari arah barat laut. Gelombang inilah
yang secara kontinu menggerus garis pantai Ujung
Tape. Bentuk perlindungan garis Pantai Ujung Tape
yang dapat mencegah erosi adalah model breakwater
skenario A dan B. Skenario ini menempatkan
bangunan breakwater sistem seri 2 sampai 3
breakwater pada daerah yang mengalami erosi. Hasil
model menunjukkan garis pantai dapat kembali
akibat sedimentasi sebesar 509.583 m3/tahun
(skenario A) dan 463.370 m3/tahun (skenario B).

DAFTAR PUSTAKA
Fajra M. (2011). Simulasi Numeris Perubahan Garis
Pantai Sasak Akibat Pembangunan
Groin.Padang. Jurnal Teknik Sipil Universitas
Andalas.
Luhwahyudin M,dkk. (2012). Analisa Perubahan
Garis Pantai Tegal dengan Menggunakan
Empirical Orthogonal Function (EOF). Jurnal
Teknik ITS,Vol 1.Surabaya
Muriadin. (2010). Pengaruh Pembangunan
Pelabuhan Waren Kabupaten Waropen
Terhadap Perubahan Garis Pantai. Tesis.
Yogyakarta.
Parman S. (2010). Deteksi Perubahan Garis Pantai
Melalui Citra Penginderaan Jauh Di Pantai
Utara Semarang Demak. Jurnal Jurusan
Geografi Fisika UNNES,Vol 7,No.1.Semarang
Poerbandono. (2004).Pemecah Ombak Timbulkan
Masalah Baru.PR Cyber Media ITB.Bandung
Pranoto S. (2004).Prediksi Perubahan Garis Pantai
Menggunakan Model GENESIS. Jurnal FT
UNDIP Vol 13 Juli 2007.Semarang
Sakka dkk. (2008). Studi Perubahan Garis Pantai Di
Delta Sungai Jeneberang Makassar.Jurnal Ilmu
danTeknologi Kelautan Tropis Fakultas

Anda mungkin juga menyukai