Diskusi 8 Metode Penelitian Sosial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

DISKUSI 8 METODE PENELITIAN SOSIAL

TRI HANDAYANINGSIH
041202813

Materi diskusi:

1. Setelah data diolah maka tahapan selanjutnya ialah interpretasi dan analisis data. Silakan
diskusikan perbedaan antara interpretasi dan analisis data
2. Kemudian lakukan analisis data penelitian anda yang telah anda olah (analisis kuantitatif
atau analisis kualitatif)
3. Dari hasil analisis data tersebut, kemudian lakukan interpretasi datanya. 

Jawaban:

1. Perbedaan Analisa data dan interpretasi data


Perbedaan secara umun terdapat pada proses pelaksanaan dan tujuannya.
Analisis data merupakan aktivitas peneliti dalam mencariketerkaitan antar data yang ada
dengan teori yang digunakan untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun analisis data biasanya
bertujuan untuk mencari suatu trend atau pola dari sebuah data dengan analisis peneliti dari
hasil pengamatan selama peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan.
Interpretasi data merupakan aktivitas peneliti dalam menafsirkan atau menerjemahkan dsts-
dsts ysng tersedia, yang biasanya berupa angka-angka. Sedangkan tujuan dari interpretasi data
adalah agar hasil penelitian yang dilakukan dapat dipahami oleh public atau masyarakat pada
umumnya.

2. Analisis data
a. Kemiskinan
Kemiskinan dalam penelitian ini berdasarkan tingkat pendapatan rata-rata responden dalam
keluarga yang diukur dengan dengan menggunakan ekivalen beras menurut Sayogyo (1985),
yaitu dengan kriteria paling miskin, miskin sekali, dan miskin. Deskripsi tingkat kemiskinan
rata-rata dalam keluarga di Desa Manduro dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel Klasifikasi Kemiskinan Responden di Desa Manduro Tahun 2013

Klasifikasi Frekuen % Keterangan


Kemiskinan si

<Rp 270.000 78 8 Paling Miskin


8
>Rp 270.000-Rp 10 1 Miskin Sekali
360.000 1
>Rp 360.000-Rp 1 1 Miskin
480.000

Jumlah 89 100

Berdasarkan klasifikasi kemiskinan responden pada tabel 1 menunjukkan bahwa kelurga


responden yang tergolong klasifikasi paling miskin memiliki presentase terbanyak yaitu
mencapai 88%. Klasifikasi kemiskinan yang memiliki presentase paling sedikit adalah pada
klasifikasi miskin, yaitu hanya 1%.
Banyaknya responden yang tergolong kedalam klasifikasi paling miskin diakibatkan oleh jenis
pekerjaan responden responden yang sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Bekerja
sebagai buruh tani mengakibatkan responden dalam sebulan hanya memperoleh pendapatan
antara Rp 150.000-Rp 300.000. Penghasilan tersebut juga dipergunakan untuk kebutuhan
anak, termasuk biaya untuk bersekolah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka terlihat bahwa responden sudah sesuai untuk
menerima BLSM, hal ini dikarenakan sesuai dengan salah satu kriteria penerima BLSM point 12
yang berbunyi ”Pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan
setengah hektar, buruh tani, kuli bangunan, tukang batu, tukang becak, pemulung, atau
bekerja informal lainnya dengan pedapatan maksimal Rp 600.000 per bulan”.

b. Pendidikan Anak
Pendidikan anak dalam penelitian ini meliputi pendidikan dasar SD sampai dengan pendidikan
menegah SMA. Jumlah anak dari 89 responden adalah 168 anak. Jumlah ini terlihat lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah responden. Hal ini dikarenakan terdapat responden yang
tidak hanya memiliki satu anak, namun memiliki 2-6 anak. Untuk melihat tingkat pendidikan
anak di Desa Manduro dapat dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa pendidikan anak responden mayoritas adalah berada
pada jenjang pendidikan SD pada usia >12 tahun dengan total 79 anak, sedangkan yang paling
sedikit terdapat pada jenjang pendidikan SMA pada usia >18 tahun dengan 2 anak. Tingginya
partisipasi anak pada jenjang pendidikan SD disebabkan di Desa Manduro terdapat 2 sekolah
SD, sehingga mampu untuk menampung anak di Desa Manduro yang ingin bersekolah pada
jenjang pendidikan SD.
Tabel Tingkat Pendidikan Anak berdasarkan Umurnya di Desa Manduro Tahun 2013

Tingkat Usia Jumlah


Pendidi (Tahun)
kan
6- >1 12-15 >15 15- >1 F %
12 2 18 8
SD/MI 17 79 - - - - 9 57
6
SMP/M - - 14 50 - - 6 38
TS 4
SMA/M - - - - 6 2 8 5
A

Jumlah 17 79 14 50 6 2 1 100
6
8
Rendahnya partisipasi pada jenjang pendidikan SMA diakibatkan oleh hanya terdapat 1
SMA di Kecamatan Kabuh dan hanya terdapat 12 kelas, sehingga terlihat bahwa kapasitas
SMA tidak mampu untuk menampung seluruh anak yang ingin bersekolah pada jenjang
SMA. Hal ini menyebabkan partisipasi sekolah pada jenjang SMA rendah. Seperti yang
terlihat pada tabel 2 bahwa hanya terdapat 2 anak yang telah selesai menempuh jenjang
pendidikan SMA dan terdapat 6 anak yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang
SMA.
3. Interpretasi data
Pendidikan Anak berdasarkan Klasifikasi Kemiskinan Responden
Pendidikan anak meliputi pendidikan dasar mulai dari SD, SMP dan
pendidikan menengah yaitu SMA. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai
gambaran umum pendidikan anak berdasarkan umur yang dilihat dari klasifikasi
kemiskinannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4 Pendidikan Anak berdasarkan Klasifikasi Kemiskinan di Desa Manduro


Tahun 2013
SD SMP SMA Jumlah
Klasifikasi
Kemikinan 6-12 >12 12-15 >15 15-18 >18 F %
paling miskin 14 79 14 37 5 1 150 89
miskin sekali 2 - - 13 1 1 17 10
Miskin 1 - - - - - 1 1
Jumlah 17 79 14 50 6 2 168 100

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan gambaran bahwa anak yang tergolong kedalam klasifikasi
keluarga paling miskin terlihat paling banyak yang sedang menempuh atau telah menadapatkan
ijasah pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Terlihat bahwa di Desa Manduro terdapat 14 anak
yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang SMP dan 50 anak yang telah lulus dari
pendidikan SMP.

14 anak yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan SMP seluruhnya berada pada
klasifikasi keluarga paling miskin, sedangkan 50 anak yang telah lulus pada jenjang SMP 37
diantaranya berada pada lingkup keluarga paling miskin. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak responden telah mampu untuk menempuh
wajib belajar 9 tahun, walaupun anak tersebut berada pada lingkup klasifikasi keluarga paling
miskin.

Tabeldi atas Juga memperlihatkan pendidikan anak pada jenjang SMA. Berdasarkan tabel 4 terlihat
bahwa terdapat 6 anak yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan SMA dan 2
anak yan telah menyelesaikan studinya pada jenjang tersebut. 6 anak yang sedang menempuh
pendidikan pada jenjang SMA, 5 diantaranya berada pada klasifikasi paling miskin, sedangkan 2
anak yang telah menyelesaikan studinya pada jenjang SMA 1 diantaranya juga berada pada lingkup
keluarga paling miskin. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
keterbatasan biaya tidak menghalangi anak untuk menempuh wajib belajar 12 tahun yang pada
awal tahun 2013 sudah dicanangkan oleh MENDIKBUD. Hal ini dikarenakan banyaknya bantuan
yang telah disiapkan oleh pemerintah untuk anak yang berada pada keluarga di bawah garis
kemiskinan, diantaranya adalah BOS (Bantuan Operasional Sekolah), dan BSM
(Bantuan Siswa Miskin). Hal ini sesuai dengan analisis statistik dengan menggunakan SPSS dengan
analisis discriminant.

Berdasarkan hasil analisis discriminant didapatkan bahwa nilai chi-square hitung adalah 9,190
dengan df 6 yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai chi- square tabel dengan df6 adalah 12,592.
Taraf signifikansi hasil perhitungan juga memperlihatkan nilai 0,163 yang berada jauh dibandingkan
dengan taraf signifikan yang hanya 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang
berarti ”tidak ada pengaruh antara kemiskinan dengan pendidikan anak”. Dan H1 yang menyatakan
bahwa ”terdapat pengaruh antara kemiskinan terhadap pendidikan anak” di tolak.

Anda mungkin juga menyukai