Modul 3. Energi Dalam Ekosistem

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

EKOLOGI 

DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
BAB III

ENERGI DALAM EKOSISTEM

Kata kunci : Daur Energi, Daur Biogeokimia, Entropi, Produktivitas

A. Energi dalam Ekosistem

A.1. Energi dalam Sistem Ekologi

Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi dapat berubah dari satu


bentuk ke bentuk lainnya tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Sedangkan
Hukum Termodinamika II menyatakan bahwa ada sebagian energi yang hilang selama
terjadi transformasi energi. Energi yang hilang dalam bentuk panas dan tidak dapat
dimanfaatkan lagi disebut dengan entropi. Aliran energi di alam diawali oleh sinar
matahari yang memancarkan energi cahaya dan ditangkap oleh tumbuhan untuk
kemudian diubah menjadi energi kimia (bahan pangan) melalui proses fotosintesis.

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa energi diperoleh dari luar ekosistem dan akan
hilang melalui dalam bentuk energi panas melalui proses respirasi. Aliran nutrisi dimulai
dari pengolahan nutrisi inorganik menjadi nutrisi organik oleh produsen dan kembali
lagi menjadi nutrisi inorganik melalui proses penguraian, sehingga aliran nutrisi
cenderung membentuk siklus nutrisi di dalam ekosistem dengan hanya sebagian kecil
nutrisi yang mengalami ekspor-impor (Wirakusumah, 2003; Odum, 1996)

Bahan Ajar 13
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 

Energi SS diikat Kehilangan energi panas


fotosintesis oleg respirasi

Produsen dimakan Konsumen

Produk-produk
mati & limbah dimakan

Organisme mati dimakan Dekomposan

Penghancuran Produk-produk
fisik & kimia mati & limbah Dibebaskan proses
biologik

ditarik
Persediaan nutrisi
inorganik

Energi
Ekspor Batas ekosistem
Nutrisi
Impor

Gambar 2.2. Bagan Pertukaran Energi dan Nutrisi dalam Suatu Ekosistem Hipotetis (Desmukh, 1986)

A.2. Produktivitas
Produktivitas di dalam suatu ekosistem dibedakan menjadi 2, yaitu produktivitas
primer dan produktivitas sekunder. Produktivitas primer adalah kecepatan penyimpanan
energi potensial oleh organisme produsen melalui proses fotosintesis dan kemosintesis,
dalam bentuk bahan-bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan pangan.
Terdapat dua kategori produktivitas primer, yaitu:

a. Produktivitas primer kotor (bruto) adalah kecepatan total fotosintesis mencakup pula
bahan organik yang habis dipakai dalam respirasi selama waktu pengukuran. Istilah
lain produktivitas kotor adalah ”fotosintesis total” atau ”asimilasi total”

Bahan Ajar 14
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
b. Produktivitas primer bersih (netto) adalah kecepatan penyimpanan bahan-bahan
organik dalam jaringan tumbuhan, sebagai kelebihan bahan dari respirasi pada
tumbuhan selama waktu pengukuran. Produktivitas primer bersih ini juga merupakan
produktivitas kasar dikurangi dengan energi yang digunakan untuk respirasi. Istilah
lainnya adalah ”fotosintesis nyata” atau ”asimilasi nyata”.

Produktivitas primer dapat diukur dengan metode botol bening dan gelap.
Metode ini sesuai untuk lingkungan air. Produktivitas diukur berdasarkan keseimbangan
oksigen sebagai akibat fotosintesis. Perbedaan volum oksigen dari kedua botol
menunjukkan produktivitas primer fitoplankton. Produktivitas skunder adalah kecepatan
penyimpanan energi potensial pada tingkat trofik konsumen dan pengurai. Energi ini
semakin kecil pada tingkat trofik berikutnya. Masing-masing konsumen mempunyai
efisiensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Efisiensi produksi adalah energi yang tersimpan dalam
biomassa (growth and reproduction) dibagi energi yang digunakan untuk pertumbuhan.
Misalnya, ketika ulat makan daun, tidak semua energi dikonsumsi untuk pertumbuhan,
tetapi sebagian dibuang dalam bentuk feces dan kemudian dimanfaatkan oleh
detritivores dan sebagian lainnya terbakar pada proses respirasi.

DIMASUKKAN KOLAM 24 JAM

FITOPLANKTON 
   
FITOPLANKTON 
PERNAPASAN  PERNAPASAN 
&FOTOSINTESIS   

Gambar 2.3. Metode Pengukuran Produktivitas Primer

Bahan Ajar 15
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
Pengukuran produktivitas sekunder dapat
Faktor-faktor lingkungan
dilakukan dengan menimbang herbivora yang dilepas pada
yang mempengaruhi
suatu lahan di awal percobaan dan selanjutnya ditimbang produktivitas antara lain:
lagi selama suatu musim tertentu. Selisih berat tersebut ‐ Iklim
‐ Topografi
merupakan produksi sekunder bersih. Faktor ruang dan ‐ Sifat Tanah
waktu merupakan faktor yang penting dalam menentukan ‐ Letak Geografis
‐ Air
produktivitas suatu ekosistem. Faktor ruang atau lahan
‐ Elevasi
yang dimaksud dapat berupa jarak tanam dan biasanya
lebih rapat bila digarap secara intensif untuk memperoleh produktivitas tinggi.
Misalnya, produktivitas pada ekosistem hutan tropika lebih tinggi daripada hutan iklim
sedang, karena hutan tropika tumbuh sepanjang tahun, sedangkan hutan iklim sedang
hanya tumbuh pada musim semi dan panas. Contoh lainnya adalah pada tanaman
budidaya yang hanya tumbuh pada musim tertentu, kecuali tanaman tebu yang tumbuh
sepanjang tahun.

A.3. Rantai dan Jaring-Jaring Makanan, Tingkatan Trofik, dan Piramida Ekologi
A.3.1. Rantai Makanan
Rantai makanan rerumputan sebagai salah satu rantai makanan yang sederhana
seperti disajikan pada Gambar 2.4. Produksi primer bruto hasil fotosintesis melalui
proses respirasi (R1) diubah menjadi produksi primer netto (NPP). Energi yang telah
terikat melalui produksi primer bruto (GPP), yaitu energi yang diukur dari jumlah
produksi, diambil lagi untuk proses R1, tetapi energi juga ada yang hilang F1 atau ada
juga yang hilang karena mati atau membusuk (C1). Organisme autrotof kemudian
menjadi makanan herbivora malalui proses herbivori, dan memerlukan juga energi (R1)
dan ada juga energi yang hilang (F1). Proses ini disebut juga asimilasi atau produksi
sekunder bruto (GPP2) dan herbivora disebut consumen primer. Herbivora kemudian
dimakan oleh satwa lain melalui proses asimilasi selanjutnya, yaitu proses karnivori
yang dapat juga dimakan oleh tumbuhan lain pemakan satwa. Energi yang digunakan
disini adalah R2 yang sebagian hilang sebagai C2.

Bahan Ajar 16
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
SINAR SURYA

R1 R4
R2 A3 R3 A4
A2

Herbivori karnivori karnivori


AUTROTOP HERBI- KARNIVORA KARNIVORA
1 VORA PRIMER SENKUN-
2 3 DER
4
C2 C3 F4
C1 F2 F3
F1 C4

DEKOMPOSI

A =Asimilasi; F=energi yang hilang; C=energi hilang karena pembusukan; R=energi hilang melalui respirasi

Gambar 2.4. Input dan Kehilangan Energi pada Jenjang Tropik Suatu Rantai Makanan

Karnivora pemakan herbivora disebut karnivora primer, yang diikuti oleh proses
asimilasi selanjutnya (karnivori) oleh karnivora sekunder dengan energi R3 dan
kehilangan-kehilangan energi C3 dan F4 demikian seterusnya. Jika disimpulkan, secara
sederhana asimilasi antara proses produksi, respirasi, dan konsumsi dapat disajikan
dalam kategori/jenjang tropik sebagai berikut:

Sifat dasar rantai pakan perumput ialah bahwa semakin tinggi jenjang tropik
makin berkurang jumlah energi yang tersedia bagi proses asimilasi hingga produktivitas
pun berkurang. Keadaan ini diilustrasikan melalui tiga piramida yang digambarkan
berdasarkan tiga data berbeda, yaitu berdasarkan jumlah populasi (individu) per m2,
biomassa untuk gram berat kering per m2, dan produktivitas dalam mg berat kering per
m2, seperti yang disajikan dalam Gambar 2.5. Bentuk-bentuk umum piramida
komunitas dapat berbeda satu sama lain, misalnya pada komunitas akuatik atau
komunitas hutan.

Bahan Ajar 17
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 

15  0,1 0,1 Karnivora sekunder 


100  0,66 1,22 Karnivora primer
1,5x104   1,25 26,8 Herbivora 
7,2 x 10 10 17,7 280 Produsen

a b c

Piramida komunitas yang umum; a. piramida populasi; b. piramida


biomassa; c. piramida produktivitas

Gambar 2.5. Piramida Komunitas

Semakin berkurangnya ketersediaan energi pada jenjang-jenjang tropik tinggi,


semakin berkurang jumlah organisme karena tidak lagi mampu melakukan respirasi,
sehingga setiap piramida hanya dapat menampung organisme dalam jumlah terbatas.
Hal serupa dibuktikan melalui Tabel 2.1 yang menyajikan data penelitian perhitungan
GPP rantai pakan pada empat ekosistem di Amerika Serikat (Clapham, 1973). Jenjang
tropik tertinggi pada ekosistem kecil adalah karnivora primer. Umumnya, suatu
komunitas hanya memiliki empat jenjang tropik, sangat jarang ditemukan komunitas
dengan lima jenjang tropik.

Tabel 2.1. GPP (ly/tahun) dan Respirasi (% asimilasi total) pada Jenjang-Jenjang Tropik Empat
Ekosistem

Karnivora Karnivora
Autotrop Herbivora
Ekosistem Primer Sekunder
GPP R GPP R GPP R GPP R
Danau Mendona, Wisc 480 22.3 41.6 36.1 2.3 47.8 0.3 66.7
Silver Spring, Fla 28,810 57.5 3,368 56.1 383 82.5 21 61.9
Cedar Lake Bog, Minn 20 25 16.8 38.1 3.1 58.1 - -
Salt Marsh, S.C. 36,380 77.5 767 77.7 59 81.3 - -

Bahan Ajar 18
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
A.3.2. Rantai Pakan Detritus
Limbah organik, cairan dan bahan-bahan mati dari rantai makanan perumput
disebut detritus. Kandungan energi dalam detritus yang tidak hilang ke ekosistem dan
menjadi sumber energi sekelompok organisme yang tidak termasuk ke dalam rantai
makanan perumput disebut rantai pakan detritus. Ilusterasi rantai makanan perumput
dan rantai makanan detritus disajikan pada Gambar 2.6. seperti yang disajikan dalam
Gambar 2.6. Energi yang diperlukan untuk respirasi tidak selalu berasal dari tubuh
organisme sendiri, seringkali dari detritus di luarnya (eksternal). Banyak sekali
organisme kecil yang terlibat dalam rantai pakan termasuk protozoa, ganggang, bakteri,
jamur, moluska, cacing, hematoda, dan lain-lain.

Gambar 2.6. Ilustrasi rantai makanan perumpu dan rantai makanan detritus

Proses respirasi berantai menyerap molekul-molekul bahan organik yang rumit


dan mengubahnya menjadi senyawa yang sederhana untuk kemudian diolah lagi oleh
organisme lainnya menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses ini terjadi secara
terus-menerus hingga berantai menjadi elemen-elemen bebas yang dapat kembali
memasuki rantai pakan perumputan sebagaimana tampak pada Gambar 2.7.

Proses detorisasi dilaksanakan oleh organisme-organisme aerobik selama


oksigen bebas tersedia. Tetapi jika tidak ada oksigen, proses dapat berjalan simultan
dengan bantuan organisme anaerobik. Proses terakhir ini disebut fermentasi yang
diterapkan pada proses pembuatan tempe, oncom, dan tape hingga ragam obat dan
suplemen makanan.

Bahan Ajar 19
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
Tanah atau media lain rantai pakan
detritus (sisa pakan)

Sisa pangan
(detrifus)
organik

RESPIRASI

Arus energi melalui rantai pakan detritus

Gambar 2.7. Arus Energi Melalui Rantai Pakan Detritus

Kedua rantai pakan perumputan dan detritus di alam bebas sering berlangsung
secara bersamaan, misalnya pada komunitas lautan dan hutan, yang berakibat pada
perbedaan efisiensi respirasi pada ekosistem yang berbeda. Tabel 2.2 menunjukan
bahwa ternyata kehilangan energi pada rantai pakan perumputan ekosistem lautan lebih
besar daripada ekosistem hutan, sebaliknya pada ekosistem hutan rantai pakan detritus
lebih penting dibandingkan rentai pakan rerumputan.

Tabel 2.2. Deposisi Energi Rantai Pakan Perumput dan Detritus


pada Ekosistem Lautan dan Hutan (ly/hari)

Ekosistem NPP GSP GDP


Lautan 0,8 0,6 0,2
Hutan 1,2 0,2 1,0
Respirasi heterotrop bruto
Rantai perumputan Rantai detritus
Lautan 0,5 (63%) 0,3 (37%)
Hutan 0,1 (8%) 1,1 (92%)

A.3.3. Jejaring Makanan (food web)

Rantai makanan (food chain) merupakan suatu aliran energi makanan melalui
ekosistem. Energi tersebut mengalir dalam satu arah melalui sejumlah makhluk hidup.
Rantai makanan sebenarnya merupakan gambaran sederhana proses makan dan dimakan

Bahan Ajar 20
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
yang terjadi di alam. Proses makan dan dimakan di alam pada kenyataannya merupakan
yang komplek, rantai makan apabila digabung akan membentuk jaring-jaring makanan
atau jejaring makanan (food web).

Rantai makanan menggambarkan hubungan organisme satu dengan organisme


lainnya, hubungan makan dan dimakan akan menjamin kelangsungan hidup organisme.
Semakin komplek hubungan makan dan dimakan mennujukkan semakin komplek aliran
energinya. Kondisi ini mengakibatkan kestabilan komunitas dan kesetabilan ekosistem.
Artinya kalau ada satu spesies hilang masih dapat digantikan spesies lainnya. Hubungan
antara yang makan dan yang dimakan semakin komplek dapat membentuk jejaring
makanan (food web).Ilustrasi jejaring makanan disajikan pada Gambar 2.8.

DEKOMPOSER

KONSUMEN III
Cermin dari
kestabilan
KONSUMEN II ekosistem

KONSUMEN I

PRODUSEN

RANTAI JARING MAKANAN


MAKANAN (FOOD WEB)

Gambar 2.8. Ilustrasi rantai makanan dan jejaring makanan

Bahan Ajar 21
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
B. Daur Biokimia

B.1. Dasar Bikomia dan Daur Biokimia


Aliran energi merupakan arus satu arah yang diperbaharui oleh pasokan sinar
matahari, sedangkan aliran materi berbentuk siklus bahan-bahan kimia. Siklus ini tidak
hanya terjadi dalam tubuh organisme (lingkungan biotik) tetapi juga terjadi dalam
lingkungan abiotik, sehingga disebut juga dengan siklus biogeokimia.

Aliran bahan-bahan kimia dalam biota terjadi melalui rantai makanan yang
mengikuti arus aliran oksigen dalam organisme, yang bagi beberapa elemen sudah
merupakan siklus lengkap, tetapi bagi elemn-elemen lain belum karena masih harus
mengikuti siklus ke lingkungan abiotik. Siklus bahan kimia dalam biota disebut fase
organik, sedangkan di luar biota disebut fase abiotik. Dapat dikatakan bahwa aliran fase
abiotik sangat kritis karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya. Seringkali
ketersediaan elemen dalam siklus di pasok dari luar (eksternal), hingga siklus
berlangsung lebih lambat daripada fase organik. Akibatnya bukan saja arah dan
distribusi elemen dalam ekosistem yang terpengaruh tetapi juga keterbatasan sekaligus
ketersediaannya elemen bagi organisme.

Fase atmosfer merupakan fase yang penting dalam siklus nitrogen, sedangkan
fase sedimen relatif penting dalam siklus fosfor. Siklus biogeokimia yang terjadi
dominan pada fase atmosfer disebut siklus waduk atmosfer dan siklus biogeokimia yang
lebih banyak terjadi pada fase sedimen disebut siklus waduk sedimen.

B.2. Daur Unsur Kimia Dalam Ekosistem (N, C, P)

B.2.1. Siklus Karbon


Siklus karbon sangat menyerupai arus energi dalam memasuki rantai pakan
melalui proses fotosintesis. Siklus karbon yang disajikan pada Gambar 2.8 menunjukan
bahwa semua karbon memasuki organisme melalui daun-daunan hijau dan kembali ke
udara melalui respirasi hingga merupakan siklus yang lengkap. Sebagian karbon ada
yang difermentasikan dan/atau membentuk jaringan lainnya menjadi karbon terikat.

Bahan Ajar 22
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
Sumber-sumber karbon tidak hanya tersedia dalam bentuk organik terikat, tetapi
juga dalam bentuk senyawa anorganik karbonat (CO3=) yang terbentuk sebagai berikut:

CO2 + H2O             H2CO3             H+  +  HCO2‐               2H+  +  CO3= 
karbonat bikarbonat     karbonat 

Proses ini, misalnya, terjadi pada ekosistem laut dalam pembuatan kulit kerang
satwa laut seperti kerang dan tiram, juga beberapa jenis protozoa dan ganggang.

Karbohidrat atau organik karbon


Presipitasi CaCO3 masuk ke dalam sedimen tanah,
BBM atau batuan sedimen

Laut

Erupsi
vulkanik
HCO3-, CO3 = Pelapukan bahan &
pembakaran BBM

Lautan & air

Api Oksidasi dalam atmosfer

CH4
Fotosintesis Respirasi Kebakaran hutan & Padang rumput

Satwa dalam Respirasi &


rantai pakan fermentasi
AUTROTOP

Limbah bangkai

Rantai pakan detritus

Gambar 2.8. Siklus Karbon (Fase biotik digambarkan dengan arsir)

B.2.2. Siklus Nitrogen

Nitrogen mempunyai cadangan atmosfer dalam bentuk nitrogen molekuler (N2)


yang hanya dapat dimanfaatkan oleh bakteri. Nitrogen memasuki rantai pakan melalui
akar tumbuhan vaskuler atau dinding tumbuhan non vaskuler, kemudian diikat menjadi
molekul organik seperti berbagai asam amino dan protein, pigmen, asam nukleat dan
vitamin yang mengalir dalam rantai pakan. Walaupun dibuang sebagai kotoran dan urin,
tidak ada nitrogen yang hilang ke atmosfer melalui proses respirasi ke atmosfer, kecuali
karena peristiwa kebakaran (hutan atau padang rumput).

Bahan Ajar 23
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
Daur ulang nitrogen terjadi melalui rantai pakan detritus oleh organisme detritus
(nitrosomans) menjadi senyawa amino (-NH2) lalu terbebas dari amoniak (NH3). Proses
ini disebut deaminasi, dan kemudian dioksidasi menjadi nitrit oleh bakteri nitrosomans
melalui reaksi:

2NH3 + 3O2O 2NO2- + 2H2O + 2H+

kemudian oleh bakteri nitrobaktum dijadikan nitrit yang tersedia bagi tanaman. Ilustrasi
siklus nitrogen disajikan pada Gambar 2.9. dan Gambar 2.10.

2NO2- + O2 2NO3-

Gambar 2.9. Ilustrasi Daur Nitrogen

Bahan Ajar 24
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 

N2 molekul Fiksi biologik molekul Erupsi Pelapukan


nitrogen nitrogen vulkanik batuan
diatmosfer

Kebakaran hutan & Padang rumput

Cadangan senyawa nitrogen antara


Satwa dalam rantai lain sedimen, tanah & batuan
pakanperumputan sedimen
Fiksasi
elektronik &
fotokimia

Bangkai & limbah


AUTROTOP

nitrifikasi

denitrifikasi
Nitrat Nitrit Amoniak Amino nitrogen
oksida nitrogen NO3 NO2 NH3 R = NH2 Dentrifikasi
NO, NO2

Gambar 2.10. Siklus Nitrogen fase organik (bagian diarsir) 

B.2.3. Siklus Belerang

Siklus belerang fase atmosfer terjadi pada pelepasan belerang organik dan
hidrogen sulfida; misalnya dari pembakaran batubara atau BBM terbentuk SO2 yang
bereaksi (fotokimia) menjadi SO3 lalu bereaksi dengan air menjadi asam sulfit.

2SO2 + O2 + hv 2SO3

Reaksi fotokimia satu arah hingga terbentuknya asam sulfit pada saat-saat turun
hujan terkenal dengan hujan asam. Ilustrasi siklus belerang disajikan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Ilustrasi siklus belerang

Bahan Ajar 25
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
B.2.4. Siklus Fosfor

Secara alami fosfor dijumpai sebagai fosfat (PO4=, HPO4= atau H2PO4-) yang
berbentuk larutan ion-ion fosfat anorganik, larutan fosfat organik, fosfat partikulat
(bagian molekul organik atau inorganik yang tak larut) atau fosfat mineral dalam batuan
atau sedimen. Sumber utama fosfat adalah batuan kristal yang lapuk dan hanyut dalam
erosi, dan tersedia bagi organisme hidup sebagai ion-ion fosfat yang memasuki tanaman
melalui perakaran ke berbagai jaringan hidup. Jalur rantai pakan perumputan yang
dilampaui fosfor serupa dengan jalur-jalur nitrogen dan belerang yang terutama
diendapkan sebagai fases. Fosfat dilepaskan ke atmosfer hanya melalui peristiwa
kebakaran (hutan dan padang rumput). Ilustrasi siklus fosfor disajikan pada Gambar
2.12.
Molekul-molekul besar berisi fosfat dalam siklus detritus didegradasikan
menjadi ion-ion fosfat inorganik yang segera tersedia bagi autrotop, atau diendapkan
sebagai butir-butir sedimen tanah ekosistem teretis atau sedimen ekosistem perairan.
Siklus fosfor bersifat fase sedimen dengan proses yang lambat dan ketidamampuan
fosfor untuk larut dalam air, sehingga sering terjadi kekurangan fosfor dalam
pertumbuhan tanaman (Wirakusumah, 2003).

Kebakaran hutan & padang rumput

Satwa dalam rantai pakan


perumputan

AUTROTOP Bangkai & limbah


Fosfat inorganik PO4=

Rantai pakan detritus

Pelapukan Dibebaskan ke tanah & air

Cadangan fosfat dalam sedimen,


tanah dan batuan sedimen

Batuan beku

Gambar 2.12. Siklus Fosfor (Fase organik digambarkan dengan arsir)

Bahan Ajar 26
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
B.2.5. Siklus Hidrologi

Walaupun air tidak memasuki reaksi kimia menjadi senyawa organik maupun
anorganik, air di alam mengalami siklus secara utuh. Air secara relatif tidak terdapat
dalam jaringan hidup yang terikat senyawa kimia walaupun 71% jaringan organisme
hidup mengandung air. Banyak kepentingan air bagi organisme, yaitu sebagai medium
dari hara-hara mineral yang menghantarkannya ke tanaman autotropik; merupakan
bagian dari jaringan hidup sebagai cairan air atau bagian dari molekul organik; menjadi
regulator panas tubuhtanaman dan satwa; merupakan medium sedimen sebagai sumber
utama nutrisi mineral yang melarutkannya bagi kepentingan ekosistem setempat;
merupakan bagian terbesar dari permukaan bumi dan berperan dominan dalam
ekosistem akuatik. Siklus hidrologi disajikan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi didorong oleh energi sinar matahari dan gaya tarik bumi. Seperti
telah dikemukakan bahwa 80% energi insolasi tidak segera menjadi gelombang
elektromagnetik, tetapi menguapkan air di atmosfer, yang apabila terdapat cukup butir-
butir inti hujan, uap air itu segera turun kembali sebagai hujan karena cukup beratnya
untuk ditarik oleh gaya tarik bumi. Air tidak terbagi merata di permukaan bumi; 95%

Bahan Ajar 27
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
jumlah air itu secara kimiawi diikat dalam batu-batuan yang kemudian tidak larut dalam
sirkulasi. Sebanyak 97,3% terdapat di lautan, 2,1% berbentuk gunung es di kutub-kutub
bumi atau gletser-gletser permanen, dan sisanya merupakan air segar dalam bentuk uap
air atmosfer, air bumi, air tanah atau air permukaan di daratan, seperti yang disajikan
dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Distribusi air permukaan dan kerak bumi


Terikat dalam batuan, tidak bersirkulasi
Batuan Kristal 250.000 x 107 kg
Batuan Sedimen 2.100 x 107 kg
Air bebas dalam siklus hidrologi
Lautan 13.200 x 107 kg
Tudung es & Gletser 292 x 107 kg
Air bumi 4000 m 83,5 x 107 kg
Danau air tawar 1,25 x 107 kg
Danau garam & lautan pedalaman 1,04 x 107 kg
Uap air 0,67 x 107 kg
Uap air atmosfer 0,13 x 107 kg
Sungai-sungai 0,013 x 107 kg

C. Rangkuman

Rantai makanan (food chain) disebut sebagai satuan dasar ekosistem karena
adanya peredaran energi dan nutrisi di dalamnya serta pertukaran energi dan materi
yang terjadi pada lingkungan abiotik. Rantai pangan dapat diartikan sebagai
pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yg
makan dan yang dimakan. Rantai makanan yang saling berhubungan disebut
jejaring makanan (food web). Transfer dan transformasi energi mengikuti hukum-
hukum termodinamika. Daur biokimia mengikutsertakan unsur-unsur kimia dan
senyawa-senyawa anorganik yang beredar di biosfer.

Bahan Ajar 28
EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN  2012
 
 
D. Tes formatif

1. Faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi produktivitas dalam


suatu ekosistem?
2. Apa yang dimaksud dengan rantai makanan
3. Apa yang dikmaksud jejaring makanan
4. Apa yang dimaksud daur biogeokimia bermanfaat bagi kehidupan organisme?

E. Daftar Pustaka

Clapham, Jr. W.B. 1973. Natural Ecosystems. New York: Macmillan Publishing
Co. Inc.
Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi: Menopang Pengetahuan Ilmu-Ilmu
Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Bahan Ajar 29

Anda mungkin juga menyukai