Biofisik 2
Biofisik 2
Biofisik 2
BIOFISIK 2
Kelompok 6
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Tekanan osmotik juga merupakan salah satu contoh dari biofisik. Membran
semipermeabel hanya dapat dilalui oleh molekul terlarut yang berukuran cukup
kecil, namun bagi molekul terlarut yang besar tidak dapat lewat. Osmosis
merupakan suatu fenomena dimana pelarut dapat melewati membran
semipermeabel untuk menyeimbangkan konsentrasi larutan di kedua sisi
membran. Dalam osmosis, pelarut akan bergerak dari larutan dengan konsentrasi
zat terlarut rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut tinggi. Untuk
menghentikan osmosis maka ada yang disebut dengan tekanan osmotik. Tekanan
osmotik merupakan sifat koligatif larutan yang, ketika diaplikasikan pada larutan,
hanya menghentikan osmosis. Dalam kehidupan, osmosis merupakan hal penting
dalam proses biologi. Suatu sel harus memiliki cairan yang tekanan osmotiknya
sama dengan cairan yang mengelilinginya (Ebbing dan Gammon 2017). Larutan
hipotonik menyebabkan pembengkakan sel dan apabila gerakan osmotik air yang
dihasilkan cukup besar maka sel akan pecah atau lisis. Dalam kasus sel eritrosit
kondisi ini disebut dengan hemolisis. Bila sel eritrosit yang hemolisis lebih
banyak dari pada yang tidak, maka campuran darah dan medium menjadi merah
cerah, semakin pekat warna merah menandakan semakin banyak sel yang
hemolisis. Larutan hipertonik menyebabkan air yang berada di dalam sel
berosmosis keluar sel, sehingga sel kehilangan bentuk normalnya dan mengkerut
atau krenasi. Medium yang berisi sel eritrosit yang mengalami krenasi akan
berwarna merah keruh karena tidak banyak hemoglobin yang dilepas akibat
pecahnya sel eritrosit (Goodhead & MacMillan, 2017).
Tujuan
METODE
Pada praktikum ini bahan yang digunakan untuk percobaan koloid adalah
air, air gula, air tepung, susu, koloid liofil, koloid liofob, larutan NaCl 10%, garam
MgSO4, dan aquades. Alat yang digunakan untuk percobaan koloid adalah gelas
dan sendok pengaduk, dan laser. Untuk percobaan buffer, bahan yang digunakan
adalah asam asetat 0.1 N, Na-asetat 0.1 N, Na2HPO4 0.2 M, dan NaH2PO4 0.2 M.
Alat yang digunakan dalam percobaan buffer adalah gelas ukur dan pH meter.
Pada percobaan tekanan osmosis bahan yang digunakan adalah kentang, air, air
gula, darah segar, larutan NaCl 0.3%, NaCl 0.9% dan NaCl 5%. Alat yang
digunakan untuk percobaan tekanan osmotik adalah mangkuk, tabung reaksi,
jarum pentul, dan mikroskop.
Prosedur Percobaan
A. Percobaan Koloid
Untuk percobaan koloid kedua, dua gelas disiapkan dan pada gelas pertama
diisi dengan koloid liofil sedangkan gelas kedua diisi dengan koloid liofob. Ke
dalam koloid liofil dan liofob dimasukan larutan NaCl 10% hingga terbentuk
endapan. Apabila pada koloid liofil tidak mengalami pengendapan maka
ditambahkan garam MgSO4 sampai jenuh. Hasil diamati dan dicatat.
B. Percobaan Buffer
Dalam percobaan pembuatan buffer standar asetat (Walpole), larutan asam
asetat 0,1 N disiapkan dengan urutan 9.25 ml, 8.20 ml, 6.30 ml, 4.00 ml, 2.10 ml
kemudian dimasukan ke lima gelas ukur yang berbeda. Larutan Na-asetat 0,1 N
disiapkan dengan urutan 0.75 ml, 1.80 ml, 3.70 ml, 6.00 ml, 7.90 ml, kemudian
dimasukan ke gelas berisikan asam asetat. Kedua larutan dihomogenkan dan
dihitung nilai pH dan kapasitas dari masing-masing buffer.
Pada percobaan buffer standar fosfat (Sorensen), larutan Na2HPO4 0.2 M
disiapkan dengan urutan 0.50 ml, 1.20 ml, 2.65 ml, 5.00 ml, dan 7.15 ml
kemudian dimasukan ke dalam lima gelar ukur berbeda. Larutan NaH2PO4 0.2 M
disiapkan dengan urutan 9.50 ml, 8.80 ml, 7.35 ml, 5.00 ml, dan 2.85 ml
kemudian dimasukan ke dalam gelas ukur berisikan larutan Na2HPO4 0.2 M yang
telah disiapkan. Kedua larutan dihomogenkan dan dihitung nilai pH dan kapasitas
dari masing-masing buffer.
Hasil
Tabel 1. Efek tyndall koloid
Gelatin 2% - + Liofil
Pati 2% + + Liofil
Ferihidroksida + ++ Liofob
Contoh perhitungan:
Walpole
9.25 mL 0.1 N asam asetat dan 0.75 mL 0.1 N Na-asetat
pH teoritis:
𝐾𝑎 × 𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎ℎ
[H⁺] = 𝑉 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖
1.75 × 10⁻⁵ × 9.25 𝑚𝐿
[H⁺] = 0.75 𝑚𝐿
= 21.58 × 10⁻⁵
pH = -log [H⁺] = - log [21.58 × 10⁻⁵] = 5 - log 21.58 = 3.66
Kapasitas buffer:
pKa = -log [Ka] = - log [1.75 × 10⁻⁵] = 5 - log 1.75 = 4.75
𝑝𝐻 3.66
Kapasitas buffer = 𝑝𝐾𝑎
= 4.75 = 0.77
Sorensen
9.50 mL 0.2 M NaH 2PO4 dan 0.50 mL 0.2 M Na 2HPO4
pH teoritis:
𝐾𝑎 × 𝑉 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎ℎ
[H⁺] = 𝑉 𝑏𝑎𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖
−8
6.2×10 ×9.50 𝑚𝑙
[H⁺] = 0.50 𝑚𝑙
= 11.78 × 10-8
pH = -log [H⁺] = - log [11.78 × 10-8] = 8 - log 11.78 = 5.93
Kapasitas buffer:
pKa = -log [Ka] = - log [6.2 × 10-8] = 8 - log 6.2 = 7.21
𝑝𝐻 5.93
Kapasitas buffer = 𝑝𝐾𝑎
= 7.21 = 0.82
Gambar 5. Bentuk sel darah merah yang mengalami lisis (kiri), normal (tengah), dan
krenasi (kanan)
(Sumber: Colville dan Bassert 2016)
Gambar 6. Darah yang mengalami hemolisis 1% (kiri) hingga hemolisis 100% (kanan)
(Sumber : Goodhead & MacMillan, 2017)
Pembahasan
Koloid
Dari percobaan yang telah dilakukan dan juga penelusuran literatur, sampel
yang termasuk koloid dapat diidentifikasi. Dari sampel yang ada, yang termasuk
koloid adalah air susu. Air merupakan senyawa, air gula merupakan larutan sejati,
dan air tepung merupakan suspensi. Sampel dapat dibedakan berdasarkan sifat
fisiknya dan juga kemampuan menunjukan efek Tyndall. Air tidak dapat
menunjukan efek Tyndall selain itu tidak terdapat perbedaan fase pada air karena
air merupakan senyawa yang hanya memiliki satu fase. Air gula merupakan
larutan yang berarti campuran antara air dan gula merupakan campuran yang
homogen sehingga partikel gula menyebar secara merata dan halus di seluruh
bagian dari air (Chang dan Overby 2011). Pada percobaan mandiri, sampel air
gula menunjukan efek Tyndall padahal bukan termasuk koloid, beberapa
kesalahan atau faktor yang dapat mengakibatkan hal tersebut adalah karena
kurangnya pengadukan sehingga partikel gula belum tercampur sempurna. Air
tepung merupakan suspensi yang berarti campuran antara air dan tepung
merupakan campuran yang heterogen. Air tepung dapat menunjukan efek Tyndall,
walaupun kurang jelas, karena partikel tepung yang besar sehingga mampu
menghamburkan cahaya yang lewat. Air tepung bukan termasuk koloid karena
tepung dapat dipisahkan dari air melalui proses filtrasi dan juga terdapat endapan
pada sampel.
Contoh koloid lainnya adalah putih telur, putih telur ini dapat
dimanfaatkan untuk penghilang kotoran pada proses pembuatan sirup. Terkadang
gulam masih mengandung pengotor sehingga jika dilarutkan tidak jernih, pada
industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya digunakan
putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur sehingga
putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur,
dapat juga digunakan zat lain, seperti tanah diatomae atau arang aktif. Contoh
lainnya adalah Al(OH)₃ yang dapat dimanfaatkan sebagai penjernih air. Pada air
sungai, tanah yang terdispersi dapat diendapkan dengan penambahan tawas
(Kal(SO₄)₂) atau larutan Poly Aluminium Chloride (PAC). Kedua zat ini dapat
membentuk koloid Al(OH)₃ kemudian, partikel koloid Al(OH)₃ mengadsorpsi
pengotor di dalam air, menggumpalkan, dan mengendapkannya sehingga air
menjadi jernih.
Larutan Buffer
Dari data pada tabel 3 terlihat buffer asetat efektif pada pH sekitar 5.0,
artinya setelah mencapai pH 5.0, penambahan volume Na-asetat hanya sedikit
terjadi perubahan pH. Dengan begitu buffer asetat merupakan buffer yang cocok
untuk mempertahankan keasaman di bawah pH 7. Sedangkan pada buffer fosfat
efektif pada pH sekitar 7.0, yang artinya dengan penambahan volume NaH2PO4
hanya sedikit terjadi perubahan pH. Sehingga buffer fosfat lebih cocok untuk
mempertahankan pH larutan diatas 7.
Dari tabel 3 dapat dikatakan bahwa larutan buffer yang memiliki kapasitas
buffer terbesar adalah larutan buffer asetat dengan perbandingan volume asam dan
basa 2.10 ml dan 7.90 ml. Tingginya kapasitas buffer ini dapat didefinisikan
dengan kemampuan larutan buffer untuk mempertahankan pH-nya. Dengan begitu
apabila ditambahkan asam kuat maupun basa kuat, pH buffer tidak mengalami
banyak perubahan.
SIMPULAN
Suatu koloid dapat menunjukan efek Tyndall dan koagulasi. Selain itu
koloid dapat dibedakan menjadi koloid liofob dan koloid liofil. Dalam pembuatan
buffer dapat dilakukan dua metode yaitu metode Walpole (buffer asetat) dan
metode Sorensen (buffer fosfat). Pada buffer asetat, semakin sedikit volume asam
asetat dan semakin banyak volume Na asetat yang ditambahkan, pH dan kapasitas
buffernya semakin tinggi. Pada buffer fosfat, semakin sedikit volume Na2HPO4
dan semakin banyak NaH2PO4, pH dan kapasitas buffer semakin tinggi. Tekanan
osmotik berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Jika konsentrasi larutan
tinggi maka tekanan osmotik juga tinggi, sebaliknya jika konsentrasi larutan
rendah maka tekanan osmotiknya juga rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ebbing DD, Gammon SD. 2017. General Chemistry 11th Edition. Boston (MA):
Cengage Learning
Goodhead LK & MacMillan FM. 2017. Measuring osmosis and hemolysis of red
blood cells. Advances in Physiology Education 41, 298-305. doi:
10.1152/advan.00083.2016
Purba LSL. 2017. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two
stay-two stray (TS-TS) terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa
pada pokok bahasan koloid. Jurnal EduMatSains. 1(2): 137-152.
Petrucci RH, Herring FG, Madura JD, Bissonnette C. 2011. General Chemistry:
Principles and Modern Applications 10th Edition. Toronto (CA): Pearson
Canada
Sunarya Y, Setiabudi A. 2009. Buku Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3 (IPA) Kelas
12 SMA. Jakarta (ID) : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN
Sebelum Sesudah