PMK No 14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
PMK No 14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
PMK No 14 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PELAKSANAAN TEKNIS SURVEILANS GIZI.
Pasal 1
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Surveilans Gizi adalah kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap masalah gizi
masyarakat dan indikator pembinaan gizi.
-3-
Pasal 2
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab untuk menyelenggarakan Surveilans Gizi secara
terpadu, berjenjang, dan berkesinambungan.
(2) Penyelenggaraan Surveilans Gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Pengelola Program Gizi di
Puskesmas, dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
dinas kesehatan daerah provinsi dan kementerian yang
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
(3) Penyelenggaraan Surveilans Gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan untuk memberikan gambaran
-4-
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan Surveilans Gizi secara teknis
dilaksanakan dengan berbasis indikator masalah gizi
dan kinerja program gizi.
(2) Selain indikator sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pelaksanaan teknis Surveilans Gizi juga membutuhkan
indikator lain berupa Faktor Risiko yang mempengaruhi
masalah gizi dan kinerja program gizi.
Pasal 4
(1) Indikator masalah gizi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. persentase balita berat badan kurang;
b. persentase balita pendek;
c. persentase balita gizi kurang;
d. persentase remaja putri anemia;
e. persentase ibu hamil anemia;
f. persentase ibu hamil risiko Kurang Energi Kronik;
dan
g. persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Pasal 5
(1) Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi dilakukan dengan
tahapan:
a. pengumpulan data;
b. pengolahan dan analisis data; dan
c. diseminasi.
(2) Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan untuk menghasilkan informasi yang
digunakan sebagai pedoman dalam perumusan
-6-
Pasal 6
(1) Pengumpulan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara mendapatkan data
dari Posyandu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
masyarakat, dan/atau sumber data lainnya.
(2) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
melalui kegiatan:
a. pemantauan pertumbuhan;
b. pelaporan kasus;
c. pelaporan data rutin;
d. survei; dan/atau
e. kegiatan lainnya.
Pasal 7
(1) Pengolahan dan analisis data sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, dilakukan untuk
menghasilkan informasi yang diperlukan dalam
mendukung program perbaikan gizi.
(2) Pengolahan dan analisis data sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan penerapan manajemen data
melalui kegiatan sebagai berikut:
a. perekaman data;
b. validasi;
c. pengkodean;
d. alih bentuk; dan
e. pengelompokan berdasarkan tempat, waktu dan
orang.
Pasal 8
(1) Diseminasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf c dilakukan untuk menyebarluaskan informasi
-7-
Pasal 9
Untuk mendukung pelaksanaan teknis Surveilans Gizi,
kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan mengembangkan
sistem informasi gizi berbasis teknologi informasi.
Pasal 10
(1) Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi harus didukung
dengan tersedianya:
a. sumber daya manusia;
b. sarana dan prasarana; dan
c. pendanaan.
(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan tenaga kesehatan yang
memiliki latar belakang pendidikan bidang gizi dan
minimal berijazah Diploma III;
(3) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b paling sedikit meliputi penyediaan perangkat
lunak dan perangkat keras untuk mendukung
pemanfaatan informasi gizi berbasis teknologi informasi.
(4) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat
-8-
Pasal 11
Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi dilaksanakan sesuai
dengan Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 12
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
teknis Surveilans Gizi dilakukan oleh Menteri, kepala
dinas kesehatan daerah provinsi dan kepala dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan untuk:
a. meningkatkan kualitas data dan informasi
Surveilans Gizi; dan
b. meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
dalam pelaksanaan teknis Surveilans Gizi.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan:
a. sosialisasi dan advokasi;
b. bimbingan teknis;
c. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia; dan/atau
d. pemantauan dan evaluasi.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan secara berkala.
Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-9-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juni 2019
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Juni 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2019
TENTANG
PELAKSANAAN TEKNIS
SURVEILANS GIZI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bertujuan
untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain
melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi,
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015, 2016, dan 2017
menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan prevalensi balita gizi
kurang maupun balita pendek (stunting). Pada tahun 2015, 2016 dan
2017 prevalensi balita gizi kurang (underweight) secara berturut-turut
adalah 18,8%, 17,8% dan 17,8%. Sedangkan prevalensi balita pendek
berturut-turut sebesar 29,0%, 27,5% dan 29,6%. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan tahun 2018, terjadi
penurunan prevalensi balita gizi kurang dari 19,6% menjadi 17,7%,
penurunan prevalensi balita pendek dari 37,2% menjadi 30,8% dan
penurunan prevalensi balita gizi kurang (wasting) dari 12,1% menjadi
10,2%. Riskesdas juga menunjukkan capaian kinerja gizi yang masih
kurang optimal seperti persentase ibu hamil yang mendapat TTD sebesar
73,2%, persentase bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif sebesar
37,3% dan persentase balita mendapat vitamin A mencapai 82,4%.
- 11 -
B. Tujuan
Pengaturan Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi bertujuan untuk:
1. memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
termasuk Pengelola Program Gizi dalam mendukung program
perbaikan gizi;
2. menata pelaksanaan teknis Surveilans Gizi di berbagai tingkatan
pemerintahan; dan
3. memberikan gambaran menyeluruh mengenai pemasalahan gizi dan
capaian indikator program gizi.
C. Sasaran
Sasaran Pengaturan Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi:
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
2. Tenaga Kesehatan;
3. Pengelola Program Gizi di dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
dinas kesehatan daerah provinsi, dan kementerian yang mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan;
dan
4. Pemangku kepentingan/pembuat kebijakan.
- 13 -
BAB II
INDIKATOR SURVEILANS GIZI
d. Sumber data/informasi
Register penimbangan, kohort bayi, kohort balita dan anak
prasekolah.
- 14 -
d. Sumber data/informasi
Register penimbangan, kohort bayi, kohort balita dan anak
prasekolah.
e. Data yang dikumpulkan
Tinggi badan, umur, jenis kelamin.
f. Frekuensi Pelaporan
Setiap tahun.
g. Alat dan Bahan
Register, alat ukur panjang/tinggi badan.
h. Mekanisme pelaporan
1) Pengukuran dilakukan pada seluruh sasaran balita di
wilayah kerja puskesmas baik di Posyandu maupun di
PAUD.
2) Laporan hasil pengukuran dicatat dan di entry oleh
puskesmas untuk selanjutnya ditentukan kategori
status gizinya.
3) Menghitung persentase jumlah balita pendek.
4) Apabila pengukuran tidak dapat dilakukan pada
seluruh sasaran maka indikator ini dapat diperoleh
melalui survey.
- 16 -
d. Sumber data/informasi
Register penimbangan, kohort bayi, kohort balita dan anak
prasekolah.
e. Data yang dikumpulkan
Berat badan, panjang/tinggi badan, umur, jenis kelamin.
f. Frekuensi Pelaporan
Data dilaporkan setiap tahun.
g. Alat dan Bahan
Register, timbangan berat badan, alat ukur panjang/tinggi
badan.
h. Mekanisme pelaporan
1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan pada seluruh
sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas baik di
- 17 -
d. Sumber data/informasi
Register.
e. Data yang dikumpulkan
Jumlah remaja putri, jumlah remaja putri yang diperiksa,
jumlah remaja putri anemia.
f. Frekuensi Laporan
Data dilaporkan setiap tahun dari hasil rekap setiap bulan,
sehingga angka tahunan diperoleh melalui penjumlahan
bulan Januari sampai Desember (kumulatif).
g. Alat dan Bahan
Alat tes Hb, formulir monitoring dan evaluasi.
h. Mekanisme pelaporan
1) Melakukan pengukuran Hb dan mencatat hasil
pengukuran kedalam register.
2) Mengkategorikan status anemia atau normal.
3) Menjumlahkan remaja putri dengan status anemia dan
seluruh remaja putri yang diperiksa.
4) Menghitung persentase remaja putri anemia.
Rumus:
Persentase Jumlah ibu hamil anemia
Ibu Hamil = x 100%
Jumlah ibu hamil yang
Anemia diperiksa Hb pertama kali
d. Sumber data/informasi
Kohort ibu, Buku KIA.
e. Data yang dikumpulkan
Jumlah ibu hamil, jumlah ibu hamil yang diperiksa, jumlah
ibu hamil anemia.
f. Frekuensi Laporan
Data dilaporkan setiap tahun dari hasil rekap setiap bulan,
sehingga angka tahunan diperoleh melalui penjumlahan
bulan Januari sampai Desember (kumulatif).
g. Alat dan Bahan
Alat tes Hb, formulir monitoring dan evaluasi.
h. Mekanisme pelaporan
1) Melakukan pengukuran Hb dan mencatat hasil
pengukuran kedalam register/kohort ibu.
2) Mengkategorikan status anemia (anemia/normal)
3) Menjumlahkan ibu hamil dengan status anemia dan
seluruh ibu hamil yang diperiksa.
4) Menghitung persentase ibu hamil anemia.
d. Sumber data/informasi
Kohort ibu, Buku KIA.
e. Data yang dikumpulkan
Jumlah ibu hamil, jumlah ibu hamil yang diukur, jumlah
ibu hamil risiko KEK.
f. Frekuensi Laporan
Data dilaporkan setiap tahun dari hasil rekap setiap bulan,
sehingga angka tahunan diperoleh melalui penjumlahan
bulan Januari sampai Desember (kumulatif).
g. Alat dan Bahan
Pita LiLA, formulir.
h. Mekanisme pelaporan
1) Melakukan pengukuran LiLA dan mencatat hasil
pengukuran kedalam register/kohort ibu.
2) Mengkategorikan status risiko KEK atau normal.
3) Menjumlahkan ibu hamil dengan status risiko KEK dan
seluruh ibu hamil yang diukur.
4) Menghitung persentase ibu hamil risiko KEK.
b. Definisi Operasional
1) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram.
2) Persentase BBLR adalah jumlah BBLR terhadap jumlah
bayi baru lahir hidup yang ditimbang dikali 100%.
c. Ukuran Indikator
Masalah BBLR dinilai rendah apabila persentase BBLR
dibawah target.
Rumus:
Jumlah bayi BBLR
Persentase
= Jumlah bayi baru lahir hidup yang x 100 %
Bayi BBLR
ditimbang
d. Sumber Data
Kohort bayi
e. Frekuensi Laporan
Data dilaporkan setiap tahun dari hasil rekap setiap bulan,
sehingga angka tahunan diperoleh melalui penjumlahan
bulan Januari sampai Desember (kumulatif).
f. Alat dan Bahan
Formulir monitoring dan evaluasi.
g. Mekanisme pelaporan
1) Menimbang berat badan bayi baru lahir dan
mencatatnya kedalam registrasi/kohort bayi.
2) Mengkategorikan status berat badan bayi rendah atau
normal.
3) Menjumlahkan bayi dengan status BBLR dan seluruh
bayi yang lahir dan ditimbang.
4) Menghitung persentase bayi BBLR.
CATATAN:
Data pemberian ASI Eksklusif dicatat dari KMS seluruh bayi usia 0
bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari pada Formulir Pencatatan
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi kurang dari 6 bulansesuai simbol
berikut:
√ = bayi masih diberi ASI saja
X = bayi sudah diberi makanan/minuman lain selain ASI kecuali
obat, vitamin dan mineral
A = bayi tidak datang penimbangan
Pencatatan pada Buku KIA/KMS dilakukan setiap bulan
c. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi kurang dari 6 bulan
yang mendapat ASI eksklusif sesuai target.
Rumus:
Persentase Bayi Jumlah bayi kurang dari 6 bulan masih
kurang dari 6 mendapat ASI Eksklusif
= x 100 %
Bulan Mendapat Jumlah bayi kurang dari 6 bulan
ASI Eksklusif yang di recall
- 23 -
d. Sumber Data
Buku KIA/KMS Balita, kohort bayi, Register Posyandu, Form
ASI Eksklusif, Pencatatan dan pelaporan RS/klinik/praktek
swasta.
e. Frekuensi Laporan
Setiap enam bulan (Februari dan Agustus).
Cakupan tahunan menggunakan penjumlahan bulan
Februari dan Agustus.
f. Alat dan Bahan
Buku KIA/KMS balita, register bayi, formulir pelaporan.
g. Mekanisme Pelaporan
1) Mencatat hasil recall ASI Eksklusif kedalam KMS setiap
bulan.
2) Mencatat KMS masing-masing balita umur kurang dari
6 bulan kedalam register posyandu setiap bulan
Februari dan Agustus.
3) Merekap jumlah bayi dan kategori pemberian ASI (ASI
Eksklusif/Tidak ASI Ekskusif) berdasarkan kelompok
umur 0 sampai 5 bulan.
4) Menghitung persentase bayi kurang dari 6 bulan
mendapat ASI Eksklusif.
h. Langkah-Langkah Perhitungan Cakupan Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan
1) Siapkan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita dan hitung
umur bayi pada saat penimbangan bulanan. Umur bayi
dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur
dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari.
Contoh:
a) Umur 25 hari = 0 bulan
b) Umur 1 bulan 29 hari = 1 bulan
c) Umur 2 bulan 30 hari = 3 bulan
Cara penghitungan umur anak:
• Tulis tanggal lahir bayi, dalam format: tanggal-bulan-
tahun, misalnya: 5-4-2010.
• Tulis tanggal kunjungan, misalnya: 19-9-2010.
• Kaidah perhitungan umur anak adalah dalam bulan
penuh. Pengertian bulan penuh adalah bila kelebihan
- 24 -
Contoh 2:
Tanggal 05 04 2010
kunjungan
Tanggal 19 09 2009
lahir
-14 -5 1
Gambar 1:
Catatan ASI Eksklusif pada KMS
Tabel 1:
Tabel Registrasi Pencatatan Pemberian ASI Eksklusif
Bayi Umur Kurang dari 6 Bulan di Posyandu Mawar
Tabel 2:
Tabel Rekapitulasi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan di Desa
Provinsi : DKI Jakarta
Kabupaten/Kota : Jakarta Barat Bulan :Februari
Puskesmas/Kecamatan : Grogol Petamburan Tahun :2017
Desa/Kelurahan : Grogol
Berdasarkan contoh diatas, maka persentase pemberian ASI Eksklusif kurang dari 6 bulan adalah = (v/ n) *100
• kelompok umur 0 bulan = (28/36)*100 = 77,8%
• kelompok umur 1 bulan = (28/37)*100 = 70,3%
• kelompok umur 2 bulan = (23/35)*100 = 71,4%
• kelompok umur 3 bulan = (22/40)*100 = 57,5%
• kelompok umur 4 bulan = (18/40)*100 = 50,0%
• kelompok umur 5 bulan = (14/37)*100 = 37,8%
5) Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas merekapitulasi jumlah kode atau simbol v (ceklist) diseragamkan dan n pada kunjungan terakhir dari
desa/kelurahan ke dalam formulir rekapitulasi di Puskesmas
- 28 -
Tabel 3:
Contoh Rekapitulasi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan di Puskesmas
Berdasarkan contoh diatas, maka persentase pemberian ASI Eksklusif kurang dari 6 bulan adalah = (√ / n) *100
• kelompok umur 0 bulan = (122/160)*100 = 76,3%
• kelompok umur 1 bulan = (128/183)*100 = 69,9%
• kelompok umur 2 bulan = (127/184)*100 = 69,0%
• kelompok umur 3 bulan = (99/168)*100 = 58,9%
• kelompok umur 4 bulan = (84/167)*100 = 50,3%
• kelompok umur 5 bulan = (69/161)*100 = 42,9%
- 29 -
Gambar 2:
Grafik Analisis ASI Eksklusif
di Puskesmas Grogol Petamburan
Tabel 4:
Contoh Rekapitulasi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Kurang dari 6 Bulan di Kabupaten/Kota
Berdasarkan contoh diatas, maka persentase pemberian ASI Eksklusif kurang dari 6 bulan adalah = (√ / n) *100
• kelompok umur 0 bulan = 83,8%
• kelompok umur 1 bulan = 74,7%
• kelompok umur 2 bulan = 67,4%
• kelompok umur 3 bulan = 61,7%
• kelompok umur 4 bulan = 52,6%
• kelompok umur 5 bulan = 41,9%
- 31 -
20.0
0.0
0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 0-5 bulan
Gambar 3:
Analisis ASI Eksklusif di Kota Jakarta Barat
Tabel 5:
Contoh Rekapitulasi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Kurang dari 6 Bulan di Kabupaten/Kota
Provinsi : DKI Jakarta
Kabupaten/Kota : Jakarta Barat
Tahun : 2017
FEBRUARI
Nama
No 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan < 6 bulan
Puskesmas N
n v % n v % n v % n v % n v % n v % n v %
Grogol
1 1161 160 122 76.3 183 128 69.9 184 127 69.0 168 99 58.9 167 84 50.3 161 69 42.9 1023 629 61.5
Petamburan
2 Kembangan 1200 170 150 88.2 176 144 81.8 182 120 65.9 154 95 61.7 158 90 57.0 175 72 41.1 1015 671 66.1
3 Meruya 987 143 113 79.0 144 112 77.8 152 100 65.8 161 98 60.9 140 86 61.4 115 65 56.5 855 574 67.1
4 Joglo 1150 171 146 85.4 143 111 77.6 166 114 68.7 169 101 59.8 178 77 43.3 167 60 35.9 994 609 61.3
5 Srengseng 1100 185 164 88.6 156 104 66.7 171 115 67.3 146 99 67.8 167 89 53.3 179 68 38.0 1004 639 63.6
6 Jakarta Barat 5598 829 695 83.8 802 599 74.7 855 576 67.4 798 492 61.7 810 426 52.6 797 334 41.9 4891 3122 63.8
AGUSTUS
Nama
No 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan < 6 bulan
Puskesmas N
n v % n v % n v % n v % n v % n v % n v %
Grogol
1 1100 153 122 76.3 183 128 69.9 179 127 69.0 168 99 58.9 167 84 50.3 161 69 42.9 1011 629 61.5
Petamburan
2 Kembangan 1190 155 150 96.8 169 144 85.2 176 120 68.2 154 95 61.7 158 90 57.0 175 80 45.7 987 679 68.8
3 Meruya 895 134 113 84.3 147 112 76.2 152 100 65.8 161 98 60.9 140 86 61.4 115 65 56.5 849 574 67.6
4 Joglo 1200 180 146 81.1 129 111 86.0 179 114 63.7 169 112 66.3 178 77 43.3 167 56 33.5 1002 616 61.5
5 Srengseng 1105 176 164 93.2 161 104 64.6 154 115 74.7 146 99 67.8 167 89 53.3 179 68 38.0 983 639 65.0
6 Jakarta Barat 5490 798 695 87.1 789 599 75.9 840 576 68.6 798 503 63.0 810 426 52.6 797 338 42.4 4832 3137 64.9
FEBRUARI + AGUSTUS
Nama
No 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan < 6 bulan
Puskesmas N
n v % n v % n v % n v % n v % n v % n v %
Grogol
1 2261 313 244 78.0 366 256 69.9 363 254 70.0 336 198 58.9 334 168 50.3 322 138 42.9 2034 1258 61.8
Petamburan
2 Kembangan 2390 325 300 92.3 345 288 83.5 358 240 67.0 308 190 61.7 316 180 57.0 350 152 43.4 2002 1350 67.4
3 Meruya 1882 277 226 81.6 291 224 77.0 304 200 65.8 322 196 60.9 280 172 61.4 230 130 56.5 1704 1148 67.4
4 Joglo 2350 351 292 83.2 272 222 81.6 345 228 66.1 338 213 63.0 356 154 43.3 334 116 34.7 1996 1225 61.4
5 Srengseng 2205 361 328 90.9 317 208 65.6 325 230 70.8 292 198 67.8 334 178 53.3 358 136 38.0 1987 1278 64.3
6 Jakarta Barat 11088 1627 1390 85.4 1591 1198 75.3 1695 1152 68.0 1596 995 62.3 1620 852 52.6 1594 672 42.2 9723 6259 64.4
- 33 -
d. Sumber Data
Buku KIA/KMS Balita, kohort bayi, Register Posyandu, Form ASI
Eksklusif, Pencatatan dan pelaporan RS/klinik/praktek swasta
e. Frekuensi Laporan
Data dilaporkan setiap bulan, angka cakupan tahunan diperoleh
melalui penjumlahan bulan Januari sampai Desember (kumulatif)
f. Alat dan Bahan
Buku KIA/KMS balita, register bayi, formulir pelaporan
- 34 -
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat hasil recall ASI Eksklusif ke dalam KMS setiap
bulan
2) Mencatat KMS masing-masing balita kedalam register
posyandu
3) Merekap jumlah bayi yang mencapai usia 6 bulan 0 hari
atau lebih dengan kategori pemberian ASI (ASI
Eksklusif/Tidak ASI Eksklusif)
4) Menghitung persentase bayi usia 6 bulan mendapat ASI
Eksklusif
3. Cakupan Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Minimal
90 Tablet Selama Masa Kehamilan
a. Latar Belakang
Pemberian TTD merupakan satu intervensi untuk mencegah
terjadinya anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya
ibu hamil mulai mengonsumsi TTD sejak konsepsi sampai akhir
trimester III. Indikator ini sebagai evaluasi kinerja apakah TTD
sudah diberikan kepada seluruh sasaran.
b. Definisi Operasional
1) TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi
setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat
yang disediakan oleh pemerintah maupun diperoleh sendiri.
2) Ibu hamil mendapat 90 TTD adalah jumlah ibu hamil yang
selama kehamilan mendapat minimal 90 TTD terhadap
jumlah sasaran ibu hamil dikali 100%.
c. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase ibu selama hamil mendapat 90
TTD sesuai target.
Rumus:
Jumlah ibu hamil yang mendapat
Persentase Ibu Hamil
= minimal 90 TTD
yang Mendapat 90 TTD x 100%
Jumlah ibu hamil
d. Sumber data
Kohort Ibu, Buku KIA
- 35 -
e. Frekuensi laporan
Data dilaporkan setiap bulan, angka cakupan tahunan diperoleh
melalui penjumlahan bulan Januari sampai Desember (kumulatif)
f. Alat dan Bahan
Formulir monitoring bulanan ibu selama hamil dan jumlah TTD
yang diterima dan formulir pelaporan
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat jumlah TTD yang diberikan kepada ibu setiap kali
melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan kedalam
kohort
2) Merekap jumlah ibu hamil dengan usia kehamilan akhir
trimester III
3) Merekap jumlah ibu hamil dengan usia kehamilan akhir
trimester III yang sudah mendapatkan TTD minimal 90 tablet
4) Menghitung persentase ibu hamil yang mendapat TTD
minimal 90 tablet
4. Cakupan Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang Mendapat Makanan
Tambahan
a. Latar belakang
Ibu hamil di Indonesia masih mengalami defisit asupan energi
dan protein. Berdasarkan hal tersebut pemberian makanan
tambahan bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk mencegah bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Definisi Operasional
1) Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas
(LiLA) kurang dari 23,5 cm
2) Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi
sebagai tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama
dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau makanan
tambahan bahan pangan lokal.
3) Persentase Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan
adalah jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan
tambahan terhadap jumlah ibu hamil KEK yang ada dikali
100%.
- 36 -
c. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase ibu hamil KEK mendapat
makanan tambahan sesuai target.
Rumus:
Jumlah ibu hamil KEK yang
Persentase Ibu Hamil
mendapat makanan tambahan
KEK mendapat = x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil KEK
makanan tambahan
yang ada
d. Sumber data
Kohort Ibu, Buku KIA
e. Frekuensi laporan
Data dilaporkan setiap bulan, angka cakupan tahunan diperoleh
melalui penjumlahan bulan Januari sampai Desember (kumulatif)
f. Alat dan Bahan
Pedoman pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK,
formulir pencatatan pemberian makanan tambahan Ibu hamil
KEK, pita LiLA, timbangan berat badan
g. Mekanisme pelaporan
1) Melakukan pemeriksaan LiLA ibu hamil dan mencatat hasil
pengukuran kedalam kohort ibu
2) Merekap jumlah ibu hamil yang diperiksa LiLA dan
menentukan kategori LiLA (KEK/Normal)
3) Merekap pemberian PMT pada ibu hamil dengan kategori
KEK
4) Menghitung persentase ibu hamil KEK yang mendapat MT
b. Definisi Operasional
1) Balita kurus adalah anak usia 6 bulan 0 hari sampai dengan
59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus (BB/PB atau
BB/TB -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD).
2) Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi
sebagai tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama
dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau makanan
tambahan bahan pangan local.
3) Persentase balita kurus mendapat makanan tambahan
adalah jumlah balita kurus yang mendapat makanan
tambahan terhadap jumlah balita kurus dikali 100%.
c. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase balita kurus yang mendapat
makanan tambahan sesuai target.
Rumus:
Jumlah balita kurus yang
Persentase Balita
mendapat makanan tambahan
Kurus mendapat = x 100%
Jumlah seluruh balita kurus
makanan tambahan
d. Sumber data
Laporan bulanan Puskesmas
e. Frekuensi laporan
Setiap bulan
f. Alat dan Bahan
Formulir register balita, kohort bayi, kohort balita dan anak
prasekolah, alat ukur panjang/tinggi badan, timbangan berat
badan
g. Mekanisme pelaporan
1) Melakukan pemantauan pertumbuhan dan mencatat hasil
pengukuran kedalam register
2) Menentukan kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB
(Sangat Kurus/Kurus/Normal/Gemuk)
3) Menghitung jumlah balita kurus
4) Merekap pemberian makanan tambahan pada balita kurus
5) Menghitung persentase balita kurus yang mendapat
makanan tambahan
- 38 -
d. Sumber data
Laporan UKS
e. Frekuensi laporan
Setiap triwulan (3 bulanan)
- 39 -
Tabel 6:
Contoh Formulir Pemantauan Program TTD Remaja Putri di Sekolah
Triwulan 1 Tahun 2017
Keterangan
• Isilah kolom T dan M dengan angka 0 atau 1
• T: Terima TTD
• M: Minum TTD
- 40 -
• Kolom T diisi angka satu (1) Jika terima TTD dan angka nol (0) Jika
tidak terima TTD
• Kolom M diisi angka satu (1) Jika minum TTD dan angka nol (0) Jika
tidak minum TTD
• Kolom Jumlah minggu yang dilalui diisi dengan jumlah minggu yang
dilalui remaja putri umur 12-18 tahun pada triwulan tersebut
TW 1 TW 1 - TW 2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Aila 13 13 100.0 13 100.0
2 Nina 13 8 61.5 6 46.2
3 Evi 13 13 100.0 10 76.9
4 Caca 13 12 92.3 8 61.5
5 Febri 13 13 100.0 12 92.3
6 Ica 8 8 100.0 8 100.0
7 Dian 3 3 100.0 3 100.0
8 Siska 13 9 69.2 9 69.2
9 Nia 13 11 84.6 10 76.9
10 Wati 13 8 61.5 6 46.2
Tabel 7:
Contoh Formulir 1 Pemantauan Program TTD Remaja Putri
di Puskesmas Triwulan 1 Tahun 2017
Keterangan:
• Kolom Jumlah minggu yang dilalui diisi dengan jumlah minggu yang
dilalui remaja putri umur 12-18 tahun pada Triwulan tersebut
• Kolom Persentase TTD diterima (%) diisi dengan persentase jumlah tablet
diterima terhadap jumlah minggu
• Kolom Persentase TTD diminum (%) diisi dengan persentase jumlah tablet
diminum terhadap jumlah minggu
TW 1 TW 1 - TW 2
Jumlah Jumlah mendapat TTD Jumlah Minum TTD Jumlah mendapat TTD Jumlah Minum TTD
No. Nama Sekolah
Siswi
≤ 50 % 51- 80 % 81 - 99% ≥ 100% ≤ 50 % 51 - 80 % 81 - 99% ≥ 100% ≤ 50 % 51 - 80 % 81 - 99% ≥ 100% ≤ 50 % 51 - 80 % 81 - 99% ≥ 100%
1 SMP A 300 10 150 90 50 150 90 30 30
2 SMP B 310 30 130 120 30 90 150 50 20
3 SMP C 280 15 160 85 20 40 130 50 60
4 SMA 1 400 40 240 80 40 120 200 40 40
5 SMA 2 260 20 110 120 10 60 170 20 10
6
7
8
9
10
Total 1550 115 790 495 150 460 740 190 160
Tabel 8:
Contoh Formulir 2 Pemantauan Program TTD Remaja Putri
di Puskesmas Triwulan 1 Tahun 2017
- 41 -
Keterangan:
Kolom kategori persentase (≤50%, 51-80%, 81-99%, ≥100%) diisi
dengan jumlah rematri umur 12-18 tahun yang masuk kategori
tersebut berdasarkan form 1 Puskesmas
7. Cakupan Bayi Baru Lahir yang Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam waktu 1 jam setelah kelahiran,
melindungi bayi yang baru lahir dari tertular infeksi dan
mengurangi angka kematian bayi baru lahir. IMD merupakan
salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil.
b. Definisi Operasional
1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai
segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit
ke kulit antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir dan
berlangsung minimal 1 (satu) jam
2) Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah
jumlah bayi baru lahir hidup yang mendapat IMD terhadap
jumlah bayi baru lahir hidup dikali 100%.
c. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi baru lahir yang mendapat
IMDsesuai dengantarget
Rumus:
Jumlah bayi baru lahir hidup
Persentase
yang mendapat IMD
Jumlah bayi baru lahir = x 100%
Jumlah seluruh bayi baru lahir
yang mendapat IMD
hidup
d. Sumber data
Buku KIA, Kohort Bayi, Laporan IMD RS, Puskesmas rawat inap
Bidan Praktik Mandiri
e. Frekuensi laporan
Setiap bulan
f. Alat dan Bahan
Selimut dan topi bayi, kohort ibu, formulir pelaporan IMD
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat seluruh bayi baru lahir dan menentukan kategori
IMD atau tidak IMD ke dalam kohort bayi
2) Merekap jumlah bayi baru lahir dan kategori IMD
3) Menghitung persentase bayi baru lahir hidup melakukan
IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup yang ada.
- 43 -
d. Sumber data
Sistem Informasi Posyandu (SIP), register penimbangan, Buku
KIA/KMS balita
e. Frekuensi laporan
Setiap bulan
f. Alat dan Bahan
Timbangan berat badan, buku KIA, kohort bayi, kohort balita dan
anak prasekolah, formulir SIP
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat seluruh sasaran balita yang ada di satu wilayah
2) Mencatat hasil penimbangan kedalam buku KIA/KMS,
register, kohort bayi, kohort balita dan anak prasekolah
- 44 -
Rumus:
Persentase Balita
Jumlah balita mempunyai buku KIA/KMS
mempunyai buku = x 100%
Jumlah seluruh balita yang ada
KIA/KMS
d. Sumber data
Sistem Informasi Posyandu (SIP), register penimbangan dan lain-
lain.
e. Frekuensi laporan
Setiap bulan
f. Alat dan Bahan
Formulir monitoringdanevaluasi
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat seluruh sasaran balita yang ada di satu wilayah
2) Mencatat balita yag tidak memiliki buku KIA/KMS
3) Merekap jumlah balita yang memiliki buku KIA/KMS
4) Menghitung persentase balita yang mempunyai buku
KIA/KMS terhadap jumlah balita yang ada.
4) Balita tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah balita yang tidak
memiliki catatan hasil penimbangan bulan lalu
5) Balita baru (B) adalah balita yang baru datang ke posyandu
dan tidak terdaftar sebelumnya.
6) Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
adalah jumlah balita yang naik berat berat badannya
terhadap jumlah balita yang ditimbang dikurangi balita tidak
ditimbang bulan lalu dan balita baru dikali 100%.
c. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik
berat badannya sesuai dengantarget.
Rumus:
Persentase
balita tidak Jumlah balita naik berat badannya
= x 100%
naik Berat Jumlah seluruh balita yang ditimbang – (balita
badannya tidak ditimbang bulan lalu + balita baru)
d. Sumber Data
Sistem Informasi Posyandu (SIP), register penimbangan, kohort
bayi, kohort balita dan anak prasekolah, buku KIA/KMS
e. Frekuensi Laporan
Setiapbulan
f. Alat dan Bahan
Formulir monitoring dan evaluasi
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat seluruh sasaran balita yang ditimbang dan balita
yang naik berat badannya dibandingkan dengan
penimbangan bulan lalu
2) Mencatat jumlah balita baru dan balita yang tidak ditimbang
bulan lalu
3) Menghitung jumlah balita yang ditimbang bulan ini
dikurangi dengan balita baru dan balita yang tidak
ditimbang bulan lalu
4) Menghitung persentase balita yang naik berat badannya.
- 47 -
11. Cakupan Balita Ditimbang yang Tidak Naik Berat Badannya Dua Kali
Berturut-Turut (2T/D)
a. Latar Belakang
Balita yang tidak naik berat badannya selama 2 bulan berturut
turut harus segera dirujuk ke puskesmas untuk mendapat
pemeriksaan lanjut. Setelah diketahui penyebabnya maka tenaga
kesehatan akan memberikan intervensi yang sesuai.
b. Definisi Operasional
1) Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59
bulan 29 hari)
2) Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari
yang ditimbang diseluruh Posyandu yang melapor di suatu
wilayah pada periode tertentu.
3) Balita tidak ditimbang bulan lalu (O) adalah balita yang tidak
memiliki catatan hasil penimbangan bulan lalu
4) Balita baru (B) adalah balita yang baru datang ke posyandu
dan tidak terdaftar sebelumnya.
5) Tidak naik berat badannya (T) adalah hasil penimbangan
berat badan dengan grafik berat badan mendatar atau
menurun memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau
kenaikan berat badan kurang dari kenaikan berat badan
minimum.
7) Balita 2T adalah balita tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut dalam 2 bulan.
6) Persentase balita 2T adalah jumlah balita 2T terhadap
jumlah balita yang ditimbang dikurangi balita tidak
ditimbang bulan lalu dan balita baru dikali 100%.
c. Ukuran Indikator
Masalah balita yang tidak naik berat badannya 2 kali berturut-
turut dinilai rendah apabila persentase dibawah target
Rumus:
baru)
d. Sumber Data
Sistem Informasi Posyandu (SIP), register penimbangan, kohort
bayi, kohort balita dan anak prasekolah, Buku KIA
e. Frekuensi Laporan
Setiap bulan
f. Alat dan Bahan
Formulir monitoring dan evaluasi
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat seluruh sasaran balita yang ditimbang
2) Mencatat balita yang tidak naik berat badannya 2 kali
berturut-turut dibandingkan dengan penimbangan bulan
lalu
3) Mencatat jumlah balita baru dan balita yang tidak ditimbang
bulan lalu
4) Menghitung jumlah balita yang ditimbang bulan ini
dikurangi balita baru dan balita yang tidak ditimbang bulan
lalu
5) Menghitung persentase balita yang tidak naik berat
badannya 2 kali berturut-turut
- 49 -
Tabel 9:
Contoh Formulir Rekapitulasi Pemantauan Pertumbuhan Balita
Keterangan
TA = Tidak Ada, T = Tidak Naik, TD = Tidak Datang
d. Sumber data:
Laporan pemberian kapsul Vitamin A untuk balita pada bulan
Februari dan Agustus, serta laporan LB3 SP2TP
- 51 -
e. Frekuensi laporan:
Setiap 6 bulan (bulan Februari dan Agustus)
Data tahunan menggabungkan data cakupan bayi umur 6 – 11
bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan Agustus,
sedangkan data cakupan balita umur 12 – 59 bulan yang
mendapat vitamin A menggunakan data bulan Agustus.
f. Alat dan Bahan:
Formulir pencatatan pendistribusian kapsul Vitamin A dan
formulir laporan yang sudah ada.
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat balita yang mendapat Vitamin A
2) Merekap balita yang menerima Vitamin A berdasarkan
kelompok umur
3) Menghitung persentase balita yang mendapat vitamin
c. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase ibu nifas mendapat dua
kapsul vitamin A sesuai target. Persentase ibu nifas mendapat
kapsul Vitamin A
Rumus:
Persentase Ibu
Jumlah Ibu nifas dapat kapsul vit. A
nifas dapat kapsul = x 100%
Jumlah seluruh ibu nifas
vit. A
d. Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas: LB 3 Ibu/Gizi (SP2TP)
e. Data yang dikumpulkan
Jumlah ibu nifas yang ada di wilayah tertentu, jumlah ibu nifas
yang mendapat kapsul vitamin A
f. Frekuensi Laporan
Setiap bulan
g. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat seluruh ibu nifas
2) Mencatat ibu nifas yang saat bersalin mendapat Vitamin A
dan jumlah vitamin A yang didapat
3) Menghitung persentase ibu nifas yang mendapat vitamin A
d. Unit Pengamatan
Rumah tangga
e. Sumber Data
Hasil pemantauan konsumsi garam beriodium
f. Unit analisis:
Kabupaten/Kota
g. Metode:
Pemeriksaan garam dengan menggunakan alat tes cepat garam
beriodium yang dilakukan di rumah tangga.
h. Frekuensi Pelaporan
Minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Dilaporkan pada bulan
Februari atau Agustus menggunakan formulir F6 (6 bulanan)
i. Sumber data:
Hasil pemantauan konsumsi garam beriodium
j. Alat dan Bahan:
1) SNI 3556: 2010 tentang garam konsumsi beriodium
- 54 -
Rumus:
Persentase Kasus Jumlah kasus balita gizi buruk yang
balita Gizi Buruk mendapat perawatan di suatu wilayah
= x 100%
yang Mendapat Jumlah kasus balita gizi buruk yang
Perawatan ditemukan di suatu wilayah
d. Sumber Data/Informasi
1) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
2) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Dinkes Kabupaten/Kota
3) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit
e. Data yang dikumpulkan
1) Jumlah kasus balita gizi buruk yang baru ditemukan pada
bulan ini
2) Jumlah kasus balita gizi buruk baru ditemukan yang dirawat
bulan ini baik rawat jalan atau rawat inap
3) Jumlah kasus balita gizi buruk baru ditemukan yang
membaik atau sembuh
4) Jumlah kasus balita gizi buruk baru ditemukan yang
meninggal
Kasus balita gizi buruk membaik adalah apabila kasus gizi buruk
yang dirawat menunjukkan perbaikan ke arah peningkatan status
gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB dari nilai Z-score <-
3SD menjadi >-3SD, nafsu makan baik dan/atau berkurangnya
tanda klinis dan komplikasi gizi buruk
Kasus balita gizi buruk sembuh adalah apabila kasus gizi buruk
yang dirawat menunjukkan perbaikan ke arah peningkatan status
gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB dari nilai Z-score <-
3SD menjadi >-2 SD dan tidak ada gejala klinis gizi buruk
f. Frekuensi Pengamatan
Setiap saat termasuk hasil investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
gizi buruk
g. Frekuensi Laporan
Laporan kasus setiap saat dan rekapitulasi dilakukan setiap
bulan
h. Alat dan Bahan
1) Timbangan berat badan
2) Alat ukur panjang badan dan tinggi badan
3) Tabel indeks BB/PB atau BB/TB sesuai jenis kelamin
berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
- 56 -
Tabel 10:
Contoh Rekapitulasi Laporan Kasus Gizi Buruk Puskesmas Sukmajaya Tahun 2018
(1) (2) (3) (4=3) (5) (6=5) (8) (9) (10) (11=4+10) (12) (13=6+12) 14=13/11* (15) (16) (17) (18=11+17) (19) (20=13+19) (21=20/18 (22) (23)
(7=6/4*100)
100) *100)
Sukmajaya 8 8 3 3 37.5 0 0 5 13 6 9 69.2 1 1 0 13 2 11 84.6 2 0
APRIL MEI JUNI
Jumlah Jumlah Jumlah
Total Kasus Total Kasus Total Kasus
Kasus Gizi Kasus Gizi Kasus Gizi
Jumlah Gizi Buruk, Jumlah Gizi Buruk, Jumlah Gizi Buruk,
Total kasus Buruk, Jumlah Jumlah Total kasus Buruk, Jumlah Jumlah Total kasus Buruk, Jumlah Jumlah
Balita Gizi mendapat Balita Gizi mendapat Balita Gizi mendapat
Kode Puskesmas (kumulatif mendapat persentase kasus kasus (kumulatif mendapat persentase kasus kasus (kumulatif mendapat persentase kasus kasus
buruk perawatan buruk perawatan buruk perawatan
sampai perawatan mendapat membaik meninggal sampai perawatan mendapat membaik meninggal sampai perawatan mendapat membaik meninggal
ditemukan (kumulatif ditemukan (kumulatif ditemukan (kumulatif
bulan ini) pertama perawatan di bulan ini dibulan ini bulan ini) pertama perawatan di bulan ini dibulan ini bulan ini) pertama perawatan di bulan ini dibulan ini
bulan ini sampai bulan ini sampai bulan ini sampai
kali di kali di kali di
bulan ini) bulan ini) bulan ini)
bulan ini bulan ini bulan ini
TAHUN 2018
Total Kasus
Gizi Buruk,
Total kasus Jumlah Jumlah
mendapat persentas
Kode Puskesmas (kumulatif kasus kasus
perawatan e
sampai membaik meninggal
(kumulatif mendapat
bulan ini) di bulan ini dibulan ini
sampai perawatan
bulan ini)
Sukmajaya 28 26 92.9 20 4
Kesimpulan
1. Kasus balita gizi buruk yang ditemukan selama tahun 2018 sebanyak 28 kasus dan yang mendapat perawatan sebanyak 26
kasus (92,85%)
2. Dari seluruh kasus gizi buruk yang ditemukan sebanyak 20 kasus membaik dan 4 kasus meninggal sedangkan kasus
lainnya belum mendapat perawatan
- 60 -
2. Indikator Proses
a. Adanya proses pengumpulan data
b. Adanya proses analisis data
c. Adanya tindakan berdasarkan informasi surveilans (laporan dan
umpan balik, sosialisasi atau advokasi hasil surveilans gizi)
3. Indikator Output
a. Adanya perencanaan berbasis bukti
b. Terlaksananya advokasi kepada pemangku kepentingan
- 61 -
BAB III
PELAKSANAAN TEKNIS SURVEILANS GIZI
Assessment
Action Analysis
PEMANTAUAN
(Indikator Sosek: 1. Lakukan Invesitigasi
untuk Konfirmasi
dari laporan)
WAKTU 2. Informasikan untuk
Penanggulangan
PENGAMATAN
(Indikator Lokal/ 1. Lakukan Invesitigasi
Gizi Buruk/Kasus untuk Konfirmasi
2. Informasikan untuk
kelaparan) WAKTU
Penanggulangan
Gambar 5:
Diagram Pelaksanaan Sistem Informasi Dini dalam Surveilans Gizi
Sumber: Abas Basuni Jahari
T-1 T-2
Kewaspadaan untuk Tindakan segera
pencegahan memburuknya keadaan
Analisis Analisis
situasi pangan situasi pangan
dan Gizi dan Gizi
Implementasi Program
Pangan dan Gizi
Dan Dan
Faktor penyebab Kebijakan dan Perencanaan Faktor penyebab
Program
Pangan dan Gizi,
dan Evaluasi
Gambar 6:
Diagram Sistem Informasi Dini dalam Implementasi Surveilans Gizi
Sumber: Abas Basuni Jahari
- 64 -
2. Analisis Situasi
a. Diagram Analisis
Analisis situasi pangan dan gizi serta faktor-faktor penyebabnya,
merupakan salah satu komponen penting dalam implementasi
hasil Surveilans Gizi di suatu wilayah. Hasil analisis digunakan
sebagai bahan rekomendasi untuk kebijakan dan perencanaan
serta evaluasi program pangan dan gizi. Hasil analisis situasi
bisa berupa Peta Masalah, Grafik, atau Tabel Angka.
Distribusi
5. Pendapatan 7. Ketersediaan pangan keluarga
keluarga
Gambar 7:
Diagram Analisis Situasi Pangan dan Gizi
Gambar 8:
Peta Keadaan Gizi Balita di Kabupaten Bogor Tahun 2018
- 67 -
19.8
20 18.9 19
18
15
10.9
10.1 9.8
10 8.6
0
2014 2015 2016 2017
Gambar 9:
Grafik Prevalensi Pendek dan Sangat Pendek pada Balita
di Kabupaten Bandung Barat
Situasi kecenderungan masalah gizi dapat dibuat berdasarkan
kategori status gizi, yaitu balita gizi kurang, balita pendek, dan
balita kurus. Contoh kecenderungan seperti itu dapat dilihat pada
Gambar 9, yang menampilkan data hasil Pemantauan Status Gizi
tahun 2014-2017.
Gambar 10:
Grafik Persentase Balita yang Naik Berat Badan hasil
Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu
- 68 -
Gambar 11:
Grafik Partisipasi pada Kegiatan Penimbangan Bulanan di Posyandu
Gambar 12:
Tahapan Surveilans Gizi
- 69 -
Tabel 11:
Contoh Rekapan SKDN di Posyandu X Bulan Maret Tahun 2017
No Uraian Jumlah
1 Sasaran Balita (S) 100
2 Jumlah balita ditimbang (D) 90
3 Jumlah balita punya buku KIA/KMS (K) 98
4 Jumlah balita baru (B) 2
5 Jumlah balita tidak ditimbang bulan lalu (O) 5
4 Jumlah balita naik berat badannya (N) 70
6 Jumlah balita tidak naik berat badannya (T) 7
7 Jumlah balita tidak naik 2 kali berat 6
badannya (2T)
Gambar 13:
Contoh Grafik Analisis SKDN Menurut Desa di Puskesmas Y,
Bulan Maret Tahun 2017
- 72 -
c. Diseminasi
1) Kepala Puskesmas melakukan advokasi/umpan balik hasil
surveilans gizi kepada kepala desa/lurah/kepala distrik, serta
melaporkan ke kepala dinas kesehatan.
2) Kepala Puskesmas menyampaikan analisis hasil Surveilans Gizi
kepada kepala desa/lurah dan camat melalui lokakarya mini
triwulan serta pada Musrenbang kecamatan, sebagai kesimpulan
hasil lokakarya mini bulanan.
Tabel 12:
Contoh Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan D/S
di Kabupaten X Tahun 2017
D/S
Vitamin A
Gambar 14:
Contoh Grafik Distribusi Puskesmas menurut Kuadran Pencapaian
D/S terhadap Cakupan Vitamin A Balita di Kabupaten X Tahun
2017
c. Diseminasi
1) Umpan balik kepada Puskesmas.
2) Diseminasi hasil Surveilans Gizi pada Musrenbang
kabupaten/kota dan advokasi kepada bupati/walikota.
Setelah dilakukan tahapan pelaksanaan teknis Surveilans Gizi di
Daerah Kabupaten/Kota, selanjutnya dapat dilakukan tindak lanjut
antara lain:
a. Berdasarkan hasil analisis data Surveilans Gizi, dinas kesehatan
bersama lintas sektor terkait melakukan intervensi penanggulangan
masalah sesuai dengan rekomendasi yang disepakati.
b. Perumusan kembali/penyesuaian kebijakan program yang sedang
berjalan, diarahkan kepada upaya penanggulangan masalah yang
ditemukan.
c. Membuat perencanaan intervensi untuk tahun anggaran berikutnya
berdasarkan hasil Surveilans Gizi, melalui dana APBD, BOK, maupun
DAK.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi Surveilans Gizi berbasis jaringan
melalui sigizi terpadu.
BAB IV
SISTEM INFORMASI GIZI
Gambar 15:
2. Laporan Rutin
Laporan rutin adalah modul yang digunakan untuk pelaporan bulanan,
triwulan, semester maupun tahunan yang berupa data agregat yang
diambil dari data individu yang sudah diinput melalui ePPGBM dan
konsumsi makanan tambahan.
4. Manajemen Data
Modul manajemen data terdiri dari manajemen user yang digunakan
untuk membuat akun di tingkat Pusat, Provinsi, Kab/kota dan
Puskesmas sesuai dengan kewenangan secara berjenjang, serta
manajemen tabel yang digunakan untuk mengelola wilayah kerja
puskesmas.
- 80 -
5. ePPGBM Offline
Modul ePPGBM offline digunakan untuk memudahkan dalam entry data
bagi daerah yang tidak dapat mengakses internet.
BAB V
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd